Categories
Uncategorized

‘Bersihkan Hari Aktifmu’ selama di Sekolah dengan Minuman Madu Lemon yang Segar

Begitu pagi, waktu seakan sangat tergesa-gesa. Kokok ayam seolah-olah tidak mau didengar karena dengan itu segala aktivitas segera dimulai. Kata terlambat mungkin sangat jamak tetapi mau tidak mau akan mendapat hukuman setimpal. Berpikir bahwa ini berlaku untuk mereka yang akan dipotong tunjangan kerja harian, tetapi di sekolah kami juga tak ada kata terlambat.

Siswa-siswi berlari ke dalam perkarangan sekolah di pukul setengah delapan tiap harinya. Hari itu, 25 Juli 2018, anak-anak juga tidak mau dinina-bobokan oleh waktu yang memburu, menghadang siapa saja yang terlena. Kata terlambat akan menjadi sangat menakutkan bagi mereka; mungkin akan malu, kena hukuman dari guru dan jadi bahan ejekan teman-temannya.

Anak-anak di sekolah kami, sulit sekali untuk terlambat karena mereka ‘tidak mau’ mengaji di depan guru seorang diri. Benar sekali. Sekolah kami menerapkan mengaji pagi, beberapa potong ayat saja, sebelum masuk ke dalam kelas. Biasanya, salah satu kelas akan memimpin dengan mengirim perwakilan sedangkan yang lain akan mengikuti penggalan-penggalan ayat yang diucapkan. Piket harian telah ditentukan. Anak-anak mengejar ke barisan tengah atau depan, di mana itulah posisi paling aman. Meski, anak-anak di barisan belakang juga ‘aman’ tetapi tidak tertutup kemungkinan akan disusupi anak-anak lain yang terlambat. Posisi ini paling rentan untuk dipanggil guru yang sedang berjaga di tengah lapangan.  
Siswa-siswi mengaji pagi.
Pagi yang bersih. Polusi yang masih malu-malu. Namun, aungan kendaraan begitu menyesak dada. Semua berburu. Semua mengejar ‘keterlambatan’ yang enggan terjadi. Suara anak pemimpin mengaji pagi di depan kelas terdengar sangat nyaring. Suara lantang dan paraunya memadu irama yang benar-benar halus dan tergoda untuk segera mencapai keindahan-keindahan lain yang tak terdefinisi. Tiap hari, ‘sengaja’ pemimpin mengaji dipilih yang benar-benar bagus bacaannya, panjang pendeknya, sehingga anak-anak lain ikut berbawa suasana.
Tak bisa tidak. Aktifnya kami di sekolah telah dimulai. Mengaji pagi telah usai maka saatnya berburu waktu ke pintu kantin; mereka sarapan berdesak-desakan sebelum masuk ke dalam kelas untuk menerima pelajaran pertama. Udara yang bersih membuat aktivitas pagi tidak bisa dibendung. Masuk ke kelas pun dengan penuh semangat meskipun anak-anak tetap gaduh dengan kapasitas mereka sebagai seorang siswa.
Di tiap pagi, anak-anak terlambat akan berlari masuk ke dalam kelas. Hukuman pertama lolos dengan mudah. Hukuman kedua dari guru bidang studi di dalam kelas belum tentu. Padahal, keringat mulai membasahi kening mereka. Anak-anak yang terbiasa terlambat, mungkin akan biasa saja menghadapi guru dengan seribu alasan. Namun, anak-anak yang jarang sekali terlambat akan tergagap di depan kelas. Mau tidak mau, pikiran mereka harus segera terjaga, harus segera aktif untuk memberikan jawaban kepada guru dan menerima hukuman lagi.
Saya termasuk guru yang ‘enggan’ memberikan hukuman dalam bentuk fisik. Namun, hukuman yang halus itu cukup membuat anak-anak terlambat ini lebih baik diminta berdiri menghadap tiang bendera daripada menghapal perkalian atau mengurutkan besaran pokok beserta satuannya. Bagi saya, tidak ada pilihan. Meski pelajaran itu di kelas tujuh, jika masuk jam pertama di kelas sembilan, hukuman paling ringan adalah menghapal besaran-besaran fisika tersebut.
Mereka akan mulai aktif. Mereka akan berkeringat lebih banyak. Bahkan, ada yang meminta lari keliling lapangan sebagai pengganti hukuman. Saya akan menjawab, “Mungkin kamu salah masuk kelas, sekarang pelajaran Fisika lho!”
Anak-anak akan ciut. Tertatih dalam menghapal dan mencari irama yang sepadan untuk menyelesaikan hukuman. Saya biasanya tidak mau membuang banyak waktu. Lima menit berlalu belum usai hukuman, saya langsung menyilakan anak terlambat untuk duduk agar pelajaran bisa segera dimulai.
Lalu, seterusnya akan demikian. Kami mengikuti irama yang benar-benar indah di sekolah sebagai guru dan siswa. Pagi ke siang bahkan di sore hari sesekali, kami akan memacu diri dalam waktu, memeras otak dan menatih fisik untuk mencapai prestasi atau mungkin lebih tepat tentang masa depan mereka. Siswa-siswi saya di MTsN 1 Aceh Barat adalah anak-anak yang beranjak remaja aktif. Seolah, tak ada lelah dalam diri mereka untuk memperjuangkan hari-hari. Usai berlari di pagi, mereka tetap saja loncat sana-sini di dalam kelas, di jam istirahat bahkan menjelang waktu pulang.
Di dalam kelas yang ricuh, sibuk dengan masa kanak-kanak yang sedang beradaptasi dengan masa remaja, selalu saja suara saya jadi serak. Jiwa anak-anak masih terekam indah di benak siswa-siswi saya. Teori saja tidak cukup untuk menjelaskan, saya harus berteriak untuk menyeimbangkan suara dengan anak paling sering berbicara di dalam kelas atau kelas sebelah yang bagai kapal karam. Soal-soal rumit juga tidak mudah diberikan karena anak-anak akan bolak-balik ke meja guru dan ke bangkunya untuk bertanya.
Aktifnya saya barangkali berbeda dengan aktifnya kamu. Saya tidak hanya mondar-mandir dari satu bangku siswa ke bangku siswa lain. Saya juga harus memasang pendengaran yang lebih kuat saat siswa di sudut kelas bertanya dengan suara pelan sekali. Saya harus menjawab satu persatu. Memahami pertanyaan mereka dengan benar sebelum memberi jawaban yang pasti. Tak bisa sekadar iya atau tidak karena salah angka saja hasil akhir bisa salah juga. Demikian saya berpaku di dalam kelas lalu berganti kelas lain dengan teori yang berbeda.
Pagi yang indah makin menanjak tajam. Usai jam pelajaran 1 sampai 3, saya harus berpindah ke kelas lain untuk jam pelajaran 4 sampai 6 dengan selang jam istirahat setelah jam keempat. Di jam istirahat kadangkala tidak ada kata duduk santai di kantor, ada saja yang harus dikerjakan, membantu guru-guru lain yang gagap teknologi dengan membenari pengaturan pengetikan di Word, atau meladeni siswa yang tiba-tiba datang dengan soal yang belum dipahami dengan benar.
Usai pelajaran penuh semangat.
Mungkin kamu lihat saya bersantai dengan siswa di sini. Santainya guru tentu berbeda. Di sela-sela mengajar, ada saja canda yang harus dibangun antara guru dengan siswa. Mungkin aneh, tetapi itu perlu. Anak-anak yang telah terkontaminasi dengan kehidupan teknologi mau tidak mau harus diladeni dengan cara mereka. Pelajaran usai, maka saya akan memberikan ruang kepada anak-anak untuk membagikan kisah mereka. Anak-anak akan suka sekali mendengar ‘ceramah’ saya soal smartphone terbaru atau pengalaman traveling yang merupakan berkah dari menulis. Saya leburkan diri dalam mau siswa karena dengan demikian saya percaya bahwa siswa akan aktif berpikir tentang masa depan, tentang hari ini dan beberapa detik kemudian.
Minuman madu lemon yang segar, cocok diminum usai mengajar.
Tidak mudah untuk mencapai titik semangat yang diinginkan. Ricuh siswa di kelas. Siswa yang tidak mau mengerjakan tugas. Siswa yang suka permisi ke toilet. Semua dinikmati. Semua dilakoni karena energi positif itu akan datang dari dalam diri saya dan juga minuman segar yang harus segera diminum. Seperti yang sudah saya sebut, seorang guru akan terus berteriak-teriak di dalam kelas dan dengan demikian membutuhkan minuman pelega kerongkongan. Minuman Madu Lemon menjadi pilihan saya karena kesegarannya tidak bisa dikalahkan dengan yang lain. Khasiat madu sudah tidak bisa dinafikan lagi untuk kesehatan terutama kekebalan tubuh manusia. Khasiat lemon benar-benar sangat baik untuk seorang pekerja yang mengandalkan suara seperti saya. Kerongkongan saya akan segera lega dengan meneguk NATSBEE Honey Lemon. Minuman ini mampu memberikan semangat lebih untuk saya yang akan mengejar pelajaran di kelas lain sampai waktu pulang di jam 2 siang.
Minum dulu Natsbee Honey Lemon sebelum masuk kelas lain.
Jam istirahat adalah waktu bersenang-senang untuk siswa. Saya benar-benar tidak habis pikir soal anak-anak ini. Aktifnya mereka sudah di atas batas. Mungkin karena usia remaja, mungkin karena di sekolah, mungkin karena begitulah kepuasan dalam diri mereka. Di jam istirahat ini, meski guru sudah berujar, “Nggak ada bola voli!” tetapi mereka akan bolak-balik, bergantian dari yang lugu sampai yang tidak main voli sama sekali untuk masuk ke dalam kantor, “Pak, minta bola boleh?” atau “Bu, kami main voli sebentar boleh?”
Saya seringkali tersenyum. Di antara guru yang jutek ada saja guru yang baik hati, “Daripada mereka keluar pagar kasih saja,” dan apa yang terjadi adalah sorak-sorai bergembira di lapangan voli. Suara bola dipukul tak bisa dikibuli. Anak-anak bergantian main atau bahkan tak tentu permainannya, yang penting bisa memukul bola. Saat bel masuk kembali dibunyikan, kocar-kacir mereka ke kantin untuk membeli minum.
Siswa bermain voli di lapangan sekolah.
Tak cuma sekali saya menjadi penyelamat bagi anak-anak yang lelah bermain voli. Saya yang baru keluar kelas akan senang menonton mereka di lapangan. Anak-anak yang mereka ‘dekat’ dengan saya tidak segan meminta minuman yang saya baru minum. Mereka seolah tak peduli minuman itu telah saya teguk setengahnya. “Bagilah, Pak!” atau “Pak, jangan pelit-pelit,” hati saya tetap saja luluh karena berpikir juga, mungkin uang jajannya telah habis.
Dengan ikhlas saya memberikan botol minuman dengan Vitamin C itu untuk melegakan haus mereka. Memang tidak cukup tetapi ada saja cara anak-anak membagikan minuman yang tinggal setengah botol itu untuk beramai-ramai. Kebersamaan itu tidak mudah didapatkan namun saya benar-benar menikmati saat-saat bersama anak-anak di sekolah.
Sedia Natsbee Honey Lemon untuk legakan kerongkongan.
Saya belajar banyak hal dari anak-anak di sekolah. Mereka selalu melawan gaya hidup tidak sehat dengan rutin berolahraga. Olahraga telah menjadi bagian terpenting bagi mereka. Bahkan, guru-guru lain sempat kesal dengan berujar, “Apa-apa bola!” atau “Tiap keluar main selalu bola!” atau “Tak lelah kau makan bola?”
Di sisi lain, saya juga heran meskipun tiap jam istirahat mereka aktif di lapangan voli, masuk kelas dengan bau keringat menyengat namun di hawa panas itu mereka masih bisa belajar. Anggapan hanya anak-anak ‘bandel’ saja yang main voli barangkali tidak benar. Di antara mereka, ada saja anak-anak patuh dan bahkan anak pintar yang ikut bermain dan bisa kembali fokus belajar setelah itu. Entah mereka lupa baru lelah memukul bola, membentuk bodi lebih bagus, membuat kaki lebih jenjang, dan baju basah keringat di lapangan.
Begitulah kami di sini. Mungkin tidak terstruktur karena bukan jam olahraga tetapi kok main voli. Tetapi, bagi saya sendiri, sikap anak-anak yang bisa kembali fokus belajar setelah itu menjadi sebuah semangat yang tidak bisa digantikan dengan yang lain. Mungkin saja anak-anak akan stress jika dibatasi ruang gerak mereka. Anak-anak kami di sekolah ini termasuk anak-anak yang patuh. Bel berbunyi mereka akan segera masuk kelas. Saya selalu ingin berujar kepada mereka, “Bersihkan hari aktifmu dengan minuman madu lemon yang segar!” karena dengan demikian tubuh mereka akan menyerap kembali asupan minuman yang membuat kembali konsentrasi belajar.
Minum Natsbee Honey Lemon saja!

