Categories
Uncategorized

Bisakah Tampil Cantik dengan Smartphone Huawei?

Cantik, barangkali sangat relatif sekali di mana-mana. Cantik dari fisik bisa menjadi ukuran menilai orang lain lebih dalam. Belum lagi, jika bicara masa-masa remaja yang kini telah terkontaminasi oleh gaya hidup mewah dan keren – mau tidak mau. Alur waktu yang tidak bisa ditebak membuat kita tergerus ke dalam kubangan ini. Jujur saja, saya terlena, larut dalam sebuah larutan dengan jelly rasa buah-buahan yang enggan untuk kembali. Meskipun saya punya pintu ajaib Doraemon, saya tidak mau kembali ke tahun batu untuk memberi warna hidup lebih menyakitkan.

Dan kini, cantik telah ada di setiap jengkal. Jika sepintas dilihat secara nyata, cantik itu bisa menemukan keganjilan yang pasti. Namun, akan berbeda saat cantik didefinisikan dengan arti lain yang lebih luas. Cantik yang bermain dengan gertakan dunia maya, yang dibius oleh puluhan gigabite, dirasuki oleh komentar-komentar jahat tetapi kita tidak bisa melepaskan diri dari yang namanya smartphone.
Cantik itu begitu dekat dengan lingkungan saya. Tiap hari saya temui cantik yang berbeda. Mungkin kemarin, mereka lupa memakai bedak, mungkin besok memoles bibir dengan lip gloss, atau bahkan memakai wewangian yang semerbak meskipun telah meninggalkan langkah beberapa meter ke depan. Begitulah yang terjadi dari cantik yang saya maksud. Perubahan yang signifikan namun kamera smartphone membidiknya dengan semena-mena, seabadi saja, seindah mungkin, begitu adanya dan akan menjadi sebuah kenangan terindah di suatu masa nanti.  
Saya sempat khawatir, bagaimana memotret cantik di lingkungan sekolah. Tak bisa dielak bahwa anak-anak akan mendekati saya untuk sekadar cerita atau memperlihatkan kecantikan mereka. Jika dulu, tidak ada budaya bahkan kebutuhan untuk memotret mereka. Maka, saya mengubah haluan itu; karena keinginan atau perihal lain yang membuat saya ingin mengabadikan senyum mereka.
Cantik itu tercipta seadanya. Begitu saya mengatakan, “Kamu berdiri di sana,” maka sebuah klik akan memaknai hari lebih dari apa yang tidak bisa mereka lakukan. Aturan sekolah kami jelas, anak-anak tidak dibenarkan membawa smartphone ke sekolah namun di sisi lain mereka ingin sekali mengabadikan momen dengan menggunakan seragam putih abu-abu. Kenangan di mana selalu saja – tiap generasi – tidak akan pernah dilupa sama sekali.
Saya kemudian jadi penolong mereka? Mungkin iya. Mungkin tidak. Sebenarnya, saya senang, saya ingin dan saya butuh ‘pertolongan’ mereka untuk menguji kamera smartphone atau foto pesanan lain. Maka, saat foto ini menjadi saksi sebuah ‘cantik’ yang nyata, tanpa polesan dan editan sama sekali, saya kemudian yakin bahwa kamera ponsel pintar bisa memberi kenangan lebih untuk masa yang telah lalu dari anak-anak saya di sekolah.
Bisakah tampil cantik dengan kamera Huawei?
Mungkin, mereka akan melupakan saya. Mungkin, mereka tidak memedulikan lagi guru yang telah ditinggal. Namun, satu hal yang pasti, foto akan menjawab sebuah pertanyaan yang usang maupun tidak tersirat sekalipun. Saya tentu bersenang-senang dan mereka yang terekam juga demikian; setidaknya ada kenangan dengan seragam sekolah di mana cinta semasa SMA bersemi dengan indah.
Huawei Nova 2i mengambil gambar Risma Kurniawaty dengan sempurna dari tangan saya yang gemetar karena bukan fotografer profesional. Saya hanya membidik calon model dengan tinggi semampai di jam istirahat hari itu. Bidikan kamera ponsel ini mampu mengunci senyum dengan indah dan tepat waktu. Begitu saya perlihatkan hasilnya, Risma berseru, “Pak, bagus kali. Jangan lupa kirim ya!”
Tidak hanya hari itu, berkali-kali, sesering saya memotret anak-anak di sekolah, nomor WhatsApp saya telah tersebar ke mana-mana. Tidak ada anak-anak yang mencoba mengirim pesan kosong, tidak ada pula yang sekadar berbasa-basi. Anak-anak yang telah saya potret di siang hari, paling tidak akan menagih foto mereka di sore atau malam hari. Lantas, saya mengirim foto-foto cantik itu untuk mereka upload ke media sosial atau cuma disimpan di memori smartphone saja.
Cantik dengan smartphone Huawei, kenapa tidak?
Kamera ponsel Huawei membuat anak-anak di sekolah tampil cantik. Tidak ada tips yang khusus, tidak ada pula pengaturan yang ribet, saya cukup mengarahkan ponsel ke arah mereka lalu menge-klik di waktu yang tepat. Objek yang akan berbicara soal foto itu akan cantik atau tidaknya namun posisi kamera yang pas, bukaan lensa yang sesuai, sudut pandang yang miring kiri kanan karena belum terbiasa akan berkata lain soal hasil. Untuk fotografer pemula, kamera ponsel ini juga cukup cocok untuk mengabadikan banyak momen.
Satu lompatan lagi, Huawei menyuguhkan smartphone dengan peningkatan berarti yaitu Nova 3i. Barangkali, saya akan bermain dengan smartphone ini suatu saat nanti, untuk mengabadikan banyak sekali senyum cantik di sekolah. Tiap tahun akan berbeda, tiap tahun ada saja mereka yang suka difoto dan tiap tahun perubahan itu terjadi seiring gaya hidup anak-anak di media sosial.
Sudah saya kasih tahu, anak-anak tidak dibenarkan membawa ponsel pintar mereka ke sekolah. Dekat dengan guru adalah salah satu cara untuk bisa mendapatkan foto terkeren mereka dengan seragam sekolah untuk memenuhi Instagram yang makin cantik tiap hari. Feed Instagram anak-anak bahkan lebih menarik daripada feed Instagram saya sendiri. Saya sadari, hal itu wajar karena jiwa mereka dan juga karena integritas yang diberikan di depan kamera.
Saya abadikan mereka dengan Huawei Nova 3i? Tak Diragukan lagi smartphone ini menjadi ponsel impian tahun ini. Penggalan cerita saat menggunakan Nova 2i cukup menggerakkan hati untuk mendapatkan keistimewaan lain dari penerusnya. Mau tidak mau, berpacu dalam pembaharuan, maka saya akan memotret senyum cantik itu berulangkali, berkali-kali dan tak pernah berhenti.
Senyum Cantik untuk 4 Kamera Huawei Nova 3i
Saya sudah membayangkan bagaimana reaksi anak-anak di sekolah jika saya menenteng Nova 3i dengan warna Iris Purple yang mentereng. Bodi saja sudah menggiurkan untuk disentuh belum lagi bicara kamera. Kenapa lagi-lagi kamera? Karena hal ini tidak bisa dipisahkan. Coba kamu lihat berapa banyak foto yang telah terekam di galeri. Aktivitas di smartphone selain internet adalah penggunaan kamera.
4 kamera dari Nova 3i.
Senyum cantik. Rupa cantik. Definisi cantik lainnya dari beberapa generasi akan terekam indah melalui kamera Nova 3i. Huawei memastikan bahwa kamera smartphone ini akan menghadirkan kejernihan yang tinggi dan efek bokeh yang sempurna. Kamera utama adalah sebesar 24 megapixel dan 2 megapixel dengan teknologi AI. Bukaan lensa f/2.2 akan membuat saya menjadi fotografer profesional dalam sekejap. Saya cukup bermain dengan insting kuat agar mereka yang masuk ke dalam frame benar-benar terlihat cantik, seadanya dan menarik. Algoritme AI yang tertanam di dalam ponsel pintar ini dibekali pengetahuan lebih dari 100 juta warna. Maka dengan mudah pula momen indah terekam dengan 22 mode mulai dari flower, snow, group photo, beach, night, dan lain-lain. Jadi, kamera ini akan mendeteksi objek sebelum memotret.
Fitur kamera Nova 3i.
Saya akan bersenang-senang dengannya suatu saat nanti. Tidak hanya untuk foto tetapi juga mereka visual yang menarik dari keseharian anak-anak di sekolah. Jam istirahat menjadi frame yang indah sekali di mana halaman sekolah penuh oleh teriakan, bola voli di lempar ke sana-sini maupun mereka yang duduk-duduk dengan cantiknya di depan kelas. Saya mungkin akan mengoptimalkan fitur gerakan lambat di mana dengan mode 16x Super Slow Motion momen yang disorot begitu sempurna dalam 480 frame perdetik.
Anak-anak cenderung bersenang-senang dengan kamera, terutama kamera depan. AI Selfie Master adalah julukan untuk kamera depan dengan 24 megapixel dan 2 megapixel untuk kesempurnaan yang nyata. Swafoto akan tampak sangat alami dan cantik karena algoritme yang canggih. Fitur pendeteksi wajah juga akan memperkuat objek sehingga tidak geser ke kiri atau kanan. Setidaknya, ada 8 fitur dari kamera depan ponsel pintar ini seperti blue sky, plant, night, flower, beach, room, snow dan stage performance.
Di bawah sinar matahari, kamera selfie akan bekerja dengan baik berkat HDR Pro. Maka, bisa dipastikan bagaimana indahnya bermain-main dengan kamera depan ini apalagi untuk anak-anak seusia sekolah yang gemar sekali foto selfie. Selain itu, kesenangan masa kini di smartphone tak lain menambahkan ikon-ikon menarik atau lebih dikenal dengan emoji. Nah, Huawei hadirkan AI 3D dengan Qmoji lebih menarik dalam menganimasikan ekspresi wajah, gerakan maupun suara untuk kemudian disimpan dalam bentuk GIF. Menarik sekali memang untuk meminjam sebentar saja Nova 3i kepada anak-anak di sekolah agar mereka bersenang-senang dengan Qmoji yang keren ini.
Qmoji yang keren.
Daya tarik pertama sebuah smartphone adalah di kamera. Toh, semua pengguna smartphone menggunakan kamera dan tidak semua pengguna smartphone bermain game. Wajar jika keunggulan kamera dari Nova 3i menjadi sebuah magnet yang tidak bisa dipisahkan dari keinginan-keinginan pengguna itu sendiri. Untuk saya, saat ‘bermain’ sejenak bersama anak-anak di sekolah, kamera ini sangat membantu untuk merekam segala tabiat dari masa indah mereka!
Sekali Sentuh, Sulit Kembali ke Masa Lalu
Masa lalu ya masa lalu. Ponsel lama mungkin telah usang. Ponsel baru wajib dicicipi keunggulan yang dimilikinya, termasuk Huawei Nova 3i. Desain yang elegan, mewah dan sangat berkelas dengan memadukan warna seimbang. Bodi dengan material kaca di bagian belakang dan bingkai metal di tengah hadir dengan warna Black dan Iris Purple. Daya tarik luar atau fisik sudah begitu menarik. Begitu masuk ke dalam, kita akan disuguhi oleh dapur picu yang kencang di kelasnya yaitu Kirin 710 dengan teknologi 12nm. Hasilnya, ponsel pintar ini akan memberikan kinerja yang responsif, fitur foto AI dan pengalaman bermain yang seimbang tanpa khawatir mengalami bug berarti.
Di bagian lain, barangkali anak-anak cowok di sekolah akan girang sekali jika tahu tentang ini. Huawei Nova 3i memiliki daya tarik untuk seorang gamer di mana teknologi AI dipadu dengan GPU Turbo yang akan menghadirkan permainan kian gesit dan sempurna. Game online yang kita tahu sering memakan data lebih banyak maupun jaringan harus kencang sangat terbantu dengan teknologi terkini ini. Transisi jaringan di 4G dan Wi-Fi begitu cepat penetrasinya sehingga smartphone ini tidak mengalami kendala dalam melahap game-game kelas atas.
Untuk orang yang suka jalan-jalan, jangan khawatir juga soal kecepatan kinerja smartphone ini. Huawei Geo 1.5 akan memberikan kinerja yang lebih dari ekspektasi kita meskipun di dalam terowongan. Kualitas suara juga sangat dapat diandalkan berkat AI Noise Removal panggilan berisik akan diubah menjadi percakapan jelas dan berkualitas tinggi. Dalam hal media sosial juga mendapatkan perhatian khusus di mana AI memiliki kemampuan baik dalam mengkategorikan tanggal, tempat, orang dan bahkan objek dalam foto.
Satu sisi Huawei Nova 3i yang menarik adalah RAM 4 GB yang didukung oleh memori sebesar 128 GB yang bisa diekspansi sampai dengan micro SD sampai dengan 256 GB. Saya rasa lebih dari cukup untuk menyimpan banyak foto dari anak-anak yang cantik dan tampan – sesekali. Anak perempuan memang mudah diarahkan daripada anak laki-laki yang malunya lebih tinggi, mungkin karena belum terbiasa.
RAM dan ROM yang besar.
Sekali sentuh, sulit kembali ke masa lalu. Mulai dari bodi sampai memori yang lebih luas menjadi daya tarik yang tidak bisa digantikan dengan yang lain. Memang, belum banyak smartphone di kelas serupa dengan harga yang sama dan memiliki memori lebih besar. Sebagian orang barangkali akan menganggapnya mubazir tetapi untuk pecinta foto seperti saya hal ini sangatlah berguna. Belum lagi jika traveling yang benar-benar perlu dijaga sekali agar memori tidak penuh.

