Categories
Uncategorized

Suami-Suami Takut Istri Drama Pria Takut Wanita

Pernah nonton Suami-Suami Takut Istri yang tayang di Trans TV tiap hari pukul 18.00-19.00 WIB? Kalau pernah saya mau tanya, seru nggak? Dan apa yang dapat diambil hikmah dari tayangan komedi itu? Nah, bagi yang belum pernah nonton coba deh nonton sekali saja dulu untuk melihat tingkah polah tokoh-tokoh yang main di komedi jelang malam itu. Memang, setiap orang pasti berbeda dan tidak mungkin semua orang pasti ketagihan dan ‘menyukai’ tayangan itu.
Namun, buat saya pribadi. Ada hal penting yang dapat saya ambil hikmah dari komedi itu. Pertama, fenomena sebuah kompleks yang dihuni oleh orang kaya semua dan kedua fenomena saptam kompleks yang miskin dan beristri tiga. Seru! Kita akan bahas satu-satu.
Kenapa suami-suami takut istri dalam komedi tiap petang itu? Ya, pasti banyak hal yang membuat suami-suami takut sama istrinya. Si istri pasti tahu kelemahan si suami kalau nggak mana mungkin suami akan takut sama istrinya. 
Kita lagi membahas komedi itu, jadi kita misalkan saja satu contoh di antara semua ketakutan suami yang digambarkan dalam komedi itu. Karena tidak mungkin saya membahas semuanya, nanti nggak ada yang penasaran dan tidak mencoba nonton komedi itu. Di antara semua tokoh, ada Pak RT selaku petinggi kompleks. 
Apa yang ditakutkan Pak RT itu pada istrinya si Bu RT. Istri Pak RT genduk, kasar, biasalah kalau orang genduk pasti bawaannya emosian, begitulah yang digambarkan si Bu RT itu. Kelemahan Pak RT rupanya terletak pada kamar mandi, wah, kenapa kamar mandi? 
Benar, kalau Pak RT ini macam-macam (misalnya kerlingan mata dengan Preti si cewek cantik tapi jomblo; kita akan bahas tokoh satu-satu ke depan nanti), si Bu RT itu pasti akan mengurung Pak RT di kamar mandi hanya dengan memakai celana pendek dan baju dalam.
Begitu pula dengan tokoh-tokoh yang lain, semua punya kelemahan-kelemahan sendiri-sendiri. Nonton saja pasti akan melihat sendiri kelemahan itu. Saya tidak mau bahas di sini. Yang akan saya singgung mungkin sedikit tentang tokoh dalam komedi itu.
Pertama ada Pak RT dan Bu RT kemudian ada anak perempuannya. Pak RT kurus dan mata keranjang. Bu RT genduk, doyan makan, kerjaan ngerumpi dengan tetangga, dan cemburuan (pastilah kalau suami mata keranjang begitu siapa yang tidak cemburu). Anaknya perempuan satu-satu, di manja sama Papi dan Maminya. Kelemahan Pak RT sudah saya tulis di atas, lihat saja sendiri ya!
Kedua ada Uda Faisal dan Istrinya, si uda ini pake kacamata dan seorang penulis. Sedangkan istrinya Ibu rumah tangga. Mereka dikenal keluarga paling pelit di seluruh kompleks. 
Ketiga ada Bang Tigor dan Istrinya. Lucu. Menurut saya ini yang paling lucu karena Bang Tigor ini orangnya tegap, tahu Ade Rai kan? Nah, badan Bang Tigor itu hampir mirip dengan badan Ade Rai itu, tapi sayang takut sama istri. Sedangkan istrinya Bang Tigor itu, paling kurus di antara semua warga kompleks. 
Tapi saya benar-benar heran. Kok bisa ya Bang Tigor itu takut sekali pada istrinya. Satu hal lagi yang kurang dari istri Bang Tigor ini, orangnya telat mikir dan bodoh. Kalau sedang kumpul dengan Bu RT cs, pasti dia yang terlambat mengerti apa yang sedang dibicarakan. 
Kalau dimisalkan dengan perjalanan, orang sudah sampai ke Ujung Papua dia masih tersesat di kepulauan Sabang atau di Banda Aceh. Hehehe, nonton saja sendiri saja deh ya, biar ketawanya nggak tanggung-tanggung.
Keempat ada Papi dan Maminya Karla. Karla itu gadis kecil yang mentelnya ya ampun, persis sama dengan Maminya. Papinya Karla itu orangnya kalau dibilang gendut juga nggak, dibilang kurus nggak mungkin, tengah-tengah saja kali ya. 
Dia seorang pekerja kantor yang tiap hari pergi kerja (pastinya ^_^). Maminya Karla kerjaannya selain ngegosip dengan tetangga adalah pesolek. Sedikit saja tidak boleh kotor. Rambut saja tidak boleh rusak walaupun suaminya yang pegang. Sifatnya ini yang kemudian turun pada Karla, anaknya.
Kelima ada Preti, si Preti ini masih muda. Belum menikah. Tinggal sendiri di rumahnya. Cantik. Tinggi semampai. Aduhailah kalau pria melihatnya. Dan si Preti ini sangat baik orangnya.
Keenam ada (lupa nih namanya; maaf ya) seorang pria jomblo. Sama seperti Preti. Tinggal sendiri di rumahnya dan masih muda. Memang, dia sering nggak main makanya saya lupa namanya. Nanti kita cari tahu sama-sama deh.
Ketujuh ada Satpamnya kompleks. Namanya Dadang. Ingat ya D-A-D-A-N-G. Keluarga ini yang bikin kita gemas waktu nonton komedi ini. Si Dadang ini punya istri tiga, anak tiga dan kemarin dua istrinya juga baru melahirkan lagi, jadi anaknya lima. 
Dadang ini digambarkan dengan sebuah keluarga miskin, selalu dalam kekurangan sampai-sampai urat malu untuk meminta-minta sudah hilang pada diri satpam satu ini. Jika melihat si Dadang ini, orang-orang kompleks pasti akan kepikir UANG. Apalagi kalau bukan itu, kerja atau tidak kerja Dadang pasti akan minta atau ngutang uang. Di kasih kerja, uang dulu baru mau kerja.
Potret yang sangat jelas tergambar di mata saya ya ini dia. Potret ‘kemiskinan’ yang sedang dimainkan oleh Dadang sebagai satpam dan istri anaknya. Kenapa? Lucu dan aneh bagi saya orang awam mungkin. 
Apa yang sedang disampaikan oleh komedi ini? Mungkin, kita lupa satu hal atau pura-pura tidak mau peduli dengan masalah yang satu ini. Jelas sekali peran yang dimainkan Dadang itu dalam kenyataan masyarakat kita. Indonesia. 
Orang miskin, banyak istri dan banyak anak, sedangkan orang kaya satu istri satu anak atau malah tidak punya anak. Kenapa? (lagi-lagi kenapa) orang kaya tidak usah menikah juga bisa ‘main’ dengan perempuan serongnya karena banyak uang. 
Kalau uang di depan siapa yang tidak tergiur apalagi jika uang yang diiming-imingkan dalam jumlah yang cukup banyak. Uang bisa menutup fakta menjadi sebuah kebohongan kan?
Kembali lagi ke masalah kita sekarang. Dadang, tiga istri tapi adil. Ketiga istrinya patuh semua kepada Dadang ini, si satpam yang selalu di olok-olok oleh laki-laki sekompleks. 
Istri-istri Dadang ini tidak pernah marah ataupun mengatur suaminya apalagi sampai membuat si suami takut pada istrinya. Inilah fenomena yang timpang tindih dengan warga kompleks yang samua suami takut sama istrinya.
Cukup deh mengenai si Dadang. Kita lihat lagi apa yang dilakukan Bapak-Bapak penakut itu kalau sore sepulang kerja dengan malam hari. Pasti duduk-duduk di pos ronda. Ngobrol ngalor-ngilur tanpa beban. 
Kalau ada salah satu istri dari mereka panggil yang dipanggil itu terbirit-birit pulang sedangkan yang lain mengetawai demikian seterusnya. Selain itu, apalagi yang mereka lakukan di pos ronda? 
Apalagi kalau bukan menunggu si cantik Preti lewat. Basi-basi dengan Preti menggambarkan kelakuan suami-suami diluar rumah ketika mereka tidak diawasi istri-istri mereka.
Preti cantik. Mapan. Suami-suami itu pasti selalu mencari dan mencuri perhatian sama Preti. Apapun yang dilakukan Preti pasti mereka akan berlomba-lomba mencari celah untuk membantu. Namun, tunggu dulu…
“Bang….!!!” Suara Bu RT
“Uda… !!!” Istrinya Uda Faisal
“Mas Karyo…!!!” Maminya Karla
“Bang Tigor…!!!” Istrinya Bang Tigor.
Kalau sudah ada panggilan itu. Mampus! Mereka langsung terbirit-birit masuk rumah walaupun sedang bersama Preti. Preti paling senyum-senyum sebelum masuk rumahnya sendiri. Tidak masalah. Sudah biasa baginya mendengar teriakan-teriakan itu. 
Apa sih sebenarnya yang dicari para suami itu? Dan kenapa mereka takut dengan istrinya?
Suami-suami (baca : laki-laki) itu selalu tidak puas dengan apa yang sudah didapatkannya. Selalu dan terus mencari hal-hal baru. Nama juga laki-laki. Nama juga manusia (eit, semua orang pasti ada titik lemahnya). 
Sensasi baru bagi laki-laki memang bukan rahasia umum lagi. Hampir semua laki-laki mencari sensasi-sensasi yang menggairahkan untuk dicoba. 
Apalagi kalau ada yang muda-muda dan cantik, mata jalang itu pasti perih untuk memelototinya. Benar nggak sih? (maaf kalau salah, kayaknya banyak benarnya ya ^_^).
Dan kenapa suami-suami takut istri?
Nonton saja deh, lebih seru dan renyah serta segar kalau dilihat sendiri. Paling ini cuma tulisan basi yang setelah dibaca langsung bisa dibuang. Yap. Selamat menonton dan mencari hikmah yang terkandung di dalam komedi petang itu. Ya siapa tahu yang saya tulis salah sama sekali.
Yang segar pasti yang lucu. Yang lucu pasti yang bisa bikin ketawa. Yang bisa bikin ketawa pasti akan membuat senang. Sedangkan komedi salah satu media untuk menghilangkan stress Anda.
Banyak ketawa, Anda makin awet muda (menurut penelitian, benar atau nggak buktiin lagi deh sendiri). Yuk… kita banyak-banyak ketawa. Huahaaa!!!
Categories
Uncategorized

