Categories
Uncategorized

Review ROG Zephyrus S GX502; Apa Mungkin Guru Pakai Laptop Rp 35 Juta?

Bicara teknologi game, pengembang terus menghadirkan game terbaru untuk menina-bobokan rasa jenuh. Orang-orang kreatif yang diajarkan oleh guru mereka mampu melampaui batas dalam menciptakan sebuah game. Game yang dihadirkan saat ini bukan lagi sebatas ular tangga maupun game paling fenomenal, Solitaire.

Tiap komputer yang dibeli, suatu masa lalu, pastilah mendapati Solitaire yang bahkan masih dimainkan hingga kini. Game ini cuma sebuah ‘produk’ yang jadi kenang-kenangan tetapi tidak dilupakan begitu saja. Meskipun game kelas berat telah ada, game pra-instal di Windows ini menjadi sesuatu.
ASUS ROG Zephyrus S seharga Rp 35 jutaan.

Solitaire kita tempatkan di ruang kenangan terdalam. Bermula dari game ini kemudian waktu mengajarkan pengembang beragam game lain. Di beberapa negara maju, dalam pembelajaran sekolah, sistem belajar tidak lagi soal nilai akhir maupun harus menjadi dokter, polisi maupun guru. Pembelajaran yang sesungguhnya adalah bagaimana mengembangkan diri menjadi diri sendiri.

Maka, lahirlah game-game yang kemudian kita kenal game PC – eSport maupun game AAA – dan juga mobile game yang kian digemari seperi Mobile Legends maupun PUBG. Game ini tentu saja tidak lahir dengan sendirinya tetapi dilahirkan karena ada perangkat yang mendukung.
ROG Zephyrus S salah satu anggota dari keluarga Republic of Gamer yang diprakarsai oleh ASUS. Bodi yang tipis dan berat yang lebih ringan dibandingkan seri lain dari ASUS ROG, menjadikan ROG Zephyrus S digadang-gadang bisa melampaui batas penggunaan karena mudah dibawa ke mana-mana, lebih stylish dan juga kencang dalam performa.

Desain Ramping untuk Sebuah Laptop Gaming

ASUS sudah lebih dari cukup bermain-main dengan laptop gaming yang berat dan memiliki performa kencang. Pada ROG Zephyrus S ASUS menawarkan perubahan yang sangat signifikan. Keluarga ROG Zephyrus S terkenal sebagai laptop gaming yang slim namun menjanjikan kecepatan dalam bekerja.
Laptop gaming mempunyai kebiasaan layar yang lebih besar, ROG Zephyrus S datang dengan layar 15 inci tetapi dibuat lebih ringkas. Sesuai dengan tagline sebagai laptop gaming tipis ASUS ROG, bodi laptop ini 25 persen lebih tipis dibandingkan laptop gaming pada umumnya. Jikapun kita mengangkat dan membandingkan kembali bobotnya, laptop ini 42 persen lebih ringan.
Sampai di sini, ASUS ROG dengan ROG Zephyrus S begitu mengetahui kemauan dari generasi milenial pecinta game, yang menginginkan laptop gaming yang lebih tipis dan ringan. Mereka tidak lagi sebatas memamerkan logo ROG yang menyala tetapi lebih kepada kemudahan untuk dibawa dan lebih fashionable dari laptop gaming yang terlihat lebih berat.
Laptop ROG tipis.

ROG Zephyrus S memiliki berat 1,99kg yang sebenarnya ini adalah berat untuk laptop ‘kantoran’ pada umumnya. Teknologi Super Narrow Bezel yang membuat bodi laptop ini lebih ringkas, memungkinkan bezel lebih tipis sehingga terlihat lebih kecil dari ukuran sebenarnya.

Metal Black menjadi warna pilihan ASUS untuk ROG Zephyrus S yang mana selain tipis terlihat gahar di sisi lainnya. Warna gelap di bodi ini cukup menarik karena bodi itu sendiri terbuat dari bahan magnesium alloy yang ditambah dengan struktur honeycomb reinforcement untuk memastikan bahwa laptop ini tetap kuat, meskipun sangat ringan.
Biasanya kita menemukan bekas sidik jari di bodi laptop dengan bahan tertentu, tidak demikian dengan bodi ROG Zephyrus S yang dirancang dengan baik agar tidak mudah meninggalkan bekas sidik jari. Kita cukup membersihkannya dengan tisu agar kembali terlihat lebih bersih di bagian bodi depan terutama.
Dari segi desain, bahan yang digunakan dan tentu saja logo ROG yang menyala, ROG Zephyrus S memiliki daya tarik utama yang membuat orang mudah untuk mengenalinya.

Performa Kencang Berkat Spesifikasi Mendekati Sempurna

Sebuah laptop gaming tidak saja memiliki bodi yang gahar. Soal performa adalah perkara utama sebelum kita bermain game dengan laptop gaming itu. Tak ada guna bodi keren, gagah dan menawan jika spesifikasi lebih rendah.

ROG Zephyrus S tak bisa diragukan lagi soal performa yang ditawarkan. Begitu kita buka laptop ini langsung terlihat layarnya yang lebih cerah. Penting sekali layar yang baik dan sempurna untuk sebuah laptop gaming karena kebutuhan gamer memang demikian.
Layar yang cerah ini mendapat sertifikat dari Pantone Validated Display yang aman untuk segala kebutuhan. Layar ini kemudian akan mereproduksi warna lebih akurat. Visual yang baik itu pula dengan refresh rate sampai dengan 240Hz dan response time 3ms. Bagi gamer yang membutuhkan layar dengan tingkat kecerahan lebih pas untuk game eSport maupun game AAA, laptop ROG Zephyrus S bisa menjadi teman terbaik.
Bagian manis yang lain dari ROG Zephyrus S adalah pendar cahaya yang dikeluarkan dari keyboard miliknya. Cahaya yang bergantian warna itu cukup untuk menambah mood selama bermain game.
Manis di keyboard saja tidak cukup sebelum melihat performa dari ROG Zephyrus S. Prosesor yang ditanamkan di dalam ROG Zephyrus S adalah 9th Gen Intel Core i7-9750H Processor Hexa Core (12M Cache, up to 4.5GHz), yang mana telah mendapatkan penyempurnaan di berbagai tingkatan sehingga bekerja lebih maksimal.
Performa yang lebih baik ini juga didukung oleh kartu grafis NVIDIA GeForce RTX 2060 atau RTX 2070 – tergantung pilihan pembelian. Kartu grafis terkini ini mampu memaksimalkan kinerja prosesor sehingga visual menjadi lebih menarik dan berbeda dengan laptop gaming lain di pasaran.
Sebagaimana diketahui bahwa laptop gaming akan bekerja lebih keras dibandingkan dengan laptop lain. ASUS menanamkan sistem pendingin Intelligent Cooling di dalam ROG Zephyrus S. Teknologi dari sistem pendingin ini adalah Active Aerodynamic System (AAS) yang merupakan ciri khas dari ROG Zephyrus.
Layarnya sangat baik untuk gamer dan profesional lain.

Windows 10 menemani laptop gaming dengan media penyimpanan 512GB M.2 NVMe PCIe SSD. ROG Zephyrus akan makin kencang dengan pilihan RAM 16GB atau 32GB, sesuai dengan kebutuhan gamer. Makin profesional seorang gamer, maka makin lebih besar RAM yang dibutuhkan karena game yang dilahap juga makin banyak dan berat.

ROG Zephyrus S akan bertahan sampai dengan 8 jam penggunaan normal bermain game, dengan kapasitas baterai 76WHrs berjenis Li-ion. Rongga kipas di bagian belakang juga akan berjalan maksimal meskipun penggunaan lebih lama.
Dalam kebutuhan yang kekinian dan perlu, ROG Zephyrus S memiliki koneksivitas Wi-Fi 5 dan Bluetooth. Transfer data makin kencang dengan 2 buah USB 3.1 Type-A, 1 buah USB 3.1 Type-C, Jack Audio, HDMI dan juga Ethernet Port. Audio yang dikeluarkan dari ROG Zephyrus S makin baik berkat teknologi Smart AMP.

Port USB di ROG Zephyrus.
Port jack audio, HDMI dan lain-lain.

Jadi, dengan banyak port ini memungkinkan kita untuk mudah mengirim dan menerima data dari berbagai pihak. 

Apa Mungkin Guru Pakai Laptop Rp 35 Juta?

ROG Zephyrus S GX502 dijual dengan harga mulai dari Rp 35.999.000 untuk pasar Indonesia. Bagi seorang gamer profesional harga tersebut tentu saja ‘biasa’ karena kebutuhan terpenuhi. Bagaimana dengan seorang guru?

Ada yang berpendapat kalau guru itu pakai laptop murah saja. Mungkin, orang yang berpendapat itu tidak terjun langsung ke dunia pendidikan saat ini, atau memang pelit untuk mengeluarkan biaya besar untuk sebuah laptop.
Makin ke sini, kebutuhan laptop bagi seorang guru makin menjadi-jadi. Guru tidak lagi dituntut mengajar dengan sistem CBSA, lebih dikenal dengan istilah keren catat buku sampai abis. Guru itu harus inovatif dan kreatif.
Caranya adalah dengan membuat perangkat pembelajaran yang keren dan disegani oleh siswa. Guru yang kreatif akan membuat video animasi, belajar menggunakan teknologi yang tercepat dan terdepan, lalu hampir semua aplikasi yang berkenaan dengan kreativitas itu tidaklah mudah dan bisa dijalankan di laptop murah.
Tipis dan performa tinggi cocok untuk guru.

Jika kita bicara pengisian raport misalnya, atau pelaksanaan ujian nasional berbasis komputer, semuanya membutuhkan laptop yang benar-benar gahar dan kuat. Sampai di sini ROG Zephyrus S sudah menjadi bayang-bayang dalam menyukseskan pendidikan di masa mendatang.

Guru tidak lagi sebatas sekumpulan orang yang duduk manis di dalam kantor menanti jam pelajaran tetapi berbakat untuk mengolah ide kreatif di laptop. Dengan demikian, pihak swasta tidak masuk ke sekolah dengan promosi-promosi teknologi yang kemudian berbayar.
ROG Zephyrus S bisa menjawab ide-ide kreatif agar bisa dikerjakan dengan mudah dan cepat. Guru cukup membuat konsep, realisasikan dan ajarkan. Laptop ROG Zephyrus S tidak sebatas ‘berguna’ untuk para gamer tetapi sempurna untuk seorang guru yang terus berinovasi dalam bekerja dalam kecepatan.

Simpulan dan Rekomendasi

ROG Zephyrus S adalah laptop untuk semua kebutuhan. Gaming sudah pasti kencang, kebutuhan perkantoran juga tak masalah berkat sertifikat Pantone yang memungkinkan layar lebih baik dalam bekerja.

Tidak selamanya laptop gaming itu ‘cuma’ untuk bermain game semata. Para pekerja profesional di bidang lain bisa mengandalkan ROG Zephyrus S yang baik secara performa. ROG Zephyrus S sangat bisa diandalkan dalam mengedit video, rendering video sebelum dipublikasikan, maupun bekerja di luar ruangan yang mana daya tahan baterianya lebih lama. Informasi produk bisa langsung ke website resmi ASUS.
ROG Zephyrus S dengan prosesor generasi ke-9 dari Intel cukup baik dalam bekerja, belum lagi didukung oleh kartu grafis dari NVIDIA versi terbaru. Segala kemungkinan bisa didapatkan melalui laptop gaming terbaru ASUS ini. Sudahkah menentukan pilihan untuk ROG Zephyrus S?
Main Spec. ASUS ROG Zephyrus S GX502
CPU 9th Gen Intel Core i7-9750H Processor Hexa Core (12M Cache, up to 4.5GHz)
Operating System      Windows 10
Memory 16GB DDR4 2666MHz SDRAM
32GB DDR4 2666MHz SDRAM
Storage 512GB M.2 NVMe PCIe SSD
Display 15,6” (16:9) IPS-level FHD (1920×1080),
144Hz / 240Hz 3ms, 100% sRGB,
Pantone Validated Display
Graphics NVIDIA GeForce RTX 2060 6GB GDDR6 VRAM
NVIDIA GeForce RTX 2070 8GB GDDR6 VRAM
Input/Output 2 x USB 3.1 Type-A (Gen1),
1 x USB 3.1 Type-C (Gen2), 1 x USB 3.1 Type-A (Gen2),
1 x Combo Audio Jack, 1 x HDMI, 1 x Ethernet port
Camera Optional
Connectivity Wi-Fi 5(802.11ac) 1*1 + Bluetooth
Audio 2 x 1W speakers with Smart AMP technology,
Array Microphone, DAC, ESS
Battery 76WHrs, 4S1P, 4-cell Li-ion
Dimension 36.0(W) x 25.2(D) x 1.89 ~ 1.89(H) cm
Weight 1,99Kg
Colors Metal Black
Price Start from Rp 35.999.000
Categories
Uncategorized

Jadi Guru di Daerah 3T Indonesia Bagai Menusuk Jarum ke Jantung Sendiri

Presiden Pertama Indonesia, Ir. Soekarno pernah berkata, ‘Beri aku 10 pemuda niscaya akan
kuguncangkan dunia!’
falsafah yang membumi sepanjang kemerdekaan Indonesia.
Sejalan dengan wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad, saw. alquran surat
al-Alaq ayat 1 sampai 5. Bacalah.
Bukan sekadar ‘membaca’ tetapi lebih tepatnya mencari ilmu.

Soekarno, Bapak Bangsa Indonesia.
Dengan membaca; mencari ilmu, semua dapat dilakukan. Seorang anak dari keluarga miskin akan mampu
menaikkan derajat keluarganya, dengan cara, bersekolah setinggi-tingginya. Pendidikan
bukan saja mengubah watak, perilaku, menstimulasi pengetahuan namun memberikan
kelayakan hidup sewajarnya.
Kita lihat contoh di sekitar. Kehidupan yang timpang. Orang
yang berpendidikan rendah dengan berpendidikan tinggi. Orang yang kurang mampu
bersekolah tinggi, hanya terpaku pada apa yang sanggup dikerjakan. Lalu pasrah
pada keadaan, memang sudah begini nasib.
Beda dengan orang berpendidikan tinggi – ada titel atau
tidak, sekolah formal maupun nonformal – di mana akan mengubah nasib dengan
ide-ide segar, kreativitas yang dibentuk akibat berpikir dalam jangka panjang,
kerja keras yang tak kenal waktu. Juga, ada media maupun orang-orang yang
mendukung sesuai takaran kemampuan dan pergaulan.
Batavia sebelum menjadi Jakarta adalah daerah yang kumuh. Kita
tahu bagaimana ‘rupanya’ dalam dikte sejarah panjang. Tanah yang tidak begitu
subur, bahkan rawa-rawa yang sebenarnya ‘enggan’ untuk orang ke sana. Karena
Batavia pelabuhan bebas, mudah masuk siapa saja mau penjajah ataupun pendagang,
maka gemerlap Jakarta kini karena pembangunan dalam waktu lama.
Tentu, bukan karena banyak pengusaha dan perusahaan datang membedah
Batavia menjadi Jakarta yang mewah. Orang-orang yang berpendidikan memiliki
andil besar dalam mengubah struktur Ibu Kota Indonesia itu. Seorang arsitek
yang menggambar gedung-gedung pencakar langit, mereka telah melewati masa
‘karantina’ tidak sehari atau dua hari di pendidikan formal dan juga pengalaman
menggambar ribuan kali sebelum jadi gambar utuh!
Jepang ‘kembali’ dibangun di atas laut dengan mengerok pasir
pasca kekalahan di Perang Dunia II. Mata dunia memberi sanksi terhadap negeri
Sakura tersebut. Biarlah hancur akibat
ulah sendiri
. Apa yang terjadi kemudian berbanding terbalik dengan
keinginan negeri barat yang mau mereka Jepang terus menderita dalam kekalahan.
Penguasa Jepang tahu mereka telah kalah. Tidak ada bala
bantuan dari sekutu. Pemikiran yang serupa dengan Soekarno, Jepang kemudian
menyelamatkan guru dan pemuda. Sah.
Jepang kembali berkuasa dan adidaya di Asia bahkan dunia sampai detik ini. Tanpa
perlu saya sebut, beberapa merek dagang elektronik maupun kendaraan bermotor
adalah produksi negeri Doraemon ini.

Belajarlah Jika Kau Ingin Mengubah Dunia

Ilmu adalah untuk mengubah dunia. Pemuda adalah pemangku
estafet yang tak pernah berhenti mencari ilmu. Kapanpun ilmu akan mengubah
keadaan seseorang menjadi lebih baik. Ilmu membawa perubahan ke dua sisi;
menjadi manusia berbakti dalam kaya raya atau menjadi manusia bengis dalam
banyak harta. Namun, sekali lagi, ilmu yang mengubah itu semua.
Saat saya berdiri di depan kelas, dengan tabiat anak-anak pedalaman,
mungkin saya akan segera kabur karena cap daerah tertinggal itu begitu nyata. Di
sinilah saya berada; mengajar ilmu, memapah pengalaman, mencambuk kenakalan. Untuk
apa?
Biar mereka bisa
membelah dunia!
Bersama anak-anak di dalam kelas.
Daerah saya pernah masuk ke dalam daerah 3T di Indonesia; Terdepan,
Terluar dan Tertinggal. Dengar sebutan 3T saja bayangan kita langsung tertuju
kepada daerah yang penetrasi pendidikan tidak merata. Orang-orang berpakaian
kusut. Sektor pertanian terbelakang. Rumah-rumah kumuh di mana-mana.
Meski demikian, Aceh Barat terus berbenah menjadi daerah yang
layak masuk ke dalam kategori daerah dengan pembangunan yang cukup pesat. Mungkin,
di satu sisi, peran ‘kecil’ orang seperti saya tidak dianggap ada.
Saya terburu di pagi hari. Saya masuk kelas. Saya mengajar. Semua
itu dilakoni sesuai porsi seorang guru. Semata-mata untuk anak-anak mendapatkan
‘ijazah’ yang kemudian sekolah lebih tinggi lagi.
Jadi guru di daerah 3T tidaklah mudah. Jika kau mengajar di
salah satu sudut kota dengan anak-anak sadar maunya apa. Kau sama sekali tidak
mudah bergaul dengan anak-anak di pedalaman ini. Meskipun perlahan-lahan makin
modern tetapi tingkah mereka tetap serupa dalam suatu waktu.
Seiring waktu, tentu saja anak-anak yang masih ingusan telah
jadi ‘orang’ dan bahkan saya tidak lagi mengenali mereka. Terharu sebagai guru
tidak bisa ditipu. Inilah hasil didikan saya selama ini. Itulah potret
pentingnya pendidikan seperti yang diagung-agungkan oleh Soekarno.
Waktu yang terus berpacu, gelora yang menjemput asa tidaklah
pernah pudar. Kami terus mengajar. Kami terus mencambuk amunisi ke lara dan asa
anak-anak. Tidak pernah sekalipun kami membongkar tabiat jelek anak-anak ke
luar pagar sekolah.
Mereka punya cita-cita tersendiri. Mereka punya angan panjang.
Demi masa depan yang sejatinya telah kami rasakan sampai kini. Sekali lagi,
tidak mudah menjadi guru di daerah 3T. Namun, begitu kau lihat hasil jerih
payah selama bertahun-tahun; ada yang jadi guru juga, polisi, dokter, perawat,
arsitek, pekerja sosial bahkan fasilitator pertanian sekalipun, rasa bangga itu
menyeruak tajam.
3T hanya sebutan saja. Kunci utama perubahan itu adalah guru
dan pemuda. Orang tua juga berangkat dari anak-anak, jadi pemuda, menempuh
pendidikan sampai kemudian jadi ‘orang’ sesuai definisi masyarakat kita.
Porsi saya adalah mengajar. Saya tidak memedulikan apakah
mereka di daerah tertinggal, diabaikan karena ada di pedalaman, namun kurikulum
dari pemerintah tetaplah sama. Anak kota mendapatkan pelajaran Fisika, anak
desa juga demikian. Anak kota bisa berbahasa Inggris, anak desa juga diajarkan
pelajaran yang sama.

Anak Muda Jadi Agen Perubahaan

Perubahan untuk Indonesia
yang lebih baik
sejak dulu dimulai dari pendidikan. Saya bangga terlibat
langsung dalam perubahan itu. Tak akan ada kebun sawit dengan pohon tinggi dan
buah matang sepanjang waktu, tanpa penyuluh perkebunan. Tak bisa seorang montir
menempel ban bocor tanpa melalui proses pembelajaran dan pengalaman. Hal-hal simpel
yang kita anggap sepele sebenarnya berasal dari proses panjang mempelajari,
belajar tak kenal waktu dan hasil akhir maksimal.
Saya melalui proses perubahan itu step by step; dari kelas tujuh sampai kelas sembilan. Bisa kau
bayangkan masa yang saya lalui begitu berat. Mereka adalah agen perubahan itu
sendiri. Saya tidak tahu apa yang terjadi di kehidupan mereka berikutnya. Tugas
kami hanyalah mengajar. Itu saja.
Pola pendidikan yang berbeda dengan daerah maju, sikap apatis
yang terbentuk karena lingkungan, tetapi mereka ingin perubahan. Pengaruh media
sosial yang memperlihatkan gerak-gerik anak-anak kota mengubah pola pikir
anak-anak di 3T.
Tugas saya tidak hanya berat dalam mengajar sesuai kurikulum
tetapi memberikan pengarahan dalam beretika di internet. Saya mengajar persebaran sawit di Indonesia, bisa saja
mereka telah tahu terlebih dahulu daerah mana saja sebagai penghasil sawit
terbesar di negara kita.
Saya menyebut panel surya sebagai pendukung dalam pertanian,
mereka bisa saja lebih dahulu menonton di YouTube cara kerjanya. Diketahui atau
tidak, tantangan seorang guru itu lebih besar di kala internet masuk ke daerah
3T.
Perubahan yang terjadi mau tidak mau harus diterima. Sebagai
guru dan orang yang lebih dewasa dari anak-anak, memberikan pengarahan kepada mereka
menjadi sangat penting.
Kacamata orang di luar sekolah memang selalu membenarkan pemikiran
mereka. Guru cuma ingin yang terbaik untuk anak-anak walaupun di daerah
tertinggal dan dikucilkan sekalipun.

