Categories
Uncategorized

Perang dari Seoul; Teknologi dan Entertaiment

Sungai Cheonggyecheon (sumber:www.beritaunik.net)
Siapa
yang tidak tergoda dengan pesona Korea Selatan?
Mungkin,
dulu kita hanya mengenal perang saudara antara Korea Selatan dengan Korea
Utara. Lepas dari noda tersebut, walaupun masih tetap perang dingin, kedua
negara memilih jalan masing-masing. Korea Selatan menjadi negara sekuler. Korea
Utara ngotot dengan negara komunis. Korea Selatan diam-diam menggemparkan
dunia. Korea Utara diam-diam makan dalam dan abai cemoohan dunia. Korea Selatan
gemerlap cahaya lampu di malam hari. Korea Utara malah gelap gulita di sebagian
besar wilayahnya. Korea Selatan sudah hampir mencapai taraf kecepatan internet
tingkat tinggi (5G). Korea Utara masih melarang warga negaranya menggunakan
komputer secara universal, kecuali orang-orang tertentu saja yang bisa
mengakses komputer sampai internet.
Dalam
satu dekade, Korea Selatan tak hanya berbenah di satu segmen. Negara dengan
masyarakat bermata sipit ini justru banting stir mengejar ketertinggalan dari
negara-negara maju. Pemerintah bersama warganya berbondong-bondong mencuri ilmu
dari barat. Pemerintah Korea Selatan tidak melarang warganya mengungsi ke luar
negeri selama perang saudara. Hasilnya, bisa dilihat sendiri. Ternyata,
pengungsi tersebut tumbuh menjadi orang-orang hebat dan kembali ke negara
mereka.
Korea
Selatan menempatkan warga negaranya sebagai harta paling berharga. Negara ini
paham betul bahwa sumber daya alam tidak melimpah. Jalan lain menguasai dunia
adalah menghadirkan sesuatu yang memukau, sehingga dunia takluk di tangan
mereka.
Dan
akhirnya, kita kena!
Korea
Selatan melontarkan dua senjata. Keduanya sama-sama kuat di seluruh dunia. Senjata
pertama mereka adalah teknologi dan senjata kedua adalah entertaiment
(hiburan).
Senjata Pertama
Sejatinya,
Korea Selatan bukanlah negara maju. Negara ini kering-keronta setelah perang
saudara. Para pelajar dari seluruh penjuru negeri dilempar ke negara maju lain,
baik sesama Asia, Eropa sampai Amerika. Pelajar yang sudah berhasil menuntut
ilmu tersebut secara transparan “wajib” pulang ke Korea Selatan. Selain itu,
Pemerintah Korea Selatan juga bekerja sama dengan negara maju seperti Jepang
untuk mendatangkan ilmuwan-ilmuwan dari bidang-bidang teknologi. Negara yang
semula kuno, hanya sebagai konsumen, berubah menjadi produsen. Sebuah perusahaan
yang semula hanya menjual sayuran berubah menjadi perusahaan teknologi
terkemuka dunia.
Adalah
Samsung dan LG. Dua perusahaan besar. Sama-sama di Seoul. Sama-sama musuh
bebuyutan. Sama-sama ingin menguasai dunia.
Dua
perusahaan ini sebagian dari kesuksesan Korea Selatan setelah terpuruk. Samsung
dan LG dikenal sebagai produsen peralatan elektronik seperti smartphone,
tablet, laptop, televisi, kulkas, AC
dan lain-lain. Peperangan keduanya
memang telah dimenangkan oleh Samsung. Perusahaan yang juga pemasok utama
perangkat telekomunikasi ini juga menguasi rumah sakit sampai asuransi. Apple
Inc. saja tekuk lutut pada Samsung karena produk unggulan mereka (iPhone dan
iPad) masih tetap memakai Processor buatan Samsung.
Samsung
juga masih mendominasi dunia dengan beragam merek telepon pintar. Gempuran seri
termurah dan termahal membuat dunia tak bisa berkata banyak. Memang tidak ada
yang dapat memungkiri sampai kapan Samsung bertahan dengan kedigdayaan mereka. Satu
poin yang harus digarisbawahi; karena Samsung Asia menguasai dunia!
Senjata Kedua
Senjata
kedua Korea Selatan justru lebih mampu menghipnotis lebih banyak orang. Dunia hiburan
yang terstruktur mampu mengangkat lagu-lagu berbahasa hangul disukai
anak-anak muda. Tak hanya grup band, penyanyi solo yang menghibur jutaan mata
di seluruh dunia. Drama seri Korea Selatan juga mempunyai sisi cemerlang
menarik minat penonton.
Dunia
hiburan Korea Selatan terus berkembang seiring dukungan pemerintah. Pejabat setempat
secara langsung menegaskan K-Pop sebagai “alat” supaya dunia luar mengakui
keberadaan mereka. Dukungan pemerintah tak hanya membuat dunia hiburan semakin
kokoh. Pelakon seni berbondong-bondong memperkenalkan kebudayaan mereka melalui
bahasa maupun budaya. Bahasa hangul seakan telah menjadi bahasa
internasional. Lagu-lagu dari grup band ternama di putar di mana-mana. Siapa yang
tidak kenal Super Junior, Girls Generation, 2PM, 2AM, miss A, BoA, Kim Soo
Hyun, Rain, Song Hyo Gyo, dan deretan orang terkenal lainnya.
K-Pop
dan K-Drama telah menghipnotis penggemarnya sehingga berbondong-bondong orang
ke Seoul. Saya sendiri belum pernah ke Korea Selatan. Namun satu hal yang
pasti, kebudayaan mereka benar-benar memikat. Suguhan menarik langsung terasa
begitu turun dari pesawat di Bandara Incheon. Konsep kota Seoul yang rapi. Tempat-tempat
wisata yang menarik; seperti sungai Cheonggyecheon di pusat kota sampai
panorama Pulau Jeju.
Di
sinilah letak kerja sama pemerintah Korea Selatan dengan dunia hiburan. Tertulis
atau tidak, Pemerintah menyulap tempat-tempat umum menjadi menarik seperti yang
terlihat di layar kaca.
Dari
tiada menjadi ada. Sesungguhnya, perang yang dibidik Korea Selatan sangat
melankolis. Negara ini sangat lembut menyongsong peluru. Tetapi peluru-peluru
yang mereka tancapkan mengena bidikannya. Korea Selatan menjadi negara yang
memegang peranan penting di dua elemen tersebut di atas. Bandingkan dengan
Korea Utara yang masih membatasi warga negaranya untuk maju lebih banyak langkah.
Saat ribuan warga Korea Selatan berbondong-bondong mendaftarkan bakat mereka di
agensi hiburan, warga Korea Utara bahkan belum mampu mengeja dengan benar. Saat
lulusan terbaik Korea Selatan mendaftarkan diri sebagai calon karyawan Samsung,
warga Korea Selatan masih dibatasi menggunakan komputer.
Dua
negara satu bahasa. Dalam keadaan perang dingin. Sama-sama kuat di berbagai
bidang. Lembut versus garang. Membuat dunia takut di luas negara tak lebih
besar di pulau Jawa. Lalu, bagaimana dengan Indonesia yang kaya SDM dan SDA?
Categories
Uncategorized