Cukup Xiaomi, Redmi 5A ‘Telah’ Merusak Pesta Orang Lain

Manakala sebuah bom meledak, sekecil apapun akan menjadi bias lalu viral di media sosial – internet. Tak perlu jauh melirik, satu kata saja yang mengandung racun akan segera menggelegar karena imbas dari dunia maya tak seorang pun mampu menjawab pasti. Bahkan, untuk saat ini seorang penjahat bisa menjadi suci, seorang alim bisa menjadi pencuri. Begitu saja, mengalir tanpa henti sampai merasuk ke jiwa mereka sebagai candu!
Redmi 5A – okezone.com
‘Candu’ yang kini menggegoroti
akhir tahun adalah sebuah perusahaan kecil, semula diledek lalu menjadi
termehek-mehek kepadanya. Entah siapa dan mengapa, tetapi tanya itu terjawab seketika kala dirinya membuktikan eksistensi
dengan mengorbankan ‘nyawa’. Tentu, bertanya-tanya dari kita mengapa piawai itu
menjiwa dalam diri mereka. Alasan tentang perusak hubungan, peledak granat di
ladang penuh bunga, bukan pelipur lara untuk mereka yang meradang, tetapi
sebuah ‘kenekadan’ datang karena ia mau rugi.
Akhir tahun yang perih,
terbelalak, terengah-engah, namun tak bisa ditampik tamparan telak dan tidak
terduga dari Xiaomi. Secara resmi, perusahaan China ini meluncurkan Redmi 5A di
pasar Indonesia yang kalut, gusar, gundah-gulana, galau sekencang remaja putus
cinta, dan tergiur sentuhan promosi. Begitu emosi terbawa, mudah saja mereka
yang datang dari entah mana-mana membeli karena kasihan atau memang butuh barang murah – meski murahan itu telah menjadi universal.
Redmi 5A adalah ‘bom’ yang
meledak di akhir tahun 2017. Indonesia sebagai negara berkembang, penikmat gadget murah dunia, menjadi ladang
terbaik untuk melemparkan emosi jiwa tersebut. Xiaomi bisa saya sebut memiliki
strategi yang tak terduga, tergesa-gesa namun penuh pertimbangan. Saya pikir, perusahaan
yang sejak awal kemunculannya dikenal sebagai ‘pembobol’ tabungan orang banyak
ini, telah merencanakan sejak lama strategi membobol cinta kasih dari pecinta gadget Indonesia.
Di saat produsen lain melesat
dengan produk high end­ yang
dipromosikan besar-besaran, menggunakan artis maupun membeli slot iklan di
media online. Xiaomi malah datang
penuh percaya diri dengan Redmi 5A seharga Rp 999.000. Pasar Indonesia yang
jemu dengan pemberitaan dan ulasan produk bagus tetapi harga di atas 10 juta,
langsung mencuit tentang smartphone
ini. Shock terapi itu bukan karena
harga yang terjangkau tetapi produk ini seharusnya berada di rentang harga
lebih tinggi.
Keteteran, pasti di benak
produsen lain. Ketakutan jelas sekali. Namun ketakutan dari Xiaomi terasa
berbeda saat mereka mengenalkan prosesor Snapdragon 425  yang menjadi otak Redmi 5A. Tentu, prosesor
yang mahal dari Qualcomm ini tidak ada di smartphone
dengan harga tak sampai satu jutaan. Kejutan yang cukup manis karena smartphone ini juga memiliki RAM 2GB,
media penyimpanan internal sebesar 16GB, baterai 3000 mAh dan kamera utama 13MP
serta kamera depan 5MP.
Di spesifikasi tertulis demikian,
pada sebagian besar produsen menjual produknya di atas 1,5 sampai 2 juta. Saya memprediksi,
Xiaomi seakan ‘memenggal’ kepalanya sendiri jika Redmi 5A tidak laku, bahkan
jika laku pun mereka siap-siap menutupi kerugian – karena sebagian besar tahu
benar bahwa Qualcomn tidak mendiskon prosesor secara gamblang. Memang mungkin
Xiaomi menutupi ‘kelakuan’ Redmi 5A dengan model lain atau jenis usaha lain
tetapi tidak tertutup kemungkinan bahwa perusahaan ini hanya ingin mengembalikan
namanya yang pernah terpenggal.
Redmi 5A dijual murah – kompas.com
Kita ketahui bahwa, Xiaomi
terpental ke posisi tak tentu setelah dikejar oleh rekan senegaranya. Di dunia,
nama Xiaomi seakan telah lenyap meski mereka telah melahirkan produk di kelas
atas. Tak mau mengambil keangkuhan dari produsen asal Kanada atau Finlandia,
Xiaomi melangkah cukup gesit, mencuri start,
melerai perang, mengundang tatapan, dan akhirnya mereka bermain ‘aman’,
terkendali, harap-harap cemas di pasar Indonesia dan juga di negari asalnya,
China.
Ini karena kita mudah dirayu dengan harga ‘murah’?
Tentu juga tidak. Smartphone dengan
harga sampai 20 juta juga dibeli oleh pemuja gaya hidup di negeri penuh gosip
penyenang hidup ini. Tetapi, meski klaim smartphone
20 juta itu laku keras di mana-mana masyarakat kita yang notabene ‘penabung’
ulung tidak mau mengeluarkan dana berlebih; tepatnya
smartphone itu kegunaan cuma untuk itu-itu saja kok
. Jadi, akhirnya memilih
smartphone dengan harga murah karena ngopi di warung masih terasa lebih
nikmat dan paket data internet makin hari ditawarkan kian mencekik.
Redmi 5A saya sebut, mulus saja
di jalanan becek Indonesia. Meski belum sepenuhnya benar, dengan nama ‘besar’
Xiaomi yang masih dipuja oleh penggemarnya, Redmi 5A adalah babak penentuan
akhir untuk Xiaomi kembali ke red carpet
pasar Indonesia. Mampu atau tidak Xiaomi mencuri kembali potongan kue yang
hampir diluber habis oleh rekan senegaranya, hanya waktu yang mampu memberi
jawaban lewat kunang-kunang malam.
Mimpi Xiaomi adalah nama besar. Demikian,
saya sebut ambisi dari Redmi 5A. ‘Laba’ sedikit dari produk ini tampaknya tak
jadi soal karena ke depan, mereka akan rela membagi ‘diskon’ untuk
produk-produk lain daripada nyungkep di
sudut kamar tak berlampu. Lalu, Redmi 5A dipromosikan lebih kencang daripada
seri lainnya karena sekali sentuh, dengan jiwa muda, termehek-mehek, pengguna
Indonesia yang berada di garis keras ini langsung tergiur. Bahkan, rela tidak
jajan harian untuk mendapatkan sebuah produk ‘terbaik’ di kelasnya tersebut –
menurut pemahaman mereka dan analisa dari pakar lainnya.
Bayangkan saja, untuk anak muda
masa kini yang diberi jajan harian sampai Rp 50.000, hanya butuh 20 hari agar
dapat meminang Redmi 5A. Tak perlu menambah beban kepada orang tua. Atau juga
untuk mereka yang menabung sehari Rp 30.000 sebulan sudah bisa meminang Redmi
5A. Bahkan, tidak ada yang tahu dua bulan ke depan produk ini mendapat diskon
lebih bersahabat lagi. Salah satu kunci best
seller
itu adalah banyak permintaan, meski harga murah tetapi laku keras
maka tak ada alasan untuk tidak memproduksi kembali.
Pesta Xiaomi akhir tahun bagaikan
balon yang meletus di atas kue ulang tahun di rumah tetangga. Balon itu berisi
permen manis yang langsung menjadi rebutan mereka yang sedang bernyanyi selamat ulang tahun. Pesta Xiaomi adalah
ketakutan orang lain. Khawatir panjang bagaimana dan apa solusi untuk menendang
Redmi 5A keluar dari posisinya. Xiaomi yang menjadi ‘anak emas’ Qualcomm tentu
enteng menjawab bahwa mereka cukup kuat dengan prosesor terbaik. Pengaruh ini
yang ditakuti oleh produsen lain yang belum mampu mencicipi manisnya kerjasama
dengan Qualcomm.
Tendangan akhir tahun sangat
perlu di hampir seluruh dunia. Strategi Xiaomi saya acungi jempol dan
benar-benar tepat sasaran. Di Indonesia bukan ‘akhir tahun’ yang mengenakkan
tetapi libur panjang usai ujian. Smartphone
di bawah 1 jutaan adalah kado terbaik untuk anak-anak yang baru saja
mendapatkan rangking di sekolah. Juga, menjadi kado yang manis di libur panjang
anak-anak sekolahan bagi mereka yang ingin berlibur atau memilih sebuah smartphone baru. Tepatnya waktu ‘bom’
itu meledak menjadi momentum yang tak terperikan dari Xiaomi. Dunia maya telah
mereka genggam, tinggal balon-balon udara beterbangan di atas toko-toko yang
menjual Redmi 5A.
Tampaknya, belum ada kata ‘cukup’
untuk melerai kegesitan Xiaomi di masa mendatang. Akan ada saja strategi mereka
untuk mencuri sepotong kue manis. Bahkan, mereka mau ‘bunuh diri’ asalkan kue
tersebut kebagian. Saya kira, Xiaomi telah banyak belajar dari mereka yang pernah kalah di perang
telepon genggam. iPhone China ini
akan seperti apa kelanjutan kisahnya nanti? 
Categories
Uncategorized

Segenggam Rupiah untuk ‘Jajan’ Anak Negeri

Pagi itu, matahari menukik dengan cepat sekali. Siswa-siswi yang terlambat tampak berlari menuju kelas masing-masing. Mereka menarik ransel lebih kencang dalam langkah tertatih, agar tidak ada buku berserak dari resleting yang mungkin saja terbuka. Wajah pias tentu terlihat jelas. Siap-siap berdiri di halaman sekolah dengan tiang bendera sebagai ‘pemanggang’. Celingak-celinguk mereka yang terlambat, ke segala arah. Mereka mencari di mana posisi kepala sekolah yang biasanya bersembunyi di sudut tak terduga. Diam-diam. Mengendap-endap; siswa-siswi dan kepala sekolah saling kejar dalam ketidaktahuan. Sampai akhirnya, kena!