Daerah Tertinggal, Anak-anak Belum Tentu Demikian

Hidup di daerah 3T memang tidak semudah di kota besar. Akses
ke dunia luar yang sedikit, pola pikir yang lebih rendah, keinginan berubah
tidak tinggi, tetapi masih mau meningkatkan derajat kehidupan. Sekali lagi saya
tegaskan, tak ada kota sebelum adanya desa.
Saya ikuti irama anak-anak. Perlahan tetapi pasti perubahan
itu terlihat nyata. Sulit menebak mau anak-anak di usia remaja – sekolah menengah
pertama. Dasar pendidikan yang kuat membuat keyakinan bahwa suatu saat mereka
akan berbenah ke arah lebih baik.
Daerah tertinggal boleh menjadi label untuk kami tetapi
anak-anak belum tentu demikian. Mereka adalah agen perubahan yang akan mengubah
taraf hidup, masa depan dan ragam kebutuhan lain.
Anak-anak belajar. Kami mengajar. Tiap hari kecuali hari
Minggu. Pagi ke siang. Siang ke sore. Semua dilakukan untuk mendapatkan
perubahan, ubah desa menjadi kota, dan bahkan Bangun
Perbatasan Jadi Terasnya Indonesia
. Dimulai dari pendidikan secara
kontinu. Tanpa pendidikan, jangan coba-coba mau berubah!
Kau tidak bisa membaca tanpa belajar. Kau tidak dapat membangun
ruang tanpa belajar. Manakala orang menyebut sukses tanpa belajar, maka dirinya
sosok yang tidak bersyukur pernah bersekolah meskipun cuma sampai sekolah
dasar.
Akses pendidikan yang kini makin mudah membuat anak-anak 3T
jadi terdepan. Saya masih ingat ketika haru melanda beberapa anak yang lulus
kuliah tanpa tes dan mendapat beasiswa BidikMisi. Suatu kebanggaan ‘memuluskan’
cita-cita mereka menjadi nyata.
Kemungkinan yang tidak mungkin bisa terjadi meskipun di
daerah yang dikucilkan. Asal mau maka kau akan dapat. Saya telah membuktikan bahwa
dengan pendidikan perubahan itu nyata sekali di depan kita.
Demikian juga dengan KORINDO. Daerah-daerah 3T telah
mendapat ‘perbaikan’ kehidupan dari perusahaan yang telah berlayar selama 48
tahun ini. Kontribusi yang tidak sebentar dalam membangun perekonomian warga
lebih matang, dengan menanamkan nilai ramah lingkungan. Sehingga, masyarakat
setempat masih bisa menghirup usaha segar meskipun pabrik-pabrik di bangun
untuk kemajuan bersama.
KORINDO adalah perusahaan besar yang membutuhkan bibit-bibit
unggul dalam menggerakkan berbagai sektor. Mereka yang telah mengenyam
pendidikan tinggi kemudian bekerja dalam membuat kertas koran, memilih
perkebunan kayu agar dibangun miniatur terbaik, maupun perkebunan kelapa sawit
yang sangat menjanjikan sampai kini dan pola tanam padi agar menjadi gabah
terbaik.
Pekerja di KORINDO memiliki skil dan berpendidikan agar terampil.
Orang-orang
yang telah belajar tinggi, lalu pulang kampung untuk membangun negeri terlibat
aktif dalam unit usaha KORINDO. Sebut saja 10.000 pekerja di Asiki yang
merupakan bisnis utama di Propinsi Papua. Pekerja lokal yang terampil
mendapatkan lapangan pekerjaan selayaknya di daerah sendiri.
Anak-anak
muda yang berpendidikan tinggi sangat diperhatikan oleh KORINDO, tidak hanya
untuk satu jurusan kuliah semata. Kerjasama dengan Korea Internasional
Cooperation Agency membuahkan hasil terbaik dalam membangun rumah sakit umum
dengan tingkat pelayanan kesehatan kepada lebih 20.000 orang.
Salah satu klinik di Papua – korindo.co.id
Filosofi
KORINDO cukup menarik yaitu berorientasi masa depan, inovatif dan berorientasi
pada konsumen. Pemberdayaan masyarakat setempat menjadi tolak ukur kesuksesan
KORINDO dalam meningkatkan taraf kehidupan daerah 3T.
Filosofi KORINDO – korindo.co.id
Semua
yang dilakukan oleh KORINDO tidak terlepas dari peran pendidikan; guru dan
pemuda. Pendidikan yang mengajarkan banyak hal sehingga perusahaan terbesar di
Asia Tenggara ini bertahan cukup lama.
Categories
Uncategorized

Janji Muara Kuin Pada Dukuh dan Panyambangan

Akhir 2014, dalam sebuah pejamuan tak terduga saya bertemu dengan seorang pria Banjar. Logatnya yang kental sekali membuat saya kebingungan mengartikan maksud perkataannya. Pria Banjar ini tampak sangat hati-hati memilih kata.

Ucapannya selalu bermuara pada rasa syukur kepada Tuhan atas apa yang telah diterimanya. Celoteh kami berujung dari pertanyaannya mengenai Aceh yang menerapkan hukum Islam dan keingintahuan saya terhadap negeri Borneo. 


Pria ini antusias mendengar setiap kata yang keluar dari mulut saya. Tak pelak, saya pun tergiur dengan ceritanya tentang masyarakat Banjar yang alim agama. Saya semakin tertarik untuk mengetahui lebih banyak mengenai peradaban Banjar dan aktivitas mereka di Kalimantan.
Abdul Hadi duduk ditemani secangkir teh hangat di pelataran Malioboro, Yogyakarta. Berhadapan dengan saya yang sedang mengaduk-aduk kopi yang hampir dingin. Hiruk-pikuk di sekitar tidak membuat kami berhenti membagi cerita. Saya mengambil kesempatan untuk bertanya banyak hal karena ada alasan saya ingin sekali ke Kalimantan!

Pasar Terapung Muara Sungai Kuin, salah satu destinasi wisata Kalimantan Selatan yang ingin saya kunjungi sejak kecil. Photo by rigaah.wordpress.com

“Sejak dulu saya ingin ke Kalimantan karena Pasar Terapung!” mata Hadi tampak membulat, mungkin juga perasaan saya saja karena malam semakin beranjak larut.

“Apa yang menarik dari Pasar Terapung?” tanya Hadi.
“Eksotik!” jawab saya lugas. “Abad digital yang semuanya serba instan, masih ada lho pasar tradisional seperti itu. Saya ingin melihat, merasakan dan menikmati bagaimana proses jual-beli di atas air.

Tidak mudah melakukan transaksi di antara tubuh tidak seimbang dan konsentrasi berkurang karena takut tenggelam ke sungai. Saya juga tidak habis pikir bagaimana wanita di sana begitu kuat dan telaten mendayung perahu sekecil itu yang dipenuhi barang dagangan.”

Dukuh dan Panyambangan sudah terbiasa berdagang di muara, sejak kecil pun ada yang melakoninya.” Hadi menggarisbawahi bahwa Pasar Terapung telah menjadi salah satu Destinasi Wisata Kalsel.

Banyak wisatawan yang berkunjung ke Kalimantan Selatan hanya ingin melihat eksotisme Pasar Terapung. Kalimantan sendiri menyimpan banyak Pasar Terapung sehingga daerah ini dijuluki sebagai daerah seribu sungai.

“Apa itu Dukuh dan Panyambangan?”

Dukuh itu gelar untuk pedagang wanita yang memasarkan dagangan sendiri atau milik tetangga di Pasar Terapung. Panyambangan adalah gelar untuk pembeli yang membeli dagangan dari Dukuh untuk dijual kembali!”

Saya terkesima. Bahkan, sebelum semuanya menjadi lebih menarik, istilah penamaan saja telah membuat saya tak ingin berangkat dari hadapan Hadi.

Pria Banjar itu dengan senang hati memberikan “arahan” kepada saya yang awam dan terbelalak mengenai Pasar Terapung. Dari kecil saya telah tahu banyak tentang Pasar Terapung di Kalimantan, namun tak pernah kesampaian untuk menjejaki langkah ke sana.

Dukuh dan Panyambangan sedang terlibat transaksi di Pasar Terapung Muara Sungai Kuin – Photo by baliphotographyguide.com 
Masjid Sultan Suriansyah di Muara Sungai Kuin, salah satu masjid yang wajib saya kunjungi apabila ada kesemptan ke sini – Photo by dhannysurya.blogspot.com
Kata Hadi, salah satu Pasar Terapung yang terkenal ada di sungai Barito tepatnya muara sungai Kuin, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Butuh waktu lebih kurang lima jam perjalanan darat dari kediaman Hadi untuk dapat menjangkau pasar tradisional tersebut.

Benar-benar tempat yang jauh bagi saya dan tentu sangat “primitif” jika dilihat dari satu sisi. Tak berhenti sampai di situ, Hadi semakin membuat raga saya terbang di atas hutan Kalimantan bersama burung Cendrawasih karena Pasar Terapung ini tak lain pasar pagi, layaknya pasar-pasar sayur di mana-mana.

Aktivitas di Pasar Terapung ini tergolong singkat dan hemat waktu. Para dukuh mulai berdatangan selepas salat Subuh dan dipastikan belum selesai pukul tujuh pagi dagangan mereka telah ludes. Jika ingin melihat aktivitas di atas sungai itu tentu saja saya harus menyetel waktu lebih cepat, atau menginap saja di muara sungai Kuin.

“Kamu akan menyaksikan keringat bercucuran di bawah sinar ultraviolet!”

Saya berdecak kagum. Hadi menggoda saya melalui barisan kalimat yang sangat mujur. Kalimat ini membawa khayalan tingkat tinggi kepada saya yang telah lama mengidam-idamkan Pasar Terapung.


Sunrise yang menukik di antara riak air muara sungai Kuin, para dukuh yang menawarkan dagangan mereka, para panyambangan yang menawar dengan harga murah, sayur-mayur segar tampak bercahaya diterpa matahari pagi, jukung – sebutan untuk perahu dalam bahasa Banjar – diparkir tak teratur oleh para dukuh dan panyambangan, transaksi demi transaksi terjadi dalam waktu cepat, matahari yang menanjak semakin panas, dan tentu saja transaksi bapanduk yang masih menjadi primadona.
“Kenapa harus barter?” tanya saya galau. Mungkin karena seumur hidup saya belum pernah melakukan transaksi secara barter atau bapanduk.
“Inilah keistimewaan Pasar Terapung!” kata Hadi. Saya kok fokus pada perahu, aliran sungai, dan barang dagangan saja? Padahal bapanduk merupakan salah satu ciri khas Pasar Terapung. Para dukuh dan panyambangan melakukan bapanduk hampir di setiap transaksi. Wajar jika melihat pisang ditukar dengan sayur-mayur – misalnya.
Dukuh sedang mendayung jukung di Pasar Terapung Muara Sungai Kuin – Photo by Elly Nurul Janah via kompasiana.com
Ah, tidak sabar saya menjelajah Destinasi Wisata Kalsel setelah mendengar cerita Hadi. Terlahir sebagai masyarakat biasa, tanpa sengaja Hadi telah mempromosikan daerahnya secara cuma-cuma. Pertemuan tidak sengaja ini ternyata telah membawa Hadi sebagai duta wisata.

Pasar Terapung di muara sungai Kuin akan saya jejaki setelah Garuda Indonesia terparkir dengan mulus di Banjarmasin. Maskapai penerbangan anggota SkyTeam ini akan memberikan pelayanan terbaik mereka untuk wisatawan yang ingin menjelajah Borneo, termasuk Kalimantan Selatan.

Rencana boleh saja telah saya goreskan dalam sebuah catatan penting. Urusan berangkat atau tidak ke Pasar Terapung hanya tinggal menunggu waktu dan kemudahan rejeki.

Maskapai Penerbangan Garuda Indonesia yang melayani rute penerbangan ke Banjarmasin, Kalimantan Selatan – Photo by garudamiles.com

Pasar Terapung di negeri Borneo, tunggulah sesaat lagi!

***
Referensi:
Kalimantan Selatan https://id.wikipedia.org/wiki/Kalimantan_Selatan
Pasar Terapung Sungai Kuin https://id.wikipedia.org/wiki/Sungai_Kuin
Provinsi Kalimantan Selatan http://www.kalselprov.go.id/
Pesona Pasar Terapung Muara Kuin http://www.kompasiana.com/ellynuruljanah/panorama-pasar-terapung-muara-kuin-banjarmasin-kalimantan-selatan_5520450581331174739de153
Categories
Uncategorized

Hotel Dekat Bandara Soekarno-Hatta; Sensasi Kota Tangerang dan Ketepatan Waktu

Hotel dekat bandara
Soekarno-Hatta dengan fasilitas lengkap. Aeropolis dekat dengan bandara hindari
kemacetan. Hotel dekat bandara mudahkan traveler.


Saya pesan minuman es leci yakult seperti yang dipesan Mbak Katerina
kemarin. Mas Said yang menemani saya malam itu juga memesan minuman yang sama. Obrolan
kami melayang ke dunia yang benar-benar berbeda. Perbaduan antara kampung dan kota
yang melankolis satu sama lain. Malam Minggu itu menjadi malam terakhir saya menginap
di Swift Inn Aeropolis di Tangerang. Sebuah hotal yang ada di kompleks perumahan
Aeropolis yang dekat sekali dengan Bandara Internasional Soekarno-Hatta.

Rasa leci itu sangat melegakan tenggorokan, setelah siang
berkeliling Jakarta. Mas Said mulai mencairkan suasana dan kami menjadi akrab
satu sama lain. Manager hotel Swift Inn itu begitu ramah sehingga sulit untuk
saya lupakan senyumnya. Di depan hotel, terdapat beberapa restoran kecil dan
swalayan. Malam hari menjadi tempat berkumpul pekerja bandara, pramugara yang ganteng
dan pramugari yang cantik. Namun, kami tak sedikit pun menyinggung soal
ketampanan maupun kecantikan mereka yang lalu-lalang dan bahkan duduk bersinggungan
dengan kami.
Hotel dekat bandara, Swift Inn Aeropolis – Photo by Katerina
Isi cerita yang semula banyak dari saya berubah menjadi rasa
Korea saat Mbak Sulis ikut nimbrung. Rekan
sekantor Mas Said itu bercerita soal Korea yang sudah saya gemari sejak dulu. 
Es leci yakult yang nikmat – Photo by Afit.
Malam
yang beranjak pergi sepertinya makin syahdu sembari saya menanti Bang Dwi
yang masih melanglang buana di bawah gemerlap langit Ibu Kota. Lepas magrib
tadi, saya dan Mas Said memang sempat menemani Mas
Ihwan
berkeliling kompleks sampai ke kolam renang dan arena gym.

Cerita Kami Sebelum
Hari Ini di Kampung Bekelir Tangerang

Awal 2019 menempatkan awal cerita tentang traveling itu. Saya pikir, tidak ada
salahnya untuk jalan-jalan sebentar setelah launching
laptop terbaik di Pullman Jakarta Central Park pada 17 Januari. Buru-buru
pulang ke Aceh mungkin saja akan cepat frustasi dalam kesendirian dan
menyibukkan diri dengan drama Korea yang sedang tayang. Rencana keliling Jakarta
kemudian disambut oleh Mbak Katerina meskipun kemudian batal karena lelah nge-DJ
di malamnya.
Mungkin, karena wisata Jakarta yang begitu-begitu saja kemudian
batal tidak membuat kami kecewa. Saya pun tidak begitu ngebet ini ke mana dan ikut rencana yang sudah disusun Mbak Katerina.
Menjelang siang dari Central Park ditemani jalanan yang mulus ke Kota
Tangerang. Mobil yang kami tumpangi masuk ke perkampungan penduduk, sawah
terhampar luas, bandara yang mulai terlihat dan pesawat take-off dan landing
mulai terdengar. Begitu dekatnya dengan bandara sampai-sampai saya hapal kapan
deru mesin di udara itu memekik keras.

Baca Juga: 

Secangkir Kopi Aceh untuk Temani Hari

Aeropolis diketuk dengan sebuah senyuman. Kompleks yang
lengkap di mana hotel, hiburan malam, sport
center
, tempat makan dan tempat nongkrong
dipadu menjadi satu yang bisa diakses oleh siapa saja. Kami saling berkenalan
dengan blogger yang ikut tur santai
ini, ada Mbak
Utami
dan Mbak
Vita
. Cerita yang kemudian menjadi dekat karena alasan yang tidak bisa
dijabarkan begitu saja.
Sore yang tiba-tiba menyalak, langit bergemuruh dipadu
dengan deru mesin pesawat terdengar sangat syahdu – dan juga garang. Kami cuma istirahat
sejenak di dalam kamar Swift Inn karena harus mengejar waktu ke Kampung Bekelir
serta kuliner Kota Tangerang.
Saya cukup terkejut saat Mbak Katerina bilang kalau pihak Aeropolis
dan Swift Inn akan mengajak kami wisata Kota Tangerang. Rencana semula otomatis
batal lagi namun kali ini sangat terbantu dengan tawaran dari manajemen hotel. Kami
mengitari taman kota, sunset di Sungai
Cisadane, Kampung Bekelir yang penuh warna dan tentu saja wisata kuliner.
Selain kami, media lokal juga meliput aktivitas ini serta Kang
Ikbal dan Nong Kharisma Kota Tangerang yang menjadi guide. Sayangnya, hari itu gerimis menyelimuti hawa panas dari tubuh
kami. Sebelum ke Kampung Bekelir, kami makan Laksa di tempat khusus. Jadi,
kalau ke Tangerang ada tempat khusus untuk kuliner ini.
Laksa, kuliner wajib Kota Tangerang.

Laksa dan otak-otak yang nikmat.

Siapa yang tidak tergoda di saat gerimis?
Kampung Bekelir terlihat begitu saja. Saya salut dengan ide
dan kreativitas yang tertuang di sini. Adalah warna-warni yang menyemarak hidup
dari segala sudut. Selama ini, saya cuma melihat rumah, jalan setapak maupun
dinding-dinding sampai atap diwarnai sedemikian indahnya dalam liputan
televisi. Kali ini, saya melihat langsung dan merasakan sendiri perpaduan antara
keindahan dan juga ide yang mahal untuk menghadirkan sebuah karya seni.
Kampung Bekelir menjadi objek wisata menarik di Kota
Tangerang. Mural yang dibuat menjadi daya tarik yang tak bisa dilupakan begitu
saja. Tak ada yang berwarna putih atau satu warna saja di sini. Di mana-mana
adalah perpaduan warna dan lukisan dengan beragam makna. Disebut, mural di
Kampung Bekelir ini dibuat oleh 120 seniman mural dari seluruh Indonesia. Wajar
jika Kampung Bekelir dijejaki oleh banyak orang, termasuk rombongan tur kami.
Mas Priyo jadi model sesaat dalam diam.

Begini warna-warni Kampung Bekelir Tangerang.

Senyum anak-anak di Kampung Bekelir Tangerang.

Nah, keren bukan? Apapun diwarnai.

Salah satu tempat yang menarik perhatian.
Senja di Kampung Bekelir Tangerang yang indah sekali.

Letih berkeliling Kota Tangerang itu sudah pasti. Malam yang
sendu dalam gerimis membuat kami ingin segera tidur pulas. Kampung Bekelir
menyisakan cerita tersendiri di benak kami masing-masing.

Kamar Sejuk Swift Inn
Aeropolis Tangerang

Afit sekamar sama
saya di Swift Inn. Padahal, sejak beberapa kali event di Jakarta, saya selalu ingin sekamar sama Afit. Entah kenapa
itu, pokoknya ingin saja demikian. Kamar
Swift Inn di Aeropolis Tangerang ini tergolong nyaman untuk traveler, apalagi jika kamu cuma singgah
sesaat sebelum melanjutkan penerbangan. Swift Inn tak lain anak perusahaan dari
IntiWhiz Internasional yang dikelola oleh PT Intiland Development Tbk.
Perusahaan ini telah memiliki banyak sekali penginapan murah di hampir seluruh Indonesia.
Swift Inn yang terdapat di kompleks apartemen Aeropolis ini termasuk
salah satu hotel murah yang sangat direkomendasikan untuk hotel transit. Selain
murah, hotel ini sangat dekat dengan bandara dan juga terdapat Shuttle Bus
dalam 2 jam sekali. Jadi, untuk kita yang ingin ke bandara cukup pakai bus ini
saja dengan biaya Rp. 15.000, lebih murah daripada naik taksi.
Swift Inn Aeropolis di Tangerang memiliki 140 kamar dengan
84 kamar Standar dan 56 kamar Transit. Kamar hotel ini berada di lantai dasar
yang bentuknya sangat menarik dan memiliki lorong dengan warna khas. Lantai 2
merupakan apartemen yang bisa dibeli maupun disewa menurut kebutuhan. Rata-rata
pembeli dan penyewa adalah mereka yang bekerja di bandara.
Kamar yang rapi itu bisa disewa dengan harga Rp. 223.000
untuk kamar Standar Hollywood 8 jam, dan Rp. 280.000 untuk kamar Standar Twin. Menginap
di sini akan mendapatkan fasilitas berupa Wi-Fi gratis, AC, air mineral, parkir
yang luas, resepsionis yang melayani 24 jam, pengamanan selama 24 jam sarapan gratis
dan juga hiburan malam yaitu tiap malam Jumat ada live music.
Hotel murah ini cukup dekat dengan masjid, mesin ATM,
swalayan, kolam renang dan juga bisa fitnes di area sport club. Lokasi yang dekat dengan bandara dan semua fasilitas
mendukung membuat Swift Inn menjadi hotel pilihan untuk hotel transit. Biasanya,
saya transit di hotel biasa yang cuma bisa tidur manis di dalam kamar tanpa
bisa berbuat apa-apa sebelum melanjutkan penerbangan keesokan harinya.
Lorong menuju kamar.

Kamar yang nyaman di Swift Inn.

Peralatan mandi yang lengkap.

Lobi yang nyaman untuk tempat ngobrol
Live musik tiap malam Jumat.

Afit ngapain itu?

Oryx Restoran
Aeropolis

Sarapan dan makan malam kami di Oryx Restoran, persis di
depan hotel. Mungkin agak aneh melihat restoran hotel dibangun terpisah. Namun,
sekali lagi, kawasan Aeropolis adalah kompleks untuk semua orang. Demikian pula
dengan restoran ini yang bebas dimasuki oleh siapa saja yang ada di sekitar
kompleks, baik untuk sarapan, makan siang maupun makan malam.
Menu yang dihadirkan beragam. Kami menikmati menu seperti mie
rebus, mie goreng, soto, capcay, cah kangkung telur puyuh, omelet dan nasi
goreng. Tiap sesi makan berbeda menu dan dihidangkan dengan cepat oleh
pramusagi. Sambil makan, kita akan ditemani oleh musik lembut.
Menu yang lezat.

Dagingnya renyah.

Mie yang lezat.
Ayo siapa yang mau ikut makan?