Main Spec. Huawei Nova 3i
Size Panjang: 75,2 mm, Tinggi: 157,6 mm,
Lebar: 7,6 mm, Berat: Approx. 169 g (termasuk dengan baterai)
Warna Black & Iris Purple
Layar
Ukuran: 6,3 inch, Warna: 16,7 juta warna, 

Ukuran Saturasi Warna (NTSC): 85% (typical value),
Typle: TFT LCD (IPS),
Resolusi: FHD+ 2340 x 1080, 409 PPI

CPU HUAWEI Kirin 710
4 x Cortex A73 2,2 GHz + 4 x Cortex A53 1,7 GHz
Sistem Operasi Android 8.1
Memori INE-LX2: 4 GB RAM + 128 GB ROM
Jaringan INE-LX2 (Dual SIM) 4G LTE TDD: B38 / B40 / B41 (2.545 – 2.655 MHz),
4G LTE FDD: B1 / B3 / B5 / B7 / B8 / B28,
3G WCDMA: B1 / B5 / B8, 2G GSM: B2 / B3 / B5 / B8
Secondary SIM card: 4G LTE TDD: B38 / B40 / B41 (2.545 – 2.655 MHz),
4G LTE FDD: B1 / B3 / B5 / B7 / B8 / B28,
3G WCDMA: B1 / B5 / B8, 2G GSM: B2 / B3 / B5 / B8
GPS GPS, GLONASS, BeiDou
(hanya didukung oleh beberapa INE-LX2 yang dijual di Asia Pasifik),
AGPS
Koneksivitas  
802.11b/g/n, 2.4 GHz,
Bluetooth 4.2, BLE, HWA, aptX and aptX HD,
Micro USB, USB 2.0, 3,5 mm Headset Jack,
PC Data Synchronization
Sensor Sensor Gravitasi,
Sensor Cahaya,
Sensor Sentuh,
Giroskop,
Kompas,
Sensor Sidik Jari
Kamera Utama 16 mega-pixel (color) + 2 mega-pixel (color),
F/2.2 aperture,
supports autofocus (phase focus, contrast focus)
Kamera Depan
24 mega-pixel (color) + 2 mega-pixel(color),

F/2.0 aperture, supports fixed focal length

Audio/Video Audio File Format: mp3, mp4, 3gp, ogg, aac, flac, midi.
Video File Format: 3gp, mp4
Emotion UI EMUI 8.2
Dukungan di Indonesia Ya
Baterai 3.340 mAh, 5 V / 2 A charger
Isi Kemasan Phone x 1,
Built-in battery x 1,
Quick Start Guide x 1,
Charger x 1,
Warranty Card x 1 (dependent on market),
Headset x 1,
Eject pin x 1,
Micro USB cable x 1,
TPU Protective case x 1(dependent on market),
TP protective film x 1(dependent on market)
Harga Rp 4.199.000,-
Satu Senyuman Lebih dari Cukup
Siap untuk senyum cantik yang lain?
Senyum mereka, tidak bisa tidak akan selalu menemani saya. Bisakah senyum cantik ini akan terulang begitu saja dengan Huawei Nova 3i? Saya cuma percaya bahwa smartphone ini akan memberikan ‘sesuatu’ yang saya cari dalam mempercantik anak-anak di sekolah. Tiap kata cantik keluar, saat itu pula saya memikirkan bahwa Nova 3i bisa memberikan hal itu – atas dasar pengalaman dari Nova 2i.
Satu senyuman saja lebih dari cukup untuk mengekspresikan diri melalui Nova 3i. Kapan senyum cantik itu kembali bersemanyam? Kita tunggu, sampai Nova 3i saya genggam!
Categories
Uncategorized

Secangkir Kopi Aceh untuk Temani Hari Bersama ASUS ZenBook

Gampoeng Coffee and Roastery tampak sepi siang kemarin. Kupikir, sebagian dari penggemar kopi di Meulaboh sedang bersenang-senang bersama keluarga weekend ini. Mungkin juga, mereka sedang bersama kekasih di salah satu pantai dengan menyeruput aneka juice sebagai penghabis waktu dalam diam. Waktu yang kuhabiskan begitu lama di salah satu sudut dengan kursi kayu mengilap dan lampu temaram mirip lampion tergantung banyak di langit-langit. Nanti malam, mungkin juga jelang magrib, di sini akan terasa begitu romantis dalam definisi mereka yang ingin menjabarkannya.
“Minum apa, Bang?” aku tersentak saat anak muda menghampiri dengan menu di tangannya. Aku menarik menu dan melihat sekilas. Warung kopi ini memang ciri khas anak muda, aneka kopi yang disajikan mulai dari modern sampai kopi Aceh yang sudah terkenal di mana-mana. Pernah dengar, dari teman yang pernah duduk di sini, barista yang kulihat dengan ekor mata di belakang cangkir dan gelas tersusun rapi, akan menyajikan kopi dengan kafein ternikmat. Itulah yang kucari yang barangkali sulit kutemui di sudut barat selatan Aceh ini.

“Kopi tubruk,” pesanku. Kental rasa Aceh tentu ini pilihannya. Kopi yang akan memiliki ampas dalam kepahitan yang pasti. Jangan coba-coba jika meradang karenanya; sebab kopi ini akan membuatmu terjaga sepanjang malam.
Aku mulai membiasakan diri dengan suasana di warung kopi mirip kafe di kota-kota besar ini. Arsitekturnya dan ragam kopi di menu mengingatkanku pada Filosofi Kopi karya Dee Lestari. Sebuah kutipan yang tak bisa kulupa, “Kita tidak bisa menyamakan kopi dengan air tebu. Sesempurna apa pun kopi yang kamu buat, kopi tetap kopi, punya sisi pahit yang tak mungkin kamu sembunyikan!
Secangkir kopi bersama ASUS ZenBook.
Dan benar, kopi tubruk yang lalu disajikan membawa aroma yang begitu kuat. Aku memang bukan Jati Wesi, tokoh lain dari Dee Lestari dalam Aroma Karsa, yang memiliki penciuman mahadahyat. Tapi, untuk membaui cangkir kuning yang baru saja diletakkan di atas meja kayu berwarna cokelat itu adalah perkara lain. Kafein yang terkandung di dalam kopi tubruk itu seolah-olah telah menyesap ke dalam pikiranku.
Kopi tubruk bukan kopi biasa. Kopi tubruk adalah ‘Aceh’ yang sempurna dengan ampas dan pahit yang tidak bisa dibayangkan. Aku tidak bertanya jenis kopi apa yang diaduk dalam air putih sehingga menjadi hitam itu. Aku cuma tahu, rasanya sangat berbeda meski baru sesendok kucicipi. Mukaku langsung berkerut, “Pahit,” yang lantas barista mendatangiku dengan sepiring gula.
“Butuh gula, Bang?” tanyanya yang langsung kuambil tanpa basa-basi. Aku mencelupkan gula aren ke dalam kopi tubruk itu dengan potongan kecil. Kuaduk sampai pecah dan menyatu dengan ampas kopi yang saat kusendok kayak pasir. Saat kurasa, bijih kopi itu bagaikan memakan serbuk-serbuk yang langsung mengisyaratkan ke otak bahwa itu kafein tinggi. Potongan kecil gula tidak cukup untuk memaniskan kopi tubruk itu, lantas kucelupkan potongan lebih besar dan kudiamkan beberapa saat untuk dirinya meleleh dalam kopi yang masih panas.
Aku mulai menyibukkan diri dengan smartphone dan membuka notebook ASUS ZenBook Flip S yang selalu menemani ke mana langkah mencincang waktu. Sesekali kuaduk kopi tubruk yang membunyikan denting tanpa disengaja. Di sisi kanan, berkelompok anak muda telah duduk dengan kesibukan sendiri-sendiri, memainkan smartphone. Di depanku, kelompok lain telah dari tadi terbahak di antara cerita maupun saat seorang dari mereka memperlihatkan apa yang dilihat dari smartphone. Terasing dalam kesendirian memang membuat tidak nyaman tetapi saat notebook menyala sempurna, ada saja yang kukerjakan. Kusentuh layar untuk mulai berselancar di internet setelah dimasukkan password Wi-Fi terlebih dahulu.
Ngopi di Aceh di mana pun itu, internet tidak pernah putus. Aceh tidak lagi sebatas negerinya kopi dan mi. Tidak juga negeri seribu warung kopi tetapi negeri beribu internet. Tanpa batas, tanpa lelet, semua berjalan sesuai mau kita sendiri. Jika di salah satu warung kecepatan selancar berkurang, dengan mudah dalam hitungan menit bisa menemukan warung kopi lain dengan kecepatan lebih tinggi.
Traveling ke Aceh tidak hanya sekadar menyesap kopi seperti cangkir yang baru kusentuh beberapa sendok saja. Kopi hanyalah teman. Kopi sebagai pemanis. Kopi untuk membuatku tidak tidur dalam mengejar pekerjaan sebagai blogger. Duduk di warung kopi jangan cuma memesan kopi tubruk yang meredakan lelah. Cobalah terbiasa bertanya, “Password Wi-Fi apa, Bang?” mungkin pramusaji akan menjawab, “Pesandulu,” mungkin juga akan dijawab, “Jaringanlelet,” bisa dengan jawaban lain, “Jangantanya,” dan tak perlu mengerutkan kening. Urungkan malu dengan bertanya hal yang sama karena pramusaji tidak akan mempermainkan tiap pengopi di sudut Aceh!
Pesandulu tanpa spasi. Tulis saja demikian. Lantas, bisa langsung berkabar kepada kerabat yang jauh di negeri sendiri tentang Aceh yang ramah dengan rasa kopi, juga memanjakan traveler dengan internet cepat. Secangkir kopi saja sudah cukup untuk duduk berjam-jam. Pekerjaan sebagai blogger, influencer atau videomaker terkenal sekalipun akan menjadi lancar dalam hitungan menit.
Kuresapi rasa kopi tubruk yang mulai menghangat. Candunya bagaikan peluru yang menembak langsung ke jantung. Gampoeng Coffee and Roastery sudah mulai padat. Cangkir kopi disajikan hampir di tiap meja. Rasa Aceh adalah rasa kopi. Ke Aceh tak sempurna sebelum mampir ke warung kopi. Secangkir kopi tubruk yang juga masih pahit meski telah kucampur gula dalam jumlah banyak, menemaniku memulai pekerjaan yang entah ada dan tiada. Sebagai blogger barangkali aku bingung menyebut ada pekerjaan dengan penghasilan tetap tetapi begitu ZenBook Flip S dibuka, ada saja yang kukerjakan. Aku bebas berkelana dalam kata maupun di dunia maya dengan ragam cobaan miliknya.
Kemarin itu, aku memang terduduk manis di Gampoeng Coffee and Roastery, belahan sepi dari sudut kota Meulaboh di pinggir barat Aceh. Notebook yang tipis dan ringan itu sebenarnya telah menemaniku berkeliling banyak tempat dan bahkan telah meramu banyak kisah perjalanan. Saat merangkulnya, aku merasa tidak memeluk apa-apa. Saat memangkunya, aku merasa berat ransel yang demikian penuh dengan buku-buku. Saat menentengnya, aku bagaikan memegang buku 600 halaman tebalnya. Meski, kubawa ke mana-mana, bahuku tidak begitu lelah. ASUS benar-benar telah memanjakan traveler dengan menghadirkan notebook ramah pekerja yang suka jalan-jalan ini.
Kututup ZenBook Flip S saat Iqbal datang lewat lima belas menit dari pukul 4 sore. Lalu, kami mulai bercerita tentang rencana perjalanan beberapa waktu ke depan. Iqbal yang belum memiliki notebook tipis dan ringan untuk dibawa jalan, kupikir sangat cocok saat kami membicarakan seri terbaru dari ASUS ZenBook 13 UX331UAL.
“Waktu ke Jakarta ikut pembukaan Asian Games, Abang bawa ZenBook juga?” tanya Iqbal.
“Iya. Kami ikut writingthon bersama Penerbit Bitread sehari, terus baru ikut agenda Kominfo,”
“Jadi sampai sana pemenang blog disuruh menulis lagi, Bang?”
“Iya, ada tugas individu dan kelompok yang cuma diberi waktu sejam,” ujarku mulai bercerita. “Enak saja bawa ZenBook karena tipis dan ringan. Nggak ribet dibawa ke kabin pesawat, nggak masalah simpan di bawah kursi, paling senang sih saat di Terminal 3. Bisa dibayangkan kalau bawa laptop berat, terus turun di gate paling akhir. Jalan kakinya itu jauh kali sampai pegal dan kayak nggak sampai-sampai,”
Iqbal jadi pendengar yang baik. “Biasanya kan, penumpang yang datang dari Aceh selalu di gate terakhir. Nggak cuma datang saja, pulang pun kayak begitu,” tambahku. “Kemarin, kami malah kena Gate 28. Jalan kaki dari setelah check-in ke Gate 28 itu kayak kita keliling kota Meulaboh. Ada sih kendaraan di dalam terminal yang antar jemput tapi nggak seru kalau naiknya kita nggak bebas mau berfoto atau mau lihat-lihat sekitar,”
Aku ambil cangkir dengan kopi tubruk yang mendingin. “Tiga puluh menit mau boarding kami disuruh pindah ke Gate 18,” ujarku. “Nggak sanggup bayangin kalau bawa laptop berat, ransel yang isinya penuh jalan lagi dari Gate 28 ke Gate 18!”
“Iya ya, Bang, enaknya kalau laptop ringan jadi nggak masalah,”
“Betul!”
ASUS ZenBook adalah teman setia.

