Categories
Uncategorized

Malang Sekali, Anak Ini Kecanduan Lem sampai Mabuk

“Kami
ngelemlah, Bang!” ujar paras manis di depanku. Deru
kendaraan bermotor sayup-sayup menghilang. Hanya tinggal beberapa saja yang
lalu-lalang di jalan utama kota kami. 

Ilustrasi.

Menjelang 
dini hari tak ada yang lebih menarik selain hawa malam yang semakin
dingin, pemandangan penjual kaki lima sedang menutup dagangan mereka, beberapa
lewat dengan sepeda motor; entah pria atau wanita dengan
make up tebal
dan rambut terurai sambil melambai-lambaikan tangan kepada siapa saja di jalan. 



Dan mereka yang sedang istirahat setelah memetik gitar, mendabuh wajan plastik,
menggoyang tutup botol yang disatukan dengan kayu, maupun botol minuman
sehingga membentuk irama
comprengan.

Satu
di antara mereka yang dengan penuh nikmat merokok adalah Wahyu – nama disamarkan.
Perawakan remaja umur 15 tahun ini tampak gahar dengan kulit gelap dan rahang
kokoh. Sinar temaram dari lampu jalanan membuatku bisa mengamati rupa dari
Wahyu. Asap rokok yang mengepul ke udara tak menutupi watak keras yang tersirat
dari anak sekolahan tersebut.
“Sejak
kapan kamu ngelem?” tanyaku memakai istilah mereka.
Wahyu
tidak langsung menjawab. Embusan asap rokok dari puntung kedua saat bertemu
denganku menimbulkkan polusi. Aku terbatuk-batuk. Wahyu cuek saja dan bahkan
tak menghormati orang yang lebih tua darinya. Kehidupan di jalanan membuatnya
tak bisa membedakan lagi adab dan sopan santun, mungkin demikian.
“Tiga
tahun lalu!” tegas Wahyu tanpa beban. Sepertinya, kebiasaan yang Wahyu lakukan
bersama mereka di sini tak lain hal yang wajar. Usia belia telah terkikis
akibat konsumtif terhadap barang-barang haram yang tak biasa.

Kamu pastilah
tahu soal narkoba – jarum suntik, pil atau sejenisnya. Kamu tahu bahaya narkoba
yang sedang mengincar generasi muda. Narkoba jenis “populer” yang sering sekali
aku dan kamu lihat di televisi atau baca di internet adalah barang mahal.

Mereka
yang ingin mencoba dan ketagihan narkoba mau tidak mau harus mendapatkannya
dengan harga tak murah. Pengguna narkoba sangat mudah dilacak dengan berbagai
cara oleh pihak berwenang. Namun ini tak berlaku pada Wahyu dan mereka yang
sedang bercengkrama di depanku.

Jiwa-jiwa muda ini penuh semangat. Tawa mereka
membahana di balik malam. Langkah mereka masih jauh ke depan. Cita-cita dan
harapan bahagia seakan-akan telah terkubur dalam sekali hirup lem plastik.

“Rasanya
bedalah, Bang!” kata Wahyu seperti pernah memakai narkoba jenis sabu maupun
ekstasi. Candu terhadap lem plastik selama tiga tahun membuat Wahyu tak bisa
berkutik.

Selain murah, orang-orang tidak tahu lem plastik ini adalah jenis “narkoba”
yang lebih mematikan. Bahkan penjual tidak curiga saat Wahyu membeli lem
plastik dalam jumlah banyak.

Lepas
ngamen lewat pukul 12 belas malam di tempat-tempat makan populer kota
kami, Wahyu dan mereka yang masih berkulit lembut itu berjejer menanti malam
penuh bidadari.

Tempat nongkrong mereka adalah jalanan sepi yang jarang dilalui
orang-orang. Mereka mulai menghirup. Meresapi. Merasakan kelezatannya. Terkapar
penuh halusinasi.

Mata berkunang-kunang menahan kehikmatan sesaat yang tiada
tara. Tubuh yang sedang dalam masa pertumbuhan telah rusak hanya karena “wangi”
lem plastik.

“Abang
mau coba nikmatnya?” tanya Wahyu santai. Aku tak bisa membayangkan bagaimana
mereka terbuai dengan aroma. Hanya dengan wangi lem plastik saja mereka dapat
terbuai ke langit ketujuh, bagaimana dengan narkoba sesungguhnya?
Ngamen semalam adalah
untuk membeli lem plastik buat kesenangan. Wahyu mulai mendekati mereka yang
sebagian telah teler.

Racauan yang keluar dari mulut mereka sudah tidak
teratur. Tentang cewek, guru paling cantik, guru kiler, sampai guru
olahraga yang celananya sobek di selangkangan saat latihan voli.

Kondisi mabuk
mereka benar-benar tidak teratur, seperti berada di antara alam nyata dan
khayalan. Sebagian besar berbicara “normal” dan tahu apa yang diucapkan. Berbeda
dengan teler narkoba sungguhan yang lupa diri.

Aku
menarik lengan Wahyu. “Sampai kapan kamu akan ngelem?”
Alah,
masih muda ni, Bang. Cuma ngelem doang kok!
Aku
bertaruh pada diri sendiri. Maju mundur nggak berlaku di sini. Aku sendiri,
mereka dengan jumlah banyak. Lagian, informan yang memintaku ke sini menasehati
untuk tidak ikut campur urusan lain selain melihat dan mendengar cerita mereka.
“Mereka
lebih beringas dari harimau!” sebut informan yang bekerja di LSM tersebut.
Tak
bisa kutampik. Wahyu – mereka – itu adalah brondong-brondong yang
punya nyali dan tenaga besar. Dalam keadaan ngelem pun bisa menghajar
orang.
Aku
mundur teratur. Tingkah aneh mulai kelihatan dari mereka. Peloncoan-peloncoan
ala remaja terjadi. Di antara malam yang terus merangkak, senda-gurau mereka
tak lagi syahdu.

Mereka memang tidak lebih sepuluh orang namun jika “banyak”
dari mereka ngelem tiap malam, bagaimana setelah hari ini?

*Jenis/merek
lem plastik sengaja tidak disebutkan. 
Categories
Uncategorized

Maudy Ayunda, Harvard atau Stanford hingga Babak Akhir UNBK

Sempat berpikir, bagaimana mungkin ada orang memiliki
pemikiran seperti Maudy Ayunda. Selama menjadi guru honorer – meskipun mata di
luar sekolah memandang rendah profesi ini – belum pernah sekalipun saya
mendapati anak-anak yang tidak galau menjelang ujian.

Maudy Ayunda tentu sangat berbeda. Di mata saya sebagai
guru, artis dan penyanyi ini memiliki keistimewaan yang seharusnya melekat
dalam diri banyak siswa di mana mereka belum bekerja. Konteks Maudy saat ini
adalah seorang pekerja di dunia hiburan; dengan karya berupa lagu, film bahkan
menjadi Brand Ambassador produk smartphone
dan beberapa brand ternama lain.
Maudy Ayunda
Wawancara Najwa Shihab dengan Maudy Ayunda di akun YouTube
pembawa acara Mata Najwa, rilis tanggal 22 Maret 2019, tidak hanya membuka
wacana maupun mempertemukan gagasan antara dua wanita ‘pintar’ semata.
Saya merasakan lebih dari itu. Sebelumnya, di Twitter,
bahkan tidak hanya sekali nama Maudy Ayunda menjadi Trending Topic Indonesia dengan
tema galau memilih pendidikan magister
di Universitas Harvard ataupun Universitas Stanford.
Sebelumnya, bintang film Perahu Kertas ini memublikasikan surat
keterangan lulus di dunia kampus ternama dunia itu. Galau yang beda rasa. Pesona
Maudy benar-benar menghipnotis seluruh negeri yang kemelut dengan perkara remeh
lain. Pembawaan Maudy memang terlihat seperti kutu buku dalam suasana
bagaimanapun.
Sulit sekali saya menemukan anak muda atau anak sekolah yang
tidak hanya smart maupun memiliki
jiwa petarung seperti Maudy. Anak-anak zaman sekarang yang terbius oleh isu-isu
Hak Asasi Manusia (HAM), begitu mudah memenjarakan guru mereka. Giliran diminta
menjawab soal bukan malah senang seperti Maudy, melainkan cemberut bahkan
memasang wajah jutek kepada guru mereka.
Potret yang model begini di manapun tetap sama. Penelitian
oleh dosen, peneliti maupun siapapun itu di luar pagar sekolah, bagi saya hanya
bualan semata. Kenapa demikian? Seorang peneliti hanya memberikan kuisioner
maupun masuk kelas paling banyak sehari saja.
Sedangkan guru 3 tahun akan terus dilihat dan membentak
anak-anak bandel tanpa terkonsep dan refleks memukul kala mendapati mereka
loncat pagar. Sifat baik yang ada dalam diri guru ini selamanya tak akan pernah
terbaca oleh siapapun. Meskipun guru saat ini disudutkan tetapi mereka yang
mengajar dengan ikhlas tetap diam dan memaafkan tabiat anak-anak didiknya.
Berbanding terbalik dengan arogansi orang tua dan sikap sok pintar anak-anak
dengan rangking paling bawah.
Semua orang saat ini pasti mengagumi sosok Maudy Ayunda.
Anggun dan cantik. Pintar dan memiliki kepribadian yang disegani. Nah,
anak-anak model Maudy begini tidak pernah ‘memenjarakan’ guru mereka karena
paham konsep dan konteks pelajaran secara keilmuan maupun manfaat dalam rangka
mensejahterakan hidupnya kelak.
Saya bicara soal anak-anak karena pandangan jahat selalu
ditujukan kepada guru. Padahal, guru hanyalah manusia yang dibebankan tugas
untuk ‘mencetak’ generasi menjadi seperti ‘Maudy Ayunda’ saja. Tidak ada tugas
guru untuk mengajarkan tabiat galau-galau sehingga masalah sekecil apapun langsung
bawa polisi ke sekolah. Jika ingin menilik aturan sekolah ada yang tertulis dan
tidak tertulis. Salah satu contoh adalah mengajarkan karakter sampai kapanpun
tak bisa ditulis karena tiap anak berbeda tabiatnnya.  
Pelajaran penting dari wawancara Maudy Ayunda dengan Najwa
Shihab
bahwa peran orang tua adalah nomor satu dalam mencetak generasi terbaik
negeri ini. Tanpa perlu saya tulis, orang-orang pintar di luar sana paham betul
begitu sulitnya menembus Harvard maupun Stanford. Sama halnya mengejar rangking
1 dan 2 di kelas. Makin dikejar, makin menjauh meskipun kita telah belajar
maksimal.
Maudy Ayunda tak ubah pemeran utama drama Korea Selatan
terkenal, Sky Castle, di dalam dunia nyata. Ambisi berbicara di atas segalanya
sehingga apa yang ingin dicapai dan cita-citakan begitu mudah diraih. Bayangkan,
bagaimana bentuk pola pikir Maudy yang dengan lugas mengatakan sejak sekolah
dasar sudah ingin masuk Harvard!
Sky Castle hanya ilusi di layar kaca. Hampir tiap episode
drama ini menyebut Harvard sebagai impian terbesar seorang anak-anak pintar di
Korea, selain Universitas Negeri Seoul. Namun, cerminan ini adalah nyata dari
orang tua yang paham bentuk pendidikan seperti apa konsepnya. Sky Castle tidak
mencerminkan orang tua yang sedikit-sedikit lapor guru ke pihak berwajib.
Maudy Ayunda berada di lingkaran Sky Castle itu. Sayangnya,
di dunia nyata di mana saya berhadapan dengan siswa beragam tabiat, belum ada sosok
dengan pola pikir bahkan berambisi seperti Maudy Ayunda.
Dua tahun dengan ini, saya dipercaya sekolah sebagai
pelaksana Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK). Ujian yang dipaksakan dengan
keterbatasan alat. Saya mungkin hanya bisa mengeluh di dalam hati karena protes
itu tak akan pernah didengar oleh siapapun.
Di mana sekolah saya berbasis madrasah tsanawiyah, maka
pelaksanaan ujian tidak hanya UNBK semata di April nanti. Kami akan menghadapi
setidaknya 3 ujian berbasis komputer tahun 2019. Pertama Ujian Akhir Madrasah
Berstandar Nasional (UAMBN), kedua Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) dan
ketiga UN.
Sistem yang mapan namun alat tidak mendukung. Sekolah harus
mengemis-ngemis kepada orang tua siswa untuk menyediakan laptop, tanpa melihat
kemampuan ekonomi dari sudut pandang manapun. Ujian akhir tetap berbasis
komputer; begitu perintah pemerintah kita.
Setahu saya, Dana Operasional Sekolah atau dikenal dengan
dana BOS tidak ada anggaran untuk membeli laptop dalam jumlah banyak sekaligus.
Sulit sekali untuk menjangkau pembelian laptop rata-rata 27 sampai 30 unit
untuk sebuah sekolah tanpa boleh pungutan SPP. Maka, pelaksana ujian mau tidak
mau harus memutar otak bagaimana cara ujian akhir ini berhasil.
Di sudut lain, anak-anak malah lebih gemar melempar bola
voli dibandingkan belajar di dalam kelas. Tak ada ‘bakat’ Maudy Ayunda di
anak-anak saya ini. Mereka bebas mau berbuat apa karena yang akan ujian nanti
adalah ‘komputer’ dengan aplikasi siap pakai.
Wacana untuk menghapus Ujian Nasional yang diutarakan oleh Calon
Wakil Presiden, Sandiaga Uno, dalam Debat Terbuka Wapres, disiarkan televisi
nasional beberapa waktu lalu, mungkin hanya akan menjadi pemanis semata. Jika
memang UNBK ini tidak layak di Indonesia, dengan alasan yang telah saya
sebutkan, dan dilupakan oleh pemangku jabatan, maka hapuslah mulai sekarang. Jangan
pernah menunda-nunda karena banyak sekali mudharatnya dibandingkan manfaat.
Alasan apa dari saya? Toh,
anak-anak kita bukanlah semua seperti Maudy Ayunda, sosok yang senang ujian,
lalu bisa dengan mudah diterima 2 kampus bergengsi dunia. Anak-anak kita telah
dimanja HAM. Guru diminta untuk mengajar dengan lemah-lembut namun soal yang
keluar sewaktu UNBK – yang dibuat oleh bukan guru sebagiannya – adalah
soal-soal dengan tingkat kesulitan tinggi. Bakat dan kemampuan anak-anak yang
berbeda tentu sulit mencerna soal-soal rumit ini. Mau dibawa ke mana setelah
mereka dipaksa jawab soal tes sulit itu?
Alat bisa diakali. Laptop bisa disewa atau meminjam dengan
segala cara. Kabel LAN masih murah dijual. TP-Link juga tak mahal-mahal amat. Internet
masih aman dengan angka 500 ribuan perbulan dan unlimited. Tetapi, tabiat anak-anak kita tak seperti cerminan
anak-anak Sky Castle, apalagi membandingkan dengan Maudy Ayunda?
Mungkin, saya dipandang lemah karena di kampung. Tetapi, di
sini juga UNBK. Tak ada yang beda. Internet malah bisa lebih cepat karena tidak
banyak pemakaian dibanding dengan di kota.
Babak akhir UNBK sebenarnya belum dimulai sama sekali. Anak-anak
yang saat ini senang karena tidak ada ujian akhir, belum bisa memilih calon
pemimpin. Pihak bertanggung jawab terhadap UNBK tentu khawatir kantong bisa
menipis. Semua jadi serba salah. Semua dipaksakan dengan palu baja. Tak ada
yang peduli sekalipun terhadap operator maupun teknisi UNBK, pergi pagi pulang
malam, dalam kondisi tanpa NIP, membela UNBK itu tetap sukses.
Kita tidak sedang di Harvard maupun Stanford. Bukan pula memiliki
pemikiran sehebat Maudy Ayunda. Bahkan mungkin, saya dianggap cengeng membanding-bandingkan
segala sesuatu yang bahkan media massa cetak maupun online sungguh jarang meliput apalagi menjadikannya berita utama
atau Headline.
Perkara yang tidak mudah. Maudy Ayunda tetap memilih antara
Harvard atau Stanford. Anak-anak kita tinggal mencari kesenangan terhadap UNBK.
Pola pikir yang sedemikian terus dipoles dalam paksaan. Pesan saya cuma satu, tempatkan
apa yang ingin dicapai sesuai kemampuan karena bila tak sanggup semua itu hanya
halusinasi semata!
Categories
Uncategorized