“Kamu terlambat!?”
berhadap-hadapan dengan kepala sekolah di depan pintu kelas adalah nahas yang
tiada ujung. Satu langkah lagi, ia hampir saja mengucapkan salam kepada guru
yang sedang menerangkan pelajaran. Senyum guru di dalam kelas – yaitu saya –
bukan lagi sebagai pelipur untuk siswa yang terlambat. Padahal, jika sudah
berada di dalam kelas, saya tanyakan alasan terlambat, nasihat sesaat, bebaslah
tugas siswa itu dari beban panjang.
Namun, jika tertangkap basah oleh
kepala sekolah yang sedang patroli, mereka tidak bisa berkutik. Seorang siswa
akan dikuliti kesalahan demi kesalahan; mulai dari baju yang tidak masuk ke
dalam celana, celana yang kekecilan bagian bawah, sepatu tidak warna hitam
sampai rambut yang panjang. Siswa yang terlambat mengikuti langkah kepala
sekolah ke depan tiang berbendara, tak ada alasan untuk menolak hukuman
sementara guru di kelas sudah 15 menit menerangkan pelajaran.
Berlalu begitu saja, hampir tiap
hari ada siswa maupun siswi yang terlambat ke sekolah. Jika bernasib baik,
berhasil masuk ke dalam kelas dan menjabarkan alasan-alasan yang mungkin, bisa juga
tidak mungkin, kepada guru.
“Saya beli nasi tadi, Pak!” ujar
seorang siswa yang berhasil masuk tanpa melewati ‘pos’ ronda kepala sekolah.
“Saya isi bensin tadi, Pak!” ujar
siswa lain dengan alasan yang masuk akal.
“Saya telat bangun, Pak!” alasan
yang biasa, klise, dan terus mengalir jika tiap hari terlambat.
Namun, dari semua alasan itu
adalah; membeli nasi di warung dekat
sekolah
. Antrian beli nasi yang panjang, waktu yang berburu dengan cepat,
nasi tak dibeli akan membuat perut meradang. Maka, saya tidak mempermasalahkan
mereka yang memberikan alasan tersebut meski terjadi begitu terus. Daripada mereka
pingsan, mereka lapar, tidak konsentrasi, saya biarkan 10 menit untuk ‘menyimpan’
uang jajannya kepada penjual nasi pagi itu.
Siswa dan siswi saya adalah
sebagian kecil dari generasi saat ini yang terlibat aktif dalam tukar-menukar
rupiah. Bicara cinta, tentu mereka mencintai rupiah lebih dari apapun yang
dimiliki sejauh ini. Saya termasuk guru yang kerapkali mendengar keluh-kesah
siswa dalam banyak hal. Soal cinta rupiah ini, terlihat dari beberapa siswa
yang pandai sekali mensiasati uang jajan. Ada dari mereka yang membeli nasi
pagi Rp.5000 namun tidak menghabiskan jajan sebesar Rp. 10.000 saat jam
istirahat. Ada pula yang juga membeli nasi pagi, tetapi tidak sanggup menahan
jajan di jam istirahat, bisa menghabiskan Rp.2000 sampai Rp.3000 bahkan sampai
habis semua jajan yang diberikan oleh orang tua.
Dari mereka yang menyisihkan uang
jajan dari hari ke hari, saya pikir telah mencintai rupiah – masa depan mereka –
akan hal-hal sensitif setelah itu. Duduk bersama beberapa siswi yang memiliki
perencanaan itu, saya mengulik tentang hal demikian.
“Suka simpan saja, Pak. Kan kalau disimpan banyak nanti bisa
beli pulsa internet, hehehe!” saya terkagum seketika, toh mereka nggak mesti meminta uang lagi untuk kartu paket atau
pulsa internet di zaman smartphone
ini.
“Buat jaga-jaga saja, Pak. Saya
nggak tahu besok Ibu ada uang atau nggak,” pemikiran yang lebih dewasa. Sehari dirinya
simpan Rp.1000 saja, dalam sebulan bisa menyimpan Rp.30.000. Jika lebih,
barangkali simpanan itu sangat membantu keuangan dirinya dan orang tuanya.
“Buat bekal kelas tiga, Pak, kan kami ada rencana mau jalan-jalan,”
alasan lain yang masuk akal karena memang tiap tahun siswa-siswi kelas tiga –
dua belas – akan melakukan liburan sebelum ikut ujian akhir nantinya.
Di lain waktu, saat saya
memberikan tugas tetapi harus diprint
atau mungkin harus mengopikan materi ajar, saya memberikan alternatif kepada
mereka. Saya memang tidak menyebut, bahwa mencari uang itu sulit. Tetapi, saya
memberikan sebuah kebiasaan untuk mereka dalam hal ‘menabung’ meski kemudian
dibelanjakan untuk kebutuhan sekolah.
“Nah, saya ada tugas untuk kalian
kerjakan. Tugas ini harus kalian perbanyak sendiri,”
Keluhan langsung terdengar di
barisan siswa. Mereka keberatan, sudah saya duga. Kericuhan terjadi sesaat
sebelum saya kembali menenangkannya.
“Saya tahu, saya paham, kalian
susah sekali meminta jajan tambahan. Tapi, kalian bisa siasati dengan menabung
tiap hari. Tugas ini kalau dikopi habisnya sekitar Rp.6000, dari jajan itu
seminggu ini kalian sisihkan Rp.1000 saja,”
“Nggak mau, Pak!!!” siswa-siswa
masih keberatan.
“Kalian masih bisa jajan, kok, cuma dikurangi saja dalam seminggu
ini. Nanti, setelah tugas ini selesai dikopi, kalian bisa bebas mau menyimpan
lagi sisa uang jajan atau menghabiskan semuanya!”
“Itu kan buat kami kelaparan, Pak,” suara melengking dari siswa yang
biasanya ribut di kelas kembali terdengar.
“Saya misalkan, kamu dikasih
jajan Rp.10.000. Agar kamu bisa mengkopi materi ini, juga tidak ‘kelaparan’
kamu pilih kue yang besar-besar, minum dalam bungkusan besar atau air putih
saja,”
“Nggak kenyang, Pak!!!” masih
tetap protes.
“Jangan didengar, Pak, anak cowok
memang begitu!” Suara teriakan kembali menggelegar saat protes dari seorang
siswi terdengar. Singkat dari cerita itu, sebagian besar siswa dan siswi
menuruti arahan saya dan berhasil mengkopi materi ajar yang tidak tersedia di
pustaka sekolah. Mereka yang tidak mengkopi, kalang-kabut mencari contekan saat
ulangan harian dan ulangan tengah semester.
Di cerita lain,
sambung-menyambung dari apa yang sebenarnya tidak terpikirkan oleh saya
sendiri. Seorang siswi datang menjumpai saya dan dengan bangga memamerkan buku
tabungan miliknya.
“Pak, saya berhasil menabung di
bank!” ujarnya terharu. Saya pun demikian. “Saya turuti saran, Bapak, kan, terus saya lihat sudah banyak uang
jadi saya putuskan simpan di bank saja!”
Menabung sejak dini salah satu bentuk cinta rupiah.
Apapun itu, jika lama ditumpuk
akan menggunung. Saya hanya ‘menyarankan’ untuk mereka mencintai rupiah dengan
caranya masing-masing. Saya tidak meminta pula untuk mereka menyisihkan jajan
tiap hari, dalam jumlah banyak, tetapi apa yang telah dilakukan oleh siswi ini
patut saya apresiasikan. Saya salut dengan usahanya melakukan itu dan saya juga
bangga dengan apa yang dilakukannya, menahan ‘lapar’ seperti definisi
siswa-siswi lain yang tiap hari menghabiskan uang jajan mereka.
“Kamu tidak jajan?” sengaja saya
tanya kepadanya.
“Jajan, Pak!”
“Kamu sarapan? Nggak beli nasi di
warung” – seperti kebiasaan siswa-siswi lain.
“Saya bawa bekal, Pak! Tapi…,”
Tapi?
“Kalau nggak lapar, saya nggak
jajan lagi waktu istirahat!”
Cinta rupiah yang seorang siswi
ini lakukan membentang harapan ke langit yang sulit saya jabarkan bagaimana lukisan
awan di sana. Pemikirannya sudah diluar ekspektasi saya sebagai seorang yang
telah dewasa; di mana sulit sekali memasukkan selembar seribuan dalam celengan
berbentuk ikan mas. Lalu, saya mencari tahu tentangnya yang ‘nekad’ membuka
buku bank. Meski sisihan rupiah tiap hari sudah bisa ditabung di bank, tetapi
statusnya sebagai pelajar mungkin akan kesulitan dengan ADM bank tiap bulan,
jika tidak ada tabungan yang masuk ke rekeningnya secara berkala.
“Saya juga dapat BSM, Pak!” ujarnya
dengan girang. BSM sendiri adalah bantuan siswa miskin yang memengang Kartu
Indonesia Pintar (KIP) atau terdata sebagai keluarga kurang mampu dengan
beberapa persyaratan. Hal ini tentu sangat membantu aktivitas menabungnya di
bank. Sejumlah dana yang masuk dan ditambah lagi dengan tabungannya sendiri,
saya bisa pastikan bahwa masa depan siswi ini akan lebih cerah begitu duduk di
bangku kuliah.
“Apa kamu tidak ambil BSM itu?”
“Ambil, Pak, kalau perlu baju
sekolah atau sepatu, mungkin,” mungkin, mungkin juga tidak diambilnya. Saya tidak
lantas membuka buku tabungannya, hanya meminta senyum saja untuk diabadikan. Saya
malah berharap kisah siswa seperti ini menginspirasi banyak siswa lain. Tidak mudah
mencintai rupiah di kala kebutuhan begitu banyak. Gaya hidup yang tak ada
habisnya di masa remaja. Tetapi, saat dirinya berhasil menyimpan BSM dan
menyisihkan uang jajan, adalah sebuah haru yang menderu di hati saya dan sulit
untuk diungkapkan.
Kamu ‘cinta rupiah’ tidak saya
sebutkan di hadapannya. Barangkali, dia tidak mengerti lebih dalam maksud
perkataan saya itu. Namun apa yang telah dilakukan olehnya, sedikit sekali nilainya
dalam beberapa pandangan, niscaya siswi saya ini telah mencintai rupiah sebagai
mata uang – alat tukar – untuk mendapatkan sesuatu di masa depannya kelak.
Mereka tersenyum untuk masa depan.
Cinta rupiah tidak mesti dengan
menabung dalam jumlah banyak. Dimulai dari hal kecil, maka hasilnya tidak akan
pernah menipu kita di masa mendatang! 
Categories
Uncategorized

