Categories
Uncategorized

4 Alat Pemindaian Dokumen atau Gambar yang Mempunyai Kualitas Modern

Untuk memudahkan sebuah pekerjaan dalam memindahkan dokumen dari kertas ke format PDF atau gambar yang bisa diedit, maka kamu membutuhkan alat canggih! Apakah alat itu? Alat ini bernama scanner, benda itu mempunyai desain dan ukuran yang tergolong ramping serta mungil. Sudah banyak produk scanner yang bisa dimasukkan ke dalam tas kerja saat dibawa kemana saja dan dibutuhkan kapan saja.
Scanner serbaguna – teknofolder.com
Pada pembahasan kali ini kami akan mengulas scanner portable dengan keunggulan fitur ternama, contohnya dapat memberikan hasil beresolusi baik, proses scan-nya lumayan cepat, dan juga harga yang lumayan terjangkau. Temukanlah scanner portable yang sesuai dengan kebutuhan kamu! 
Fujitsu S1100i ScanSnap 
Fujitsu S1100i ScanSnap ini sudah menggunakan listrik dari USB yang terdapat di laptop kamu, serta menghasilkan format JPEG dan PDF yang bisa diedit di Microsoft Excel atau Microsoft Word. Tidak hanya itu, Scanner ini dapat memindai 2 dokumen yang memiliki ukuran kecil yaitu ID card. 
Sumber: my-best.id
Fitur ScanSnap pada Fujitsu S1100i ini bisa otomatis melakukan identifikasi hasil gambar, diantaranya seperti auto-color, auto-quality, dan autorotation. Kalau ukuran kertas kamu terlalu besar, maka kamu bisa melipat kertas kamu kemudian di-scan. 
Canon Scanner Portable P-215II 
Scanner portable ini memiliki desain yang mungil serta dilengkapi dengan penutup pada bagian atasnya. Ukuran bodynya yaitu 95 x 40 x 285 mm dan bisa digenggam dengan 1 tangan. Keistimewaan dari Canon Scanner Portable P-215II yaitu dapat memindai secara bersama dari sisi belakang dan depan kertas dokumen kamu. 
Sumber: my-best.id
Hanya waktu 1 menit, scanner ini dapat memindai 20 lembar untuk dokumen berwarna dan 25 lembar untuk dokumen hitam putih dengan resolusi gambar 600 dpi. Di body samping, sudah disediakan slot kecil khusus untuk menscan ID card atau dokumen yang berukuran kecil. 
Iriscan Anywhere 3 Wi-Fi Scanner Portable 
Iriscan Anywhere 3 Wi-Fi Scanner Portable memiliki banyak kelebihan. Desainnya yang mungil disertai fitur keunggulan yang memadai, proses scanning bisa dilakukan dengan Wi-Fi. Produk ini juga dapat mengirim langsung hasil scan ke sebuah aplikasi Google Drive, iCloud, Dropbox, atau Evernote melalui aplikasi yang bisa didownload. 
Sumber: my-best.id
Scanner portable ini memiliki kelebihan, yaitu baterainya dapat diisi ulang sehingga bisa melakukan scanning dokumen hingga lebih dari 900 lembar. Tidak hanya itu, hasil scan-nya yang berupa gambar dapat diubah ke format PDF, Word, Excel, Salesforce, Outlook atau ACT. Resolusi gambarnya pun cukup memuaskan, yaitu 1200 dpi! 
Skymedia Handyscan PS4100 Portable Scanner  
Skymedia Handyscan PS4100 Portable Scanner didesain dengan ukuran 3 x 2,8 x 25,5 cm serta berat 202,5 gram, dan dilengkapi layar berukuran kecil dipermukaan bodinya. Ketajaman gambar yang dihasilkannya cukup memuaskan, yaitu 300 – 600 dpi. Di bagian body sudah disediakan tempat untuk memory port. 
Sumber: my-best.id
Sedangkan untuk body samping, sudah disediakan port USB untuk melihat langsung hasil scan di layar laptop. Kelebihannya tidak hanya itu, scanner portable ini dapat menggunakan baterai yang memungkinkan untuk pengisian ulang kembali. 
Dengan adanya ulasan tentang sebuah scanner portable diatas, kami harap dapat memudahkan kamu untuk memilih dan memahami scanner portable. Untuk harga scanner portable ini lumayan mahal, maka perhatikan terlebih dahulu saat membelinya agar tidak salah membeli. Pastikan kamu bisa menyesuaikan dengan keuangan dan kebutuhan kamu! Selamat membaca.
Categories
Uncategorized

Nadeo Argawinata; Kiper Ganteng Idola Baru dari Lapangan Hijau

Mungkin, belum banyak yang kenal dengan
Nadeo Argawinata atau lebih populer dengan Nadeo Winata. Gagah di lapangan
hijau sebagai penjaga gawang. Tinggi menjulang yang mudah menangkap bola. Paha
keras berotot karena tuntutan pekerjaan. Dan, wajah rupawan yang menjadi ikon
Shopee Liga 1 2019.

nadeo argawinata
Nadeo Argawinata
Mungkin, masih banyak yang tertinggal
tentang Nadeo. Sorot kamera di lapangan hijau selama musim Liga 1 berlangsung
tidak begitu mencumbu senyum merekahnya. Tangkapan bola yang menjuntai
ke sisi langkahnya, belum memunculkan historia kuat dari remaja cewek seperti
melihat Park Ji-min melintasi jalur khusus airpot untuk keluar negeri
dalam rangka konser mahal BTS.
Mungkin juga, nama
Nadeo belum diagung-agungkan seperti David Beckham dengan aura superstar di
dalam dirinya. Beckham butuh waktu lama dalam merintis karir, menciptakan
harmoni di lapangan hijau lalu menikah dengan Victoria yang sudah terkenal
terlebih dahulu bersama Spice Girl.
Nadeo tidak harus melintasi jalan pintas
menuju catwalk karena Lionel Messi saja tetap menjadi primadona
Barcelona, meskipun tidak sering memboyong penghargaan bola dengan nilai
prestisius. Leonardo DiCaprio butuh waktu 25 tahun lebih agar perannya diakui
sebagai Best Actor dalam ajang penghargaan Oscar. Padahal, Titanic mungkin lebih
unggul daripada film The Revenant, secara nilai jual dan popularitas sang aktor.
 
Tak apa, jika Nadeo belum ‘tersorot’ kamera
seperti bintang idola lain. Lebih baik menuang air sedikit-sedikit, daripada
sekaligus langsung tumpah dari gelas
. Lebih baik pula, terkenal terlambat
lalu bertahan lama daripada instan dalam hitungan detik sudah dilupa.
Nadeo Winata adalah idola baru anak
muda. Paras Nadeo sangat mudah dikenal dengan postur tubuh tinggi menjulang. Ciri
khas yang mudah menjadi seleb jika menganggap fisik adalah segalanya.
Pesona Nadeo di lapangan hijau.
Dan memang, rata-rata pemain bola dunia,
dengan taktik yang baik, trik yang luar biasa, ditambah tampang menawan,
langsung berdatangan sponsor menggaetnya menjadi brand ambassador. Cristiano
Ronaldo tak lain contoh pemain bola yang ‘mahal’ itu, di mana pemain Juventus ini
juga menjadi brand ambassador Shopee.
Visual itu sangat penting untuk menjual
apapun yang sedang dipromosikan. Idola lapangan hijau tidak lagi sebatas bisa
bermain aman
, selalu berhasil memasukkan bola ke gawang, tidak
demikian. Penonton di tribun butuh yang ‘bening-bening’ dengan teknik yang
berbeda, ayunan kaki yang gahar, maupun menjaga gawang sampai titik darah
penghabisan sampai lawan bertekuk lutut.

Nadeo dan Visual yang Sulit Padam

Kenapa Beckham sampai sekarang masih terkenal
sedangkan dirinya telah pensiun? Itulah yang saya sebut ‘visual’ di mana aura
di dalam dirinya tak pernah padam. Beckham bukan lagi sosok muda dengan gairah
yang tak tertunda, justru ayah dari 4 orang anak itu sedang menikmati masa-masa
tua bersama keluarga yang kaya raya.

Beckham dikenal karena tampan; itu sudah
pasti. Namun, teknik di lapangan hijau harus mendukung agar orang lain
benar-benar melihat dengan saksama. Selain kapten, pemain dengan kaki ‘pendek’
yang cepat sekali larinya, atau pemain dengan jurus pamungkas menendang bola ke
gawang, juga kiper menjadi pemain yang penuh haters dan juga fans.
Bola berkali-kali masuk ke gawang, kiper akan
mendapat perundungan dari netizen yang maha benar. Bola tidak mudah masuk ke
gawang, kiper akan di-follow akun asli dan palsu untuk jual produk atau komentar
minta follow back. Dari apa yang dimiliki dalam gagahnya Nadeo, dirinya
akan tetap dibela oleh fans cewek-cewek segala rupa jika di­-bully
oleh orang yang seakan-akan pintar bermain bola padahal tak pernah menendang
bola sekalipun.
Lihatlah pesona Nadeo dalam menjaga gawang.
Lihatlah dada bidang pria kelahiran Kota
Kediri pada 28 Juli 1997 itu? Tak ada yang enggan untuk berlabuh dan
berlindung di sana. Tangannya yang ‘panjang’ mudah saja mencapai tiang gawang
bila perlu. Kakinya yang ‘tinggi’ bisa segera melompat ke bola yang berada di
beberapa meter di depannya.
Karir memang tidak selalu cemerlang. Tetapi,
urusan perjuangan adalah nilai plus dalam mengamati seseorang. SSB Macan
Putih barangkali menjadi pijakan awal dari alumni SMA Negeri 8 Kediri
ini. Perlahan menampakkan diri, bermain cantik untuk dilirik, lalu naik kelas
ke permain Timnas U-19 meskipun sanksi FIFA pada 30 Mei 2015 menghentikan
jalannya. Nadeo bersama Timnas U-19 seharusnya ikut Kualifikasi Piala AFC U-19
dan Piala AFF U-19.
Visual Nadeo makin tak tertandingi saat
menginjak usia 22 tahun kini. Berkat latihan yang rutin, performa yang baik, dirinya
melangkah maju untuk klub Borneo FC dengan nomor punggung 97. Permulaan angka
yang mirip dengan Marc Marquez yang mengamankan angka 93 sebagai nomor
punggungnya di MotoGP.
Nadeo dan pesona dalam dirinya.
Nomor punggung menjadi identitas bagi
seseorang di bidang olahraga. Bagaimana ingatan orang melekat pada 93 dalam
tiap pertandingan balap motor. Begitu pula angka memvisualisasikan ingatan
manusia agar terus mengingat sampai tak ada batas waktu. Kita mudah
menyebut saat ditanya siapa juara dunia MotoGP, “93!” dan orang-orang akan tahu
itu adalah Marquez.
Jika nanti ditanya, siapa kiper Timnas U-23? Mungkin
kita akan bangga menyebut nomor punggung, “97!” yang mana langsung mengarahkan ingatan
kepada Nadeo. Siapa kiper ganteng di Shopee Liga 1? Kita juga akan
menjawab, “97!” tanpa keraguan sedikitpun.
Inilah yang dinamakan visual. Dari ‘punggung’
saja orang bisa kenal kita dengan baik. Pesona dari seorang visual tak bisa
mengubah apapun karena itu soal rasa dan oh itulah dia. Nadeo telah
memiliki hal demikian, cuma bagaimana cara agar lebih dikenal lagi adalah merangkakkan
prestasi lebih tinggi dengan kemampuan yang ada sehingga orang-orang akan
berteriak dengan histeris, “97, 97, 97!” tanpa kenal lelah.

Nadeo dan Harapan Masa Depan ‘Kiper’ Indonesia

Sepakbola Indonesia selalu mencuri perhatian. Nadeo
sebetulnya memiliki momentum itu agar bergerak lebih gesit, agresif, dan
sedikit melankolis agar dilirik oleh ‘mereka’ siapa saja di atas tribun
penonton, orang-orang di depan televisi di rumahnya atau di warung kopi, dan
yang terpenting adalah mereka yang ‘gatal’ jari dengan mudah memviralkan sekali
ciut dalam waktu singkat.

Adanya Nadeo membawa angin segar dalam
sepakbola Indonesia yang lesu. Tak boleh dilupa begitu saja saat Timnas U-23
berhasil mengalahkan Filipina dengan skor 5-0 saat memperebutkan peringkat
ketiga Merlion Cup pada 9 Juni 2019 di Singapura. Andil Nadeo cukup kuat dalam
menjaga gawang agar tidak kebobolan. Dengan semangat yang menyala, fisik yang
tak kalah kuatnya, Nadeo mengantarkan kemenangan baginya dan tim nasional.
Luizinho Passos, pelatih kiper Borneo FC,
seperti dikutip dalam bola.tempo.com (12/6/19), sangat membanggakan
Nadeo yang berhasil membawa perubahan dalam pertahanan tim nasional. Seorang
kiper harus bertanggung jawab, latihan yang bagus dan menguasai teknik yang
sejatinya telah dimiliki oleh Nadeo. Proses yang panjang telah dilalui oleh
Nadeo dan berhasil membawa pengaruh besar terhadap klub dan juga tim nasional
U-23. “Tentang Nadeo di Timnas, itu sangat penting karena mereka memenangkan
pertandingan, memulai kompetisi dalam match yang cukup bagus, hasil yang bagus.”

Tentang Nadeo Argawinata.
Kita seperti apa yang orang lain ceritakan.
Saat memulai tahu tentang Nadeo, saya langsung melihat
visual yang luar biasa dari kiper ini. Tak ada cewek muda – bahkan ibu-ibu –
yang enggan memuji ketampanan dan juga bidang dadanya. Capaian yang cukup baik
meskipun sempat kecewa tak bisa main bersama timnas di tahun 2015, saya kira
itulah ‘cambuk’ untuk melucuti cemoohan dan juga bully ganteng terhadap
seorang pemain bola.
Kalahnya Filipina jadi bumbu yang sangat manis
untuk karir Nadeo di masa mendatang. Rumput hijau selalu menanti badannya yang
tersandung, lalu rebah dengan kerasnya. Euforia di mana-mana akan segera
terdengar karena itu butuh untuk memantik semangat.
Tak ada alasan untuk menyebut Nadeo bukan
kiper masa depan. Kembali ke pasal, pelan-pelan saja, Nadeo telah
membuktikan bahwa ‘foreplay’ dalam apa yang ingin diraihnya sudah
tercapai satu persatu. ‘Anak kampung’ berlabuh ke kota untuk memperkuat tim
nasional bukanlah asal ‘comot’ lalu dilatih. Tentu, ia harus memiliki daya
tarik, apa yang bisa dibanggakan, dan mengapa layak untuk diboyong ke tim
nasional yang notabene adalah tumpuan harapan seluruh Indonesia.
Dengan bermainnya Nadeo dalam Timnas U-23
setidaknya remaja putri sudah ada idola baru bukan saja Korean wave yang
selalu diimpikan. Nadeo bermain, kita nanti. Nadeo memberikan yang terbaik,
kita apresiasi. Tak boleh berhenti melangkah karena juga Nadeo memegang peranan
penting dalam Shopee Liga 1.