Masa-masa indah di bangku sekolah memang akan menjadi kenangan paling manis di kehidupan mereka. Saya tidak mau melewatkan momen ini dan membagikan kenangan manis itu untuk mereka. Inilah cerita saya bersama Natsbee Honey Lemon bersama siswa-siswi yang selalu aktif sepanjang waktu. Bagaimana cerita kamu?

Categories
Uncategorized

Imunisasi Measles Rubella (MR) di Sekolah Kami: Terpaksa, Dipaksa atau Memang ‘Wajib’

Tiba-tiba
pagi itu, Rabu, awal Agustus, bel tidak berbunyi meski jam pertama telah lewat
lima menit. Anak-anak masih berkeliaran di perkarangan sekolah seusai mengaji
pagi – seperti biasa di sekolah kami sebelum masuk kelas adalah mengaji
beberapa potong ayat. Anak-anak berlarian ke sana-sini, sebagian ada yang duduk
di depan kelas, sebagian lain berdiri dengan santai dan tawa terbahak terdengar
dari sana, serta antrean panjang di depan pintu kantin.

Saya pikir,
akan sedikit anak-anak yang datang di hari itu. Saya tahu, mereka mungkin ‘merasa’
ketakutan dan bahkan khawatir dengan apa yang akan terjadi beberapa jam ke
depan. Wajah mereka ada yang hampir pucat namun ada juga yang tenang-tenang
saja. Barangkali, mereka terlalu dini untuk mengetahui hal-hal yang dipikirkan
oleh orang dewasa kala itu. Anak-anak hanya terlihat ‘ketakutan’ membayangkan
jarum suntik dan juga ibu-ibu dengan seragam putih memenuhi ruang kelas.
Saya yakini
bahwa anak-anak telah terbiasa. Mereka bahkan terlalu sering menerima
kedatangan ibu-ibu berpakaian serba putih tiap awal semester. Ibu-ibu dengan
seragam putih itu terdiri dari perawat dan sesekali dokter dari Puskesmas dekat
sekolah kami. Mereka rutin memeriksa kesehatan anak-anak; mulai dari mata, cek
seluruh tubuh, mulut dan lain-lain. Kelas tujuh menjadi perhatian utama dalam
cek kesehatan ini. Mungkin memang, program ini milik Puskesmas tetapi kami di sekolah
sangat mensyukuri di mana anak-anak seusia menengah pertama, sulit sekali
mengecek kesehatan mereka. Belum lagi jika berbicara di kampung, jika tidak sakit maka tak perlu ke Puskesmas
atau ke dokter
.
Rabu itu,
mungkin berbeda dari cek kesehatan rutin sebelumnya. Anak-anak sudah dikasih
tahu sehari sebelumnya dan bahkan telah disurati kepada orang tua mereka, bahwa
keesokan harinya sekolah kami akan kedatangan petugas kesehatan, staf kecamatan,
TNI dan Polri serta tokoh masyarakat. Cek kesehatan kali ini bukan sekadar
meminta anak-anak berdiri di depan kelas lalu mengukur tinggi mereka, bukan pula
meminta mereka berdiri di atas timbangan, juga bukan meminta membaca beberapa
huruf dalam jarak beberapa meter di depan. Namun, ‘acara’ hari itu sangat
resmi. Ibu-ibu berseragam putih tidak langsung masuk ke kelas seperti biasanya.
Ibu-ibu ini yang didampingi oleh staf kecamatan, tokoh masyarakat bersama
kepala sekolah, memberikan arahan kepada anak-anak terkait apa yang akan mereka
terima.
Sekolah kami
adalah MTsN 1 Aceh Barat. Mungkin karena nomor satu sehingga menjadi prioritas
untuk banyak kegiatan. Program pemerintah dalam rangka Indonesia sehat juga berlaku di sekolah kami. Salah satu program
yang sedang dilaksanakan secara nasional adalah imunisasi Measles Rubella (MR)
atau dikenal juga dengan imunisasi Campak Rubella. Dinas Kesehatan sesuai arahan
dari pemerintah pusat memberikan imunisasi kepada anak-anak usia sekolah atau 9
bulan sampai dengan 15 tahun.
Seremoni Imunisasi
Measles Rubella (MR) di sekolah kami hanya berlangsung sesaat. Arahan demi
arahan diberikan hanya ‘sekadar’ memberikan pemahaman kepada anak-anak tentang
pentingnya imunisasi ini. Lepas dari itu, ada lebih 200 siswa yang akan
mengantre untuk divaksin Campak dan Rubella. Waktu yang berjalan cepat membuat
anak-anak cukup kewalahan dalam mempertimbangkan rasa takut yang melanda.
Anak-anak
lain yang sudah disuntik dengan lantang berujar, “Sakit kali, lho!” biasanya adalah anak laki-laki yang dengan sengaja
mendekati anak perempuan. Ada juga yang memperlihatkan tampang kesakitan
sehingga anak-anak lain menjadi ciut. Namun, ada pula yang santai lepas
disuntik dan kembali loncat sana dan sini. Masa anak-anak memang demikian dan
tidak bisa dipisahkan dari cara ‘main-main’ itu sendiri.
Siswa divaksin MR
Anak-anak
ada yang tidak sabar dan bahkan ada yang bersembunyi di dalam kelas. Antrean perkelas
dibuat agar memudahkan mendata anak-anak yang telah disuntik. Absen berlaku dan
seorang guru yang bertugas memanggil nama anak, dengan lantang menyuarakannya. Anak
yang dipanggil ada yang hilang kendali; menangis tersedu, bibir pucat dan
memanggil ibunya. Anak lain ada yang dengan gagah duduk di depan petugas
kesehatan yang akan menyuntiknya.
Petugas kesehatan
dari Puskesmas yang sebenarnya dikenal wajahnya oleh anak-anak tidak langsung
menyuntik mereka dengan vaksin Measles Rubella (MR). Anak-anak yang dipanggil
sebelumnya telah ditanya beberapa pertanyaan penting; apakah diizinkan oleh orang tua, apakah sedang sakit, apakah baru
sembuh, apakah ada makan pagi
, dan beberapa pertanyaan lain yang dianggap
penting sebelum vaksin diberikan.
Anak-anak
yang tidak mendapatkan izin dari orang tua dipersilakan untuk mundur, begitu
pula dengan anak-anak yang sedang sakit atau baru sembuh bahkan yang sedang
bersin-bersin sekalipun. Anak-anak yang dalam keadaan sakit dianjurkan untuk ke
Puskesmas apabila ingin mendapatkan vaksin Measles Rubella (MR). Petugas yang
datang ke sekolah kami memberikan pandangan bahwa obat yang diminum anak-anak
bersangkutan akan tumpang-tindih dengan vaksin yang diberi.
Pertanyaan singkat
namun sangat menentukan kesehatan anak-anak di kemudian hari. Petugas yang akan
menyuntik tidak jemu memberikan pertanyaan serupa kepada semua anak. Dalam keadaan
pucat dan mata tak bisa berpindah dari jarum suntik, anak-anak akan menjawab
dengan suara sedikit gemetar, “Iya dapat izin dari orang tua,” atau “Iya tidak
sakit,”
Petugas kesehatan bertanya kepada siswa yang akan divaksin MR.

Anak-anak
yang telah divaksin diperkenankan keluar ruangan dan diberikan tanda dengan spidol
di jari mereka. Tanda ini diberikan untuk memudahkan pendataan anak yang sudah
dan belum divaksin agar tidak disuntik untuk kedua kalinya. Sebuah kejadian
aneh terjadi dan baru dikasih tahu oleh anak bersangkutan setelah disuntik dua
kali. Anak tersebut telah disuntik dan langsung bermain dengan teman-temannya. Namun,
dalam percakapan yang terjadi di antara mereka, seorang teman dengan polos berkata
jika belum keluar darah maka harus suntik ulang. Anak tersebut masuk kembali
dan disuntik untuk kedua kali karena dirinya khawatir.

Meskipun banyak
yang khawatir, orang tuanya juga merasa takut namun sampai tulisan ini ditulis
anak tersebut tidak merasakan efek samping dari imunisasi Measles Rubella (MR).
Catatan penting adalah jangan lupa memberikan tanda kepada anak yang telah divaksin.
Tiada yang dapat memastikan daya tahan seorang anak. Kejadian ini patut disyukuri
karena anak bersangkutan tidak mengalami masalah kesehatannya namun jika
terjadi pada anak yang daya tahan rendah bisa dibayangkan apa yang diterimanya.
Memberi tanda siswa yang telah divaksin MR.

Kami memastikan
bahwa anak-anak yang telah divaksin tidak boleh masuk kembali ke dalam ruangan.
Kejadian dua kali vaksin menjadi pelajaran penting dan anak-anak lain pun akan
menegur temannya yang belum mendapatkan tanda usai disuntik. Anak-anak yang
belum divaksin akan duduk di dalam ruangan, menanti nama dipanggil sesuai
kelas. Misalnya, kelas A telah usai maka giliran kelas B yang akan masuk ke
dalam ruangan. Jadi, anak-anak tidak akan menunggu lama namanya dipanggil.

Siswa menunggu giliran dipanggil.

Namanya anak-anak,
sekali dikasih tahu mungkin akan segera lupa. Begitu pula yang terjadi di
sekolah kami. Saat anak-anak lain sedang divaksin, anak-anak yang telah
disuntik atau yang belum berkeliaran bebas di halaman sekolah. Saya pun menjadi
heran dengan pertahanan dari anak-anak ini. Lima menit lalu baru saja disuntik,
tidak tahunya sudah di lapangan voli bahkan dirinya yang memukul bola. Saat
ditanya sudah divaksin? Jawabnya sudah. Ditanya lagi apa lengannya tidak sakit,
“Biasa saja, Pak!”

Sikap
santainya anak-anak usai divaksin memang membuat hati kami – guru-guru – merasa
lebih tenang. Sebelumnya, telah tersiar kabar bahwa vaksin imunisasi Measles Rubella
(MR) banyak menimbulkan efek samping. Kami tentu khawatir namun program pemerintah
harus didukung untuk memberikan kesehatan lebih baik kepada anak-anak usia
produktif.
Siswa bermain voli di lapangan sekolah.

Halaman kembali
penuh dengan anak-anak yang telah divaksin. Seolah, mereka lupa bahwa beberapa
menit lalu baru saja menahan sakit di lengannya. Anak-anak dengan santai
memukul bola voli, terlihat biasa saja berlarian di perkarangan sekolah dan tak
memedulikan berapa uang jajan telah habis di kantin. Wajah mereka yang di pagi
begitu muram, menjelang pulang dalam bau keringat telah berubah seperti
biasanya – sediakala di hari-hari lain.

Anak-anak mungkin
tidak memikirkan perdebatan panjang orang dewasa. Anak-anak seolah ‘dipaksa’
dan ‘terpaksa’ menerima imunisasi Measles Rubella (MR). Namun kata ‘wajib’
kemudian datang dari pemerintah melalui Kementerian Kesehatan dan Majelis Ulama
Indonesia (MUI). Kisruh yang tidak diambil pusing oleh mereka yang menerima
vaksin tak lain demi mereka di masa depan. Tak ada yang tahu, saat ini mereka
mudah berlari, beberapa waktu kemudian bisa terkena penyakit. Saat ini mereka
begitu mudah tersenyum namun tak lama kemudian bisa sangat murah menahan sakit
ringan yang jika ditelusuri akibat virus yang belum tervaksin Measles Rubella
(MR).
Halaman sekolah yang ramai siswa.

Saya tentu
saja masih ingin melihat kegembiraan anak-anak di sekolah. Meski kami kerap
beralasan “Tak ada bola voli jam istirahat,” tetapi ada saja guru yang kasihan
dengan melempar bola ke lapangan. Anak-anak akan bersorak di perkarangan sekolah
yang sempit. Mereka boleh menoleh ke jalan raya melalui pagar sekolah tetapi
tidak boleh melewatinya. Terkurung di dalam perkarangan sekolah menjadi
kenikmatan tersendiri dalam berbuat onar, menjadi baik atau melewati masa-masa
remaja yang indah.