Resolusi Itu, Tentang Pertemuan dengan ‘Goblin’ di Negeri Wanna One

Wanna One tanpa Kim Jaehwan ibaratnya kimchi tanpa cabai dan garam. Hentakan nada yang begitu menggelora seakan bagai lagu irama datar jika tidak ada tarikan kencang main vocal. Nada tinggi dari seorang main vocal di grup-grup K-Pop telah menjadi ciri khas. Maka, suara melengking Jaehwan berada di antara nada-nada tinggi atau nada susah lain yang tidak mampu dijangkau oleh kesepuluh ‘pemenang’ survival Produce 101 Session 2.
Pesona Wanna One adalah satu dari
sekian ‘reproduksi’ industri hiburan Korea Selatan yang menusuk ke seluruh
dunia. Grup vokal generasi pertama mungkin tidak begitu familiar, lantas grup
vokal generasi kedua menghipnotis dunia dengan lagu-lagu yang benar-benar
menarik. Kita sebut Super Junior, Girl Generation, Wonder Girl, Big Band dan
lain-lain. Lantas, generasi ketiga melanjutkan estafet ‘promosi’ Korea Selatan
ke penjuru dunia dengan pesona yang benar-benar tidak bisa diabaikan. Mereka adalah
EXO, BTS, Twice, GFriend, Red Velvet dan beberapa grup lain, kemudian sampai
kepada Wanna One.
Pesona musik lalu membayang
kepada drama seri dengan tema-tema unik dan dikemas dengan menarik sampai
menjadi candu. Winter Sonata bisa disebut sebagai salam pembuka bahasa hangul yang berhasil menghantui dunia. Lalu
Full House menjadi sebuah drama ringan yang menjadi kenangan manis berikutnya. Tak
lupa, Boy Before Flower menjadi salah satu drama yang menarik bahkan diputar
berulangkali sampai saat ini oleh televisi yang membeli hak siarnya. Berpacu dalam
irama yang pas, komposisi yang benar-benar alot, kemasan yang enak dilihat dan
alur yang berbelit tetapi mampu meninggalkan bekas. Drama Korea menjadi
hentakan ‘bom’ yang meledak begitu saja, meski hanya tayang sampai 16 episode. Descendats
of the Sun menjadi sebuah drama yang membuat penonton terpukau, bahkan dari
kalangan yang selama ini sama sekali tidak menyukai drama Korea Selatan, atau
menganggap drama dari negeri ginseng ini adalah pengantar tidur yang manja.
Monumen Song Jong Ki dan Song Hye Kyo di Taebaek, lokasi syuting Descendats of the Sun – hellokpop.com

Drama populer sudah pasti membawa
pengaruh besar kepada pemerannya, penulisnya, produser, sutradara, rumah
produksi bahkan televisi yang menayangkannya. Namun, berbeda dengan drama-drama
dari negara kita atau drama impor dari beberapa negara lain. Ciri khas dari
drama Korea Selatan adalah mengenalkan tempat wisata, suasana kota yang adem,
damainya hidup di sana, makmurnya kehidupan mereka, sampai teknologi terbaik dari
hasil produksi dalam negeri. Lantas, promosi tersembunyi – ada juga yang
ditayangkan berkat kerjasama dengan lembaga pemerintah – membuat wisatawan
berbondong-bondong merujuk Seoul sebagai kota yang asyik untuk dikunjungi.

Misalnya, kafe tempat pertemuan
malaikat maut dengan kekasihnya dalam Goblin menjadi sebuah tempat yang seakan
wajib berdiri di depannya jika ke Korea. Lokasi syuting Descendats of the Sun
di bekas tambang batu bara Taebaek, Provinsi Gangwon, digadang-gadang tengah
menjadi objek wisata lainnya. Jauh sebelum itu, Nami Island adalah destinasi ‘wajib’
bagi wisatawan mancanegara kala telah mencap pasport di imigrasi Korea Selatan.
Nami Island adalah bukti di mana pemerintah Korea Selatan sangat serius
mengarap apa yang telah divisualkan dalam drama menjadi nyata. Winter Sonata
yang pernah tumbuh di pulau ini kemudian menjadi sebuah keabadian hakiki dan
saksi sejarah akan kemajuan negara tersebut.
Monumen pemeran utama Winter Sonata di Nami Island – thepoortraveler.net

Maka, siapa yang tidak tergiur
dengan Seoul atau Pulau Jeju di Korea Selatan? Saat ditanya sebuah resolusi,
tidak bermaksud untuk menafikan hal-hal sensitif dalam aktivitas keseharian,
tetapi Seoul adalah sebuah resolusi yang menjadi mimpi terindah. Resolusi yang
saya miliki bukan saja apa yang semestinya saya capai di tahun-tahun
berikutnya, tetapi juga tentang cita-cita, tentang mimpi dan harapan yang
membawa serta bahagia dalam tawa. Resolusi soal pekerjaan, soal karir, soal
asmara, barangkali sebuah hal yang lumrah dan memang harus dicapai jika ada
usaha.

Pulau Jeju yang indah – blogspot.com

Bubuhan cap di pasport dari
petugas imigrasi Bandara Internasional Incheon menjadi sebuah resolusi untuk
bertemu ‘Goblin’ di negeri Wanna One. Jalanan kota yang lengang di malam hari, tempat-tempat
yang indah serta tata krama dari negara maju itu ingin saya gapai dalam sebuah
nyata. Meski, untuk mencapai kepada resolusi ini membutuhkan tenaga yang lebih
ekstra, saya pikir tidak ada yang salah dengan mimpi itu.

Pertengahan 2014, saya datang
dengan tidak nyaman ke kantor imigrasi di kota yang kecil ini. Saya khawatir,
petugas imigrasi akan bertanya ini itu saat saya menyerahkan berkas untuk
pembuatan pasport. Kekhawatiran saya tidak terjadi saat mendaftar di loket
pertama. Dengan keringat mengucur, hampir jam tiga siang itu saya berburu waktu
ke bank untuk melunasi sejumlah biaya. Kembali ke kantor imigrasi, saya
langsung diarahkan ke lantai dua untuk menemui petugas yang mengurus pembuatan
buku berhalaman 48 itu.
Saya termangu dalam diam, dan
menghitung denyut nadi yang seakan kendur. Dua orang duduk di barisan depan,
seorang dipanggil terlebih dahulu. Wawancara singkat dengan petugas yang
memintanya menghadap ke kamera.
“Ke mana buat pasport?” tanya
petugas dengan badan tegap itu sedikit sinis.
“Malaysia, Pak,” jawab pemuda
yang saya taksi berusia 25 tahun ke atas.
“Mau kerja kau di sana?” masih
dengan nada yang sama. Nyali saya ciut.
“Iya, Pak,” jawab pemuda itu
gugup.
“Yakin kau dapat kerja?” sinis
itu makin tak karuan. Saya menyela dalam hati, apa urusannya orang dapat kerja
atau tidak.
“Sudah ada, Pak?”
“Ilegal?” kalau ilegal buat apa
dia bersusah payah ke imigrasi, nggak usah pakai pasport bebas saja dia berangkat,
pikir saya waktu itu.
“Tempat saudara, Pak,”
“Bukan perusahaan? Mana sanggup
kau kerja kalau begitu,” dialog panjang yang tak usai dan terulang kembali
kepada temannya, pemuda yang duduk di depan saya dengan gigi gemerutuk.
Tiba giliran saya, dengan sedikit
gemetar menyerahkan berkas dalam map ke tangannya.
“Malaysia juga kamu? Cari kerja
juga? Apa di Meulaboh – Aceh – nggak ada pekerjaan buat kamu?” saya gagap dan
kalut. Ini petugas imigrasi apa rentenir yang ingin menagih utang. Saya makin
tidak nyaman dan ingin buru-buru keluar dari ruangan itu. Saya melirik ke
belakang, hanya bangku kosong di pukul mendekati angka empat sore.
“Jangan kau tergiur kerja di
Malaysia kalau di sini masih banyak pekerjaan,”
“Saya mau liburan ke Korea, Pak!”
pangkas saya. Tiba-tiba dan menjadi ‘resolusi’ kala itu juga, meski entah kapan
itu akan terwujud.
“Tegakkan badan,” ujar petugas
itu mengabaikan jawaban saya yang mungkin saja tidak terpikirkan olehnya. Tanpa
sadar, gambar saya telah diambilnya. Saya menggerutu kenapa tidak ada aba-aba
darinya, saya yang tidak setampan dirinya sangat berharap foto di pasport nanti
terlihat lebih keren. Entahlah. Saya melupakan itu.
“Seminggu lagi kau ambil pasport
ini ya!” saya mengangguk dan dengan cepat menuruni tangga, lalu menarik pedal
gas sepeda motor meninggalkan kantor imigrasi yang sepi di dekat pantai kota
Meulaboh!
***
Batu terjal untuk mencapai
resolusi itu tidak berhenti. Pasport yang telah siap seminggu kemudian
terbengkalai karena tidak ada keberanian saya ke Jakarta, mengurus VISA Korea Selatan.
Pasport itu tersimpan di dalam lemari sampai kemudian memiliki cap dari
imigrasi Bangkok di Internasional Bandara Dong Muang. Awal tahun 2017 yang
membawa ketidaksengajaan. Sebuah hasrat untuk terbang ke luar negeri setelah
bertubi-tubi menulis artikel di salah satu situs toko online.
Tetapi, ‘resolusi’ saya membuat
pasport adalah benar untuk terbang melintasi awan ke negeri Wanna One yang baru
saja debut. Bukan karena pesona lagu-lagu mereka semata, jauh sebelum itu
pesona hidup di Korea Selatan menghipnotis saya. Gedung pencakar langit yang
indah terlihat. Sungai Han yang menjadi objek wisata menarik di tengah kota. Kali
Cheonggyecheon dengan payung-payung maupun lampion menari di atasnya. Papan iklan
dari aktor maupun artis terkenal di penjuru kota. Suasana teratur dan bersih
dari segala sudut. Semua hal ini menjadi sebuah keinginan terpenting selain
perbedaan musim yang mencolok.
Sungai Han yang kerapkali menjadi lokasi syuting drama populer – bomanta.com

Korea Selatan adalah resolusi;
meski ini menjadi sebuah ‘hiburan’ yang menghabiskan uang tetapi sebelum sampai
ke sana seakan mimpi panjang belum usai. Aturan main yang ada di negara maju
ini benar-benar membuat saya salut. Misalnya, kewajiban wajib militer untuk
semua pria. Padahal, untuk apa wajib militer lagi di saat Seoul menjadi kota
dengan penetrasi internet tercepat dunia. Namun, budaya ini sangat menarik,
elegan dan menjadi sebuah ‘promosi’ lain bagi penggemar K-Pop akan kebiasaan di
negara itu. Pemberitaan seorang idola akan hiatus selama 2 tahun untuk
menjalani wajib militer, ditangisi oleh penggemarnya serta disusupi oleh rasa
kangen untuk segera comeback.