Nadeo dan Shopee Liga 1 2019

Visual Nadeo sangat kuat. Saya sudah sebut
berulangkali. Di Shopee Liga 1 tahun 2019 bukan saja ‘asal main bola’ tetapi banyak
pemain yang diandalkan. Nadeo menjadi salah satu pemain unggulan meskipun sebagai
kiper yang mana selama ini tidak begitu disorot. Sepertinya, visual
kiper akan mudah masuk ke dalam frame karena Nadeo begitu sulit dicegah
pesonanya.

Mungkin kita sadar betul saat melihat iklan Shopee
Liga 1 ada Nadeo di sana. Ini pula yang saya sebut visual itu tadi. Yang
menarik perhatian ia yang akan ke depan. Masyarakat konsumtif akan langsung
beli
begitu; sedih, suka, senang, atau karena idola yang pakai. Nadeo ‘hanya’
sebatas menendang atau menangkap bola berwarna orange tetapi fans
yang mengekornya di belakang akan mencari tahu, mengeklik lalu mengetahui soal
sepakbola dan juga Shopee Liga 1. Inilah yang diharapakan agar penonton makin
banyak dan Liga 1 makin terkenal.


Shopee Liga 1 dan Nadeo Argawinata adalah
cerita terpendam dalam mengantarkan pertandingan sepakbola untuk digemari
banyak kalangan. Dengan menggandeng Nadeo dalam mempromosikan Liga 1, Shopee
telah berhasil membawa pengaruh besar terutama kepada anak-anak muda. Makanya,
visual itu sangat penting sehingga orang tertarik dan melirik.
Nadeo baru memulai karir. Apa dan bagaimana ke
depan kita tunggu saja. Saya berharap bisa cemerlang seperti nomor 93. Mungkin
juga secerah Beckham dalam tahta dan cinta. Tak ada yang tahu, biar waktu yang
mengelabui rindu akan itu!
Nadeo lepas main bola.

 Bersama bunga matahari makin bersinar, bukan?

Siapa yang tidak terpesona dengan ketampanan Nadeo?
***
Sumber gambar: Instagram @nadeowinata
Categories
Uncategorized

QR Standar Nggak Repot Saat Traveling

Awal tahun yang penuh makna di Jakarta Central
Park. Sore berlalu begitu saja dan lelah sudah pasti setelah perjalanan jauh
dari Aceh. Namun gempita Ibu Kota tak boleh diabaikan begitu saja. Orang-orang dengan
santainya menghabiskan waktu di pusat perekonomian strategis di Jakarta Barat
itu.

Pembayaran pakai DANA – YouTube.com
Saya tentu tidak mau ‘istirahat’ saja karena
badan pegal. Bukan pilihan juga saat ada kesempatan traveling begini
saya diamkan diri di kamar hotel untuk sekadar memanjakan punggung yang terasa
lelah. Seorang traveler sejati sebenarnya menghapus kata lelah dari
kamus mereka. Tak ada istilah sesampai di destinasi, istirahat dalam waktu lama
baru kemudian jalan-jalan.
Meski, Jakarta adalah hal biasa bagi
sebagian masyarakat urban. Saya tentu tidak demikian; dari kampung ke kota
besar sangatlah berbeda. Saya tidak mau melewatkan tiap momen berharga selama
berada di Ibu Kota. Memang, rundown acara sudah jelas dan saya pun tidak
mau kerepotan dihadang kemacetan jika keluar dari Central Park.
Di kompleks ini sebenarnya sangat lengkap. Pusat
perbelanjaan dengan ragam pilihan; mulai dari yang murah sampai yang mahal. Tempat
nongkrong juga sangat instagramable. Restoran dengan aneka
makanan juga tidak boleh dilewatkan begitu saja. Saya menikmati masa-masa itu
karena orang kampung ke kota tentu berjuta rasanya.
Afit mengajak saya ngopi di entah
kafe mana di dalam mall. Sore yang ramai hari itu, atau begitulah sejatinya suasana
kota. Kami jalan beriringan dari satu lantai ke lantai berikutnya. Lihat-lihat
dulu
, katanya. Afit melihat-lihat celana, sepatu dan juga kaos polos di beberapa
toko, walaupun tidak ada satupun yang dibelinya. Saya malah ikut-ikutan bertanya,
pura-pura beli yang langsung menloncat isi hati saat melihat label
harga. Maaf, Mas, saya lihat yang lain dulu ya!
Kami akhirnya duduk di salah satu kafe. Mungkin
karena sama-sama cowok jadi foto selfie itu terabaikan begitu saja. Suasana
kafe itu sangat asyik. Ada minuman yang ingin sekali Afit minum jika ke Jakarta
dan kebetulan di kafe itu tersedia, saya ikut-ikutan memesan minuman yang sama.
Aura nature begitu terasa dengan hiasan daun-daun plastik dan bunga
aneka warna, juga bukan bunga hidup. Di tiap sudut kafe terdapat pot bunga yang
juga tidak hidup. Kursi dan meja kayu dengan warna kecokelatan sangat masuk ke
dalam kamera namun tidak kami abadikan.
Afit mengantre di kasir. Saya memilih tempat
duduk yang menghadap ke luar, di mana orang-orang begitu ramai di mall itu. Di depan
kami sebuah restoran dengan menu lezat menambah nafsu makan, di sebelah kirinya
adalah eskalator dan di sebelah kanan juga restoran makanan.
Lima menit kemudian, Afit sudah duduk di depan
saya. Ia berujar kalau pakai OVO bisa dapat cashback segini persen. Selain
minuman yang ingin ia minum, diskon OVO juga menjadi salah satu alasan kami
duduk di kafe itu.
Mungkin beberapa detik sebelum magrib kami balik
ke hotel. Sepanjang jalan yang mengitari restoran dan kafe, saya melihat penawaran
cashback kalau pakai dompet digital ini dan itu. Rata-rata
di toko makanan dan minuman yang baru saya lihat bisa melakukan transaksi
dengan OVO, GoPay, LinkAja dan juga DANA. Afit yang terbiasa dengan belanja praktis
di Yogyakarta sedikitnya membawa pengaruh besar kepada saya.
Cerita ngopi bersama Afit mengantarkan
saya kepada isi saldo semua dompet digital saat traveling tiba. Dan
benar, tak lama setelah itu saya kembali diberi kesempatan untuk jalan-jalan. Berkah
yang selalu saya syukuri meskipun ‘sedikit’ tetapi tidak semua orang
bisa survive dengan pengalaman ini. Saya cuma berujar di dalam hati, berikan
kemudahan saya dalam menulis agar bisa melihat negeri terasing di ujung dunia!
Dan, kita tinggalkan halusinasi itu. Sebelum
berangkat, saya mengisi 2 saldo dompet digital, OVO dan DANA. Kebetulan saya
baru mengaktifkan dua dompet digital ini dan kebetulan juga pemakaiannya akan
lebih mudah; seperti pengalaman saya jalan di mall bersama Afit di mana cashback
OVO yang banyak di papan informasi sebuah kafe. Selain itu, OVO bisa saya
gunakan untuk bayar transportasi online. Sedangkan DANA, beginilah
ceritanya.
Saya begitu terasing saat menunggu teman di
Pondok Indah Mall. Saya sudah berkeliling dan bahkan sudah naik-turun dari lantai
satu ke dua. Teman saya, Witam, belum juga sampai. Witam mengirim pesan, sebentar
lagi sampai, Bro
. Tetapi sebentar Jakarta sangatlah berbeda dengan sebentar
di Aceh.
Mall di Jakarta Selatan itu tak pernah sepi sepertinya.
Kepadatan di PIM sangat terasa sekali. Saya malah terjebak ke lantai
yang penuh dengan anak-anak. Witam belum juga ada kabar. Saya melihat anak-anak
yang sedang bermain; jadi rindu keponakan di rumah. Saya lihat for
sale
untuk sepaket lego, langsung menggelengkan kepala. Dompet saya
menjerit jika harga segitu.
Lelah menanti, saya akhirnya menepi ke KFC. Entah
kenapa waktu itu tidak terpikirkan untuk saya memilih restoran lain. Satu alasan
yang pasti, saya ingin berhemat mengeluarkan uang kertas karena saldo DANA
masih cukup untuk mengisi perut di KFC. Di restoran lain mungkin bisa pakai OVO,
tetapi saya simpan saldo itu untuk ongkos pulang nanti. Di KFC saya tahu bisa
dengan mudah membayar dengan QR Standar. Saya harus benar-benar membuat rencana
sebelum menggunakan OVO atau DANA, karena keduanya memiliki porsi masing-masing
dalam membayar apa dan di mana.
Saya langsung masuk ke KFC di Lantai 2 Pondok Indah
Mall. Antrean di kasir tidak begitu ramai. Orang-orang yang sering ke mall tahu
sendiri, orang bisa dengan mudah memilih apa yang mau dimakan karena ragam
pilihan di sini. Saya memesan paket hemat saja, mungkin nanti ketemu
Witam akan minum lagi.
Di depan kasir sudah tersedia mesin scan QR
Standar untuk DANA. Tanpa perlu bertanya, kasir dengan jilbab merah itu seakan-akan
tahu bahwa saya akan menggunakan metode pembayaran digital. Saya membuka
aplikasi DANA lalu mengambil Pay di tengah layar bagian bawah, antara Beranda
dan Riwayat di sebelah kiri dan Pocket dan Saya di sebelah kanan. Informasi jumlah
saldo terlihat di sebelah atas kiri di bawah nomor telepon terdaftar, dan di
sebelah kanan terdapat DANA PROTECTION.
Barcode yang harus
diarahkan ke mesin scan terdapat di tengah-tengah dalam kolom putih. Di samping
sebelah kiri terdapat tulisan vertikal, PINDAI KODE QR INI UNTUK PEMBAYARAN. Saya
langsung mengarahkan layar smartphone dengan kode QR menyala ke mesin scan,
tak lama bunyi bip dan beberapa detik kemudian pembayaran telah
berhasil
. Dari mesin scan QR keluar struk yang kemudian kode
pembayaran itu diisi kembali pada komputer di depan kasir. Lalu, saya dipersilakan
menunggu pesanan di samping kiri.
Proses pembayaran pakai DANA.
Cepat dan praktis. Saya tidak perlu menanti
uang kembalian. Tidak pula kerepotan mengeluarkan dompet. Dan tidak pula terburu-buru
saat proses pembayaran dilakukan. Saya menikmati metode pembayaran yang simpel
ini.
Dari cerita pertama dan kedua, saya jadi
terbiasa untuk mengisi saldo dompet digital. Jika pengalaman di atas baru
sebagai permulaan, sekarang malah mengisi semua dompet digital tidak saja saat traveling
tiba. Saldo OVO, DANA, GoPay, LinkAja, bahkan ShopeePay.
DANA biasanya saya simpan untuk makan di KFC
dengan banyak cashback maupun belanja di Bukalapak. OVO buat bayar
transportasi online atau isi pulsa dan bayar tagihan listrik. GoPay buat
bayar zakat, LinkAja permudah bayar tagihan Kartu Halo dengan cashback
sekitar 10%. Lalu, ShopeePay untuk beli ini itu saat ada produk yang murah.
QR Standar baru dapat di-scan kalau belanja
di KFC atau kafe dan restoran yang menyediakan mesin scan. Namun, dalam
keseharian dompet digital sebenarnya bisa dipakai untuk kebutuhan belanja online
lalu dapat diskon atau bayar tagihan dengan cashback. Jadi, di mana-mana
pakai dompet digital ini sangat mempermudah jual-beli. Bagaimana dengan kamu? #feskabi2019
#gairahkanekonomi #pakaiQRstandar
Categories
Uncategorized

Pesan Dulu Taksi sebelum Sampai di Bandara

Sudah bukan rahasia lagi kalau aktivitas di
bandara sangat sibuk. Pesawat yang datang dan pergi memang harus
mengikuti jadwal penerbangan agar passanger bisa segera sampai ke tujuan
dengan cepat. Di pintu kedatangan bandar udara, kita sering sekali menemukan orang
yang menawarkan, “Taksi, Pak?” atau “Sudah ada jemputan, Pak?” yang mau tidak
mau harus kita gelengkan kepala atau malah mengiyakan.