***
Jam sekolah
usai. Rabu yang menegangkan di sekolah kami menjadi galau panjang kemudian. Di mana,
share media cukup mengerikan dalam
memberitakan soal imunisasi Measles Rubella (MR). Namun, sekolah kami telah 99%
memberikan vaksin kepada anak-anak. Kepala sekolah tentu menerima tantangan
untuk menjawab kerisauan orang tua. Lantas, anak-anak bersekolah seperti biasa
keesokan harinya dan sampai kini.
Kami tidak
tahu apakah media yang memberitakan soal tumbangnya beberapa anak karena imunisasi
Measles Rubella (MR) benar atau tidak. Tetapi, saya bisa memberikan
jawaban  bahwa tidak ada anak-anak kami
yang mendapatkan efek samping usai menerima imunisasi ini. Sejauh ini, hanya desas-desus
namun tidak ada yang melapor ke guru, ada anak yang demam tinggi usai divaksin.
Memang, ada anak yang demam tetapi dirinya malah sekolah seperti biasa karena
sakitnya tidak terlalu parah.
Mungkin
saja, perdebatan masih panjang soal halal dan haram. Namun, kami telah melakukan
imunisasi dan tidak bisa membalik waktu. Anak-anak telah ceria seperti sediakala.
Orang tua juga sudah diam seribu bahasa. Saya berkonsultasi dengan seorang
teman, dr. Liza Fathariani, soal imunisasi terutama imunisasi Measles Rubella
(MR).
Liza
memberikan pandangan, “Sebenarnya tubuh
kita memiliki sistem imun yang berfungsi melindungi tubuh dari berbagai
penyakit. Ibarat tentara yang menjadi benteng pertahanan sebuah negara, maka
begitulah sistem imun itu berfungsi. Namun demikian, terkadang sistem imun
tubuh kita tidak cukup kuat untuk melindungi tubuh kita dari penyakit, malah
terkadang bisa menghancurkan sistem imun tersebut. Akan tetapi, ada cara untuk
memperkuat sistem imun tersebut yaitu dengan vaksinasi. Vaksin itu seperti
senjata dan amunisi tambahan untuk tentara. Jadi, ketika ada serangan musuh
(penyakit) yang kuat, si imun sudah bisa menumpas musuh-musuh tersebut. Dengan
vaksinasi, otomatis tubuh enggak sakit lagi kalau diserang penyakit. Orang tua
enggak perlu menghabiskan banyak biaya untuk berobat anaknya. Generasi muda
akan lebih kuat. Contoh nyatanya adalah polio. Bayangkan saja bagaimana kalau
virus polio masih mewabah. Berapa banyak anak-anak yang lumpuh layu. Tapi
dengan vaksinasi/imunisasi, bisa dikatakan Indonesia sudah bebas dari polio. Indonesia
nomor 2 di dunia untuk penyakit campak (measles). Kalau nggak diimunisasi,
tentara dalam tubuh enggak cukup kuat untuk melawan virus campak!
Aman Pulungan, Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), mengatakan bahwa, Satu anak
yang menderita CRS bisa menghabiskan 300-400 juta rupiah untuk tindakan
pengobatannya, belum lagi untuk terapi dan perawatan setiap hari selama
hidupnya. Ini sangat darurat, kita harus selamatkan generasi bangsa kita, ini
investasi bangsa kita
, (sehatnegeriku.kemkes.go.id, 24/08/2018).
Masih dikutip
dari laman yang sama disebutkan bahwa
jumlah total kasus suspek Campak-Rubella
yang terjadi dari tahun
2014 sampai dengan Juli
2018 adalah sebanyak
57.056 kasus. Di mana 8.964
di antaranya positif
Campak dan sisanya 5.737
positif Rubella. Badan Kesehatan
Dunia (WHO) tahun 2015 merilis
bahwa
Indonesia termasuk 10 negara dengan jumlah kasus campak terbesar
di dunia. Kasus ini
memang dianggap enteng tetapi sampai dengan
Juli 2018 telah tercatat 2.389 kasus suspek
Campak-Rubella dengan 383
positif Campak dan 732 positif Rubella. Kita tentu tidak bisa main-main dalam menjaga anak-anak dari penyakit. Kesadaran
itu sangat penting daripada mendebatkan banyak persoalan.
Imunisasi Measles
Rubella (MR) yang kini tengah pro dan kontra sebenarnya vaksin yang diberikan
mengombinasikan
vaksin Campak atau Measles (M) dan Rubella (R) untuk
perlindungan terhadap penyakit Campak dan Rubella. Vaksin ini diberikan untuk anak usia 9 bulan
sampai dengan kurang dari 15 tahun. Imunisasi ini juga masuk ke dalam imunisasi
rutin dan menggantikan imunisasi Campak untuk anak usia 9 bulan, 18 bulan dan kelas
1 sekolah dasar. Efek samping yang signifikan tidak ada selama imunisasi ini
namun demam ringan, ruam merah, bengkak ringan maupun nyeri di tempat suntikan tak
lain reaksi normal yang akan menghilang dalam 2 sampai 3 hari.
Penyakit Rubella
ini memang seringkali dianggap ringan namun anak-anak yang terinfeksi dengan
mudah menularkan kepada ibu hamil. Janin yang terkena Rubella akan mengalami
Congenital Rubella
Syndrome (CRS)
yang akibatnya adalah kecacatan permanen
seperti kebutaan, ketulian, kebocoran jantung dan otaknya kecil.

Dikutip dari laman nhs.uk (13/07/2018) menyebutkan bahwa, “Vaksin MMR sangat aman dan kebanyakan efek
samping ringan dan berumur pendek. Karena vaksin MMR menggabungkan 3 vaksin
terpisah dalam 1 suntikan, setiap vaksin dapat menyebabkan efek samping yang
berbeda yang dapat terjadi pada waktu yang berbeda.
Indonesia menjadi negara berkembang yang tingkat
kepedulian terhadap kesehatan masih kurang.
Imunisasi Measles Rubella (MR) yang masih
diperdebatkan menjadi bagian dari keraguan itu sendiri. Padahal, jika kita
bicara soal imunisasi, pemerintah melalui
Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 4 tahun
2016
menegaskan bahwa, “Imunisasi pada dasarnya dibolehkan (mubah) sebagai
bentuk ikhtiar untuk mewujudkan kekebalan tubuh (imunitas) dan mencegah
terjadinya penyakit tertentu.

Dalam hal jika seseorang yang tidak diimunisasi
akan menyebakan kematian, penyakit berat, atau kecacatan permanen ya
ng mengancam jiwa, berdasarkan pertimbangan ahli yang
kompeten dan dipercaya, maka imunisasi hukumnya wajib.
Imunisasi memang
dari dulu banyak menimbulkan perdebatan tetapi jika melihat dari kondisi di
kehidupan masyarakat, maka imunisasi ini penting sekali bahkan dalam waktu
jangka panjang. Misalnya, masalah penyakit polio yang sebenarnya ‘perlahan-lahan’
baru tertular dan ini diabaikan namun begitu terlihat nyata di lapangan
langsung kalang-kabut. Jika telah terkena dampak maka tidak ada solusi untuk
mencegahnya lagi selain pengobatan dan bahkan tidak hanya biaya tetapi cacat
permanen tidak bisa dihindari.
Pemerintah dalam
hal ini Kementerian Kesehatan dan MUI telah duduk bersama dalam memberikan yang
terbaik untuk negeri. Kesepakatan demi kesepatan telah dibentuk yang tidak lain
untuk Indonesia sehat dan Indonesia lebih baik yaitu dengan
Imunisasi Melindungi Generasi Bangsa dari berbagai penyakit.

Menteri Kesehatan RI, Nila Farid Moeloek, dalam sosialisasi program imunisasi MR – sehatnegeriku.kemkes.go.id

Majelis Ulama Indonesia telah mengeluarkan Fatwa Nomor
33 tahun 2018 yang menyatakan bahwa para ulama bersepakat untuk membolehkan
(mubah) penggunaan vaksin Measles Rubella (MR) yang merupakan produk dari Serum
Institute of India (SII) untuk program imunisasi saat ini. Keputusan ini
didasarkan pada tiga hal, yakni kondisi darurat syar’iyyah, keterangan dari ahli yang kompeten dan dipercaya
menyatakan bahwa terdapat bahaya yang bisa timbul bila tidak diimunisasi, dan
belum ditemukan adanya vaksin MR yang halal dan suci hingga saat ini. (sehatnegeriku.kemkes.go.id, 24/08/2018).

Elemen masyarakat dan pihat terkait menyoal vaksin MR – sehatnegeriku.kemkes.go.id

Perlindungan
Imunisasi
diperlukan
dari sekarang untuk generasi yang lebih sehat di masa depan. Dalam berdebat
memang selalu ada pendapat masing-masing. Demikian pula soal boleh atau tidak
anaknya diimunisasi dengan vaksin MR. Sama halnya yang telah kami lakukan di
sekolah, orang tua tidak mengizinkan maka anak tersebut tidak diberikan
imunisasi. Kami kembalikan masalah kesehatan yang kemudian terjadi kepada orang
tua. Saat itu, kami hanya memfasilitas sekali dan lepas dari itu adalah proses
belajar mengajar yang kembali terjadi di ruang kelas. Kami hanya khawatir,
anak-anak yang rentan sakit tidak bisa berkonsentrasi di dalam kelas atau
sering sekali bolos sekolah!