Begitu menarik, berjalan
semestinya, dan juga seiringan antara tradisional dengan modern. Di saat negara
lain melupakan jajanan pinggir jalan, Korea Selatan memiliki tradisi ini di
malam hari dan bahkan hampir semua drama mempromosikan tenda-tenda dengan
makanan babi panggang dan minuman soju. Di saat media massa cetak gulung tikar
di beberapa negara, para aktor dan artis Korea Selatan dengan bangga menjadi
model sampul majalah terkenal. Di saat orang lain berbangga menyantap makanan made in luar negeri, masyarakat Korea
Selatan lagi-lagi mempromosikan kimchi, ramyeon,
kimbap, jajangmyeon
maupun tteokbokki.
Dan di saat kunci rumah masih mengandalkan gembok, masyarakat Korea Selatan
telah menggantikan kunci dengan perangkat elektronik – pintu dengan PIN.
Ramyeon adalah mi populer tidak hanya dalam drama yang selalu ada tetapi juga dalam beberapa promosi lain – blog.reservasi.com

Perpaduan yang menarik dan tidak
ingin saya lewatkan dalam tiap scene
drama maupun film. Scene ini pula
yang ingin saya rasakan sendiri apabila resolusi itu terwujud di tahun depan. Kembali
lagi, memang tidak mudah karena saya belum memiliki VISA Korea Selatan. Tetapi,
dalam mimpi ada mimpi lagi dan lagi. Langkah yang tertahan hari ini, keinginan
yang terpendam, kata hati yang terpanggil bisa oleh apa saja. Mungkin dari
menulis blog, mungkin dari tabungan
yang telah disiapkan, mungkin juga dari apa dan mengapa lainnya sehingga saya
benar-benar menginjakkan langkah di negeri itu.

Wanna One, grup vocal rookie yang menutup 2017 dengan baik – wowkeren.com

Resolusi saya adalah sebuah
mimpi, bertemu ‘Goblin’ di negeri Wanna
One
. Dan, bukankah resolusi itu berangkat dari mimpi-mimpi?

Categories
Uncategorized

Notebook 25 Juta Tertipis Resmi Masuk Indonesia

ASUS ZenBook 3 Deluxe atau ZenBook UX490 adalah salah satu perangkat yang menuai begitu banyak pujian karena desainnya yang sangat elegan, cantik serta dimensinya yang amat ramping. Notebook ini memang begitu menawan dalam sekali pandang, dengan warna yang kalem dan juga tekstur yang terlihat sangat ‘lembut’ untuk mewarnai hari pengguna lebih cerah. Notebook dengan sistem operasi Windows 10 dan prosesor Intel Core i7 generasi ke-8 telah mengadopsi teknologi cooling system yang inovatif. Teknologi ini tak lain teknologi pendinginan dengan basis liquid crystal polimer yang dilengkapi dengan kipas (fan). Pendingin ini memiliki ketebalan sirip-sirip kipas hanya 0,3 milimeter saja sehingga tidak membuat notebook tersebut menjadi tebal.
ASUS ZenBook 3 Deluxe – asus.com

Galip Fu, Country Marketing Manager, ASUS Indonesia, dalam siaran tertulis menyebut, “Berkat pendinginan mutakhir, ZenBook 3 Deluxe akhirnya berhasil mendapatkan dimensi yang begitu ramping yakni 12,9 mm dengan bobot hanya 1,1 kg. Dimensi tipis tersebut sekaligus menjadikan ZenBook 3 Deluxe sebagai perangkat yang paling tipis dibandingkan para kompetitornya,” 

ZenBook 3 Deluxe hadir dengan performa yang tinggi meski sangat tipis sekali. Desain yang luxurious membuatnya sangat berbeda dengan notebook kebanyakan. Komponen dan hardware mutakhir yang tertanam di dalamnya mampu mengolah sistem komputasi dengan baik. ASUS sendiri ingin mendobrak patron tersebut guna mewujudkan semua hal yang dianggap tidak mungkin kenyataan. Salah satunya adalah dengan notebook tertipis ini namun memiliki kinerja yang sangat mengagumkan. 
Kinerja prosesor Intel Generasi ke-8 dalam ZenBook 3 Deluxe ini didukung oleh RAM 16GB dengan kecepatan 2133MHz dengan konfigurasi dual channel. ASUS juga menyediakan media penyimpanan berbasis SSD PCIe Gen 3 x4 berkapasitas 512GB. Media penyimpanan ini cukup baik dan cepat dalam mengonversikan data-data sehingga pekerjaan tidak terkendala. 
ASUS ZenBook 3 Deluxe tipis dan menawan – asus.com

Dalam mendukung transfer data lebih cepat, ASUS menambahkan 2 buah port konektor USB Type-C berfitur Thunderbolt pada ZenBook UX490 sehingga perangkat ini sekarang memiliki 3 buah port USB konektor Type-C. Dua port USB Type-C pada perangkat ini mendukung display eksternal hingga resolusi 4K dan mampu melakukan pengisian ulang atau charging terhadap gadget berbasis konektivitas tersebut. Notebook ini juga memiliki heatpipe yang dindingnya setebal 0,1 milimeter namun mampu mengarahkan udara hangat ke arah ventilasi tersembunyi yang berada di balik engsel. Pendingin ini mampu membuat notebook ini bekerja dengan efisien dan sejuk meski saat full load.

Layar 14 inci cukup membuat pengguna tertarik kepada ASUS ZenBook 3 Deluxe. Layar lebar memungkikan pengguna memaksimalkan pengalaman bermultimedia terutama bagi mereka yang sering melakukan editing document. Layar notebook ini memiliki resolusi Full HD dan dilapisi oleh materi pelindung kaca Corning Gorilla Glass 5. Bezelnya pun semakin tipis yakni 7,46 mm dengan rasio screen to body mencapai 84 persen. 
ASUS ZenBook 3 Deluxe notebook terbaik di kelasnya – asus.com

Selain itu, lapisan IPS juga membuat pengguna dapat melihat konten tanpa terganggu meski dilihat dari sudut manapun bahkan sampai 178 derajat. Rasio kontras yang mencapai 1000:1 sehingga dapat membuat warna hitam menjadi sangat pekat, serta cakupan warna sRGB mencapai 100 persen guna menghasilkan reproduksi warna yang sangat baik dan detail. 

ASUS juga menanakan fitur ASUS Eye Care Technology. Fitur ini akan berguna bagi mata agar tidak terpapar radiasi cahaya biru yang berlebih yang dapat merusak fungsi dan ketajaman retina. Fitur ini mampu mereduksi hingga 30 persen paparan cahaya biru yang dapat menyebabkan kerusakan pada mata.
Touchpad juga menarik karena terdapat fingerprint scanner yang bisa digunakan sebagai pengamanan biometrik. Sidik jari ini terdapat di sudut kanan atas area touchpad, yang memungkinkan pengguna untuk membuka notebook dan kembali ke Windows hanya dengan sentuhan jari. Autentifikasi berbagai aplikasi dan program juga bisa dilakukan dengan fitur yang satu ini. ASUS juga melengkapi notebook ini dengan empat buah speeaker. Quad speaker system tersebut terdiri dari dua buah speaker di bagian atas keyboard dan dua lainnya di bagian depan. Speaker tersebut dirancang dengan teknologi ASUS SonicMaster Premium dan dioptimalkan oleh sejumlah pakar dari Harman/Kardon. Speaker ini akan memungkinkan pengguna mendengarkan suara lebih jernih. 
ASUS ZenBook 3 Deluxe cocok untuk pekerja produktif – asus.com

ASUS percaya bahwa ZenBook 3 Deluxe ini merupakan salah satu tertipis di kelasnya dan juga terkencang. Maka, tak salah jika ASUS mematok harga Rp 25 juta lebih untuk notebook cantik ini.

