Illiza Sa’aduddin Djamal, Wali Kota Banda Aceh main film Surga Menanti bersama Ummi Pipik – jawapos.com |
diperkosa oleh seorang ayah yang bejat. Sekelompok pemuda memperkosa seorang
gadis yang masih perawan.
Seorang anak membunuh orang tua karena harta warisan.
Orang tua mengurung anak yang diduga depresi akibat tak kunjung dapat
pekerjaan.
Eh, tapi ini berita fakta lho. Di media massa cetak
maupun online ramai memberitakan ini. Bahkan media sosial populer paling
kebakaran jenggot untuk share berita terkini.
pikir ini hanya ada di negeri dongeng saja. Kayak di film-film. Tahunya di Aceh
juga kejadian, tidak hanya di kota saja namun di pelosok yang katanya media
informasi kurang beruntung di sana.
Namun jangan salah, internet bisa lebih
kencang di pedalaman jika BTS 3G telah terpasang.
Belum lagi televisi yang
semarak dengan kekerasan melalui berita resmi maupun sinetron-sinetron tak
mendidik. Kamu search deh berita itu di internet, pasti ketemu.
Kasus-kasus
yang saya sebutkan di atas kamu tahu. Saya tahu. Mereka tahu. Film hanya
menampilkan seolah-olah kekerasan terjadi.
Sinetron yang katanya lulus sensor eh
kecolongan minta ampun. Jika di film masih bisa diatasi dengan nggak semua
orang mau nonton dan boleh nonton film ini dan itu.
Contohnya untuk film Ada
Apa dengan Cinta 2 khusus untuk mereka yang 17 atau 18 tahun ke atas. Film Captain America: Civil War dan X-Men: Apocalypse, siapa saja
boleh nonton toh cuma berantam-berantam saja kayak di negeri khayalan.
Adapula
film-film sejenis Suster Bunuh Diri, Dokter Nyesot, Malam Jumat Kliwon yang
berbau seks dari A sampai Z tentu anak-anak di bawah umur dilarang masuk
bioskop dan tidak semua bioskop boleh tayang.
Giliran sinetron di televisi, balap-balapan
kendaraan bermotor, sepeda terbang biasa saja, siapa pun boleh tonton.
itu lebih aman lho dari yang dibayangkan. Katanya, bioskop itu ladang
mesum. Memang ada orang yang hamil karena bioskop?
Ada orang yang berhubungan
seks di dalam bioskop dalam remang-remang, ramai orang, bising suara film. Oh,
cuma pegang-pegang tangan, ciuman saja, kamu saja yang ganjen.
Belum lagi
kita masih memegang teguh adat ketimuran. Tahu malu dong berbuat mesum
di tempat ramai walaupun itu gelap-gelapan.
Saya pria lho, nggak bangun “itu”
saat konsentrasi ke film dan ke orang lain di depan, belakang, kiri dan kanan!
Pemerintah Aceh itu memang sesuatu lho. Cetar membahana badai, istilah
Tante Syahrini. Sebelum tsunami – mungkin konflik – Banda Aceh pernah berdiri
bioskop yang cukup terkenal.
Tsunami menggulung Aceh, pendapat ini itu muncul
bahwa nggak boleh ada lagi bioskop di Aceh karena: rawan mesum!
DJ! Tuh di pedalaman yang nggak ada bioskop bentar-bentar sudah
hamil anak SMA. Di kos-kosan yang jauh dari pemilik kos tahunya sedang
loncat-loncat di atas kasur.
Pantai yang tersembunyi di Aceh tahunya sedang
banyak yang bahenol. Banyak jalan menuju Roma, banyak cara pula mau berbuat
salah.
Salahnya saat ini adalah mereka yang terlanjur meletakkan pemikiran di
antara selangkangan sehingga kabur antara nyata dan ilusi.
Aceh memang haram bioskop. Kata ulama. Kata pemimpin negeri ini. Kata DPR. Kata
merekalah, pokoknya.
Tapi kan, baru-baru ini Wali Kota Banda Aceh, Hj.
Illiza Sa’aduddin Djamal, main film lho, Surga Menanti, bersama
istri almarhum Uje, Ummi Pipik, Agus Kuncoro dan lain-lain. Bahkan, Bunda –
sebutan akrab wali kota cantik ini – baru saja menggelar premiere film
ini di Jakarta bersama kru film dan tentu saja pejabat-pejabat Aceh. Mesum
nggak tuh?
Surga Menanti adalah sebuah film religi. Bagus untuk menyasar masyarakat Aceh. Film
ini tentang seorang anak yang menjadi hafiz al-Quran.
Skenario film ini
ditulis oleh Dyah Kalsitorini dan disutradarai oleh Hastobroto. Film yang
diproduksi oleh Khanza Film Production dan Yayasan Syekh Ali Jaber membawa
semangat hapal al-Quran untuk generasi saat ini.