Taksi bandara.
Kita selalu ingin segera mendapatkan
tumpangan beberapa menit setelah landing. Kesibukan di Bandar UdaraSoekarno-Hatta sudah menjadi pemandangan biasa. Namun, kita yang diburu waktu,
nggak mau berlama-lama dan takut terlalu macet di jalan, booking golden bird Jakarta barangkali adalah solusi terbaik.
Saya termasuk orang yang praktis, enggan
berlama-lama di terminal kedatangan. Masalah yang muncul bisa saja perut minta segera
diisi dan makanan maupun minuman di bandara begitu mahal. Daripada membeli
makan dan minum di bandara lebih baik segera naik taksi dan langsung sampai ke Jakarta.
Mungkin disebut berhemat atau strategi agar tidak terjebak dengan hal-hal yang
tidak begitu penting.
Kenapa kita harus pesan dulu taksi sebelum
sampai di bandara? Sebenarnya gampang sekali mau pesan atau nggak karena
sesampai di bandara akan banyak sekali taksi. Tetapi kembali lagi karena saya
ingin praktis, tidak mau kerepotan mencari taksi lagi, pesan online
tidak hanya memudahkan tetapi menghemat waktu.
Ada sebuah pengalaman, saya mungkin jadi jera
karena tidak memesan taksi online kala itu. Lebih tepatnya, belum ada
layanan taksi online yang mudah dipesan jauh sebelum kita sampai di bandara
tujuan atau setelah check-in di bandara asal.
Sampai di Jakarta pukul 10 malam lewat
sedikit. Jalan kaki jauh sebelum sampai ke baggage claim dan menunggu
lama lagi sebelum koper saya terlihat memutar di atas itu. Waktu terbuang
banyak di sini dan saya sama sekali lupa cara ke hotel transit. Seandainya waktu
itu mudah memesan taksi online, mungkin saya tidak sampai jam 1 jam di
bandara.
Jadi, setelah mengambil bagasi, saya keluar
pintu kedatangan dan tidak begitu ramai. Mungkin sudah pukul 11 malam lewat dan
rata-rata orang dijemput dengan mobil atau mungkin taksi. Saya termenung
sesaat, jadwal shuttle bus ke hotel masih 2 jam lagi. Mau naik taksi kayaknya
agak kerepotan mencari lagi dengan keadaan lengang sekali.
Taksi bandara bukan tidak ada tetapi sudah
tidak begitu banyak saat itu. Saya dari lantai satu naik ke lantai dua untuk
mendapatkan tumpangan. Lalu, turun lagi dan begitu sampai 3 kali di malam yang terus
bergerak.
Badan sudah sangat lelah. Mata begitu
mengantuk. Taksi yang saya cari tidak kunjung ketemu. Tanya petugas di bawah
katanya ke atas lebih banyak taksi. Tanya petugas di atas, jawabannya juga di
bawah lebih banyak. Bahkan, ada yang menganjurkan ke terminal kedatangan
domestik karena di sana lebih banyak.
Saya tidak berpikir demikian. Jauh jalan kaki
yang ada hanyalah lelah di malam beranjak ke dini hari. Saya menelepon shuttlebus hotel transit sekali lagi, katanya 30 menit lagi baru berangkat. Dan saat
itu, waktu hampir mendekati pukul satu dini hari.
Saya berdoa dalam hati. Mungkin saja ada taksi
yang bisa saya tumpangi. Dan sampai shuttle bus hotel transit datang,
tak ada taksi yang bisa membawa saya. Saya menjadikan ini sebagai pelajaran
penting sekali. Kalau-kalau ke Jakarta nanti, bisa langsung pesan taksi secara online
agar lebih mudah. Bisa dibayangkan jika waktu itu saya ke Jakarta, tidak mudah
mendapatkan bus di tengah malam, taksi yang langka dan tidak ada shuttle bus,
maka bisa dipastikan saya akan menginap di bandara.
Pesan taksi sesaat sesampai di bandara juga
bisa dilakukan, begitu landing, bukan smartphone, langsung pesan
taksi secara online yang kemudian tidak perlu lama menanti. Sembari kita
menunggu bagasi, taksi yang dipesan bisa bergerak cepat karena mungkin saja
tidak jauh terparkir di luar bandara atau malah ‘sedang’ di dalam kawasan
bandara.
Saat bagasi telah diambil, keluar dari pintu kedatangan,
kita bisa langsung masuk ke dalam taksi dan berangkat ke Jakarta. Hal sepele
yang demikian menjadi sangat praktis sekali di zaman serba online ini. Siapa
yang cepat dan mau kemudahan itulah yang tidak akan tertinggal jauh.
Selagi ada solusi simpel dan praktis, nggak
ada salahnya kita mencoba. Kita bisa hemat waktu dan tenaga. Jadi, saat di
bandara meskipun lelah kita harus cepat berpikir apa yang harus dilakukan.
Categories
Uncategorized

Sebuah Janji yang Ditepati Saat Bahagia Bersama AirAsia

Lama sudah berjalan waktu dalam sendu, dan menanti rindu untuk kembali. Tetapi, kau tahu bahwa ‘sesuatu’ yang kita inginkan tidak selamanya sesuai dan bahkan meleset dari perkiraan. Awal 2014 saya tergopoh-gopoh ke kantor imigrasi untuk mengurus paspor. Jika tidak pertengahan tahun, saya akan traveling ke luar negeri akhir tahun nanti.

Bahagia Bersama Air Asia
Bahagia Bersama AirAsia
Sambil lalu, janji tinggal janji. Hari yang terlewati mudah sekali dilupakan dan paspor saya tersimpan dengan rapi di dalam lemari. Namun, kau wajib tahu soal ambisi. Tak ada di dunia ini yang bisa menghalangi ambisi seseorang, termasuk dengan apa yang saya rencanakan sejak berniat membuat paspor.
Paling tidak, sekali saja paspor itu harus saya gunakan. Apapun caranya. Perjalanan janji kemudian ditepati oleh Tuhan dengan caranya tersendiri. Dari sini pula saya bersyukur, menikmati proses dan juga sabar sehingga cita-cita itu terwujud. Kembali ke rumus, tak ada yang tidak mungkin di dunia ini, maka saya percaya itu sebuah pemantik semangat untuk usaha lagi dan lagi.
Rindu yang telah menepi, atau bahkan sebentar lagi paspor saya expired, begitu terus terbawa suasana sampai di akhir 2016 jalan itu terbuka. “Bai, coba kau ikut ini mungkin saja bisa terbang ke Bangkok!” seorang sahabat menyodorkan informasi menulis dengan hadiah ke Bangkok, Thailand.
Saya langsung mengangguk, tanpa bersuara apa-apa; karena ingin ada stempel di lembaran paspor walaupun sekali saja sampai lima tahun ke depan. Proses yang panjang saya lewati sampai benar-benar terpilih lalu berangkat; Alhamdulillah!
I can fly; now everyone can fly with AirAsia!
Meski, jalanan itu begitu terjal. Semua ada solusi meski terjungkal. Saya tahu risiko yang berat, saya hanya boleh menikmati setiap momen karena itulah kenangan paling manis dari sebuah catatan perjalanan. Saat di posisi ini, tidak mudah untuk orang lain meraihnya, atau bahkan soal keberuntungan yang memihak karena ada orang lain yang juga ingin ada di posisi saya saat itu.
Bagaimana cara memulai itu semua? Kita sama sekali tidak boleh protes karena jika itu terjadi kesan traveling sama sekali tidak didapat. Maka, saya mulai dari sini, sebagai kenangan manis terbang pertama kali dengan AirAsia.

Langkah awal dari…

…rumah menuju Bandar Udara Sultan Iskandar Muda di Banda Aceh membutuhkan kurang lebih 5 jam. Dalam minibus, kantuk yang seakan tak berbuah manis, badan pegal, harus mengejar penerbangan pagi ke Jakarta. Malam yang deg-degan takut begini begitu selama melintasi jalan berliku, gunung menepi, lautan lepas dari pesisir barat Aceh ke Ibu Kota Provinsi. Setidaknya, saya harus sampai ke bandara pukul 5 pagi. Kau tahu sendiri proses check-in tetap berlaku meskipun satu atau dua penerbangan saja di pagi hari dari Aceh ke Jakarta.
Awalnya, saya pikir akan terbang dari Banda Aceh lalu transit ke Kuala Lumpur baru kemudian ke Bangkok. Di mana penerbangan Air Asia dari Aceh cuma ada ke Kuala Lumpur saja. Itu tinggal asumsi yang tidak terucap sampai saya pulang kembali ke Aceh.
Pagi yang benar-benar terburu-buru di awal tahun 2017, dengan dingin meringkus badan lelah, saya tarik koper menuju X-Ray di pintu masuk pertama bandara. Belum habis pegal di badan, saya akan bersandar – lagi – selama 3 jam lebih ke Jakarta. Bahkan, bisa sampai 4 jam karena maskapai ini akan transit terlebih dahulu di Bandar Udara Kualanamu, Medan. Meeting point di Bandar Udara Soekarno-Hatta membutuhkan waktu lebih lama, mungkin juga agar kami bisa saling mengenal lebih dekat satu sama lain karena teman-teman lain semua di Pulau Jawa.
Saya tertidur sepanjang perjalanan. Lima belas menit menjelang landing seperti sangat lama. Pesawat yang kami tumpangi seolah berputar-putar di atas bandara yang sudah pasti sangat sibuk di bawah sana. Begitu landing, mengambil bagasi, saya langsung ke hotel transit, istirahat panjang sangat saya butuhkan sebelum berangkat ke Bangkok keesokan harinya.
Malam tiba. Berkenalan satu sama lain. Mbak Nurul dan Mbak Fika dari Surabaya, Yogi dan Indah dari Yogyakarta, sedangkan Annafi dan Juniawan baru ketemu besok pagi di bandara karena dari Jakarta.

di jam 3 pagi yang terburu-buru… 

Kemarin saya mengejar penerbangan pagi dari rumah di malam hari. Hari ini, saya – bersama yang lain – terburu-buru untuk check-in penerbangan internasional 2 jam sebelum keberangkatan di pukul 7 pagi nanti. Mata saya sulit sekali diajak kompromi. Seakan baru saja menikmati empuknya kasur hotel transit yang sempit.
Di jam 3 pagi kami sudah duduk di dalam shuttle bus menuju Terminal 2 Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng. Jalanan dari hotel transit ke tol bandara benar-benar sepi. Orang-orang masih terlelap. Satu dua kendaraan dengan kelajuan kencang baru terlihat begitu masuk ke dalam tol bandara. Semua mengejar penerbangan pagi yang cepat dan gesit.
Saya cukup khawatir karena ini adalah penerbangan internasional pertama. Mbak Nurul sudah pernah, Mbak Fika malah sering bolak-balik ke luar negeri. Seperti biasa, sampai di depan terminal, berlari kecil masuk ke dalam antrean panjang. Kami pikir yang pertama, ternyata salah, calon penumpang lain sudah mengular di tiap counter check-in.
Saya mencari-cari layar dengan informasi check-in AirAsia ke Bangkok; sebenarnya semua konter yang buka adalah AirAsia. Sementara yang lain ada yang sudah masuk antrean, saya malah bingung, baru kemudian saya baca beberapa konter bisa untuk semua penerbangan.
Saya mulai mengantre yang makin lama makin ramai. Tentu berbeda dengan check-in domestik, identitas yang harus saya keluarkan adalah paspor bukan lagi KTP. Saya menyerahkan e-ticket dan paspor kepada petugas check-in yang terlihat terburu-buru juga; dengan make-up tipis, lipstik tidak begitu merah dan jilbab belum begitu rapi dengan bros tidak tersemat di kain itu.  
Saya request seat yang dekat dengan salah satu teman, tetapi petugas check-in berujar, “Sudah dibaca otomatis, Pak,” karena kode booking yang berbeda. “Kecuali Bapak sudah memilih seat saat check-in online,” saya mau mengeluh tetapi tidak bisa. Semua kami rupanya terpencar, hanya Mbak Nurul dan Mbak Fika yang duduk berdekatan.
Bahagia Bersama Air Asia
Boarding pass Air Asia ke Bangkok.
Drop bagasi sudah. Boarding pass sudah di tangan. Sedikit bernapas lega dengan antrean yang makin panjang. Saya melihat semua calon penumpang bergegas di X-Ray dan berlari ke konter yang pendek antreannya. Begitu seterusnya sampai eskalator yang membawa kami sampai ke lantai dua.
Subuh tiba. Kami salat subuh di musala sembari menanti Annafi dan Juniawan yang masih di jalan. Annafi terjebak macet sedangkan Juniawan sedang check-in. Pagi ke bandara rupanya macet juga di Jakarta ini.
Perut mulai keroncongan, mungkin karena bangun terlalu pagi. Saya membeli roti dan minum, juga persediaan selama dalam perjalanan 3 jam lebih ke depan. Rasa kantuk masih ada. Kami masih menanti Annafi dan Juniawan yang datang tak sampai sepuluh menit kemudian.
Abadikan kenangan sebelum terbang.
Muka lelah dan kurang tidur mulai terlihat. Kami bergegas ke gate yang tertera di boarding pass. Daripada dipanggil karena terlambat lebih baik menanti di dalam gate. Tak lama, boarding time dan kami mengantre lagi untuk masuk ke dalam pesawat.
Penerbangan pagi yang padat, pesawat AirAsia yang akan kami tumpangi terparkir jauh di landasan. Kami diangkut dengan bus bandara. Matahari mulai mengintip. Sebentar lagi jam 7 dan pagi benar-benar terasa cepat sekali datang.
Dari dalam bus saya melihat berbagai maskapai dengan gagahnya menaikkan penumpang dan bahkan ada yang sudah take-off dan juga landing. Kesibukan yang terasa syahdu di bandara terbesar di Indonesia ini. Kami tentu tidak mau melewatkan momen Bahagia Bersama AirAsia, buat saya pertama kali terbang bersama AirAsia jadi lebih seru dan menegangkan.
Bahagia Bersama Air Asia
Foto di depan pesawat itu wajib kalau traveling ya!
Juniawan sibuk foto sendiri, sedangkan Yogi dan Indah entah ke mana berdua saja, yang pulang dari Bangkok mereka menikah. Jodoh tak ke mana. AirAsia bisa jadi cerita cinta itu. Bisa berawal dari sebuah cerita, bantuan kecil atau hak sepele lain yang kemudian mereka berdua dekat satu sama lain.
Bantu angka koper, check-in bersama, bawa barang belanjaan, ke mana-mana sering berdua…
Semua bisa jadi mungkin, bisa juga karena sebuah perjalanan cinta berlebih itu datang. ‘Karena’ AirAsia kami semua dapat undangan pernikahan mereka, meskipun tidak bisa menghadiri ke Yogyakarta tetapi bisa kenal mereka karena perjalanan ke Bangkok ini.