Main Spec. ZenBook UX490UA
CPU Intel® Core™ i7 8550U (1.8GHz with Turbo Boost up to 4GHz, 8MB cache)
Operating System Windows 10 Home
Memory 16GB DDR3L 2133MHz SDRAM
Storage 512GB PCIe *4 M.2 SSD
Display 14” LED-backlit Full HD (1920 by 1080), 60Hz refresh rate,
wide 100% sRGB color gamut, 178° wide-view technology,
Corning® Gorilla® Glass 5 cover, 1000:1 TV-grade contrast ratio,
ASUS Eye Care technology for up to 30% blue-light reduction,
7.46mm-thin bezel with 84% screen-to-body ratio
Graphics Intel® HD Graphics 620 (300MHz up to 1.1GHz frequency)
Input/Output 1x combo audio jack, 1x USB 3.1 Type-C port, Fingerprint Reader,
Backlit keyboard with 1.2mm Keyboard Travel Distance, Glass Touchpad
Camera VGA Web Camera
Connectivity Integrated 802.11a/b/g/n/ac (WIDI Support), Bluetooth V4.1
Audio Quad-speaker ASUS SonicMaster Premium stereo audio system
with surround-sound effects, Harman Kardon-certified,
Smart amplifier for maximum audio performance,
Array microphone with Cortana voice-recognition support, 3.5mm headphone jack
Battery Up to 9 hours battery life, 46Wh 4-cell lithium-polymer battery,
Fast-charging technology: 60% in 49 mins, 65W USB-C™ power adapter
Dimension 329 x 210 x 12.9 mm
with Aerospace-grade aluminum alloy 6013
Weight 1,1Kg with Battery
Dukungan Service di Indonesia Ya
Colors Royal Blue, Quartz Grey
Accessories FREE Sleeve Bag & Dongle (type C to type A/type C/HDMI) senilai Rp 1.500.000
Price Rp 25.299.000
Warranty 2 tahun garansi global senilai Rp1.250.000
Categories
Uncategorized

Gejala-Gejala Kanker Serviks Stadium Awal yang Wajib Diketahui

Kanker serviks adalah salah satu jenis penyakit berbahaya yang sangat ganas bahkan tidak sedikit orang yang meninggal dikarenakan penyakit yang satu ini. Kanker yang satu ini, biasanya terjadi pada kaum hawa karena berbagai macam faktor yang bisa saja terjadi baik itu melalui virus dan lainnya. penting bagi setiap perempuan untuk dapat mengenal gejala-gejala kanker serviks stadium awal agar bisa melakukan tindakan penanganan yang tepat diawal terjadinya kanker tersebut. 
Penanganan dini bisa membantu tingkat kesuksesan kesembuhan pada si penderitanya semakin besar dibandingkan dengan gejala yang sudah masuk ke dalam stadium yang sudah parah atau stadium akhir. Terdapat 4 stadium yang umumnya terjadi pada setiap kanker.
Gejala-gejala kanker serviks stadium awal yang perlu dicatat dan diketahui oleh setiap perempuan diantaranya ialah terjadi pendarahan yang tidak normal, sakit yang terjadi pada mulut rahim, mengalami sakit panggul, keputihan yang tidak biasa, peningkatkan frekuensi buang air kecil, sakit ketika melakukan hubungan badan, mengalami kesulitan buang air kecil, gangguan pencernaan, kehilangan nafsu makan, dan juga mengalami kelelahan. 
Beberapa gejala yang timbul memang sulit diditeksi apakah gejala tersebut merupakan kanker serviks atau bukan karena beberapa gejala hampir sama dengan gejala penyakit lainnya. Maka dari itu, perlu dilakukan penanganan medis agar bisa mendetail apakah gejala yang terjadi merupakan kanker atau bukan.
Melalui medicak check up, maka setiap perempuan dapat langsung mengetahui apakah penyakit yang sedang dideritanya tersebut merupakan penyakit kanker serviks atau bukan. Melalui tindakan medis yang tepat maka akan langsung mendeteksi secara jelas apakah gejala yang terjadi merupakan kanker serviks atau bukan. 
Setelah mengenali gejala-gejalanya maka anda bisa langsung melakukan tindakan lebih lanjut karena tindakan atau pengobatan dini terhadap kanker ini sangat penting sekali sebelum masuk ke stadium yang lebih parah lagi. Stadium yang lebih parah atau stadium akhir akan sulit untuk ditangani oleh setiap ahli kesehatan. Dengan pemaparan gejala di atas, sedikit banyaknya kini anda dapat mengetahuinya. 
Categories
Uncategorized

UT School: Seteguk Cita dari Astra

Seorang siswa datang kepada saya paruh bulan lalu, ia bertanya tentang cita-cita dan masa depannya. Sebenarnya, tiap tahun sejak 2013 saya menerima pertanyaan dan curahan hati siswa mengenai hal serupa. Saya akui bahwa kalutnya pemikiran mereka antara bayang bekerja dan kuliah di mana keduanya memiliki konotasi yang berbeda. Namun, sebagian besar dari mereka yang bertanya adalah tentang apa dan bagaimana setelah lulus kuliah nanti.
“Pak, jurusan apa yang terbaik
bagi saya?” tanya seseorang itu. Jawaban serupa seperti tahun-tahun yang lalu,
saya berikan kepada dirinya. Bahwa itu, adalah
kemauan dan kemampuan yang sejalan beriringan
. Saya tidak memberi jawaban
harus pilih jurusan ini atau itu, atau jurusan ini lebih baik atau itu lebih
baik lagi.
“Pak, jurusan apa yang mudah
dapat kerja nanti?” seseorang itu ‘kembali’ menyudutkan saya. Tentu, ini bukan
mudah memberi jawaban yang pasti. Mungkin saja, perkembangan masa yang terus
menuju ke ujung cita, mereka yang selama ini melihat sudut dunia lebih dewasa
merasa khawatir tidak mendapatkan pekerjaan seusai kuliah. Saya tidak menjawab
jurusan ini akan memberi lowongan kerja, jurusan ini mudah dapatkan pekerjaan. Tetapi,
pilih jurusan yang sesuai kemampuan dan kemauan,
niscaya pekerjaan itu akan datang dengan sendirinya!
“Pak, saya mau langsung kerja
selesai kuliah!”
“Pak, saya mau bekerja apakah
bisa nggak kuliah?”
“Keahlian kamu apa?” saya
bertanya untuk sekadar tahu ke mana arah dari pertanyaan mereka. Banyak pula
yang menaruh harapan pada dua pertanyaan terakhir ini. Mereka yang datang
menemui saya karena sadar satu hal, “Saya tidak rangking di kelas, Pak!” mereka
tidak berprestasi sebagaimana saya tahu. Tidak mungkin mereka duduk saja di
warung kopi padahal telah lulus sekolah menengah.
Barangkali, pemandangan alumni
sekolah menengah duduk di warung kopi telah menjadi hal biasa. Entah karena
tidak memiliki keinginan untuk melanjutkan pendidikan, mungkin juga karena
tidak mau sekolah lagi di mana masih beranggapan “Presiden orang lain, menteri orang lain, guru orang lain dan siapapun
orang lain!”
Pemikiran demikian mendasari bahwa hidup hari ini bukan untuk
makan sedangkan perut terus keroncongan. Paling tidak, isi dompet cukup untuk sebungkus
nasi dan tidak meraung kepada orang terdekat karena itu.
Kreativitas yang tidak diasah
makin lama akan mati suri. Maka, tidak ada harapan untuk berbenah di kemudian
hari saat penyesalan datang tiba-tiba. Sebagai seorang guru, saya teramat
sering menemukan alumni sekolah yang semula semangat belajar berubah menjadi
sosok berbeda. Sungguh sayang saat generasi yang sebenarnya duduk manis di
bangku sekolah harus kandas karena berbagai faktor. Dari sini pula kita harus
sedikitnya tahu apa yang diinginkan dan dimaui. Jika orang lain melanjutkan
kuliah karena pengharapan hidup lebih baik, maka mereka yang tidak memiliki
kemampuan untuk itu tidak ada salahnya mengubah persepsi ke arah ‘finansial’
saja.
Orang pintar tidak selamanya
beruntung. Orang beruntung adalah mereka yang berusaha. Maka, usaha tidak
pernah mengibuli hasil. Catatan ini mungkin saya tujukan kepada mereka yang
telah melepas status sebagai pelajar, baik siswa saya terdahulu maupun siapapun
yang membaca ini. Saat kita sadar bahwa dengan kuliah belum tentu menghasilkan
apa yang diinginkan, maka tidak ada salahnya untuk memutar haluan mencari ‘kampus’
yang menggenapkan keahlian menjadi nyata. Jika orang lain lulus kuliah mencari
kerja, untuk kita bagaimana cara lulus kuliah harus membuka lapangan pekerjaan!
Setidaknya, pekerjaan untuk diri
kita sendiri. Bagian yang secara berkelanjutan dibutuhkan orang lain. Tak
mengenal hari libur maupun waktu kerja. Bebas di ruko besar atau di kedai kecil
pinggir jalan. Di mana mudah ditemukan oleh mereka yang mendadak musibah di
jalanan. Bengkel sepeda motor. Adalah
secuil asa yang selalu didoakan oleh mereka yang menerima putusan ‘rusak’ dari