Categories
Uncategorized

Sinkronisasi Soal UNBK Butuh Kesabaran dan Jaringan Internet Kencang

Sebelum ujian dimulai sesuai jadwal yang telah ditentukan, prosesnya tentu saja sangat berbeda dengan ujian tulis. Proses ujian tulis tidak serumit proses ujian berbasis komputer seperti tahun ini. Ujian tulis dengan mengambil naskah soal di kepolisian, menyerahkan kepada pengawas, melepas legel, membagikan kepada siswa-siswi yang siap untuk ujian, proses pengerjaan soal dengan tertib, pengawas menulis berita acara dan meminta tanda tangan peserta yang hadir, demikian seterusnya sampai ujian selesai.
Proses dimulainya ujian berbasis komputer justru berada di dua sisi, mudah dan rumit. Bagi kami di MTsN 1 Aceh Barat adalah pengalaman pertama sehingga termasuk ke dalam kategori kedua di mana belum ada gambaran apa yang akan terjadi setelah proses itu selesai. Proses sinkronisasi berada di mana memberikan pemahaman lebih besar apakah data dari server pusat berhasil masuk secara keseluruhan ke dalam server di komputer operator. 
Sebenarnya, sinkronisasi ini tidak serumit yang dibayangkan apabila jaringan internet berada pada taraf terbaik dalam siklus megabite, untuk mengunduh data cepat dari server pusat. Sinkronisasi hari pertama – untuk simulasi pertama – memang tidak berjalan semulus yang kami inginkan. Di mana jadwal sinkronisasi data di sore hari dengan jaringan yang tidak begitu baik sehingga selesai prosesnya hingga malam hari. 
Sinkronisasi dibutuhkan semua komputer server yang akan melaksanakan ujian berbasis kompurer. Data siswa maupun soal yang telah tersimpan di komputer server pusat – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan – akan diunduh dengan waktu download lebih kurang 15 menit dengan internet kencang. Dalam proses sinkronisasi ini terdapat beberapa item yang harus terunduh dengan sempurna dengan warna biru dan seimbang angka sebelah kiri dan kanan – berupa jumlah data yang akan diunduh. 
Proses sinkronisasi tahap pertama selesai kami telah berhasil menjawab tantangan yang selama ini menjadi ketakutan tersendiri. Proses sinkronisasi selanjutnya yaitu gladi bersih dan juga untuk ujian sendiri berjalan sebagaimana yang diharapkan. Sinkronisasi tidak mengalami hambatan dan tidak terdapat kejanggalan apalagi setelah memperbaharui aplikasi untuk pelaksanaan ujian berbasis komputer ini. 
Jauh sebelum sinkronisasi data, yang dibutuhkan adalah meng-instal aplikasi khusus untuk proses ujian berbasis komputer. Aplikasi ini tersedia untuk komputer server dan client. Sebagaimana diketahui bahwa untuk melaksanakan ujian tidak hanya mengandalkan browser bawaan dari komputer server atau client. Pelaksanaan ujian berbasis komputer membutuhkan aplikasi atau program pihak ketiga untuk kelancaran proses dan tidak terganggu dengan browser internet bawaan. 
Maka, dibutuhkan program Exambro yang terkoneksi dengan Google Crome versi terbaru. Exambro untuk komputer server dan client berbeda. Komputer server mempunyai program khusus yang dipisahkan di mana nanti akan memuat semua kebutuhan ujian begitu dilakukan login menggunakan akun madrasah. Komputer client dengan program terpisah hanya akan tersambung dengan komputer server setelah peserta ujian melakukan login dan menjawab soal yang diberikan setelah TOKEN aktif. 
Di sinilah proses yang membutuhkan waktu lebih lama, bukan terletak pada sinkronisasi data ujian di komputer server. Dalam waktu yang begitu mendadak, pengumpulan laptop siswa-siswi yang tergesa dan tersedianya Exambro versi terbaru yang lebih lamban membuat kami hampir bermalam di madrasah. MTsN 1 Aceh Barat seperti yang telah disebutkan memiliki 24 peserta tiap sesi namun untuk menghindari kendala berarti kami mendapatkan 30 laptop dari siswa. 
Jumlah laptop yang ‘sedikit’ namun membutuhkan proses yang lama untuk menginstal Exambro. Di mana, 30 laptop siswa bukanlah perangkat kosong tetapi penuh data berupa file, game, program yang banyak maupun video dan lagu-lagu. Kami tidak membuang data tersebut namun memastikan bahwa 30 laptop layak digunakan dari segi kecepatan kerja maupun ketahanan daya. 
Pertama dilakukan adalah menonaktifkan antivirus dan update Windows. Dalam meng-uninstal antivirus membutuhkan waktu yang lebih lama sehingga pekerjaan jadi tersendat-sendat. Antivirus dibuang untuk tidak memblokir aplikasi Exambro yang dianggap spam atau virus oleh antivirus itu sendiri. Dengan kata lain, apabila antivirus tidak dibuang maka program untuk ujian ini tidak dapat dibuka sama sekali. 
Setelah membuang antivirus maka proses selanjutnya adalah menentukan IP Address dari tiap laptop sesuai dengan urut dari komputer server – masing-masing sekolah akan berbeda. Penentuan ini penting sekali karena komputer client tidak menggunakan Wi-Fi melainkan kabel LAN untuk tersambung langsung ke komputer server. Dalam arti sebenarnya, yang terkoneksi ke internet itu adalah komputer server sedangkan komputer client terhubung ke komputer server. Internet mati di komputer server maka proses pelaksanaan ujian akan terkendala. 
IP Address yang diinput semua dipastikan tidak beradu pada angka terakhir, misalnya angka yang diurutkan berdasarkan dari batas angka yang telah ditentukan di komputer server. Jika komputer server membatasi sampai angka 200 maka untuk akhir angka di komputer client bisa memakai semua angka di bawah 200, dengan catatan 30 komputer client berbeda. 
Pemasangan Exambro UNBK tergolong mudah karena hanya mengandalkan shutcut tetapi jika salah penempatan program ini tidak akan berjalan. Salah satu sebab biasanya adalah Google Crome tidak mendukung sehingga harus mengunduh versi terbaru atau antivirus belum sepenuhnya terbuang sehingga memblokir aplikasi. 
Proses pemasangan program ini di MTsN 1 Aceh Barat bisa disebut berjalan lancar meskipun membutuhkan waktu lama. Setelah berhasil memasang program pada 30 laptop siswa, maka tugas selanjutnya adalah mencoba aplikasi ini berjalan lancar atau tidak bisa dibuka sama sekali. Tahap ini penting sekali dilakukan tidak hanya memastikan peserta ujian nanti mudah login tetapi aplikasi ini aman atau tidak untuk laptop yang dipilih. Jika laptop tidak sanggup menanggung beratnya aplikasi berjalan maka dengan cepat harus diganti dengan laptop lain. 
Informasi tambahan bahwa program UNBK dengan UAMBK berbeda sehingga kami melakukan dua kali pekerjaan dalam meng-instal aplikasi. Jika Exambro UNBK lebih mudah dan ringan, sebaliknya Exambro untuk UAMBK jauh lebih berat dan membutuhkan ruang lebih besar untuk menyimpannya. 
Siswa ikut UNBK 2018
Simulasi dan Gladi Bersih yang Mendekati Sempurna 
Dalam berproses, tidak selamanya berjalan mulus dan sesuai dengan yang diharapkan. Demikian pula dengan proses yang terjadi selama simulasi dan gladi bersih ujian berbasis komputer di MTsN 1 Aceh Barat. Simulasi pertama di madrasah kami mungkin adalah bagian terberat dari pelaksanaan UNBK nanti. Kami memang telah memberikan beberapa catatan penting kepada siswa-siswi namun penerapannya tidak selamanya berhasil. 
Pelaksanaan simulasi pertama lebih mengandalkan bagaimana cara siswa-siswi login, menjawab dengan benar – bukan jawaban benar – lalu mempelajari sistem yang ada di aplikasi di depan mereka. Saat siswa-siswi belajar dengan aplikasi yang sebenarnya mudah dengan klik saja pada kolom jawaban yang dianggap benar, maka aplikasi yang berjalan di komputer server juga membutuhkan perhatian. Di mana operator bisa melihat berapa butir soal yang telah berhasil dikerjakan siswa bersangkutan, berapa lama waktu berjalan, mencetak absen kehadiran dan berita acara sampai melakukan reset siswa yang laptopnya bermasalah. 
Pelajaran penting saat simulasi pertama dan kemudian juga di gladi bersih adalah sebagian kecil siswa-siswi masih gagap terhadap aplikasi. Masalah ini muncul mungkin karena grogi di depan komputer atau mempunyai ketakutan tersendiri terhadap ujian yang sedang berlangsung. Siswa-siswi yang mengalami masalah login memang tidak banyak, sebagian dari mereka yang mengalami masalah karena tidak bisa atau mungkin lupa cara menekah bintang (*) sehingga yang keluar adalah angka 8, maka tidak bisa login ke sistem. Meskipun berulangkali telah diajarkan untuk mengambil bintang hanya perlu menekan Shift + * namun tetap saja tidak mudah dicerna. 
Siswa-siswi yang mengalami masalah yang demikian kemudian ditemani sampai berhasil login dan memasukkan TOKEN yang telah ditulis di papan tulis. Diakui bahwa selama proses simulasi maupun gladi bersih ini, sebagian besar peserta ujian MTsN 1 Aceh Barat telah berhasil melewati proses tersebut. Faktor yang menyebabkan lancarnya proses ini karena kebiasaan mereka di depan komputer, entah cuma bermain game atau menggunakan internet semata tetapi kebiasaan ini menjadi tolak ukur bahwa mereka tidak gagap teknologi. 
Simulasi pertama kami tidak menekan kepada menjawab soal. Tiap sesi yang masuk selalu menekankan kepada pelajari sistem sehingga saat ujian lebih paham. Misalnya, untuk melihat butir soal siswa cukup menge-klik bilah sebelah kanan dan akan melihat warna nomor; putih, hitam maupun kuning. Warna hitam menandakan nomor tersebut telah dijawab, nomor putih belum terjawab dan nomor kuning masih ragu-ragu. 
Pembiasaan lain adalah mengarahkan panah selanjutnya atau sebelumnya dan juga ragu-ragu sehingga siswa yang bersangkutan mudah menjawab nomor-nomor yang belum terisi. Selain itu, pemberitahuan waktu berjalan di sebelah kanan atas menjadi patokan siswa-siswi dalam menjawab soal sesuai waktu berjalan. Informasi waktu ini akan langsung muncul begitu siswa login dan memasukkan TOKEN mata uji yang diujiankan. Informasi waktu ini akan hilang sekitar 15 menit dari waktu selesai mengerjakan soal. 
Simulasi dan gladi bersih UNBK yang dilaksanakan di MTsN 1 Aceh Barat bisa disebut telah mendekati sempurna meskipun terdapat kesalahan di beberapa bagian. Di antara masalah itu adalah tidak tepat waktu jaringan tersambung dari server komputer ke server pusat. Di mana saat ditelusuri bahwa server pusat belum membuka akses ujian sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Kendala lain adalah saat internet bermasalah yang kemudian teratasi saat pihak berwenang terlibat langsung dalam memecahkan masalah ini. 
Apabila ditelusuri secara keseluruhan memang tidak ada banyak faktor yang membuat simulasi maupun gladi bersih ini mendapatkan hambatan, termasuk dari peserta ujian. Siswa-siswi yang telah login hanya di hari pertama saja mengalami masalah berarti dan untuk hari-hari berikutnya telah terbiasa bekerja dengan sistem. Saat satu atau dua orang siswa yang mengalami masalah teknis seperti laptop yang mati tiba-tiba atau kabel LAN yang tanpa sengaja tercabut, pelaksanaan simulasi maupun gladi tidak berhenti karena hal yang begitu cepat diatasi itu. 
Kami sudah sebut di awal bahwa baik simulasi maupun gladi bersih bukan jumlah soal benar yang menjadi patokan tetapi lebih kepada bagaimana peserta ujian akrab dengan sistem. Maka dari itu, penekanan ini kami pikir telah berhasil dilaksanakan oleh peserta ujian tanpa kendala berarti.
Categories
Uncategorized

5 Rasa Unik di Writingthon Asian Games 2018

Siapa sangka, empat putra-putri Indonesia yang mewakili daerahnya masing-masing bisa duduk di satu meja. Merangkai kata mengubah makna, berkompetisi dalam ajang Writingthon Asian Games 2018.

Mereka tergabung dalam kelompok 9 dengan identitas berbagai rasa mi Aceh, rendang, ketoprak sampai sagu. Saranghaeyo menjadi slogan mereka.

Dari pengalaman mereka eksis di Writingthon Asian Games 2018 lahirlah sebuah karya tentang 5 rasa unik yang jika dirasa akan manis, mungkin asam, juga pahit tetapi akan membuatmu tergoda untuk mencicipinya kembali.

Challenge yang Gokil dan Panik 
Selama mengikuti Writingthon Asian Games 2018 semua peserta diberikan tantangan yang unik dan gokil. Para peserta harus memposting cerita, foto maupun video dalam akun media sosial mereka.

Uniknya, postingan tersebut berisi tentang kisah perjalanan masing-masing dari rumah menuju bandara. Postingan itu bisa dilihat di #writingthonasiangames #dukungbersama #asiangames2018.

Gokilnya, waktu yang diberikan panitia sangat terbatas. Hanya berselang waktu 12 jam postingan sudah harus selesai. 

Di antara peserta ada yang rela mencari foto di mana-mana. Bahkan, ada yang rela bergadang semalaman untuk mencari ide dan merangkai kalimat yang pas untuk tantangan ini. Beraneka karya dihasilkan hanya dalam waktu semalam saja.

Meskipun dalam semalam, karya-karya tersebut nggak kalah kerennya dengan karya-karya lain yang bertebaran di media sosial serupa. Gokil, bukan? 

Selain itu, kami juga ditantang untuk membuat tulisan secara berkelompok. Semua peserta dibagi menjadi beberapa kelompok beranggotakan 4 orang.

Kami ditantang untuk menulis artikel semenarik mungkin, hanya dalam waktu 1 jam saja. Bisa membayangkan bagaimana paniknya kita? 


Kejadian di Bandara 
Para peserta Writingthon Asian Games 2018 diberangkatkan dari daerah masing-masing pada 15 Agustus 2018. Mereka berasal dari Aceh hingga Papua.

Dari pengalaman mereka selama di bandara, ada yang eksis habis berfoto dengan maskot Asian Games 2018, menebar postingan bermanfaat dan tentu saja promosi Asian Games 2018. 

Keeksisan mereka nggak kalah keren dibanding para atlet Asian Games 2018 dari berbagai negara di Asia. Buktinya, postingan tersebut mendapatkan banyak like dan komentar.

Selain itu, ada juga kisah memilukan yang dihadapi oleh salah satu peserta. Di mana laptop miliknya tertinggal di ruang tunggu bandara. Namun untungnya, laptopnya selamat dan dikirim langsung ke lokasi acara. 

Kisah lainnya dapat dilihat dari kegiatan para peserta selama menunggu bus di bandara. Kloter pertama dijemput pada jam 12 siang dan kloter kedua pada jam 3 sore.

Selama menunggu penjemputan, para peserta saling berkenalan dan berbagi informasi satu sama lain. 

Writingthon Menyatukan 34 Putra Putri Daerah se-Indonesia 
Ajang Asian Games 2018 yang kali ini diadakan di Indonesia memberikan kesempatan penuh tidak hanya kepada para atlet daerah saja tetapi juga dari para pelajar, mahasiswa dan bloger.

Kesempatan emas ini, telah menyatukan 68 penulis terbaik yang mewakili provinsi masing-masing. Mulai dari yang berkulit sawo matang, bermata sipit, berkulit hitam, semuanya menyatu dalam membawa nama baik Indonesia melalui karya masing-masing.

Karya-karya ini nantinya akan dibukukan oleh Penerbit Bitread Publishing. 

Keseruan peserta tidak hanya di ajang tulis-menulis. Mereka saling berbagi keseruan dengan logat dan bahasa daerah masing-masing.

Saling berbagi follow media sosial dan cerita unik. Ini merupakan kesempatan yang sangat langka yang patut dikenang. 

Kesempatan Nonton Opening Ceremony Asian Games 2018 
Setelah sesi bercerita pengalaman tadi malam, ada satu hal yang mengejutkan. Ternyata para peserta terpilih Writingthon Asian Games 2018 di sini rata-rata tidak tahu hadiah apa yang akan didapatkan jika memenangkan kompetisi ini.