pada janji, AirAsia adalah bukti padamu…

Saya mengucapkan syukur begitu masuk ke dalam badan pesawat, AirAsia, tujuan Bangkok dari Jakarta. Waktu 3 tahun menanti, paspor saya memiliki stempel imigrasi juga. Kabin AirAsia lumayan besar, kursi yang jaraknya lebih luas, dan sandaran yang nyaman sangat cocok untuk penerbangan internasional.
Sebenarnya, selama dalam perjalanan saya lebih banyak tidur karena jauh dari teman yang lain. Penumpang di samping kiri dan kanan saya juga sama. Di sisi sebelah kiri, hanya seorang penumpang yang membaca, dua orang lainnya juga tertidur.
Mungkin, karena sudah terbiasa terbang orang-orang memilih tidur selama dalam perjalanan; yang kini saya lakukan. Penerbangan itu membuat saya cukup jetlag. Pengalaman pertama memang selalu mengundang banyak kekhawatiran. Seorang cewek dengan jilbab merah jambu di samping kiri saya tampak tenang saja. Tidur nyaman dan saat hampir landing, dengan santai pula mengisi kartu imigrasi yang menjelaskan secara keseluruhan bahwa kita adalah wisatawan yang tidak membawa barang-barang terlarang.
Don Mueang Internasional Airport menanti dengan gagahnya. Begitu keluar dari dalam pesawat Air Asia, saya menghirup udara yang sedikit berbeda dengan negeri sendiri.
Selamat datang di Bangkok. Sawaddi Kab!
Orang-orang mulai berbeda. Bahasa mulai berbentuk garis-garis melengkung dengan hiasan di atasnya, seperti titik dan baris di tulisan Arab. Di setiap sudut pintu kedatangan adalah aroma Thailand yang melekat kuat. Saya mencium aura yang mirip dengan Bali yang begitu kental dengan Hindu, berbeda dengan Thailand dengan Budha yang kentara sekali.
Passanger yang berfoto-foto seperti kami – barangkali – baru pertama ke Bangkok. Tiap ada papan nama dengan tulisan Bahasa Thai langsung jadi background untuk sebuah kenang-kenangan. Saya malah sibuk memotret teman lain sampai lupa berdiri di sana. Juniawan salah seorang yang masih tersimpan fotonya di papan penunjuk arah itu.
Juniawan di depan papan informasi bandara.
Kami mengikuti arah panah ke baggage claim untuk mengambil bagasi. Di luar terminal kedatangan, Freddy sudah menanti kami. Dalam beberapa hari ke depan, Freddy akan menemani kami ke Kapal Persial di Sungai Chao Phraya, belanja murah di Asiatique, sampai mengelilingi Kota Bangkok yang kemacetannya tak kalah dengan Jakarta, cerita tentang ini bisa dibaca kembali pada beberapa episode yang lalu.
Ada kesan menarik saat sampai di depan imigrasi kedatangan Bandara Don Mueang. Tidak semua petugas mengerti Bahasa Inggris sehingga sulit sekali komunikasi. Mata mereka begitu tajam tanpa berkata-kata, jika ada yang mencurigakan langsung disuruh buka semua isi bawaan. Mungkin juga ini jadi alasan soal cinta, Yogi membantu Indah yang hampir menangis saat ranselnya dibongkar karena bunyi bip saat diperiksa, yang ternyata hanya bros saja.
Traveling ke Bangkok kemudian jadi pelajaran penting bagi saya saat berada di negeri orang, berbeda dalam segala hal, dan harus menahan emosi agar tidak berurusan dengan pihak berwajib sehingga tertahan untuk segera pulang.

adalah pulang karena rindu telah usai…

Kami hampir tertinggal pesawat, jika saja sopir taksi itu tidak baik hati. Kami berputar-putar dalam kemacetan lalu lintas Kota Bangkok untuk sampai ke bandara. Napas lega harus ditarik begitu sampai ke terminal keberangkatan Don Mueang Internasional Airport. Kami mengucap perpisahan dengan Freddy atas kenangan manis lalu masuk ke dalam untuk check-in.
Tiap konter check-in sangat sibuk dan ribut. Ada calon penumpang yang berdebat dengan petugas entah karena alasan apa. Calon penumpang kesal dalam Bahasa Inggris, petugas check-in di balik layar komputer membalas dalam Bahasa Thai.
Saya menjadi khawatir. Saya keluarkan e-ticket dan paspor. Petugas check-in wanita dengan raut wajah datar itu bertanya, “Indonesia?” saya mengangguk lalu rentetan pertanyaan seperti tidak ada benda tajam, laptop, kamera, handphone di dalam bagasi yang saya jawab dengan gelengan kepala. Saya mau segera berlari ke teman lain yang sudah selesai check-in.
Kami tiba di depan petugas imigrasi untuk mendapatkan stempel keluar dari Thailand. Mata petugas imigrasi juga begitu jelalatan ke bawaan kami; mungkin di mana-mana tetap saja soal keamanan suatu negara. Paspor saya terstempel dengan mudah. Yang lain juga lancar saja. Tiba di X-Ray, Indah lagi-lagi harus ditolong oleh Yogi.
Stempel paspor dulu di imigrasi Thailand di bandara.
Cinta memang menakdirkan seseorang. Petugas X-Ray menyuruh Indah keluarkan semua isi ransel. Beberapa botol minuman disuruh buang atau minum. Saya kasihan melihat Yogi harus membantu Indah minum beberapa botol, sisanya harus dibuang. Satu catatan mungkin untuk yang sedang dan akan ke luar negeri, lebih baik tidak membawa ‘bekal’ karena tidak semua bandara membolehkan hal demikian. Meskipun mahal, sepotong roti atau sebotol minuman masih bisa kita beli di depan gate.
Stempel di paspor sudah berbekas. Saatnya bergegas ke gate yang tertera di boarding pass. Di setiap sudut terminal keberangkatan ini adalah gambar tokoh Thailand dengan warna cokelat. Dan tentu saja, di mana-mana masih bertuliskan huruf Thai yang di bawahnya terdapat arti dalam Bahasa Inggris.
Sah. Paspor saya ada stempelnya.
Sebenarnya di tiap terminal di bandara manapun itu sama saja. Cuma, kita harus menyisakan sedikit mata uang negara dimaksud agar tidak kerepotan saat menanti boarding time. Hal tidak terduga seperti delay bisa melanda siapa saja karena alasan cuaca, pesawat terlambat datang atau karena alasan lain. Biasanya di depan gate terdapat toko untuk menjual makanan dan minuman, dan juga pernak-pernik.
Di terminal keberangkatan Bandara Don Mueang, Bangkok.
Enaknya traveling ramai-ramai ada yang bisa diajak ngobrol saat menanti dipanggil masuk ke dalam pesawat. Kami masih bercerita tentang apa saja. Calon penumpang lain juga demikian. Mau main smartphone sangat sulit dengan Wi-Fi bandara yang kadang koneksi stabil, kadang malah down.
Foto lagi sebelum terbang.
Naik ke dalam pesawat AirAsia adalah momen yang dinanti. Saya langsung ingin tertidur dalam perjalanan malam itu. Tidak ada perbedaan waktu antara Bangkok dengan Jakarta. Perkiraan sampai ke Jakarta sekitar pukul 10 malam.
Sama seperti saat hampir tiba di Bangkok, sebelum landing di Jakarta, pramugari membagikan kartu dari bea cukai untuk diisi tiap penumpang. Terdapat beberapa keterangan yang harus diisi dengan benar agar tidak berhubungan dengan petugas imigrasi dan bea cukai.
Tiap penerbangan internasional akan mendapatkan kartu ini sebelum landing.
Landing di Jakarta sudah dinanti. Seperti menghirup udara segar. Antrean stempel lagi di petugas imigrasi, bahwa kita telah masuk ke Indonesia.
Stempel paspor dulu sebagai tanda masuk Indonesia sebelum keluar pintu terminal kedatangan.
Bahagia Bersama AirAsia adalah janji yang saya tepati. Perjuangan panjang agar bisa terbang bersama AirAsia adalah nikmat yang tidak bisa didustakan. Pulangnya juga demikian, saya terbang lagi ke Aceh, lalu ke kampung halaman dalam waktu 3 jam lebih di atas udara dan 5 jam perjalanan darat. Namun, begitulah cerita traveling. Bukankah kita harus menikmatinya?
Categories
Uncategorized

Koperasi dan Generasi Milenial yang Suka ‘Hostpot Dulu, Bro?’

Hostpot dulu, Bro?” mungkin cuma saya
yang tidak bisa memalingkan pendengaran dari permintaan itu. Suasana kampung
yang asri, dengan anak-anak milenial berkumpul di kios atau di sawung tengah
sawah, adalah pemandangan yang melekat dari dulu sampai kini. Bedanya, kita
dulu menunggu giliran main congklak atau diskusi taktik main petak umpet, generasi
sekarang lebih banyak perang jempol di atas layar smartphone.
Koperasi dan generasi milenial.
Sulit sekali menemukan anak-anak main layangan sore hari. Tidak mudah pula menemukan anak-anak mandi sungai menjelang magrib. Semua
berpaku dalam dunia maya yang entah mencari pembenaran atau halusinasi semata. Paket
data habis, mereka mencari Wi-Fi, tidak juga didapat keduanya; bagi hostpot
dulu boleh?
Adalah hal yang wajar jika kita ‘berteman’
baik dengan generasi milenial. Gaya hidup mereka memang demikian. Mau
tidak mau akan terus mengikuti gerak waktu yang tidak bisa ditebus dengan
apapun. Perilaku generasi milenial di mana-mana saya rasa selalu sama
cuma berbeda tempat dan waktu. Coba kita tanya, ‘apakah kau bisa main
layangan?’
atau dengan tanya, ‘kau tahu permainan congklak?’
Perilaku generasi milenial sudah berubah
total. Mereka ‘mungkin’ hanya tahu soal Mobile Legends, PUBG, Free Fire
atau game lain, dan juga Atta Halilintar maupun Ria Ricis. Generasi
milenial terbiasa dengan aktivitas multitasking. Dalam keseharian mereka
mengandalkan room chat dari nama Anak Muda Berkarya, Gila Bola, Drakor
Update, Cewek Manis Manja, Cowok Paling Tampan sampai dengan nama-nama lain misalnya
Girl&Boy, LUV BTS, KING EXO, atau room lain yang menggambarkan identitas
dari generasi milenial.
Kembali ke kebutuhan, gaya hidup yang
dijalani generasi milenial itu membutuhkan smartphone dan paket data
penuh sepanjang bulan. Atta update video baru, langsung ditonton. Ricis melampiaskan
curahan hati seorang gadis, langsung disukai. Grup band papan atas Korea
Selatan, BTS, rilis lagu baru langsung streaming berkali-kali agar
merangkak tajam ke trending atau chat music. Satu persatu member
EXO masuk wajib militer, update berita tentang itu tak boleh ‘lepas’
sambil streaming lagu-lagu lama mereka di YouTube, Melon, LangitMusik
maupun iTunes.
Itulah gaya hidup generasi milenial milik
kita. Sepanjang malam – entah belajar atau tidak – room chat bolak-balik
dari Gila Bola ke Girl&Boy atau dari LUV BTS dengan KING EXO, untuk
berdebat panjang lebar soal siapa yang lebih hebat, lebih ganteng, kirim video,
kirim foto yang akhirnya paket data terkuras seperti meneguk air putih. Belum
lagi chat dengan pacar yang minta diperhatikan, minta dikirim foto ‘lagi
apa
’ atau minta video call padahal sedang live streaming pertandingan
Liga 1.
Tak jarang, lima menit setelah itu sudah
beralih ke Instagram untuk update foto terbaru yang paling keren dengan backgound
gunung terbelah dengan lautan lepas sebagai pemandangannya. Di saat yang
sama, sebagian dari generasi milenial duduk termenung di depan laptop sambil
memikirkan ide menjadi konten kreator sukses.
Perilaku generasi milenial.
Kita – sebagai generasi tua ­– sama
sekali tidak bisa menghindari perilaku generasi milenial karena waktu menuntut
demikian. Dengan pemikiran yang lebih matang, kita bisa mengarahkan ke mana
atau begini saja lebih baik daripada menghujat, merundung bahkan
melarang aktivitas mereka. Suatu waktu, generasi milenial yang tidak awam akan
berkata, “Atta lebih kaya kok dari Bapak,” sampai di sini kita tidak
bisa berbuat apa-apa karena it’s that true!
Dari apa yang saya ceritakan, semua berkaitan
dengan interaksi jual beli atau perputaran ekonomi sesuai standar
generasi milenial. Mereka terlibat aktif dalam berbagai aktivitas di dunia maya
karena butuh, mau jadi lebih atau having fun semata. Tetapi, gaya
hidup mereka membutuhkan biaya yang tidak sedikit, butuh ide kreatif yang berlangsung
lama dan usaha yang tidak main-main.
Bagaimana koperasi berjalan sesuai dengan arah
generasi milenial? Secara harfiah, koperasi adalah perserikatan yang
bertujuan memenuhi keperluan para anggotanya dengan cara menjual barang
keperluan sehari-hari dengan harga murah (tidak bermaksud mencari untung)
.
Generasi milenial memiliki pandangan sedikit-sedikit
jadi bukit
, atau, asalkan bisa internetan makan sekali tak apa. Jika
dulu mungkin rokok ada boleh tak makan, namun sekarang benar-benar berubah pada
sebagian besar anak-anak. Mereka menjurus pertanyaan, “Ada paket data?” bukan
lagi, “Ada rokok?” artinya kalau ada paket data, “Bagilah hotspot,” yang
menjadi fenomena dalam waktu lama.
Di sinilah, koperasi harus beriringan dengan
generasi milenial. Paket data adalah hal ‘kecil’ tetapi berdampak panjang
kepada kebutuhan lain yang membuat generasi milenial memilih koperasi daripada
kios pinggir jalan yang menjual paket data seribu lebih mahal, minuman lima
ratus lebih mahal atau roti isi 50% lebih mahal tetapi mau tidak mau
mereka tetap beli atau, “Ngutang dulu,”

Koperasi Zaman Now Wajib Ikuti Mau Generasi Milenial ‘Do You Know?’