Tak Semua Berawal dari Alasan untuk Sebuah Keinginan

“Dulu sempat punya keinginan untuk memiliki notebook ringan, biar mudah dibawa jalan,” ujarku begitu kopi tubruk terasa begitu pahit padahal hanya sesendok kukecapi. Jelang senja, warung kopi dengan aneka pernik khas kopi di dindingnya itu makin ramai. Canda tawa terdengar begitu saja.
“Tapi sudah punya ZenBook kan Bang?” kilah Iqbal.
“Iya. Rasanya beda saja. Kayak dulu punya keinginan untuk bisa jalan-jalan ke mana-mana, cuma mimpi saja tetapi sekarang jadi sering. Dulu itu, seperti keren saja ke bandara dengan ransel, naik pesawat lalu buka laptop pura-pura kerja, sekarang sudah mengalami hal serupa,”
“Dan itu dengan ZenBook?”
“Benar. Meski, aku nggak buka ZenBook karena nggak bisa konsentrasi mau ngetik apa di atas 30 ribuan kaki,”
“Sampai di hotel baru ya, Bang?”
“Kebiasaan begitu. Biasanya kan kalau jalan itu ada saja yang harus diselesaikan. Pekerjaan kita sebagai blogger kadang asyik kadang juga nggak. Pas dikejar deadline terus kita memiliki penerbangan, mau nggak mau notebook wajib dibawa. Untungnya, aku punya ZenBook yang tidak hanya ringan tetapi baterainya awet,”
“Cocok kali kalau kita kerja di luar,”
“Iya. Nyalain cepat, kerja cepat beres, acara pun nggak ketinggalan,”
Cerita kami terus berlanjut. Bahasa anak muda yang punya rencana jalan-jalan meskipun entah kapan bisa terjadi. Namun, di satu sisi, karena kesamaan profesi sebagai blogger, kami merasa menemui benang merah saat menjabarkan keinginan-keinginan. Tak ada alasan kuat untukku memiliki sebuah notebook terbaik seperti ZenBook Flip S. Kupikir, blogger hanya butuh notebook yang standar saja tetapi saat bekerja hampir setahun dengan notebook ini aku menemui alasan memilikinya.
Jika kujabarkan, sama seperti Iqbal mendengar, alasan terbaik justru saat memiliki perangkat ini. Aku tidak hanya nyaman saat traveling, tidak kesulitan di Terminal 3 yang luas, tidak kerepotan di dalam kabin pesawat, tidak pula merasa kurang percaya diri saat membuka notebook di tengah keramaian. Aku merasa senang bahwa notebook ini memberikan porsi terbaik untuk menjawab alasan-alasan yang tidak terungkap sekalipun.
“Bagaimana rasanya bekerja dengan ZenBook?” aku mengulang pertanyaan Iqbal, “Aku seperti menemukan diri kembali saat menatap layarnya dan mengetik di keyboard yang lembut itu!”
Aroma yang dihadirkan sore kian kentara dengan kopi. “Kita tidak ada alasan untuk mengelak atau memilih pilihan lain saat diberikan kepercayaan. Bayangkan, aku harus menyelesaikan Writingthon Asian Games2018; Sebuah Pengantar di Rindu ke-18, hanya dalam 1 jam saja di tengah malam,” ujarku sambil membayangkan masa yang telah lewat, “Pagi dari Banda Aceh, di atas udara selama lebih kurang 3 jam, jalan keluar terminal dan antrean ambil bagasi hampir 30 menit, terus menunggu bus jemputan sampai 1 jam lebih, baru sampai hotel itu sekitar jam 4 lewat,” Aku menarik napas sejenak, “Kami diberikan waktu istirahat sampai jam 6 sore terus dilanjutkan dengan pembukaan dan langsung menulis,”
“Capek kali ya, Bang?” tanya Iqbal merasa iba.
“Iya. Risiko seorang traveler rupanya demikian. Kita dituntut untuk selalu di depan notebook. Kali itu aku mengerjakan tulisan yang menjadi tugas tetapi di waktu lain kadang kita harus segera menulis saat ide terlintar agar tidak terlupa begitu saja,”
“Dan, ZenBook sangat membantu Abang?”
“Lebih dari itu!” ujarku mantap. “Aku merasa telah berteman sangat baik dengan ZenBook Flip S, tidak hanya sekadar mengejar deadline tetapi bisa menghadirkan tulisan yang lebih menggoda dari sebuah perjalanan yang selama ini belum aku tulis!”

ZenBook Itu Berkelas, dalam Rasa dan Imajinasi Kemewahan

ASUS selalu hadirkan notebook yang tidak cuma bagus di tampilan luar saja tetapi gesit tak ada lawan. Ibarat anak gadis yang harus dilamar dengan mahar emas bermayam di Aceh, maka ZenBook adalah pesona tak lekang itu. Kita rela mengejar karena memang ‘cantik’ dalam segala definisi. ZenBook 13 UX331UAL yang baru saja di-launching ASUS baru-baru ini tak hanya cantik tetapi ganas. Bisa dibayangkan sebuah notebook tipis, imut dan manis itu diinjak-injak, dibanting bahkan dilempar tetapi tetap dalam posisi semula. Rasanya, memang tidak rela untuk melakukan hal demikian pada sesuatu yang cantik tetapi ASUS berani memberi lebih.
Kemewahan ASUS ZenBook 13.
Apa jadinya jika memiliki notebook secantik ini? Perpaduan yang indah akan kelembutan dan juga daya tarik yang tidak hanya memberikan hal menarik namun mampu meningkatkan produktivitas. ZenBook 13 UX331UAL tak lain mahakarya dari ASUS yang mencerminkan keindahan, keunikan dan juga kelembutan. Bodi halus menghadirkan persepsi lebih tinggi untuk terus larut di atas papan ketik atau sekadar mengelusnya.
ZenBook ini memiliki ukuran layar 13,3 inci yang tampak sangat imut dan tipis. Tebal notebook ini adalah 13,9 milimeter dengan bobot hanya 985 gram. Alasan terkuat karena notebook ini menggunakan konstruksi magnesium alloy yang sangat ringan dan penggunaan integrated graphics. Selain membuatnya jadi lebih ringan juga membantu dalam penghematan energi. Kontruksi magnesium alloy tidak hanya membuat indah saja tetapi sangat tangguh dan kuat. ASUS mendapatkan standar military-grade MIL-STD 810G untuk ZenBook 13 UX331UAL. Dalam segala kondisi, notebook ini akan memiliki daya tahan yang sangat kuat. Jadi, jangan tertipu dengan bodinya yang tipis dan ringan.
Sering kerepotan memasukkan notebook ke dalam ransel saat traveling? ASUS memberi jawaban dengan ZenBook 13,3 inci. Notebook ini mudah diselipkan ke dalam koper, backpack, tas jinjing wanita atau ransel yang ukurannya imut. Ukuran layarnya sama seperti ukuran kertas A4. ASUS memberikan sentuhan NanoEdge pada notebook ini sehingga memberi kesan yang benar-benar ‘kecil’ untuk ukuran notebook kebanyakan.
Imut bukan berarti tidak menawarkan performa yang lebih gahar. Dapur picu ZenBook 13 UX331UAL adalah prosesor tercepat Intel Core-i generasi ke-8. Kecepatan kinerja sudah tidak bisa diragukan lagi dan akan menghadirkan kenyaman saat bekerja di dalam maupun di luar ruangan, saat terdesak maupun sedang dalam kondisi santai. Prosesor yang kuat ini dipadu dengan RAM yang tak kalah cepat yaitu 8GB DDR4 2133 MHz dan media penyimpanan 256 GB SATA3 berbasis M.2 SSD.
ZenBook 13 inci ini larinya sangat kencang, ini ilustrasinya.
Larinya kencang, itu pasti. Kinerja secara offline sudah tidak diragukan lagi. Sekadar mengetik, tampak ‘biasa’ saja. Edit foto juga tergolong ‘santai’ saja. Traveler yang kini dimanjakan dengan video maka notebook ini sangat cocok untuk mengedit video, menambahkan suara dan memberikan animasi terbaik dalam kecepatan lebih tinggi. Koneksi ke internet juga sangat kencang karena ASUS membenamkan fitur Wi-Fi Master yang akan mampu mendapatkan kecepatan transfer lebih tinggi dan jarak yang lebih jauh dibandingkan dengan notebook yang lain.
Traveler yang kadangkala berebut jaringan Wi-Fi di penginapan tidak perlu khawatir pekerjaan akan tertunda. Kecepatan menangkap jaringan akan menjadi daya tarik lebih kuat, saat notebook lain masih mencari jaringan kita telah terkoneksi dengan cepat. Wi-Fi Master akan memanjakan pengguna ZenBook ini dengan jaringan yang jarak 300 meter atau lebih, bisa menikmati streaming video FullHD di Youtube. Dalam jarak lebih dekat bisa dibayangkan kecepatan yang akan diterima. Wi-Fi Master hadir dengan teknologi dual-band 802.1ac dengan kecepatan 867 Mbps atau 6x lebih cepat dari single-stream 802.11n.
Nyaman bekerja dan meng-upload video hasil jalan-jalan tak bisa dihindari lagi. Duduk di warung kopi dengan banyak notebook lain yang menyala, juga berebut jaringan dengan pengguna smartphone, kita akan lebih santai karena selalu terdepan dalam menangkap jaringan.
Pesona tipisnya nggak bisa dipungkiri lagi. 
Kita pikir, di mana ASUS menempatkan baterai untuk notebook setipis ini. ASUS telah melakukan banyak percobaan termasuk dalam menanam baterai terkuat di notebook tipis. Kinerja baterai kelas atas di kelasnya menjadi sisi paling menarik karena traveler dikenal sosok yang banyak menghabiskan waktu di luar daripada selalu terhubung dengan aliran listrik. Kebutuhan daya yang lebih besar sangat dirasa oleh seorang traveler maka ZenBook yang telah melewati tes di berbagai aplikasi ini menjawab keraguan itu.
Ketahanan baterai dari ZenBook yang memiliki dua warna, Deep Dive Blue dan Rose Gold, dilakukan melalui pengujian dengan aplikasi benchmark PCMark, 3DMark, Geekbench, Cinebench dan Unigini Heaven Benchmark. Bagaimana hasilnya?
Hasil tes ketahanan baterai.
ASUS mengklaim bahwa daya tahan baterai ZenBook 13 UX331UAL adalah sampai 15 jam pada penggunaan normal. Uji coba yang dilakukan oleh PCMark misalnya dengan multitasking tak henti, daya tahannya sampai 4 jam 43 menit. Daya tahan ini mengintepretasikan kemampuan terbaik dari notebook dengan layar nyaman untuk mata.
ASUS menghadirkan layar yang sempurna untuk pekerjaan kantor atau jenis pekerjaan standar lainnya. Layar ini akan bekerja lebih sempurna saat mengeditan foto maupun video sehingga konten yang dihadirkan menjadi lebih bertenaga. Aplikasi rendering mampu bekerja dengan baik karena prosesor yang kuat dan juga memori lebih luas. Tak hanya itu, untuk menghilangkan penat dan bermain beberapa game 3D masih mampu dilakukan dengan baik.  
Layar yang indah sekali bukan?
Pemandangan yang indah. Game yang bisa dimainkan saat santai. Mungkin menikmati sebuah tontonan melalui online maupun offline. Adalah hal biasa di ZenBook 13 yang cukup menggoda ini. Bagaimana kinerja lainnya yang lebih baik? Kita patut mencobanya suatu saat nanti.
Main Spec. ASUS ZenBook UX331UAL
CPU Intel® Core™ i5-8250U Processor, 6M Cache, up to 3.40 GHz
Operating System Windows 10 Home
Memory 8GB LPDDR3 2133MHz SDRAM
Storage 256GB SATA3 M.2 SSD
Display 13.3″ (16:9) LED backlit FHD (1920×1080) 60Hz, Ultra Slim 300nits
Graphics Integrated Intel UHD Graphics 620
Input/Output 1x micro SD card, 1x audio jack COMBO, 1x Type C USB3.0 (USB3.1 GEN1), 2x Type A USB3.1 (GEN1), 1x HDMI, Support HDMI 1.4
Camera VGA Web Camera
Connectivity Built-in Bluetooth V4.2, Integrated 802.11 AC (2×2)
Audio Built-in Stereo 1 W Speakers And Array Microphone, ASUS SonicMaster Technology, Support Windows 10 Cortana with Voice, Harman kardon
Battery 50 Whrs Polymer Battery
Dimension 310 x 216 x 13.9 mm (WxDxH)
Weight 985gr with Battery
Dukungan di Indonesia Ya
Colors Deep Dive Blue, Rose Gold
Price Rp 14.299.000
Warranty 2 tahun garansi global
Mewah sudah pasti. Elegan apalagi. Kinerja cukup mumpuni. Mungkin untuk merek lain akan dihargai dengan cukup pelik namun berbeda dengan ASUS. ZenBook 13 UX331UAL dapat dipinang dengan harga Rp 14.299.000 saja.