Menulis adalah hobi. Menulis adalah kesenangan. Menulis adalah keharusan. Menulis adalah jiwa kami. Begitu mereka mengakuinya hingga mengenyuhkan hati. Benar. Kami tidak peduli apresiasi apa yang akan kita terima. Kita hanya ingin menulis dan berkontribusi bagi negeri. 

Beberapa peserta bahkan lupa jika pernah mengikuti kompetisi ini. Mungkin karena terlalu banyaknya tulisan yang mereka buat. Hingga di hari pengumuman, banyak peserta yang tak menyangka akan diundang ke Jakarta untuk mengikuti karantina selama 3 hari.

Tidak hanya itu, kami mendapatkan undangan menyaksikan upacara pembukaan Asian Games 2018 pada 18 Agustus mendatang. Hal yang awalnya hanya dapat kami saksikan di televisi nasional, kini bukan sekedar mimpi lagi.

Sebuah tiket yang harganya mencapai 1 juta, diberikan kepada kami secara cuma-cuma. Sebuah apresiasi yang membuat kami bangga menjadi penulis Indonesia dan mendukung bersama Asian Games 2018. 

Tentu saja kami juga mendapatkan berbagai fasilitas, suvenir, dan berbagai hadiah menarik lainnya. Namun yang terpenting kami bisa memiliki teman-teman yang luar biasa dari seluruh penjuru Indonesia dan pastinya ilmu yang bermanfaat.

Kami tidak sabar untuk menyaksikan kemegahan Opening Ceremony Asian Games 2018. Berjuanglah Indonesiaku! 

Stand up Comedy dari si Anak Sagu 
Asian Games 2018 semenjak aku menjadi Liaison Officer pada kegiatan Pekan Olahraga Pelajar Daerah (POPDA) Provinsi Maluku Utara aku sudah bercanda sama teman bahwa akan menonton Asian Games 2018. Alhamdulillah, kesampaian berkat kegiatan lomba menulis yang di selenggarakan oleh Kementerian Kominfo bekerja sama dengan Penerbit Bitread Publishing. Sebenarnya, aku nggak ikut bahkan nggak tahu kalau ada lomba ini, namun aku didaftarkan oleh teman. Setelah didaftarkan, baru dia memberitahuku, dan yang lebih membanggakan lagi aku menang dan mewakili provinsi Maluku Utara. 
Menjelang pengumuman aku begitu deg-degan. Saking deg-degannya, aku nggak ngaji tapi malah melihat handphone menunggu pengumuman. Padahal lagi di acara tahlilan salah seorang kerabat yang meninggal orang tuanya. 

Akhirnya, aku menang dan berangkat ke Jakarta. Ada cerita lucu ketika perjalanan menuju Jakarta, kita hampir ketinggalan pesawat karena sudah mau berangkat tapi kita masih foto-foto. Kita dipanggil oleh petugas bandara. Kata temanku, “Biarin saja kita foto dulu di sini,” saking antusiasnya. 

Karena sudah takut terlambat, kami nggak sempat sarapan. Alhamdulillah, kita transit di Makassar selama 45 menit. Awalnya sesampainya di Makassar kita ingin mencari makan, eh malah kita disuruh naik lagi ke pesawat karena akan segera berangkat. Setelah naik, pesawatnya nggak berangkat-berangkat. Di dalam pesawat, kurang lebih kita menunggu selama 1 jam. 

Biarpun kita berbeda darah tapi kita tetap saudara. Saya David, si Anak Sagu dari Maluku Utara. 

Inilah 5 rasa unik yang kami rasakan selama mengikuti Writingthon Asian Games 2018. Ayo dukung bersama Asian Games 2018. Salam sukses untuk para atlet Indonesia! Saranghae!
***
Categories
Uncategorized

Writingthon Asian Games 2018; Sebuah Pengantar di Rindu ke-18

Tepuk tangan menghiasi ruangan yang telah diisi 68 peserta Writingthon Asian Games 2018, di lantai 2 Hotel Millennium Sirih Jakarta. Malam baru saja menggantarkan senja ke penginapan terindahnya ketika suara lantang itu berujar, “Asian Games ke-18 di tahun 2018 diadakan di Indonesia!” rasa bangga tak terkira dari sosok tampan di depan kami itu. Pelajar atau mahasiswa dan bloger yang menjadi tamu kehormatan dalam memeriahkan ajang olahraga Asia ini, bersorak penuh semangat. Suara itu kembali berujar, “Saatnya kita buktikan kepada dunia bahwa Asian Games 2018 pernah dilaksanakan di Indonesia, salah satunya melalui karya tulis!”

Begitu,
pemantik semangat dari Bapak Andi Muslim, yang mewakili Kementerian Komunikasi
dan Informasi (Kominfo) saat menyapa kami dalam persekian menit saja. Tetapi,
bagi saya yang duduk di kursi belakang mengambil hikmah yang teramat sangat
dari semangat Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang. Memang benar, tidak
bisa dinafikan bahwa seluruh Asia akan menancapkan mata ke Indonesia; terlepas
dari apapun semua akan masuk ke dalam ranah penilaian. 

“Kita harus
bangga pernah terlibat dalam Asian Games 2018!” merinding tentu saja saat
mendengar kata penutup dari Pak Andi. Jauh dari Aceh, setelah 3 jam perjalanan udara,
memberikan semangat ‘juang’ lebih tinggi kepada saya untuk menuangkan ide-ide
segar dalam menyukseskan perhelatan akbar
ini. Saya entah siapa namun tetap Indonesia yang akan menyuarakan tentang ‘kita’
di Asian Games 2018. Benar seperti kata Pak Andi, hanyalah kita yang akan memberikan kabar kepada dunia bahwa Asian Games
pernah sukses di tahun 2018
. Belum tentu, 60 tahun kemudian kita akan
bertemu kembali dengan ‘sosok’ ini.
Sepintas lalu,
saya tidak berpikir akan bermalam di Jakarta dalam waktu dalam dengan ragam
aktivitas. Waktu tahu Penerbit Bitread bersama Kominfo mengadakan lomba, saya
malah bingung sekali untuk mendapatkan ide terbaik. Saya ‘diminta’ untuk
mendukung Asian Games 2018 dari daerah sendiri. Saya menemui jalan buntu untuk
memulai, saya meraba ke mana tujuan dari lomba ini, saya mencari tahu apa yang
sebenarnya ingin kita ‘jual’ dari karya tulis tentang Asian Games ini.
Tentang
Aceh. Tidak mungkin saya mencari celah soal hukum Islam maupun suasana pantai
yang indah. Sosok Aceh, mungkin saja ada di antara para atlet yang akan
bertanding. Maka, dari sini saya memulai mengotak-otakkan ide, membelah
kebuntuan dengan searching sosok Aceh
asli yang akan berlaga nanti. Kata kunci yang keluar dari mesin pencari dalam sekian
detik langsung menyuguhkan berita manis. Bahkan, lebih dari manis dari apa yang
ingin saya tuliskan.
Siapa dan
mengapa saya menulis tentang gadis ini mungkin mengalir begitu saja. Nurul Akmal
menjadi sosok yang membuat saya merinding saat mengingatnya – tentang ide
menulis tentangnya. Saya tidak tahu dia. Saya bahkan baru tahu tentang dirinya.
Siapa Nurul Akmal barangkali kamu bisa membacanya kembali di artikel yang
mengantarkan saya ikut Writingthon Asian Games 2018 mulai hari ini. Namun, soal
mengapa saya memilih Nurul Akmal karena alasan ini menjadi kuat bila bicara
tentang Aceh, tentang wanita dan juga tentang sebuah hal tabu.
Tidak banyak
gadis Aceh yang ‘berani’ seperti Nurul Akmal. Mungkin ini menjadi nilai
tertinggi sehingga saya menulis tentangnya. Nurul Akmal juga menjadi seorang lifter yang akan berlaga di angkat besi
75 kg plus yang mana ini tidak mudah untuk seorang wanita. Menarik? Tentu saja,
untuk saya yang tidak tahu-menahu soal angkat besi dan mungkin juga untuk kita
yang biasanya menganggap soal olahraga angkat beban ini hanyalah milik pria
saja.
Hadirnya sosok
Nurul Akmal menjadi warna tersendiri bagi saya dalam memaknai Asian Games 2018
itu sendiri. Bahwa, saya teramat bangga saat atlet Aceh menjadi kebanggaan kita
semua. Mungkin karena saya terlalu jenuh dengan berita miring tentang Aceh maka
sosok Nurul Akmal bisa mengobati luka lara itu.
Saya tidak
menyangka saat kemudian Nurul Akmal mengirim pesan melalui Instagram. Kisah ini
saya bubuhkan catatannya di Kabar
dari Gadis Aceh untuk Dukung Bersama Asian Games 2018
. Mungkin saja, karena
tidak begitu banyak pemberitaan tentang dirinya, Nurul Akmal merasa terharu. Saya
ikut terhibur dan merasa perlu mengenalkan sosok Nurul Akmal sebagai seorang lifter kebanggaan Aceh di ajang Asia
ini. Jika saya tidak memulai sebuah ‘catatan’ kecil ini, maka Nurul Akmal
mungkin akan dilupa begitu Asian Games 2018 usai atau begitu dirinya tidak
mendapatkan medali.
Saya hanya
menghidupkan alarm tentang sosoknya,
perjuangan yang telah diberikannya dan kecintaannya terhadap negeri kita. Mungkin
kita akan rindu pada mereka di tahun-tahun nanti. Di mana perguliran tuan rumah
Asian Games itu sendiri tidak sama seperti menarik arisan atau absen kuliah. Masa
yang ditunggu cukup lama dan barangkali saat itu tiba lagi nanti, atlet-atlet
yang bertanding hari ini telah menua.
Writingthon
Asian Games 2018 ini saya jadikan sebagai sebuah pengantar di rindu ke-18 dari
ajang olahraga terbesar Asia tersebut. Jangan sebut tidak rindu. Jangan pula
melupa karena kita ingin Indonesia menjadi jaya. Jika Nurul Akmal dan rekan
atlet lain sedang bertarung, akan bertarung di arena, maka kami juga demikian selama
karantina ini. Mari kita coba untuk mengenalkan kembali, mari membuat sebuah catatan
penting di mana akan dikenang sebagai sejarah dalam bertahun-tahun ke depan. Seperti
kata Pak Andi, jika bukan kita tidak akan ada orang lain yang ikut meleburkan
diri untuk menyukseskan Asian Games 2018.
Saat ini,
saya telah menjadi bagian dari proses mengharumkan nama Indonesia di Asian
Games 2018. Perjalanan lelah dari Aceh belum terobati tetapi sejak di Aceh saya
telah merasakan bagaimana gaung ajang ini akan berlangsung lebih semarak. Di Bandara
Sultan Iskandar Muda, Aceh Besar, pukul 09.00 lewat pada 15 Agustus, saya
sempat memotret diri di depan maskot Asian Games 2018. Sambil menunggu Haikal
Razi, pemenang kategori pelajar tiba di depan pintu masuk, saya rasa tidak
salahnya mengabari ke dunia maya bahwa Aceh juga membahagiakan ajang olahraga
ini.
Lobi Hotel Millennium
Sirih Jakarta menyambut kami dengan nada indah dari pianis. Istirahat sejenak
sebelum memulai perkenalan dengan Bitread dan Kominfo menjadi waktu yang tepat.
Saya menerima kunci kamar dan bergegas ke lantai 12. Pemandangan sore Jakarta
menjadi obat rindu yang berbeda. Haikal Razi juga masuk ke kamarnya di lantai 11.
Saya menikmati aroma yang berbeda dan menanti kejutan manis dari panitia.
Usai makan
malam, kami langsung diboyong untuk perkenalan singkat – dan bertemu Pak Andi
seperti yang telah saya tulis di pembuka. Perkenalan yang unik dan lucu bersama
panitia membuat lelah terlupa. Canda tawa mulai dibangun, suasana makin cair dan
beberapa peserta mulai mengambil kamera mereka. Saya pun tidak mau melewatkan
beberapa momen berharga itu. Mungkin nanti akan jadi kenang-kenangan dan juga
menjadi konten menarik untuk memotivasi orang lain melalui tulisan ini dan
konten di media sosial nantinya.
Rahmat Hidayat,
bloger tampan dari Maluku menjadi fotografer saya malam ini. Usai babak
perkenalan, saya tidak mau melewatkan momen foto di spanduk dengan tajuk menarik
itu. Beberapa foto menjadi hasil menarik seperti di bawah ini.
Seolah ‘memikul’
Asian Games 2018 yang terasa begitu berat demikianlah yang mungkin terjadi sehingga
dengan bantuan banyak pihak akan sukses. Saya tak sendiri mengambil gaya yang
berbeda dari orang lain, Haikal Razi yang kebetulan lewat saya panggil untuk
ikut serta. Tak ada salahnya, 2 orang Aceh di dalam satu frame yang akan menjadi momen terindah di antara kami. 
Writingthon
adalah menulis saja. Maka saya mengambil pena, mencoret beberapa ide untuk
dituangkan dalam tulisan panjang selama acara ini berlangsung. Tidak mudah
menemukan ide dalam sekejap tetapi beginilah keadaan itu. Saya tidak mau mengakhiri
begitu saja apa yang telah dimulai. Mungkin, babak lain dari Nurul Akmal akan
terburai di sini. Mungkin, saya bisa mencatat beberapa sejarah yang akan
dibagikan kepada anak-cucu.
Malam terus
menanjak. Saatnya untuk naik ke lantai 12. Tetapi, udara dari lantai 4 terasa memanggil
kami untuk menengoknya sejenak. Tak ada salahnya untuk duduk sesaat di kursi
dengan rumput hijau malam hari di sana, dekat kolam renang. Saya akan menutup
malam dengan sebuah cahaya yang tidak mudah redup. Demikian pula dengan Asian
Games 2018 di Jakarta dan Palembang yang akan dikenang sepanjang masa.
Mari kita
dukung, mari kita berikan catatan sejarah untuk atlet, tempat dan kenangan
manis lain kepada dunia tentang Asian Games 2018 di negeri kita. Saat ini
waktunya, bukan nanti atau kapan-kapan lagi!
***