Nggak ada yang salah dengan
film ini, bahkan sangat bagus untuk di tonton oleh banyak orang seperti halnya
Laskar Pelangi.
Aceh Haram Bioskop
Salahnya
itu di Aceh nggak ada bioskop. Di Aceh haram ada bioskop. Tetapi, film Surga
Menanti itu syuting di Aceh dan dibintangi oleh orang nomor satu di Banda Aceh.
Kok bisa dapat izin syuting film di Aceh? Katanya bioskop itu tempat
mesum. Atas nama film layar lebar itu tayangnya di bioskop bukan di televisi
atau layar tancap.
Terus kok mau Wali Kota Banda Aceh ikut main? Pencitraan?
Dapat honor besar? Karena naskahnya bagus? Karena pemainnya bagus? Karena soal
agama?
sebelumnya apa yang kurang? Coba deh kamu sebutin berapa banyak film
religi yang telah diproduksi oleh pegiat film Indonesia.
Kalau mau berpikiran
mesum di mana-mana saja mentok di situ. Setingkat film Harry Potter bisa saja dibilang
mesum.
Film-film kartun Disney dikatai ngajarin hal jelek. Apa kata
jengkrik yang ikut main?
nih yang buat kecewa penonton. Apa benar untuk sekadar nonton Ibu Wali Kota
yang cantik itu kami harus ke Medan – yang terdekat dengan Aceh.
Itu sama saja
melempar devisa ke “negara” tetangga. Bioskop itu nggak salah sama sekali. Hanya
perilaku orang-orang yang salah.
Sudah banyaklah orang-orang Jakarta hamil di
luar nikah karena bioskop menayangkan ratusan film tiap tahun!
para pemangku kebijakan di Aceh teramat tinggi setingkat dewa. Masyarakat yang
nggak punya biaya cuma diminta tonton televisi dengan drama-drama impor penuh
manipulasi.
Giliran pejabat Aceh tercinta duduk manis manja di dalam bioskop
tiap kali “sidak” ke luar daerah. Di Aceh omongannya mendayu-dayu dan
merajuk-rajuk bahwa bioskop banyak mudharatnya dibandingkan manfaatnya. Nah,
kok ikut nonton juga?
mudharat mana yang disasar oleh mereka yang buta terhadap perilaku mesum
di depan mata? Perilaku mesum tanpa sangkut paut dengan bioskop sama sekali.
Bioskop
dan mesum belum memiliki kesamaan sejauh ini. Di Barat saja yang lebih moderat
hanya secuil orang berbuat “jahat” di dalam bioskop.
Siapa yang mau itu yang
ikut. Toh,
malu itu manusiawi sekali. Pemikiran mesum itu kan milik mereka yang
mengangkatnya ke layar lebar.
Nggak ada yang bicarakan, nggak ada yang peduli
dan nggak ada yang cari.
di Aceh tak ada dengan berbagai argumentasi mereka yang mungkin saja belum
pernah masuk ke dalam bioskop dan merasakan “kengerian” di dalam sana.
Wali
Kota Banda Aceh yang terlibat aktif dalam film ini kenapa tidak dicekal? Mau
nggak mau setelah 2 Juni 2016, beliau akan tampil manis di layar lebar.
Bioskop
dipandang haram sama saja mengatakan film yang sedang tayang itu haram!
kamu, anak-anak, orang tua, remaja, dewasa, konsentrasi ke depan layar dengan
suara gaduh luar biasa.
Setingkat nonton Hunger Games: Mockingjay Part 2 saja
bersama Citra Rahman, saya “ketakutan” minta ampun begitu aksi berkelahi dengan
suara menggelegar atau saat Katniss Everdeen – diperankan oleh Jennifer
Lawrence yang nggak tampil seksi dalam konotasi sebenarnya di film ini – mengendap-endap
masuk ke ruangan bawah tanah yang rawan ranjau, saya hampir pipis dalam celana.
Mau keluar bioskop rugi telah bayar dan malu sama penonton lain. Deg-degan,
ngeri, nyeri, penasaran, campur aduk jadi satu.
Kapan mau menyaluri hasrat
seksual saya saat kondisi ini jika sedang bersama pasangan?
Bang, coba nonton film yang agak gimana di bioskop. Pasti akan…,” kata
kamu.
saya nggak tonton. Saya pemilih lho, sama dengan kamu. Masa film hantu
penuh gairah di tonton juga, nanti hilang deh selera makan.
Dan kamu
tahu dong, nggak semua film bisa tayang di bioskop. Jika Aceh ada
bioskop, tim seleksi berhak untuk menayangkan atau tidak sebuah film.
Film yang
mengarahkan ke adegan dewasa, kembalikan ke distributor. Film sejenis Iron Man
atau Pirates of the Caribbean yang banyak lucunya masa dikembalikan juga?