Mungkin Jika Ada Alasan, ZenBook Tak Cuma Teman Ngopi

Cangkir kopi tubruk di atas meja kayu mengilap itu baru setengah kuteguk. Cerita kami terlalu seru untuk dilewatkan begitu saja. Memang, tidak ada alasan yang kuat soal ‘pamer’ sebuah perjalanan tetapi saat bertemu kawan dekat atau kawan yang jarang jumpa sekalipun, cerita demikian perlu disampaikan.
Secangkir kopi di sudut kota Meulaboh. Ayo jalan ke sini!
Aku telah menutup ZenBook Flip S karena tidak ada lagi yang akan kami kerjakan. Kami telah menulis beberapa rencana ke depan dan mungkin akan segera menjadi catatan yang akan dilaksanakan atau tertunda. Bagiku, ZenBook dengan segala kecepatan yang dihadirkannya telah memberikan efek yang cukup besar terhadap perkembangan menulisku sebagai guru dan traveler; akhir-akhir ini.
Warung kopi akan menjadi teman terbaik untuk melahirkan ide maupun langkah akan masa depan. 2018 Pakai Laptop ASUS, aku pikir telah menjadi keharusan karena pengalaman tidak pernah menipu hasil. Telah kucerita, telah kugambarkan juga bahwa notebook ASUS menjadi teman ‘bermain’ yang sangat indah dalam menulis kisah. Aku tidak mungkin melupa, tidak pula berhenti untuk merekomendasikan karena inilah yang nyata.
Aku titipkan jejak di dunia maya kepada siapa saja berkat ZenBook Flip S yang menawarkan performa lebih kencang dari apa yang sebenarnya kuingini. Jika dulu, aku begitu tersendat untuk menulis sebuah karya maka saat ini begitu menggebu-gebu karena perangkat telah mendukung. Soal dunia menulis barangkali telah menjadi makanan sehari-hari dan wajib bagiku. Namun, beberapa detik ke depan, ada bagian yang akan membuat memori notebook ASUS-ku ini akan makin tambah penuh. Meski terlambat, tidak ada salahnya aku membuat rencana; belajar videografi dan mencoba berbagi cerita lewat visual yang mungkin menarik dan juga tidak.
Mungkin, kisah perjalanan telah banyak orang memvisualisasikannya namun kisah guru yang dilempar batu oleh siswa, guru yang menjadi teman curhat siswa atau bahkan siswa yang galau soal masa remaja mereka, akan menjadi visual yang berbeda. Aku cuma percaya satu hal, dengan ZenBook yang kumiliki saat ini atau bahkan ZenBook 13 UX331UAL yang bisa jadi milikku di separuh purnama nanti, aku akan keluar dari zona aman sebagai seorang penulis saja. Penulis blog barangkali telah ‘biasa’ dan penulis blog merangkap Youtuber juga telah umum, namun penulis blog, guru yang begitulah adanya, lantas bermain cerita melalui video barangkali menjadi tantangan tersendiri.
ASUS ZenBook 13 UX331UAL – photo by Katerina
 Tidak ada kata berhenti untuk memulai. Gagal itu adalah urusan belakangan. Dihujat tak lain adalah bumbu untuk membuat ‘menu’ makin terasa asin, asam atau bahkan manis. ZenBook akan memberiku ruang lebih besar dalam mengekspresikan diri dan menyiapkan bahan ajar yang selalu berubah sesuai tipe anak di sekolah bahkan kurikulum yang tak tentu.
Waktu terus merangkak cepat. Kampungku mungkin selalu demikian; sawah, hujan, kemarau. Tetapi, saat koper ditarik ke pinggir jalan menanti jemputan ke sebuah destinasi, aku akan melihat sisi yang berbeda dan saat itu aku merasa tertinggal banyak hal. Maka, karena ini aku akan terus berkisah, untuk tidak jadi kampungan seperti kata orang atau sekadar berbagi kisahku saja. Aku tidak takut, ZenBook menjadi teman setia sepanjang waktu, bangun tidur, dalam hujan, banjir yang menjadi ajang tahunan bahkan bentakan anak-anak yang tak bisa diatasi lagi di era ini.
Aku telah berbuat banyak dengan ZenBook. Bukankah menarik sekali jika tahun 2018 ganti laptop ke ASUS ZenBook?
Categories
Uncategorized

Kuantar Siswa Terbaik Pesisir Barat Aceh ke Unsyiah dengan Beasiswa Penuh

Saat duduk di bangku kelas tiga SMA, Unsyiah mengalir begitu saja sebagai tumpuan harapan berikutnya. Anak-anak mungkin terbiasa dengan fenomena ini namun tidak begitu siap untuk menembus pintu gerbang universitas terbaik di Aceh tersebut. Begitu masuk ke dalam kelas tiga di semester 2 tiap tahunnya, saya akan dihadapkan pada dua pilihan; melanjutkan pelajaran atau memberikan solusi ke mana tujuan mereka di perguruan tinggi.
Kebiasaan saya
di laboratorium komputer, atau mungkin sering bercerita tentang dunia teknologi
yang makin agresif. Anak-anak terbiasa pula dengan motivasi yang saya bangun
tanpa disengaja. Mungkin dari sini pula, kacamata mereka bertambah tebal untuk
melihat apa yang sebelumnya menjadi tabu. Saya membuka fenomena ini dengan
perlahan, memberikan bayangan dan bahkan menelisik anak-anak yang memiliki
kemampuan di bidang tertentu.

Kemudian,
saya memberi catatan penting, “Kamu cocok jadi guru sekolah dasar,” atau juga “Kamu
sangat cocok masuk teknik,” dan beragam pendapat lain yang bisa menembusi
keinginan mereka dan juga hanya sekadar angin lalu. Anak-anak yang sedang bimbang
bisa saja memilih jurusan lain karena ajakan teman atau karena ‘ajakan’ pekerjaan
di depan mata. Meskipun, tidak semua berbuah manis tetapi anak-anak sadar bahwa
mendekati saya adalah solusi terbaik untuk ‘meluluskan’ mereka ke perguruan
tinggi.
Semenjak seleksi
masuk melalui jalur undangan tidak lagi menulis di kertas, anak-anak sangat
berhadap kepada saya untuk menemani mereka membuka halaman pendaftaran. Saya tidak
lantas menjadi pendengar segala keinginan mereka, saya tidak pula sebatas membantu
pendaftaran tetapi mengarahkan jurusan apa yang benar-benar sesuai dengan
kemampuan mereka. Tentu, hal ini sangat mudah karena saya paham betul anak-anak
yang telah dikenal selama 3 tahun terakhir.
Mulailah saya
merangkai keputusan membantu mereka sejak tahun 2014. Masa di mana saya tahu
bahwa itu akan sulit sekali di mana saya bukanlah pegawai negeri, bukan pula tenaga
kependidikan, yang mana saya harus berkorban waktu lebih besar untuk mendengar
ocehan anak-anak dengan laptop terus terkoneksi jaringan kencang. Saya menyiapkan
diri dengan baik saat anak-anak meminta daftar ke jurusan yang mereka sukai,
saya juga harus bersabar saat mereka enggan memilih jurusan atau kebingungan
antara jurusan ini dan itu.
Unsyiah tetap
menjadi andalan nomor satu. Mereka selalu memilih Unsyiah sebagai tujuan kampus
utama dan memilih jurusan sesuai keinginan yang terpendam. Saya menemani mereka
– lebih tepatnya – menyelesaikan pendaftaran sampai bisa cetak kartu dan juga
membantu pendaftaran Bidikmisi. Semua saya lalui untuk satu tujuan, bahwa
anak-anak saya di pesisir barat Aceh, dari MAN 2 Aceh Barat, bisa duduk dengan
manis di bangku Unsyiah yang selalu menjadi idaman semua masyarakat Aceh.
Unsyiah adalah impian – Instagram @univ_syiahkuala
Mungkin saya
terlalu lupa karena ratusan dari mereka yang meminta ‘tolong’ saat itu dan
kini. Namun, saya ingat beberapa nama yang telah lulus dan bahkan masih kuliah
di Unsyiah dengan bekal beasiswa Bidikmisi. Saya ingat bagaimana warung kopi di
sore hari menjadi tempat berkucuran airmata saat anak-anak berburu waktu
mendaftar Bisikmisi. Tak mungkin saya lupa bagaimana mereka meratap tidak mudah
menyiapkan berkas dan harus mengeluarkan biaya untuk scan data tersebut. Saya cuma berujar dengan tegas, “Sedikit
pengorbanan saja untuk mendapatkan hasil terbaik!”
Lantas,
saya merasa telah berbuat lebih untuk itu. Saya telah mengantarkan mereka ke
pintu gerbang Unsyiah yang terkesan gahar, gagah, penuh pesona dan impian banyak
pelajar. Mereka telah dengan mudah duduk manis, mengenyam pendidikan tanpa
perlu menanti kiriman dari orang tua. Di satu sisi, saya benar-benar percaya
kepada keajaiban dan usaha yang tidak pernah kenal lelah. Di sisi lain, mungkin
saya menyesali emosi yang tiba-tiba meledak saat anak-anak minta diganti
jurusan, surat keterangan kurang mampu lupa di-scan, atau tidak tahu lagi meletakkan nomor pendaftaran dan password. Saya menarik napas untuk
memberikan kartu lain untuk mereka atau bahkan memilih tidak memberikannya,
biar di laptop saya saja.
Saya merasa
sendiri bahwa Unsyiah sangat membantu pendidikan anak-anak kita di Aceh. Tiap hari,
saya berkelana bersama anak-anak di sekolah, tahu bagaimana kondisi mereka dan
begitu terharu saat anak yang lulus berkata atau mengirim pesan melalui
WhatsApp, “Bapak, saya lulus di jurusan ini dan dapat Bidikmisi!” meskipun kemudian
mereka lupa kepada saya tetapi saya telah mengantarkan mereka ke cita-cita.
Siti Kana,
sosok yang saya kagumi dengan kegigihan dan linangan airmata saat berujar
tentang dirinya. Namun, begitu saya tahu dirinya lulus di Teknik Kimia dan
mendapatkan Beasiswa Bidikmisi, saya tidak hanya bersyukur, saya mengirim doa
agar langkahnya selalu dimudahkan. Sayup-sayup saya mendengar tentang
aktivitasnya di Banda, saya tidak menyebut Bidikmisi tidak cukup untuk biaya kuliah
atau biaya hidup, tetapi mengajar les di sore hari adalah penggalan pengalaman
yang telah dilakukan oleh banyak orang, termasuk saya sendiri saat masih
berstatus sebagai mahasiswa.
Siti Kana, mahasiswi Teknik Kimia Unsyiah alumni MAN 2 Aceh Barat penerima beasiswa Bidikmisi.
Di pintu
lain, Khairunnisak juga pernah merajuk dan hampir menitikkan airmata saat
sistem pendaftaran down. Tetapi, lepas
sekolah di warung kopi adalah waktu untuk saya menyelesaikan pendaftaran
miliknya dan juga berhasil mengirimkan semua data yang dibutuhkan oleh Bidikmisi.
Saat pengumuman dirinya lulus di FMIPA Kimia saya menarik napas lega. Tentu saja,
saya tahu kapasitas Nisak sama seperti saya tahu Kana selama di sekolah. Saya lega
karena kelulusan ini akan membawa angin segar untuk sekolah kami dan bahkan
membawa pengaruh besar terhadap adik letingnya.
Khairunnisak, mahasiswi FMIPA Kimia alumni MAN 2 Aceh Barat penerima beasiswa Bidikmisi.
“Kamu cocok
kuliah di PAUD?” ujar saya kepada Khaula Annisa. “Kenapa begitu, Pak?” tanyanya
dengan kening berkerut dan keberatan karena saat itu dirinya ingin memilih jurusan
lain. “Kamu terlihat sangat keibuan,” tambah saya dengan beberapa kata lain
yang hanya kami berdua tahu. Tentu, soal dirinya, keluarganya dan apapun yang
kami tahu tentang kondisi anak-anak di sekolah. Saat saya menerima WhatsApp
kalau Khaula lulus di Jurusan Pendidikan PAUD dan mendapatkan Bidikmisi, saya tak hanya lega
tetapi lebih dari itu. Saya pikir, saya telah membantu dirinya, keluarganya dan
juga masa depannya yang akan lebih baik ke depan.
 