Categories
Uncategorized

Pelaksanaan UNBK di MTsN 1 Aceh Barat; Mau Tidak Mau Tapi Wajib

Kementerian Agama Kabupaten Aceh Barat memberikan tugas cukup berat untuk madrasah yang melaksanakan ujian akhir atau ujian nasional. Kewajiban itu tak lain pelaksanaan ujian berbasis komputer dengan standar 100% untuk seluruh madrasah yang berada di bawah naungan Kemenag, baik negeri maupun swasta. Di satu sisi, keputusan ini tak lain palu yang menyakitkan dan simalakama. Di sisi lain, keputusan tersebut adalah tantangan bagi seluruh madrasah baik soal kesiapan maupun mengenai kematangan pembelajaran yang telah berbasis teknologi.

MTsN 1 Aceh Barat menjadi salah satu madrasah yang menyanggupi pelaksanaan UNBK meskipun kala itu belum ada gambaran apa yang akan dilakukan dan terjadi kemudian. Pelaksanaan UNBK dinilai wajib maka madrasah harus menyanggupi hal demikian untuk menaikkan taraf pendidikan maupun nama besar madrasah di kemudian hari.
Persiapan yang termasuk tergesa-gesa – secara teknis – tidak menyulutkan semangat untuk berhenti sampai di titik di mana keputusan bimbang diberikan. Madrasah mencari cara untuk menemukan titik temu pelaksanaan saat Kemenag ‘hanya’ menyiapkan dana untuk penyediaan komputer server utama dan cadangan. Meskipun menekan biaya untuk server ini tidak akan mampu menyediakan laptop sebanyak 24 buah – minimal untuk satu sesi.
Keputusan ikut serta dalam UNBK tidak bisa lagi mundur atau meminta permisi. MTsN 1 Aceh Barat harus siap mau tidak mau walaupun dalam keberatan sekalipun. Kebimbangan sempat membuat keputusan untuk mundur sebelum pelaksanaan rapat dengan orang tua siswa. Meskipun hanya sekadar pemberitahuan soal teknis pelaksanaan dan juga kendala yang akan dihadapi, orang tua siswa tampak antusias untuk kesuksesan anak-anak mereka. Maka, keputusan yang diambil adalah orang tua yang ‘menyediakan’ laptop untuk pelaksanaan ujian berbasis komputer ini.
Dalam segala definisi, madrasah tentu saja lega namun tantangan yang dihadapi tidak semudah mengumpulkan laptop dari siswa yang memilikinya. Kendala itu justru muncul saat siswa-siswi memiliki pandangan berbeda soal teknis maupun kekhawatiran tentang perangkat mereka yang ‘dipinjam’ oleh madrasah.
Pelaksanaan UNBK tidak bisa dijeda bahkan sedetik saja. Madrasah mencari jalan tengah, memberikan pemahaman kepada siswa-siswi yang mungkin saja pengetahuan mereka tentang teknologi lebih tinggi daripada guru di madrasah. Pengumpulan laptop dilakukan, pemasangan komputer server berjalan begitu saja, kabel-kabel LAN (Local Area Network) telah terpasang di laboratorium yang nantinya akan digunakan sebagai tempat pelaksanaan ujian, meja dan kursi diatur sebagaimana mestinya dengan kabel terserak dan bisa membuat terjatuh jika menyenggolnya, kabel LAN dan kabel aliran listrik menjadi pemandangan yang wajar dan tidak bisa disembunyikan. Internet yang tersendat juga dilakukan perbaikan untuk memudahkan sinkronisasi data dan bahkan pelaksanaan ujian nanti. Buku panduan berserak di mana operator untuk mencari celah kesalahan dan menjawab ketidaktahuan secara teknis. Smartphone tidak boleh jauh-jauh dari jangkauan untuk meminta pertolongan kepada orang lain yang lebih paham. 
Pelaksanaan UNBK di MTsN 1 Aceh Barat
Laptop dan Keraguan Siswa pada Daya Tahan Baterai
Orang tua siswa telah bersedia meminjamkan laptop untuk kebutuhan ujian berbasis komputer ini. Keraguan itu justru muncul dari siswa-siswi sendiri di mana mereka lebih memahami soal teknologi dibandingkan orang tuanya. Tidak mudah mengumpulkan laptop yang telah dijanjikan untuk membantu pelaksanaan ujian. Dalam menguatkan keyakinan mereka dibutuhkan beberapa waktu untuk menyoal tentang keraguan bahkan solusi yang akan madrasah lakukan jika laptop mengalami masalah.
Mustahil jika dalam penerapan akan sesuatu mendekati sempurna. Kendala itu pasti akan ada meskipun tidak tahu kapan terjadi dan kepada siapa akan memihak. Siswa-siswi yang memiliki laptop diminta segera membawa perangkat tersebut seminggu sebelum simulasi tahap 2 dilakukan – simulasi tahap 1 tidak dilaksanakan karena berbagai sebab salah satunya belum ada keputusan yang pasti dari Kemenag soal pelaksanaan UNBK.
Laptop tak lain sebuah perangkat elektronik dan siswa zaman sekarang memiliki pandangan dan bahkan pengetahuan lebih tinggi. Dalam keseharian, siswa-siswa lebih banyak menghabiskan waktu di depan laptop dibandingkan waktu orang tua mereka bekerja dengan perangkat ini. Anak-anak sekarang telah disuguhkan beragam game baik offline maupun online sehingga seakan tahu betul kondisi laptop yang baik dan tidak.
Sebuah laptop yang digunakan secara kontinu untuk gaming atau bahkan hampir 24 jam terkoneksi ke internet, lalu tidak melepas aliran listrik yang tersambung maka tidak tertutup kemungkinan laptop tersebut akan mengalami masalah pada baterai. Hal ini yang menjadi kekhawatiran siswa-siswi MTsN 1 Aceh Barat yang pemahaman mereka telah sampai ke sana. Mereka tahu benar bahwa saat pelaksanaan UNBK – simulasi, gladi sampai ke ujian – laptop mereka akan terkoneksi sepanjang waktu ke internet dan colokan listrik tidak dicopot.
Memang benar, selama pelaksanaan ujian, laptop siswa akan tersambung dengan kabel LAN dan aliran listrik. Salah satu alasan aliran listrik tidak dicabut karena apabila baterai habis tanpa disadari atau tanpa pemberitahuan oleh sistem laptop, laptop tersebut akan mati secara tiba-tiba. Laptop yang mati akan memulai sistem seperti semula saat disambungkan ke aliran listrik dan dinyalakan, internet yang disambungkan melalui kabel LAN juga melakukan refresh dengan sendirinya untuk online kembali. Waktu yang dibutuhkan untuk tersambung kembali ke sistem ujian juga lama di mana 15 menit TOKEN ujian berganti dan jika jaringan internet putus, laptop mati maka siswa yang bersangkutan wajib memasukkan TOKEN kembali.
Siswa yang menerima masalah ini memang tidak memulai ujian dari awal tetapi waktu ujian yang berjalan akan membuatnya tertinggal dalam mengejarkan soal. Dalam mengerjakan soal UNBK untuk jumlah soal 40 akan membutuhkan waktu 3 menit 1 butir soal – jika estimasi waktu 120:40, sedangkan untuk jumlah soal 50 maka 1 butir soal dikerjakan dalam waktu 2,4 menit. Waktu yang dibutuhkan oleh sebuah laptop dalam kondisi hidup tentu saja tidak pada 120 menit di mana ini adalah waktu pelaksanaan ujian.
Laptop dihidupkan minimal 15 menit sebelum pelaksanaan ujian dalam kata wajib di mana saat komputer server dihidupkan, kabel LAN yang tersambung akan melakukan sinkronisasi kepada seluruh laptop yang akan masuk ke dalam ujian. Jika 24 laptop yang akan ikut serta maka bisa disebut ‘proses penyambungan’ ke komputer server dilakukan secara online.
Pelaksanaan ujian – meskipun meleset karena kendala teknis – adalah pukul 07.30 maka setidaknya pukul 07.15, kondisi laptop sudah harus stand by. Ditambah waktu pelaksanaan 120 menit sesi pertama, istirahat 30 menit tetapi laptop tidak dimatikan sebelum masuk lagi sesi kedua pukul 10.00, baru kemudian pukul 12.30 sampai 13.30 laptop dimatikan.
Waktu yang panjang ini kemudian membuat siswa-siswi yang paham kondisi laptop mereka menjadi khawatir. Dalam waktu yang lama, 4 hari UNBK, belum lagi simulasi dan gladi bersih dan juga siklus UAMBK yang serupa, tentu saja dipertanyakan soal baterai laptop mereka yang terus tersambung ke aliran listrik.
Dalam menyikapi hal ini, teknisi dari MTsN 1 Aceh Barat telah memberikan pemahaman yang cukup berarti sehingga siswa-siswi yang laptopnya dipinjamkan mampu memahami dengan baik. Maka, madrasah setidaknya mampu mengumpulkan 30 laptop dari 24 kebutuhan. Hal ini tentu saja prestasi lain mengingat tidak mudah menyatukan persepsi, memberikan arahan maupun dalam pandangan orang desa bahwa teknologi belum terdepan.
Laptop yang terkumpul sampai 30 unit membuat sebuah catatan penting dalam pelaksanaan UNBK di MTsN 1 Aceh Barat. Bagaimana tidak, dalam kondisi yang tidak mudah, terkendala teknis dan beragam masalah lain, dukungan yang penuh dari siswa-siswi – orang tua mereka – justru memberikan efek yang cukup berarti. Proses pelaksanaan UNBK di madrasah ini menjadi acuan di sekitar bahwa dengan kendala dan hambatan yang jelas sekali tampak dan nyata, namun madrasah mampu mencari solusi terbaik dalam pelaksanaan.
Kekhawatiran siswa-siswi memang terjawab saat 2 laptop siswa harus mendapatkan service khusus. Hal ini tidak memiliki dampak yang berarti karena madrasah telah mengantisipasi soal kendala ini. Kedua laptop siswa mendapat perbaikan sedangkan 28 lainnya telah dikembalikan seusai pelaksanaan ujian berbasis komputer ini.
Memang, dalam pengembangan komputerisasi saat ini, beberapa laptop terbaru sejak rilis tahun 2017 memiliki fitur yang menarik. Fitur ini sebenarnya menjawab keraguan siswa di mana produsen laptop telah membenamkan fitur baterai tidak akan lagi terisi apabila telah sampai 100%, meskipun aliran listrik terus tersambung. Namun untuk memastikan ini dibutuhkan pengetahuan khusus dan hanya beberapa tipe laptop dengan harga tertentu yang memilikinya sedangkan laptop yang dipinjamkan oleh orang tua siswa MTsN 1 Aceh Barat belum memiliki fitur tersebut.
Categories
Uncategorized

Haruskah Aku Menikah Muda?

Menikah Muda – Mungkin ini cerita galauku yang belum tersampaikan. Di mana-mana orang bertanya kapan aku menikah dan dengan siapa aku menikah. 
Mudahkah pertanyaan ini aku jawab dengan benar. Ibarat soal-soal pilihan ganda yang kurangkai untuk siswa di sekolah, jawaban ini teramat sulit untuk aku temukan bahkan sukar sekali jikapun aku menghitung kancing baju.
Menikah muda.