Earphone Gaming Wasp-5 untuk Milenial Hobi Main Game

Earphone Wasp-5 dari Armaggeddon sangat cocok untuk menemani keseharian. Saat pertama menggunakannya, saya merasa begitu nyaman dengan besar headphone ini. Meskipun di tengah keramaian, besar bodi earphone dengan logo warna kuning yang kentara sekali itu, mampu meredam suara lain.
Dengar beberapa lagu dengan menggunakan earphone Wasp-5 barangkali pilihan yang cocok bagi saya. Musik tidak bisa dipisahkan dalam keseharian saya dalam berbagai kondisi, mendengar musik indah menggunakan earphone bukan saja kebiasaan tetapi keharusan. Tentu, beda sekali saat kita mendengar alunan nada dengan speaker smartphone atau notebook. Suara bising di luar tidak akan mampu merekam, bahkan untuk sebuah dialog film mungkin saja terlewat begitu saja.
Earphone Wasp-5 buat dengar musik nyaman dan aman.

Earphone tak saja pelengkap mendengar musik. Earphone Wasp-5 dilengkapi dengan dual driver yang akan membuat suara keluar disaring dengan baik. Pengalaman menggunakan earphone ini akan langsung dirasa karena teknologi terkini yang jarang ditemukan di earphone lain di pasaran.

Jika melihat dari segi fisik, jelas sekali Armaggeddon menghadirkan earphone Wasp-5 untuk gamer. Model earphone ini sangat gahar yang mendeskripsikan sisi gaming seru dan menantang. Begitu dilekatkan di telinga, kita langsung hanyut dalam dunia kita sendiri; yang mana bagian ini sesungguhnya milik gamer yang harus fokus pada dialog maupun suara game yang memberikan pertanda tertentu.
Earphone Wasp-5 sangat sensitif terhadap suara yang dihasilkan. Menariknya, Armaggeddon menyertakan microphone pelengkap yang mudah dicabut atau dipasang. Kalau misalkan menggunakan microphone suara yang di-transfer akan lebih jernih saat berbicara dengan kawan dalam game; atau menelepon seseorang. Namun, jika tidak ingin menggunakan microphone, juga tidak masalah karena earphone ini telah menyematkan dual microphone sekaligus.
Gamer yang datang dari generasi milenial barangkali sangat membutuhkan microphone tambahan, di mana mereka sering sekali berinteraksi dalam game. Microphone tambahan ini dimasukkan melalui slot di sebelah kiri yang langsung mengarahkan ke mulut. Jadi, saat kita berbicara tidak perlu lagi berulangkali karena microphone ini sangat membantu.
Ciri khas lain untuk generasi milenial adalah model dari fisik earphone Wasp-5. Gahar dan gagah. Namun tetap stylish di sisi lain. Gaya hidup generasi milenial akan makin terpenuhi sehingga earphone ini membantu saat bermain game dan juga sekadar mendengar musik menggunakan smartphone sambil menunggu pelajaran lanjutan di bangku perkuliahan.
Earphone Wasp-5 sangat lengkap.

Satu hal yang membuat saya makin suka dengan earphone Wasp-5 dari Armaggeddon ini adalah suaranya tidak suing, tidak juga memengkakkan telinga meskipun volume hampir 100%. Suaranya tetap stabil dan menyesuaikan diri dalam keseimbangan pengguna. Poin penting di mana pendengaran kita tetap aman meskipun sedang mendengar musik dalam waktu lama.

Catatan dari saya – juga berlaku untuk pemakaian earphone jenis lain – tidak dianjurkan untuk membawa tidur earphone Wasp-5. Bentuk fisiknya yang besar dan dual driver yang sedikit runcing bisa membahayakan telinga saat tidur.
Biasanya, kita cukup kesulitan untuk menaikkan maupun menurunkan volume. Earphone Wasp-5 tidak demikian. Panel untuk membesarkan maupun mengecilkan volume mudah kita jangkau pada kabel sepanjang 1.2m itu.
Banyak sekali kelebihan dari earphone Wasp-5 yang sulit ditinggalkan. Earphone dengan masa garansi 1 tahun ini dapat dibeli seharga Rp.299.000,- di Tokopedia.

Box Earphone Wasp-5 sangat mewah dan elegan.
Specifications Armaggeddon Wasp-5
Driver Diatmeter 4 x 6 mm
Driver Sensitivity 96 dB+/-3dB
Driver Resistance 16 ohms
Driver type Neodymium Dynamic Driver
Max Input Power 20mw
Available Frequency     20Hz – 20KHz
Cable Length 1.2mm+/-10%
Audio Jack 3.5mm, stereo
Color Black/Gold
Package Content 1 x Armageddon Wasp-5 Earphone
1 x Armageddon Wasp-5
detachable boom microphone
1 x S/M/L Silica ear gel
1 x PC splitter (Y-Cable)
Harga Rp. 299.000,-
Categories
Uncategorized

Siswa Bully Guru, Masyarakat Diam Karena Biar Guru Saja Masuk Penjara

Siswa bully guru. Siswa penjarakan guru – Barangkali, terlalu banyak kasus guru dilapor oleh siswa – terutama orang tua siswa – atas tindak bully atau kekerasan fisik lainnya. Namun, belum ada guru yang melapor balik atas tindakan-tindakan yang sebenarnya telah dialamatkan kepada guru oleh siswanya. Pandangan terhadap pendapat guru selalu benar masih mengawangi jati diri siswa.
Terlepas dari itu, guru melampiaskan
rasa lelah, kasih sayang dalam berbagai bentuk sampai mengakali persoalan agar
siswa mengubah haluan hidup menjadi lebih baik. 
Guru tidak hanya terpaku pada nilai-nilai di atas kertas tertulis.
Siswa bully guru biasa saja saat ini.

Guru
melakukan berbagai cara saat siswa mampu ini dan itu. Di mata siswa, guru
selalu tersalah apabila menengur mereka yang mengaduh di dalam kelas, mereka
yang pura-pura tidur saat jam pelajaran, mereka yang berburu kasih sayang
dengan mengacau pembelajaran berlangsung.

Mereka yang tidak mencatat padahal
sudah pasti tidak mampu menghapal selembar catatan dalam 10 menit ke depan,
mereka yang ingin cepat keluar karena lapangan voli menanti dengan bola
menari-nari sendiri, dan berbagai alasan lain sehingga menjadi satu kesatuan
yang sulit dijabarkan.

Alasan-alasan kesalahan selalu
dialamatkan kepada guru sebagai pemangku ‘kebijakan’ terhadap siswa. Guru yang
lepas tangan dianggap telah bermain hakim sendiri.

Tetapi, jangan lupa rumus
bahwa guru paling mampu menghapal nama
siswa pintar dan bandel di dalam kelas
.

Rumus ini saya pikir berlaku di
mana-mana. Siswa yang pintar sudah pasti mendapat perhatian dari guru. Siswa
yang bandel dan berulangkali kena teguran pasti akan dipotong rambutnya yang
mendekati bahu.

Namun siswa yang berada di garis pertengahan, tentu saja seakan
dilupakan oleh guru meski mereka tak pernah berbuat salah dan bahkan tak pernah
ikut ujian ulang – remedial.

Guru yang berbuat salah karena
memukul, memotong rambut, dengan buru-buru dilaporkan oleh orang tua dan bahkan
siswa yang selalu dapat nilai merah di raport.

Guru yang tidak mendendam dengan
senang hati menerima perlakukan bully
besar-besaran oleh siswa, orang tua bahkan mereka yang berada di luar pagar
sekolah.

Siswa Bully Guru Jadi Hal Biasa 

Hati guru yang teramat sakit kembali mengajar dan mau tidak mau harus
menaikkan nilai siswa yang melaporkannya dan mempermalukannya tersebut, ke
batas nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM), agar siswa tersebut naik kelas
atau lulus Ujian Nasional (UN).

Sebenarnya, ada rasa malu, masa guru dibully oleh siswa? Ada rasa
malu kenapa menyalahkan ‘siswa’ atas ketidakadilan yang saya alami, atau yang
dialami pula oleh guru-guru lain.

Teramat lama dalam diam, saya bercerita
tentang diri yang dihujat kata-kata dan perlakuan fisik oleh siswa. Saya hanya
berharap mereka di mana-mana sudi membuka mata atas apa yang kami alami di
dalam kelas, di perkarangan sekolah dan di mana-mana saat berinteraksi dengan
siswa.

Tempat terendah di sekolah
dimenangi oleh guru honorer. Di sini pula saya berada. Mau tidak mau posisi itu
menjadi sebuah hal yang mudah sekali jadi bully.

Coba saya ketepikan bully yang
berasal dari sesama guru maupun pandangan masyarakat. Bully dari siswa jauh lebih besar pengaruhnya daripada
anggapan-anggapan bahwa guru
honorer mereka yang bodoh tidak beruntung
.

Siswa Penjara Guru Hal Biasa Juga

Memang, tiap kejadian tidak
mungkin direkam buktinya, apalagi kejadian demi kejadian itu terjadi seketika,
tidak disengaja, dan berkenaan dengan pribadi yang harus dilindungi.

Dalam hal
ini, mereka yang harus saya lindungi adalah siswa meski di bagian lain mereka
mencabik harga diri saya sebagai guru lebih dalam.

Saya mendapat bully bukan sekali dua, tetapi berulangkali
dan diterima atau tidak hanya waktu yang mengalir dalam kenangan. Bully yang saya terima entah itu bagian
sensitif yang mesti diceritakan atau bagian lain yang perlu diabaikan.

Namun,
bagian apapun itu adalah pertimbangan untuk menghargai posisi masing-masing, di
mana ada batasan antara guru dan siswa.

Saat Ditanya “Kapan Kawin?” oleh Siswa

“Kapan kawin?” adalah pertanyaan
yang menjadi persoalan panjang bagi siapapun yang masih sendiri. Bagi sebagian
orang mungkin wajar, bagi sebagian yang lain mungkin tidak.

Entah bagaimana,
siswa di sekolah mudah memberi pertanyaan demikian kepada saya.

Semula saya
pikir biasa saja, namun belakangan menjadi sebuah bully yang tidak bisa saya berantas. Begitu saya lewat di depan
mereka, di depan kelas, lantas beberapa suara dengan lantang bertanya.