kendaraan. Serasa nggak penting, begitu adanya tetapi mereka membawa jasa yang
cukup besar kepada kita.
Namun, untuk mencapai ke titik
ini tentu butuh proses yang panjang. Juga butuh pendidikan agar menggenapkan
kemampuan demi keahlian dalam meraih profesionalisme kerja. Kembali ke mereka
yang termenung di warung kopi, seakan kehilangan arah, mungkin sekolah yang
demikian saya maksud adalah pilihan terbaik saat ini. Salah satu sekolah yang
telah memberikan konstribusi yang luar biasa kepada lulusan SMA dan sederajat
adalah UT School.
UT School lahirkan mekanik dan operator alat berat terbaik.
Saya seolah ingin mengarahkan
siswa-siswa yang bertanya tentang masa depan ke pendidikan tinggi ini. Saya
berpikir ‘instan’ tentang masa depan yang tidak memiliki keahlian apa-apa,
meskipun telah lulus kuliah namun jika tidak kreatif pekerjaan itu tidak mudah
didapatkan. UT School merupakan salah satu sekolah tinggi yang mendidik alumni
SMA, MA dan SMK untuk menjadi tenaga terampil yang profesional. Yayasan Karya
Bakti United Tractors (YKBUT) mendirikan UT School pada tahun 2008 dengan
tujuan utama melahirkan tenaga mekanik dan operator alat berat terbaik. YKBUT
merupakan sebuah yayasan di bawah payung Grup Astra yang menyelengarakan
pendidikan jangka panjang dan jangka pendek, dan juga pengembangan sekolah
kejuruan dengan alumni yang terampil. Sampai saat ini, UT School telah
melahirkan alumni yang profesional sebanyak 9.239 lebih.  
UT School Gerbang Masa Depan
Terampil sudah pasti karena di UT
School siswa dilatih untuk menjadi bisa dengan praktek lapangan. Sejauh ini, UT
School memiliki dua program studi yaitu Mekanik Alat Berat dan Operator Alat
Berat. Keduanya berkaitan satu sama lain dalam rangka ‘memoles’ besi menjadi ‘hidup’
kembali dalam membantu banyak pekerjaan kita. Sekolah yang memiliki pendidikan
dasar yang kuat ini cocok untuk mereka yang selama ini masih membatu dalam
akademik, atau lebih tepatnya sekolah ini sangat cocok untuk mereka yang selama
ini belajar dengan sistem visual. Di mana hampir keseluruhan materi ajar adalah
praktek lapangan.
UT School memiliki tenaga
pendidik yang profesional di bidangnya. Setiap materi ajar tentu sangat
berdekatan satu sama lain di mana kebutuhan akan dunia nyata semakin dekat. Selama
pembelajaran, bimbingan dan arahan diberikan secara berkesinambungan sehingga
tidak ada celah untuk berbuat salah – meminimalkan kesalahan. Sebagaimana kita
ketahui bahwa untuk urusan mesin berbeda dengan benda hidup di mana akan
menghindar saat merasa sakit, mesin akan rusak atau tidak berjalan semestinya
jika salah memasang satu baut saja.
Pendidikan melalui bimbingan dan arahan pendidik profesional.
Pendampingan secara teori akan
memberikan arahan dan bimbingan yang baik mengenai tata cara dan aturan baku dalam
menjalankan perintah kepada mesin. Teori demi teori akan berkaitan dengan
praktek lapangan di mana pendidik juga memberikan dukungan penuh sehingga
kesalahan yang dibuat akan berkurang.
Praktek dalam bimbingan dan arahan tenaga pendidik profesional.
UT School datang dengan sebuah
harapan bahwa tenaga terampil yang terbimbing dengan baik akan menjadi ‘seseorang’
yang bisa menghasilkan sesuatu yang lebih besar. Makin diasah kemampuan mereka
di sekolah ini maka makin tumbuh kesadaran bahwa ke depan walau hanya satu baut
saja bisa membuat kendaraan berhenti berjalan. Sekolah dengan bimbingan yang
kontinu dan terarah akan lebih baik daripada sekolah dengan banyak teori. UT
School memberikan kesegaran bahwa tanpa menjadi pekerja di perusahaan nantinya
lulusan bisa menciptakan lapangan pekerjaan sendiri.
UT School dan Sebuah Cita-cita
Tidak sedikit dari mereka yang
lulus SMA menjadi pemurung; apakah karena kurang biaya melanjutkan pendidikan
atau karena bingung mau memilih jurusan yang tepat. UT School bisa disebut
sebagai sekolah yang melatih dengan pasti. Setiap saat pembelajaran berlangsung
dengan praktek di mana pendidikan demikian adalah salah satu yang diingini
untuk meraih kesuksesan secara tiba-tiba.
Pendidikan yang dijalankan sesuai
dengan kebutuhan peserta didik akan memberikan dampak yang luar biasa setelah
pendidikan itu selesai. Peserta didik yang selama ini terpaku kepada teori
tidak lagi merasa kebingungan saat telah berada ke dunia kerja. UT School
membuat mereka memakan banyak ‘baut’ untuk mendapatkan hasil terbaik, baik itu
penerapan secara kelompok maupun personal. Di mana terlihat jelas bahwa
pendidikan berlangsung untuk menjadikan tenaga terdidik yang profesional.
Praktek langsung yang menjadikan alumni terdidik dengan baik.
Praktek langsung yang menjadi
pembelajaran penting bagi UT School tak lain memberikan semangat juang mereka
meningkat. Tiap senti mereka melakukan kesalahan, maka saat itu pula mereka
akan memperbaikinya. Hal ini menjadi penting di mana saat lulus nanti, mereka
akan bekerja secara sendiri-sendiri dan teliti dalam tiap pekerjaan.
Tiap kesalahan akan diperbaiki dengan teliti.
UT School juga memberikan
kesempatan yang sama, tidak ada perbedaan apakah itu laki-laki maupun
perempuan. Bayangan di mana ‘teman’ mesin adalah kaum pria, semestinya harus
ditepis dalam memasuki perkarangan sekolah ini. Kesempatan diberikan kepada
mereka yang ingin mengepakkan sayap sesuai keahlian di bidangnya. Tidak ada
yang bisa membendung keinginan dan keahlian seseorang dan sekolah ini
memberikan jawaban yang tepat kepada mereka yang butuh.
Tidak ada perbedaan gender di UT School.
UT School dan Angan Sekolah Tinggi Profesional
Sekolah yang melatih
profesionalisme tinggi dan disiplin kuat tidak banyak, UT School menjadi satu
dari bagian kecil itu. Profesionalisme di dalam bidang yang diajarkan akan
membuat mereka menjadi alumni yang disegani. Mereka juga memiliki semangat yang
cukup kuat dan fisik yang bagus karena sekolah ini menerapkan disiplin yang
ketat. Hal ini terlihat dari latihan fisik yang dilakukan oleh mereka yang
sedang sekolah di sana.
Latihan fisik bersama pendidik profesional.
Latihan ketat ini mungkin saja
dianggap sebagai bagian yang tidak penting tetapi untuk tenaga mekanik dan
operator perlu sekali. Di mana saat menjadi tenaga terampil nantinya, tidak ada
kata permisi kepada cuaca dan tempat kerja jarak atau dekat, berlumpur atau
mulus, di tengah lautan atau hutan, di pinggir kota atau desa, saat terdesak
atau pelan-pelan saja. Saat dibutuhkan mereka harus siap memberikan yang
terbaik. Jika pun belum berbicara tentang kelulusan, saat masih belajar juga
dibutuhkan fisik yang kuat di mana tiap saat adalah praktek. Selain praktek
juga ‘bekerja’ nyata di lokasi proyek di mana pekerjaan ini menjadi sebuah batu
loncatan menjadi tenaga yang benar-benar terampil.
Praktek – bekerja – tak kenal cuaca.
UT School adalah salah satu
sekolah yang menjawab galau setiap tanya, mau
ke mana
setelah lulus SMA. Sekolah ini – sekali lagi – tidak hanya
memberikan keterampilan untuk masuk dunia kerja tetapi juga menjadikan alumni
sebagai pekerja bahkan pencipta lapangan pekerjaan. Bagian akhir ini sangat
penting sekali karena kerisauan untuk mendapat pekerjaan masih menghantui. Dengan
lulus dari sekolah terbaik ini, alumni bisa membuka bengkel mobil, bengkel
sepeda motor – misalnya. Bahkan, tidak tertutup kemungkinan alumni yang
memiliki kemampuan tersebut menjadi tenaga pengajar yang profesional di
sekolah-sekolah kejuruan. Kemungkinan yang demikian bisa mungkin terjadi
asalkan ilmu telah tersimpan dengan baik.
Maka, saya bisa memberi jawaban
dengan bijak kepada siswa yang nanti kembali bertanya, “Jurusan apa yang tepat
untuk saya, Pak?”
***
Referensi tulisan dan gambar:
http://www.utschool.sch.id
https://www.astra.co.id/CSR/Foundation/KARYA-BAKTI-UNITED-TRACTORS-FOUNDATION-YKB-UT 
Categories
Uncategorized