Apartemen Aeropolis
yang Mewah

Saya sudah sebut di awal, selain hotel ada pula apartemen
siap huni di kawasan Aeropolis Tangerang. Apartemen ini bisa dibeli maupun
disewa. Selain pekerja di bandara terdapat pilot, pramugari dan pramugara yang
tinggal di apartemen ini. Beberapa kali saya berpas-pasan dengan pramugari dan
pramugara yang sedang berangkat ke bandara ataupun baru saja pulang.
Nama juga apartemen tentu saja harganya juga tidak main-main.
Belum lagi bicara keamanan yang sangat terjamin di kawasan ini. Aeropolis memiliki
2 tipe apartemen yaitu Crystal dengan 2 kamar dijual dengan harga Rp. 700-800
juta per unit. Tipe Studio dijual dengan harga Rp. 200-300 juta per unit. Harga
sewa untuk tipe Crystal adalah Rp. 5-6 juta perbulan dan tipe Studio dengan
harga Rp. 1,8-2 juta perbulan.
Dekorasi apartemen di Aeropolis sangat menarik dan memiliki
cita rasa tersendiri, baik dalam penempatan isi ruangan maupun pemilihan warna
yang cerah. Saya suka pemilihan warnanya yang melambangkan bahwa hidup ini
harus selalu berbahagia.
Bolehlah jika berkhayal suatu saat tinggal di kawasan
Aeropolis, mungkin saya akan memiliki satu di antara apartemen yang dijual ini.
Selain dekat dengan bandara juga tidak begitu kesulitan untuk ke Jakarta. Toh, transportasi ke Ibu Kota dari Kota
Tangerang juga beragam. Pesan online
langsung diantar ke kompleks, mau naik kereta api juga tidak masalah. Vina
sesekali nyelutuk untuk beli
apartemen ini. Sayangnya, Mbak Dian
nggak ikutan sampai melihat mewahnya tata letak apartemen di sini.
Kamar yang mewah di apartemen Aeropolis.

Peralatan dapur yang disusun rapi.

Ruang tamu yang berwarna.

Kamar ini juga menarik bukan?

Susun baju yang rapi.

Nyaman dan aman tinggal di apartemen Aeropolis.

Berenang Bersama
Pramugara Ganteng atau Dilatih Instruktur Gym Tampan

Aeropolis termasuk sebuah kompleks yang lengkap. Sehat badan
juga menjadi perhatian khusus sehingga penghuninya benar-benar nyaman. Sport club tidak hanya memberikan
pemandangan soal ganteng dan gagah semata, tetapi bisa membuat kita awet muda.
Mas instruktur yang lupa saya tanya namanya, akan membantu kita
untuk mengecek kesehatan secara berkala. Jadi, saat berlatih usai atau
sebelumnya, kita cek dulu apa yang perlu ditambah atau dikurangi. Senyum mas instruktur
tampan ini bisa menghipnotis saat memberikan aba-aba.
Peralatan gym yang lengkap.

Mau ikut yoga sama Mbak Utami?

Sanggup berapa kilo angkatnya?

Mas instruktur tampan kasih tahu Mbak Vita apa yang kurang dan lebih di kesehatannya.

Siap berlatih dengan mas instruktur tampan ini?
Di sini, alat untuk latihan sangat lengkap. Bisa angkat
beban sampai yoga. Tidak puas berlatih dengan alat, bisa langsung turun ke
bawah untuk berenang. Jadi, bisa pilih antara dua; berenang bersama pramugara
ganteng
atau dilatih oleh instruktur gym tampan.
Kolam renang yang menggoda.

Di depan itu, ada pramugara ganteng sedang berenang.

Rekomendasi Hotel
Transit Murah

Hotel Swift Inn Aeropolis Tangerang.
Swift Inn Hotel di Aeropolis Tangerang merupakan salah satu
hotel transit terlengkap dan termurah. Hotel ini masuk ke dalam list saat saya bepergian nanti dan butuh
penginanap murah. Alasan utama adalah dekat dengan bandara, fasilitas lengkap, mudah
akses ke ruang publik, memiliki jadwal Shuttle Bus yang bisa disesuaikan dengan
jadwal penerbangan, pelayanan yang ramah dan kamar yang nyaman.
Categories
Uncategorized

Selamat Tinggal Blog ‘Baling-Baling’ yang Banyak Makan Kuota dan Lambat

Dulu, sebelum adanya smartphone, kita hanya bisa membalas ‘beberapa’ pesan saja melalui Short Message Service (SMS). Kenangan lalu, di antara kita rela menunggu jam 00.00 untuk mendapatkan paket telepon murah. Masa itu, orang-orang pacaran mengandalkan ‘cuap-cuap’ tengah malam agar dapat berhemat, baik hubungan mereka dekat maupun Long Distance Relationship (LDR). Mungkin, dulu tidak terekam dengan indah, tidak ada CCTV atau bahkan kawan sekamar yang memotret karena terganggu aktivitas tersebut. Antara kawan sekamar kontrakan sudah sama-sama memahami satu sama lain dan kebiasaan itu terus terjadi sampai 2009. Tahun di mana BlackBerry Messenger (BBM) menjadi primadona meskipun ponsel pintar BlackBerry masuk ke Indonesia sekitar tahun 2004.

Saya ikut terbuai dengan suasana feature phone. Saya mengingat daya tarik yang luar biasa meskipun memangkas jadwal tidur rutin. Di kontrakan saya waktu itu, antara tahun 2006 sampai 2009, tiap malam minggu hampir semua orang menyendiri. Masing-masing mengaktifkan paket hemat telepon dan terkikik seorang diri – dengan pasangannya yang baru saja bertemu beberapa jam lalu. Kenikmatan itu hanya dimiliki oleh mereka yang pernah memadu kasih di era tersebut.
Pergerakan yang cepat, pengenalan yang teramat jauh melesat lepas dari 2009. Saya yang gagap masa itu, ikut terlarut dalam gaya hidup smartphone. Pesan melalui BBM menjadi ikonik dan di mana-mana orang akan bertanya, “Berapa PIN kamu?”
Orang-orang bertanya karena internet menjadi ‘lebih murah’ dibandingkan biaya SMS atau telepon. Pesan melalui BBM lebih akurat dengan foto bahkan terkirim dan sudah dibaca – yang semula hanya dinikmati pada Yahoo! Messenger. Masa yang terus berbenah, ponsel pintar Android masuk dengan seketika dan langsung membungkam BlackBerry. Layar sentuh lebih besar, penetrasi yang lebih baik dan ragam aplikasi menarik menjadikan ponsel Android primadona. Meskipun, iPhone telah terlebih dahulu muncul namun hanya bermain di kelas atas saja.
Nah, mulailah era smartphone dimulai. Semua hal berpindah ke ponsel pintar. Akun e-mail. Pekerjaan. Foto-foto dan video mudah direkam dan dibagikan. Berita mudah dibaca. Share media sosial seperti Twitter dan Facebook menjadi idola semua kalangan. Di akhir, penulis di internet makin mudah mendapatkan rezeki dengan adanya blog.
Baca informasi lebih mudah di mobile.
Benar sekali. Jika dulu saya bermain Multiply hanya mampu di warung internet seminggu sekali, begitu menggunakan blog dan media sosial, tiap menit bisa membaca apa yang dibagikan. Blog menjadi menarik. Orang yang semula termenung, mendapatkan pekerjaan dari internet – meski tanpa atasan dan bawahan. Semua dikendalikan oleh diri sendiri. Semua artikel mudah dibaca, di mana saja dan kapan saja.
Sampai kini, perubahan dunia blogging sangat berarti dan signifikan. Pengaruh blog sangat besar karena mudah diakses melalui smartphone ‘cuma’ bermodal paket data bulanan. Apa yang kamu cari saat ini telah ditulis di blog oleh pakarnya masing-masing. Review smartphone terbaru dimuat oleh banyak sekali blog. Tips jalan-jalan murah ditulis dengan santai oleh traveler. Berita yang dulunya hanya ditunggu di media cetak esok hari sekarang dengan mudah menjadi trending topic. Blogger memiliki banyak sekali ‘ramuan’ sehingga tulisan yang dihadirkan menarik, unik dan memiliki nilai jual tinggi.
Jika saat ini ditanya siapa pembaca blog? Saya berani menjawab pengguna smartphone. Di banyak tempat yang saya singgah adalah ‘seseorang’ yang tak bisa lepas dari smartphone. Orang yang bahkan sama sekali nggak bisa mengoperasikan komputer, di era smartphone dengan mudah menyebut, “Cari saja informasinya di Google!” yang menandakan bahwa dirinya melakukan hal serupa.

Fenomena Pengguna Internet dengan Smartphone di Indonesia

Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mengeluarkan data penggunaan smartphone di Indonesia untuk tahun 2017. Hasil survei diunduh melalui apjii.or.id/survei dengan memasukkan e-mail aktif untuk mendapatkan laporan dalam bentuk PDF. Data ini sejalan dengan pemikiran saya, di mana sebagian besar pengguna internet datang dari smartphone. Hal yang pasti, smartphone mudah dibeli, banyak produk murah dan penetrasi jaringan internet yang jauh lebih murah daripada komunikasi konvensional.
Perangkat yang digunakan untuk akses internet – apjii.or.id
Indonesia termasuk negara terbanyak pengguna internet. Di mana dari 262 juta penduduk, 143,26 juta adalah pengguna internet aktif dan 44,16% internet diakses melalui smartphone. Peningkatan akan mungkin terjadi, mengingat ragam produk dihadirkan dan tawaran paket internet murah dari banyak provider telekomunikasi.
Selain main game, pengguna internet di Indonesia sangat konsumtif terhadap media sosial dengan persentase 87,13%. Tentu, media sosial tidak sekadar update status atau chat semata namun membaca informasi yang dibagikan ke halaman. Di sinilah kedudukan blog berada di tingkat teratas karena pengguna media sosial saat ini ‘bebas’ mau membagikan atau membaca berita tanpa perlu tahu apakah itu dari kanal berita resmi atau sebuah blog. Asalkan judul menarik dan unik maka share akan dilakukan, baca sekilas lalu diterima manfaatnya. Tulisan yang menarik akan diingat dalam waktu lama, tulisan berupa tips-tips akan disimpan dalam bentuk notes. Semua itu dilakukan oleh blogger meskipun nama mereka terkadang disamarkan.
Rata-rata pengguna internet – apjii.or.id
Rata-rata pengguna internet saat ini mengakses data melalui mesin pencari – Google. Saya sendiri sadar betul bahwa banyak sekali data yang diunduh untuk kebutuhan mengajar maupun blog. Search Engine menduduki peringkat teratas dan tidak bisa dipungkiri lagi bahwa sebuah ponsel Android mau tidak mau telah tertanam Google Crome yang memudahkan akses masuk. Saat bingung soal satu kata – misalnya cara menghemat paket data internet – adalah Google Crome yang saya buka. Apa yang saya temukan kemudian tak lain blog-blog personal yang menulis tips dan cara menghemat data internet tersebut.
Blog dengan kebutuhan tertentu menyediakan materi yang mudah untuk diunduh. Aktivitas mengunduh data, membaca artikel bahkan jual beli dengan mudah dilakukan di smartphone. Perilaku ini diambil kesempatan oleh blogger untuk menulis keinginan atau apa yang sedang tren di blog mereka. Aktivitas chatting sendiri menempati urutan teratas dengan 89,35% yang tak bisa dipungkiri dijadikan oleh blogger sebagai media untuk mempromosikan postingan blog mereka.
Chatting menduduki urutan pertama saat ini – apjii.or.id
Saat mau tidur, smartphone yang dilihat. Bangun tidur juga demikian. Perilaku ini terjadi di mana-mana karena kemudahan akses itu sendiri. Penggunaan laptop sulit sekali karena dalam bentuk lebih besar, hidupnya lama, mau akses internet tidak otomatis sehingga smartphone menggantikannya dengan mudah. Apa yang dibaca saat mau tidur atau bangun di pagi hari, tak lain adalah blog-blog berisi informasi atau berbalas pesan di grup chat. APJII menyebut bahwa 7 jam waktu yang dihabiskan remaja rentang usia 13-18 tahun dalam bermain internet.
Rata-rata durasi akses internet – apjii.or.id
Rentang usia pengguna internet – apjii.or.id
Jika dilihat dari hasil survei ini, tentu saja usia produktif yang cepat jenuh adalah pengguna internet aktif. Saya akan langsung menekan close atau tanda silang di sebelah kanan atas apabila blog yang dikunjungi lambat respon. Bayangkan jika mereka yang di usia remaja, sedang mencari trik-trik khusus saat bermain Mobile Lagends tetapi blog yang diakses lambat sekali, penuh infografis atau gambar ukuran besar, maka mereka akan pindah ke blog lain yang lebih cepat meskipun bertabur iklan.
Sasaran kita sebagai penulis blog adalah mereka di usia 13 sampai dengan 35 tahun. Kenapa demikian? Karena ‘memang’ mereka yang aktif dan kreatif, mereka yang memiliki ide segar, mereka yang mau mengambil risiko dan mereka juga yang banyak menonton Youtube maupun bermain game dalam waktu lama!

Alasan Sebuah Blog Ditinggal Pembaca

Orang yang tidak on-time akan ditinggal, bukan? Orang yang demikian selalu saja ada alasan soal keterlambatannya. Namun, bagi kita yang tahu tentang dirinya paham betul bahwa dia benar-benar tidak menghargai waktu. Perilaku di dunia maya juga demikian. Blog yang lambat akan ditinggal karena banyak sekali alasan; terutama pengguna internet tidak mau menunggu lama.
Bicara pengguna internet saat ini – berdasarkan data yang sudah saya sebutkan – didominasi oleh mereka di usia muda. Sifat mereka yang masih labil sangat memengaruhi tabiat di dunia maya. Mereka mencari informasi bagaimana mengalahkan Lolita yang agresif di Mobile Legends, mereka butuh blog yang cepat karena game tidak bisa ditinggal lama menurut definisi mereka sendiri. Sasaran kita sebagai pemilik blog tentu saja loading cepat, kita buat mereka yang saya sebutkan ini mau bertahan di artikel yang kita tulis.

Loading Lambat

Alasan sebuah komputer loading melambat karena banyak sekali data; terlepas jenis prosesor maupun RAM yang dipakai. Ibarat sebuah kendaraan, makin banyak muatan makin tersendat-sendat pula ia berjalan. Demikian pula dengan sebuah blog. Makin hari blogger akan setia dengan konten terbaik dan unik. Tiap konten ‘diwajibkan’ memiliki gambar agar daya tarik makin kuat. Makin lama, konten makin banyak yang artinya ‘muatan’ di ‘kendaraan’ online kita ini makin berat.
Dalam hal ini, kita sebagai pengendali hanya perlu menyiasati agar muatan yang banyak bisa terangkut tanpa mengurangi apapun. Muatan sebuah blog tak lain artikel, foto, video, infografis maupun beberapa skrip yang menjadi bagian lambatnya akses. Tentu, sebagai blogger tidak bukanlah perusahaan besar yang mau dan mampu membeli paket lengkap sebuah situs dengan penyimpanan besar dan harga mahal. Kita bermain aman dengan mengelola secara tepat dan mudah. Aturan yang sebenarnya harus kita sadari dan garisbawahi adalah tulisan ‘hanya’ perlu didukung oleh gambar-gambar saja. Ingat, pembaca kita bukanlah akademisi yang perlu penelitian soal infografis maupun hasil survei yang detail. Pembaca kita bebas dan mereka hanya mau bertahan di blog kurang dari 30 detik. Lebih dari itu, blog tak terbuka maka keputusannya adalah ditinggal pergi.
Coba bandingkan dengan media arus utama yang tiap hari memposting berita dalam jumlah ratusan untuk berbagai kategori. Meski data di website media online ini begitu banyak tetapi aksesnya cepat. Salah satu faktor adalah gambar ‘hanya’ terdiri dari satu saja dalam ukuran kecil.

Gambar dalam Ukuran Besar

Mari kita langsung lihat mengapa sebuah website atau blog itu kesulitan bertarung dalam data internet karena pengaruh gambar. Sebuah gambar yang diambil melalui kamera biasanya akan memiliki piksel 4.000×3000 atau lebih dari itu. Masing-masing kamera – baik smartphone maupun DSLR – akan memiliki angka tertentu misalnya 4.245×3.221 piksel. Ukuran ini dalam program standar di komputer saja seperti Paint sangat besar sekali. Jika kita ingin melihatnya maka harus mengecilkan ukuran atau menarik kursor ke atas/bawah atau kiri/kanan.
Bayangkan jika gambar yang besar ini kita upload mentah-mentah ke blog. Meski kamu berada di jaringan internet kencang, gambar tersebut harus melalui kompresi yang cukup lama karena tidak dikecilkan secara manual (offline). Kompresi secara manual tidaklah sulit, saya memakai Paint yang otomatis tersedia di Windows. Saya cenderung menggunakan apa yang ada daripada belajar lagi di program lain yang menghambat kecepatan kerja. Untuk edit gambar kamu bisa memilih antara Paint atau Adobe Photoshop.
Gambar dengan ukuran sebenarnya di Paint.
Gambar yang sudah dikecilkan ukurannya di Paint.
Saya merasa bahwa perbedaan keduanya sangat mencolok. Pada beberapa laptop dengan spesifikasi rendah, membuka Paint saja bisa memakan waktu lama padahal tidak sedang terkoneksi ke internet. Saat terhubung ke internet maka kinerja laptop akan dipaksa dua kali lebih keras sehingga tak hanya Google Crome saja yang lambat tetapi aktivitas offline seperti membuka Folder maupun Microsoft Word akan ikut melambat.
Sebenarnya, untuk gambar yang di-upload ukurannya bisa disesuaikan sendiri. Saya lebih menyenangi membuat gambar jadi persegi panjang sebelum dikecilkan dalam skala 1.000×700 atau biasanya saat memasukkan 1.000 di Horizontal maka ukuran Vertikal akan mengikuti secara otomatis. Selain cepat akses blog, meminimalkan penggunaan media penyimpanan juga saat upload tidak membutuhkan waktu lama. Apakah hasilnya akan pecah? Kamu bisa lihat gambar di header tulisan ini yang telah di-crop dan diubah ukurannya.

Template Responsif

Sebenarnya, soal template ini menjadi sebuah hal yang sangat serius dalam membangun blog. Sama halnya seperti kita melihat orang yang langsung suka pada pandangan pertama meskipun belum mengetahui tabiatnya. Template blog juga demikian, tetapi soal cepat atau tidaknya itu adalah urusan lain. Template yang menurut kita itu ‘enak’ dilihat belum tentu bersahabat dengan loading.
Saya selalu menyarankan kepada teman-teman dekat blogger untuk mengganti template blog mereka. Tentu saja, pengaruhnya sangat besar sekali untuk menghemat data saat akses dan waktu tunggu yang tidak membosankan. Untuk blogger pemula yang sering bingung soal skrip HTML atau Plugin tertentu, saya lebih menyarankan untuk mengganti template. Saat ini, ragam template gratis bisa diunduh dengan mudah dan disesuaikan dengan gaya blog masing-masing.
Satu skrip HTML atau satu Plugin saja yang salah tempat bisa berakibat fatal terhadap kecepatan blog. Tanpa kita sadari, skrip tertentu yang kita sendiri tidak tahu harus menghapusnya bisa membawa pengaruh besar terhadap ‘responsifnya’ sebuah blog. Daripada mencari skrip yang ‘salah’ ini sampai membuat blog kian amburadul lebih baik mengganti saja template lain.
Coba-coba tak lain proses yang akan dirasa manfaatnya. Belajar kepada mereka yang profesional tentu membutuhkan biaya mahal. Tetapi, belajar sendiri dengan bongkar pasang template bisa menjadi pelajaran terbaik. Jika tidak mau blog utama terganggu, kamu bisa mencoba ke blog lain sebelum diterapkan nantinya. Jangan lupa untuk membuka blog yang diubah template tersebut dalam versi desktop dan mobile. Jika tak lebih 30 detik sudah terbuka, maka template tersebut telah aman digunakan.

Artikel Dibagi dalam Banyak Halaman

Tanpa saya sebut, barangkali kamu tahu ke mana arahnya. Blog personal bukanlah media massa online dengan judul klik bait dan mendatangkan pembaca dalam jumlah besar. Kita lebih bisa disebut ‘suka-suka’ kemudian mendapat ‘undian’ berhadiah. Pembaca kita yang datang dan pergi akan sangat terbeban dengan artikel yang dibagi perhalaman. Satu halaman hanya memuat 2 sampai 3 paragraf pendek, lanjut ke halaman berikutnya sampai 4 halaman dengan iklan bertaburan.
Pembaca di usia produktif sangat memahami hal demikian dan langsung menekan tanda silang di sudut kanan atas. Kita sebagai pemilik blog bukan saja dirugikan sekali tetapi berkali-kali karena kehilangan kepercayaan. Artikel yang dibagi perhalaman sejatinya juga menghambat kinerja blog karena tiap akses membutuhkan internet. Pembaca tidak hanya membuang paket data untuk itu saja tetapi untuk iklan yang tayang dari awal, iklan dalam bentuk video yang terus terputar otomatis, artikel yang dimuat seperti semula maupun iklan ‘tanpa’ klik yang sangat menganggu.
Perlu dipahami bahwa pembaca di internet saat ini lebih pintar daripada penyedia konten itu sendiri. Mereka paham betul bahwa artikel berhalaman itu hanya memuat informasi tidak komplit. Mereka cari yang instan, cepat dan terarah tanpa perlu mengeklik berulangkali. Tampil indah mungkin benar tetapi kita harus memikirkan kebutuhan pembaca tanpa merugikan mereka.