Bicara wajar tidak wajar tentu
kembali ke penilaian masing-masing. Pertanyaan saya adalah, wajarkah seorang
siswa mengusik guru dengan pertanyaan demikian?

Dalam pertemanan saja,
pertanyaan ini menjadi bully yang
mematikan sampai orang yang ditanya diam atau gagap dalam mencari
alasan-alasan.

Jika sedang bersama teman mudah saja saya menjawab asal-asalan
sambil bercanda. Di depan siswa? Tentu tidak mudah. Risau itu berulangkali
karena ada siswa yang cukup sering bertanya.

“Pak, kapan kawin?”
“Pak, kapan kami dapat undangan?”
Terus terulang sampai frustasi
dan merasa harus melempar suara keras ke sisi mereka. Saya tidak bisa melakukan
apa-apa meski hati terusik. Di sisi berbeda saya malu kepada siswa-siswa lain
yang melihat dengan tatapan iba.

Saya merasa tidak bernyawa untuk mencari
jawaban atas pertanyaan itu. Pertanyaan dari siswa paling meresahkan daripada
pertemuan jodoh yang diusulkan oleh sesama guru.

“Kapan kawin?” memang pertanyaan
mudah. Sayangnya pertanyaan itu menjadi bully
mematikan karena ditanya oleh siswa saya sendiri. Saat orang lain, teman atau
kerabat tidak pernah bertanya, siswa-siswa ini mudah sekali meresahkan
kehidupan pribadi saya.

Sekali bertanya mungkin tidak masalah, berkali-kali
saya malu sendiri yang berpacu apakah benar saya tidak punya jodoh atau malu
karena tidak pernah pamer punya pasangan di depan siswa-siswa.

Tetapi kembali
lagi, apakah itu penting? Apakah saya harus melampiaskan semua kehidupan
pribadi di depan siswa?

Saya Menegur, Mereka Merekam dan Share ke Youtube

Guru menjaga privasi siswa di
luar perkarangan sekolah. Saya harap semua siswa paham akan hal ini. Siapapun
siswa yang paling bandel hanya akan dikenang guru di dalam perkarangan sekolah
saja. Sayangnya, siswa melakukan hal sebaliknya. Bahkan, lebih parah karena
pengaruh teknologi masa kini yang mudah dan memperdaya siapa saja.
Guru menegur bahkan sampai
marah-marah di dalam kelas karena kebutuhan siswa itu sendiri. Kapan guru marah?

Saat si ganteng di sudut kelas tidur, saat si cantik sibuk memoles bedak di
wajah, saat si banyak bicara mengajak teman diskusi tentang pacarnya atau
saat-saat lain yang dipahami benar oleh guru dan siswa.

Lalu, saya menegur
bahkan sampai marah ketika itu karena alasan untuk kebaikan mereka yang tidak
mengerjakan tugas. Balasan yang saya terima setelah membubuhkan nilai tinggi
untuk mereka adalah sebuah tayangan video di Youtube.

“Bang, kok gitu ya anak kelas itu main rekam abang lagi ngajar,” ujar
teman sesama guru.
“Saya nggak tahu, lihat di mana?”
“Tadi anak-anak share ke media sosial, mereka pada ribut
dan marah-marah gitu sama yang upload,”
Sesaat saya merasa apa yang
dilihat saat itu adalah gelap. Urat-urat bermunculan di sisi kiri dan kanan
kening saya. Entah apa yang bisa saya lakukan. Malu sudah pasti.

Siswa Tidak lagi hormat pada guru sama dengan siswa bully guru. 

Tetapi memberi
teguran lagi kepada siswa yang disebut teman saya barusan, menjadi persoalan
yang kompleks.

Harga diri saya sebagai seorang guru telah jatuh ke lubang yang
berduri, tertusuk di sana-sini dan tidak ada tangga untuk naik ke permukaan. Saya
bingung mencari kesalahan-kesalahan. Satu orang berbuat, amarah saya meledak
untuk semua isi kelas.

Maka, persoalan tidak menyayangi
anak bandel di sinilah letaknya. Bully
yang saya anggap besar-besaran di dunia maya itu terus berlanjut. Guru lain
bertanya tentang video itu. Siswa juga bertanya. Saya ditegur kepala sekolah. Saya
malu bertemu orang yang pernah menonton.

Akhirnya, apa yang telah saya ajarkan
tidak berguna untuk mereka yang duduk manis di dalam kelas. Proses yang panjang
untuk saya dapat bangkit dari masalah ini, saya benar-benar frustasi kala itu
dan memutuskan tidak masuk lagi ke kelas yang merekam aktivitas saya mengajar
tersebut.

Keputusan yang salah bagi banyak orang. Tetapi, saya guru honorer
yang juga mempunyai harga diri.

Siapa yang meminta mereka membully saya di internet? Jangan pernah
lupa filosofi, gara-gara nila setitik
rusak susu sebelanga
, karena kejadian itu pula, gara-gara satu anak yang
bangga dengan smartphone miliknya,
merusak seisi kelas karena guru lain tidak mau mengajar pelajaran Teknologi
Informasi (TIK) karena keterbatasan ilmu tentang pengoperasian komputer.
Efek bully video di internet itu berdampak panjang. Sikap saya berubah
sebagaimana mestinya. Orang-orang menyebut ‘jahat’ tetapi bagi saya itu adalah
pelampiasan dari apa yang saya takuti. Saya bersabar dalam diam dan tidak
memperpanjang masalah.

Saya tidak mengumbar apapun ke luar lingkungan sekolah.
Tetapi ini dunia maya, ini mudah diakses oleh siapa saja, maka wajah saya yang
dikenali menjadi tanda tanya apa yang terjadi.

Siswa bully guru orang lain diam saja, guru tampar siswa orang lain penjarakan guru.

Tidak mudah untuk saya bangkit
dan masuk kembali ke dalam ruang belajar. Laboratorium komputer yang bergorden,
remang jika tidak dihidupkan lampu, panas jika pendingin ruangan mati, menjadi
sebuah ketakutan pelik. Aturan sekolah yang kemudian tidak membenarkan siswa
membawa ponsel, tidak bisa begitu saja diterima oleh akal sehat saya.

Saya
harap-harap cemas, mata saya jalang ke mana-mana, saya curiga, saya jadi diam,
saya hanya menampilkan slideshow dan
tugas yang harus dikerjakan melalui projektor. Saya tidak bisa bersuara, saya
bingung bergerak, saya hanya duduk di bangku guru, di depan komputer yang
terhubung ke projektor.

Tidak mudah mengambil kesimpulan
atas apa yang saya alami. Beberapa siswa mengeluh ke guru lain, saya tidak
seperti biasa.

Tetapi saya tidak bisa mengajarkan mereka dari dekat, saya tidak
bisa menatih mereka belajar mengetik dengan cepat, saya tidak bisa ke depan desktop di depan siswa karena saya
khawatir. Seolah gerak-gerik saya direkam oleh kamera di mana-mana.

Batu Dilempar Melalui Pintu

Saya dilempar batu. Ya. Saya guru
yang dilempar batu oleh seorang siswa. Saya tidak tahu maksud tersembunyi dari
itu tetapi juga tidak ada penyelesaian dari ini.

Saya sedang berada di dalam
kelas, mengajar seperti biasa, lalu batu-batu kecil ‘kerikil’ dilempar oleh
seorang siswa dari pintu masuk.

Batu-batu itu berserak dan membunyikan suara
yang gaduh. Saya tersentak, siswa yang melempar batu cekikikan dan lari ke arah
berlawanan.

Saya melongo beberapa saat. Pelajaran
yang diajarkan buyar. Saya tidak tahu akan berujar apa. Saya bingung mau
berbuat apa. Apakah saya harus meninggalkan kelas atau berdiri kaku di dalam suasana
yang tidak memungkinan.

Kelas mulai ribut, sebagian besar dari mereka mengutuk
siswa yang baru saja melempar batu. Mereka meminta saya melapor ke kepala
sekolah. Sebagian dari mereka ingin main hakim sendiri.

Tapi saya, tidak ada ucapan
apa-apa. Selama mengajar di sekolah ini, tidak ada masalah yang terjadi antara
saya dengan siswa. Tidak ada pula pribadi yang saya usik sehingga siswa
mendendam kepada saya. Tangan yang mulai bergetar dan mata perih, saya
memutuskan keluar ruangan.

Saya menghela napas panjang dan berlari kecil ke
kantor lalu terduduk di kursi dengan napas tersengal-sengal.

Saya baru saja dibully oleh seorang siswa, di depan siswa
saat saya mengajar pelajaran Fisika. Siswa banyak yang menyukai saya dan begitu
kejadian seperti ini terjadi, emosi saya memuncak lebih tinggi. Saya tidak tahu
harus melapor ke siapa dan harus berbuat apa.

Siswa tidak lagi santun pada guru.

Namun berita cepat tersebar,
siswa yang melempar batu hanya mendapat teguran dari wali kelas dan guru
bimbingan konseling.

Tentu, saya tidak memperpanjang masalah, saya tidak
mengambil jalan lebih panjang, saya tetap masuk ke dalam kelas siswa yang
melempar batu.

Rasa enak tidak enak mendadak
muncul. Saya yang menjadi korban jadi pusat perhatian dan bisik-bisik dari
siswa lain. Apakah karena saya guru honorer lantas berhak diperlakukan dengan
kekerasan? Entah, saya tidak tahu definisi orang-orang menilainya.

Saya mencoba
bersabar, saya menjalani apa yang mungkin saya mampu, tetapi pada akhirnya saya
menyerah. Beban batin terlalu berat untuk saya tetap bertahan.

Sisi yang entah
bagaimana menyebut, sudah tidak dibayar dengan wajar malah kekerasan – bully – yang memalukan yang saya dapat.

Akhirnya saya memilih
meninggalkan sekolah setelah sering kaku, tidak fokus dan sering hilang hasrat
mengajar. Saya berpikir, ketakutan saya lebih besar dari itu.

Saya lebih
memilih keluar dari sekolah daripada nanti kena pukul palu tetapi tidak ada
biaya untuk mengobatinya.

Saya tidak pamit kepada siswa-siswa pada akhir
semester. Saya hanya berujar terima kasih kepada kepala sekolah dan guru-guru
yang telah menerima saya selama ini.

Saya beralasan ini dan itu namun tidak
saya sebut tentang bully. Saya ingin
melupakan dan tidak ingin mengingat masa itu.

Kasus Bully pada Berbagai Persepsi

Kasus bully bisa saja berawal dari ejekan terhadap hal-hal kecil. Bully atau perundungan ini bisa dialami
oleh siapa saja dan bisa diperlihatkan efeknya dan tidak. Orang yang memiliki
mental baja akan mudah melupakan pernah dibully.

Namun berbeda dengan mereka yang emosionalnya sering kalut, maka sekali kena bully dalam beberapa waktu akan
merasakan mengakarnya ketakutan tersebut.

Elise Dwi Ratnasari kepada CNN  Indonesia (23/07/2017) melaporkan bahwa
ejekan adalah perkara awalnya kasus bully
yang terjadi di Thamrin City.


Bully sebenarnya
telah terjadi di mana-mana hanya saja luput dari pandangan atau korban tidak
melapor sehingga kasus tidak terangkat ke permukaan.

Alasan saya tidak melapor
saat terjadi kekerasan fisik misalnya, karena pertimbangan di mana hubungan
batin guru dan siswa masih kuat sekali.

Saya menjaga hubungan baik ini meski
terkadang siswa tidak melakukannya. Tetapi, konteks apapun itu saya tetap –
merasa – korban atas perlakuan tersebut.

Seto Mulyadi atau dikenal dengan
panggilan Kak Seto memberikan pandangan bahwa, “Bullying sudah banyak terjadi tetapi kadang kita cuek enggak
peduli. Jadi, seperti kok terus
terulang dan tidak ada tindakan yang lebih tegas.

Siswa pukul guru tak dipenjara.

Jadi, satu-satunya cara kita
harus tegas melakukan satu gerakan nasional anti-bullying. Bullying kadang
ada yang menganggap suatu yang biasa sudah tradisi, jadi stop berpendapat seperti itu. Karena rantai bullying yang terus bergulir ini
harus diputus. Tapi ya itu harus ada keseriusan dari kita semua,” (okezone.com,
19/07/2017).

Pandangan Kak Seto tentu berdasar
kepada banyak persoalan yang terjadi akibat bully.
Fenomena yang terus terjadi mau tidak mau menjadi permasalahan panjang.

Anak kota
yang memiliki orang tua modern, begitu mengalami depresi akibat bully langsung melarikannya ke psikolog.
Anak di pelosok, mereka hanya tahu sedang ‘dikerjai’ teman lalu bungkam seribu
bahasa meski fisik jadi korbannya.

Reza Indragiri, pengamat
psikologi kepada okezone.com (18/07/2017) menyebut, “Bully di sekolah bukan hal sepele. Saking seriusnya, sampai
ada yang melakukan bullycidesuicide yang diakibatkan oleh
penderitaan tak tertahankan akibat menjadi korban bully,”
Anak yang lemah menjadi sasaran bully itu sendiri. Mereka yang berkuasa
seakan-akan memiliki banyak cara untuk merampas yang tidak seharusnya. Apa yang
terjadi kepada saya sebenarnya sama halnya yang terjadi kepada siswa.

Bedanya,
saat saya mengalami bully, pandangan
demi pandangan merasa iba, kok tega siswa
itu merendahkan gurunya
. Saya tidak ada pertolongan meski hati menjerit
kesakitan.

