bersabda pada apa yang kami lewati pagi itu. Ciri khas tersendiri di tengah
rimba dengan cicit burung, angin semilir, air berkucuran menuju dataran rendah,
dan berbagai macam suara binatang lain yang tidak bisa dijabarkan dengan sebuah
kelimat seindah apapun.
Kami melewati batas yang teramat lelah untuk saya
jabarkan kembali di sini. Jalan setapak menuju puncak Gunung Leuser adalah
detik-detik di mana penat tersesat saat itu.
Gunung Leuser memiliki ketinggian
3404 meter di atas permukaan laut Aceh. Zona
hutan tropis ini merupakan tempat rekreasi terpilih untuk siapa saja yang ingin
mendalami keanekaragaman hayati yang masih perawan.
adalah anugerah terindah bagi saya,” ucap Mr. Jali yang menjadi guide
kami. Penggalan kata yang keluar dari mulutnya sangat kental dengan aroma Aceh.
Tubuh lelaki lima puluhan tahun ini tak tampak ringkih sekalipun telah menemani
Leuser selama kurang lebih 35 tahun lamanya.
Leuser dan Mr. Jali adalah
perpaduan yang tak terpatahkan untuk saat ini. Mr. Jali memang tidak terlahir
sebagai guide profesional yang dibekali aneka ilmu mempromosikan suatu
tempat kepada traveler.
Jali mengaku dirinya adalah anak Leuser itu sendiri. Bahkan, sambil terkekeh,
Mr. Jali mengatakan dirinya lebih paham bau tanah di Leuser ketimbang bau
tubuhnya sendiri.
Naik turun Leuser telah menjadi aktivitas Mr. Jali sejak
lama, saat ia masih aktif sebagai petani sembakau. Wajar jika Mr. Jali paham
betul lekuk tubuh Leuser yang gahar di satu sisi dan lembut di sisi yang lain.
kami berlanjut ke jalan penuh belukar. Rasanya, saya jadi malu mengekor di
belakang Mr. Jali yang masih gagah di usia senja. Suara burung semakin
terdengar keras.
Mr. Jali mengatupkan kedua tangan, seperti membentuk sebuah terompet,
membunyikan dengan khas, suara alam semakin buas dengan cicit burung di
mana-mana.
Benar-benar suasana alam – hutan – yang tak bisa saya lewatkan
begitu saja.
Mr. Jali membangun track untuk memudahkan para traveler menuju puncak Leuser. Track yang dibangun menyerupai jalan setapak yang bersih dari sampah plastik. |
membuat track sesimpel ini agar mudah dilewati banyak orang. Saya ingin
orang-orang yang datang ke mari menikmati Leuser dengan nyaman,” Mr. Jali
berkata sambil menunjuk ke arah jalan yang kami lalui.
Bagi Mr. Jali siapapun
yang datang ke Leuser adalah tamu yang wajib dijamu dengan layak.
Tak hanya traveler
domestik saja, traveler dari luar negeri banyak juga yang datang
mengunjungi ekosistem tersembunyi di Taman Nasional Gunung Leuser yang
membentang seluas 1.094.692 hektar.
kami terus mendaki. Berkelok. Sesekali tersungkur. Sunyi mencekam saat Mr. Jali
tak lagi berbicara. Namun tangan Mr. Jali dengan cekatan memungut sampah plastik
di jalan setapak yang kami lewati.
sukanya Leuser itu bersih. Akhirnya saya berinisiatif untuk memungut
sampah-sampah plastik yang tidak mudah larut jika sudah ditanam sekalipun agar Leuser
tetap asri di mata traveler,” ujar Mr. Jali dengan sumringah.
Mr. Jali
kemudian mengakui bahwa dirinya bisa berbicara dalam bahasa Inggris lantaran
sering menemani para peselancar alam dari luar negeri, seperti dari Eropa.
plastik yang dipungut oleh Mr. Jali kemudian ia kantongi dan akan dibuang pada
tempatnya di pemondokan, di mana tempat sampah telah tersedia secara khusus.
Kelestarian
lingkungan sangat penting untuk menjaga ekosistem agar tetap seimbang, aku Mr.
Jali yang berupaya tetap menjaga Leuser dari tangan-tangan jahil di sekitarnya.
Tangan
Mr. Jali sangat terampil memungut sampah plastik seperti bekas botol minuman
maupun makanan ringan.