Khaula Annisa, mahasiswi Pendidikan PAUD penerima beasiswa Bidikmisi.

Tahun ini, seorang
siswa yang cantik itu mendatangi saya dengan nada khawatir, “Pak, bagaimana
jurusan Informatika itu?” tanyanya yang langsung saya tebak telah lulus. “Saat
kamu belajar, semuanya akan bisa!” hanya itu kalimat yang saya tumpahkan kepada
Risma Kurniawaty yang baru saja diterima di FMIPA Jurusan Informatika. Memang, Risma
tidak mendapatkan Bidikmisi karena kondisi ekonomi keluarganya yang mampu. Tetapi,
lepas dari itu saya telah memacu dirinya keluar dari zona aman. Bahkan, saya
berujar kepada dirinya, “Nggak selamanya anak-anak rangking bisa lulus Unsyiah,
kamu salah satunya!”
Risma Kurniawaty, mahasiswa FMIPA Informatika.
 Ada haru,
ada bahagia dan bangga. Saya selalu berujar kepada anak-anak yang akan mengisi
jurusan secara online itu, “Asalkan
kalian tepat memilih dan baik melihat peluang dengan membandingkan nilai di
raport, maka kalian akan lulus!” tidak ada yang tidak mungkin. Kiblat pendidikan
di Aceh adalah Unsyiah maka tujuan mereka harus saya ‘luruskan’ meskipun bagaikan
mencari jarum di dalam beras. Sekali ditusuk maka itulah rejeki namun berkali-kali
digali tak tertusuk juga maka belum jodoh di sana.
Pendidikan Aceh
yang makin semarak. Di sinilah tempat kami mengais masa depan. Peran saya
mungkin tidak seberapa dibanding tokoh-tokoh lain. Saya bahkan bisa tidak dianggap.
Mungkin juga sangat mudah dilupa. Saya cuma ingin anak-anak yang telah lulus di
Unsyiah, dapat beasiswa, bisa menyelesaikan pendidikan dan bahkan bisa
melanjutkan pendidikan dengan beasiswa yang sama.
Di sini,
saya menunggu kabar dari mereka yang telah menempuh pendidikan di Unsyiah. Ada
yang berkabar, ada pula yang enggan menyapa. Namun, saya tahu, mereka telah
sukses, mereka telah mendapatkan ilmu yang layak dari Unsyiah. Di tahun-tahun yang
akan datang, saya mungkin akan mengulang hal yang sama, terus terjadi dan saya
tahu mereka telah bersama saya dalam membangun pendidikan di Aceh!
Categories
Uncategorized

Akhir Tahun Nanti, Pesta Kembang Api Lebih Seru dari Monas

Pesta
kembang api di Monas? Mungkin jadi bagian yang sangat menggiurkan. Apalagi,
jika pagelaran Jakarta Fountain masih tersedia yang akan membuat suasana malam
di Ibu Kota benar-benar menggelora. Jakarta suatu waktu memang sangat menarik
apalagi di malam hari. Jalan setapak di Monas seolah menarikan maksud akan
sesuatu yang enggan diungkapkan. Monas mendapatkan tempat tersendiri di malam
hari. Dengan lampu yang ‘temaram’, warna-warni dari Monas itu sendiri yang
menarik perhatian maupun kepadatan pengunjung yang tidak bisa dielak. Semua
berbondong-bondong untuk menikmati ‘teduhnya’ malam di bawah pohon-pohon tinggi
di Monas.

Di momen
tertentu, Monas memang menghadirkan dinamika yang begitu indah. Ragam hiburan
malam apalagi di akhir pekan memberikan kesejukan tersendiri dan membuat kita
terhenyak, jatuh dalam pelukan Ibu Kota yang sangar dan juga mencintai apa yang
sebenarnya sulit dimiliki. Hiburan malam mungkin akan lebih megah dari sekadar
Jakarta Fountain di malam pergantian tahun nanti. Berleha-leha sebentar di
antara keheningan Monas memang menjadi kenikmatan yang sulit dijabarkan, tetapi
ingin saja duduk di sana untuk merenung tahun yang akan berakhir.
Monas malam hari keren banget.
Tanah Airku
menjadi irama yang begitu indah di antara deburan air mancur di malam itu. Aku
merasa bahwa suasana malam di Monas benar-benar menyentak dan menyalak dengan
nada yang begitu romantis. Tak bisa ditepis bahwa keinginan untuk kembali ke
sana selalu ada, bahkan di akhir tahun nanti menjadi momen yang benar-benar
sulit untuk dilewati.
Jakarta Fountain di Monas.
Baiklah. Rencana
akhir tahun mungkin layak kembali ke Monas. Alasan pertama, yaitu bertepatan
dengan liburan sekolah. Ujian telah usai. Raport telah dibagi dan saatnya
bersenang-senang sejenak di Monas. Aku memang tidak tahu jadwal yang lebih
menarik saat tahun baru nanti di sana tetapi kuyakin bahwa Monas akan
memberikan kesegaran yang lebih nyata, keindahan yang menakjubkan dan tentu
saja penarik minat kita yang ingin begitu saja merelakan malam di sana.
Biasanya,
selalu kalut kalau sudah urusan rencana traveling.
Namun karena libur akhir tahun bisa diambil cuti beberapa hari barangkali hal
ini jadi lebih menarik. Aku cukup membubuhkan rencana, mengatur budget dan tentu saja mencari travel agent yang benar-benar
bersahabat. Aku juga tidak mau ribet dengan pesan pesawat dan hotel terpisah.
Aku mau satu paket saja biar lebih mudah dan juga murah. Karena, sampai di
Jakarta nanti, tidak hanya Monas di malam tahun baru menjadi tujuan tetapi
jalan-jalan ke tempat lain juga butuh budget
khusus. Belum lagi jika bicara oleh-oleh, iya buah tangan yang harus dibagikan
ke teman-teman guru di sekolah sewaktu pulang biar pertanyaan, “Mana
oleh-oleh?” nggak keluar lagi dari mereka.
Penghujung
pencarianku, rupanya Traveloka memberikan penawaran terbaik yaitu pesan paket pesawat+hotel dengan
keuntungan lebih murah 20% daripada memesan secara terpisah bahkan di tempat
lain. Menariknya, aku nggak perlu ribet memasukkan kode promo ini itu karena paket yang dibeli sudah memberikan
penawaran terbaik mereka. Simpel dan mudah apalagi bisa dibayar dengan
menggunakan ragam pembayaran termasuk melalui ATM seperti kebiasaanku selama
ini.
Aku coba
untuk memesan paket hemat dari Traveloka ini yaitu, produk paket tiket+hotel yang ternyata sangat mudah & saving time. Aku nggak perlu repot mengantre di bank
atau ke travel agent terdekat yang
membutuhkan waktu lama berdiskusi soal paket, harga maupun cerita lainnya. Aku
cukup andalin smartphone dan aplikasi
Traveloka yang mana beberapa kali sentuh sudah langsung bisa melakukan
pembayaran.
Cek jadwal di Traveloka.
Paket
pesawat+hotel ini lebih murah daripada
pesan terpisah
yang akan memudahkanku sesampai di Jakarta. Aku nggak perlu
lagi cari hotel murah, hotel kosong di sana-sini yang menghabiskan banyak waktu
dan biaya. Aku bisa langsung ke penginapan sesampai di Jakarta menggunakan
taksi maupun angkutan umum bandara lain. Sesampai di hotel, istirahat sebentar,
lalu memulai rencana dan tidak khawatir kalau sampai di Jakarta kemalaman yang
membuat aku tidak nyaman tanpa tujuan.
Paket pesawat+hotel murah banget bukan?
Harga yang
tertera ini buat aku tertegun. Pulang-pergi dari Banda Aceh ke Jakarta dan juga
penginapan selama 5 hari dengan harga Rp 2.994.794 tentu sangat murah. Aku
memang memilih hotel yang murah untuk menekan dana yang keluar untuk
‘oleh-oleh’ maupun biaya transportasi selama di Jakarta. Belum lagi pesawat
yang masuk ke dalam pilihan ini adalah dengan pelayanan terbaik yang mana
selama aku traveling selalu berada di
angka Rp 3 jutaan untuk tiket saja.
Aku
sebisanya memilih yang mudah saja. Perjalanan akhir tahun nanti juga demikian. Proses
yang tidak begitu ribet membuatku lebih nyaman memesan daripada harus
bertele-tele dengan ragam informasi yang harus diisi.
Langsung bayar dengan mudah.
Bayangkan,
dengan potongan yang aku terima kali ini, aku bisa bersenang-senang lebih banyak
di mal-mal maupun pusat perbelanjaan lainnya. Tentu, aku ingin beli ini itu
yang lebih banyak untuk oleh-oleh atau untuk dipakai sendiri. Belum lagi bicara
‘pesanan’ keluarga atau kawan terdekat. Tak bisa dilupa juga kuliner yang
enak-enak selama di Jakarta.
Sebenarnya,
yang paling mahal itu adalah tiket dari Banda Aceh ke Jakarta dan juga hotel
selama di Ibu Kota. Kalau sudah mendapatkan tiket+hotel yang murah begini,
siapa yang takut berlibur akhir tahun di Jakarta? Kamu juga tertarik? Klik di sini
untuk mengetahui informasi selengkapnya!
Categories
Uncategorized

Kubuka Inspirasi dari Meja Guru Honorer ke Blogger Terbaik

Begitu pagi
mendera, selalu saja ‘beban’ berat melanda, bukan lagi mimpi-mimpi akan harapan
dan cita-cita. Waktu tidak bisa diajak mundur sedetik saja agar dapat
menentukan pilihan terbaik menurut definisi kita sendiri.

Mungkin, Tuhan memang
menggenggam mimpi-mimpi tetapi saat hendak dicapai ia sirna maka sama sekali
tak ada arti. Rumus yang tidak berlaku, waktu yang kian berlalu, dan usia tidak
mungkin diajak muda kembali.

Mata
kerapkali terbinar ketika melihat orang sukses di usia muda. Hati selalu
tersentak saat tahu orang-orang lain telah memiliki ‘bonus’ terbesar dalam
hidupnya.

Namun, begitu dilihat kembali jati diri, maka hempasan usia di atas
30 tahun menjadi catatan kegagalan kian perih.

Mau diubah segala upaya tetapi
usia terlanjur di makan rayap. Mau digapai cita dan harapan usia menjadi
penghalang yang nyata. Mau tidak mau, itu saja yang bisa dilakukan, mungkin
dalam kehampaan dan penghinaan yang tidak bisa diabaikan.

Apa yang
kau pikirkan saat disebut guru honorer? Manusia bodoh tidak beruntung atau
manusia tidak berguna dalam banyak arti di dunia kerja negeri kita. Guru
honorer – tahulah – mereka yang tidak memiliki harapan karena mau mengajar
tidak dibayar dan ‘hanya’ berharap suatu saat akan disayangi oleh pemerintah
dalam janji-janji manis yang mungkin ada dan tiada. 