Saya tidak mampu minta tolong dan mengadu dengan berbagai alasan
yang makin menjatuhkan harga diri saya.

Lalu, yang terjadi kemudian
adalah memberi vonis bahwa saya sombong. Padahal, inilah efek dari bully yang pernah dialami. Saya tidak
menegur karena cemas akan disebut begini dan begitu. Saya jadi pendiam karena
takut salah berbuat.

Kecemasan panjang ini menjadi mainan sehari-hari korban bully. Mereka harus menelan pil pahit
ini sampai waktu yang lama. Jika sakit badan bisa segera diobati, sakit batin
tidak semudah itu.

Jika anak yang mengalami bully
bisa mendendam, mana mungkin saya mendendam kepada siswa? 

Mungkin ini hanya curahan hati semata. Tetapi, saya berharap LPSK memberikan masukan berarti untuk ‘ocehan-ocehan’ guru lain yang sedang dalam proses mediasi dengan siswanya. Diam bukan pilihan karena itu tulisan ini ada.

Kenangan lama saya biar berlalu, masa mendatang adalah apa yang bisa dibantu untuk menyelesaikan masalah-masalah pelik ini.

Jika siswa mudah melakukan bully terhadap guru mereka, sudah besar kemungkinan mereka membully sesamanya. Bukankah ini menjadi pekerjaan rumah yang berat di dunia pendidikan kita? 

Categories
Uncategorized

A Taxi Driver: Film ‘Sederhana’ dengan Banyak Penghargaan

Dibuka dengan sedikit aksi ‘curang’, A Taxi Driver mengalir menjadi film yang tak ingin ditinggal begitu saja. Begitulah pelaku dunia hiburan Korea Selatan, seolah tak ingin bermanja dengan satu tema universal – asmara – sehingga film yang dilahirkan sangat beragam. Apik dan menawan tentu saja. Saya hanyut dalam scene pembuka dengan sebuah kecurangan tersebut; mencuri rejeki orang yang kemudian membawa malapetaka!
Salah satu scene dalam A Taxi Driver – cloudfront.net
Song Kang Ho sangat tidak menarik
jika selama ini kita hanya terbuai dengan tokoh utama drama Korea Selatan, yang
mulus bagai persolen. Kang Ho adalah pria gemuk yang tidak tampan bahkan
memiliki daya tarik lain dari segala bentuk fisiknya.

Namun, sebagai Kim Man
Seob, sopir taksi yang mengalami krisis keuangan panjang setelah istrinya
meninggal, menjadikan sosok Kang Ho sebagai tokoh penting dalam kesuksesan film
ini. Sopir taksi yang selalu sepi penumpang ini harus membiayai hidupnya dan
juga anak perempuannya – 11 tahun – yang selalu ditinggal sendiri di rumah
kontrakan, dengan pemilik rumah semena-mena terhadapnya.

Mula dari kericuhan hatinya itu,
saat Man Seob ingin membelikan sepatu untuk putrinya. Di sisi lain, rongrongan
pemilik kontrakan juga menjadi sebuah ‘teguran’ panjang untuk dompetnya. Mulailah
babak pilu dalam sebuah dialog di warung makan, di mana sopir taksi berkumpul
untuk makan siang.

Man Seob mencuri cerita dari meja lain, lantas cerita itu
yang kemudian mengantarnya berkenalan dengan penumpang berharga. Turis Jerman
yang tak lain adalah seorang wartawan, Jurgen Hinzpeter, diperankan Thomas
Kretschmann seorang bule yang telah banyak bermain dalam film lintas negara.

Man Seob mencuri start menuju Hinzpeter yang telah
memesan taksi sebelumnya. Pendengarannya yang peka, iming-iming ongkos yang
menggiurkan, Man Seob menarik pedal gas dengan kencang sekali menuju 100.000
won.

Senang hati Man Seob berubah senyap saat pada scene-scene berikutnya. Man Seob yang tidak tahu-menahu, memacu
kendaraan reotnya menuju Provinsi Gwangju pada musim dengan daun-daun
berterbangan di Mei tahun 1980. Taksi hijau miliknya menembus jalanan sepi
menuju tempat yang diinginkan oleh Hinzpeter.

Wartawan yang bosan dengan berita
bahagia di Jepang menapak tilas ke Korea Selatan dengan satu tujuan utama; membuka tabir kebengisan militer di Provinsi
Gwangju
, dan itu tidak diketahui oleh Man Seob. Pria gemuk itu hanya tahu
dirinya mengantarkan Hinzpeter ke tempat yang jauh dari Seoul, lalu pulang
dengan membawa ongkos taksi yang lebih dari cukup untuk membeli sebuah sepatu
cantik lalu diberikan kepada putrinya yang sedang bahagia menanti!

Hinzpeter seorang wartawan Jerman yang meliput kekejaman militer di Gwangju – blogspot.com
Jang Hoon mengarahkan A Taxi
Driver menjadi film yang lucu dan sedikit ‘konyol’ tetapi menegangkan pada
beberapa bagian. Eom Yu Na menulis dialog-dialog yang menegangkan bahkan
mengelikan antara Man Seob dan Hinzpeter.

Sopir taksi hampir paruh baya itu
seolah berbicara dengan dirinya sendiri dalam dialog bahasa Inggris yang
terkumur-kumur. Hinzpeter yang tidak mengerti dan bahkan terjadi kesalahpahaman
antara keduanya, membawa kepada pertengkaran kecil yang kemudian menggunung
saat mereka dihadang oleh jalan yang ditutup.

Man Seob sempat menghentikan
taksinya, berdialog lagi dengan Hinzpeter dalam bahasa isyarat panjang namun
juga tidak curiga apa yang terjadi di depan matanya nanti. Hinzpeter adalah
wartawan yang membidik rahasia sampai ke ubun-ubun hatinya. Tak terbersit
sedikit pun bahwa mereka akan menuju ke medan ‘perang’ kepada sopir taksi yang
emosi dan meringis sendiri. Man Seob juga seakan bodoh dengan kamera yang
dipegang wartawan itu; karena kembali lari kepada berapa won yang akan ia terima.

Kota yang sepi. Beberapa orang
yang mereka lewati terdiam dan menuduk lesu. Pintu rumah dan toko-toko tertutup
rapat. Lalu pintarnya Man Seob naik ke permukaan, ia tahu telah ‘ditipu’ oleh Hinzpeter
dengan 100.000 won. Perdebatan panjang terjadi saat mereka bertemu dengan
mahasiswa yang sedang arak-arakan di jalan.

Mata hati Man Seob baru terbuka
lebar saat bertemu Gu Jae Shik yang diperankan dengan singkat namun apik oleh
aktor tampan Ryu Jun Yeol. Jae Shik pada beberapa bagian menjelaskan apa maksud
Hinzpeter kepada Man Seob. Emosi meledak tetapi tidak bisa kembali dengan mudah
karena Hinzpeter belum membayar ongkos taksinya.

Film yang diproduksi dengan total
biaya 15 juta won ini membawa cerita dari sudut pandang seorang sopir taksi.
Sudut yang unik dan menyentuh dengan keinginan-keinginan Man Seob untuk segera
kembali ke Seoul; karena ia takut telah
meninggalkan putrinya seorang diri
.

Man Seob lantas goyah mengingat
‘sepatu’ untuk putrinya yang belum dibeli. Sopir taksi itu memutar haluan untuk
kembali pulang ke Seoul dengan meninggalkan Hinzpeter dalam medan pertempuran. Nama
juga film, dan Man Seob adalah tokoh utamanya, maka ia harus kembali ke ‘arena’
di mana ia seharusnya berada.

Wawancara dengan Jae Shik, mahasiswa yang bisa berbahasa Inggris – blogspot.com
137 menit terasa cepat di awal
namun tersendat-sendat di bagian pertengahan sampai akhir. Meski demikian,
tidak membuat film ini terasa bosan, setiap babak dihadirkan dengan menawan
sehingga memunculkan bekas berkepanjangan.

Misalnya, babak di mana Man Seob
terpaksa ‘tanpa sengaja’ kembali ke Gwangju karena alasan seorang nenek
meradang di jalanan begitu tahu anaknya masuk ke rumah sakit. Alih-alih Man
Seob bisa kembali ke Seoul, ia harus tertahan di rumah sakit yang sesak dengan
‘korban’ kekerasan militer.

Ia kembali bertemu dengan Hinzpeter, Jae Shik dan
sopir taksi baik hati Hwang Tae Sool, diperankan oleh Yoo Hae Jin. Kemudian
sopir taksi baik ini yang mengantarkan cerita berbeda dalam sebuah pertolongan
pulang Man Seob dan Hinzpeter ke Seoul.

Ada saat, di mana perdebatan
panjang kembali antara Man Seob dengan Hinzpeter yang masih ingin segera
pulang. Perdebatan kecil itu menjadi awal sebuah kerusuhan atau lebih tepatnya
penangkapan mereka oleh intel militer berkuasa.

Man Seob sempat pulang kembali
ke Seoul setelah mengambil ongkos taksi – setengah bagian dari yang dijanjikan
– melalui jalanan sepi. Sopir taksi ini kemudian memutar haluan setelah di
suatu rumah makan melihat pemberitaan yang tidak benar terhadap apa yang
terjadi di Gwangju. Ia memutar kembali stir menemui Hinzpeter yang pada saat
itu tengah berjuang meliput berita bersama Jae Shik.

Ryu Jun Yeol memerankan mahasiswa Jae Shik yang banyak membantu Man Seob – hancinema.net
Akhir cerita yang tragis, bisa
saya sebut, film Korea Selatan memang seleranya selalu begitu. Jae Shik
meninggal setelah menerima pukulan bertubi-tubi dari militer berkuasa, Tae Sool
dan beberapa sopir lain ikut menjadi korban saat menghalau pasukan militer yang
mengejar Man Seob dan Hinzpeter pulang ke Seoul.

Bagian akhir yang bagai dipacu
kencang membuat degup jantung seakan berhenti. Man Seob melewati banyak
rintangan namun ia lantas bertemu dengan seorang militer baik hati di salah
satu pos penjagaan. Karena seorang militer ini, Man Seob berhasil membawa Hinzpeter
kembali ke Seoul dengan berita menegangkan di Provinsi Gwangju.

Barangkali, ini bukan lagi
menjadi spoiler tetapi cerita singkat
dari kemasan menarik film yang rilis pada 02 Agustus 2017. Bisa saya sebut,
Korea Selatan ‘menutup’ akhir tahun dengan film sederhana – kemasannya – namun
berhasil menarik penonton lebih dari 12 juta orang. Bahkan di hari ke-11, A
Taxi Driver telah meraih 7 juta penonton dan dalam 5 hari meraup 4 juta
penonton! (liputan6.com, 14/08/2017).
Film yang meraih keuntungan
sampai USD 88,4 juta ini berhasil mempertahanan box office dan mengalahkan film-film lain yang dibintangi aktor
populer dan tampan.

Kesuksesan film ini di negeri asalnya membawa pengaruh
besar, salah satunya menjadi perwakilan Korea Selatan ke ajang bergengsi dunia,
Academy Awards (OSCAR) ke-90 untuk kategori Film Berbahasa Asing Terbaik. Presiden
Korea Selatan, Man Jae, juga ikut menonton film yang diangkat dari kisah nyata
ini. (bintang.com, 22/08/2017).

Mengenang Sejarah dari Kacamata Orang Biasa

Sejarah, menyebutnya saja seperti
nyesak di dada. Namun tanpa sejarah
maka tanpa kita. Sebuah film kemudian menjadi saksi sejarah yang kelam jika
diceritakan dengan sudut pandang seperti yang umum kita tonton selama ini. Namun,
sejarah kelam itu bisa menjadi tontonan yang ‘ringan’ manakala dikemas dari
sudut pandang yang berbeda; lain daripada yang lain.
A Taxi Driver adalah kemasan unik
dan menarik itu. Jang Hoon menghadirkan sosok Man Seob dengan sederhana namun
begitu kuat dalam sosok sebenarnya. Ia memegang kendali dari keseluruhan film
tersebut sampai kemudian penonton terkesima.

Kacamata sejarah dari sudut
pandang orang biasa, yang bisa disebut nggak penting tetapi sebenarnya dia memiliki
peran yang cukup penting. Sosok Man Seob yang mengantarkan berita masuk ke
media massa dan mengakhiri konflik di Gwangju. Tanpa pedal gasnya dalam
menghalau pos-pos militer dan jalanan sepi, maka mungkin saja kisruh di daerah
itu terdiam begitu saja.

Man Seob sedang menghitung pemasukannya – korea.iyaa.com
Orang biasa yang dianggap tak ada
sebenarnya adalah saksi bisu dari sebuah kisah, sejarah maupun perjalanan
panjang lainnya. Tinggal kita mencari orang-orang ini lalu menghadirkan kisah
menarik untuk dipersembahkan kepada pembaca maupun penonton.

Penulis dan
sutradara film ini saya kira sangat piawai mencari tokoh penting tak kasat mata
tersebut. Semua bermula dari wartawan Jerman yang ingin kisahnya diabadikan
dalam bentuk film. Memang, di akhir film disebut bahwa Hinzpeter ‘mencari’
sahabatnya, si sopir taksi Man Seob yang sampai kini tak kunjung ditemuinya.