Tiap Akses Pakai Kuota

Artikel yang dibagi perhalaman akan memakan kuota internet lebih besar. Itu sudah pasti. Selain artikel perhalaman, blog dengan infografis ‘baling-baling’ atau ‘terbang-terbang’ secara benar menguras paket data dalam jumlah banyak. Tiap kita scroll dan membuka halaman baru dengan grafis bergerak, sama dengan kita sedang menonton Youtube. Keindahan yang kita rasa perlu meskipun standar artikel bagus atau tidak adalah urusan terakhir, pembaca memiliki persepsi sendiri. Begitu mereka sadar, maka blog kita akan ditinggal.
Blog ‘baling-baling’ ini sebenarnya dengan kuota penyimpanan terbatas akan kembali ke pasal tidak semua muatan akan terangkut. Kita mungkin berdecak kagum dengan keindahan yang diberikan pada artikel terbaru, namun belum tentu artikel lama bisa bertahan dengan baik bahkan ‘harus’ dihapus oleh pemilik blog agar artikel baru bisa cepat. Di sisi lain, pemilik blog akan sering mendapatkan notifikasi bahwa kuota penyimpanan hampir habis dan lagi-lagi kita harus mengeluarkan biaya lebih besar untuk penambahan kuota.
Kembali kita mengaca kepada website milik media massa online. Hampir tiap menit selalu saja ada update berita terkini. Bahkan, saat terjadi suatu musibah, Breaking News, akan mudah kita temui yang menandakan persekian detik satu artikel update akan tayang. Sebagian besar dari media massa ini hanya mengandalkan satu halaman dengan artikel pendek saja dan satu gambar ukuran kecil. Cepat akses sudah pasti. Pembaca menemukan yang dicari jelas sekali. Saingan kita tentu saja media massa yang besar sekali pengaruhnya tersebut. Jika kita hanya bermain dalam keindahan sedangkan media massa hanya tampil standar saja, maka pembaca kita hanya bertahan di satu atau dua artikel terbaru saja. Mungkin juga ‘hanya’ teman kita yang kasihan terhadap postingan yang baru dibagikan.
Satu halaman saja sudah cukup tanpa perlu ‘baling-baling’ untuk membuat pembaca nyaman dan aman paket data mereka. Saat pembaca masuk ke artikel di blog, mereka hanya perlu sekali akses untuk tulisan dan gambar. Selanjutnya adalah mengulir ke bawah untuk membaca lebih lanjut tanpa perlu membuka halaman berikutnya dengan grafis yang penting nggak penting di mata sebagian pembaca.

Blog Terbaik di Mata Pembaca Itu Adalah?

Alasan kenapa media massa online memiliki pembaca tetap, selain nama besar juga kemudahan akses. Tiap kita buka kanal berita, paling kita hanya perlu menghilangkan satu iklan di layar penuh sebelum masuk ke artikel. Blog terbaik di mata pembaca sebenarnya blog yang memiliki peran terhadap mudah akses bukan pada keindahan semata.

Blog tanpa ‘baling-baling’ atau dipotong perhalaman memiliki akses cepat dibandingkan dengan blog penuh bunga. Pembaca hanya membuka sekali lalu membaca sampai akhir. Pesan yang ditulis tersampaikan dan pembaca tidak kehilangan waktu maupun paket data internet hanya untuk ‘blog’ kita saja.
Kenapa blog tanpa ‘baling-baling’ itu lebih cepat dalam sekali buka saja? Bayangkan, jika kita ingin masuk ke sebuah ruangan, kita harus mengetuk sampai 5 kali pintu. Tiba di pintu keempat, kunci nggak tahu ke mana sehingga membutuhkan waktu lama untuk mengetahui apa yang tersimpan di sana. Demikian pula dengan akses blog ‘baling-baling’ ini. Tiba-tiba internet putus padahal saat itu pembaca sedang bersemangat sekali melanjutkan rasa penasaran. Kesal sudah pasti harus merefresh artikel serupa karena memakan waktu mereka.
Bagi saya yang cepat jenuh dalam menunggu dan membuka blog perhalaman yang ‘baling-baling’ tersebut, saya menyarankan untuk menggunakan yang standar saja. Satu hal yang harus diingat, pembaca ‘hanya’ mencari poin-poin penting dalam tulisan kita bukan infografis bergerak yang memecahkan konsentrasi mereka. Hal lain juga berlaku pada sistem mesin pencari yang mudah mendeteksi kata atau kalimat dibandingkan kata atau kalimat yang sudah dibuatkan dalam bentuk gambar/grafis menarik.
Dalam mempublikasikan tulisan, kita tentu saja mengharap pembaca. Kenapa penulis buku terkenal seperti Asma Nadia dan Dee Lestari dicintai pembaca? Keduanya sangat menjaga ekosistem dari gaya menulis dan tema tulisan yang diangkat. Pemilik blog ‘baling-baling’ ini pula belum tentu menjaga ekosistem tersebut dengan membuat tulisan lebih menarik dan beda dari orang lain karena sibuk mempermak tampilan semata. Sebuah blog dengan ‘baling-baling’ barangkali hanya akan menambah nilai lebih tinggi di mata juri lomba yang berjumlah tak lebih dari 5 orang. Sedangkan pembaca kita yang lebih banyak membutuhkan saran, jawaban dan solusi dari apa yang mereka cari.
Kamu membuka kanal berita online karena informasi cepat dan akurat. Demikian juga saat kamu membuka blog; traveling murah dan hemat, smartphone kamera terbaik, smartphone gaming terbaik, yang ditulis berdasarkan pengalaman pengguna lebih memiliki daya tarik tersendiri. Apa yang biasanya kita cari, itulah yang kemudian dicari oleh pembaca. Kita butuh akses cepat, pembaca juga demikian. Kita nggak suka infografis, blog terbang-terbang atau artikel dipisah perhalaman, pembaca juga mau begitu. Kita nggak mau akses blog melambat karena gambar besar, pembaca lebih menjerit saat membuka blog demikian.
Sama-sama kita pahami bahwa kita dan pembaca membutuhkan blog yang simpel dan ringan. Nggak ada salahnya kita memulai dari mengecilkan gambar, mengubah template, mengurangi infografis meskipun itu sangat menarik, tidak memotong artikel menjadi banyak halaman atau video yang sebenarnya bisa diarahkan ke kanal Youtube. Biar saja blog tampil apa adanya, meski diejek standar oleh blogger profesional yang suka mengubah tampilan jadi cantik, karena blog kita akan dinilai oleh pembaca itu sendiri. Pembaca nyaman, akses mudah, blog akan bertahan lama!

Ingin Blog Lebih Cepat? Ini Solusinya

Nggak semua orang memiliki kecepatan internet di atas rata-rata. Faktor ini harus kita perhatikan sebagai penyedia konten di internet. Pembaca yang rentan sekali putus jaringan data akan langsung menekan back saat loading lama. Kenapa blog ‘standar’ dengan satu halaman lebih aman karena saat internet putus, pembaca tidak harus mengeklik ke halaman berikutnya. Sekali buka langsung bertahan di konten yang mereka cari, termasuk gambar dan artikel yang bermanfaat itu.
Terkadang, kita lupa bahwa sejatinya blog itu adalah diari pemiliknya, bukanlah hunian warna-warni atau ‘baling-baling’ terbang. Sebagai konten kreator, tugas penting penulis blog tak lain menulis artikel sesuai genre yang disukainya. Coba kita perhatikan blog traveling yang populer seperti milik Trinity. Tak ada infografis yang macam-macam, hanya mengandalkan cerita yang kemudian masuk ke hati pembaca. Konsistensi seorang blogger adalah saat melahirkan konten, bukan semata memperindah tampilan sehingga blog makin berat. Namun, semua kembali ke blogger itu sendiri. Apakah cukup bermodal tampilan cantik dengan ‘baling-baling’nya saja atau memperkaya konten sehingga suatu saat artikel bisa dibukukan. Konten yang banyak infografis tentu sulit dibukukan. Sebagai catatan, meski sekarang zamannya internet, buku tetap memiliki pasar sendiri dan kebutuhan lain yang tidak bisa dianggap telah tiada. 
Konten yang makin banyak otomatis kuota media penyimpanan juga berkurang. Solusi untuk itu adalah dengan memilih rekanan yang mampu memberikan jawaban atas risau itu. Salah satu penyedia layanan blog dengan hosting tercepat adalah DewaWeb. Di sini, kita tidak hanya mendapatkan hosting cepat saja tetapi hosting murah dengan pelayanan maksimal selama 24 jam.
DewaWeb memberi dukungan yang sangat penuh dalam memenuhi kebutuhan sebuah blog. Pertama di Indonesia yang terintegrasi dengan LiteSpeed Cache atau dikenal dengan sebutan LSCache, yang memungkinkan kecepatan sebuah website atau blog lebih kencang dari yang tidak terkoneksi dengan sistem ini. Plugin LSCache sangat membantu sebuah blog dalam hal optimasi database, full page caching dilakukan oleh server sehingga blog lebih cepat dan efisien maupun optimasi gambar serta beberapa keunggulan lain. Blog yang memiliki dukungan LSCache lebih baik dan akan lebih optimal dalam hal kecepatan dan akses lebih cepat meskipun konten telah banyak.
Media penyimpanan di DewaWeb juga menjadi perhatian di mana penerapan Super Fast SSD yang memungkinkan ruang lebih besar. Penyimpanan melalui SSD memang lebih cepat dibandingkan model sebelumnya. Pada notebook saja telah mengandalkan SSD daripada HDD karena kompresi lebih cepat dan kinerja lebih baik. Untuk sebuah blog dengan hosting murah media penyimpanan yang tepat menjadi pilihan terbaik. Dukungan DewaWeb yang tidak boleh dilewatkan adalah Ninja Support 24/7 yang mana kita bisa mendapatkan bantuan tiap saat. Hal ini tentu sangat dibutuhkan manakala blog yang diakses mengalami kendala.
Dukungan penuh dari DewaWeb – dewaweb.com
Chatting langsung ke layanan konsumen tidak dibalas membuat kita kesal. Blog yang down padahal internet stabil bisa membuat kita kehilangan pembaca. DewaWeb dikenal sebagai Best Services in Class yang mana selain domain gratis juga layanan konsumen terbaik. Bagi saya, ini penting sekali dalam mengoptimalkan blog. Pentingnya kecepatan website untuk sukses online tidak hanya bergantung kepada konten yang kita hadirkan, tetapi juga sangat bergantung kepada provider yang telah menjadi rekanan kita dalam membangun blog.
DewaWeb Best Services in Class – dewaweb.com
Layanan terbaik saja bisa dikeluhkan apabila performa tidak seimbang. Perfoma yang saya maksud ini tidak hanya soal kecepatan semata tetapi mudah akses di luar negeri sekalipun. DewaWeb disebut Built for Performance karena memberikan kualitas terbaik meskipun trafik sedang dalam keadaan tinggi. DewaWeb menawarkan bandwidth lebih cepat dan akses tanpa batas sehingga pemilik blog tidak perlu khawatir soal limit akses dalam suatu waktu.
Saya sudah sebut, DewaWeb mengandalkan LSCache sehingga blog lebih cepat. Tidak hanya itu, kecepatannya bisa 40x lebih kencang karena webmaster LiteSpeed Enterprise. Meskipun dalam volume trafik tinggi, kita masih dalam taraf aman dan pembaca tidak merasakan dampak yang berarti. Hal yang penting lain adalah kecepatan di semua perangkat seperti desktop, mobile maupun tablet. Teknologi HTTP/2+QUIC+Brotli yang memungkinkan gambar melalui kompresi terlebih dahulu tanpa mengurangi kualitas seperti menjadi blur atau mengecil.
DewaWeb Built for Performance – dewaweb.com
Blog sering disusupi oleh login pihak tertentu? Kita menjadi khawatir kalau-kalau blog akan berpindah tangan atau malah dinonaktifkan. DewaWeb memiliki pelayanan konsumen terbaik yang mana blog akan aman dalam SSL Grade A sehingga layak digelar Built for Security. Ancaman bisa dihalau dengan Imunity360 AI Security yang memiliki teknologi tinggi dan terus mengalami peningkatan. Malware yang sudah terlanjur masuk bisa dibantu penambalan oleh Patchman Auto Patching. Tak bisa dipungkiri bahwa serangan cyber begitu banyak dan kita sangat membutuhkan pengamanan yang lebih besar. Persaingan di dunia blog bisa menjadi salah satu alasan mengapa serangan ini terjadi; yaitu untuk melumpuhkan lawan.
DewaWeb Built for Security – dewaweb.com
Biasanya, sebuah blog mengalami masalah karena hardware dari provider mengalami kerusakan. DewaWeb memberikan solusi dengan hardware terbaik HP Enterprise Class Blade Servers yang ultra-reliable dan fully-redundant (2N architecture). Blog dengan dukungan terbaik ini bisa mencapai high performance dan mengurangi overhead daripada virtualisasi software cloud.
Contoh hardware yang digunakan oleh DewaWeb – dewaweb.com
Nama Keterangan
Chassis HP BladeSystem c7000 Enclosures
System HP ProLiant BL460c Gen8 Server Blade
Storage HP D2220sb Storage Array
Enterprise 800GB SSD drives with flash caching
Processor Intel Xeon E5-2660v2
(25M Cache, 2.20 GHz, 8.00 GT/s Intel® QPI)
Memory HP High Performance SmartMemory
Dengan demikian, tidak hanya kecepatan yang diandalkan
tetapi kepuasan pelanggan sehingga Built
to Last
layak diberikan untuk pelayanan DewaWeb ini.
DewaWeb Built to Last – dewaweb.com
Konten kreator, dalam hal ini penulis blog dan penyedia layanan domain
+ hosting saling mendukung satu
sama lain. Blog terus diisi dengan
konten bermanfaat, demikian juga dengan provider yang terus meningkatkan
layanan mereka. Terakhir, kembali kepada kita apakah memperkaya konten atau
mempercantik blog semata!
Categories
Uncategorized

Nggak Zaman Lagi Main Game Pakai HP Mahal

Anak-anak dan remaja tak lain pemain game ulung saat ini. Tentu saja, mereka tidak mampu membeli smartphone sendiri. Usia yang masih tergantung kepada orang tua, mau tidak mau orang tua yang akan membeli smartphone untuk mereka seiring kebutuhan dan perkembangan zaman. Jauh sebelum gaming di smartphone menjadi sangat populer, konsol game di tempat penyewaan telah usang dielus tangan mereka sepulang sekolah. Game-game legendaris seperti DOTA, Winning Eleven maupun Final Fantasy menjadi makanan sehari-hari bahkan sampai mereka hapal alur ceritanya.

ZenFone Max M2 diperuntukkan kepada gamer – Bai Ruindra

Tak bisa dihitung lagi lembaran lima ribuan raib entah ke mana. Pokoknya, konsol game harus mereka pegang meskipun permainan itu berulang-ulang. Aroma itu kemudian berubah saat mobile game menjadi populer dan mudah diakses oleh siapa saja. Coba lihat orang tua yang tidak memberikan smartphone untuk anak mereka. Di dalamnya, pasti akan terunduh satu atau lebih game online maupun offline. Begitu terus terjadi sampai usia mereka meluangkan waktu untuk memegang ponsel pintar sendiri – sekali lagi meskipun orang tua yang membelinya.

Main game di ZenFone Max M2
 Gamer di era smartphone saling tikung dengan pengguna aktif media sosial. Survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2017 menunjukkan bahwa 54,13% pelaku internet adalah bermain game. Pertumbuhan yang signifikan ditandai dengan ragam game dan update yang dihadirkan oleh pengembang. Game populer seperti Mobile Legends, Arena of Valor maupun PUBG telah menjadi buah bibir di kalangan mereka sendiri.
Data pengguna smartphone main game tahun 2017 – APJII
Mudahnya akses. Mudahnya perangkat. Biaya internet murah. Mudah didapatnya Wi-Fi. Tak lain, sekian alasan mengapa anak-anak dan remaja cenderung menjadi pelaku – gamer – profesional sejauh ini. Orang dewasa barangkali ‘hanya’ memainkan game saat senggang saja karena disibukkan oleh pekerjaan. Orang dewasa cenderung lebih banyak membaca daripada bermain game karena kebutuhan pekerjaan dan lain-lain. Maka, saat demikian, orang tua akan mengelontorkan dana khusus agar anak-anak mereka memiliki smartphone.
Saat itu tiba, orang tua tentu saja tidak akan membeli smartphone mahal karena dalam pemikiran orang dewasa ini, apapun smartphone yang dibeli kebutuhannya paling ‘itu-itu’ saja. Meskipun, orang tua paham dan tahu soal game tetapi urusan mengerti sampai ke akar-akarnya hanyalah sebagian kecil. Paling tidak ‘cuma’ tahu bahwa anak-anak bermain game disela-sela waktu belajar mereka. Dan, smartphone Rp 2 jutaan layak untuk menemani hari-hari tersebut; mengingat kebutuhan sekolah masih panjang sekali!
Pemikiran yang bijak dari orang tua akan mengantarkan pilihan anak-anak yang cukup peka perubahan teknologi kepada ZenFone Max M2. Rencana masa depan tidak terganggu, tetapi anak-anak tidak akan lagi merengek dimintakan beli smartphone. Pilihan yang tepat karena ASUS memberikan harga yang murah untuk ponsel pintar khusus gaming tersebut. ZenFone Max M2 paling murah adalah Rp 2.299.000 untuk varian 3GB RAM/32GB ROM dan Rp 2.699.000 untuk varian 4GB RAM/64GB ROM.
Nggak zaman lagi main game di HP mahal; karena banyak pilihan, sesuai kebutuhan dan faktor yang telah saya sebutkan di atas. Jika kamu memiliki anak usia remaja, pilihlah ZenFone Max M2 karena biaya pendidikan makin hari makin mahal. Tak mungkin juga tanpa membekali mereka smartphone di zaman secanggih ini tetapi dengan pertimbangan tersebut, ZenFone Max M2 wajib masuk ke dalam list. Hadiah yang diberikan ini tidak akan mengecewakan mereka karena ketahanan baterai, kuatnya prosesor, maupun kamera yang cukup ciamik di rentang harga tersebut.

Dapur Picu Kuat dan Layar Luas di Harga Murah

Anak-anak dan remaja yang dekat dengan game paham betul soal prosesor sebuah smartphone. ZenFone Max M2 yang dibekali prosesor Qualcomm Snapdragon 632 yang memiliki performa CPU 40% lebih tinggi dan performa GPU 10% lebih baik daripada Snapdragon 626. Prosesor ini juga sangat membantu baterai agar lebih efisien sehingga sangat membantu pengguna dalam beraktivitas. Salah satu alasan mengapa prosesor Snapdragon 632 lebih baik karena dibangun dengan arsitektur ARM 14nm serta penggunaan RAM yang lebih besar yaitu 3GB dan 4GB.
Snapdragon 632 merupakan salah satu dapur picu yang mengalami ‘pengembangan’ lebih besar untuk kelas menengah ke bawah. Prosesor ini termasuk paling banyak dicari karena keunggulan yang dimiliki misalnya gaming lebih cepat, sangat baik dalam mengambil video dengan resolusi 4K, kecerdasan buatan yang sangat membantu kamera maupun kinerja CPU dan GPU serta koneksivitas di jaringan 4G LTE yang lebih stabil. Kinerja lebih baik ini karena prosesor Snapdragon 632 dibuat dengan proses FinFET yang saat dipadu dengan CPU Qualcomm Kryo 250 dan GPU Qualcomm Adreno 506 akan menghadirkan performa yang maksimal. Prosesor ini memberikan performa tinggi, hemat daya dan tidak panas. Jangan sampai kamu kembeli berkeluh bahwa smartphone ASUS cepat panas karena ZenFone Max M2 akan memberikan bukti nyata soal tidak panas itu.
Prosesor Snapdragon 632 juga membantu kinerja kamera tunggal dengan resolusi 24 megapixel maupun kamera ganda dengan resolusi 13 megapixel. Layar yang besar juga menampilkan resolusi sampai dengan FHD+ sedangkan koneksi di jaringan 4G LTE melalui modem X9 LTE yang memiliki teknologi LTE Advanced seperti carrier aggregation. Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa dapur picu ini tidak murahan meskipun dipakai oleh rata-rata produk murah. Murah dan berkelas lebih tepatnya sehingga pengguna smartphone lebih leluasa dalam gaming maupun multimedia.
Dapur picu kencang untuk smartphone murah
Ukuran smartphone untuk bermain game saat ini setidaknya di atas 5 inci. ZenFone Max M2 memiliki layar sebesar 6,3 inci dengan HD+ (1520×720 piksel). Pengalaman yang menarik dari layar lebih luas untuk gaming. Aspek rasio 88% menjadi hal yang menghadirkan suasana berbeda. Bodi metal dari smartphone ini juga tidak berat karena hanya memilik ketebalan 7,7 mm yang tampak sangat slim.
Layar lebih luas yang bersahabat dengan gamer
Layar cerah dan nyaman untuk mata menjadi pilihan gamer saat ini. Sekali lagi, bicara kebutuhan dasar dengan rentang harga murah dan kinerja lebih baik ZenFone Max M2 mewakili apa yang dibutuhkan.

Baterai Tahan Lama Itu Penting

Performa yang kuat saja tidak cukup tanpa diikuti oleh daya tahan yang seimbang. Pentingnya ketahanan baterai karena gaming jadi lebih seru dan menjanjikan. ZenFone Max M2 didukung oleh baterai dengan kepasitas 4.000 mAh berjenis lithium-polymer. Baterai tersebut dalam pengujian yang telah dilakukan ASUS mampu bertahan selama 33 hari dalam waktu standby di jaringan 4G. Pengguna juga bebas memutar video selama 21 jam, bebas menggunakan internet melalui jaringan Wi-Fi selama 22 jam dan bermain game 8 jam tanpa henti.
Baterai yang menjanjikan performa terbaik
Gamer tentu lebih membutuhkan baterai efisien daripada keunggulan di bagian lain. Baterai efisien setidaknya akan memberikan pengalaman lebih baik saat bermain game. Tak bisa dipungkiri lagi bahwa tiap gamer meski mereka dari anak-anak atau remaja akan berganti dari satu game ke game lain dalam jeda tak lama. Dukungan baterai lebih besar menjadi pilihan untuk berlama-lama main game di ZenFone Max M2 ini.

Hadirkan Foto Menarik dengan Kamera EIS

Kamera ZenFone Max M2 menjanjikan hasil foto terbaik
Objek yang baik dan bagus tanpa didukung kamera mumpuni juga akan kaku. ASUS terlihat baik dalam mengembangkan sektor kamera di mana untuk ZenFone Max M2 didukung oleh teknologi Electronic Image Stabilization (EIS). Jarang sekali fitur EIS hadir di kamera smartphone kelas menengah ke bawah. Dengan fitur ini akan dapat menangkap objek seperti kucing di atas.
Kamera utama ZenFone Max M2 adalah 13 megapixel dengan bukaan lensa f/1.8. sedangkan kamera kedua adalah sebesar 2 megapixel. Efek bokeh yang stabil sudah pasti karena EIS namun fitur AI Scene Detection juga akan memperkaya gambar yang diambil. Artinya, saat mengambil foto potrait sekalipun rasanya akan sangat berbeda dan profesional. Efek blur yang natural menjadikan hasil foto lebih alami daripada kebanyakan foto bokeh di kelasnya.
ASUS menyadari bahwa kamera depan juga menjadi pertimbangan khusus sehingga 8 megapixel adalah pilihan terbaik dengan LED Flash. Anak-anak dan remaja yang gemar bermain game juga suka dengan selfie. Maka, hasil foto terbaik dari ZenFone Max M2 bisa mewakili perasaan mereka dikala istirahat dari game.
Maka, siapa yang tidak mau mengambil gambar seindah ini? Meskipun dengan smartphone kelas menengah, kamu masih bisa mengandalkannya.