WhatsApp for Desktop

 
WhatsApp
Inc. melakukan banyak perubahan setelah diakuisisi oleh Facebook. Pertama,
menghadirkan perubahan warna centrang dua pada pesan terkirim; dari centrang
kecoklatan menjadi biru jika pesan sudah terbaca. Kedua, baru hari ini bisa
dioperasikan, setelah cukup lama terdengar adalah WhatsApp for Desktop.
Untuk
dapat mencicipi WhatsApp for Desktop ini, Anda harus mengupgrade ke versi
terbaru. Namun, mohon maaf untuk pengguna iOS karena layanan chatting gratis
ini baru tersedia untuk Android, BlackBerry dan Windows Phone. Pengguna Android
di Indonesia sudah bisa melakukan pembaharuan ke versi 2.11.498 dengan ukuran
15,58 MB serta diperbarui oleh si sempunya tanggal 21 Januari 2015. Pengembang
layanan pesan gratis dari Mountain View, Amerika Serikat ini, memang
menargetkan pencapaian luar biasa sehingga tak mau ketinggalan setelah pesaing
menghadirkan layanan chatting serupa ke versi komputer.
Setelah
WhatsApp for Android terupgrade, langkah selanjutnya adalah mengunjungi laman https://web.whatsapp.com/ dari Goole
Crome. Pemilihan Google Crome menjadi tanda tanya tersendiri, entah kenapa
WhatsApp for Desktop hanya bisa dioperasikan melalui browser milik Google saja.
WhatsApp menjanjikan pembaruan ke depan sehingga dapat dioperasikan di browser
lainnya.
Setelah
laman https://web.whatsapp.com/
terbuka, kita tidak perlu melakukan sign in. Pengguna hanya cukup mencocokkan
QR di laman WhatsApp for Desktop dengan versi Android. Pada WhatsApp for
Android, Anda bisa masuk ke pengaturan WhatsApp Web dan langsung terhubung
untuk menscan kode QR di komputer. Proses yang diperlukan tak terlalu lama, dan
kita langsung bisa memulai chatting melalui komputer.