Man Seob adalah kacamata biasa
yang membawa penerangan kisah itu. Ia datang tanpa sengaja, terdesak waktu dan
terbuai oleh uang karena alasan kebahagiaannya yang tertunda. Kisah sederhana
ini membingkai film yang benar-benar menegangkan dan menghibur dalam tiap
babak.

Penonton akan terkesima karena alur cerita yang tak biasa – tak banyak
arak-arakan pendemo – pemandangan indah Korea Selatan, dan juga ketegangan dan
kesedihan di akhir cerita. Memang tiada bahagia yang terlihat pasti tetapi film
ini cukup baik dalam penggarapan tema biasa menjadi luar biasa.


Film ‘Sederhana’ dengan Banyak Penghargaan

Sebenarnya, tema film ini cukup
berat tetapi karena berangkat dari sudut pandang yang berbeda, menjadikannya
begitu ringan dan enak dinikmati. Man Seob hadir sebagai sosok yang santai,
kadang-kadang emosional, tetapi bisa membuat tawa di beberapa scene.

Meski begitu, A Taxi Driver
adalah film ‘sederhana’ yang merangkai banyak penghargaan selain berkompetisi
di OSCAR. Di luar nominasi di berbagai kategori, berikut ini saya sertakan
penghargaan yang berhasil di bawa pulang oleh Kang Ho dan tim film taksi hijau
ini.

Buil Film Awards ke-26

Ajang penghargaan yang diadakan
oleh Busan Ilbo ini memberikan penghargaan tinggi kepada A Taxi Driver. Di
antara penghargaan yang diterima adalah Best Film, Best Actor untuk Song Kang
Ho, dan Buil Readers’ Jury Award untuk Jang Hoon. Meski di beberapa kategori
seperti Best Cinematography, Best Music, Best Art Direction, tidak berhasil
membawa pulang piala, tetapi film ini tetap mencuri perhatian di ajang
tersebut.

Fantasia Internasional Film Festival ke-21

Dalam ajang penghargaan
internasional ini, A Taxi Driver hanya menerima satu kemenangan saja untuk
aktor yaitu Song Kang Ho (Best Actor). Diliriknya oleh penghargaan yang berada
di Montreal, Kanada, ini memberikan dedikasi tinggi terhadap film tersebut yang
tidak hanya jaya di dalam negeri tetapi juga di luar negeri sekalipun.

Grand Bell Awards ke-54

Ajang penghargaan yang juga
bernama Daejong Film Award diadakan oleh The Motion Pictures Association of
Korea sejak tahun 1962. Ajang penghargaan ini memberikan nominasi cukup banyak
kepada A Taxi Driver namun hanya dua saja yang meraih kemenangan, Best Film dan
Best Planning.

Di antara nominasi yang tidak berhasil dibawa pulang piala
antara lain Best Director (Jang Hoon), Best Actor (Song Kang Ho), Best
Screenplay (Eom Yu Na), Best Music (Jo Yeong Wook), Best Art Direction (Cho Hwa
Sung dan Jeong Yi Jin), Best Costume Design (Cho Sang Kyung), Best
Cinematography (Go Nak Seon), Best Editing (Kim Sang Bum dan Kim Jae Bum), dan
Technical Award.

Korean Association of Film Critics Awards ke-37

Penghargaan yang diberikan oleh
Korean Association of Film Critics ini memberikan dua kemenangan untuk A Taxi
Driver, yaitu Top 10 Films dan Best Supporting Actor untuk Yoo Hae Jin.

The Seoul Awards

Penghargaan yang baru pertama
kali diadakan ini diadakan oleh Sports Seoul dilaksanakan di Grand Peace
Palace, Kyung Hee University, memberikan kemenangan kepada Song Kang Ho sebagai
Best Actor dan nominasi kepada A Taxi Driver di Grand Prize, yang selanjutnya
dimenangkan oleh Anarchist from Colony.

Asian World Film Festival ke-3

Penghargaan ini berada di Los
Angeles, California yang disponsori oleh Sher-Niyaz. A Taxi Driver menang di
tiga penghargaan, yaitu Special Mention Award untuk Song Kang Ho, Best Picture
dan Humanitarian Award untuk film itu sendiri. Menariknya, penghargaan ini
menjadi batu loncatan untuk dikenal lebih luas oleh masyarakat dunia.

Blue Dragon Film Awards ke-38

Penghargaan ini bisa disebut
sebagai ajang yang cukup bergensi bagi perfilman Korea Selatan. Penghargaan ini
diadakan oleh Sports Chosun yang merupakan satu grup dengan Chosun Ilbo. Penghargaan
ini memberikan piala kepada aktor maupun artis yang telah memberikan dedikasi
terbaik di industri hiburan negara itu.

A Taxi Driver membawa pulang 4 piala
dari beberapa nominasi. Piala yang berhasil dibawa pulang adalah Best Picture,
Best Actor (Song Kang Ho), Best Music, dan Audience Choice Award for Most
Popular Film. Sedangkan nominasinya antara lain Best Director, Best Supporting
Actor, Best New Actor (Ryu Jun Yeol), Best Screenplay, dan Best Art Direction.

Director’s Cut Awards ke-17

Penghargaan ini memberikan piala
kepada A Taxi Driver pada dua kategori yaitu Special Mentions dan Best New
Actor untuk Choi Gwi Hwa.

Korean Culture & Entertaiment Awards ke-25

A Taxi Driver membawa pulang
piala Best Picture di ajang penghargaan ini, dan Jang Hoon membawa pulang piala
Best Director.

Korea World Youth Film Festival ke-17

Jang Hoon membawa pulang piala
Favorite Director dan Song Kang Ho membawa Favorite Actor for Middle-Aged
Actor.

Korean Film Producers Association Awards

Penghargaan ini memberikan piala
kepada Song Kang Hoo sebagai Best Actor berkat penampilan memukaunya dalam A
Taxi Driver.
Tae Sool sopir taksi baik di Gwangju – thegrandcinema.com
Dengan banyak penghargaan yang
diterima oleh A Taxi Driver, saya pikir tidak masalah sebuah film tanpa
iming-iming asmara dan cinta ala remaja. Asalkan penggarapan yang pas, sudut
pandang yang berbeda maka ia akan jadi beda dari biasanya – kebanyakan film
yang beredar di pasaran.

Film ini menjadi contoh yang benar-benar nyata, tanpa
didukung oleh aktor yang digilai remaja masa kini, terbukti mampu menjadi film
laris dan meraih banyak penghargaan, khususnya untuk pemain utama di mana
dirinya tak setampan yang diidolakan oleh pemuja drama Korea Selatan.

Pesan Moral yang Tersirat

Artinya; setiap orang tua akan memberikan yang terbaik untuk anaknya dan
selain itu jangan mudah tergiur dengan
materi berlimpah!
Man Seob tak lain sosok yang rela
berkorban untuk putrinya. Niatnya adalah membeli kado untuk putrinya berupa
sebuah sepatu. Namun perjalanan panjang mendapatkan sepatu itu membawa dirinya
kepada apa yang selama ini tidak diketahuinya. Man Seob seolah berpikir bahwa
hanya dirinya yang susah dan kesulitan ekonomi.

Namun, begitu berada di Gwangju
ia merasa semuanya telah sama bahkan lebih berat. Man  Seob melihat sisi-sisi berbeda dari kehidupan
dalam konflik. Maka saat itu, ia ingin segera pulang, ingin segera menemui
putrinya, ingin segera melindungi putrinya, ingin segera memberikan semua apa
yang dimaui putrinya sebelum semua usai, yaitu kebahagiaan.

Pesan moral yang pertama ini
mungkin bagian terpisah dari kunci sejarah seorang sopir taksi. Tetapi, pesan
ini tersampaikan kepada penonton melalui kegusaran hati Man Seob dan
keegoisannya ingin segera kembali ke Seoul untuk menemui putrinya, setelah
melihat konflik tak terselesaikan di Gwangju. Man Seob menggambarkan, tiada
orang tua yang rela melukai anak-anak mereka.
Tergiur dengan uang adalah hal
yang benar-benar manusiawi. Apalagi, saat kebuntuan melanda maka tiada cara
untuk berpikir jernih dan apapun akan dilakukan untuk ‘meneguk’ bahagia. Man
Seob ‘mencuri’ start sopir taksi
pesanan karena sebuah sepatu – materi. Kemudian, karena materi menggiurkan itu
perlahan-lahan membawanya kepada peristiwa yang sulit untuk kembali.

A Taxi
Driver mengisahkan bagaimana militer membungkam siapapun agar tidak membawa
berita keluar dari Gwangju. Di satu sisi, keputusan mendadak seperti yang
dialami Man Seob tidak ada salahnya. Di sisi lain, keputusan demikian akan
menyengsarakan.

Namun untuk Man Seob, saya bisa menyebut bahwa sejarah yang
memanggil tokoh ini – sopir taksi sebenarnya – untuk membuka tabir tersembunyi
dalam bingkai militer yang membantai warga sipil dengan kejam.

Akhir yang Pilu

Film A Taxi Driver cukup berani
mengangkat kisah nyata setelah sekian lama. Hinzpeter adalah sosok yang membuka
kisah itu ke seluruh dunia namun wartawan Jerman ini kehilangan Man Seob
sepanjang masa.

Di akhir cerita, dikisahkan bahwa sopir taksi yang membawa Hinzpeter
ke Gwangju sejatinya bukanlah bernama Man Seob yang mengenalkan diri sebagai
Kim Sa Bok. Kim Man Seob menyembunyikan identitas dirinya kepada Hinzpeter
entah karena alasan apa.

Mungkin karena sebuah ketakutan panjang setelah
menyaksikan kisah tragis di Gwangju, mungkin juga karena di awal dirinya
bukanlah sopir taksi yang dipesan Hinzpeter untuk membawanya ke Gwangju.

Hinzpeter di bagian akhir film
datang kembali ke Seoul setelah Gwangju aman. Namun wartawan tersebut tidak
menemukan Man Seob atau Sa Bok yang menolongnya. Prolog yang muncul adalah
pesan dari Hinzpeter kepada Sa Bok untuk menemuinya; sekadar ngopi untuk mengenang perjalanan mereka dari Seoul ke Gwangju!
Perdebatan Man Seob dengan seorang militer yang menghalangi mereka ke Gwangju – variety.com
A Taxi Driver, sebuah penggalan
sejarah dari kacamata seorang sopir taksi. Kemasan yang apik, ending yang menyedihkan namun dibuat
dengan penuh dedikasi kepada Kim Sa Bok, maka jadilah film ini sesuatu yang
menggetarkan.

Meski banyak film Korea Selatan yang lahir pada tahun 2017, bagi
saya film ini tetap menginspirasi dan memberikan nilai lebih dalam
kesederhanaan. Apakah kamu telah menontonnya? 

Categories
Uncategorized

Spesifikasi Honor 8A, Smartphone dengan Bodi Keren

Smartphone dengan gaya elegan kembali lahir, yaitu Honor 8A. Smartphone keluaran awal tahun 2019 ini patut diperhatikan. Spesifikasi Honor 8A menjadi perhatian karena dijual di kelas menengah ke bawah namun memiliki dapur picu mumpuni.
Honor 8A tak lain sebuah smartphone yang menyasar segmen entry-level namun bukan berarti spesifikasi dipangkas. Honor tampaknya cukup percaya diri dengan smartphone kelas menengah ke bawah mereka ini. Di mana spesifikasi mumpuni Honor 8A sangat menarik perhatian.
Honor 8A.

Spesifikasi Honor 8A terutama di bagian prosesor yang digunakan adalah MediaTek Helio P35 yang cukup kuat di kelasnya. Dukungan kinerja lain adalah RAM sebesar 3 GB dan memori internal sebesar 32 GB. Agar kekinian, Honor 8A hadir dengan layar 6,09 inci dengan rasio 19,5:9. Jadi, dari beberapa sudut, layar smartphone ini masih mampu mengeluarkan cahaya yang menarik perhatian.