Bagaimana Kualitas Kameranya? 

Saya telah mengetes beberapa kali kualitas kamera ZenFone Max M2 ini. Saya pikir, hasilnya tidak mengecewakan dan patut diapresiasi untuk sebuah smartphone kelas menengah ke  bawah. Berikut saya lampirkan beberapa contoh foto dari ZenFone Max M2 ini.

Taman di Pullman Jakarta Central Park – Bai Ruindra

Kondisi cahaya terang di Pullman Jakarta Central Park – Bai Ruindra

Bokeh yang keren dari bunga di Taman Pullman Jakarta Central Park – Bai Ruindra

Objek yang bagus di Pullman Jakarta Central Park – Bai Ruindra

Foto selfie dengan mode pengindahan diaktifkan.

Foto selfie dengan pengindahan dinonaktifkan.

Dual SIM dan Android Pure yang Menggoda

Anak-anak dan remaja gemar mengoleksi banyak game? Tentu saja. Mereka bebas berpindah dari satu game ke game lain. Maka, ekspansi terbaik adalah dengan slot microSD. Di ZenFone Max M2 sudah terdapat 3 slot yaitu 2 untuk kartu SIM dan 1 untuk memori eksternal yang bisa ditambah sampai dengan 2 TB.
3 slot yang penting sekali di sebuah smartphone saat ini
Kinerja yang cepat dari ZenFone Max M2 karena Android Pure 8.1. Sistem operasi ini memiliki banyak kelebihan di antaranya menghemat baterai, mempertahankan kinerja CPU dan GPU serta sinkronisasi lebih mudah ke satu akun Gmail.
Kencang salah satu faktor karena Android Pure
Smartphone dengan Android Pure memang lebih ringan. Hal ini juga sangat dibutuhkan oeh gamer yang kerapkali emosi saat kalah. Namun, karena proses yang cepat maka bisa kembali bermain di game yang sama atau berpindah ke game lain. Saya pikir, remaja yang kini memakai smartphone sangat menyenangi kinerja cepat karena mereka memiliki banyak aplikasi dan suka mengobrak-abrik smartphone sesuai selera.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Dengan harga Rp 2 jutaan, ZenFone Max M2 telah mewakili keluh-kesah orang tua yang selalu ingin memberikan smartphone kelas atas kepada anak-anak. ZenFone Max M2 memiliki kelas tersendiri di kalangan gamer karena soal rasa itu pasti beda tetapi soal permainan – game – tetap akan sama. Kamu main Mobile Legends, orang lain juga demikian.

Tetapi, tidak akan ada yang tahu sebelum dikasih tahu kalau kamu memainkan game ini di ZenFone Max M2. Mungkin bedanya, kamu lebih gesit sedangkan orang lain sering tersendat-sendat. Meskipun data di smartphone kamu hampir overload tetapi karena ini adalah ZenFone Max M2 maka akan tetap aman sampai ke finish.

ZenFone Max M2 sangat direkomendasikan untuk sebuah smartphone gaming dengan performa andal tetapi harga sangat kompetitif. Tak banyak produsen yang mau berkorban seperti halnya ASUS tetapi hadirnya smartphone ini memberikan penawaran lebih untuk gaming lebih seru dan kantong tidak menjerit!

Bodi belakang ZenFone Max M2 – Bai Ruindra


Model ZenFone Max M2 (ZB633KL)
Display, Resolution 6.3-inch HD+ (1520 x 720) All-screen display LED Backlit IPS LCD,
Capacitive touch panel with 10-point multi-touch
CPU Powerful 14nm Qualcomm Snapdragon 632 Octa Core Processor
GPU Qualcomm® Adreno™ 506 GPU
RAM / Storage LPDDR4 3GB RAM, 32GB ROM
LPDDR4 4GB RAM, 64GB ROM
Supports up to 2TB MicroSD, 100GB Google Drive (free 1 year)
Rear (main) Camera 13 Megapixel with wide aperture f/1.8
Rear (wide) Camera 2 Megapixel for bokeh mode
Front camera 8MP, F2.0, 77.2 degree view angle with LED Flash
Camera feature PixelMaster 4.0 camera mode: Beauty,
Auto (with HDR features), Selfie Panorama,
GIF Animation AI Camera
with 13 types AI Scene Detection
Wireless WLAN 802.11 a/b/g/n,
2.4HGHz with Wi-Fi Driect
Bluetooth 4.2
Sensor Rear fingerprint sensor (0.3 seconds unlock, supports 5 fingerprints),
Accelerator, E-Compass, Proximity,
Ambient Light Sensor, Gyroscope
SIM card and SD slot Triple Slots: dual SIM, one MicroSD card
Slot 1: 2G/3G/4G Nano SIM Card
Slot 2: 2G/3G/4G Nano SIM Card
Slot 3: Supports up to 256GB MicroSD card
Both SIM card slots support 3G WCDMA /
4G LTE network band.
But only one SIM card can connect to 4G LTE service at a time.
Network FDD-LTE, TD-LTE, WCDMA, GSM
Data rate:
DC-HSPA+ (DL/UL): 42/5.76 Mbps;
LTE CAT 7 (DL/UL): 300/150 Mbps, 3CA support
GPS GPS, AGPS, Glonass, BDS
OS Pure Android 8.1 Oreo
Battery 4.000mAh capacity
Audio / Microphone 5-magnet speaker with NXP 9874 smart amplifier,
Dual internal microphones with ASUS Noise Reduction Technology,
FM Receiver
Size / Weight 158 x 76 x 7.7mm / 160 grams
Color Midnight Black, Space Blue, Meteor Silver

Categories
Uncategorized

Semua Orang Bisa Jadi Penulis; Semua Orang Bisa Naik Pesawat Gratis di Era Digital

Dulu, majalah Annida menjadi langganan saya sewaktu di sekolah menengah pertama dan atas. Masa itu, di penghujung tahun 1999, majalah tersebut masih menjadi primadona. Saya terbius dengan tulisan dari beberapa penulis yang telah besar di masa itu.

Sebut saja Asma Nadia, Helvy Tiana Rosa maupun penulis lain yang mengawal karir mereka di majalah bernapas Islami tersebut. Mungkin, karena lingkungan yang memengaruhi kondisi, saya seolah hanya membaca Annida, lantas Ummi, dan ‘tidak’ mendapatkan majalah lain seperti Gadis, Hai, femina, maupun Aneka Yes!

Di eranya, majalah Annida menjadi salah satu media untuk penulis muda berkarya. Tak sekali, saya merasa kurang puas dengan pendapat maupun jalan cerita dari penulis yang namanya tertoreh di halaman majalah berwarna tersebut.

Maka, saya tidak mau memungkiri bahwa gaya menulis, ide maupun proses kreatif di awal karir kepenulisan dipengaruhi oleh majalah ini. Mulailah saya menulis; fiksi, yang bisa disebut mengikuti gaya cerpen maupun tata bahasa yang telah dimulai oleh Annida.

Kelas 2 sekolah menengah atas, saya terobsesi untuk mengirim cerpen ke Annida. Sulitnya akses di kampung membuat saya ketar-ketir. Belum ada komputer yang bisa saya andalkan untuk mengetik. 


Komputer masih menjadi barang langka dan mewah jikapun saya melihatnya di rental dekat sekolah. Alternatif yang kemudian saya dapatkan adalah meminjam mesik tik di kelurahan. 


Malam yang berselimut dingin, kokok ayam yang merdu, dan menyalaknya anjing yang disebut kerusupan tidak membuat saya takut. Mungkin juga, irama mesin tik terlalu indah untuk memedulikan suara malam.
Ketikan saya cukup ‘kacau’ namun bagi anak sekolahan kala itu sangat indah sekali. Dengan penuh percaya diri saya mengirim naskah-naskah yang telah diketik rapi melalui Kantor Pos di kecamatan. Seminggu menunggu, tak ada kabar. 


Dua minggu, juga demikian. Sebulan, juga demikian. Tak ada sistem cek nomor resi; atau mungkin saya tidak mengerti untuk cek di Kantor Pos. 


Namun, ada bagian dari majalah Annida yang keren masa itu adalah pertiga bulan, terdapat halaman yang menyebut nama pengarang dan judul cerpen tidak layak muat.
Oh, waktu tunggu yang cukup lama sampai akhirnya ditolak. Saya tidak berhenti menulis. Saya kirim lagi. Ketik lagi. Sampai mesin tik diminta balik oleh kelurahan untuk urusan surat-menyurat. 


Di kelas 3, saya ikut les komputer di rental depan sekolah. Saya mulai mengetik di perangkat yang modern. Mencetak hasil karya dan mengirimkannya kembali melalui Kantor Pos. Kamu bisa memprediksinya, tulisan saya kembali ditolak!
Pertengahan 2005, saat saya masih kalut dengan ke mana harus melangkah usai musibah tsunami, tulisan saya dimuat di Annida. Baiklah. Saya pikir, perjuangan panjang telah usai. Saya menulis lagi banyak cerita, mengirim kembali dan masih ditolak. 


Perkuliahan di Banda Aceh membuat saya akrab dengan majalah-majalah yang telah saya sebutkan di atas. Saya pun mengirim cerpen sesuai dengan karakteristik majalah tersebut. 


Namun, tidak ada satupun yang berhasil membius redaksi dengan tulisan saya. Lantas, Oktober 2013 cerpen saya muncul di majalah femina, lalu berturut-turut di Ummi, dan tidak pernah hadir di Gadis maupuan Hai!
Waktu yang cukup panjang untuk sebuah tulisan dimuat media massa. Enam tahun sebelumnya – mungkin lebih – saya telah berselancar dengan indah di dunia maya. Multiply yang penuh bunga, emoticon menarik, dan tulisan penuh aroma cinta saya gagahi dengan gahar dan ganas. 


Era digital bagi saya dimulai sejak saat itu, di mana entah membuat tawa atau rindu, saya benar-benar telah ‘mengabdi’ kepada Multiply sebelum memulai di Blogger, Kompasiana dan juga WordPress. Bekal yang mendayu-dayu sebagai penulis fiksi saya curahkan saat menulis blog – sampai kini. 


Terkadang, ada kangen untuk membaca tulisan-tulisan di Multiply yang telah tamat masa jayanya. Dulu, tidak ada pengetahuan untuk melakukan backup data; duduk di warnet, menulis, posting, berbalas komentar lalu ditinggalkan begitu saja. Maka, puisi-puisi dan cerpen ‘meremaja’ tidak membekas di mana-mana. 
Jadi penulis masa itu, kayaknya memang ribet dan ‘ah nggak mau menulis lagi’ karena sering mendapatkan penolakan. Begitu blogger ‘datang’ tak diundang, semua masuk ke era digital karena ingin eksis atau mencari ‘penghasilan’ yang lebih besar. 


Ada banyak cara untuk seseorang memulai di blog. Ada yang berangkat dari niat tulus untuk berbagi, menjadikan media yang tepat karena sering ditolak media arus utama, atau dengan niat mencari uang.
Tak bisa dipungkiri lagi, saya pun merasa demikian. Saat cerpen dimuat Annida atau femina, misalnya, yang paling saya tunggu adalah honor yang diterima tak lama setelah itu. Di dunia blogging juga demikian. 


Sebagian mengandalkan clickbait untuk mendapatkan keuntungan dari Google Adsense, sebagian lain memilih mengikuti lomba menulis blog yang hadiahnya juga makin menggiurkan, dan ada pula yang membangun personal branding dengan kuat sehingga mendapatkan job review dengan nilai fantastis.

Era Digital Ubah Seseorang Jadi Penulis

Kamu semestinya percaya dengan hal ini. Bahkan, seseorang yang telah memiliki branding kuat di blog maupun vlog, bisa lebih kaya dari profesor sekalipun – jika semua dinilai dari segi materi. 


Jika pejabat pemerintah, atau pegawai negeri, bahkan pegawai swasta; tiap bulan menerima penghasilan tetap sejumlah tertulis, maka content creator di dunia maya ‘cuma’ diam saja karena bisa Rp 0 rupiah, bisa juga Rp 100 juta, atau bahkan lebih.
Berkah menulis blog, undangan salah satu produsen smartphone di Jakarta.
Kamu nggak mesti sekolah tinggi untuk main di internet. Percaya dengan apa yang saya sebut dan alami selama ini. Bekal di universitas bahkan sama sekali tidak terpakai saat ‘bekerja’ dengan internet.

Pekerja di internet tidak memandang seorang lulusan sekolah dasar maupun perguruan tinggi nomor 1 dunia sekalipun. Kamu cuma perlu memperbaharui ‘jati diri’, mempermak ‘identitas’ dan menjadikannya sebagai bekal bertarung di dunia maya.

Tugas kita adalah duduk di depan komputer. Lahirkan konten. Biarkan berselancar di mesin pencari. Ditemui oleh banyak pembaca atau penonton. Disukai. Dihujat. Diberikan umpan balik. Lalu, ‘fee’ akan berdatangan dengan berbagai cara. 


Tidak ada pemisahan antara golongan A atau B, tidak ada bos dan bawahan, tidak ada pula siapa paling tinggi jabatan dan rendah. Hanya saja, siapa yang kreatif, inovatif dan bekerja keras, dirinya yang akan berhasil.
Seseorang yang tidak ada basic menulis sekalipun bisa menjadi sangat populer di era digital. Kenapa saya sebut demikian? Jika kamu mencari salah satu kata kunci di Google, misalnya saja, kamu akan menemukan ragam blog yang mengulas perihal yang kamu cari. 


Mereka bermain dengan konten. Mereka mencari celah untuk masuk ke halaman pertama mesin pencari. Mereka mencari pembaca setia. Mereka menulis – posting – tiap hari. Dan, mereka mencari uang!
Kita? Di mana keberadaan kita di era digital ini? Tentu, serunya hidup di era digital tiap orang berbeda-beda. Namun, kita memiliki celah yang sama untuk menjadi sukses sebagai penikmat maupun pelakon utama. 


Tinggal kita yang memilih mau jadi apa di dunia maya. Jika diminta memilih, saya tentu menjadi pelakon utama. Bekal sudah punya. Niat sudah ada. Cukup mencari celah menjadi siapa dalam membangun personal branding!

Guru Blogger Itu Identitas Penting

Kita mengenal travel blogger. Bahkan, banyak sekali traveler yang mengabadikan kisah mereka di blog. Ada yang berangkat sebagai penulis andal. Ada pula yang sekadar melampiaskan kata-kata maupun keluhan setelah pergi ke suatu tempat. 


Nah, identitas sebagai travel blogger begitu melekat di tubuh mereka sehingga saat kamu ingin pergi ke suatu tempat di dalam maupun luar negeri, kamu akan mengunjungi blog dimaksud untuk mencari tahu tentang destinasi itu.
Era digital itu membentuk personal branding dengan sendirinya. Aktivitas sehari-hari bisa menjadi sebuah kewajaran untuk ditulis lalu dipublikasikan. 


Saya berangkat dari guru – meskipun belum menjadi pegawai negeri – di mana banyak sekali kisah yang bisa saya abadikan, bahkan menjadikan sekolah sebagai ‘objek’ menarik kesimpulan sebuah tulisan. 


Dalam membangun kepercayaan ini tentu saja saya harus membuat tulisan yang beraroma pendidikan atau edukasi, atau hanya sekadar curahan hati seorang guru semata.
Tidak banyak guru yang mau menulis. Apalagi berbicara dunia blog yang penghasilannya kadang ada, kadang tiada. Lantas, kenapa saya membangun identitas sebagai guru? Di satu sisi karena bagian ini telah menjadi jati diri saya. 


Misalnya, saat kamu ingin tahu soal ujian nasional berbasis komputer, saya bisa memberikan penjelasan dari kacamata guru, teknisi maupun operator. Saat kamu kebingungan melanjutkan pendidikan usai kelas duabelas, saya bisa memberikan alternatif berdasarkan pandangan kemampuan, keahlian, dan kondisi ekonomi orang tua. 


Saat kamu mau berdiskusi soal bahan ajar, saya bisa menjawab dengan menarik beberapa kesimpulan berdasarkan mata pelajaran yang kamu ajarkan.
Makin banyak saya menulis, makin kuat pula personal branding yang saya bangun atas nama guru blogger. Maka, hal ini cukup penting karena mengingat keseharian saya adalah demikian. 


Tidak mungkin saya melabeli diri sebagai travel blogger yang mana kisah jalan-jalannya hanya sesekali. Tidak mungkin saya berkata sebagai penulis profesional, sedangkan buku solo belum satupun yang diterbitkan lantas bestseller.
Saya pikir, semua ada identitas masing-masing. Nah, saat saya menyebut guru blogger, maka saya mengikuti perubahan zaman; mengenalkan efek digital kepada anak-anak di sekolah dalam kacamata positif dan negatif. 


Sebagai catatan, anak-anak sangat paham teknologi saat ini sehingga butuh pendampingan untuk mengarahkan mereka menjadi pribadi yang kreatif dan inovatif.
Bersama siswa, mengenalkan dunia internet yang makin seru tiap harinya. 

Di sinilah peran saya sebagai seorang guru. Selain mengajar pelajaran, saya ‘wajib’ mengarahkan anak-anak – bagi yang mau – menjadi content creator di era digital. Saya mulai memberi pengetahuan tentang blogger, konten video yang bisa mereka sajikan, menjadi calon influencer, bahkan komikus di dunia maya. 


Semua ini ada di jiwa anak-anak kita. Anak kampung yang tiap hari melihat sawah, mungkin kesal melihat saya di kelas, adalah sebagian kecil dari mereka yang butuh ‘teman’ untuk mengarahkan ke pembenahan diri selama berada di dunia maya.

Saya pernah berujar, “Kamu buat yang unik, nyeleneh dan aneh. Kamu memang akan malu. Tetapi, orang terkenal di internet itu harus buang malu. Kamu malu? Kamu tidak akan dapat apa-apa!”
Artinya, saya tidak mengarahkan anak-anak menjadi orang yang melakukan hal-hal negatif untuk menjadi terkenal. Annisa Mahira, salah seorang siswa yang benar-benar saya arahkan untuk menjadi influencer Instagram. 


Semula, konten yang dilahirkan di akunnya biasa saja. Karena Annisa tidak memiliki kemauan besar untuk menjadi blogger, saya arahkan ke Instagram. Di mana, fashion, inner beauty, style dan juga fotogenik ada pada dirinya. Saat ini, pengikut Annisa dan jumlah like foto di akunnya melebihi akun saya pribadi.

Saya sadar bahwa perkembangan internet makin melambung tinggi. Siapa yang mau, dirinya sajalah yang mendapatkan hasil. Meskipun di kampung yang selalu mendengar suara jengkrik malam hari, saya tidak mau anak-anak pulang sekolah; tidur, menonton televisi, atau bermain saja.

Tetapi, mereka harus memiliki bekal yang kuat di internet. Jika lulus sekolah tidak memiliki pekerjaan, maka internet masih bisa diandalkan. Kamu yang sudah bergelut di dunia blogging atau internet secara umum, tentu paham sekali biaya belajar jadi ‘sesuatu’ di internet.

Saya menghadirkan sebuah pembelajaran karena efek kreatif di internet tak lain bekal mereka untuk melakukan yang berbeda, menarik perhatian dan juga memiliki penghasilan selepas sekola – sekali lagi apabila tidak melanjutkan pendidikan atau belum mendapatkan pekerjaan layak. 

Annisa hanya salah satu dari sekian siswa saya yang ingin menjadi ‘sesuatu’ dari internet. Bersama yang lain, setidaknya saya telah menjabarkan serunya menjadi pelakon di dunia maya.

Saya tidak lantas berujar semata tetapi memberi bukti bahwa dari menulis saya bisa naik pesawat gratis, misalnya. Saya tidak memaksa harus mengikuti jalan yang saya pilih.

Tetapi, pekerjaan ‘sampingan’ di internet lebih menggiurkan daripada bekerja sebagai pengajar, penyiar radio dan lain-lain di Aceh untuk mengisi dompet selama kuliah. 

Era Digital Ubah yang Tidak Mungkin Menjadi Mungkin 

Tidak mungkin saya naik pesawat terbang; pikir saya waktu itu. Saya tidak sedang berbicara soal siapapun bisa naik pesawat terbang karena harga tiket murah.

Semurah apapun tiket tidak mungkin saya beli karena belum ada kemampuan untuk itu dan tidak ada destinasi yang benar-benar ingin saya kunjungi. Tetapi naik pesawat terbang gratis siapa yang tidak mau.

Semua dibayar. Semua dihargai. Tentu, hanya satu jalan yang bisa saya lakoni yaitu menjadi penulis. Untuk saya yang tinggal di kampung, ke Ibukota Provinsi Aceh, Banda Aceh, saja sudah ‘terhebat’ mengingat 5 jam di jalan dengan ongkos pergi Rp 100 ribu. 

Jadi penulis di internet kemudian menjadi profesi yang sangat seru. Selain dikenal banyak orang, dihujat pula karena pendapat kita tidak mudah diterima, juga melewati batas yang tidak pernah terbayangkan oleh saya sendiri sebagai seorang guru honorer yang selalu dikucilkan dan direndahkan.

Kita ketepikan profesi saya sebagai guru honorer yang makin hari makin tidak dianggap keberadaannya, lihatlah saya sebagai seorang blogger. Saya bangga dengan profesi ini. Tentu.

Bandar udara seolah-olah telah menjadi terminal bus antarkota yang mana cukup sering saya singgahi. Meski, di dompet hanya tersisa selembar berwarna biru, tetapi saya menikmati keindahan yang cuma bisa dinikmati dari hasil kerja keras. 

Jika saya bertahan dengan mengirimkan saja tulisan ke media massa – yang mana kini rata-rata telah tutup – maka tidak mungkin saya jadi begini. Tidak akan pernah saya rasakan serunya era digital.

Tidak akan pernah dikenal banyak orang. Tidak akan pernah disebut sebagai guru blogger. Atau paling tidak, jika ditanya blogger Aceh adalah tidak akan saya yang menjadi sosok yang dikenalkan selain blogger daerah lain.

Berkah penulis blog saat ini bisa traveling dengan mudah.
Hal mustahil telah saya raih dari dunia digital ini. Mungkin tidak mungkin tetapi itu sangat mungkin. Jika kamu masih enggan menyebut ini sebuah keberuntungan maka saya bisa menyebut usaha tidak pernah mengelabui hasil.

Proses panjang yang telah saya lewati, kecewa karena ditolak, belajar dari kesalahan bahkan titik dan koma, kemudian saya menikmati dengan sebuah perjalanan udara yang ‘mahal’ harganya dan ekslusif dari segala pandangan.