Guru honorer yang malang,
mau bekerja lain tak bisa karena usia telah membatasi ‘produktivitas’ dan juga
dianggap manusia gagal. Guru honorer dianggap tak layak mendidik anak negeri
tetapi mereka tetap masuk kelas karena di sekolah tidak cukup guru pegawai
negeri. 



Guru honorer selalu dilirik dengan tatapan sinis seolah menjabarkan
bahwa profesi ini begitu ‘sampah’ dalam kehidupan.
Di sinilah
aku bermaya sekarang. Dalam kubangan yang enggan kulepas atau juga dalam jerat
tali yang tidak bisa putus lagi. Sekali lagi – mungkin karena kebodohan –
mungkin karena terhalang usia, atau mungkin karena memang ‘bodoh’ sehingga
tidak layak mendapatkan apa-apa bahkan memberi secuil inspirasi kepada orang
lain.
Aku pernah
membangun cita. Aku pernah mencari suaka untuk kebahagiaan. Aku pernah
menggapai asa tetapi seperti layangan yang putus seketika di bawah awan putih
bertalu-talu dalam rindu kepada hujan musim kemarau. 



Aku pernah ingin bahagia
seperti mereka, barangkali waktu telah mengelabui potongan kalimat untuk
mencapai nada tinggi itu. Aku tersentak di tengah malam karena mimpi-mimpi
pemanis tidur yang tak pernah berkabar baik. Saat kubayang dan kuterka harapan
masa depan dalam balutan guru honorer, mungkin saat itu pula aku berpikir bahwa
diriku telah gagal dalam segala hal.
Kumulai
sesuatu yang berbeda, sebuah keengganan yang kuajak bangkit kembali, dari alam
bawah sadar, dari negeri antah berantah, dari sebuah khayalan, dari sebuah
kata-kata; lalu menjadi kenyataan dalam suatu ketika. Boleh aku bermimpi
meskipun sebagai guru honorer yang tiap hari hanya makan ikan asin dan sayur
kangkung. 



Di pandangan orang, aku guru honorer yang tidak beruntung tetapi
kupikir jangan sampai diriku demikian. Kau bisa berbaris di deretan orang-orang
penuh senyum, mengapa tidak denganku yang kian terburuk dengan kabar guru
honorer yang tidak akan diangkat jadi pegawai negeri dalam segala aturan
berubah suatu waktu.
Aku tidak
pernah merenung untuk membuat usaha karena memang tidak punya modal. Aku tidak
pernah membawa lari raga ke pematang sawah karena fisikku terlalu lemah untuk itu.
Aku melampiaskan potongan kenangan dalam kalimat merayu, merajuk, mengiba,
kepada siapa saja yang merasa dukaku bisa membawa secercah cahaya.
Jika
kusebut, “Aku ingin ke Korea!” kepada mereka yang tahu profesiku sebagai guru
honorer, niscaya mereka akan berujar, “Mimpi kau terlalu naif anak muda!”
mungkin juga kalimat lain atau mungkin juga picingan ekor mata dengan aungan
rendah sekali. 



Tetapi, untuk kau yang membaca kisah ini, mungkin saja terjadi,
bukan ke Korea, bukan ke negeri yang sempat kusebut, tetapi bisa saja ke
negeri-negeri yang entah terpikir olehku atau tidak, tetapi sekali lagi, aku
yakini akan mencapainya; suatu ketika bukan lagi dalam mimpi!
Kurangkai
kata di blog ini dalam keterpukuran,
tidak tahu arah, tidak ada keinginan-keinginan, karena ingin menumpahkan
kekesalan, pada paruh waktu tersisa di delapan tahun yang lewat. Perjalanan
yang panjang, terkatung-katung, terlunta-lunta, belum ada secercah harapan
tetapi aku seakan lupa tentang masa depan, lupa tentang apa yang perlu kucapai. 



Begitu sebuah hentakan terjadi, aku tersenyum tipis, aku meradang, aku
memandang sayu; bahwa aku bisa menjadi sesuatu dengan menulis di sini, di blog, yang dianggap meracau atau
mengada-ada oleh mereka yang juga masih menganggap guru honorer hanyalah
kumpulan anak negeri yang kesulitan hidup.
Elvitiana Rosa yang bercita-cita menjadi penulis. 

Kumulai dari Sini, untuk Kau Tahu, Juga Dia
Ketahui

Dia benar. Mimpiku memang selalu berubah,
bahkan hingga hari ini. Terlalu banyak mimpi, sampai aku pun tak tahu pasti
yang mana mimpi yang benar-benar harus dikejar, mana yang tugasnya hanya
menghiasi tidur malam
,” tulis Agustinus Wibowo dalam Titik Nol: Makna
Sebuah Perjalanan.
Aku juga
demikian suatu ketika dulu. Mimpiku sebagai guru honorer adalah mendapat
secercah harapan hidup ‘mewah’ seperti orang lain yang kerap mengusik hidupku. 



Beranjak
ke sini, mimpiku makin buruk dan dunia guru honorer makin terpuruk dan
dianak-tirikan oleh pemerintah – barangkali pemerintah juga menyebut
perkumpulan bodoh yang telah mengajar anak negeri dengan lupa banyak
konstribusi yang telah diberikan.
Jika kini
bicara tentang mimpi barangkali aku telah lupa. Aku hanya mengejar waktu. Aku
mengejar ketertinggalan seperti anak-anak yang takut tinggal kelas padahal
tidak akan pernah terjadi lagi di masa kini. Aku memulai yang beda dari orang
lain di dekatku. 



Aku mencoba peruntungan yang entah dapat kugapai atau hanya
khayalan semata sebelum beranjak tidur. Aku tidak mau mengabari siapa-siapa
tetapi dunia yang kujalani kini kerap mengabarkan kepada siapa-siapa tentang
lakon yang telah kuraih.
Dari meja
guru honorer yang kian lapuk, di antara buku-buku tugas anak-anak yang
menggunung, di antara usilan guru-guru pegawai soal tunjangan sertifikasi yang
belum masuk rekening, juga di antara honor guru honorer yang entah akan
bersentuhan dengan sepuluh purnama lagi, aku melarutkan diri dalam ide-ide,
dalam titik tanpa koma, lalu membubuhkan kata demi kata dalam sebuah paragraf
tanpa bisa diganggu dengan guru lain yang sudah beralih topik tentang mobil
mewah mereka yang tidak bisa diklaim asuransi karena lecet sedikit.
Penggalan
kisah menarik itu dimulai pada pertengahan 2014. Aku sudah terlarut dalam
keterpukuran, tidak bisa berbuat apa-apa kala sebuah surat elektronik diterima.
Kabar itu membuatku panas dingin, mungkin tidak mungkin tetapi itu nyata. 



Yang
tak lama, aku telah dengan gugup duduk di ruang tunggu Bandara Sultan Iskandar
Muda, Aceh Besar, jam lima pagi lewat seperempat, untuk keberangkatan pertama
ke Jakarta, lalu ke Lombok sebagai hadiah lomba menulis kisah inspiratif, GuruKami, Pahlawan Semesta, yang tak pernah kulupa sama sekali.



Baca Juga: 

Guru Kami, Pahlawan Semesta

Makin ku
berpikir, makin tidak bisa kubayangkan, seorang guru honorer duduk dengan penuh
ketegangan dalam pesawat terbang ke perjalanan jauh. Jendela yang terbuka
menampakkan awan beriringan seolah telah melupakan cacian dan lirikan mata
merendahkan dari orang-orang di sekitarku. 



Aku mungkin terlarut dan berpikir,
ini adalah perjalanan pertama dan terakhir untukku bagikan kepada anak-cucu. Tetapi,
goresan tangan berkata lain. Ke Lombok adalah permulaan, setelah itu aku menjadi
terbiasa menarik koper di bandar udara.
Di Lombok tahun 2014.
Mungkin, aku
sedang mencoba mencari jati diri atau lebih tepatnya mencari inspirasi untuk
diri sendiri dan mengabaikan orang lain. Tetapi, berkali-kali, aku harus keluar
dari harapan-harapan yang entah bermuara ke mana di bawah pundak guru honorer.

Aku
bahkan selalu berpikir, mungkin saja, aku akan menjadi seperti guru honorer
temanku di sekolah yang sama, sudah lebih 20 tahun tidak jadi pegawai negeri. Aku
tidak ingin hidupku kian terpuruk, aku tidak tahu mungkin besok akan tiada dan
dilupa begitu saja. Maka, aku tidak pernah berhenti menghunus ‘pena’ untuk
mencapai titik-titik yang enggan merambah kepada keberuntunganku.

Dari sekian
yang kulakukan di sekolah, mungkin belum mampu menginspirasi orang lain atau
malah hanya ‘dicincang’ oleh kepala sekolah yang tidak puas. Saat sinisan yang
kuterima, saat itu pula aku merasa profesi guru honorer adalah pilihan yang
tidak pernah membuat hidupku tenang. 



Aku tidak bisa mengubah apapun selain
menarik diri untuk menghancurkan pertahanan itu. Jika ada orang yang kemudian
berujar, “Kau ambil cangkul lalu ke sawah sambil menunggu diangkat jadi PNS,”
maka kuambil notebook dengan layar
ketikan menyala meski tidak ada kalimat yang terburai.
Bagiku,
kupikir matang-matang, jika pegawai itu memihak kepada lelahku, maka dia akan
datang suatu saat nanti. Jika tidak, maka perjalanan menulis akan melepas
dahaga dari segala upaya hidup susah. Kusebut tadi, mungkin di awal aku belum
mampu menginspriasi orang lain, setidaknya siswa-siswa di sekolah. 



Tetapi, saat
berkali-kali aku naik pesawat terbang, ke Bali dengan segenap keindahan, ke
Bangkok dengan segala upaya kemewahan dan ke berulangkali ke Jakarta dengan
kemacetan lalu-lintas sebagai pemandangan terbaik, aku menuangkan kisah kepada
siswa-siswa di sekolah dalam tiap kesempatan sebagai penyemangat.
Di Bali tahun 2016 undangan ASUS Indonesia launching ZenFone 3.
Di Bangkok, hadiah lomba menulis dari Priceza Indonesia tahun 2017.
Di Jakarta suatu ketika, abaikan adik kecil yang melongo.
Aku telah
mampu. Setidaknya, bisa memberikan secuil kisah kepada mereka yang tahu benar
bahwa aku adalah guru honorer yang malang. Aku mencambuk diri untuk lepas dari
kungkungan egois yang merata.

Aku mulai membagi kisah, lalu mengajarkan cara
agar siswa-siswa di sekolah bisa mendapatkan lebih dari apa yang kuraih. Lantas,
mereka terbiasa melihat tanganku menenteng ponsel-ponsel terbaru dengan harga
mahal, notebook terbaik dan
terkencang dengan harga lebih dari mahal dari sepeda motor atau foto-foto
perjalanan yang kini menginspirasi mereka.

“Pak, enak kali bisa lihat Opening Ceremony Asian
Games!” atau kalimat lain yang bernada gurauan, “Bapak yang jadi stuntman Jokowi ya?” kuberi ruang untuk
mereka menerka-nerka namun mereka tahu bahwa undangan dari pemerintah untuk
hadir dalam pembukaan olahraga terbesar Asia setelah 56 tahun lalu, karena aku
menulis bukan karena undian berhadiah lalu mendapatkan tiket masuk ke Stadion
Gelora Bung Karno yang ramai malam itu.
Sampai ke
titik ini, aku telah mampu membuat mata siswa-siswa terbinar, meski ada saja
yang menyalak dengan ekor mata merendahkan di lingkungan sekolah dari orang
dewasa yang merasa merekalah terhebat karena berpangkat dan golongan tinggi. 