Honor 8A memang menyasar kelas menengah ke bawah namun secara desain maupun dapur picu tentu tidak diragukan lagi. Kapasitas baterai terbilang lumayan yaitu sebesar 3.020 mAh yang bisa diandalkan dalam berinternet maupun bermain game. Slot dua kartu ukuran nano juga memberikan kesegaran tersendiri ditambah dengan slot microSD.
Memori internal dapat diperluas sampai dengan 512 GB yang akan membuat smartphone Honor 8A tambah lega. Warna yang tersedia adalah warna hitam dan biru yang begitu elegan dan mewah. Di sisi kanan terdapat tombol daya dan volume.
Kamera Honor 8A dapat diandalkan di mana kamera depan cocok untuk selfie sebesar 8 megapixel dengan bukaan lensa f/2.0. Kamera belakang smartphone ini adalah sebesar 13 megapixel dengan bukaan lensa f/1.8. Honor 8A hanya membawa satu kamera belakang saja.
Meskipun hanya satu kamera utama, fitur foto bokeh tidak tinggalkan juga. Kamera belakang Honor 8A dapat menghasilkan foto bokeh dengan baik. Fitur lain dari kamera Honor 8A adalah face unlock yang dapat menangkap objek dengan baik meskipun di tempat yang minim cahaya.
Desain Honor 8A sangat unggul untuk kelas menengah ke bawah. Pilihan warna juga sangat baik disertai bodi mengilap yang beda daripada yang lain. Tidak banyak produsen yang menghadirkan bodi mengilap di kelas menengah ke bawah. Unggul di bodi sangat tepat sekali untuk menyasar generasi milenial.
Main Spec. Honor 8A
Dimensi 156.3 x 73.5 x 8 mm
Bobot 150g Layar dewdrop display, 6,09 inci, aspek rasio 19.5:9
Chipset MediaTek Helio P35 octa-core 2,3 GHz
Memori RAM: 3GB ROM: 32GB Slot MicroSD hingga 512GB
Sistem Operasi Android 9 Pie; EMUI 9
Kamera Belakang        13MP f/1.8
Depan 8MP f/2.0
Baterai 3.020 mAh
Keamanan face unlock
Konektivitas bluetooth, USB 2.0
Varian hitam dan biru
Harga Rp 1.899.000
Harga Honor 8A juga tidak mahal. Harga smartphone sangat sensitif untuk saat ini dan Honor 8A telah melakukan hal yang menarik dari segi harga. Maka, generasi milenial yang ingin memiliki smartphone keren namun harga ramah kantong, Honor 8A barangkali menjadi pilihan yang tepat.
Categories
Uncategorized

Harga HP iPhone Mahal? Ternyata ini Penyebabnya

Harga HP iPhone dipatok semakin tinggi. Untuk seri terbarunya, yaitu iPhone X, harganya bisa mencapai 1.149 dollar AS atau Rp17.1 juta. Anda jangan kaget dulu. Ada yang lebih mahal dari iPhone X yaitu iPhone XS Max yang dibanderol dengan harga 1.449 dollar AS atau setara dengan Rp21.6 juta. Seri iPhone XS Max ini menjadi produk paling paling mahal yang pernah dijual oleh iPhone selama ini.

Dengan harga yang sedemikian fantastis itu pasti membuat Anda bertanya-tanya, apa yang membuat produk ini dibanderol dengan harga yang begitu tinggi? Berikut penjelasannya. 
iPhone

Fitur yang Ditawarkan 

Ada banyak kelebihan fitur yang ditawarkan oleh iPhone. Produk ini dikenal memiliki desain yang elegan dan kokoh karena menggunakan material yang premium. Juga memiliki tampilan layar yang cemerlang dengan resolusi yang tinggi. Didukung dengan kamera terbaik sehingga mampu menghasilkan foto-foto yang bagus dan berkualitas tinggi. 
Jangan lupakan performanya yang apik ketika harus multitasking. Produk keluaran Apple ini dikenal memiliki tingkat keamanan yang tinggi dibandingkan dengan android. Setiap meluncurkan produk, selalu ada fitur-fitur terbaru yang ditawarkan oleh iPhone yang belum digunakan di perangkat smartphone lain. Sebagai contoh fitur Face ID yang baru pertama kali muncul di iPhone X. 
Karena fitur dan teknologi yang ditawarkan bukanlah kualitas abal-abal, tentu saja iPhone juga membutuhkan biaya produksi yang tidak sedikit. Hal ini dimaksudkan untuk memastikan iPhone menjadi smartphone yang tangguh dan tahan lama. 

Biaya Riset dan Pengembangan 

Hal lain yang menjadi alasan mahalnya ​harga HP iPhone adalah tingginya biaya riset dan pengembangan. Pada tahun 2015 saja, iPhone harus mengeluarkan biaya riset sebesar 8 miliar dollar AS. 
Riset ini penting untuk menghasilkan produk iPhone dengan teknologi dan fitur-fitur terkini. Tidak heran kan iPhone selalu hadir dengan fitur-fitur baru yang belum ada di smartphone lainnya? Inovasi-inovasi yang terus diberikan iPhone ini tentu membuat Anda gemas ingin memilikinya. 

Biaya Iklan 

Walaupun sudah sangat dikenal, bukan berarti iPhone berhenti mempromosikan produk mereka. Smartphone yang menggunakan sistem operasi iOS ini diketahui masih mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk promosi produk. 
Data tahun 2015, iPhone mencatatkan diri sebagai salah satu produk dengan biaya pemasaran yang tinggi yaitu mencapai 1,8 miliar dollar AS. Angka yang cukup fantastis saat itu untuk sebuah biaya iklan. 

Pajak dan Lain-lain 

Kalau Anda perhatikan, ada perbedaan harga antara iPhone yang dijual di Indonesia dengan iPhone yang dijual di luar negeri. Contohnya di Singapura, Anda bisa mendapatkan ​harga HP iPhone yang lebih murah daripada Anda membeli di Indonesia. Jika dibandingkan dengan Amerika Serikat, harga iPhone di Indonesia bisa lebih mahal Rp5 juta. 
Sebagai produk impor, iPhone dikenakan cukai dan biaya lainnya ketika memasuki pasar Indonesia. Hal ini yang menyebabkan iPhone di Indonesia lebih mahal daripada di tempat lain. Dari pemaparan hal-hal di atas, sekarang sudah tahu kan kenapa iPhone bisa dibanderol dengan harga yang tinggi? Menurut CEO Apple, sebenarnya ​harga HP iPhone itu tidak kemahalan jika Anda melihat kualitas dan teknologi yang ditawarkan produk tersebut. 
Kalau Anda sudah rela merogoh saku dalam-dalam untuk membeli ​HP iPhone dengan segala kecanggihannya, langsung saja tentukan seri iPhone yang Anda inginkan. Anda bisa membuka laman atau aplikasi Bukalapak untuk pilihan produk iPhone yang beragam. Ada banyak pilihan yang beragam di sana. Anda pun bisa menentukan rentang harga yang cocok.
Categories
Uncategorized

ASUS VivoBook Pro F570: Segala Kemungkinan dalam Satu Laptop Gahar

Masa telah berubah. Waktu berbenah sangat cepat. Perkembangan teknologi tak bisa dibendung. Pengembangan produk mau tidak mau mengikuti alur tersebut sehingga mendapatkan hasil yang lebih baik.

Industri notebook tanah air – bahkan global – memiliki dampak yang sangat signifikan. Segala segmen disasari oleh produk-produk terbaik untuk memberikan kontribusi terhadap gaya hidup. Produsen notebook asal Taiwan, ASUS, kini menghadirkan VivoBook Pro F570. Sebuah notebook yang memadukan CPU bertenaga AMD dengan GPU dari Nvidia.


Kombinasi menarik untuk zaman yang condong kepada konten kreator dan gaming. VivoBook Pro F570 termasuk ke dalam notebook mainstream dengan segala kemungkinan yang bisa dilakukan dengannya.

YouTuber yang kini makin kreatif dengan video unik dan menarik tentu sangat membutuhkan notebook bertenaga; dari segi performa maupun visual.


Gamer yang tiap waktu menghabiskan peluru sudah pasti membutuhkan notebook yang performa tinggi, namun mudah dibawa ke mana-mana.

ASUS VivoBook Pro F570 untuk konten kreator maupun gamer
Gambaran umum dari kombinasi CPU dan GPU di VivoBook Pro F570 adalah prosesor AMD Ryzen 5 atau Ryzen 7 – tergantung pilihan – dengan grafis Nvidia GeForce GTX 1050. Sulit sekali menemukan kombinasi antara AMD dengan Nvidia.

Di pasaran saat ini, prosesor AMD biasanya dikombinasikan dengan kartu grafis miliknya sendiri yaitu Radeon Vega. ASUS sendiri sering memasangkan prosesor Intel dengan kartu grafis Nvidia di notebook kelas menengah maupun kelas atas.

ASUS VivoBook Pro F570 tidak hanya sekadar memainkan peran dalam dua kekuatan tersebut. Lebih dari itu, ASUS berani memberikan kesegaran lini VivoBook karena creator content serta gamer makin hari makin tumbuh pesat; terutama di Indonesia.


Notebook ini sangat diandalkan dalam mengedit video maupun kebutuhan gaming kelas berat. Bicara notebook terbaik dari ASUS ini, kita tentu ingin mengetahui performa maupun keunggulan lain yang dimilikinya.

Warna dan Desain yang Bikin Jatuh Cinta

Pandangan pertama adalah bentuk fisik yang menentukan pilihan. VivoBook Pro F570 memiliki desain yang dinamis, warna yang sungguh berbeda dibandingkan dengan notebook kebanyakan, maupun sifat elegan yang dimilikinya. Kesan yang didapat adalah mewah namun tetap gahar dengan garis warna di bodinya.
ASUS VivoBook Pro F570 yang menggoda.

VivoBook Pro F570 tak lain salah satu notebook yang cantik  namun memiliki performa yang tinggi. Notebook ringan dengan finishing Reaper Black tersebut makin terlihat elegan dan menarik perhatian berkat aksen Lightning Blue di bagian tepinya.

Bisa dipastikan bahwa notebook terbaru ASUS ini sangat anak muda. Selain nyaman dibawa juga menunjang gaya hidup modern yang melankolis dan manis.

Dimensi VivoBook Pro F570 adalah 21,9 milimeter dengan berat 1,9 kilogram. Bagi saya yang menyukai notebook ringan, dan selalu bekerja di luar ruangan, dimensi maupun beratnya sangat mendukung.

ASUS tidak mengurangi suatu apapun untuk membuat notebook ini menjadi lebih ringan dan terlihat keren. Seperti biasa, ASUS mengandalkan beberapa slot untuk konektivitas lebih mudah.

Slot yang tersedia di antaranya microSD, USB 3.1 Type-C, HDMI, USB 3.0, RJ45 LAN, USB 2.0 dan juga Microphone-in/Headphone-out jack.

Port yang tersedia di VivoBook Pro F570.
Port yang tersedia di VivoBook Pro F570.

Di sisi tampilan dan kebutuhan, portable yang dimiliki oleh VivoBook Pro F570 sangat bisa diandalkan bahkan lebih dari cukup.

Kita tidak perlu mencabut salah satu sambungan untuk men-transfer data dengan model port lain. Tiap port mudah digunakan dan cepat dalam mengirim data.

Ada bagian yang menarik dari desain ASUS VivoBook Pro F570 ini. Dengan gagah logo ASUS tampil dengan warna biru elektrik yang memberikan kesan mewah dan gahar.

Bodi warna hitam sangat kontras dengan logo ini sehingga senada dengan aksen lis yang ada di layarnya.

Tampaknya, ASUS memberikan sentuhan TUF Gaming pada VivoBook Pro F570. Bagian ini dapat dilihat dengan sentuhan brushed finish pada bagian kavernya.

Warna logo biru ASUS memberikan ciri khas khusus dari lini notebook ASUS, bahwa kekuatan gaming telah dimiliki.

Artinya, ASUS telah memiliki banyak segmen untuk gaming, yaitu TUF Gaming dan ROG, juga VivoBook Pro F570 ini.

Desain yang baik tidak cukup tanpa didukung bagian penting lain. ASUS tidak melupakan bagian ini yaitu pembuangan hawa panas di bagian belakang notebook.

Meskipun bekerja dalam waktu lama maupun menggunakan tetikus, embusan hawa panas tidak akan terganggu oleh port yang digunakan baik di sebelah kiri maupun kanan.

ASUS tak lupa menempatkan cooling grill di bagian atas keyboard agar udara dingin mudah masuk. Penempatan cooling grill ini adalah untuk memaksimalkan pendinginan. Pendingin ini sangat berguna untuk mencegah full load suatu waktu saat menggunakan VivoBook Pro F570 dalam waktu lama.

Jarang sekali notebook ‘biasa’ menggunakan performa lebih tinggi atau hal yang sepele seperti ini. Keputusan ASUS terbilang berani mengingat semakin ke sini kebutuhan notebook tidak hanya sekadar mengetik laporan semata.

Buat YouTuber, ASUS VivoBook Pro F570 Sangat Cocok

Seorang YouTuber tidak hanya memerlukan performa lebih baik namun juga visual yang berkualitas. ASUS VivoBook Pro F570 memasang CPU dan GPU cukup tinggi sehingga mudah mengedit video lebih cepat dan lebih akurat.
Dalam mengedit video tentu dibutuhkan ketelitian agar tidak tabrak warna. ASUS menanamkan fitur Splendid Software Tuning yang akan memastikan bahwa warna yang muncul di layar sangat akurat dan konsisten.

Fitur ini tak lain pengoreksi warna sehingga warna yang terlihat di mata kita benar-benar akurat sebagaimana mestinya. Fitur ini memiliki setidaknya empat mode yang memudahkan optimasi warna sesuai jenis konten.

Fitur lain adalah ASUS Tru2Life Video yang memungkinan YouTuber merasakan manfaat berarti. Fitur ini mampu meningkatkan tampilan warna agar terlihat lebih nyata.

Video akan terlihat lebih detail, jernih dan realistis karena algoritma software mampu mengoptimasi kekontrasan warna dalam frame video. Dalam frame yang lebih gelap, fitur ini dapat memberikan sentuhan sampai 150 persen lebih tinggi sehingga detail gambar menjadi lebih tajam.

Selama ini, notebook ASUS selalu memberikan hal memukau soal suara. VivoBook Pro F570 akan mengeluarkan suara yang lebih baik berkat ASUS SonicMaster.

Tim ASUS Golden Ear menjanjikan kualitas suara yang lebih baik dalam range frekuensi yang sangat luas, maupun suara vokal yang lebih jernih. SonisMaster sangat dianjurkan untuk kebutuhan multimedia terutama film, musik maupun bermain game.

Suara yang dikeluarkan VivoBook Pro F570 tidak bising.