Proses tertinggi dari seorang penulis blog saat ini adalah menang lomba atau diundang ke suatu acara dengan akomodasi dan transportasi ditanggung panitia. Saya yakin sekali hukum ini berlaku pada sebagian besar blogger.

Bukan karena materialistis tetapi blogger itu tak lain profesi yang mirip dengan selebriti, influencer atau penamaan lain yang mana datang ke suatu acara, memotret, lalu menulis. Artinya, memiliki pengaruh besar di dunia maya. 

Mungkin, sebagian menganggap ‘ah biasa saja’ tetapi algoritma mesin pencari akan berbeda kedudukannya jika berhadapan dengan blogger. Sponsor tidak akan pernah rugi mengirimkan tiket pesawat karena tulisan yang ditulis blogger akan naik ke permukaan.

Media online menjadi sebuah ‘kemunafikan’ saat ini karena iklan yang tayang lebih menarik dibanding iklan televisi. Kamu mau membeli smartphone baru, maka Google yang akan menjadi bantuan utama.

Selain naik pesawat gratis, era digital juga mengubah gaya hidup saya yang semula hanya mengandalkan smartphone kelas menengah ke bawah untuk naik level ke smartphone high end. Kenapa ini terjadi?

Di sinilah letak ‘keutamaan’ blogger yang saya sebut tadi. Produsen smartphone sangat bergantung kepada reviewer; dari sisi baik dan tidak baik. Makin banyak diulas, makin banyak pula data yang tersimpan di internet.


Blogger yang dikasih smartphone akan mengulas produk sedalam-dalamnya. Blogger yang diundang ke acara, dikasih smartphone gratis, lalu akan banyak sekali tulisan yang lahir di antaranya hand on, suasana acara sampai review produk. Yang mana di judul dan kata kunci tentu akan menggunakan tipe produk yang baru saja diluncurkan.

Smartphone dibutuhkan semua orang untuk saat ini di mana tidak hanya mengganti feature phone tetapi teman gaya hidup. Saya selalu bertanya kepada anak-anak di sekolah, “Kalian pilih isi paket data atau pulsa?” kamu pasti bisa menebaknya.

Paket data bisa digunakan untuk semua kebutuhan, pulsa hanya untuk komunikasi konvensional yang mahal dan cenderung ditinggalkan atau tidak dipakai oleh anak-anak usia sekolah.

Tentu, era digital bagi saya tidak hanya seru saat menggenggam sebuah smartphone yang baru launching dan belum ada di pasaran. Saya terlibat langsung dalam kemajemukan dunia digital.

Apalagi bicara posisi saya di daerah yang bagai mendapat durian runtuh manakala menerima e-ticket untuk sebuah penerbangan. Duduk di depan artis yang memamerkan smartphone terbaru dan tak lupa catatan kecil di hotel berbintang.

Belum lagi jika berbicara diundang ke acara lain dalam skala lebih besar. Kita tidak hanya dihargai sebagai ‘manusia’ semata tetapi diistimewakan dalam segala aspek. Saya tidak akan pernah lupa, barangkali berterima kasih kepada blog yang memberikan kesempatan untuk saya lebih diakui di era digital.

Salah satu adalah mendapat undangan dari Kementerian Komunikasi dan Informatika RI dalam rangka menyaksikan Opening Ceremony Asian Games 2018 di Stadion Gelora Bung Karno Jakarta.

Hal ini tentu saja sangat istimewa karena 50 tahun lalu Indonesia menjadi tuan rumah dan belum tentu 50 tahun lagi akan kembali. Saya menjadi saksi acara besar ini bahkan ikut mengabadikannya dalam buku yang dicetak khusus oleh pemerintah

Berkah menulis blog lain bisa ikut serta dalam ajang bertaraf internasional – Opening Ceremony Asian Games 2018 atas undangan Kominfo RI.
Cuma-cuma. Benar. Ini hanyalah dirasakan oleh blogger – penulis – di era digital. Bahkan, penulis blog lebih tajam daripada penulis lain. Penulis blog lebih ditakuti daripada akun media sosial yang sering menghujat.

Satu tulisan penulis blog yang melampiaskan kekesalan pada suatu produk, diviralkan, maka akan runtuhlah brand yang dimaksud. Berbeda dengan selebriti yang bekerja sebagai seniman semata.


Blogger bahkan tidak terdeteksi dengan baik kecuali telah membangun personal branding seperti yang saya lakukan. Ada sebagian dari blogger berprofesi sebagai pegawai negeri, dokter, pejabat bahkan profesi lain yang telah memiliki penghasilan tetap bulanan. Maka, sekali lagi, tidak ada yang tidak mungkin di era digital ini.

Ulasan Teknologi Bawa Berkah 

Sudah saya sebut di awal, saya adalah penulis fiksi. Karya pertama yang dimuat media cerita pendek. Tulisan saya ‘semula’ lebih banyak fiksi sebelum blog memberikan ruang berbeda dan sentuhan magic yang tidak bisa saya kembali ke bentuk serupa.

‘Sihir’ itu mengubah pilihan hidup saya untuk lebih mencintai dunia digital daripada kehidupan seperti biasanya. Toh, orang lain juga berinteraksi dengan intens di internet sebagai penikmat saja. Mengapa saya harus mengikuti mereka? 

Ulasan teknologi kemudian menjadi pilihan yang tepat. Ada sebab, ada akibat. Alasan utama, saya naik pesawat karena menulis tentang teknologi itu sendiri. Menulis blog mengantarkan keuntungan yang tidak sedikit untuk saya secara pribadi.

Produk-produk smartphone terbaru saya tahu lebih cepat. Harga produk menjadi tanya jawab antara saya dengan teman yang ingin mengganti perangkat. Semua berjalan sesuai keinginan saya sebelumnya. 

Di sekolah, apapun permasalahan yang berbau teknologi adalah pangkuan saya sebagai pelabuhan terakhir. Anak-anak. Sesama guru. Seolah, mereka sadar betul bahwa saya tahu benar suatu permasalahan, komputer maupun smartphone.

Anak-anak tentu saja menjadi daya tarik yang luar biasa saat ini mengingat mereka pengguna aktif internet. Bahkan, saya sendiri tidak bisa mempublikasi status atau foto ‘aneh’ karena anak-anak bisa menekan like atau memberi komentar. 

Kemudahan dalam akses ke dunia teknologi yang kian tak terbatas, mengantarkan saya untuk fokus, belajar interaksi yang baik dan membuat blog khusus teknologi. Kenapa saya yakin dengan blog teknologi ini?

Karena ide tentang teknologi saat ini tidak pernah habis, bulan ini bisa 2 sampai 5 produk diluncurkan. Ulasan bisa beragam untuk satu produk. Bulan depan datang lagi yang lain.

Belum lagi berbicara soal kerjasama dan kepercayaan, juga soal aktivitas sehari-hari saya yang tidak pernah lekang dengan teknologi. Sehingga, Tekno Update saya lahirkan untuk mengulas teknologi lebih mendalam. 

Namun, karena blog tekno ini menggunakan hosting gratis, penetrasinya juga begitulah adanya. Saya cukup kewalahan dalam menaikkan ratingnya. Sebagai penulis blog yang telah rutin mengulas tema teknologi, tentu saja saya ingin mendapatkan performa yang terbaik untuk blog tekno ini.

Sebagai blogger, blog bairuindra.com telah menjadi identitas saya. Sebagai penulis blog tekno, saya juga ingin mengecap manisnya keseruan di era digital dengan terus meng-update berita teknologi; terlepas tulisan mendayu-dayu di bairuindra.com. 

Rasanya, hidup saya kurang seru jika belum update blog. Blog utama barangkali tidak memungkinkan saya menulis tiap hari tetapi untuk blog Tekno Update, bisa saja sehari beberapa artikel.

Hal pertama yang harus saya lakukan untuk membuat hidup makin seru di era digital ini adalah memindahkan atau men-transfer domain dan hosting techno-update.com dari provider sebelumnya ke Domainesia. Domain yang masih mengandalkan hosting dari Google ini akan mendapatkan hosting murah dari Domainesia dengan penawaran terbaik. 

Kenapa Saya Wajib Pindahkan Domain Blog ke Domainesia? 

Seperti yang kamu lihat, blog Tekno Update yang saya miliki saat ini sangatlah sederhana dan masih menggunakan BloggerBlogspot. Kelebihan dan kekurangan pasti ada. Namun, untuk mencapai puncak tertinggi dan melawan blog tekno lain di Indonesia, saya tentu saja membutuhkan tenaga lebih besar yaitu hosting yang baik dan juga murah.

Saya juga membutuhkan cara membuat blog yang tepat, praktis dengan plugin simpel dan ringan, serta penempatan iklan yang sesuai agar blog mudah diakses. 

Hal ini, tidak bisa saya dapatkan dengan mudah di Blogspot yang mana saya harus berpusing dulu dengan rumus HTML. Hijrah ke Domainesia, artinya, Tekno Update akan segera beralih ke WordPress yang mana memiliki plugin keren dan template responsif serta SEO (Search Engine Optimization) yang akan memungkinkan blog tekno ini mudah masuk ke mesin pencari.

Saya membutuhkannya untuk menunjang performa blog tekno yang makin hari makin diincar oleh produsen smartphone

Saya juga telah memiliki satu akun WordPress dari provider lain dengan harga yang cukup mahal. Asyiknya, jika saya migrasi hosting ke Domainesia maka akan mendapatkan potongan harga sebesar 25%. Saya juga bisa memilih server antara Singapura, Dallas, Tokyo maupun Jakarta.


Server yang beda dengan domain blog bairuindra.com tentu menjadi bahan yang menarik. Di satu sisi, sangat bagus di mata Google maupun Bing. Di sisi lain memiliki tingkat keamanan yang terjamin dan juga tidak mudah putus jaringan karena alasan tertentu. 
Di laman resminya, Domainesia memberikan penjelasan bahwa mereka akan memberikan pelayanan yang maksimal selama 24 jam. Standar tinggi ini tentu saja sangat sangat butuhkan untuk performa, mencurahkan permasalahan dan juga berkomunikasi intens terkait jaringan maupun hal lain. 
Terkait pindah domain juga sangat murah sekali, jika saya masih ingin bertahan di Blogspot. Namun jika ingin pindah ke WordPress tentu saja harus membeli domain + hosting yang sama-sama murah di Domainesia. 
Pindah domain murah di domainesia.

Bayar cepat domain murah di domainesia.
Namun, jika saya ingin pindah dari Blogspot ke WordPress maka saya mesti membeli hosting terlebih dahulu dengan harga murah tadi. Kemudian melakukan pengaturan seperti biasa pemindahan domain dari Blogspot ke WordPress. 
Migrasi hosting di domainesia dapat diskon 25%.

Cara Transfer Domain ke Domainesia Mudah dan Praktis

Yang harus saya lakukan pertama sekali adalah login ke Blogspot lalu menuju Setelan, Lainnya dan mengambil Backup Konten. Nanti, file yang tersimpan adalah dalam bentuk .xml yang berisi artikel, gambar-gambar maupun konten lain bisa diunduh. 

Cara Backup Konten dari Blogspot sebelum pindah ke WordPress.
Langkah selanjutnya adalah login ke WordPress. Yang perlu dilakukan adalah memasang plugin Blogger Importer agar data-data yang sebelumnya telah tersimpan dalam formal .xml dari Blogspot bisa segera dipindahkan ke WordPress. Perhatikan gambar di bawah ini untuk lebih jelasnya. 
Pasang plugin Blogger Importer terlebih dahulu.
Pastikan plugin Blogger Importer terpasang dan diaktifkan.
Saya harus benar-benar pastikan bahwa Blogger Importer telah aktif dengan masuk ke Plugins. Jika telah aktif maka langkah selanjutnya adalah menekan Run Importer lalu saya akan diminta untuk meng-upload data .xml yang sebelumnya telah disimpan.

Jika proses menginput data telah berhasil maka akan keluar kotak dialog lain yang meminta persetujuan. Saya cukup menekan Submit apabila data yang diberikan telah benar. Dan, Tekno Update resmi berpindah domain dan hosting ke Domainesia! 

Masuk ke plugin lalu Blogger Run Importer.
Unggah data dalam bentuk .xml yang telah disimpan sebelumnya. 
Jika sudah yakin benar maka Submit.
Apabila proses telah selesai, selanjutnya adalah memilih template yang sesuai untuk sebuah blog tekno. Tentu saja saya tidak mau melewatkan plugin untuk memasang Google Adsense agar nilai jual blog makin menarik dan terpercaya. Mudah, simpel, terpercaya dan cepat begitulah pemindahan domain ke Domainesia.

Era digital yang terus berbenah, tidak mungkin saya hanya diam saja. Blog tekno makin aktif, makin banyak pula suguhan menarik yang akan saya hadirkan di internet.

Sekarang adalah tugas saya untuk mengoptimalkan blog, bersama Domainesia saya yakin sekali bahwa blog tekno yang saya rilis lebih kurang setahun lalu akan semakin mendapatkan peringkat terbaik di Google.

Tentu, bairuindra.com akan tetap menjadi personal branding saya sebagai guru blogger. Inilah serunya kisah saya bersama era digital. Saya tak mau ditinggal, saya hanya mau menjadi bagian terpenting dari dunia digital dengan cara saya sendiri!

Categories
Uncategorized

Secangkir Kopi Aceh untuk Temani Hari Bersama ASUS ZenBook

Gampoeng Coffee and Roastery tampak sepi siang kemarin. Kupikir, sebagian dari penggemar kopi di Meulaboh sedang bersenang-senang bersama keluarga weekend ini. Mungkin juga, mereka sedang bersama kekasih di salah satu pantai dengan menyeruput aneka juice sebagai penghabis waktu dalam diam. Waktu yang kuhabiskan begitu lama di salah satu sudut dengan kursi kayu mengilap dan lampu temaram mirip lampion tergantung banyak di langit-langit. Nanti malam, mungkin juga jelang magrib, di sini akan terasa begitu romantis dalam definisi mereka yang ingin menjabarkannya.
“Minum apa, Bang?” aku tersentak saat anak muda menghampiri dengan menu di tangannya. Aku menarik menu dan melihat sekilas. Warung kopi ini memang ciri khas anak muda, aneka kopi yang disajikan mulai dari modern sampai kopi Aceh yang sudah terkenal di mana-mana. Pernah dengar, dari teman yang pernah duduk di sini, barista yang kulihat dengan ekor mata di belakang cangkir dan gelas tersusun rapi, akan menyajikan kopi dengan kafein ternikmat. Itulah yang kucari yang barangkali sulit kutemui di sudut barat selatan Aceh ini.

“Kopi tubruk,” pesanku. Kental rasa Aceh tentu ini pilihannya. Kopi yang akan memiliki ampas dalam kepahitan yang pasti. Jangan coba-coba jika meradang karenanya; sebab kopi ini akan membuatmu terjaga sepanjang malam.
Aku mulai membiasakan diri dengan suasana di warung kopi mirip kafe di kota-kota besar ini. Arsitekturnya dan ragam kopi di menu mengingatkanku pada Filosofi Kopi karya Dee Lestari. Sebuah kutipan yang tak bisa kulupa, “Kita tidak bisa menyamakan kopi dengan air tebu. Sesempurna apa pun kopi yang kamu buat, kopi tetap kopi, punya sisi pahit yang tak mungkin kamu sembunyikan!
Secangkir kopi bersama ASUS ZenBook.
Dan benar, kopi tubruk yang lalu disajikan membawa aroma yang begitu kuat. Aku memang bukan Jati Wesi, tokoh lain dari Dee Lestari dalam Aroma Karsa, yang memiliki penciuman mahadahyat. Tapi, untuk membaui cangkir kuning yang baru saja diletakkan di atas meja kayu berwarna cokelat itu adalah perkara lain. Kafein yang terkandung di dalam kopi tubruk itu seolah-olah telah menyesap ke dalam pikiranku.
Kopi tubruk bukan kopi biasa. Kopi tubruk adalah ‘Aceh’ yang sempurna dengan ampas dan pahit yang tidak bisa dibayangkan. Aku tidak bertanya jenis kopi apa yang diaduk dalam air putih sehingga menjadi hitam itu. Aku cuma tahu, rasanya sangat berbeda meski baru sesendok kucicipi. Mukaku langsung berkerut, “Pahit,” yang lantas barista mendatangiku dengan sepiring gula.
“Butuh gula, Bang?” tanyanya yang langsung kuambil tanpa basa-basi. Aku mencelupkan gula aren ke dalam kopi tubruk itu dengan potongan kecil. Kuaduk sampai pecah dan menyatu dengan ampas kopi yang saat kusendok kayak pasir. Saat kurasa, bijih kopi itu bagaikan memakan serbuk-serbuk yang langsung mengisyaratkan ke otak bahwa itu kafein tinggi. Potongan kecil gula tidak cukup untuk memaniskan kopi tubruk itu, lantas kucelupkan potongan lebih besar dan kudiamkan beberapa saat untuk dirinya meleleh dalam kopi yang masih panas.
Aku mulai menyibukkan diri dengan smartphone dan membuka notebook ASUS ZenBook Flip S yang selalu menemani ke mana langkah mencincang waktu. Sesekali kuaduk kopi tubruk yang membunyikan denting tanpa disengaja. Di sisi kanan, berkelompok anak muda telah duduk dengan kesibukan sendiri-sendiri, memainkan smartphone. Di depanku, kelompok lain telah dari tadi terbahak di antara cerita maupun saat seorang dari mereka memperlihatkan apa yang dilihat dari smartphone. Terasing dalam kesendirian memang membuat tidak nyaman tetapi saat notebook menyala sempurna, ada saja yang kukerjakan. Kusentuh layar untuk mulai berselancar di internet setelah dimasukkan password Wi-Fi terlebih dahulu.
Ngopi di Aceh di mana pun itu, internet tidak pernah putus. Aceh tidak lagi sebatas negerinya kopi dan mi. Tidak juga negeri seribu warung kopi tetapi negeri beribu internet. Tanpa batas, tanpa lelet, semua berjalan sesuai mau kita sendiri. Jika di salah satu warung kecepatan selancar berkurang, dengan mudah dalam hitungan menit bisa menemukan warung kopi lain dengan kecepatan lebih tinggi.
Traveling ke Aceh tidak hanya sekadar menyesap kopi seperti cangkir yang baru kusentuh beberapa sendok saja. Kopi hanyalah teman. Kopi sebagai pemanis. Kopi untuk membuatku tidak tidur dalam mengejar pekerjaan sebagai blogger. Duduk di warung kopi jangan cuma memesan kopi tubruk yang meredakan lelah. Cobalah terbiasa bertanya, “Password Wi-Fi apa, Bang?” mungkin pramusaji akan menjawab, “Pesandulu,” mungkin juga akan dijawab, “Jaringanlelet,” bisa dengan jawaban lain, “Jangantanya,” dan tak perlu mengerutkan kening. Urungkan malu dengan bertanya hal yang sama karena pramusaji tidak akan mempermainkan tiap pengopi di sudut Aceh!
Pesandulu tanpa spasi. Tulis saja demikian. Lantas, bisa langsung berkabar kepada kerabat yang jauh di negeri sendiri tentang Aceh yang ramah dengan rasa kopi, juga memanjakan traveler dengan internet cepat. Secangkir kopi saja sudah cukup untuk duduk berjam-jam. Pekerjaan sebagai blogger, influencer atau videomaker terkenal sekalipun akan menjadi lancar dalam hitungan menit.
Kuresapi rasa kopi tubruk yang mulai menghangat. Candunya bagaikan peluru yang menembak langsung ke jantung. Gampoeng Coffee and Roastery sudah mulai padat. Cangkir kopi disajikan hampir di tiap meja. Rasa Aceh adalah rasa kopi. Ke Aceh tak sempurna sebelum mampir ke warung kopi. Secangkir kopi tubruk yang juga masih pahit meski telah kucampur gula dalam jumlah banyak, menemaniku memulai pekerjaan yang entah ada dan tiada. Sebagai blogger barangkali aku bingung menyebut ada pekerjaan dengan penghasilan tetap tetapi begitu ZenBook Flip S dibuka, ada saja yang kukerjakan. Aku bebas berkelana dalam kata maupun di dunia maya dengan ragam cobaan miliknya.
Kemarin itu, aku memang terduduk manis di Gampoeng Coffee and Roastery, belahan sepi dari sudut kota Meulaboh di pinggir barat Aceh. Notebook yang tipis dan ringan itu sebenarnya telah menemaniku berkeliling banyak tempat dan bahkan telah meramu banyak kisah perjalanan. Saat merangkulnya, aku merasa tidak memeluk apa-apa. Saat memangkunya, aku merasa berat ransel yang demikian penuh dengan buku-buku. Saat menentengnya, aku bagaikan memegang buku 600 halaman tebalnya. Meski, kubawa ke mana-mana, bahuku tidak begitu lelah. ASUS benar-benar telah memanjakan traveler dengan menghadirkan notebook ramah pekerja yang suka jalan-jalan ini.
Kututup ZenBook Flip S saat Iqbal datang lewat lima belas menit dari pukul 4 sore. Lalu, kami mulai bercerita tentang rencana perjalanan beberapa waktu ke depan. Iqbal yang belum memiliki notebook tipis dan ringan untuk dibawa jalan, kupikir sangat cocok saat kami membicarakan seri terbaru dari ASUS ZenBook 13 UX331UAL.
“Waktu ke Jakarta ikut pembukaan Asian Games, Abang bawa ZenBook juga?” tanya Iqbal.
“Iya. Kami ikut writingthon bersama Penerbit Bitread sehari, terus baru ikut agenda Kominfo,”
“Jadi sampai sana pemenang blog disuruh menulis lagi, Bang?”
“Iya, ada tugas individu dan kelompok yang cuma diberi waktu sejam,” ujarku mulai bercerita. “Enak saja bawa ZenBook karena tipis dan ringan. Nggak ribet dibawa ke kabin pesawat, nggak masalah simpan di bawah kursi, paling senang sih saat di Terminal 3. Bisa dibayangkan kalau bawa laptop berat, terus turun di gate paling akhir. Jalan kakinya itu jauh kali sampai pegal dan kayak nggak sampai-sampai,”
Iqbal jadi pendengar yang baik. “Biasanya kan, penumpang yang datang dari Aceh selalu di gate terakhir. Nggak cuma datang saja, pulang pun kayak begitu,” tambahku. “Kemarin, kami malah kena Gate 28. Jalan kaki dari setelah check-in ke Gate 28 itu kayak kita keliling kota Meulaboh. Ada sih kendaraan di dalam terminal yang antar jemput tapi nggak seru kalau naiknya kita nggak bebas mau berfoto atau mau lihat-lihat sekitar,”
Aku ambil cangkir dengan kopi tubruk yang mendingin. “Tiga puluh menit mau boarding kami disuruh pindah ke Gate 18,” ujarku. “Nggak sanggup bayangin kalau bawa laptop berat, ransel yang isinya penuh jalan lagi dari Gate 28 ke Gate 18!”
“Iya ya, Bang, enaknya kalau laptop ringan jadi nggak masalah,”
“Betul!”
ASUS ZenBook adalah teman setia.