Aku
tidak memedulikan hal itu. Aku kian terlarut dengan kedekatan dan canda tawa
bersama siswa-siswa di sekolah. Lantas, aku ajarkan beberapa hal yang berada di
luar kurikulum agar mereka menjadi seleb
sebagaimana rata-rata anak kota saat ini.
“Saya
ketemu sama anak SMA yang menang lomba menulis Asian Games!” sebagai pembuka
kumulai dengan kalimat menghentakkan, “Dia sama seperti saya, dikawal ke
mana-mana, ke Ancol dan Taman Mini dengan gratis, makan malam bersama
Menkominfo, dan ikut pembukaan Asian Games ke-18 yang mewah dan merinding
dengan Tari Ratoh Jaroe itu!”
Di GBK sebelum pembukaan Asian Games 2018.
Di depan GBK yang ramai oleh penonton pembukaan Asian Games 2018.
Parade atlet di dalam Stadion GBK.
Kisah naik
pesawat sudah terbiasa saya bagi. Ketemu artis membuat teriakan tak bisa
ditepis lagi dari deretan dengan jilbab rapi itu. “Pak, kok nggak selfie sama
Rian d’Masiv?” atau “Bapak bohong nggak ada foto sama Syahrini!” namun mereka
lagi-lagi tahu bahwa aku pernah bertemu dengan nama itu dan nama-nama lain.
“Pak, maulah
ketemu artis!” ujar anak-anak suatu ketika, dan sering.
“Maka, kamu
menulislah!” hanya itu cara yang bisa kubagi saat ini di lingkungan kami yang
terbatas. Kubuka pintu mereka membuat blog,
kucoret beberapa catatan penting di tulisan mereka yang belum usai, kusebut
cara untuk mendapat produk endorse di
media sosial, maupun kusarankan untuk mereka lakukan ini dan itu. 



Kutahu susah,
kukasih bukti kembali bahwa meski aku guru honorer yang entah berujung ke mana
hidupnya, aku telah berbenah dan mendapatkan lebih dari apa yang kuingini
selama ini. Kau pun bisa tahu dengan membaca tentangku
yang telah membubuhkan ragam prestasi.
“Pak,
bagaimana bisa dapat handphone gratis?”
tanya mereka lagi saat kupamer smartphone
dari sponsor. Kujawab dengan nada yang sama, “Kamu menulislah!” bagian yang
kuyakini dan kudapat pasti maka itu yang bisa kubagi.
Lantas, di
kelas tiga SMA, mereka kalut soal jurusan kuliah. Aku yang kemudian menarik
jati diri beberapa di antaranya – karena guru lain sibuk dengan uang yang telah
habis dipotong kredit bank. Aku arahkan ke jurusan ini dan itu.



Aku bantu
pendaftaran masuk kuliah yang lagi-lagi guru pegawai nggak paham soal sistem
internet yang kian modern. Aku ajak anak-anak ke warung kopi sore hari untuk apabila
internet di sekolah lagi ngadat. Begitu seterusnya, bertahun-tahun, bahkan ada
siswa yang kini lulus kuliah dan bekerja dengan mapan!
Aku memang
terpuruk sebagai guru honorer di pandangan banyak orang. Aku tidak demikian
saat menyebut diri sebagai penulis. Sampai kini, aku ingin terus menginspirasi,
membuka mata anak-anak bahwa apapun bisa dicapai dengan mudah asalkan
usaha lebih keras
.

Kumulai Berbagi Inspirasi dengan Mendikte Kata

Dua tahun
lalu, aku berpikir tentang sesuatu yang mungkin tidak mungkin dijalankan. Aku pasang
surut. Aku merasa terhalang tetapi harus kubuat. Apa yang telah kuraih lantas
kubagi kepada anak-anak. Mungkin akan tidak berguna tetapi kuyakin suatu saat
akan berarti untuk mereka yang menanti hal serupa.
Aku buat
kelas belajar blog di sela-sela
mengajar. Protes memang ada tetapi saat presentasi yang menuai keindahan berupa
jalan-jalan gratis dan dapat barang mahal gratis, semua terdiam dan ingin
memulai. 



Objek yang nyata menjadi daya tarik tersendiri meskipun proses menuju
ke hal-hal indah itu tidak semudah mereka lihat. Aku tak segan menekan pada
satu kalimat, “Perjuangan ini bukan semalam saja,” dan kubeberkan perjalanan menulis
blog sejak Multiply, lalu Blogdetik, Kompasiana,
Steemit dan benar-benar fokus pada blog
ini saja.
Kuyakin ada
di antara mereka yang memiliki ketertarikan. Bahkan, ada yang telah memulai
tanpa sepengetahuanku. Bahkan juga, pengikut mereka di media sosial lebih banyak
daripada milikku sendiri. 



Tak ada jalan menuju blogger, mereka akan bisa menjadi Youtuber atau malah influencer di media sosial. Aku ‘hanya’
membuka jalan, memberi masukan, mencari celah, di mana masa muda mereka yang
cantik dan tampan bisa menuju ke arah sana.
Siswi-siswi yang gemar difoto.
Kuabaikan pandangan
tidak sedap di luar kelas. Kututup telinga saat aungan panjang pelajaran hari
itu tidak penting. Kuyakini, dunia tidak selalu berkutat kepada buku dan
kertas.

Anak-anak bahkan sangat mahir bermain game, sangat fotogenik saat difoto,
sangat paham smartphone terbaru yang
mahal dan murah. Mereka larut dalam kubangan ini dan aku membawa langkah mereka
ke sana, meski tidak membawa janji-janji. “Siapa yang sabar dia yang akan
bertahan!”

Pelajaran
membuat blog kemudian menjadi wajib. Satu
persatu mereka menekuni dengan serius. Lepas dari sekolah ada yang mengirim
pesan melalui media sosial atau WhatsApp. 



Kuberi jawaban, kuberi masukan. Mungkin
mereka akan jadi sesuatu, mungkin mereka akan mendapatkan sesuatu. Entah bisa
kutelusuri atau tidak, dalam lupa kutahu pasti beberapa di antara mereka mulai
menekuni blog, mulai pamer foto
produk endorse di media sosial atau
mulai share kanal Youtube.
Aku telah
mencambuk mereka. Sedikit memang. Tetapi, aku bangga telah mengenalkan ‘cara’
kepada mereka yang kini bisa menutupi uang jajan kuliah dengan hasil kerja
sendiri.

Kuberi Jiwa dan Raga yang Kudapat hanya Angin
Lalu

Kau pernah dengar
keluhan ini? Mungkin sebagian orang anggap biasa saja. Begitu terjun langsung
sebagai guru honorer maka dengan mudah memantik hal ini. Aku tidak mau
menyalahkan siapa-siapa. Aku cuma merasa makin tersudut dengan sinisan, cibiran
dan bentakan dari hasil kerja keras.
Mungkin ini
tidak termasuk ke dalam kata menginspirasi. Kutuang di akhir inspirasiku
sebagai guru blogger karena ibarat
anak-anak yang sedang ujian akhir, bagian ini adalah paling penting dalam
menginspirasi masa depan. 



Aku telah menuangkan ragam inspirasi tiap hari dalam
kelas, maka saat tiba melepaskan inspirasi yang datang dari anak-anak bagaikan
helaan napas yang enggan keluar. Saat tidak hanya mengajar di dalam kelas
menjadi acuan, maka aku merasa dibutuhkan meski enggan hadir dari siapa yang
tidak percaya. 



Namun, anak-anak kerap berujar, “Bapak ada kan saat kita ujian?” karena anak-anak tahu, di sekolah kami, aku
yang tiap waktu berujar soal komputer, dan komputer, dan komputer!
Kekalutan
mereka saat ujian nasional berbasis komputer wajar terjadi. Aku berdiri di
antara mereka karena ‘tugas negara’ yang diembankan kepada guru honorer yang
entahlah bagaimana. Tetapi, aku terlarut dalam lelah dari jam 6 pagi sampai 6
sore. 



Aku lantas memastikan bahwa seluruh komputer menyala untuk bisa ikut
ujian. Meski, ada orang yang khawatir nggak keruan, aku tetap tenang karena aku
paham bahwa komputer yang menyala tidak akan mudah padam, soal yang dijawab
tidak mudah meloncat ke halaman berikutnya, kecuali mati lampu dan internet
padam barulah kita bisa istirahat.
Siswa lagi ikut UNBK.
Kuberi
waktu lebih banyak membantu sekolah selama ujian. Kuakali siswa-siswa dengan
beragam cara agar tidak takut menjawab ujian. Kukasih tahu cara termudah menjawab
soal maupun kutegur untuk tidak mengoyang-goyang meja agar kabel LAN tidak
copot.

Kutahu, mereka sangat tergantung kepadaku meski mereka tahu aku hanyalah
guru honorer yang mungkin akan – kembali – disalip oleh mereka sendiri usai
kuliah nanti dengan pekerjaan bergaji besar.

Coba
kutinggalkan anak-anak dengan kekhawatiran kelulusan, di dalam kantor yang tak
pernah bosan membicarakan soal tunjangan kerja, guru-guru yang kini menjadi
rekan kerja seolah terlalu manja menjadi maju. 



Apa-apa masalah kecil akan
disodorkan ke depanku, misalnya sekadar membuat tabel di halaman Word. Di akhir
semester nanti, guru-guru akan melakukan pendekatan tersendiri dengan beragam
cara agar aku mau membantu mengejarkan raport berbasis komputer di Kurikulum
2013.
Begitu
orang lain bergantung kepadaku, aku malah berpikir tidak lunak, kepada siapa
aku bergantung dalam balutan guru honorer ini? Mungkin aku telah lelah
‘menginspirasi’ dalam bekerja milik orang lain. 



Mungkin juga aku dianggap bisa
tetapi tidak beruntung dalam baju yang compang-camping. Namun, mereka di sini
selalu mencariku, anak-anak maupun guru-guru, bahkan hal terkecil sekalipun!
Aku harus
bertahan. Aku harus mengirim kabar kepada entah siapa. Aku ada di ‘selokan’
terdalam sedang mengapai mimpi yang belum tentu masih indah. Apakah ini cukup
menginspirasi? Atau mungkin juga, “Ah, itu cuma curhat guru honorer yang gagal!”
karena itulah aku menulis banyak kisah, agar dikenang, oleh siswa-siswa di sekolah,
mereka yang sudah tamat, mungkin juga kau yang jauh dalam jangkauanku. 



Dengan
ini, aku ingin memberi tahu, meski aku cuma guru honorer tetapi bukan berarti
tidak ada inspirasi yang bisa kubagi. Aku telah #BukaInspirasi
untuk kau kenang atau mungkin dijadikan kenang-kenangan!

***
Artikel ini telah dipublish oleh viva.co.id di: https://www.viva.co.id/blog/lifestyle/1074716-sebuah-inspirasi-dari-meja-guru-honorer-ke-blogger-terbaik
Categories
Uncategorized

Ikut Serta di Dunia Fashion dengan Ikut Terjun ke dalam Dunia Make Up Artist Professional

Dunia fashion tengah gencar digandrungi oleh banyak kalangan terutama generasi milenial. Make up sudah seperti kewajiban untuk dikenakan dalam kegiatan sehari hari terutama untuk kaum hawa. Begitu banyak posting an yang secara khusus membahas mengenai make up.

Begitu pulang dengan MUA atau Make Up Artist yang biasanya hanya dikenakan oleh orang orag tertentu yang berkerja di dunia perfilman. Kini banyak event yang juga memanfaatkan jasa Make Up Artist dalam mengisi riasan wajah mereka, mulai dari wisuda hingga ke acara pernikahan. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan. 
Semangat bersama NIVEA.
Untuk awal mula, coba gunakan jenis make up yang ringan 
Jika Anda baru akan mulai menekuni bidang Make Up Artist ada baiknya memulai dengan make up yang memiliki coverage ringan terlebih dahulu. Pelajari juga bentuk bentuk wajah yang cocok untuk variasi make up Anda. Tidak semua make up akan cocok untuk satu jenis pulasan saja. Semakin banyak Anda berlatih maka akan semakin baik pula hasil yang Anda dapatkan nantinya. 
Mulai mempelajari cara membuat shadding agar garis wajah lebih terbentuk 
Penting sekali untuk mempelajari cara membuat shadding yang baik untuk membuat garis wajah terlihat lebih jelas. Terutama jika orang yang Anda berikan make up memiliki wajah yang tergolong gemuk. Arah dari shadding sekalipun ikut mengambil peran penting pada hasil akhir make up Anda. Tentu kepuasan pelanggan akan menjadi keinginan utama dari hasil make up Anda bukan? 
Mencari banyak refrensi mengenai tren make up terbaru 
Warna warna yang mencolok mungkin memang bagus untuk digunakan sebagai make up indoor. Namun, jika pelaksanaan acara dilakukan saat outdoor, hanya akan membuat pelanggan Anda merasa malu dan kurang nyaman karena terkesan sangat menor. Pertimbangkan menggunakan warna pastel jika dibutuhkan. 
Menjaga tubuh tetap lembab sebelum acara juga tidak kalah penting. Gunakanlah sabun mandi untuk kulit kering untuk melembapkan tubuh. Aplikasikan lip balm untuk bibir hitam agar hasil make up lebih maksimal dengan warna alami.
Categories
Uncategorized

Fatin; Menciptakan Standar Tinggi Ajang Pencarian Bakat

Tidak bisa dipungkiri, Fenomena Fatin memang sangat fenomenal. Akhirnya, saya yang sangat “malas” menulis tentang isu entertaiment terpicut juga karena gadis bersuara khas ini.