Banyak ingin dari generasi milenial yang
dituntut untuk from now bukan excuse karena mereka akan mencari
jejak lain. Sama seperti berselancar di internet, tak lebih dari lima detik user
akan berpaling ke halaman lain. Generasi milenial barangkali lebih cepat dari
itu saat membuka peramban.
Do you know karena
kita hidup di generasi milenial yang serba simple, terburu-buru sebelum
musuh datang dari gim yang mereka mainkan. Ide kreatif harus digerakkan
oleh orang dewasa yang mengaku bahwa kebutuhan atau yang membeli isi
toko adalah anak-anak generasi ini. Orang tua hanya akan membeli sebatas garam,
gula, minyak, cabai, bawang,
dan bumbu dapur lain; seminggu sekali. Sedangkan
generasi milenial butuh asupan tenaga agar lebih super power dalam
menarikan jempol di layar smartphone.
Coba bayangkan, di sebuah gerai dekat rumah
hanya menjual peralatan masak, lalu bumbu dapur, generasi milenial akan membuka
room chat, “Kau tahu nggak di mana jual paket data murah?” atau “Beli
cemilan di mana, Bro?” di mana kawan-kawannya akan merekomendasikan tempat-tempat
lain.
Generasi milenial yang mengemban tugas hemat
pangkal kaya
tidak akan mudah terpengaruh dengan harga diskon. Kalau perlu,
mereka akan mencari gerai lain yang menjual dengan harga lebih murah walaupun cuma
beda 1000 saja. Bagi mereka, lebih baik ‘jalan-jalan’ daripada menawarkan;
dengan mengecualikan bensin kendaraan dan tenaga yang terkuras. Nanti, mereka
bisa menemukan view bagus buat foto atau ketemu kawan lama untuk adu game.
Sesimpel itu mau generasi milenial karena mereka selalu berurusan dengan
selagi ada yang murah buat apa yang mahal!
Ikuti mau generasi milenial maka
koperasi akan sukses besar. Anak-anak yang kita tahu hanya dikasih sedikit uang
jajan, dimarahi jika minta lagi, maka akan berhemat untuk semua kebutuhan. Paket
data ada, bensin jangan sampai habis, cemilan atau makan enak juga didapat.
Kenal baik dengan generasi milenial tidak ada
salah karena mereka sebenarnya adalah generasi konsumtif. Mereka banyak makan. Mereka
banyak minum; terlebih jika ditunjang dengan olahraga rutin. Dan, mereka
‘peminum’ paket data bergalon-galon untuk memanjakan gaya hidup yang kini
tergadaikan dengan kesenangan dari visual yang mereka saksikan.
Koperasi ramah generasi milenial.
Sebuah pasar bisa sepi pembeli kalau tidak
menjual kebutuhan masyarakat sekitar. Generasi milenial yang masih labil mudah
saja berpindah ke satu gerai ke gerai lain karena produk tidak ada atau mahal
dalam kemampuan mereka.
Pulang olahraga mau beli air mineral dalam
botol tetapi tidak tersedia, besoknya jangan harap mereka balik lagi. Minuman
kekinian yang sering kita lihat di iklan televisi bahkan iklan di YouTube,
mereka mau beli saat sedang main game, tetapi sekali lagi yang
mereka dapatkan hanya jenis minuman warna-warni dengan banyak pengawet,
meskipun sama pengaruh pada kesehatan, mereka memilih hengkang ke gerai
lain.
Makanan sehat seperti buah-buahan juga menjadi
pertimbangan di mana generasi milenial mudah tergiur, dan mudah terbawa suasana
sehingga mau beli. Intinya, ‘barang’ yang dijual itu ada di dalam
pikiran generasi milenial.
Generasi milenial memang penuh kreativitas
tetapi mereka masih enggan untuk membeli barang yang tidak menunjang gaya
hidup. Dengan uang ‘pas-pasan’ mereka juga berpikir lebih baik ini daripada
itu, ini lebih bermanfaat daripada itu. Maka, saat masuk ke gerai, mereka akan
mengambil apa yang benar-benar butuh saja.
Koperasi zaman now memanfaatkan
generasi milenial do you know keinginannya. Paket data internet, kartu
perdana, makanan ringan, air mineral, maupun cemilan lain adalah yang paling
diincar oleh mereka, bahkan Wi-Fi menjadi pemasukan yang menjanjikan. Dalam
membentuk koperasi di dekat dengan generasi milenial tidak boleh sama sekali
mengikuti mau generasi zaman old.
Dengan harga yang murah sesuai cita-cita
koperasi, generasi milenial dengan mudah mendekat. Sebaiknya, menghindari
koperasi dengan barang-barang yang sama sekali tidak digemari oleh generasi
milenial. Misalnya, ada kerajinan warga dari anyaman bambu, dijual sebagai
bentuk penghargaan kreativitas yang mana generasi milenial tidak akan
mau membelinya.
Zaman berubah maka ikutilah mau dari
zaman itu. Pengaruh generasi milenial begitu besar. Saya sudah sebut, mereka
punya banyak room chat. Sekali saja ada yang tanya, “Beli paket data
murah di mana, Bro?” selanjutnya akan berdatangan anak-anak lain.
Dari satu room chat ke room chat
lain, akhirnya cerita bersambung itu tak pernah putus. Itu baru satu produk
saja. Bagaimana dengan banyak produk. Misalnya, saat membeli paket data melihat
bungkusan cokelat dengan harga 10% lebih murah dari gerai sebelah, lalu dibeli
dan pamer foto ke room chat atau sekadar ingin update feed Instagram.
Yang terjadi bisa dibayangkan sendiri, begitulah gaya hidup ‘netizen
dalam jiwa generasi milenial. Yang nggak penting bahkan bisa menjadi viral,
bagaimana dengan yang penting seperti yang sering kita baca, twitter please do
your magic
, maka kita ganti, Gen Y please do your magic!
Jadi, maka jadilah!
Kadang, hal-hal sepele bisa membawa
pengaruh besar. “Cuma sebuah room chat?” memandang rendah demikian sama
saja seperti saat BlackBerry merendahkan Android yang kemudian ditendang sampai
jatuh serendah-rendahnya dari persaingan industri smartphone dunia.
Perilaku konsumen yang wajib koperasi ketahui.
Bob Sadino menyebut networking sebagai
bentuk penting dari sistem ekonomi. Dengan modal kecil bisa meraup keuntungan
lebih besar. Siapa yang tidak ingin. Maka, jangan sepelekan hal yang dianggap
sepele di dunia digital ini.

Koperasi Digital Ikuti Gaya Hidup Generasi Milenial

Networking adalah
hal simpel saja. Tetapi, konsep ini sebenarnya sudah dari dulu di mana promosi
dari mulut ke mulut tampaknya sangat berhasil. Di era digital begini, kita bisa
memanfaatkan peran generasi milenial. Nggak perlu muluk-muluk dengan
membuat toko online atau sejenisnya, satu cara sudah saya sebutkan di
atas dengan mengandalkan room chat.
Begitu meledak, maka langkah selanjutnya
adalah beri diskon besar-besaran seperti mau generasi milenial. Sediakan
Wi-Fi meskipun harus beli Rp 5.000 seperti Wi-Fi ID, mereka tetap akan mau
pakai karena butuh, karena itulah gaya hidup yang harus diselesaikan.
Cukup andalkan generasi milenial yang nongkrong
malam-malam sepi atau sore sepulang sekolah di depan koperasi, makin lama makin
ramai. Apa keuntungan yang didapatkan setelah itu bisa ditebak; cemilan habis, minuman
habis, roti-roti ludes, yang ada hanyalah kuota internet di koperasi
harus segera ditambah karena generasi milenial akan mengundang kawan-kawannya
secara tidak sengaja.
Koperasi Digital tidak selalu dengan, “Ayo posting
dengan foto ke media sosial,” atau “Promosikan saja barang-barang ke toko online,”
karena generasi milenial yang jauh dari koperasi milik kita akan mendapatkan ‘koperasi’
lain yang dekat dengan rumahnya. Kita harus benar-benar tahu bahwa generasi
milenial tengah berkubang dengan internet dalam waktu yang lama. Sediakan itu
maka barang lain akan ikut terjual; sekali lagi rumus ini wajib.
Sanggupkah mengikuti jalan cerita generasi milenial?
Jadi, mau kita dibawa ke mana koperasi di
zaman now ini? Satu-satunya cara dengan mengikuti arah perkembangan zaman
dengan berpikir simpel dan mudah. Sudah cukupkah ide ini? Saya kembalikan
kepada ‘mereka’ yang sedang dan akan menjalankan koperasi. Selamat mencoba!
Categories
Uncategorized

Jangan Ragu Bayar Zakat Sebelum Kikir Seperti Tsa’labah

Sejak kecil, saya sudah dibiasakan untuk
sekadar tahu tentang cara membayar zakat. Orang tua kami di kampung menyuruh
anak-anaknya membayar zakat, terutama zakat fitrah kala malam idulfitri.
Pelajaran penting bagi saya bukan saja soal kewajiban tetapi pembiasaan yang
kemudian digenapkan menjadi arahan dan bimbingan.

Jangan ragu bayar zakat.
Biasanya, tiga atau dua hari menjelang malam hari
raya puasa, orang tua kami sudah menyiapkan eumpang breuh (sejenis
kantong plastik yang ditempa dari anyaman daun pandan samak). Eumpang breuh
dianyam seukuran berat zakat fitrah. Tiba malam lebaran, kami akan
berbondong-bondong membayar zakat fitrah ke rumah teungku (orang yang
mengajar mengaji). Anak-anak di kampung kami memang membayar zakat fitrah
kepada teungku bukan ke masjid atau fakir miskin secara langsung. Sedangkan
orang tua baru menyerahkan zakat fitrah ke masjid sebelum diteruskan ke
orang-orang yang wajib menerima zakat.
Di usia remaja atau sudah tidak lagi mengaji,
ada sebagian kecil dari kami yang masih memberikan zakat fitrah kepada teungku,
sebagian besar lain menyerahkannya ke masjid. Kebiasaan dari kecil itu membawa
pengaruh besar terhadap mengapa zakat itu wajib dibayarkan. Secara tidak
langsung, orang tua kami di kampung mengajarkan pentingnya berzakat. Hal-hal
kecil
seperti ini meskipun telah terjadi pergeseran di beberapa tempat
tetapi masih menjadi kebiasaan di tempat lain. Dengan itu, anak-anak mendapat
pelajaran penting sebelum mengetahui lebih banyak tentang zakat bukan sebatas
teori saja.
Di dewasa kini, step by step pelajaran membayar
zakat masih tetap ada. Orang tua kami tidak meninggalkan anak-anak mereka dalam
ketidaktahuan soal kewajiban zakat. Pelajaran di sekolah ‘hanya’ teori
sedangkan penerapannya adalah di kehidupan sehari-hari. Zakat fitrah adalah ada
masanya di waktu akhir Ramadan. Zakat maal adalah ‘keseharian’ yang dibayar
apabila kesanggupan sudah cukup.
Orang tua kami di kampung adalah petani yang ada
kadang tidak ada
rezeki untuk membaginya dengan membayar zakat. Nisab zakat
pertanian tidak semua orang mampu tetapi orang tua saya – selama ini – selalu
sampai nisab. Proses membayar zakat konvensional tetapi dinikmati begitu saja. Amil
zakat datang ke rumah, diberikan makan minum, lalu diserahkan zakat, dan padi
yang sudah ijab kabul itu nanti ada orang lain yang akan mengantarkannya
ke lumbung zakat kampung. Begitu seterusnya sampai sekarang dan masyarakat di
sekitar mendapatkan manfaat dari orang-orang yang membayar zakat.

Mengapa Wajib Tahu tentang Zakat?