Audio dan visual sangat dibutuhkan oleh seorang YouTuber saat merangkai potongan demi potongan frame menjadi satu. ASUS menjawab tantangan tersebut dalam VivoBook Pro F570 ini.

YouTuber terkenal, Putu Reza, memberikan beberapa pandangan terhadap ASUS VivoBook Pro F570 yang telah di-review olehnya. 


Dalam video yang berdurasi 5.21 menit itu, Putu Reza menyebut bahwa notebook ini ‘seakan-akan’ bukan termasuk ke dalam keluarga VivoBook, melainkan TUF Gaming. Alasannya karena desain dan warna bodi notebook ini memang sangat mirip dengan TUF Gaming.
Pengujian yang dilakukan oleh YouTuber Putu Reza.

Rekomendasi Putu Reza di dalam video yang dirilis 14 Februari 2019 dan sampai tulisan ini ditulis telah ditonton hampir 85 ribu, VivoBook ini sangat cocok untuk kalangan mahasiswa, atau pun untuk mereka yang sedang belajar membuat konten YouTube.

Artinya, spesifikasi notebook ini sangat sepadan untuk belajar edit video sebelum nantinya menjadi sinematografer profesional.

Putu Reza memainkan beberapa game seperti PUBG, AC: ODYSSEY maupun SOUL CALIBUR 6. Untuk game terakhir ini, Putu Reza memainkannya dalam performa High dengan 60FPS, sedangkan PUBG dimainkan dalam performa Medium-Low dengan 30-45FPS.


Sedangkan AC: ODYSSEY dimainkan dalam performa Medium-Low dengan 25-36FPS. Catatan dari YouTuber dengan 289 ribu lebih pengikut ini, jika ingin bermain game dalam waktu lama, upgrade RAM 8GB menjadi 16GB sangat dianjurkan.
Putu Reza mencoba main game dengan VivoBook Pro F570.
Game yang dimainkan Putu Reza.
Game yang dimainkan Putu Reza.

VivoBook Pro F570 diakui oleh Putu Reza sangat cocok untuk bermain game maupun edit video. YouTuber ini telah merasakan sendiri manfaat keduanya.

Jadi, ASUS memang tidak main-main dalam meng-upgrade ‘citra’ VivoBook yang selama ini melekat sebagai notebook pekerja kantor semata. Seorang pekerja pun bisa terus bekerja maupun melakukan hobi di notebook terjangkau ini dalam waktu bersamaan.

Kerja Lebih Cepat dengan Performa Tinggi

Saya sudah sebut bahwa prosesor yang dipakai oleh ASUS VivoBook Pro F570 adalah AMD Ryzen 5 atau Ryzen 7. Prosesor ini sangat mendukung produktivitas dalam kerja cepat, multitasking lebih nyaman maupun bekerja sebagai YouTuber.

Dukungan kartu grafis Nvidia GeForce GTX 1050 akan memicu semangat dalam menghadirkan karya. Konten kreator maupun gamer sangat bisa mengandalkan notebook ini.

AMD dan Nvidia, kombinasi yang sepadan di VivoBook Pro F570.

Perlu diketahui bahwa prosesor AMD Ryzen Mobile sangat efisien dalam menggunakan daya. Teknologi yang ditanam dalam prosesor ini adalah AMD SenseMI yang mana kecerdasan yang disimpan di dalamnya akan menyeimbangkan antara beban kerja dengan kebutuhan pengguna.

Seseorang yang menggunakan VivoBook Pro F570 memungkinkan akses multimedia, bekerja maksimal dengan koneksi internet maupun bermain game dalam waktu bersamaan.

Tak bisa dipungkiri lagi bahwa konektivitas internet menjadi hal wajar dan mudah saat ini. Akses cepat ke internet dengan WiFi 2×2 Dual Band 802.11ac yang mana kecepatannya 6 kali lebih cepat dibandingkan dengan WiFi 802.11n yang banyak digunakan notebook di pasaran. Transfer data tanpa internet juga mudah berkat Bluetooth 4.2 yang bisa diaktifkan sesuai kebutuhan.
ASUS memberikan dua pilihan prosesor yaitu AMD Ryzen 5 dengan harddisk 1TB yang dapat ditingkatkan dengan SSD M2, dan AMD Ryzen 7 dengan harddisk 1TB 5400rpm dengan penyimpanan kecepatan tinggi SSD M2 SATA 3 dengan kapasitas 256GB. Kita dapat memilih sesuai kebutuhan sehingga kegunaan notebook dapat dimaksimalkan.
Prosesor tinggi dipadu dengan layar sebesar 15,6 inci dengan resolusi FullHD pada rasio 16:9 dan kerapatan 1920×1080 piksel.

Layar VivoBook Pro F570 memiliki tingkat kecerahan 200 nits dan panel jenis anti-glare yang membuat layar ini nyaman digunakan dalam segala kondisi pencahayaan. Tak lupa, ASUS menyiapkan fitur menarik di keyboard yaitu backlit yang dapat memancarkan cahaya yang keren.

Layar ASUS VivoBook Pro F570.

Papan ketik VivoBook Pro F570 sangat nyaman digunakan. Keyboard ini memiliki travel distance sampai dengan 1.4 milimeter yang membuatnya tidak terlalu dalam dan tidak cetek.

Dalam pengaturan backlit di keyboard terdapat ambient light control yang memudahkan pengguna menyesuaikan tingkat kecerahan berdasarkan pencahayaan di sekitar kita.

Keyboard yang dapat diandalkan dalam kondisi minim cahaya.

Dalam mendukung kesehatan pengguna, ASUS menanamkan fitur Eye Care Technology yang akan mereduksi pancaran sinar warna biru sampai dengan 33 persen.

Dengan demikian, bekerja lama maupun menikmati sebuah tayangan film di notebook ini masih tergolong aman bagi mata.  

Pada umumnya, notebook ASUS telah dibekali sensor sidik jari. VivoBook Pro F570 juga telah memiliki sensor sidik jari. Sensor ini juga mendukung Windows Hello yang memudahkan login ke Windows dalam satu sentuhan jari saja.

Sensor sidik jari ditempatkan di area yang mudah dijangkau yaitu pada touchpad sebelah kanan atas yang mana cukup sering disentuh oleh pengguna.

Windows 10 Home 64-bit langsung terbuka dan mudah dioperasikan. Kinerja cepat ini sangat dibutuhkan oleh pengguna notebook yang konsisten bekerja sepanjang waktu. VivoBook Pro F570 hadir dengan paket lengkap sehingga layak untuk dipinang.
Main Spec. ASUS VivoBook Pro F570ZD
CPU AMD Ryzen™ 5 2500U Mobile Processor (4C/8T, 6MB cache, up to 3.6GHz)
AMD Ryzen™ 7 2700U Mobile Processor (4C/8T, 6MB cache, up to 3.8GHz)
Operating System    Windows 10 Home 64-bit
Memory 8GB DDR4 2400MHz SDRAM (onboard)
with SO-DIMM socket up to 16GB
Storage SATA 1TB 5400RPM 2.5′ HDD
SATA 1TB 5400RPM 2.5′ HDD + SATA3 256G M.2 SSD
Display 15.6” Full HD 1920x1080p 16:9, Anti-glare,
ultra slim 200nits with 45% NTSC
Graphics Integrated AMD Radeon Vega 8 / AMD Radeon RX Vega 10 Graphics
Nvidia GeForce GTX 1050 with 4GB GDDR5 VRAM
Input/Output 1x Type-C USB3.1 port, 1x USB 3.1, 2x USB 2.0,
1x audio combo jack, 1x HDMI,
1x MicroSD Card Reader, 1x RJ-45 LAN
Camera HD Web Camera
Connectivity Dual-band 802.11ac Wi-Fi, Bluetooth 4.2
Audio ASUS SonicMaster stereo audio system with surround-sound,
Battery 3 – Cell 48 Wh Battery
Dimension 37.4 x 25.6 x 2.19 cm (WxDxH)
Weight 1.96 kg with battery
Colors Reaper Black with Lightening Blue edges
Price Start from Rp11.799.000
VivoBook Pro F570 memiliki spesifikasi tinggi di kelasnya. Blog gadgetempire.id (14/02/19) melakukan uji coba kinerja notebook ini. Pengujian pertama yaitu melakukan rendering 3D menggunakan software Cinebench R15.

Ryzen 5 menunjukkan performa yang cukup baik yaitu 617 poin. Sedangkan angka 142 poin ditunjukkan oleh prosesor ini saat diukur menggunakan single-core. Performa yang lebih baik dibandingkan dengan Intel Core i7.

Pengujian oleh Gadgetempire.id
Gadgetempire.id
juga melakukan uji single-core maupun
multi-core menggunakan GeekBench. Performa
yang ditunjukkan oleh single-core adalah
3551 poin sedangkan pengukuran dengan multi-core
menunjukkan angka 9706 poin.

Hasil pengukuran dengan GeekBench memberikan
kesimpulan yang menarik untuk sebuah notebook
yang bekerja maksimal.

Pengujian oleh Gadgetempire.id
Pengujian ketiga
adalah keseluruhan performa yang dilakukan dengan software PCMark 10. Hasil pengukuran kategori Essential mencapai
5122, kategori Productivity mencapai 4561 dan untuk kategori Digital Content
Creation mencapai angka 3216.
Pengujian oleh Gadgetempire.id
Pengujian terakhir
yang dilakukan oleh Gadgetempire.id adalah performa grafis dengan menggunakan software 3DMark Fire Strike. Hasil pengukuran
performa grafis menunjukkan angka 5902.

Ulasan ini menyebut bahwa performanya
lebih cepat dibandingkan dengan GeForce GTX 960 maupun GeForce MX 150 yang
masing-masing disanding dengan prosesor Core i7-6700HQ dan i7-8560.

Pengujian oleh Gadgetempire.id
Gambaran umum
untuk performa notebook ini bisa menjabarkan bahwa kondisi yang sebenarnya dari VivoBook
Pro F570 yang memadukan AMD Ryzen 5 – atau Ryzen 7 – dengan Nvidia GeForce GTX 1050. Performa yang
andal akan memungkinkan pekerjaan mudah selesai tepat waktu.  

Fenomena Main Game Generasi Milenial

Beberapa
hari
lalu, tepatnya 15 Maret 2019, siswa saya yang kini telah kelas 2
SMA, mengirim pesan melalui Instagram. Basa-basi sebentar lalu bertanya soal notebook apa yang cocok untuk dipakainya
bermain game.
Bermain game? Benar. Mungkin hal yang wajar di kalangan generasi milenial saat ini. Saya tidak penasaran lagi mengingat makin bertambah usia, mereka akan berbeda
pola pikirnya.

Pengaruh pergaulan dan juga bertambahnya wawasan membuat mereka
yang beranjak dewasa terbawa suasana. Salah satunya adalah gaung laptop gaming ASUS yang makin ke sini makin
terarahkan.

Mengapa siswa
ini
bertanya kepada saya? Salah satu faktor karena mungkin tahu gurunya paham
sedikit soal teknologi. Alasan lain mungkin karena saya paling mudah diajak
diskusi soal perangkat elektronik. Saya mencoba merekomendasikan beberapa notebook ASUS dengan genre gaming


Yuza yang baru saja pulang dari Singapura sebagai hadiah dari kesuksesan mereka
bermain di laga U16 itu, menggali lebih banyak seri notebook yang bisa dipakainya semasa sekolah dan nanti saat kuliah.

Isi pesan saya dengan Yuza di Instagram.
Dari diskusi
itu, saya meyakini bahwa Yuza tentu membutuhkan notebook yang tahan lama – memiliki performa terbaik yang akan dipakainya
waktu kuliah nanti. Lantas saya merekomendasikan ASUS VivoBook Pro F570 yang
mana sesuai selera Yuza.

Pertama, notebook
ini tidak terlalu berat dan cenderung lebih tipis daripada notebook gaming kebanyakan, kedua modelnya
yang stylish sesuai dengan karakter
Yuza yang selama ini saya kenal. 

Saya paham
betul tabiat anak-anak yang tak bisa lepas dari game. Yuza juga termasuk siswa yang mengerti sedikit teknologi,
namun untuk membeli notebook dirinya
harus berhati-hati. 



Pertimbangannya adalah sebuah notebook yang bisa diandalkan dalam gaming dan juga masih bisa dipakai 2 sampai 3 tahun ke depan.
Dengan
performa yang dimiliki oleh VivoBook Pro F570, kebutuhan gaming sudah pasti didapat, edit video yang kini merebak generasi milenial
juga bisa diandalkan, serta kebutuhan konvensional yang sudah tak diragukan
lagi.
Generasi milenial
dan gaming; sama-sama memiliki
kedudukan tersendiri. Untuk saya sebagai guru dengan perkembangan dan pengetahuan
anak-anak, banyak sekali catatan soal rekomendasi notebook maupun smartphone
untuk gaming.
Anak-anak tak
segan menyebut brand ASUS yang
menaikkan gaung laptop gaming maupun smartphone gaming. Saat saya merekomendasikan notebook maupun smartphone,
tentu saja budget yang menjadi pertimbangan
pertama. 



Kenapa saya berani rekomendasikan VivoBook Pro F570 untuk Yuza? Karena
saya tahu bagaimana kondisi keluarganya dan tentu saja, Yuza mungkin saja baru mendapatkan bonus
dari sepakbola yang sudah disimpan untuk membeli notebook gaming.
Notebook yang cocok buat Yuza, dan anak seusianya.
Tak akan
mudah memisahkan generasi milenial dengan game.
Fenomena ini akan terus berlanjut karena memang demikian adanya.