Suami Temperamental Rela Tinggalkan Istri Lantaran Mandul

“Aku ingin memiliki keturunan setelah menikah, sama halnya dengan perempuan lain di kampung kami. Aku telah memberikan yang terbaik kepada laki-laki itu. Orang yang enggan kusebut namanya sekarang ini!”
Kesedihan wanita.
“Usia pernikahan kami beranjak sangat cepat dalam hitungan hari sampai melewati tahun. Aku semakin merasakan ketidaknyamanan berada di antara gusar dan gelisah setiap hari. Bangun tidur aku merasakan beban yang teramat luar biasa. Menjelang malam, tidurku tidak pernah tenang sebelum laki-laki yang kusebut suami pulang dan berbaring di sampingku. Tetapi, seperti hari-hari sebelumnya, aku hanya bisa bermanja dengan dinding putih, lampu temaram, suara jengkrik, dan angin malam yang membuat bulu kuduknya merinding.”
Namanya Rosanti, sebut saja Anti. Anti seorang tenaga honorer di salah satu sekolah negeri. Usia Anti memasuki 27 tahun pada tahun ini. Usia pernikahan mereka memasuki 5 tahun. Tetapi Anti sama sekali tidak menemukan keteduhan dari bahasa verbal maupun nonverbal dari Imran, laki-laki yang kini disebut dan dipamerkan sebagai suami. 
Entah apa yang terjadi setelah seminggu pernikahan mereka, Imran tidak lagi mengubris Anti sebagai istri. Imran hanya ingat Anti saat kebutuhan biologisnya harus terpenuhi, selebihnya Imran merayap ke seluruh penjuru kampung mereka yang tidak diketahui tepatnya. 
Sebait tanya saja terlontar, Imran akan berang. Lebih sering Imran melukai Anti dalam diamnya, sebelum pergi dengan membanting pintu. 
Malam-malam setelah pertengkaran mereka, Anti akan menghiasi malam seorang diri. Imran tidak pulang walaupun berkali-kali Anti kirimi pesan singkat di tengah malam buta. Saat dihubungi nomor ponselnya, Imran malah mengalihkan panggilan sehingga Anti terkulai dalam gundah sepanjang malam. 
Mereka tinggal berdua di kampung Imran. Rumah mereka – tepatnya rumah Imran – berjarak satu kilometer dengan rumah penduduk lain. Apapun yang terjadi di rumah tangga mereka tidak akan ada seorang pun yang mengetahuinya. 
Imran tidak pernah bermain tangan begitu mereka perang mulut. Kata-kata yang keluar dari mulut Imran, bahkan lebih perih dibandingkan tergores silet tajam. 
Ketakutan Anti beralasan di malam sunyi. Anti tidak mampu berjalan keluar rumah karena malam membutakan pandangannya. Anti terlahir sebagai perempuan, masyarakat akan melihatnya tidak bermakna jika langkahnya menyusuri jalan ke rumah orang tua yang jauhnya sekitar 20 kilometer. 
Siapa pun orang pasti akan memiliki teman bahkan sahabat. Imran juga memiliki sahabat tanpa Anti kenali watak mereka. Jika terjadi pertikaian di dalam rumah, Imran akan pergi menemui sahabat-sahabatnya. 
Bukan tidak pernah Anti mengajak Imran mendiskusikan hal ini. Bagi Anti, setelah menikah, istri memiliki kedudukan lebih tinggi dari pada sahabat. Waktu 24 jam bisa dihabiskan sedikit saja bersama sahabat, selebihnya hanya untuk Anti, mendalami rasa cinta yang dulu pernah mengayun langkah membina rumah tangga. 
Sering kali Anti melihat Imran bercengkrama bersama sahabat-sahabatnya melalui telepon. Salah seorang sahabat Imran, Budi, merupakan laki-laki muda tanpa tanggung jawab apa-apa. 
Budi sering sekali berkunjung ke rumah, makan masakan yang dimasak Anti dengan uangnya sendiri, tidur di depan televisi dengan celana pendek bahkan telanjang dada, meninggalkan baju kotor di rumah mereka sampai-sampai uang jajannya berani diminta kepada Imran. 
Imran tidak pernah menolak kehadiran Budi. Di antara sahabatnya yang lain, Budi satu-satunya pembuat onar dalam keluarga Anti. Imran sering menghabiskan waktu bersama Budi, ke mana-mana mereka berdua saja tanpa beban apa-apa. 
Budi masih lajang, wajar saja tidak memikirkan apa-apa dalam hidupnya. Tetapi Imran, memiliki seorang istri di rumah yang wajib dipenuhi nafkah lahir dan batin. Imran lupa memberikan Anti uang jajan atau uang membeli kebutuhan rumah tangga kami. 
Imran hanya menerima nasi dan lauk sudah tersedia di meja makan. Imran hanya akan menyentuh Anti saat batinnya membutuhkan sentuhan lembut seorang perempuan!. 
Anti melihat sendiri, Budi tidak pernah merasa bahwa Imran sedang dalam status pernikahan. Tanpa kenal waktu Budi mengajak Imran ke tempat-tempat kesukaan mereka. Imran ikut saja karena dia merasa lebih tenang bersama Budi di hari-harinya. 
Kebutuhan finansial Budi pun dipenuhi Imran tanpa pamrih; selain uang jajan, Imran mengirimi pulsa untuk keperluan komunikasi Budi. Sekali saja Anti meminta pulsa misalnya, Imran hanya memberikan isyarat dompetnya sedang kosong. 
Imran membuat hidupnya bagai seorang lajang, tak memiliki tanggung jawab sama sekali. Di tengah petir maupun hujan lebat, Imran lebih memilih Budi maupun sahabatnya yang lain di warung kopi. Saat hujan reda, pintu rumah mereka tidak terbuka sampai pagi. 
Imran akan pulang saat perutnya kosong, bahkan lagi-lagi membawa serta Budi. Pagi yang dingin, di antara tatapan mata tajam Imran, Anti menyiapkan sarapan untuk tiga orang. Nasi putih saja tidak cukup terhidang di meja makan tanpa disertai lauk. 
Nasi dan lauk tidak cukup membuat Imran senang, Anti harus meletakkan gelas berisi air putih di hadapannya. Padahal, ceret dengan air putih sudah berada di atas meja, tinggal Imran mengambil gelas tak jauh dari duduknya. 
Anti menghidangkan semua kebutuhan Imran sesuai keinginannya. Dari mana Anti mendapatkan uang membeli kebutuhan rumah tangga mereka, Imran tidak mau tahu. Sebagai tenaga honorer Anti tidak memiliki jatah gaji perbulan. 
Seringkali Anti menerima hasil keringat di bulan ketiga dengan jumlah tak lebih dari satu juta rupiah. Imran memang tidak pernah mengambil tabungannya, tetapi kebutuhan rumah tangga mereka tidak akan tercukupi. Anti malu meminta terus-menerus kepada Ayah dan Ibu. Mereka tahu Imran bekerja sebagai tauke karet di kampung mereka. 
Tetapi kedua orang tua Anti tidak tahu hasil penjualan karet itu dibawa untuk foya-foya bersama sahabat-sahabatnya. Orang tua Anti pun tidak tahu, Imran lebih mementingkan tersambungnya nyawa Budi dibandingkan hidup istrinya. Sebagai perempuan kampung, Anti tidak benar-benar paham definisi cinta antara kedua sahabat itu, biarpun Anti sudah sarjana pendidikan agama. 
Dalam keyakinannya, Anti paham bahwa tiga bulan berturut-turut suami tidak memenuhi nafkah batin maupun fisik, maka talak satu sudah jatuh dengan sendirinya. 
Bagaimana Anti? 
Hidupnya kini antara langit dan bumi. Imran menggantung ikatan pernikahan mereka di antara ada dan tiada. Seperti yang sudah dikatakan, Imran tidak membekali Anti dengan nafkah materi. 
Namun Imran akan membutuhkan Anti begitu tubuhnya gemetar menahan hasrat berhubungan suami istri. Anti melayani, penuh getir, penuh harap, Imran akan berubah setelah malam itu. Malam beranjak pagi, Imran membersihkan diri lalu pergi tanpa menoleh lagi ke arah Anti. 
Imran terbiasa melakukan hal demikian. Hidup Anti tidak pernah nyaman berada di dekat Imran. Berkali-kali pula Imran mengatakan hal yang sama. Hanya Anti saja yang berkeras hati supaya pernikahan mereka berlangsung lama. 
Anti tidak mau menanggung malu pada semua pandangan yang menilainya sebagai perempuan tak bermoral. Usia masih muda sudah berpisah dengan suami menjadikannya sebagai perempuan tak berharga di mata agama dan sosial. Perbuatan halal menurut agamanya tidak lantas halal bagi masyarakat yang menganggap pernikahan hanya sekali. 
Anti bahkan tidak lagi memahami dengan baik perceriaan itu. Imran masih mendekatinya saat dia butuh walaupun Anti sering menolak. Kebutuhan batin Imran terpenuhi lalu pergi lagi. Tiga bulan tidak mendekati Anti tetapi Imran akan datang lagi setelah itu. 
Jika keputusan agama menuntun bahwa perceraian sudah terputus maka mereka telah berzina sekian lama. Imran tidak mengeluarkan kata-kata, hanya berbuat saja, sesuai kemauan dirinya. 
Anti mempertahankan rasa tidak nyaman itu dalam kesendirian, supaya nama mereka tidak tercoreng dalam tradisi dan adat-istiadat. Tetapi Imran memilih berkata lain. 
“Kamu tidak memberiku keturunan!” Imran berkata sambil lalu, memegang ponselnya dengan suara girang Budi di ujung sana. 
Aku yang tidak memberi keturunan atau kamu yang tidak memiliki keturunan! Suara hati Anti tak pernah didengar Imran. 
Berulang kali pula Anti memeriksa kesehatan, dokter mengatakan hal yang sama. Anti benar-benar dalam kondisi sehat dan tidak mandul! 
Anti mengajak Imran ke dokter yang sama, laki-laki ini menolak dengan berbagai alasan. Di matanya, hanya perempuan saja yang mandul sedangkan laki-laki tetap perkasa dengan kejantanan mereka. Alasan ini pula Imran menjadikan prestasi lainnya untuk mengunci raga Anti di dalam rumah.
“Saya malu bawa-bawa istri tak beranak!” kata-kata Imran sangat melukai perasaan Anti. 
Imran malu? Karena dirinya tidak punya anak? Mereka sama-sama tidak punya anak. Dan banyak orang lain yang tidak punya anak, Imran lupa dalam keluarganya juga ada Bang Ali yang tidak punya keturunan di usia 40 lebih. Bang Ali masih menyayangi istrinya di hadapan kami. Imran saja yang berwatak keras kepala dan menyalahkan Anti sebagai perempuan “cacat.” 
Karena alasan ini pula Imran memilih Budi menghabiskan sisa hidupnya? Barangkali suatu saat Imran akan memperistrikan Budi setelah menceraikan Anti!
“Kita cerai saja!” lanjut Imran tanpa menoleh ke arah Anti. Budi terkekeh di ujung telepon.
Dan Imran, akan merasa kehilangan setelah Anti pamit dari hidupnya!
Proses dialog antar dua pandangan berbeda berlangsung tidak sehat bagi Anti. Anti berada di kelompok tertuduh seorang diri. 
Imran memaparkan semua permasalahan dalam keluarga mereka di hadapan orang dituakan kampungnya. Anti berada di posisi sangat lemah dalam lingkungan keluarga orang lain. Orang-orang tua kampung Imran hanya menerima pendapat Imran, tanpa mendengar sedikit saja ucapan Anti. 
“Kami sudah tidak sehati lagi, mana mungkin saya tinggal bersama perempuan yang tidak pernah memasak, mencuci baju dan tidak memberikan kebutuhan batin itu!”
Imran sudah menjelma menjadi laki-laki asing di hadapan Anti. Sakit sekali hatinya mendengar ucapan Imran. Pandai sekali Imran memutar-balikkan kenyataan menjadi khayalannya semata. 
Salah seorang orang tua kampung memberikan waktu seminggu kepada mereka untuk menyelesaikan masalah dengan kepala dingin. Supaya mereka bisa menenangkan diri, Anti maupun Imran bisa berubah. 
Seminggu berlalu, Imran tidak pernah menampakkan tubuhnya di hadapan Anti. Imran juga tidak memenuhi janjinya ke rumah orang tua kampung memberikan keputusan hubungan mereka. Anti tidak berani melarikan langkah ke rumah orang yang dituakan itu, karena Anti orang asing, karena Anti seorang perempuan! 
Lalu, Imran pulang membawa perkataan, “Pulanglah ke rumah orang tuamu, setelah itu baru saya pulang ke rumah ini!” bukankah itu kalimat cerai secara tersirat?
Laki-laki itu menjadikan Anti tumbal masalah rumah tangga mereka. Imran mencari-cari cara sehingga Anti tersalah. Anti tidak pernah mengemasi barangnya dari rumah tangga mereka, jika ia beranjak selangkah saja itu akan memberikan bukti bahwa Anti penyebab rumah tangga mereka retak berkeping-keping. 
Seminggu berlalu, sebulan sudah hilang setelah perjanjian dengan orang tua kampung. Imran tak pulang ke rumah, Budi pun terlihat sering seorang diri. Hanya Bang Ali yang datang ke rumah, mendamaikan sifat Imran dengan Anti. 
“Pulanglah, Anti. Imran ada di rumah Ayah, keputusan kalian akan diputuskan pengadilan seminggu lagi, dia sudah rela melepaskanmu!” Bang Ali berkata dalam sendu, dapat terlihat raut kecewa dalam diri abang Imran ini. 
Artinya? 
Aku bukan siapa-siapa lagi di sini!
***
Berdasarkan kisah nyata tanpa mengubah alur cerita sebenarnya. Nama tokoh adalah bukan nama sebenarnya.