Zakat adalah salah satu rukun Islam. Zakat ada di rukun keempat dengan kata lain zakat adalah wajib, sama
seperti puasa, naik haji apabila mampu, salat yang tak boleh ditinggal dan
tentu saja dua kalimah syahadah. Pelajaran yang diberikan oleh orang tua kami
dari kecil membawa pengaruh besar soal ‘arti’ membayar zakat.
Tiap umat yang telah ber-Islam wajib tahu
tentang zakat. Zakat bukanlah seperti utang-piutang, atau pinjaman, atau kredit
macet, tetapi menyucikan harta dengan demikian harta akan berkah dan
berlimpah. Arti berlimpah bukan pula ditambah banyak melainkan harta yang
didapat itu seakan-akan tidak pernah habis sampai nanti pada musim panen
berikutnya. Tak bisa dielak pula orang-orang yang enggan membayar zakat hartanya
seperti cepat sekali habis meskipun hasil panen begitu banyak.
Saya punya seorang tetangga. Semoga jadi
hikmah bagi kita semua. Tetangga ini sama seperti kami, bertani. Namun lahan
yang digarap sangat luas dengan hasil panen juga tak kalah banyak dari
orang-orang kampung. Tiap panen, ia langsung menjual sebagian besar hasil dan
sisanya disimpan untuk makan sehari-hari. Dengan penghasilan yang begitu besar
itu pula, ia tak segan-segan memamerkan perhiasan emas, kendaraan baru maupun pakaian
baru dan wangi tiap saat.
Tetangga saya itu, di mana-mana memperlihatkan
diri berkecukupan. Tiba musim tanam ia kembali ke sawah. Saat musim panen, ia
juga tak pernah sekalipun meninggalkan area persawahannya yang luas. Satu hal
yang kemudian orang-orang yang dekat dengan rumahnya saja yang ketahui, sebulan
atau setengah bulan lebih sebelum musim panen tiba, ia selalu datang ke
tetangga untuk meminta utang beras. Padahal, hasil panennya jauh lebih besar
daripada tetangga rumahnya. Yang tidak ia lakukan adalah membayar zakat
penghasilan dari pertanian yang telah dilimpahkan kepadanya.
Bukankah soal zakat ini sangat pedih seperti
janji Allah? Coba kita baca sedikit sejarah, tentang Tsa’labah bin Haathib.
Hidup melarat tidak ada seorang pun yang mau, meskipun nyaman dan aman di
masa Rasulullah. Tsa’labah membuat tanda tanya pada para sahabat dan
Rasulullah, soal dirinya langsung tergesa-gesa pulang usai salat berjamaah,
tanpa berdoa atau bahkan mengikuti kajian ilmu agama bersama Rasulullah dan
para sahabat.
Muhammad saw. kemudian mengutus sahabat untuk
mencari tahu alasan Tsa’labah tidak ikut kegiatan usai salat berjamaah. Sahabat
memberi tahu Rasulullah sekiranya Tsa’labah cepat-cepat pulang karena ‘setelan’
yang ia pakai cuma satu-satunya dan ia harus berbagi dengan istrinya agar bisa
salat juga tepat waktu; dan tidak ketinggalan waktu salat jika berlama-lama
seusai subuh dipastikan istrinya tidak bisa menunaikan ibadah.
Tsa’labah datang menemui Rasulullah dan
meminta pertolongan, karena doa Rasulullah tidak akan pernah ditolak Allah. Tsa’labah
menjadikan Rasulullah sebagai perantara untuk kebahagiaan hidupnya. Dalam hadits
yang diriwayatkan oleh Ibnu Jabir dalam Jami’ul Bayaan (VI/425 No. 17002),
ath-Thabrani dalam al-Mu’jamul Kabir (VIII/218/219 No. 7873), ad-Dailamy, Ibnu
Hazm dalam al-Muhalla (XI/208) dan al-Wahidi dalam Ashaabun Nuzul (hal.
257-259) berbunyi, “Kemudian ia (Tsa’labah) berkata, “Demi Dzat yang
mengutusmu dengan benar, seandainya engkau memohon kepada Allah agar aku
dikarunia harta (yang banyak) sungguh aku akan memberikan haknya
(zakat/sedekah) kepada yang berhak menerimanya,”
(dikutip dari
almanhaj.or.id, 05/11/07).
Dalam sambungan hadits, “Lalu Rasulullah
shallallahu’alaihi wa sallam berdoa, “Ya Allah, karunikanlah harta kepada Tsa’labah!
Riwayat menyebut bahwasanya Tsa’labah
mendapatkan seekor kambing, yang beranak-pinak dan memenuhi Kota Madinah. Tsa’labah
mencari tanah lapang di pinggiran kota dan hanya salat berjamaah pada dhuhur
dan ashar saja. Kambing Tsa’labah terus bertambah dan ia meninggalkan semua
waktu salat berjamaah sampai salat Jumat. Rasulullah bertanya-tanya ke mana
Tsa’labah yang taat. Rasulullah sudah mengetahui bahwa Tsa’labah telah
bergemilangan harta maka diutuslah dua orang sahabat untuk mengambil zakat dengan
sabda yang ditafsirkan untuk mengambil zakat ke orang-orang mampu sampai
kini, “Pergilah kalian ke tempat Tsa’labah dan tempat fulan dari Bani
Sulaiman, ambillah zakat mereka berdua,
Apa yang diterima dua sahabat adalah, “Apakah
yang kalian minta dari saya ini, pajak atau sebangsa pajak? Aku tidak tahu apa
sebenarnya yang kalian minta ini!
” masih disadur dari riwayat yang sama. Kedua
sahabat pulang dengan tangan kosong saat menghadap Rasululah, Rasululah
bersabda, “Celaka engkau, wahai Tsa’labah!
Atas hal itu Allah menurunkan Q.S. At-Taubah
ayat 75-76, “Dan di antara mereka ada yang telah berikrar kepada Allah:
‘Sesungguhnya jika Allah memberikan sebahagian karunia-Nya kepada kami,
pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang
shalih.’ Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebahagian dari
karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu dan berpaling, dan mereka
memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran),”
Tsa’labah kemudian datang kepada Rasulullah
dan memohon untuk menerima zakatnya. Rasulullah tidak pernah menerima zakat
Tsa’labah sampai Beliau wafat, dan Abu Bakar as-Shiddiq, Umar bin Khattab dan
Utsman bin Affan juga tidak menerima zakat dari Tsa’labah. Hadits yang jadi
pelajaran penting soal zakat itu bunyi lengkapnya adalah, “Celaka engkau,
wahai Tsa’labah! Sedikit yang engkau syukuri itu lebih baik dari harta banyak
yang engkau tidak sanggup mensyukurinya. Apakah engkau tidak suka menjadi
seperti Nabi Allah? Demi yang diriku di tangan-Nya, seandainya aku mau
gunung-gunung mengalirkan perak dan emas, niscaya akan mengalir untukku!”
Tsa’labah yang kikir.
Tsa’labah di kehidupan kita juga banyak, hanya
saja tidak terlihat karena tertutupi oleh enggan  mengurus kehidupan orang lain, atau kehidupan
kita yang individualis.

Kenapa Kisah Tsa’labah Perlu Diceritakan?

Sebagian kita masih enggan membayar zakat
karena merasa telah cukup atau tidak ada lagi orang susah. Sebagian juga bermain
dengan kemewahan dan berkata, harta itu hasil usaha sendiri,
dengan menulikan mata hati bahwa semua itu pemberian Allah.
Di kampung saya sendiri, sering sekali khatib
salat Jumat menceritakan Tsa’labah dan sifat kikirnya. Kala musim panen tiba
seakan khatib mengingatkan betapa Tsa’labah ingkar janji. Memang sekadar
‘sindiran’ halus kepada masyarakat agar menunaikan zakat tetapi hal ini
berhasil karena mayoritas masyarakat di kampung saya membayar zakat penghasilan
dari hasil bumi.
Tsa’labah yang tidak sekali didengungkan dalam
tiap tahun mengantarkan saya akan sadar yang tinggi. Orang membayar zakat
karena memang wajib. Berapa besar kemampuan adalah segitu yang wajib
kita bayarkan. Misalnya tahun ini hasil panen tidak sampai nisab maka tidak
wajib untuk membayar zakat.
Islam itu meringankan kita dalam segala
urusan. Dengan membayar zakat, sekali lagi, harta kita tidak akan berkurang
tetapi bertambah di mana rasa syukur yang berlebihan kita curahkan. Di dalam
harta kita terdapat harta fakir miskin, orang-orang mualaf, maupun ibnu sabil. Mereka
yang wajib menerima zakat selalu ada di sekitar kita. Lihatlah ke sekiling di
mana orang-orang ini bersemanyam kepada apa yang pernah kita rasa. Kita makan
enak mereka belum tentu. Kita makan tiga kali sehari, mereka bisa cuma sekali
saja.
Kewajiban berzakat juga tidak dipaksakan. Berulangkali
disebutkan bahwa sampai nisab sehingga kita yang hidup pas-pasan tidak
diwajibkan membayar zakat.
Kewajiban berzakat.
Selama penghasilan kita sampai nisab, selama
itu pula kita diwajibkan untuk berzakat. Jangan pernah menyebut, nggak ada
lagi orang fakir dan miskin
, karena itu hanyalah misteri yang hanya dapat
dipecahkan oleh keadaan. Maka, penuhilah rukun Islam ini agar kita sempurna
sebagai umat yang bersyukur atas rezeki yang diberikan.

Sekecil Apapun, Tunaikan Zakat!

Saya tidak sanggup bayar zakat sekaligus!
ini bukan alasan untuk saat ini. Zakat pertanian misalnya sampai nisab maka
wajib dibayar zakat. Namun, berbeda dengan zakat penghasilan lain. Bagi seorang
pekerja lepas seperti saya, penghasilan yang tidak menentu membuat enggan
membayar zakat padahal sudah wajib zakat.
Di dalam keseharian, saya bisa makan enak,
bisa main internet dengan lancar, bisa jalan ke mana suka tanpa takut kehabisan
bensin di dalam tangki sepeda motor, tidak khawatir pula kelaparan dan alasan
lain yang membuat hidup lebih senang. Dalam kondisi ini, meskipun tidak
memiliki penghasilan tetap tetapi sudah hidup nyaman, maka berbagilah
kepada mereka dengan cara berzakat.
Zakat yang dikeluarkan tidak selalu harus
banyak dan besar. Sekarang ada cara yang memudahkan kita dalam membayar zakat
seperti ‘menyicil’ tiap bulannya. Kita dimudahkan tanpa membuat khawatir tidak
bisa makan, tidak bisa main internet maupun tidak bisa melakukan hal-hal yang
disenangi lain karena kehabisan uang setelah berzakat.
BAZNAS atau Badan Amil Zakat Nasional telah
melakukan suatu perubahan yang signifikan dalam membayar zakat. Jenis zakat
yang dibayarkan antara lain zakat penghasilan dan zakat maal. Selain itu,
BAZNAS juga menerima infaq dan kurban. Kita cukup memilih mau membayar apa dan
dengan cara modern maupun konvensional.
Saya sendiri mencoba cara yang modern. Sebuah
terobosan dari BAZNAS dalam mengerti generasi sekarang yang semua serba simpel.
Kembali lagi karena penghasilan saya ‘pas-pasan’ maka saya memilih sedikit saja
dulu menyisihkan penghasilan untuk membayar zakat dalam bentuk zakat maal. Bulan
berikutnya, saya akan membayar kembali sesuai kemampuan. Yang penting adalah
memiliki Nomor Pokok Wajib Zakat (NPWZ) sehingga saat membayar zakat bulan
berikutnya langsung diakumulasikan jumlah yang telah dibayar.
Saat ini BAZNAS memiliki sistem bayar zakat online.
Di mana saja bisa membayar zakat tanpa terkendala. Sistem ini di satu sisi
memudahkan kita yang serba multitasking dan gerak cepat. Saya melakukan hal-hal
kecil
itu terlebih dahulu dengan membuka https://baznas.go.id/bayarzakat –
bisa juga instal aplikasi Muzaki Corner di smartphone Android.
Saya membayar zakat maal sesuai kemampuan hari
itu yaitu tanggal 10 Oktober. Semua proses yang dilewati sangatlah mudah dan
membuat saya cepat pula menerima hasilnya. Bukti setor zakat telah saya terima
seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini.

Dari bayar zakat secara online saya
melewati banyak hal terutama tidak repot mengurus kebutuhan bayar zakat seperti
makan minum saat membayar zakat seperti yang sudah saya ceritakan di awal. Saya
cukup masuk ke laman yang dituju, pastikan kalau saldo GoPay cukup – bisa juga memilih
metode lain – lalu mengikuti proses yang cepat sekali.
Bayar zakat lebih mudah dan cepat tanpa perlu
antrean panjang. Bagi orang yang sibuk atau malas keluar rumah, alternatif
bayar zakat secara online ini adalah yang terbaik.

Cara Baru Bayar Zakat

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 Pasal 22,
menyebut, “Zakat yang dibayarkan oleh muzaki kepada BAZNAS atau LAZ
dikurangkan dari penghasilan kena pajak.
” Laman sikapiuangmu.ojk.go.id
menuliskan manfaat dari zakat antara lain pembersih harta dan jiwa, sebagai
sarana pengendalian diri, mengelola uang, mengurangi pajak penghasilan, dan
sarana pemerataan untuk mencapai keadilan sosial
.
Bayar zakat segera melalui BAZNAS sangatlah mudah.
Setelah laman https://baznas.go.id/bayarzakat terbuka kita diminta untuk
memilih metode Transfer, Online Payment atau QR Code. Saya memilih
metode yang pertama di mana informasi yang tertera untuk dipilih adalah Jenis
Dana (Zakat, Infaq dan Kurban), kemudian memilih Zakat Maal atau Zakat
Penghasilan. Saya diminta mengisi Profil Penyumbang Dana dengan memilih Bapak
atau Ibu lalu mengisi nama lengkap, nomor telepon dan e-mail.

BAZNAS memberikan penawaran yang cukup baik di
mana orang yang tidak memiliki Virtual Account (BCA, BNI, Mandiri atau Permata)
dan tidak memiliki Internet Banking (BCA Klik Pay, Klik BCA, Mandiri Click Pay)
dapat memilih metode pembayaran melalui GoPay, seperti yang saya lakukan. Siapapun
bisa mengakses GoPay asalkan telah mengaktifkan fitur ini melalui aplikasi Go-Jek.

Proses pembayaran dengan cara melakukan scan
barcode
setelah menekan Pay now with GoPay. Harap diperhatikan bahwa
masa aktif barcode di halaman website BAZNAS ini adalah 15 menit
setelah proses pembayaran dilakukan. Scan barcode juga tidak membutuhkan
waktu lama setelah smartphone diarahkan persis di tengah-tengah barcode.
Halaman berikutnya menunjukkan Transaction succesful atau di sudut kiri
bawah terdapat DONE dengan warna putih.

Pembayaran akan muncul setelah kita memilih
metode pembayaran. Jika sudah berhasil, BAZNAS otomatis akan mengeluarkan nomor
transaksi dan juga pesan singkat ke nomor ponsel yang didaftarkan bahwa
transaksi telah berhasil.

Secara otomatis pula, BAZNAS akan mengirimkan e-mail
bahwa pembayaran berhasil dilakukan dengan melampirkan CETAK BUKTI SETOR. Kita bisa
langsung mencetak bukti dalam bentuk PDF itu untuk disimpan dan juga untuk
melakukan konfirmasi pembayaran zakat kepada BAZNAS agar mudah dalam pendataan
sesuai dengan NPWZ yang tercatat di sistem. Dengan demikian, saat dilakukan pembayaran
di lain waktu sistem akan mengenalinya dengan mudah.

Kemudian masuk ke laman BAZNAS tadi dan
mengambil Form Konfirmasi Pembayaran Zakat. Data yang harus diisi adalah nama, nomor
telepon, jenis pembayaran, NPWZ, e-mail dan jumlah. Selain itu kita
diminta untuk meng-uplpad bukti setor dalam bentuk PDF yang sudah kita
unduh tadi, dan terakhir sebelum Submit harap memasukkan kode unik pada kolom
yang tersedia.

Tata cara bayar zakat secara online di
BAZNAS dapat dilihat pada infografis berikut ini.
Tata cara bayar zakat online di BAZNAS.
Sudahkah kita berpikir untuk segera bayar zakat?
Jangan ragu untuk bayar zakat karena dengan itu hidup kita akan ‘baik-baik saja’
sampai akhir hayat.
Categories
Uncategorized

Blog Sebagai Penyumbang Konten Marketing di Era Digital

Bicara
marketing, tentu saja pikiran saya langsung tertuju pada media
periklanan. Benar bukan? Marketing adalah iklan itu sendiri!
Marketing.

Berapa
besar pengaruh iklan terhadap sebuah produk? Takaran penghasilan dari sebuah
produk memang bukan aturan main kita, namun produsen yang telah malang
melintang di dunia periklanan paham betul bahwa sebuah iklan produk terbaru
akan membawa pengaruh besar terhadap finansial mereka.


Mau produk sabun mandi,
sabun cuci, sampai ikat rambut – misalnya – wajib diiklankan apabila ingin
mendatangkan banyak pembeli. Dari iklan ini pula kita mengenal merek tertentu
dengan kualitas barangnya seperti ini dan itu.

Semakin gencar produsen
mengiklankan produk mereka, semakin besar pula pemasukan untuk produsen
tersebut. Belum lagi saat produsen menggunakan selebriti sebagai brand
ambassador
. Secara tidak tertulis, para penggemar telah tersihir untuk
membeli produk yang “dipakai” oleh pujaan hati mereka.