Main game di notebook bukan kebiasaan yang ditinggalkan meskipun smartphone sudah menawarkan banyak
sekali game gratis. Main game di notebook sungguh beda rasanya; bagaimanapun itu.

Yuza hanya
mewakili suara hati dari generasi milenial. Mungkin di sana akan banyak Yuza
lain yang butuh arahan jenis notebook
apa yang sesuai untuk kebutuhan gaming
maupun pekerjaan biasa mereka.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Dengan apa
yang ditawarkan oleh ASUS VivoBook Pro F570, yaitu perpaduan prosesor Ryzen 5 atau Ryzen 7 dengan
Nvidia GeForce GTX 1050, maka aktivitas multimedia maupun gaming tidak akan terganggu.


Dual
channel memory
sangat membantu performa, bahkan, Putu Reza menyarankan untuk
upgrade storage ke media penyimpanan
SSD. Di mana performa akan lebih terasa cepat meskipun saat bermain game kelas berat.
ASUS
memberikan catatan khusus soal ketahanan baterai di mana 9 jam dalam pemakaian
normal. VivoBook Pro F570 telah memiliki teknologi fast charging yang mampu mengisi daya sampai 60 persen hanya dalam
waktu 49 menit. 



Hal ini sangat dibutuhkan oleh pekerja di luar ruangan yang
selama ini bekerja cepat dan gesit.
ASUS
mengawinkan AMD dengan Nvidia adalah hal yang keren untuk notebook kelas ini. Stylish di
satu sisi, dan di bagian lain adalah performa yang menantang sekali. Jadi wajar,
jika VivoBook Pro F570 menjadi pilihan menjelang masuk perguruan tinggi tahun
ini.
Lakukan apa saja dengan ASUS VivoBook Pro F570.
ASUS
Indonesia telah menjual VivoBook Pro F570 Ryzen 7 secara ekslusif di JD.ID. Untuk
pembelian produk tersebut bisa melalui link ini atau
di sini.
Categories
Uncategorized

Tempat Wisata di Singapura: 5 Spot Unik Baru Tahun 2019

Meskipun Singapura merupakan negara kecil, tapi negara yang satu ini menjadi destinasi yang wajib Anda kunjungi di Asia.

Apalagi jaraknya yang tak jauh dengan Jakarta, akomodasi yang mudah, hingga banyaknya pilihan destinasi menarik dan tentunya instagrammable yang wajib Anda kunjungi bila sedang berada di Singapura. Eits, Anda berencana berkunjung ke Singapura?

Terbang ke Singapura dengan Singapore Airlines dapat menjadi pilihan tepat buat kamu untuk menemukan spot unik baru di sana lho.

Tempat wisata di Singapura.
Nah, untuk mengetahui tempat wisata unik yang ada di Singapura, berikut 5 spot wisata unik yang wajib Anda kunjungi selama 2019, check these out

Gardens by The Bay 

Liburan Anda di Singapura tak akan lengkap rasanya bila belum mengunjungi Gardens by The Bay. Pasalnya, area wisata yang dibangun di lahan seluas 101 hektar, di sini Anda akan menemukan 22 atraksi yang mengagumkan yang sayang bila dilewatkan. 
Buat Anda penggila fotografi, di Gardens by The Bay beberapa spot foto instagramable yang bisa Anda kunjungi antara lain ruangan konservatori yang diisi oleh banyak jenis bunga yang akan bermekaran dengan indah pada setiap musimnya di Flower Dome. 
Air terjun buatan yang menjulang tinggi di Cloud Forest, lalu berfoto dengan berlatar belakang dengan pohon buatan yang terbuat dari besi baja dengan tinggi antara 22-50 meter di Supertree Grove, atau bersantai di pinggir Dragonfly & Kingfisher Lakes. Gardens by The Bay sendiri beroperasi setiap hari mulai pukul 05.00 pagi hingga pukul 2.00 pagi. 

Marina Bay Sands Infinity Pool 

Pernah membayangkan sebelumnya berfoto di kolam renang yang berada di puncak salah satu gedung tertinggi dan juga hotel ikonis di Singapura, yakni Marina Bay Sands. Yups, berfoto di Marina Bay Sands Infinity Pool akan menjadi pengalaman tak terlupakan, ini karena Anda pun akan dipuaskan dengan pemandangan keramaian kota Singapura dari ketinggian 191 meter. 

Joo Chiat Road 

Tempat lainnya yang jangan sampai Anda lewatkan adalah Joo Chiat Road. Tempat ini merupakan salah satu kawasan bisnis dari etnis tionghoa.

Di sini Anda memang tidak akan menemukan gedung-gedung yang menjulang tinggi, lainkan bangunan-bangunan tua yang berupa pertokoan, hotel/losmen, restoran, bar, tempat karaoke hingga rumah ibadah yang didesain dengan perpaduan warna-warna pastel yang lembut. Tentunya akan memuaskan naluri berfoto Anda. 

Rumah Tan Teng Niah, Little India 

Little India alah salah satu kawasan etnik yang ada di Singapura. Di sini Anda akan menemukan bangunan-bangunan dengan penuh warna. Dan salah satu tempat paling ikonik di kawasan ini adalah Rumah Tan Teng Nian. 
Rumah ini merupakan bekas kediaman seorang pengusaha keturunan tionghoa, lalu kemudian di restorasi pada tahun 1980-an dengan diberikan sentuhan warna-warni indah.

Untuk mendapatkan sudut terbaik, Anda bisa memotret bangunan ini dari sisi samping dan buat semua sudut rumah terlihat jelas di dalam lensa kamera Anda. 

ArtScience Museum 

Selama ini Anda selalu merasa bosan bila berkunjung ke museum seni? Tunggu sampai Anda berkunjung ke ArtScience Museum. Salah satu tempat yang lagi hype dikalangan para pelancong dari seluruh penjuru negeri ini, setiap tahunnya memiliki selalu mengadakan pameran yang berbeda-beda.
Categories
Uncategorized

Mie Aceh dengan Bumbu dan Cara Masak Terbaik yang Tak Boleh Dilewatkan

Mie Aceh tak lain makanan khas dari Aceh. Dibuat dengan
rempah pilihan menjadikan mie Aceh sebagai salah satu kuliner terkenal di
Indonesia. Mie Aceh bisa dibeli dengan mudah jika di Aceh. Tempat kuliner Mie
Aceh terkenal antara lain Mie Razali maupun Mie Midi yang cukup ramai tiap
waktu. Cara membuat Mie Aceh yang lezat dan enak sebenarnya banyak sekali. Cita
rasa Mie Aceh cukup menggoyang lidah sehingga banyak orang ingin kembali
mencicipinya.

Mie Aceh yang lezat.

Mie Aceh biasa atau Mie Aceh luar biasa, sangat populer di
kalangan pecinta mie. Mie Aceh pada dasarnya dibuat dengan rempah atau bahan
dan bumbu yang beragam. Mie Aceh juga enak disantap dengan tambahan daging
kambing, daging sapi, udang maupun kepiting. Mie Aceh juga dibuat sesuai selera
seperti Mie Aceh rebus, goreng basah maupun mie goreng.

Populernya Mie Aceh karena bumbu yang kental sekali atau
rasa pedasnya. Mie Aceh bisa disebut sebagai kuliner utama yang paling dicari
oleh banyak orang. Perbedaan Mie Aceh dengan mie pada umumnya, selain bumbu,
juga terletak pada cara membuatnya. Mie Aceh selain membeli di tempat khusus
juga bisa dibuat sendiri dengan mudah.
Cara membuat Mie Aceh sebenarnya gampang sekali. Jika di
Aceh, beli saja Mie Aceh yang sudah digiling di pasar beserta bumbunya. Penjual
di pasar sudah tahu takaran 1 kilogram mie dengan bungkusan bumbu siap masak. Harga
mie kiloan ini bervariasi, mulai dari Rp 5.000 sampai dengan Rp 10.000, sudah
dengan bumbu.
Bumbu Mie Aceh yang sudah digiling atau siap masak itu
memudahkan kita yang ingin membuat sendiri Mie Aceh. Agar tidak ribet saya
menyarankan untuk membeli saja di pasar tradisional mie yang sudah digiling
ini. Namun, jika tidak menemukan penjual yang menjual mie kiloan, kita bisa
menyiapkan bahan dan bumbu sendiri.
Cara membuat mie tepung khas Aceh adalah dengan menyiapkan
bahan seperti tepung terigu, tepung tapioka, telur ayam, kaldu ayam bubuk,
minyang bawang, garam dan air. Aduk adonan tepung ini sehingga dapat dibentuk.
Nah, jika kamu sering membuat kue bawang, maka adonan ini mirip
demikian. Tepung yang sudah jadi ini tinggal digiling menggunakan gilingan kue
bawang atau gilingan mie. Mesin penggiling mie ini mudah didapatkan, atau bisa
juga adonan jadi ini dibawa ke penjual mie tepung kiloan untuk digiling dengan
mesin yang lebih besar di sana.
Apabila adonan tadi telah berbentuk mie, maka langkah
selanjutnya adalah membuat Mie Aceh sesuai selera. Apakah Mie Aceh goreng,
goreng basah atau pakai kuah. Adonan yang telah jadi mie tersebut kemudian
direbus dan ditiriskan agar airnya kering.
Mie goreng Aceh sangat spesial bagi sebagian orang. Cara
membuat mie goreng Aceh juga tidak terlalu sulit. Mie basah yang telah dibuat
tadi atau dibeli dapat langsung dimasak. Memang, rasanya akan berbeda antara
Mie Aceh yang dibuat sendiri sama dengan Mie Aceh yang kita makan di tempat
kuliner terpopuler di Aceh.
Bahan yang perlu disiapkan antara lain mie basah, bumbu yang
sudah dibeli beserta mie, tomat, bawang merah, bawang putih, daun seledri, kol
putih, toge, daun bawang, kecap manis, kecap asin, dan minyak goreng. Untuk
takarannya disesuaikan dengan berapa kilo Mie Aceh yang akan dibuat.
Apabila membeli mie tepung yang sudah jadi maka bumbu halus
tidak perlu lagi karena sudah satu paket dengan mie yang dibeli tadi. Namun,
apabila tidak membeli satu paket dengan bumbu, bumbu halus itu terdiri dari
cabai merah, bawang putih, jahe, kemiri, teh ketumbar, teh jinten, adas manis,
kapulaga, kunyit dan merica bubuk. Bumbu-bumbu ini dihaluskan yang akan menjadi
bumbu dasar dalam membuat Mie Aceh.
Cara membuat Mie Aceh sangatlah mudah. Pertama, panaskan
minyak dalam wajan yang bersih, kemudian masukkan bawang merah, bawang putih
dan bumbu yang sudah dihaluskan atau bumbu yang dibeli sepaket dengan mie
tepung tadi. Kemudian masukkan kaldu dan biarkan sampai mendidih. Selanjutnya
adalah menambahkan garam, daun bawang, daun seledri dan kol yang tadi telah
dipotong kecil-kecil.
Dalam membuat Mie Aceh memang harus sabar dengan aroma bumbu
halus ini. Bumbu halus Mie Aceh bisa sangat sensitif terhadap indera penciuman.
Saat mau mendidih, bumbu halus ini akan membuat kita mudah bersin-bersih. Efek
dari bumbu Mie Aceh memang demikian, mungkin karena rempah yang bikin lezatnya
Mie Aceh.
Jangan lupa untuk memasukkan toge dan tomak yang sudah
dicincang. Aduk sampai rata untuk kemudian menambahkan kecap manis dan asin
secukupnya. Jika ingin membuat Mie Goreng Aceh, maka air tidak perlu
ditambahkan dalam jumlah banyak. Apabila sudah mendidih maka masukkan mie
tepung tadi lalu aduk sampai rata.
Mie Aceh siap dihidangkan dengan mie goreng basah atau mie
goreng. Mie goreng basah di mana kuahnya masih tersisa sedangkan mie goreng
adalah jenis mie yang kering. Mie Aceh siap disajikan dengan aroma yang lezat
berkat bumbu dengan rempah pilihan di Indonesia.
Banyak cara untuk mendapatkan Mie Aceh terbaik dan terlezat.
Salah satu tips untuk yang ingin membuat Mie Aceh sendiri adalah memastikan
bumbu dan bahan telah matang sempurna. Dengan demikian, mie tepung yang akan
dimasukkan tidak membutuhkan waktu lama sampai matang. Jika terlalu lama di
atas api, Mie Aceh ini akan terlalu lembek dan tidak enak lagi dimakan.
Kecap asin jangan terlalu banyak dimasukkan ke dalam Mie
Aceh karena telah ditambahkan garam dalam bumbu dan adonan mie. Apabila ingin
menambakan udang maupun kepiting, keduanya dimasak terlebih dahulu baru
kemudian ditambahkan setelah bumbu mendidih. Jadi, mengaduk di bagian akhir
hanya akan membuat bumbu diserap dengan baik oleh udang maupun kepiting.
Mie Aceh adalah kuliner wajib dari orang Aceh yang telah
terkenal di Indonesia. Mie Aceh dibuat dengan bahan pilihan dan bumbu dari
rempah terbaik. Siapa yang menyantap Mie Aceh pasti akan teringat untuk
mendapatkannya kembali suatu saat nanti.