Anda
yang terlalu sibuk, menyukai layar besar dengan keyboard fisik, barangkali
WhatsApp for Desktop patut dicoba. Selamat mencoba! 
Categories
Uncategorized

Inilah Meulaboh, 10 Tahun Tsunami

Masjid Agung, Meulaboh

Tanpa terasa, satu dekade sudah. Anda tidak salah. Saya pun sangat
tersadar. 10 tahun tsunami membuat pilu tidak hanya pada kami yang terkena
musibah, tetapi pada semua makhluk yang bernyawa di muka bumi. Gempa yang belum
pernah kami rasa. Tsunami yang tak pernah terdefinisi.
Tiada yang melupakan gaduh burung, ayam, dan binatang melata lain di
pagi itu. Suara cicit berganti gemuruh yang sama sekali tidak kami ketahui
bahwa itu adalah tsunami. Orang Aceh menyebutnya ie beuna atau air bah. Dalam
seketika bumi Aceh luluh-lantak. Luka di mana-mana. Duka menjerit. Bahagia
terampas. Anak-anak terlepas dari dekapan orang tua. Orang tua terpisah dari
genggaman anaknya. Lapar. Haus. Kami berlari. Mencari jalan setapak yang masih
kering, mendaki ke arah lebih tinggi dan rumput berembun. Tatapan kosong tak
bisa menjelaskan makna apapun; selain langkah mencari nyawa yang masih tersisa
di bangkai bangunan berserak.
Dan kini, 10 tahun lalu. Waktu yang sangat cepat sekali. Musibah telah
membawa pergi senyum pada sanak-keluarga. Harta benda lenyap di bawa arus
deras. Tetapi kami telah melupa. Kami bangkit sesuai takaran kemampuan manusia
di bumi Aceh. Kami sudah muak dengan derita sepanjang konflik berdarah. Kami
sangat ingin damai.
Di antara daerah lain, wilayah barat Aceh termasuk dataran rendah yang
menjadi sorotan kala itu. Berita di mana-mana; Meulaboh telah hancur.
Biarlah hancur itu menjadi kenangan. Meulaboh kini telah berbenah
menjadi kota tersibuk di Aceh selain Banda Aceh. Kota yang dekat sekali dengan
lautan ini pernah tak mampu bernapas lega saat tsunami menerjang. Seluruh
penjuru kota telah hancur. Masyarakat berlari ke Masjid Agung (Masjid Baitul
Makmur). Masjid kubah emas yang dulu tak seindah sekarang. Tetapi lihatlah
kini, masjid yang menampung ribuan manusia di pagi sendu telah menjadi dekapan
terindah. Masjid ini menjadi salah satu bangunan bersejarah bagi kami. Tidak
hanya itu, masjid ini termasuk ke dalam bangunan terindah di Aceh bahkan di
Indonesia di tahun 2008.
Sekilas tentang masjid kubah orange di pusat kota Meulaboh.
Masjid ini dibangun sekitar tahun 2000, tetapi peletakan batu pertama pada
tahun 1987. Masjid ini berdiri di tanah seluas 5,2 hektar, luas bangunan 3500
persegi, dan bisa memampung 7000 jamaah. Masjid ini memiliki gerbang utama yang
berbentuk Arch de Triomphe di pusat Kota Paris, Perancis.
Gerbang Utama Masjid Agung, Meulaboh
Masjid ini menjadi satu-satunya tempat berkumpul, selain menunaikan
kewajiban lima waktu dan sekali di hari Jumat. Jika di awal tsunami, beragam
aktivitas kemanusiaan dimulai dari sini. Kini masjid dengan berbagai kaligrafi
di setiap dindingnya sudah menjadi pusat kegiatan keagamaan Kebupaten Aceh
Barat.
Lalu, lihatlah seluruh kota Meulaboh!
Kota Meulaboh dari Menara Telkom
Pemandangan ini diambil dari atas Menara Telkom. Daerah ini merupakan
salah satu kawasan yang tidak bisa dijabarkan dengan kata-kata pada 26 Desember