Banyak iklan yang tayang, banyak pula pengaruh terhadap masyarakat!
 “Marketing ialah kegiatan sosial dan sebuah pengaturan yang dikerjakan
oleh individu atau sekelompok agar mendapatkan apa yang diinginkan dengan
membuat sebuah produk lalu menukarnya dengan nominal tertentu kepada pihak lain
.” – Philip Kotler
 “Marketing ialah berbagai usaha yang harus dilakukan agar membuat suatu
bisnis atau usaha selalu tampak lebih baik di kalangan pasar dibanding para
pesaing bisnis
.” – Laksita Utama Suhud
Dua
pendapat dari pakar marketing di atas menegaskan bahwa begitu pentingnya iklan
untuk sebuah produk. Tak usah muluk-muluk, saya tak tahu merek smartphone
tanpa melihat dari iklan. Saya tak tertarik membeli makanan ringan tanpa
melihat iklan terlebih dahulu. Liur saya tentu tak akan ngiler mencoba es
krim apabila iklan tidak menggodanya.
Dan,
perubahan zaman juga mengubah tata cara produsen untuk memasarkan produk
mereka. Apabila selama ini produsen mengeluarkan biaya cukup mahal untuk
menempatkan iklan di televisi maupun radio, sekarang jauh lebih mudah dengan menempatkan
iklan di media online dengan biaya relatif murah.
Seberapa efektifkah iklan di media online?
Jika
saya bertanya berapa banyak pengguna internet di era digital ini, tentu saja
jawabannya akan mengambang. Tiap hari pengguna internet terus bertambah. Tidak hanya
di Indonesia namun di seluruh negeri berkat gempuran smartphone murah
Android dari berbagai produsen dunia.

Para pengguna internet tidak hanya
menggunakan media sosial seperti facebook, twitter maupun instagram
saja. Pengguna internet cukup cerdas untuk mengakses mesin pencari supaya tidak
ketinggalan informasi terkini.

Kemudahan ini membuat sebagian anak muda yang
dahulu gemar mendengar radio maupun menonton televisi telah beralih ke media online.
Asalkan kuota internet mencukupi maka mereka dapat terhubung ke internet
sepanjang waktu.

Ngapain saja di dunia maya?
Browsing dan searching
telah menjadi kebutuhan khusus para pengguna internet. Begitu masuk ke mesin
pencari, mengetik satu kata kunci maka internet akan mengarahkan ke laman
yang dituju. Di sinilah letak keunggulan media online.

Tiap laman
yang muncul di halaman pertama mesin pencari adalah laman yang paling
sering di­klik. Bisa dikalkulasikan jika tiap detik ribuan orang mengeklik
informasi di laman yang sama. Berapa banyak konstribusi laman tersebut
kepada produsen iklan?

Mesin
pencari tidak selamanya menyentuh media arus utama untuk mejeng di
halaman pertama. Dunia blog yang semakin populer membuat blogger
begitu gencar menggempur dunia maya dengan artikel menarik dan bermanfaat,
bahkan artikel-artikel dengan kata kunci paling sering dicari.

Berbagai rumus
pun diterapkan oleh blogger profesional untuk “menempatkan” laman
blog
mereka di halaman pertama mesin pencari. Akhirnya, blog dengan
kekuatan SEO mumpuni begitu mudah nangkring di halaman pertama mesin
pencari.

Entah karena “malas” atau karena alasan lain, pengguna internet
cenderung – lebih suka – mengeklik informasi di pilihan laman
nomor satu atau nomor dua di halaman pertama mesin pencari. Tak bisa dihindari
berbondong-bondongnya pengunjung di sebuah blog.


Pengunjung
blog yang banyak cukup besar pengaruhnya terhadap konten marketing. Blog
telah menjadi salah satu bagian dari penyumbang klik iklan terbanyak.

Informasi yang dihadirkan lebih menarik dibandingkan media arus utama yang
cenderung kaku. Dari ratusan bahkan ribuan pengunjung, tidak tertutup
kemungkinan sebagian dari mereka akan mengeklik bahkan membeli produk
yang dipasarkan oleh produsen melalui iklan ini.

Lantas,
blog seperti apa yang disukai oleh penyedia iklan?

Blog yang informatif

Blog yang informatif
paling tidak memuat informasi-informasi yang dekat dengan pembaca, atau
informasi yang paling sering dicari pembaca melalui mesin pencari. Informasi mengenai
wisata atau teknologi – misalnya – merupakan dua dari informasi yang sangat
dibutuhkan oleh pembaca.

Pembaca yang ingin mengunjungi suatu tempat telah
menjadi keharusan untuk mencari informasi mengenai tempat tersebut di internet.
Orang yang ingin membeli smartphone baru lebih sering mencari
spesifikasinya di internet sebagai pembanding dengan produk yang dijual di
pasaran.

Blog yang responsif

Blog yang nyaman
dikunjungi adalah blog yang cepat merespon konektivitas internet. Blog
yang “ringan” lebih disukai oleh pengunjung karena tidak memperlambat gerak
mereka atau bahkan menguras kuota internet.


Blog responsif memberikan
kenyamanan tersendiri bagi pengguna internet. Para pengguna internet akan mudah
berpindah dari satu informasi ke informasi lain dengan cepat.

Blog yang terpercaya

Blog yang terpercaya
adalah blog yang berisi tulisan yang bisa dipertanggung-jawabkan. Blogger
yang menulis maupun mempublikasikan foto di blog wajib mencantumkan
sumber apabila bukan milik sendiri. Blog terpercaya ini pula kemudian
menjadi referensi pembaca mengenai informasi yang dibutuhkannya.
Salah
satu indikasi blog terpercaya saat ini adalah yang “mau” dipasang iklan
oleh Google Adsense. Iklan dari Google Adsense begitu sulit ditembus. Banyak
sekali produsen menawarkan iklan ke mesin pencari ini.

Google Adsense terlebih
dahulu akan menilai dan memverifikasi akun pemilik blog, terutama
mengenai plagiatisme dan sejenisnya. Blog yang “bagus” menurut Google Adsense
akan langsung menerima iklannya.

Tak tanggung-tanggung, iklan yang tayang bisa
beragam. Apa pengaruh iklan ini terhadap produsen sebuah produk? Dengan trafic blog
yang meningkat pengeklik iklan pun akan semakin banyak. Siapa yang tidak
tergiur memasang iklan di blog?

Blog yang populer

Banyak
pengunjung dan artikel menarik tentu akan menjadikan blog tersebut
populer. Kita mengenal fashion blogger, food blogger maupun titel
lainnya. Update terus-menerus yang dilakukan oleh blogger ini
menempatkan mereka sebagai sosok yang dicari di dunia maya.

Ingin restorannya terkenal,
cukup undang food blogger lalu minta dituliskan review menu favorit. Baru
launching baju terbaru, minta blogger untuk mereviewnya di blog.
Imbasnya, pengunjung blog membludak dan produk tersebut dicari oleh
banyak orang.

Blog sebagai penyumbang konten marketing?
Di
era digital benar adanya. Iklan di blog lebih murah, simpel, mudah diakses
setiap saat, dan durasi singkat.
Tertarik menawari kerjasama dengan blogger?

Affiliate Marketing Solusi Blogger

Saat ini program affiliate marketing menjadi solusi terbaik bagi blogger yang ingin mendapatkan penghasilan tambahan. Salah satu program ini datang dari platform dr.cash yang termasuk platform affiliate marketing terbesar di dunia. 
Publisher dan adversiter yang ada di dr.cash akan mendapatkan komisi yang menarik. Jika pertumbuhan sangat baik maka keduanya akan mendapatkan keuntungan yang berimbang yang selama ini jarang ditemukan di platform lain. 
Sebagai informasi saat ini dr.cash telah memiliki lebih dari 2400 penawaran dari berbagai afiliasi. Pembayaran yang dilakukan oleh dr.cash adalah dengan metode PayPal dan Paxum yang otomatis masuk ke akun apabila mencapai batas minimum $50. Namun jika ingin menggunakan akun bank maka pembayaran baru dapat dilakukan apabila saldo minumum $1500 tiap bulannya. 
Bagaimana pun perkembangan teknologi saat ini sangat menarik dan dapat dijadikan pegangan jika ingin sukses. Tergantung bagaimana kita mau mengarahkan ke mana tujuan dari bentuk pekerjaan ini. 
Categories
Uncategorized

Ingin Jalan-Jalan Murah ke Belitung? Aplikasi ini Harus Anda Miliki

Tentunya Anda sudah pernah mendengar tentang keindahan wisata pantai dan pulau di Belitung, bukan? Nah, salah satunya yang terkenal adalah Pulau Lengkuas. Pulau yang terletak di kawasan utara Belitung ini menjadi primadona destinasi wisata di Pulau Belitung.

Bila sejenak mengintip keindahan pulau yang luasnya hanya sekitar 1 hektar ini, Anda akan memahami alasan pulau ini menjadi primadona.

Di pulau berpasir putih ini terdapat pepohonan kelapa yang indah, formasi unik bebatuan granit yang berusia 218 juta tahun, serta mercusuar yang dibangun sejak zaman Belanda yang menjadi sorotan utama terletak tepat di tengah Pulau Lengkuas. 

Pulau Lengkuas – superadventure.co.id
Selain itu, saat tiba di pulau ini, Anda juga bisa mengikuti kegiatan snorkeling untuk dapat mengeksplor keindahan pulau ini selengkapnya. Jadi, dijamin Anda betah berlama-lama jika berkunjung ke tempat ini. 
Namun, jika Anda ingin berlibur di Pulau Lengkuas Belitung ini, pastikan sebelum berangkat Anda mengunduh aplikasi Airy. Aplikasi Airy bisa dikatakan aplikasi anak zaman now karena praktis, mudah diunduh dan digunakan, akan membantu Anda booking hotel di Belitung yang nyaman dan murah. 
Nah, jika Anda penasaran ingin tahu kelebihan aplikasi Airy ini untuk perencanaan liburan Anda, inilah penjelasannya. 
Keuntungan Menggunakan Aplikasi Airy 
  1. Aplikasi Airy Rooms bekerja sama dengan hotel lain untuk mengelola sebagian kamar hotel sesuai standar Airy. 
  2. Aplikasi Airy Rooms ini sangat mudah dan cepat digunakan untuk booking hotel murah langsung melalui aplikasi di smartphone. 
  3. Anda dengan mudah dapat mencari lokasi hotel murah Belitung dan setelah itu mendapatkan tampilan map beserta harganya yang transparan sudah termasuk pajak dan tidak ada tambahan biaya lainnya. 
  4. Anda bisa mengintip foto-foto penampakan hotel di Airy rooms lengkap dan up to date, mengatur perjalanan dan menyimpan riwayat perjalanan dengan mudah melalui aplikasi Airy. 
  5. Proses pembayaran pun bisa Anda lakukan dengan fleksibel, bisa melalui transfer bank, kartu kredit, ataupun gerai indomaret terdekat. 
Selain itu, Anda bisa menjadi yang pertama mendapatkan info dan promo yang akan dikirim langsung ke smartphone Anda, bila Anda mengunduh aplikasi Airy ini. 
Jangan lupa bahwa dengan harga hotel yang terjangkau ditawarkan dalam jaringan Airy, Anda bisa mendapatkan standar 7 jaminan kenyamanan, sehingga dapat menginap dengan nyaman. 
Fasilitas yang Anda dapatkan ini meliputi jaringan Wifi, tempat tidur bersih, AC, TV layar datar, shower air hangat, perlengkapan mandi, serta air minum gratis. 
Nginap di Airy lebih murah.
Jadi, bagi Anda yang mengutamakan kenyamanan, kebersihan, serta fasilitas yang memadai, segera unduh aplikasi Airy ini sebelum berlibur ke Belitung. Buktikan sendiri secara langsung bahwa semua penampakan kamar seperti yang tertera di website Airy Rooms. Kamar yang cozy, ber-AC, menggunakan kasur empuk, shower air panas, Wifi, hingga complementary snack untuk camilan. 
Saat ini jaringan Airy Rooms sudah tersebar di kota besar di seluruh Indonesia baik di Jawa maupun luar Jawa. 
Jadi, jika Anda jalan-jalan ke Belitung pastikan untuk menginap di jaringan hotel ini memakai aplikasi Airy. Jika Anda membutuhkan bantuan, layanan pelanggan siap membantu 24 jam. Anda tidak perlu khawatir bertransaksi di Airy, karena Airy bebas dari penipuan dan dipercaya lebih dari 1 juta penggunanya.
Categories
Uncategorized

Syair Ayat-Ayat Cinta yang Memudar Hampir Senjakala

Aisha mungkin masih ada atau telah tiada – suara hati Fahri.

Ayat-Ayat Cinta 2
dimulai dengan getaran asmara seorang suami kepada istrinya. Cinta yang belum
bisa digantikan dengan yang lain. Keperihan selalu hadir ketika ingin mengganti
kedudukan wanita tercinta dengan wanita lain, walaupun bayangan semesta
menghadirkan pesona-pesona wanita tak terkira.
resensi ayat-ayat cinta
Ayat-Ayat Cinta 2 – Photo by Bai Ruindra

– alangkah manis bidadariku ini, bukan main
elok pesonanya, matanya berbinar-binar, alangkah indahnya, bibirnya, mawar
merekah di taman surga – puisi Fahri kepada Aisha di musim salju kota Freiburg.
Sabda
cinta Fahri belumlah usai. Ia masih mengarungi bahtera kesucian cinta sebelum
menemukan akhir dari semua. Habiburrahman El Shirazy menawarkan pesona
lain dalam Ayat-Ayat Cinta 2. Pesona ini justru menjadi cambuk
dalam melahirkan novel setebal lebih kurang 696 halaman. Tak cukup sehari untuk
menghabiskan buku ini.

Tak ada padang pasir di novel ini. Tak ada Fahri yang
tinggal di flat kecil Kairo. Tak ada pula mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang
ramai seperti di Ayat-Ayat Cinta sebelumnya. Sekadar mengulang memori, saya
hadirkan untuk Anda soundtrack Ayat-Ayat Cinta untuk mengulang sedikit
kenangan.