Tak Semua Berawal dari Alasan untuk Sebuah Keinginan

“Dulu sempat punya keinginan untuk memiliki notebook ringan, biar mudah dibawa jalan,” ujarku begitu kopi tubruk terasa begitu pahit padahal hanya sesendok kukecapi. Jelang senja, warung kopi dengan aneka pernik khas kopi di dindingnya itu makin ramai. Canda tawa terdengar begitu saja.
“Tapi sudah punya ZenBook kan Bang?” kilah Iqbal.
“Iya. Rasanya beda saja. Kayak dulu punya keinginan untuk bisa jalan-jalan ke mana-mana, cuma mimpi saja tetapi sekarang jadi sering. Dulu itu, seperti keren saja ke bandara dengan ransel, naik pesawat lalu buka laptop pura-pura kerja, sekarang sudah mengalami hal serupa,”
“Dan itu dengan ZenBook?”
“Benar. Meski, aku nggak buka ZenBook karena nggak bisa konsentrasi mau ngetik apa di atas 30 ribuan kaki,”
“Sampai di hotel baru ya, Bang?”
“Kebiasaan begitu. Biasanya kan kalau jalan itu ada saja yang harus diselesaikan. Pekerjaan kita sebagai blogger kadang asyik kadang juga nggak. Pas dikejar deadline terus kita memiliki penerbangan, mau nggak mau notebook wajib dibawa. Untungnya, aku punya ZenBook yang tidak hanya ringan tetapi baterainya awet,”
“Cocok kali kalau kita kerja di luar,”
“Iya. Nyalain cepat, kerja cepat beres, acara pun nggak ketinggalan,”
Cerita kami terus berlanjut. Bahasa anak muda yang punya rencana jalan-jalan meskipun entah kapan bisa terjadi. Namun, di satu sisi, karena kesamaan profesi sebagai blogger, kami merasa menemui benang merah saat menjabarkan keinginan-keinginan. Tak ada alasan kuat untukku memiliki sebuah notebook terbaik seperti ZenBook Flip S. Kupikir, blogger hanya butuh notebook yang standar saja tetapi saat bekerja hampir setahun dengan notebook ini aku menemui alasan memilikinya.
Jika kujabarkan, sama seperti Iqbal mendengar, alasan terbaik justru saat memiliki perangkat ini. Aku tidak hanya nyaman saat traveling, tidak kesulitan di Terminal 3 yang luas, tidak kerepotan di dalam kabin pesawat, tidak pula merasa kurang percaya diri saat membuka notebook di tengah keramaian. Aku merasa senang bahwa notebook ini memberikan porsi terbaik untuk menjawab alasan-alasan yang tidak terungkap sekalipun.
“Bagaimana rasanya bekerja dengan ZenBook?” aku mengulang pertanyaan Iqbal, “Aku seperti menemukan diri kembali saat menatap layarnya dan mengetik di keyboard yang lembut itu!”
Aroma yang dihadirkan sore kian kentara dengan kopi. “Kita tidak ada alasan untuk mengelak atau memilih pilihan lain saat diberikan kepercayaan. Bayangkan, aku harus menyelesaikan Writingthon Asian Games2018; Sebuah Pengantar di Rindu ke-18, hanya dalam 1 jam saja di tengah malam,” ujarku sambil membayangkan masa yang telah lewat, “Pagi dari Banda Aceh, di atas udara selama lebih kurang 3 jam, jalan keluar terminal dan antrean ambil bagasi hampir 30 menit, terus menunggu bus jemputan sampai 1 jam lebih, baru sampai hotel itu sekitar jam 4 lewat,” Aku menarik napas sejenak, “Kami diberikan waktu istirahat sampai jam 6 sore terus dilanjutkan dengan pembukaan dan langsung menulis,”
“Capek kali ya, Bang?” tanya Iqbal merasa iba.
“Iya. Risiko seorang traveler rupanya demikian. Kita dituntut untuk selalu di depan notebook. Kali itu aku mengerjakan tulisan yang menjadi tugas tetapi di waktu lain kadang kita harus segera menulis saat ide terlintar agar tidak terlupa begitu saja,”
“Dan, ZenBook sangat membantu Abang?”
“Lebih dari itu!” ujarku mantap. “Aku merasa telah berteman sangat baik dengan ZenBook Flip S, tidak hanya sekadar mengejar deadline tetapi bisa menghadirkan tulisan yang lebih menggoda dari sebuah perjalanan yang selama ini belum aku tulis!”

ZenBook Itu Berkelas, dalam Rasa dan Imajinasi Kemewahan

ASUS selalu hadirkan notebook yang tidak cuma bagus di tampilan luar saja tetapi gesit tak ada lawan. Ibarat anak gadis yang harus dilamar dengan mahar emas bermayam di Aceh, maka ZenBook adalah pesona tak lekang itu. Kita rela mengejar karena memang ‘cantik’ dalam segala definisi. ZenBook 13 UX331UAL yang baru saja di-launching ASUS baru-baru ini tak hanya cantik tetapi ganas. Bisa dibayangkan sebuah notebook tipis, imut dan manis itu diinjak-injak, dibanting bahkan dilempar tetapi tetap dalam posisi semula. Rasanya, memang tidak rela untuk melakukan hal demikian pada sesuatu yang cantik tetapi ASUS berani memberi lebih.
Kemewahan ASUS ZenBook 13.
Apa jadinya jika memiliki notebook secantik ini? Perpaduan yang indah akan kelembutan dan juga daya tarik yang tidak hanya memberikan hal menarik namun mampu meningkatkan produktivitas. ZenBook 13 UX331UAL tak lain mahakarya dari ASUS yang mencerminkan keindahan, keunikan dan juga kelembutan. Bodi halus menghadirkan persepsi lebih tinggi untuk terus larut di atas papan ketik atau sekadar mengelusnya.
ZenBook ini memiliki ukuran layar 13,3 inci yang tampak sangat imut dan tipis. Tebal notebook ini adalah 13,9 milimeter dengan bobot hanya 985 gram. Alasan terkuat karena notebook ini menggunakan konstruksi magnesium alloy yang sangat ringan dan penggunaan integrated graphics. Selain membuatnya jadi lebih ringan juga membantu dalam penghematan energi. Kontruksi magnesium alloy tidak hanya membuat indah saja tetapi sangat tangguh dan kuat. ASUS mendapatkan standar military-grade MIL-STD 810G untuk ZenBook 13 UX331UAL. Dalam segala kondisi, notebook ini akan memiliki daya tahan yang sangat kuat. Jadi, jangan tertipu dengan bodinya yang tipis dan ringan.
Sering kerepotan memasukkan notebook ke dalam ransel saat traveling? ASUS memberi jawaban dengan ZenBook 13,3 inci. Notebook ini mudah diselipkan ke dalam koper, backpack, tas jinjing wanita atau ransel yang ukurannya imut. Ukuran layarnya sama seperti ukuran kertas A4. ASUS memberikan sentuhan NanoEdge pada notebook ini sehingga memberi kesan yang benar-benar ‘kecil’ untuk ukuran notebook kebanyakan.
Imut bukan berarti tidak menawarkan performa yang lebih gahar. Dapur picu ZenBook 13 UX331UAL adalah prosesor tercepat Intel Core-i generasi ke-8. Kecepatan kinerja sudah tidak bisa diragukan lagi dan akan menghadirkan kenyaman saat bekerja di dalam maupun di luar ruangan, saat terdesak maupun sedang dalam kondisi santai. Prosesor yang kuat ini dipadu dengan RAM yang tak kalah cepat yaitu 8GB DDR4 2133 MHz dan media penyimpanan 256 GB SATA3 berbasis M.2 SSD.
ZenBook 13 inci ini larinya sangat kencang, ini ilustrasinya.
Larinya kencang, itu pasti. Kinerja secara offline sudah tidak diragukan lagi. Sekadar mengetik, tampak ‘biasa’ saja. Edit foto juga tergolong ‘santai’ saja. Traveler yang kini dimanjakan dengan video maka notebook ini sangat cocok untuk mengedit video, menambahkan suara dan memberikan animasi terbaik dalam kecepatan lebih tinggi. Koneksi ke internet juga sangat kencang karena ASUS membenamkan fitur Wi-Fi Master yang akan mampu mendapatkan kecepatan transfer lebih tinggi dan jarak yang lebih jauh dibandingkan dengan notebook yang lain.
Traveler yang kadangkala berebut jaringan Wi-Fi di penginapan tidak perlu khawatir pekerjaan akan tertunda. Kecepatan menangkap jaringan akan menjadi daya tarik lebih kuat, saat notebook lain masih mencari jaringan kita telah terkoneksi dengan cepat. Wi-Fi Master akan memanjakan pengguna ZenBook ini dengan jaringan yang jarak 300 meter atau lebih, bisa menikmati streaming video FullHD di Youtube. Dalam jarak lebih dekat bisa dibayangkan kecepatan yang akan diterima. Wi-Fi Master hadir dengan teknologi dual-band 802.1ac dengan kecepatan 867 Mbps atau 6x lebih cepat dari single-stream 802.11n.
Nyaman bekerja dan meng-upload video hasil jalan-jalan tak bisa dihindari lagi. Duduk di warung kopi dengan banyak notebook lain yang menyala, juga berebut jaringan dengan pengguna smartphone, kita akan lebih santai karena selalu terdepan dalam menangkap jaringan.
Pesona tipisnya nggak bisa dipungkiri lagi. 
Kita pikir, di mana ASUS menempatkan baterai untuk notebook setipis ini. ASUS telah melakukan banyak percobaan termasuk dalam menanam baterai terkuat di notebook tipis. Kinerja baterai kelas atas di kelasnya menjadi sisi paling menarik karena traveler dikenal sosok yang banyak menghabiskan waktu di luar daripada selalu terhubung dengan aliran listrik. Kebutuhan daya yang lebih besar sangat dirasa oleh seorang traveler maka ZenBook yang telah melewati tes di berbagai aplikasi ini menjawab keraguan itu.
Ketahanan baterai dari ZenBook yang memiliki dua warna, Deep Dive Blue dan Rose Gold, dilakukan melalui pengujian dengan aplikasi benchmark PCMark, 3DMark, Geekbench, Cinebench dan Unigini Heaven Benchmark. Bagaimana hasilnya?
Hasil tes ketahanan baterai.
ASUS mengklaim bahwa daya tahan baterai ZenBook 13 UX331UAL adalah sampai 15 jam pada penggunaan normal. Uji coba yang dilakukan oleh PCMark misalnya dengan multitasking tak henti, daya tahannya sampai 4 jam 43 menit. Daya tahan ini mengintepretasikan kemampuan terbaik dari notebook dengan layar nyaman untuk mata.
ASUS menghadirkan layar yang sempurna untuk pekerjaan kantor atau jenis pekerjaan standar lainnya. Layar ini akan bekerja lebih sempurna saat mengeditan foto maupun video sehingga konten yang dihadirkan menjadi lebih bertenaga. Aplikasi rendering mampu bekerja dengan baik karena prosesor yang kuat dan juga memori lebih luas. Tak hanya itu, untuk menghilangkan penat dan bermain beberapa game 3D masih mampu dilakukan dengan baik.  
Layar yang indah sekali bukan?
Pemandangan yang indah. Game yang bisa dimainkan saat santai. Mungkin menikmati sebuah tontonan melalui online maupun offline. Adalah hal biasa di ZenBook 13 yang cukup menggoda ini. Bagaimana kinerja lainnya yang lebih baik? Kita patut mencobanya suatu saat nanti.
Main Spec. ASUS ZenBook UX331UAL
CPU Intel® Core™ i5-8250U Processor, 6M Cache, up to 3.40 GHz
Operating System Windows 10 Home
Memory 8GB LPDDR3 2133MHz SDRAM
Storage 256GB SATA3 M.2 SSD
Display 13.3″ (16:9) LED backlit FHD (1920×1080) 60Hz, Ultra Slim 300nits
Graphics Integrated Intel UHD Graphics 620
Input/Output 1x micro SD card, 1x audio jack COMBO, 1x Type C USB3.0 (USB3.1 GEN1), 2x Type A USB3.1 (GEN1), 1x HDMI, Support HDMI 1.4
Camera VGA Web Camera
Connectivity Built-in Bluetooth V4.2, Integrated 802.11 AC (2×2)
Audio Built-in Stereo 1 W Speakers And Array Microphone, ASUS SonicMaster Technology, Support Windows 10 Cortana with Voice, Harman kardon
Battery 50 Whrs Polymer Battery
Dimension 310 x 216 x 13.9 mm (WxDxH)
Weight 985gr with Battery
Dukungan di Indonesia Ya
Colors Deep Dive Blue, Rose Gold
Price Rp 14.299.000
Warranty 2 tahun garansi global
Mewah sudah pasti. Elegan apalagi. Kinerja cukup mumpuni. Mungkin untuk merek lain akan dihargai dengan cukup pelik namun berbeda dengan ASUS. ZenBook 13 UX331UAL dapat dipinang dengan harga Rp 14.299.000 saja.

Mungkin Jika Ada Alasan, ZenBook Tak Cuma Teman Ngopi

Cangkir kopi tubruk di atas meja kayu mengilap itu baru setengah kuteguk. Cerita kami terlalu seru untuk dilewatkan begitu saja. Memang, tidak ada alasan yang kuat soal ‘pamer’ sebuah perjalanan tetapi saat bertemu kawan dekat atau kawan yang jarang jumpa sekalipun, cerita demikian perlu disampaikan.
Secangkir kopi di sudut kota Meulaboh. Ayo jalan ke sini!
Aku telah menutup ZenBook Flip S karena tidak ada lagi yang akan kami kerjakan. Kami telah menulis beberapa rencana ke depan dan mungkin akan segera menjadi catatan yang akan dilaksanakan atau tertunda. Bagiku, ZenBook dengan segala kecepatan yang dihadirkannya telah memberikan efek yang cukup besar terhadap perkembangan menulisku sebagai guru dan traveler; akhir-akhir ini.
Warung kopi akan menjadi teman terbaik untuk melahirkan ide maupun langkah akan masa depan. 2018 Pakai Laptop ASUS, aku pikir telah menjadi keharusan karena pengalaman tidak pernah menipu hasil. Telah kucerita, telah kugambarkan juga bahwa notebook ASUS menjadi teman ‘bermain’ yang sangat indah dalam menulis kisah. Aku tidak mungkin melupa, tidak pula berhenti untuk merekomendasikan karena inilah yang nyata.
Aku titipkan jejak di dunia maya kepada siapa saja berkat ZenBook Flip S yang menawarkan performa lebih kencang dari apa yang sebenarnya kuingini. Jika dulu, aku begitu tersendat untuk menulis sebuah karya maka saat ini begitu menggebu-gebu karena perangkat telah mendukung. Soal dunia menulis barangkali telah menjadi makanan sehari-hari dan wajib bagiku. Namun, beberapa detik ke depan, ada bagian yang akan membuat memori notebook ASUS-ku ini akan makin tambah penuh. Meski terlambat, tidak ada salahnya aku membuat rencana; belajar videografi dan mencoba berbagi cerita lewat visual yang mungkin menarik dan juga tidak.
Mungkin, kisah perjalanan telah banyak orang memvisualisasikannya namun kisah guru yang dilempar batu oleh siswa, guru yang menjadi teman curhat siswa atau bahkan siswa yang galau soal masa remaja mereka, akan menjadi visual yang berbeda. Aku cuma percaya satu hal, dengan ZenBook yang kumiliki saat ini atau bahkan ZenBook 13 UX331UAL yang bisa jadi milikku di separuh purnama nanti, aku akan keluar dari zona aman sebagai seorang penulis saja. Penulis blog barangkali telah ‘biasa’ dan penulis blog merangkap Youtuber juga telah umum, namun penulis blog, guru yang begitulah adanya, lantas bermain cerita melalui video barangkali menjadi tantangan tersendiri.
ASUS ZenBook 13 UX331UAL – photo by Katerina
 Tidak ada kata berhenti untuk memulai. Gagal itu adalah urusan belakangan. Dihujat tak lain adalah bumbu untuk membuat ‘menu’ makin terasa asin, asam atau bahkan manis. ZenBook akan memberiku ruang lebih besar dalam mengekspresikan diri dan menyiapkan bahan ajar yang selalu berubah sesuai tipe anak di sekolah bahkan kurikulum yang tak tentu.
Waktu terus merangkak cepat. Kampungku mungkin selalu demikian; sawah, hujan, kemarau. Tetapi, saat koper ditarik ke pinggir jalan menanti jemputan ke sebuah destinasi, aku akan melihat sisi yang berbeda dan saat itu aku merasa tertinggal banyak hal. Maka, karena ini aku akan terus berkisah, untuk tidak jadi kampungan seperti kata orang atau sekadar berbagi kisahku saja. Aku tidak takut, ZenBook menjadi teman setia sepanjang waktu, bangun tidur, dalam hujan, banjir yang menjadi ajang tahunan bahkan bentakan anak-anak yang tak bisa diatasi lagi di era ini.
Aku telah berbuat banyak dengan ZenBook. Bukankah menarik sekali jika tahun 2018 ganti laptop ke ASUS ZenBook?
Categories
Uncategorized

Imunisasi Measles Rubella (MR) di Sekolah Kami: Terpaksa, Dipaksa atau Memang ‘Wajib’

Tiba-tiba
pagi itu, Rabu, awal Agustus, bel tidak berbunyi meski jam pertama telah lewat
lima menit. Anak-anak masih berkeliaran di perkarangan sekolah seusai mengaji
pagi – seperti biasa di sekolah kami sebelum masuk kelas adalah mengaji
beberapa potong ayat. Anak-anak berlarian ke sana-sini, sebagian ada yang duduk
di depan kelas, sebagian lain berdiri dengan santai dan tawa terbahak terdengar
dari sana, serta antrean panjang di depan pintu kantin.

Saya pikir,
akan sedikit anak-anak yang datang di hari itu. Saya tahu, mereka mungkin ‘merasa’
ketakutan dan bahkan khawatir dengan apa yang akan terjadi beberapa jam ke
depan. Wajah mereka ada yang hampir pucat namun ada juga yang tenang-tenang
saja. Barangkali, mereka terlalu dini untuk mengetahui hal-hal yang dipikirkan
oleh orang dewasa kala itu. Anak-anak hanya terlihat ‘ketakutan’ membayangkan
jarum suntik dan juga ibu-ibu dengan seragam putih memenuhi ruang kelas.
Saya yakini
bahwa anak-anak telah terbiasa. Mereka bahkan terlalu sering menerima
kedatangan ibu-ibu berpakaian serba putih tiap awal semester. Ibu-ibu dengan
seragam putih itu terdiri dari perawat dan sesekali dokter dari Puskesmas dekat
sekolah kami. Mereka rutin memeriksa kesehatan anak-anak; mulai dari mata, cek
seluruh tubuh, mulut dan lain-lain. Kelas tujuh menjadi perhatian utama dalam
cek kesehatan ini. Mungkin memang, program ini milik Puskesmas tetapi kami di sekolah
sangat mensyukuri di mana anak-anak seusia menengah pertama, sulit sekali
mengecek kesehatan mereka. Belum lagi jika berbicara di kampung, jika tidak sakit maka tak perlu ke Puskesmas
atau ke dokter
.
Rabu itu,
mungkin berbeda dari cek kesehatan rutin sebelumnya. Anak-anak sudah dikasih
tahu sehari sebelumnya dan bahkan telah disurati kepada orang tua mereka, bahwa
keesokan harinya sekolah kami akan kedatangan petugas kesehatan, staf kecamatan,
TNI dan Polri serta tokoh masyarakat. Cek kesehatan kali ini bukan sekadar
meminta anak-anak berdiri di depan kelas lalu mengukur tinggi mereka, bukan pula
meminta mereka berdiri di atas timbangan, juga bukan meminta membaca beberapa
huruf dalam jarak beberapa meter di depan. Namun, ‘acara’ hari itu sangat
resmi. Ibu-ibu berseragam putih tidak langsung masuk ke kelas seperti biasanya.
Ibu-ibu ini yang didampingi oleh staf kecamatan, tokoh masyarakat bersama
kepala sekolah, memberikan arahan kepada anak-anak terkait apa yang akan mereka
terima.
Sekolah kami
adalah MTsN 1 Aceh Barat. Mungkin karena nomor satu sehingga menjadi prioritas
untuk banyak kegiatan. Program pemerintah dalam rangka Indonesia sehat juga berlaku di sekolah kami. Salah satu program
yang sedang dilaksanakan secara nasional adalah imunisasi Measles Rubella (MR)
atau dikenal juga dengan imunisasi Campak Rubella. Dinas Kesehatan sesuai arahan
dari pemerintah pusat memberikan imunisasi kepada anak-anak usia sekolah atau 9
bulan sampai dengan 15 tahun.
Seremoni Imunisasi
Measles Rubella (MR) di sekolah kami hanya berlangsung sesaat. Arahan demi
arahan diberikan hanya ‘sekadar’ memberikan pemahaman kepada anak-anak tentang
pentingnya imunisasi ini. Lepas dari itu, ada lebih 200 siswa yang akan
mengantre untuk divaksin Campak dan Rubella. Waktu yang berjalan cepat membuat
anak-anak cukup kewalahan dalam mempertimbangkan rasa takut yang melanda.
Anak-anak
lain yang sudah disuntik dengan lantang berujar, “Sakit kali, lho!” biasanya adalah anak laki-laki yang dengan sengaja
mendekati anak perempuan. Ada juga yang memperlihatkan tampang kesakitan
sehingga anak-anak lain menjadi ciut. Namun, ada pula yang santai lepas
disuntik dan kembali loncat sana dan sini. Masa anak-anak memang demikian dan
tidak bisa dipisahkan dari cara ‘main-main’ itu sendiri.
Siswa divaksin MR
Anak-anak
ada yang tidak sabar dan bahkan ada yang bersembunyi di dalam kelas. Antrean perkelas
dibuat agar memudahkan mendata anak-anak yang telah disuntik. Absen berlaku dan
seorang guru yang bertugas memanggil nama anak, dengan lantang menyuarakannya. Anak
yang dipanggil ada yang hilang kendali; menangis tersedu, bibir pucat dan
memanggil ibunya. Anak lain ada yang dengan gagah duduk di depan petugas
kesehatan yang akan menyuntiknya.
Petugas kesehatan
dari Puskesmas yang sebenarnya dikenal wajahnya oleh anak-anak tidak langsung
menyuntik mereka dengan vaksin Measles Rubella (MR). Anak-anak yang dipanggil
sebelumnya telah ditanya beberapa pertanyaan penting; apakah diizinkan oleh orang tua, apakah sedang sakit, apakah baru
sembuh, apakah ada makan pagi
, dan beberapa pertanyaan lain yang dianggap
penting sebelum vaksin diberikan.
Anak-anak
yang tidak mendapatkan izin dari orang tua dipersilakan untuk mundur, begitu
pula dengan anak-anak yang sedang sakit atau baru sembuh bahkan yang sedang
bersin-bersin sekalipun. Anak-anak yang dalam keadaan sakit dianjurkan untuk ke
Puskesmas apabila ingin mendapatkan vaksin Measles Rubella (MR). Petugas yang
datang ke sekolah kami memberikan pandangan bahwa obat yang diminum anak-anak
bersangkutan akan tumpang-tindih dengan vaksin yang diberi.
Pertanyaan singkat
namun sangat menentukan kesehatan anak-anak di kemudian hari. Petugas yang akan
menyuntik tidak jemu memberikan pertanyaan serupa kepada semua anak. Dalam keadaan
pucat dan mata tak bisa berpindah dari jarum suntik, anak-anak akan menjawab
dengan suara sedikit gemetar, “Iya dapat izin dari orang tua,” atau “Iya tidak
sakit,”
Petugas kesehatan bertanya kepada siswa yang akan divaksin MR.