Haruskah aku menikah muda? 

Pertanyaan ini sudah tidak layak lagi untuk usiaku. Namun kamu tahu, fisik terkadang menipu, usia tak pernah berhenti untuk jalan terus ke muara yang semestinya ia berada. 
Usiaku bisa sama dengan usiamu dan bisa pula berbeda. Sebuah pernikahan telah menjadi obrolan menarik apabila orang telah selesai status mahasiswa atau bahkan telah usai SMA sekalipun. 
Karena pada masa itu, organ reproduksi sedang gencar-gencarnya berperang melawan hawa napsu. 
Siapa yang kuat bertaruh, ia yang akan menang dan mendapatkan keturunan lucu dan bahagia. Siapa yang tidak kuat, maka akan kalah sampai dianggap mandul walaupun telah menikah muda. 
Menikah muda telah menjadi pembahasan menarik karena cinta ulala itu katanya begitu indah. Namun apakah sangat mudah sekali mengatakan will you marry me? kepada siapa saja yang menurut hati telah terpaut kepadanya. 
Banyak norma dan kebiasaan yang semestinya didobrak agar benar-benar duduk manis di pelaminan. Di Aceh ada soal mahar
Di kehidupan sosial ada soal pesta pernikahan besar-besaran. Di kesiapan mental, lidah tentu takut keseleo saat ijab kabul. 
Kesiapan menikah tak hanya untuk senang-senang di hari H saja, atau di malam pertama semata, atau satu dua hari ke depan. Mental yang kuat belum tentu fisik menjawabnya. 
Fisik yang macho belum tentu mental mengokohkannya. Perpaduan keduanya yang menghantam paradigma sehingga aku dan kamu benar layak untuk meminang atau dipinang. 
Aku yang meminang, kamu menerima pinangan jika hati telah bersatu. 
Cukupkah bermain di hati saja? Darah muda terkadang berada di puncak tertinggi untuk enggan mengalah. Aku dan kamu tak akan sama dalam bersikap dewasa. 
Emosiku bisa melonjak saat piring pecah di dapur karena tanganmu menyenggolnya. Emosimu bisa ke ubun-ubun saat aku tak dapat membawa pulang semangkuk beras untuk menghangatkan malam yang dingin. 
Aku tak terbiasa berbalas pantun di pesan singkat, kamu bisa merajuk seharian. Aku lupa menelepon karena satu dan lain hal, kamu bisa lupa juga menghidangkan nasi dengan telur dadar saat aku pulang sore hari. 
Nikah muda akhirnya berharap happily ever after karena kalimat ini obat paling mujarab sedunia. Aku ingin hidup sampai tua denganmu. Aku ingin sehidup semati denganmu. 
Aku ingin. Kamu belum tentu. Pola pikirku berbeda denganmu. Cara pandangku terhadap dunia tak sama denganmu. 
Kamu berharap sangat bahagia di akhir cerita cinta, aku belum tentu mau demikian apabila kaku tak bisa berbuah romantis sekalipun. 
Bahkan, terkadang, aku mencintaimu dengan caraku sendiri tanpa perlu kuungkapkan Aku Cinta Kamu, I Love You, Saranghae, lon galak gata…
Aura yang menggebu-gebu sehingga menikah muda menjadi alternatif untuk melawan zina. Tetapi apakah hidup ini hanya untuk melawan zina saja? 
Bagaimana dengan mental yang menjadi musuh utama dalam hidupmu? Ada orang yang dewasa teramat cepat walaupun belasan tahun. 
Sebagian yang lain, di usia yang hampir kepala tiga sekalipun belum bisa memahami kedewasaan tersebut dengan benar. 
Rejeki di tangan Tuhan, jangan takut menikah muda! 
Bagiku, selama kamu masih hidup dalam keadaan lajang atau sudah menikah, rejekimu masih ada. Ini bukan soal rejeki, menikah muda soal layak atau tidak kamu bersamaku dan demikian pula aku bersamamu. 
Apa kamu akan membuka pintu lebar-lebar saat hujan lebat di malam pekat? Apa kamu akan menarik selimut untukku saat sakit mendera? 
Apa kamu akan menanak nasi walaupun lauk tak ada? Apa kamu akan menyeterikan bajuku dengan rapi walaupun pewangi dan pelicin tak tersedia? 
Soal itu, soal ringan dan tak ringan. Cinta menggelora, menggebu tetapi sangat mudah menjadi abu. 
Piring retak hancur berkeping-keping jika aku belum membawa seekor kepiting yang kamu idamkan. Kasur bisa sampai berjamur apabila sabun cuci tak sanggup kubeli. 

Apakah harus memaksa semua orang menikah muda?

Menikah itu enak, aku dianggap murahan karena belum menikah. Oleh mereka yang telah menikah. Mereka yang terus bertanya, mengusik, menghardik soal pernikahan. 
Bagaimana dengan kamu. Apakah kamu juga memaksa orang lain untuk menikah muda? Untuk segera menikah? 
Hal ini kompleks, Kawan. Helaan napasku saja berbeda denganmu. Pompaan jantungku perdetik tak seteratur milikmu. 
Bagian di luar kamu enteng saja menganggapnya manis. Bagian di dalam, aku enggan membaginya semua denganmu. 
Menikah atau tidak di usia muda, jangan pernah cengeng jikapun seekor nyamuk menggigit tidur manismu!
Categories
Uncategorized

Laptop Paling Elegan Saat Ini Hanya Milik ASUS yang Tipis dan Powerful

ASUS terkenal sebagai salah satu produsen yang kerapkali menghadirkan produk-produk unggulan, tidak hanya smartphone tetapi juga laptop. Di kategori laptop sendiri, ASUS menyasar banyak segmen dan ragam produk yang benar-benar unggul dibandingkan produk lain di kelasnya. Salah satu lini laptop ASUS adalah keluarga ZenBook yang tak lain menjadi brand paling mewah dan elegan dari produsen asal Taiwan ini. Di Indonesia, ASUS telah mengenalkan ZenBook 13 UX331IN yang tampil sangat tipis dan paling cantik di antara lain di kelasnya sendiri.
Bodi laptop ini didesain sangat ringkas dan di bagian lid cover yang diberi finishing yang menyerupai kristal. Galip Fu, Country Marketing Manager, ASUS Indonesia, menyebut, “ZenBook adalah notebook yang digagas agar selalu memberikan tampilan kemewahan kepada para pemiliknya. Lewat produk ini kami ingin pengguna memiliki true experience, tidak hanya dari sebuah notebook yang portable, namun sekaligus perangkat yang mewah dan powerful. Mulai dari melakukan editing video, memanipulasi foto, sekaligus laptop yang ideal untuk entertainment seperti menonton film dan bermain games,” 
Layar sebesar 13,3 inci menjadikan laptop ini sangat imut. Bezelnya sangat tipis yaitu setebal 6,68 mm dengan screen to body ratio mencapai 80 persen. Salah satu keunggulan dari layar ini adalah viewing angle 178 derajat yang memungkinkan pengguna bisa menatap laptop ini dalam kemiringan tertentu. Kecerahan layar laptop nini mencapai 300 nits yang memungkinkan mata tidak mudah perih dan warna yang dihadirkan sangat bersahabat. 
Warna yang dikeluarkan dari laptop ini sangat alami dan natural karena besaran angka color gamut yang mencapai 100 sRGB. Bisa dipastikan bahwa untuk menikmati video maupun foto bahkan bermain game terasa melihat keadaan yang sebenarnya. Di satu sisi, sulit sekali menemukan laptop setara layar ini di kelas serupa. 
Laptop terbaru ASUS ini terbilang sangat tipis di mana ketebalannya hanya 0,5 inci dengan berat cuma 1,12 kilogram. Dimensi laptop ini mendapat pengakuan yang menarik di mana dirinya menjadi laptop paling tipis dan ringan di dunia. Sentuhan lain adalah fitur NanoEdge display yang akan membuat layarnya benar-benar enak dipandang dan nyaman berlama-lama di depannya. 
Meskipun sangat tipis bukan berarti laptop ini bekerja seadanya. ASUS membenamkan prosesor Intel Core i7-8550U yang memiliki kecepatan 1,8 GHz dengan jumlah cache menjadi 8 buah dan bisa dipadu sampai dengan 4.0 GHz. Artinya, spesifikasi ini sangat mumpuni dan memberikan jaminan kinerja lebih baik untuk laptop di kelasnya. 
Dukungan lain adalah RAM sebesar 16 GB dan media penyimpanan berbasis SSD sebesar 512 GB. Soal grafis, ASUS percaya kepada Nvidia GeForce MX150 dengan VRAM 2 GB. ASUS menawarkan 2 pilihan untuk pasar Indonesia yaitu, pilihan pertama Core i7, 16GB RAM, 512GB SSD dengan harga Rp 19.299.000 dan pilihan kedua Core i5, 8GB RAM, 256GB SSD dengan harga Rp 16.299.000.

Main Spec. ASUS ZenBook UX331UN
CPU Intel® Core™ i7-8850U Processor, 8M Cache, up to 4.00 GHz
Intel® Core™ i5-8250U Processor, 6M Cache, up to 3.40 GHz
Operating System Windows 10 Home
Memory 8GB / 16GB LPDDR3 2133MHz SDRAM
Storage 512GB / 256GB SATA3 M.2 SSD
Display 13.3″ (16:9) LED backlit FHD (1920×1080) 60Hz, Ultra Slim 300nits
Graphics Nvidia MX150 2GB GDDR5
Input/Output 1x micro SD card, 1x audio jack COMBO,
1x Type C USB3.0 (USB3.1 GEN1),
2x Type A USB3.1 (GEN1), 1x HDMI, Support HDMI 1.4
Camera VGA Web Camera
Connectivity Built-in Bluetooth V4.2, Integrated 802.11 AC (2×2)
Audio Built-in Stereo 1 W Speakers And Array Microphone,
ASUS SonicMaster Technology
Support Windows 10 Cortana with Voice, Harman kardon
Battery 50 Whrs Polymer Battery
Dimension 310 x 216 x 13.9 mm (WxDxH)
Weight 1,12Kg with Battery
Dukungan di Indonesia Ya
Colors Deep Dive Blue, Rose Gold
Warranty 2 tahun garansi global
Categories
Uncategorized

Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK); Dilihat Boleh, Disentuh Jangan

Anies Baswedan pernah berujar, “Yang dibicarakan tentang UN saat ini adalah kejujuran, bukan kelulusan. Prestasi penting, jujur yang utama. Ujian itu tidak boleh menghalalkan segala cara. Tidak ada lagi ‘subsidi jawaban’. Ini berarti Revolusi Mental yang dicanangkan Presiden sudah mulai terlaksana,