2004. Namun memori pahit telah usang dan terganti dengan deretan bangunan di
sebelah kiri dan kanan. Bangunan tersebut merupakan pusat perbelanjaan terkenal
di ibu kota kabupaten Aceh Barat. Saya katakan terkenal karena jika seorang
laki-laki ingin menikah, dia akan melintasi deretan toko-toko di sini. Di deretan
sebelah kanan kebutuhan laki-laki tersebut akan tersedia. Toko emas. Di mana
emas masih menjadi mahar tak terganti di Aceh. Saya akan menulisnya di lain
kesempatan. Selain toko emas terdapat toko ponsel dan toko kebutuhan rumah
tangga. Deretan sebelah kiri lebih kurang hampir sama dengan sebelah kanan
terkecuali toko emas.
Turun dari Menara Telkom, pemandangan berikutnya adalah deretan toko
tingkat dua. Toko-toko ini menjual beragam kebutuhan rumah tangga serta
makanan. Di belakang toko-toko ini langsung terdengar deru ombak yang
menghentak telinga. Karena kami sudah terbiasa, deru ombak seakan tak terdengar
lagi. Terlebih suara kendaraan bermotor yang melintas di jalanan teramat padat
untuk kota kecil ini.
Ujung Karang, Meulaboh
Berkeliling kota Meulaboh paling tidak memakan waktu lebih kurang 10
atau 15 menit saja. Kota ini kecil sekali. Hebatnya, semua kebutuhan begitu
mudah didapatkan, kecuali bioskop. Banyak yang berubah setelah 10 tahun
terakhir. Perubahan itu memang perlu untuk membuang luka. Meulaboh tidak
berjibaku dengan kehilangan sehingga tidak mampu berbenah. Saya bisa merasakan
sendiri perubahan sebelum dan sesudah tsunami. Sebelum tsunami, Meulaboh hanya
berdiri sebagai kota barat terpinggirkan. Setelah tsunami, Meulaboh menjelma
menjadi kota kecil yang metropolitan. Sedikit berlebihan saat saya menggunakan
kata terakhir tersebut. Namun, seperti yang sudah saya katakan; semua kebutuhan
ada di Meulaboh
.
Simpang Kisaran, Meulaboh
10 tahun yang benar-benar telah terlupa. Kesibukan membuat lara menjadi
bahagia. Hari berlalu dengan cepat tanpa dilihat ke belakang. Usaha memperbaiki
kerusakan dilakukan penuh semangat. Walaupun tidak semua mampu dilakukan dan
mendapatkan efek menguntungkan, setidaknya Meulaboh telah mengubah paradigma
kehancuran akibat tsunami. Anda bisa memasukkan Meulaboh sebagai salah satu
kota tujuan wisata religi. Oh, tidak hanya religi saja. Pemandangan pantai
dengan sunset sungguh menawan untuk dilewatkan. Anda bisa buktikan
keindahan Meulaboh setelah menikmati secangkir sanger (minuman khas Aceh;
campuran kopi dengan susu) di warung kopi berfasilitas internet gratis di
seluruh penjuru kota.
Simpang Rumah Sakit Cut Nyak Dien, Meulaboh
Inilah salah satu perubahan lain di kota kecil ini. Warung kopi. Hampir
di setiap penjuru kota terdapat warung kopi. Anda cukup memesan secangkir kopi
saja, lalu mainkan smartphone, tablet maupun laptop. Informasi
apa yang bisa terlewat saat terkoneksi internet?
Sebagai penutup, singgahlah ke warung kopi. Sekadar memposting hasil
jepretan kamera Anda selama di kota “jajahan” musibah besar gempa dan tsunami.
Sanger (terbuat dari campuran kopi dengan susu)

Terakhir; mari kita tinggalkan luka pada jejak 10 tahun lalu!
***
Tulisan ini pernah dimuat di Detik Travel.