Apakah
cinta Fahri kepada Aisha tetap sama? Getaran nada lagu dari Rossa memang
menyisakan sejuta pesona antara Fahri dan Aisha, waktu itu. Namun kebahagiaan
tersebut sirna begitu membuka Ayat-Ayat Cinta 2.

Tak ada Aisha yang mengalunkan
cinta kepada Fahri. Hanya Fahri yang selalu mendamba cinta dalam dirinya. Fahri
belum beranjak dari butiran cinta untuk Aisha walaupun waktu hampir membuatnya
pudar.

Bukan
tidak ada wanita lain datang mengenalkan diri atau dikenalkan kepadanya. Fahri masih
belum mampu berpaling sebelum Aisha benar-benar sempurna hilang atau sempurna
datang kembali.

Perasaan bersalah Fahri tak bisa diganti dengan Aisha yang lain
biarpun anggun seperti bidadari, kaya hampir bisa membeli seluruh dunia. Fahri yang
salah membiarkan Aisha menjemput bahaya ke Palestina, melintasi Israel yang angkuh
kepada dunia.

Itulah
nyata. Fahri melepas kepergian Aisha ke Palestina untuk sebuah penelitian
novelnya. Aisha berangkat ke Palestina bersama wartawan Amerika, Alicia. Pada November
2007 itu Aisha dan Alicia dengan gagah menepi ke Tepi Barat.

Fahri terlalu
egois dengan persiapan sidang akhir Ph.D di Uni-Freiburg. Aisha melayang. Tak kembali.
Kabar perih datang dengan ditemukannya jasad Alicia yang hampir membusuk.

Hati
Fahri terlanjur membeku untuk memulai dari awal. Cinta itu benar-benar tidak
mudah. Tiap saat adalah Aisha. Bahkan, gesekan biola Keira saat memainkan nada Viva
La Vida
sekonyong-konyong tangan Aisha yang menggesekkannya.

Keira – si tetangga
sombong dan anti Islam – teramat sering memainkan biola, bahkan di tengah malam
buta. Ingatan Fahri akan Aisha terngiang tak bisa dibuang. Hati Fahri teramat
perih. Satu hela napas saja tentang Aisha bisa membuatnya terkapar, bagaimana
dengan sebuah nada yang teramat panjang untuk ia tutup telinga mendengarnya.

Paksaan
untuk menikah lagi datang dari Ozan, orang terdekat dengan Aisha. Ozan bersama
Paman Aisha, Eqbal mengenalkan Hulya yang bersaudara dekat dengan Aisha dengan
perawakan hampir sama. Syaikh Utsman, guru talaqqi dari Mesir juga
menyarankan hal serupa dengan mengenalkan Salma.
– Sekali nafsu itu kau manjakan, maka nafsu itu
akan semakin kurang ajar dan tidak tahu diri! Jangan pernah berdamai dengan
nafsu! Sekali kau berdamai, maka nafsu itu akan menginjak harga dirimu dan
menjajahmu! Jangan beri kehormatan sedikit pun pada nafsumu. Perlakukan dia
sebagai makhluk hina, pengkhianatan yang tidak boleh diberi ampun! – nasihat
Syaikh Utsman Abdul Fatah.
Bagaimana
Fahri memanjakan nafsu sedangkan ia belum tahu nasib Aisha. Permainan emosi
Fahri lebih condong kepada salah langkah seperti sebelumnya. Aisha hilang di
Palestina karena dirinya. Ia masih berharap Aisha kembali dengan selamat dan mereka
bisa kembali membina rumah tangga bahagia.

Orang lain memang menilai Fahri
terlalu egois untuk membujang walaupun banyak wanita yang cocok untuknya. Paman
Hulusi yang tiap saat bersamanya malah tidak menyarankan Fahri kembali menikah
karena pria setengah baya ini paham betul kondisi Fahri. Paman Hulusi teramat
sering mendapati Fahri menangis saat mengingat Aisha.

– Jika telah tiada akan lebih tenang. Karena belum
ada kepastian, harapan itu selalu ada! – anonim.
Pada
sebuah kenangan bersama Aisha, puisi Kekasih karya Paul Eluard membuat
keduanya terlena semakin lama.
– agar dapat melukiskan hasratku, kekasih,
taruh bibirmu seperti bintang di langit kata-katamu, ciuman dalam malam yang
hidup, dan deras lenganmu memeluk daku, seperti suatu bertanda kemenangan
mimpiku pun berada dalam benderang dan abadi – Paul Eluard, penyair Prancis
abad ke-19.
Kenangan-kenangan
bersama Aisha terus hadir dan tidak bisa dibuang oleh Fahri. Walaupun ia telah “menyendiri”
ke Edinburgh, Skotlandia, Aisha hadir begitu saja dalam ingatannya. Sedikit saja
ada yang sentil perihal Aisha, ia akan terlarut dalam sedih. Wajar saja Fahri
bersedih karena Aisha bukanlah meninggal namun hilang di negeri zionis.
Perjalanan
Fahri terus menanjak di tangga The University of Edinburgh. Fahri dipercaya
oleh Profesor Charlotte sebagai pengajar tetap di kampus tersebut.

Artikel-artikel
ilmiah Fahri terus dipublikasikan dalam bentuk jurnal, tidak hanya di kampusnya
namun juga di Turki dan di negara lain. Tidak hanya dipercaya menjadi pengajar,
Fahri juga menjadi pembimbing tesis mahasiwa Cina, Ju Se yang tak lain temannya
Heba, putri Tuan Taher, seorang wanita cantik yang diam-diam mengagumi Fahri.

Kang
Abik mengaduk pembaca sampai ke titik sabar tertinggi. Perlahan-lahan
permasalahan diangkat sampai benar-benar meledak. Hulya yang semula hanya
menyukai dari jarak jauh telah mulai nekad mencuri start.

Berbekal biola
milik Aisha, Hulya ikut kompetisi biola dunia di Italia bersama Keira. Hulya
mendapat juara kedua dan Keira juara ketiga. Sebelumnya, Fahri membantu Keira
untuk dapat ikut kompetisi atas bantuan karyawannya, Nyonya Suzan dan Madam
Varenka, seorang pelatih biola dunia.

Keira yang membenci Islam karena ayahnya
meninggal akibat bom orang Islam menganggap Fahri sebagai biang teror. Tabiat Keira
diwarisi kepada Jason yang ikut-ikutan membenci Fahri – muslim. Jason lebih
cepat berubah dibandingkan Keira karena sikap lembut Fahri.

Keira yang tidak
mengetahui bahwa malaikat penyelamat hidupnya adalah Fahri kembali menodong
dengan serentetan peluru. Emosi Keira membludak saat mengetahui Jason ingin
memeluk Islam.

Kedekatan
Fahri dengan para tetangga semakin nyata. Brenda yang berhutang budi telah
ditolong semakin baik kepada Fahri. Nenek Caterina – seorang Yahudi – tak pernah
menyangka Fahri begitu baik kepadanya.

Berulangkali Fahri menolong Nenek
Caterina, mengantar ke tempat ibadah, membagikan makanan bahkan menyelesaikan
masalah dengan anak tiri Nenek Caterina yang seorang tentara Israel.

Perlahan-lahan
pengetahuan Fahri mengenai Yahudi semakin membaik, termasuk satu kata dari
orang Yahudi yang selalu disematkan kepada umat Islam. Amalek. Kata tersebut
lebih hina dari binatang dan Fahri menerima ejekan tersebut dengan lapang dada.

Pertemuan
dengan Hulya pun semakin tidak bisa dibendung. Hulya lebih berani karena
baginya Aisha telah tiada.
– Kenapa sunnah Nabi terhalang oleh sebuah
kerinduan tak jelas yang berlebihan? Bukankah berlebih-lebihan itu tidak baik
dalam ajaran agama kita? Maafkan jika pesan ini mengganggu – pesan Hulya kepada
Fahri.
Tak
hanya Hulya yang berani menantang Fahri, Ibu menitipkan pesan lebih bermakna
dan dalam. Ibu tentu tidak ingin Fahri berlama-lama merenung nasib hidupnya
yang tidak kunjung membaik.
– Pertama, mencarinya sampai ketemu. Kalau sudah
segala cara kau gunakan untuk mencarinya tapi tidak juga ketemu, itu adalah
takdir. Kau harus cari Aisha yang lain! – Ibu kepada Fahri.
Fahri
telah mencari, berulangkali namun hasilnya nihil. Kang Abik menghadirkan sosok
sabar yang teramat dalam dari seorang Fahri. Memang tidak mudah namun Fahri
menunggu kepastiaan mengenai Aisha karena Ayat-Ayat Cinta itu tak pernah ada
selagi Aisha belum kembali.
– Tidak sempurna ibadah seorang ahli ibadah
sampai ia menikah! – Ibnu Abbas.
Apakah
ibadah Fahri tidak berguna? Fahri pasrah pada keadaan dan terus menunggu
sebelum perkataan Ibu membentuk rona bahagia kembali ke keadaan sebenarnya.
– Hunna libasun lakum wa antum libasun lahunna;
istri itu pakaian bagi suami dan suami pakaian bagi istri – Ibu kepada Fahri.
Fahri
meminang Hulya karena Aisha tak kunjung tiba. Namun keputusan Fahri kali ini
teramat salah. Kesalahan yang serupa pernah ia lakukan saat melepas Aisha. Kesalahan
Fahri setelah menikahi Hulya karena beragam kejadian sebelumnya tidak terbaca
oleh Fahri.

Sabina telah menancapkan peluru secara diam-diam. Sabina mengejar
Fahri ke manapun langkah gagah itu berjalan. Sabina mengemis di mana Fahri ada.
Sabina yang buruk rupa sampai masuk media massa dan online karena
dianggap sebagai penganggu kota nyaman tersebut.

Fahri kemudian menolong Sabina
dan menjadikannya pembantu rumah tangga. Tak cuma sampai di situ, Sabina bahkan
memasak dengan cita rasa Aisha. Sayangnya, Fahri hanya curiga seadanya. Fahri
tidak peka. Fahri terlampau bahagia bersama kedudukannya sebagai orang kaya,
orang terpandang, dosen terkemuka, alim agama, dan suami setia pada Hulya.

Pernikahan
Fahri dengan Hulya teramat bahagia untuk diganggu. Fahri menolong orang tanpa
pamrih. Uang tak lagi berharga di matanya. Ia membiaya kuliah Misbah yang
hampir terbengkalai. Jason dapat bersekolah bola karena beasiswa penuh dari
Fahri.

Keira menang dua kompetisi biola dunia karena uluran tangan Fahri. Dan Nenek
Caterina bisa kembali ke rumahnya setelah Fahri membeli rumah tersebut. Hulya
membuat Fahri lupa kepada Aisha. Hingga suatu ketika, Aisha kembali dengan
selamat, dalam balutan orang lain yang begitu dekat dengan Fahri.

Fahri
adalah manusia sempurna. Kang Abik menjadikan Fahri tanpa cacat sedikitpun. Fahri
yang sering menangis apabila mengingat Aisha hidup dalam pujian orang banyak. Bahkan
debat bersama Yahudi dan Nasrani yang dipandu oleh Profesor Charlotte
dimenangkan Fahri secara sempurna. Fahri alim ulama yang menguasai ilmu dunia
sampai ke detailnya.
Apakah
Fahri masih sempurna sebelum Paman Hulusi menegurnya?
– Saya melihat ada kesombongan dalam diri Hoca,
semua mau diselesaikan dengan uang. Masalah Keira diselesaikan dengan uang. Sabina
dengan uang. Nenek Caterina dengan uang. Semua dengan uang. Tapi apa hasilnya? Hanya
kemubaziran belaka! Inilah jadinya kalau Hoca terperangkap cara kapitalis! –
Paman Hulusi kepada Fahri.
Kang
Abik menghadirkan Ayat-Ayat Cinta 2 di tengah gempuran novel populer. Ayat-Ayat
Cinta lahir dengan segudang ilmu agama yang sulit dilewatkan begitu saja. Melalui
Fahri, Kang Abik telah “berdakwah” dengan sempurna. Petikan hadis, ayat
al-Quran bahkan kutipan dari kitab Yahudi maupun Nasrani menambah alot cerita
dalam novel ini. Ayat-Ayat Cinta 2 tak lain novel terlengkap pada tahun
2015!
– Ayat-Ayat Cinta 2 ini adalah karya sastra
racikan Kang Abik yang mengejutkan. Lebih berani dan dinamis. Tapi tetap sarat
makna dan pesan! – Melly Goeslaw.
Dibalik
kesempurnaan Ayat-Ayat Cinta 2, Kang Abik – dengan penerbit – sangat kecolongan
dalam beberapa hal. Alasan ini sepatutnya tak pernah terjadi karena penulis
maupun editor bekerja sama untuk menghilangkan typo – kesesuaian EYD.

Misalnya,
dalam percakapan hadir “aku” padahal Kang Abik menulis dari sudut pandang orang
ketiga yaitu Fahri. Fahri adalah Fahri namun satu kesalahan terjadi saat Fahri
menjadi Fahmi. Lantas, saat berdialog dengan Heba, malah muncul Hulya.

Kesenjangan
lain adalah sosok Fahri yang teramat sempurna. Bagi saya. Entah bagi Anda. Hidup
Fahri sempurna dari segala rupa. Saya bahkan bertanya-tanya apakah ada di dunia
nyata yang seperti ini adanya?

Sulit sekali orang “membuang” materi dalam
jumlah besar untuk orang tanpa ikatan keluarga. Urusan sedekah pun seadanya
saja karena hidup ini bukanlah pada hari itu saja namun pada hari-hari
berikutnya yang belum tentu gagah perkasa.

Jangan
pernah bermimpi setting Ayat-Ayat Cinta 2 akan selembut, sedalam,
sepeka, sedetail Ayat-Ayat Cinta 1. Kota Skotlandia hanya sepenggal-penggal
yang merupakan loncatan Fahri berpindah dari suatu tempat ke tempat lain. Padahal,
jika lebih fokus pada setting seperti novel pertama, novel ini akan
lebih nendang bagi pembaca.
Fahri
telah hadir dalam fiksi. Akankah Fahri akan lahir di dekat kita?
– Jadilah muslim yang hanif, penuh cinta, dan
berakhlakul karimah pada siapa saja! Itulah pesan kuat novel dahsyat ini. –
Fahmi Salim, MA., Wasekjen MIUMI dan Anggota Majelis Tarjih PP. Muhammadiyah.