Jelas sekali keinginan dari Anies ketika masih menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Penyataan tersebut dikutip dari laman kemdikbud.go.id (01/04/2016) artinya 3 hari sebelum pelaksanaan Ujian Nasional pada 4 April 2016. Pernyataan Anies ini sejalan dengan pelaksanaan program berkelanjutan yaitu Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK). Anies memberikan pendapat bahwa dengan pelaksanaan UNBK di tahun 2015 memberikan jawaban bahwa tingkat kecurangan adalah nol atau indeks integritas UN sampai 100%. 
Pelaksanaan UNBK tidak hanya melibatkan satu pihak saja. Di tahun 2016, Kemendikbud telah menjalin kerjasama dengan pihak-pihak terkait seperti Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), Universitas Indonesia (UI), Universitas Gajah Mada (UGM), Institut Teknologi Bandung (ITB), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) serta Kemenkominfo dan juga perusahaan telekomunikasi untuk memudahkan jangkauan jaringan internet. Kerjasama dengan Kemenkominfo sendiri sangat penting terkait pengamanan cyber di mana menjamin data aman agar kebocoran soal tidak terjadi. 
Pelaksanaan UNBK sebenarnya memberikan dampak yang sangat positif terhadap pelaksana maupun peserta ujian itu sendiri. Di antara manfaat tersebut seperti yang dikutip dari website Kemendikbud antara lain; minimnya kemungkinan soal yang terlambat datang, tertukar dan ketidakjelasan hasil cetak soal, proses pengumpulan dan penilaian jauh lebih mudah, hasil ujian nasional dapat diumumkan jauh lebih cepat, UNBK mendorong terwujudnya efektifitas, efisiensi dan transparansi penyelenggaraan UN. 
UNBK telah didasari sebagai salah satu bentuk ujian yang mengutamakan kejujuran dan juga kemampuan peserta ujian akan teknologi. Selaras dengan capaian yang ingin diraih dalam pelaksanaan UNBK ini tak lain telah mengacu kepada Sistem Pendidikan Nasional itu sendiri yang telah tertuang dalam Pasal 35 No. 20 Tahun 2003. Poin pertama menegaskan bahwa standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala. Poin kedua menegaskan bahwa standar nasional pendidikan digunakan sebagai acuan pengembangan kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan. 
Penegasan ini setidaknya telah tercapai dalam UNBK di mana standar kelulusan maupun standar proses telah diterapkan dengan benar. UNBK menghadirkan penghematan lebih besar akan menggandakan naskah soal maupun pembiayaan lain. Keakuratan kelulusan juga menjadi acuan di mana selama pelaksanaan soal hanya terlihat oleh peserta ujian, dalam arti tidak ada soal yang keluar sebelum TOKEN dirilis oleh panitia pusat sebelum jam yang telah ditetapkan. 
Ujian berbasis komputer memberikan keleluasaan bagi pelaksana ujian untuk dapat memberikan motivasi bahkan pemahaman lebih kepada peserta ujian mengenai pengetahuan kekinian itu sendiri. Di mana, tanpa disadari bahwa pengalaman menggunakan komputer telah menjadi acuan cekatan atau tidaknya seorang siswa menjawab soal bahkan untuk login dan logout di sistem UNBK. 
Tahun 2018 merupakan tahun di mana pemerataan pelaksanaan UNBK di hampir seluruh sekolah dan madrasah. Kemendikbud merilis bahwa sekitar 70% sekolah maupun madrasah tingkat SMP akan melaksanakan UNBK. Standar acuan ini barangkali mengacu kesiapan masing-masing sekolah maupun berdasarkan kesuksesan pelaksanaan ujian berbasis komputer tahun lalu. Meskipun banyak faktor penghambat, terutama sarana yang tidak memadai, tampaknya pemerintah tidak ambil pusing dan memberikan beberapa celah untuk dapat ikut ujian. 
Pemerintah memetakan syarat yang harus dipenuhi untuk pelaksanaan UNBK tahun 2018. Hal ini tertuang dalam rilis yang diterbitkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dengan tajuk Kebijakan Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2017/2018. Dalam rilis disebut status satuan pendidikan dan tempat pelaksanaan ujian berbasis komputer, di antaranya: 
  1. Satuan Pendidikan Pelaksana UN; terakreditasi, memiliki peserta sekurang-kurangnya 20 orang, dapat sebagai pelaksana dan atau tempat pelaksanaan UN, ditetapkan oleh dinas pendidikan sesuai dengan kewenangannya.
  2. Satuan Pendidikan yang Bergabung; belum terakreditasi, secara administrasi bergabung pada Satuan Pendidikan Pelaksana UN (sekolah induk).
  3. Tempat Pelaksanaan UN; memiliki sarana prasarana memadai, dapat berupa satuan pendidikan (terakreditasi atau tidak) atau tempat lain yang memenuhi persyaratan, ditetapkan oleh Satuan Pendidikan Pelaksana UN. 
Pelaksana pendidikan baik sekolah maupun madrasah yang memenuhi standar tersebut wajib ikut ujian berbasis komputer. Strategi maupun cara dikembalikan kepada sekolah atau madrasah yang bersangkutan. Satuan pendidikan yang tidak memiliki fasilitas akan mengacu kepada poin kedua di mana bisa menumpang kepada satuan pendidikan lain dengan syarat sesuai aturan yang baku dan telah disosialisasikan kepada operator UNBK. Kesanggupan pelaksanaan UNBK yang didasari atas dasar aturan itu telah baku dan diwajibkan untuk dipatuhi dengan benar oleh seluruh satuan pendidikan negeri maupun swasta. 
Pelaksana UNBK di lingkungan kerja Kementerian Agama juga mengacu kepada aturan yang dirilis oleh BSNP tersebut. Kemenag Aceh bisa disebut selangkah lebih maju berkaitan dengan pelaksanaan ujian berbasis komputer ini. Daud Pakeh adalah sosok yang tidak bisa dilepaskan begitu saja dari suksesnya UNBK di seluruh madrasah tsanawiyah maupun madrasah aliyah. Kepala Kantor Kementerian Agama Aceh ini bisa disebut sebagai ‘Bapak UNBK’ Provinsi Aceh di mana menjamin 100% madrasah di bawah lingkungan Kemenag Aceh telah melaksanakan UNBK. 
Sosok peduli pendidikan ini lantas menerima ganjaran yang cukup baik atas risiko yang telah diambilnya soal kesanggupan madrasah di Aceh untuk melaksanakan UNBK. Dilansir dari serambinews.com (2/5/2017) Daud Pakeh menerima penghargaan dari Provinsi Aceh karena dinilai telah sukses memimpin Kemenag Aceh sebagai Kakanwil yang memiliki komitmen tinggi dan sukses menyelenggarakan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) di tingkat aliyah dan tsanawiyah. Piagam penghargaan diserahkan langsung oleh Wakil Gubernur Aceh, Ir. Nova Iriansyah, M.T pada upacara Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) di Lapangan Blang Padang, Banda Aceh.
MTsN 1 Aceh Barat merupakan salah satu madrasah negeri di Kabupaten Aceh Barat yang memenuhi standar aturan pelaksana UNBK tahun 2018. Risiko ini juga diambil setelah perdebatan cukup panjang dengan berbagai pihak; guru, staf, orang tua siswa, maupun komite madrasah. Penerapan ujian berbasis komputer ini memang mengacu kepada aturan dan kewajiban dari Kemenag namun terlepas dari semua itu terdapat kewajiban tersendiri dari madrasah. Di mana pendidikan tidak mungkin berhenti di satu sektor tetapi terus melakukan pembaharuan untuk menuju lebih baik. 
Langkah yang diambil oleh MTsN 1 Aceh Barat sudah sangat tepat yang mana hasilnya juga tidak mengecewakan bahwa melebihi harapan. Keputusan melaksanakan UNBK memang sulit saat sarana dan prasarana tidak memadai tetapi atas keputusan itu akan memunculkan cara mendapatkan hasil yang terbaik. Madrasah ini telah membuktikan bahwa minim perangkat pendukung ujian berbasis komputer bisa sangat sukses. []
Categories
Uncategorized

Catatan UNBK 2018; Sebuah Pengantar dari Teknisi

Mari kita mencoba menelaah apa yang terjadi di sekitar ranah pendidikan sampai saat ini. Ragam pendapat memang tidak bisa menemukan titik temu dengan mudah, ternyata kita membutuhkan sentuhan yang lebih besar daripada hanya duduk termenung. Aktivitas di satuan pendidikan terus berlanjut meskipun tidak bisa dielak. Anak-anak akan terus tersibuk dengan proses belajar di dalam kelas maupun di luar ruangan. Perubahan kurikulum terus ditingkatkan untuk mencapai batas unggul dari apa yang diharapkan. Tenaga pengajar terus dituntut untuk profesional dan melek terhadap teknologi. 
Dulu, begitu lonceng diketuk dengan keras semua berhamburan keluar ruangan untuk mencari udara segar. Kini, saat bel berbunyi kejadian serupa juga menjadi kebiasaan namun yang kekinian adalah pola pikir dan sudut pandang. Anak zaman dulu adalah generasi malu-malu sedangkan anak zaman sekarang lebih berani, termasuk dalam urusan proses pendidikan itu sendiri. Pertumbuhan yang cepat, generasi yang bersahabat dengan teknologi, semua terpatri begitu saja dan tidak bisa ditinggalkan karena makin hari perubahan itu sangat signifikan.
Soal kertas telah berganti halaman demi halaman di depan layar komputer. Demikianlah perubahan yang tidak bisa ditutup dengan mata profesor sekalipun. Generasi sekarang telah sangat mudah tahu dan belajar banyak dari teknologi. Saat aturan mengenai ujian berbasis komputer disebut sebagai acuan kelulusan maupun kejujuran dalam ujian, maka sambutan hangat ada di mana-mana.
Kemudahan. Mungkin kata ini bisa menjadi aroma yang luar biasa terhadap pelaksanaan ujian. Di mana hanya mesin yang bekerja sedangkan manusia sebagai pelengkap saja. Tak akan ada lagi kertas yang berserak, kesalahan foto kopi, salah membulatkan kolom jawaban, salah tulis identitas, semua telah terganti dengan permainan sistem. Tugas kita hanya memastikan bahwa mesin tidak bermasalah, peserta ujian datang tepat waktu lalu membiarkan keduanya berbaur dengan santai sampai selesai pada soal terakhir. 
Siapapun bisa! Asalkan ada kemauan dan keinginan kuat maka ujian berbasis komputer yang selama ini ditakuti sebenarnya tidak menakutkan sama sekali. Madrasah pelaksana bisa mencari cara, menyiapkan sarana, memberikan kepercayaan kepada pelaksana ujian – dalam hal ini teknisi dan operator – dan juga mengawasi tiap gerak-gerik pelaksanaan ujian. Peserta ujian bukan lagi bisa namun mereka telah sangat terbiasa dengan teknologi. 
Bayangkan berapa jumlah anak-anak ujian sekolah yang main game di komputer. Benar sekali ini tidak ‘bermanfaat’ di mata sebagian orang namun sayangnya dari sini pula sebenarnya mereka terbiasa dengan teknologi. Anak-anak yang sering main game ini adalah sosok yang sama sekali tidak perlu diajarkan lagi cara login dan logout ke sistem ujian berbasis komputer. Artinya, pembiasaan dan kedekatan anak-anak dengan perangkat teknologi ini bisa dengan berbagai cara. Saya bahkan berujar bahwa ‘anggap saja ujian berbasis komputer ini seperti sedang bermain game!’
‘Permainan’ yang dimainkan peserta ujian ini dengan genre lebih serius dan menantang. Permainan ini juga bukan untuk bersenang-senang semata namun ada capaian yang akan diraih setelah itu. Dalam permainan ini tidak ada menang atau kalah tetapi siapa yang lebih unggul akan mendapatkan hasil terbaik. 
Dimulai dari ‘menyebut’ ujian berbasis komputer ini sebagai game yang memacu adrenalin, dari sini pula saya melihat peserta ujian lebih santai daripada kekhawatiran yang muncul kemudian. Saya terus-menerus berujar, ‘jawab saja soal-soal seperti sedang ikut kuis di smartphone atau di komputer!’ 
Memang, mungkin saja ‘motivasi’ ini tidak bermanfaat bagi sebagian orang yang menilai dengan sudut pandang akademis yang ribet. Jangan pernah dilupa bahwa peserta ujian masih berusia belasan tahun, masih suka senang-senang, masih gemar menggunakan otak kanan dibanding otak kiri dengan teori-teori membingungkan. Saatnya bersenang-senang dengan kebiasaan mereka itu sendiri yaitu dekat dengan perangkat ujian. 
Perangkat elektronik adalah pembiasaan di mana akan lupa tanpa dipegang. Terlepas dari bagaimana perdebatan setelah ini, pelajaran Teknologi dan Informasi (TIK) adalah kunci utama dalam menyukseskan UNBK di sekolah-sekolah manapun. Catatan penting bahwa tidak semua siswa di sekolah mampu mengoperasikan komputer tanpa diajarkan dengan benar, tidak semua memiliki laptop untuk sekadar bermain ‘game’, tidak semua orang tua mampu membelikan laptop dengan harga jutaan rupiah. 
Proses belajar komputer yang panjang dan rumit hanya akan bisa jika ditatih seperti menaiki anak tangga. Barangkali tidak dipercaya namun jika sempat singgah ke sekolah-sekolah, coba survei kecil-kecilan berapa banyak guru yang mampu mengoperasikan komputer. Maka, pembelajaran yang berbasis komputer akan sangat sia-sia di saat guru gagap komputer, malah tergantung kepada siswa di dalam kelas yang bisa komputer dengan sendirinya tanpa melewati pelajaran khusus di sekolah. Dihapusnya pelajaran TIK dari Kurikulum 2013 kemudian menjadi kontradiksi dengan pelaksanaan UNBK itu sendiri. UNBK dituntut teknologi sedangkan pembelajaran tidak mengajarkan teknologi hanya duduk manis di depan slideshow yang mungkin guru bidang studi tidak bisa membuatnya. 
UNBK dan kemampuan menggunakan komputer adalah wajib. Touchpad (papan ketuk) tidak mudah mengarahkan kursor ke jawaban benar tanpa pernah memegang laptop. Tetikus tidak akan bergerak jika belum pernah memeluknya sekalipun. Tentu, ini tidak cukup hanya dengan simulasi dan bahkan gladi bersih karena itu adalah pembelajaran dalam proses. Siapapun itu butuh waktu lama untuk mengetik sepuluh jari, menjalankan tetikus dengan benar dan sebagainya.
Catatan dalam beberapa bagian ini hanya dari sudut pandang satu madrasah semata. Namun, catatan ini menjadi penting untuk perkembangan dan pengembangan mencapai sukses pelaksanaan ujian berbasis komputer di tahun-tahun selanjutnya. []