Mata Mr. Jali pun bagai mata elang yang bisa menangkap
plastik-plastik dari jarak cukup jauh, bagi saya sendiri yang tidak peka adanya
sampah tersembunyi di depan kami.
Mr. Jali mengakui bahwa pembunuh nomor satu
di dalam hutan adalah plastik-plastik yang dibuang begitu saja.
Daun-daun yang
luruh secara alamiah dari pohonnya begitu mudah larut dimakan tanah dan
kemudian menjadi pupuk alami yang berguna untuk tanaman di sekitarnya.
Mr. Jali
sengaja mengenakan celana berkantong banyak untuk dapat menampung plastik bekas
yang dibuang traveler yang melintasi track yang telah ia buat
tersebut.
Ia membuat track seperti itu supaya terkesan tidak sedang
mendaki sehingga para traveler benar-benar menikmati suasana di Leuser.
Mr.
Jali bukan tidak pernah menegur dan memberi arahan supaya sampah plastik tidak
buang di dalam hutan, namun banyaknya traveler yang datang membuat Mr.
Jali kewalahan bahkan lupa untuk selalu mengingatinya. Salah satu cara terbaik adalah
memungut sampah plastik tersebut jika ia menemukannya di mana pun, di lembah
bahkan sampai ke puncak Leuser.
lagi menebang pohon untuk membuka lahan baru!” begitu seruan Mr. Jali saat kami
istirahat sejenak di saung milik petani di lembah Leuser.
Suami istri yang
mendengar petuah Mr. Jali itu mangut-mangut.
Jali, bukankah semakin luas area perkebunan semakin besar penghasilan?” tanya
saya seketika.
Tapi memperluas area sama dengan membunuh habitat yang ada di dalamnya,” jawab
Mr. Jali dengan tegas.
“Lebih baik memaksimalkan area yang ada daripada
menambah seluas-luasnya yang belum tentu bisa dijaga dengan baik. Saya juga
berkebun, saya rawat penuh cinta sampai akhirnya hasil kebun saya tidak
mengecewakan,”
Alam dan Mr. Jali adalah dua sahabat yang tak terpisahkan sejak lebih kurang 35 tahun lalu. Waktu yang lama untuk Mr. Jali mengenal baik Leuser.
|
luas di lembah Leuser adalah kebun milik warga sekitar. Masih jauh perjalanan
kami mencapai puncak Leuser.
Namun semangat yang didengungkan oleh Mr. Jali tak
pernah pudar untuk kelestarian alam yang selalu senyawa dengan makhluk lainnya.
Peluh sudah membahasi hampir seluruh tubuh. Memang sinar matahari tidak
menyinari langsung ke tubuh kami namun langkah demi langkah menuju puncak Leuser
menguras tenaga cukup besar.
yang membuat Mr. Jali melarang perluasan area perkebunan?” saya masih belum
puas dengan jawaban Mr. Jali. Sambil jalan Mr. Jali tetap memungut sampah
plastik di depannya.
adalah botol plastik,” Mr. Jali mengangkat sampah plastik di tangan kanannya. “Walaupun
sudah diremas atau diinjak-injak, jika tak ada yang pungut semakin menggunung
bukan?” kami semua mengangguk.
plastik yang menggunung akan menghambat aliran air hujan turun ke lembah, di
mana kebun-kebun mulai subur. Begitu juga dengan perluasan area perkebunan. Semakin
kau buka, semakin tak pernah puas. Terus dibuka ke daerah-daerah lain. Sampai
akhirnya keseimbangan pohon-pohon di atasnya tak ada lagi. Apa yang terjadi
setelah itu?”
alam. Jawab saya dalam hati.
ini tak meminta kita merusaknya, dia meminta kita menjaganya dengan baik. Maka jangan
tamak dan rakus!”
Jemali bin Roga adalah sosok di balik kelestarian lingkungan di lembah Leuser. Namanya
memang tidak seharum aktor Leonardo DiCaprio yang terus berupaya agar
lingkungan lestari.
Gerakan demi gerakan Mr. Jali sejak puluhan tahun lalu tak
ubahnya dengan visi dan misi dari aktor yang baru saja membawa pulang piala
Oscar setelah bertahun-tahun penantian.
Sebagai
pemandu wisata tak bergelar apa-apa, Mr. Jali membuka jalan menuju Leuser
dengan slogan tanpa merusak lingkungan.
Jali adalah Leonardo DiCaprio dari lembah Leuser, sejak dulu, kini dan nanti!