Anak-anak
yang telah divaksin diperkenankan keluar ruangan dan diberikan tanda dengan spidol
di jari mereka. Tanda ini diberikan untuk memudahkan pendataan anak yang sudah
dan belum divaksin agar tidak disuntik untuk kedua kalinya. Sebuah kejadian
aneh terjadi dan baru dikasih tahu oleh anak bersangkutan setelah disuntik dua
kali. Anak tersebut telah disuntik dan langsung bermain dengan teman-temannya. Namun,
dalam percakapan yang terjadi di antara mereka, seorang teman dengan polos berkata
jika belum keluar darah maka harus suntik ulang. Anak tersebut masuk kembali
dan disuntik untuk kedua kali karena dirinya khawatir.

Meskipun banyak
yang khawatir, orang tuanya juga merasa takut namun sampai tulisan ini ditulis
anak tersebut tidak merasakan efek samping dari imunisasi Measles Rubella (MR).
Catatan penting adalah jangan lupa memberikan tanda kepada anak yang telah divaksin.
Tiada yang dapat memastikan daya tahan seorang anak. Kejadian ini patut disyukuri
karena anak bersangkutan tidak mengalami masalah kesehatannya namun jika
terjadi pada anak yang daya tahan rendah bisa dibayangkan apa yang diterimanya.
Memberi tanda siswa yang telah divaksin MR.

Kami memastikan
bahwa anak-anak yang telah divaksin tidak boleh masuk kembali ke dalam ruangan.
Kejadian dua kali vaksin menjadi pelajaran penting dan anak-anak lain pun akan
menegur temannya yang belum mendapatkan tanda usai disuntik. Anak-anak yang
belum divaksin akan duduk di dalam ruangan, menanti nama dipanggil sesuai
kelas. Misalnya, kelas A telah usai maka giliran kelas B yang akan masuk ke
dalam ruangan. Jadi, anak-anak tidak akan menunggu lama namanya dipanggil.

Siswa menunggu giliran dipanggil.

Namanya anak-anak,
sekali dikasih tahu mungkin akan segera lupa. Begitu pula yang terjadi di
sekolah kami. Saat anak-anak lain sedang divaksin, anak-anak yang telah
disuntik atau yang belum berkeliaran bebas di halaman sekolah. Saya pun menjadi
heran dengan pertahanan dari anak-anak ini. Lima menit lalu baru saja disuntik,
tidak tahunya sudah di lapangan voli bahkan dirinya yang memukul bola. Saat
ditanya sudah divaksin? Jawabnya sudah. Ditanya lagi apa lengannya tidak sakit,
“Biasa saja, Pak!”

Sikap
santainya anak-anak usai divaksin memang membuat hati kami – guru-guru – merasa
lebih tenang. Sebelumnya, telah tersiar kabar bahwa vaksin imunisasi Measles Rubella
(MR) banyak menimbulkan efek samping. Kami tentu khawatir namun program pemerintah
harus didukung untuk memberikan kesehatan lebih baik kepada anak-anak usia
produktif.
Siswa bermain voli di lapangan sekolah.

Halaman kembali
penuh dengan anak-anak yang telah divaksin. Seolah, mereka lupa bahwa beberapa
menit lalu baru saja menahan sakit di lengannya. Anak-anak dengan santai
memukul bola voli, terlihat biasa saja berlarian di perkarangan sekolah dan tak
memedulikan berapa uang jajan telah habis di kantin. Wajah mereka yang di pagi
begitu muram, menjelang pulang dalam bau keringat telah berubah seperti
biasanya – sediakala di hari-hari lain.

Anak-anak mungkin
tidak memikirkan perdebatan panjang orang dewasa. Anak-anak seolah ‘dipaksa’
dan ‘terpaksa’ menerima imunisasi Measles Rubella (MR). Namun kata ‘wajib’
kemudian datang dari pemerintah melalui Kementerian Kesehatan dan Majelis Ulama
Indonesia (MUI). Kisruh yang tidak diambil pusing oleh mereka yang menerima
vaksin tak lain demi mereka di masa depan. Tak ada yang tahu, saat ini mereka
mudah berlari, beberapa waktu kemudian bisa terkena penyakit. Saat ini mereka
begitu mudah tersenyum namun tak lama kemudian bisa sangat murah menahan sakit
ringan yang jika ditelusuri akibat virus yang belum tervaksin Measles Rubella
(MR).
Halaman sekolah yang ramai siswa.

Saya tentu
saja masih ingin melihat kegembiraan anak-anak di sekolah. Meski kami kerap
beralasan “Tak ada bola voli jam istirahat,” tetapi ada saja guru yang kasihan
dengan melempar bola ke lapangan. Anak-anak akan bersorak di perkarangan sekolah
yang sempit. Mereka boleh menoleh ke jalan raya melalui pagar sekolah tetapi
tidak boleh melewatinya. Terkurung di dalam perkarangan sekolah menjadi
kenikmatan tersendiri dalam berbuat onar, menjadi baik atau melewati masa-masa
remaja yang indah.

***
Jam sekolah
usai. Rabu yang menegangkan di sekolah kami menjadi galau panjang kemudian. Di mana,
share media cukup mengerikan dalam
memberitakan soal imunisasi Measles Rubella (MR). Namun, sekolah kami telah 99%
memberikan vaksin kepada anak-anak. Kepala sekolah tentu menerima tantangan
untuk menjawab kerisauan orang tua. Lantas, anak-anak bersekolah seperti biasa
keesokan harinya dan sampai kini.
Kami tidak
tahu apakah media yang memberitakan soal tumbangnya beberapa anak karena imunisasi
Measles Rubella (MR) benar atau tidak. Tetapi, saya bisa memberikan
jawaban  bahwa tidak ada anak-anak kami
yang mendapatkan efek samping usai menerima imunisasi ini. Sejauh ini, hanya desas-desus
namun tidak ada yang melapor ke guru, ada anak yang demam tinggi usai divaksin.
Memang, ada anak yang demam tetapi dirinya malah sekolah seperti biasa karena
sakitnya tidak terlalu parah.
Mungkin
saja, perdebatan masih panjang soal halal dan haram. Namun, kami telah melakukan
imunisasi dan tidak bisa membalik waktu. Anak-anak telah ceria seperti sediakala.
Orang tua juga sudah diam seribu bahasa. Saya berkonsultasi dengan seorang
teman, dr. Liza Fathariani, soal imunisasi terutama imunisasi Measles Rubella
(MR).
Liza
memberikan pandangan, “Sebenarnya tubuh
kita memiliki sistem imun yang berfungsi melindungi tubuh dari berbagai
penyakit. Ibarat tentara yang menjadi benteng pertahanan sebuah negara, maka
begitulah sistem imun itu berfungsi. Namun demikian, terkadang sistem imun
tubuh kita tidak cukup kuat untuk melindungi tubuh kita dari penyakit, malah
terkadang bisa menghancurkan sistem imun tersebut. Akan tetapi, ada cara untuk
memperkuat sistem imun tersebut yaitu dengan vaksinasi. Vaksin itu seperti
senjata dan amunisi tambahan untuk tentara. Jadi, ketika ada serangan musuh
(penyakit) yang kuat, si imun sudah bisa menumpas musuh-musuh tersebut. Dengan
vaksinasi, otomatis tubuh enggak sakit lagi kalau diserang penyakit. Orang tua
enggak perlu menghabiskan banyak biaya untuk berobat anaknya. Generasi muda
akan lebih kuat. Contoh nyatanya adalah polio. Bayangkan saja bagaimana kalau
virus polio masih mewabah. Berapa banyak anak-anak yang lumpuh layu. Tapi
dengan vaksinasi/imunisasi, bisa dikatakan Indonesia sudah bebas dari polio. Indonesia
nomor 2 di dunia untuk penyakit campak (measles). Kalau nggak diimunisasi,
tentara dalam tubuh enggak cukup kuat untuk melawan virus campak!
Aman Pulungan, Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), mengatakan bahwa, Satu anak
yang menderita CRS bisa menghabiskan 300-400 juta rupiah untuk tindakan
pengobatannya, belum lagi untuk terapi dan perawatan setiap hari selama
hidupnya. Ini sangat darurat, kita harus selamatkan generasi bangsa kita, ini
investasi bangsa kita
, (sehatnegeriku.kemkes.go.id, 24/08/2018).
Masih dikutip
dari laman yang sama disebutkan bahwa
jumlah total kasus suspek Campak-Rubella
yang terjadi dari tahun
2014 sampai dengan Juli
2018 adalah sebanyak
57.056 kasus. Di mana 8.964
di antaranya positif
Campak dan sisanya 5.737
positif Rubella. Badan Kesehatan
Dunia (WHO) tahun 2015 merilis
bahwa
Indonesia termasuk 10 negara dengan jumlah kasus campak terbesar
di dunia. Kasus ini
memang dianggap enteng tetapi sampai dengan
Juli 2018 telah tercatat 2.389 kasus suspek
Campak-Rubella dengan 383
positif Campak dan 732 positif Rubella. Kita tentu tidak bisa main-main dalam menjaga anak-anak dari penyakit. Kesadaran
itu sangat penting daripada mendebatkan banyak persoalan.
Imunisasi Measles
Rubella (MR) yang kini tengah pro dan kontra sebenarnya vaksin yang diberikan
mengombinasikan
vaksin Campak atau Measles (M) dan Rubella (R) untuk
perlindungan terhadap penyakit Campak dan Rubella. Vaksin ini diberikan untuk anak usia 9 bulan
sampai dengan kurang dari 15 tahun. Imunisasi ini juga masuk ke dalam imunisasi
rutin dan menggantikan imunisasi Campak untuk anak usia 9 bulan, 18 bulan dan kelas
1 sekolah dasar. Efek samping yang signifikan tidak ada selama imunisasi ini
namun demam ringan, ruam merah, bengkak ringan maupun nyeri di tempat suntikan tak
lain reaksi normal yang akan menghilang dalam 2 sampai 3 hari.
Penyakit Rubella
ini memang seringkali dianggap ringan namun anak-anak yang terinfeksi dengan
mudah menularkan kepada ibu hamil. Janin yang terkena Rubella akan mengalami
Congenital Rubella
Syndrome (CRS)
yang akibatnya adalah kecacatan permanen
seperti kebutaan, ketulian, kebocoran jantung dan otaknya kecil.

Dikutip dari laman nhs.uk (13/07/2018) menyebutkan bahwa, “Vaksin MMR sangat aman dan kebanyakan efek
samping ringan dan berumur pendek. Karena vaksin MMR menggabungkan 3 vaksin
terpisah dalam 1 suntikan, setiap vaksin dapat menyebabkan efek samping yang
berbeda yang dapat terjadi pada waktu yang berbeda.
Indonesia menjadi negara berkembang yang tingkat
kepedulian terhadap kesehatan masih kurang.
Imunisasi Measles Rubella (MR) yang masih
diperdebatkan menjadi bagian dari keraguan itu sendiri. Padahal, jika kita
bicara soal imunisasi, pemerintah melalui
Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 4 tahun
2016
menegaskan bahwa, “Imunisasi pada dasarnya dibolehkan (mubah) sebagai
bentuk ikhtiar untuk mewujudkan kekebalan tubuh (imunitas) dan mencegah
terjadinya penyakit tertentu.

Dalam hal jika seseorang yang tidak diimunisasi
akan menyebakan kematian, penyakit berat, atau kecacatan permanen ya
ng mengancam jiwa, berdasarkan pertimbangan ahli yang
kompeten dan dipercaya, maka imunisasi hukumnya wajib.
Imunisasi memang
dari dulu banyak menimbulkan perdebatan tetapi jika melihat dari kondisi di
kehidupan masyarakat, maka imunisasi ini penting sekali bahkan dalam waktu
jangka panjang. Misalnya, masalah penyakit polio yang sebenarnya ‘perlahan-lahan’
baru tertular dan ini diabaikan namun begitu terlihat nyata di lapangan
langsung kalang-kabut. Jika telah terkena dampak maka tidak ada solusi untuk
mencegahnya lagi selain pengobatan dan bahkan tidak hanya biaya tetapi cacat
permanen tidak bisa dihindari.
Pemerintah dalam
hal ini Kementerian Kesehatan dan MUI telah duduk bersama dalam memberikan yang
terbaik untuk negeri. Kesepakatan demi kesepatan telah dibentuk yang tidak lain
untuk Indonesia sehat dan Indonesia lebih baik yaitu dengan
Imunisasi Melindungi Generasi Bangsa dari berbagai penyakit.

Menteri Kesehatan RI, Nila Farid Moeloek, dalam sosialisasi program imunisasi MR – sehatnegeriku.kemkes.go.id

Majelis Ulama Indonesia telah mengeluarkan Fatwa Nomor
33 tahun 2018 yang menyatakan bahwa para ulama bersepakat untuk membolehkan
(mubah) penggunaan vaksin Measles Rubella (MR) yang merupakan produk dari Serum
Institute of India (SII) untuk program imunisasi saat ini. Keputusan ini
didasarkan pada tiga hal, yakni kondisi darurat syar’iyyah, keterangan dari ahli yang kompeten dan dipercaya
menyatakan bahwa terdapat bahaya yang bisa timbul bila tidak diimunisasi, dan
belum ditemukan adanya vaksin MR yang halal dan suci hingga saat ini. (sehatnegeriku.kemkes.go.id, 24/08/2018).

Elemen masyarakat dan pihat terkait menyoal vaksin MR – sehatnegeriku.kemkes.go.id

Perlindungan
Imunisasi
diperlukan
dari sekarang untuk generasi yang lebih sehat di masa depan. Dalam berdebat
memang selalu ada pendapat masing-masing. Demikian pula soal boleh atau tidak
anaknya diimunisasi dengan vaksin MR. Sama halnya yang telah kami lakukan di
sekolah, orang tua tidak mengizinkan maka anak tersebut tidak diberikan
imunisasi. Kami kembalikan masalah kesehatan yang kemudian terjadi kepada orang
tua. Saat itu, kami hanya memfasilitas sekali dan lepas dari itu adalah proses
belajar mengajar yang kembali terjadi di ruang kelas. Kami hanya khawatir,
anak-anak yang rentan sakit tidak bisa berkonsentrasi di dalam kelas atau
sering sekali bolos sekolah!

Categories
Uncategorized

Kabar dari Gadis Aceh untuk Dukung Bersama Asian Games 2018

Begitu
sampai di rumah senja itu, saya langsung mengaktifkan kembali jaringan data. Kebiasaan
saya, selama berkendara data seluler dimatikan saja untuk menghemat pemakaian
dan hemat baterai. Notifikasi dari grup di WhatsApp tak bisa dibendung. Saya biarkan
jaringan kembali normal sebelum membuka beberapa grup yang informasinya
penting. Tak lama saya beralih ke e-mail,
sekadar memastikan tidak ada surat yang mendadak.

Saya disibukkan
dengan aktivitas menjelang magrib. Tentu saja, saya kembali mematikan data
seluler agar tidak terganggu saat salat dan makan malam. Satu jam setelah itu,
data seluler baru saya nyalakan kembali dan mengabaikan pesan di WhatsApp yang
kembali penuh. Kali ini, saya langsung membuka Instagram, untuk ‘cuci mata’
dengan foto-foto keren dari akun yang saya ikuti.
Notifikasi Instagram
juga saya matikan untuk alasan tertentu; terutama agar baterai lebih hemat. Saat
aplikasi ini terbuka, beberapa love
langsung terlihat dan saya abaikan karena di sudut kanan atas terdapat angka 1
dalam warna merah. Artinya, saya menerima pesan dari ‘seseorang’ yang belum
diketahui. Saya tekan layar di sudut itu, mengerutkan kening, sebuah akun
meminta untuk mengirimkan pesan secara pribadi.
Penasaran? Tentu
saja. Feeling saya, akun itu mungkin
saja siswa yang ingin bertanya sesuatu. Tak bisa dielak memang. Rata-rata siswa
di sekolah tahu akun media sosial saya, termasuk Instagram di mana hampir semua
siswa memilikinya. Rasa penasaran itu kemudian terobati setelah saya menerima
pesan dari pengirim.
Kening saya
kembali berkerut di pukul 9 malam lewat itu. ‘Seseorang’ yang tidak saya
kenali, menyapa dengan renyah dan langsung ke point tanpa basa-basi seperti yang selama ini saya terima. Saya mendapat
surprise karena tulisan Bunga
Aceh; Engkau Harum di Angkat Besi Asian Games 2018
yang telah tayang siang
tadi di blog, rupanya dibaca oleh
atlet yang bersangkutan.
Saya amati
baik-baik salam yang tertulis di pesan itu. Benar, salam itu untuk saya dan
terima kasih itu sangat tulus karena tulisan yang telah dibagikan ke media
sosial tersebut. Saya tidak menyebut viral namun saya sangat bersyukur bahwa
sosok yang saya tulis telah menerima pesan tersebut. Pesan yang saya maksud
adalah dukungan terhadapnya untuk bertanding di Asian Games 2018. Dirinya adalah
Nurul Akmal, lifter pertama Aceh yang
akan berlaga di angkat besi plus 75 Kg.
Satu kutipan
dari pesan Nurul, “Saya di kasih tau sama
pelatih saya dari Aceh #pak Fendi di kirim link nya ….. terima kasih dukungan
nya untuk masyarakat Aceh, mohon doa untuk warga Aceh supaya saya bisa kasih
yang terbaik untuk Indonesia khusus nya tempat kelahiran saya ACEH,”
Saya lantas
membalas untuk memotivasi dirinya. Saya tahu bahwa tidak mudah untuk lolos
kualifikasi berlaga di Asian Games 2018. Belum lagi jika engkau berkata itu
tentang Aceh yang mana lebih banyak selegram
dengan aroma kecantikan dan pamer busana. Tak banyak yang berkata tentang
atlet Aceh yang akan berlaga. Lagipula, ini bukan sepakbola yang dicintai
sejuta umat sehingga sosoknya mudah tenggelam atas kemenangan negara mana di
Piala Dunia 2018.
Saya tidak
mau itu kembali terjadi. Siapapun dia yang sedang berlaga di Asian Games 2018,
mereka adalah atlet kita. Dukungan saya tentu saja tidak seberapa dibandingkan
dengan sorak-sorai bergembira di dini hari tiap malam kini. Tetapi, bagi saya,
dukungan dalam cuplikan kata ini akan dikenang, terkekang sepanjang waktu. Tak sama
dengan dukungan terhadap Jerman yang baru saja dipulangkan oleh Korea Selatan. Tak
sama teriakan keras saat
Cristiano Ronaldo menendang bola hampir sampai ke gawang lawan. Tak
akan sama juga ketika ejekan dituju kepada
Lionel Messi yang membawa Argentina pulang bersama Portugal
di ‘menit’ yang sama.
Nurul Akmal
berbeda irama dengan itu. Saya tidak tahu bagaimana reaksinya ketika membaca tulisan
tentang dirinya. Di pesan yang ia kirim, saya merasa bahwa dirinya terharu
karena dukungan ini berbeda. Mungkin juga, belum pernah ada dukungan yang
serupa. Mungkin juga karena ia merasa bahwa warga Aceh hanya ‘mencintai’ sepak bola
semata.
Gadis Aceh
ini patut dikenalkan kepadamu, kepada kita yang selama ini begitu mengabaikan
olahraga angkat besi. Perjuangan berat gadis ini tentu saja tidak begitu mudah
dilewati. Mungkin saja tidak ada yang suka karena tubuhnya demikian. Tetapi, begitulah
seorang lifter. Demikianlah halter
dengan barbel yang telah menjadi makanannya sehari-hari.
Bagi seorang
wanita, cabang angkat besi plus 75 Kg tentu saja sangat membanggakan. Saya sendiri
mengakui, tidak mudah. Butuh latihan yang berkali lipat dibandingkan orang
lain. Butuh stamiga yang benar-benar di atas rata-rata. Butuh energi yang lebih
besar daripada dirinya dan orang lain.
Di saat suporter
bola teriaknya kencang sekali, pendukung Nurul Akmal mungkin hanya satu atau dua
orang saja di arena. Di saat lapangan bulu tangkis ramai sekali pendukungnya,
di depan lifter mungkin saja hanya pelatih
dan manajer. Di saat kamera televisi menjurus ke pemain dengan nomor punggung 5
atau 13, di saat yang sama seorang kameramen mungkin lupa mengarahkan kamera ke
barbel yang baru saja diangkat melewati kepala lifter.
Irama ini
tidak bisa diubah. Maka, saya memberi dukungan, membuatnya lebih bernyawa dan
menjadikannya sebagai rasa tahu bagi yang tidak mengetahui. Inilah Nurul Akmal,
lifter wanita kebanggaan Indonesia di
Asian Games 2018. Bukankah kita harus #dukungbersama semua atlet yang akan berlaga nanti?
***
Sumber foto:
1.     suara.com
2.     Instagram: https://www.instagram.com/amel_fr210614/
3.     Screenshot pesan dari Nurul Akmal di
Instagram @bairuindra