10 Inspirasi Outfit Berhijab nan Stylish ala Fatin Shidqia ...
Fatin
Bukan karena dipaksa oleh siapapun, bukan juga karena sangat ikut-ikutan orang lain. Saya hanya menulis apa yang saya rasa dan apa yang menjadi sesuatu yang luar biasa sampai kini. 
Sosok Fatin yang dibalut jilbab putih, sweater, dan rok abu-abu lalu menyanyingkan Grenade dari Bruno Mars kian di rindu setelah tayangan X Factor Indonesia berakhir. 
Gadis imut ini mungkin tidak akan menarik perhatian begitu audisi, jika orang lain datang ke tempat audisi dengan berbagai style yang megah Fatin hanya tampil apa adanya. Memperlihatkan kesederhanaan dan kemampuan penyanyi kamar mandi. “Ingin belajar vokal,” begitu katanya. 
Dan ternyata bukan cuma vokal yang semakin memukau dengan teknik menyanyi luar biasa yang didapat tapi fans yang disebut Fatinistic. Penampilan sederhana telah membuat jutaan mata memandang padanya. Hanya karena karakter vokal yang kuat, bukan teknik yang siapa saja bisa mempelajarinya. 
Karakter vokal itulah identitas, layaknya nama, golongan darah, tinggi badan, berat badan, sampai sidik jari – itulah dia. Sedangkan teknik menyanyi bisa didapat dengan mudah bagi siapa saja yang mau belajar dan belajar. Karakter vokal? Tidak demikian, karakter itu tidak akan bisa dipelajari karena dia lahir dari seseorang semenjak dia ada di dunia. 
Setelah Fatin menyanyi lagu dengan gayanya sendiri tanpa mengharapkan apa-apa di babak audisi ternyata telah membuatnya sampai juara. Sudah banyak yang menulis tentang Fatin di dunia maya, ada yang mengkritik habis-habisan, ada yang menyanjung setinggi langit, bahkan ada yang menulis tentang Fatin apa adanya dia. 
Termasuk saya, tidak hanya menulis tentang fenomena Fatin yang sudah juara. Saya melihat hadirnya Fatin seperti sebuah bom yang meledak dan siap memangsa semua penghuni jagad raya. Fatin membawa sebuah tingkatan yang lebih pada ajang pencarian bakat yang sudah pernah ada di Indonesia. 
Datang dengan lugu dan malu-malu tapi mampu menghipnotis hampir seluruh masyarakat Indonesia bahkan dunia. Inilah yang dinamakan menilai orang tidak hanya dari penampilan saja. Karena penampian sangat menipu, Fatin sudah menipu ribuan mata karena auranya yang luar biasa. 
Dia berjilbab, sudah tentu membawa dampak tidak main-main untuk dunia fashion Indonesia, berbondong-bondong orang akan mengikuti gaya berhijab Fatin. Suaranya berkarakter, dan inilah nilai jual yang sangat tinggi. 
Jika penyanyi lain pontang-panting jual sensasi dengan goyangan tubuh molek atau menampakkan paha seksi, Fatin tidak perlu itu untuk menarik pendengar. Cukup menyanyi saja dan itu sudah berhasil! 
Lalu, alasan yang kuat adalah saat Fatin hadir seakan ajang pencarian bakat lainnya tenggalam entah ke dunia antah berantah. Secara tidak langsung Fatin sudah menciptakan standar yang sangat tinggi untuk sebuah ajang pencarian bakat. 
Fatin yang diolok-olok lupa lirik, tidak bisa menyanyi dengan bagus, tidak punya teknik, sudah menjadi acuan orang yang ingin ikut kontes yang sama di tahun-tahun mendatang. Karena teknik yang “luar biasa” istimewa tidak akan mampu menghipnotis pendengar untuk terus mendengar lagu dia tanpa adanya karakter kuat. 
Fatin tidak bersalah dalam hal lupa lirik. Tidak juga bisa disalahkan karena teknik belum matang. Dia datang bukan karena sudah terlampau sering tampil menyanyi di café-café atau acara hebat lain. Dia hanya tahu dirinya bisa menyanyi. 
Itu saja modalnya. Begitu sampai di acara besar seperti X Factor yang ditayangkan di seluruh Indonesia dan bisa di streaming di luar negeri, Fatin langsung menanggung beban tidak kecil. Ujung-ujungnya Fatin tidak ingin mengecewakan penggemar yang sudah terlanjur mencintainya. 
Mental anak SMA ini teruji habis-habisan, dan jika peserta lain tidak perlu belajar dari NOL maka Fatin harus berjuang lebih keras. Belajar mulai dari awal. Rossa sangat berperan penting, bisa dilihat perkembangan Fatin dari hari ke hari kian meningkat. Lagu-lagu yang dinyanyikannya – jika di awal banyak yang tidak tahu – kembali booming dan disukai. Bahkan lebih disukai versi Fatin. Luar biasa!
Sekarang kita bandingkan beberapa acara pencarian bakat yang pernah ada di Indonesia, mulai dari Akademi Fantasi Indosiar, Kontes Dangdut Indonesia, Indonesian Idol, Indonesia Mencari Bakat dan The Voice Indonesia. 
Kelima acara ini siapa yang tidak tahu? Standarnya mereka mencari kontestan dengan teknik menyanyi bagus, bisa menghafal lagu barat dan Indonesia. Bagaimana dengan karakter vocal? Selama saya tahu, tidak ada yang memiliki karakter vocal sekuat Fatin. Semuanya hampir sama, bagus dari segi teknik menyanyi saja tetapi karakter biasa-biasa saja. 
Terbukti, berapa banyak alumni dari ajang pencarian bakat itu menjadi penyanyi besar. Hanya beberapa. Dan itu pun tidak cukup menjadi luar biasa, tidak mendapat penghargaan bergensi, tidak sering tampil di TV dan hanya berwara-wiri di TV penyelenggara saja. Yang lebih mencengangkan, belum sampai seminggu Fatin sudah ada di Hitam Putih Trans 7, lalu di 100 % Ampuh Global TV, terus ke mana lagi? 
Inilah yang dinamakan fenomena, Fatin bisa diterima di mana saja. Jika kontestan lain hanya tampil di TV penyelenggara saja, Fatin bisa membuktikan bahwa dia tidak hanya “dipakai” oleh TV penyelenggara saja tetapi sudah di antre oleh TV lain untuk menayangkan ini. 
Pengaruh media memang sangat besar sekali. Jika alasan dulu belum punya internet, ini bukan jadi takaran untuk menilai. Toh, orang menilai dari tayangan di TV. Tidak menjadi fenomena karena standarnya itu-itu saja, semua sama, tidak bisa dibedakan, cuma modal teknik mumpuni tetapi karakter dan aura tidak membius. Pada masa Nikke Ardila juga tidak belum punya internet kan? Tetapi auranya tetap mempesona, begitulah Fatin! 
Belum lagi jika melihat dari hasil penjualan lagu “Aku Memilih Setia” di iTunes Indonesia. Respon masyarakat sangat besar sekali, karena lagu yang bagus dinyanyikan oleh penyanyi berkarakter tentu enak didengar. 
Semenjak dijual di iTunes belum pernah lagu ini keluar dari #3besar, bahkan hampir selalu duduk di angka #1. Selain iTunes, ternyata Sony Music Indonesia juga membidik, Nada Sambung Pribadi, dan tidak main-main hampir semua operator menempatkan lagu ini berada di tangga puncak. 
Inilah yang dinamakan standar tinggi, semua orang suka walau yang namanya haters itu ada. Yang tidak suka itu bukan karena apa-apa, alasannya karena tidak mampu mencapai setingkat Fatin, akhirnya bisa bersuara di belakang atau pengecut. 
Jika berani ya tampilkan selayaknya Fatin, jika masyarakat suka berarti yang berkoar-koar sampai bawa golok itu menang, jika masyarakat tidak suka berarti kalah. Dam! 
Fatin sudah menjadi ikon X Factor Indonesia, bahkan ajang pencarian bakat lain yang ratingnya terlempar ke dataran rendah. Untuk tahun-tahun ke depan, akan sangat sulit menghadirkan sosok seperti Fatin, apapun akan dibandingkan dengan Fatin. 
Baik dan tidak baik. Jika masih ingin menjadi tontonan yang menarik dan mendapatkan rating tinggi, ajang pencarian bakat mau tidak mau harus bekerja keras untuk mendapatkan selayaknya Fatin. 
Tidak perlu jauh-jauh, The Voice Indonesia terlempar ke jurang yang sangat menakutkan. Padahal acara ini menampilkan kontestan dengan teknik vocal di atas rata-rata. Tapi terasa hambar dan tidak menjadi sesuatu yang menarik. 
Satu sisi, acara ini memiliki kelemahan karena beriringan dengan X Factor Indonesia yang sudah terlebih dahulu terkenal semenjak Fatin audisi. Hasrat hati ingin menampilkan yang lebih megah ternyata tidak bisa naik-naik mencapai angka yang fantastis, ratingnya semakin turun. 
Fatin sudah fenomena, lagunya pun sudah didengar di mana-mana. Gayanya juga diikuti oleh banyak remaja putri berjilbab. Kesederhanaannya menjadikan ikon bahwa penyanyi itu tidak harus glamor. Kita tunggu saja, beberapa bulan ke depan bagaimana perubahan pada Fatin. 
Dan kita tunggu juga ajang pencarian bakat yang akan digelar beberapa stasiun televisi dalam waktu dekat nanti. Bila tidak mampu menghadirkan sosok sefenomenal dan kontroversi seperti Fatin, siap-siap saja tayangan akan garing, dunia maya akan sepi dan rating turun. 
Sekali lagi, selamat Fatin! Selamat juga untuk generasi yang ingin perubahan, dunia keartisan itu tidak selamanya mengumbar aurat, bukan? 
Categories
Uncategorized

Smartphone Impian Itu Punya Foto Bokeh Begini Cantiknya

Pernah terpikir untuk memotret sesuatu yang menarik? Tentu saja. Jangan bilang tidak. Karena saat ini segala upaya dilakukan untuk menjadi cantik, atau gagah, dan tidak hanya itu, hasil foto yang diblur latar belakang menjadi tren tersendiri. Jika dulu, saya selalu iri dengan pemilik kamera digital atau DSLR dengan hasil blur maksimal. Kerapkali pula, saya minta difoto tanpa tahu malu karena ingin terlihat kekinian. Namun, tahukah kamu saat ini banyak sekali smartphone impian dengan fitur bokeh atau blur maksimal dan optimal sehingga objek menjadi benar-benar cantik.

Jelang akhir tahun 2017, artinya sudah setahun lalu, saya memegang sebuah smartphone dengan fitur bokeh keren. Saya sebut demikian karena sangat cocok untuk pemakai ponsel bukan fotografer profesional. Saya cukup mengaktifkan bagian tertentu di sekali sentuhan, lalu fitur blur itu langsung menangkap objek dengan baik. Saya tidak memerlukan setelan yang khusus atau teori yang panjang sekali sampai kepala pusing, saya cuma perlu bersabar dan mengunci objek beberapa kali agar dapat hasil maksimal. Saya sadar, karena bukan orang hebat dalam mengambil foto sehingga berulangkali klik baru dapat hasil yang memuaskan.
Makin ke sini, saya berpikir bahwa perangkat utama dalam mendukung hasil foto terbaik itu tidak hanya mumpuni saja tetapi insting kita juga harus bekerja. Namun, kamera mumpuni yang saya miliki dengan blur ‘cantiknya’ adalah Huawei Nova 2i mampu membuat saya merangkak ke tingkat lebih tinggi, kayak orang-orang yang telah pintar foto. Sudah setahun berlalu perangkat ini bersenggama dengan pecinta gadget Indonesia. Saya juga yakin bahwa hasil foto yang dihadirkan oleh produk ini cukup memuaskan penggunanya.
Mungkin kamu penasaran, mungkin juga ini hanya ‘kenang-kenangan’ foto bokeh yang keren itu. Saya ambil foto ini dan kagum dengannya. Pertama karena insting saya saat mengambil foto dan kedua karena kamera ponsel ini terlihat natural dan maksimal. Pemandangan di belakang objek benar-benar terlihat baik tanpa celah untuk mencatat kekurangan. Bagi siapa saja yang memiliki insting kuat sangat terbantu dengan kamera ponsel dari Huawei tersebut. Di kelasnya, Nova 2i menjadi incaran karena fitur kamera keren.
Bokeh terbaik, foto diambil dengan Huawei Nova 2i.
Tak mau berpuas dengan satu hasil foto blur. Saya berkelana mencari objek, sengaja atau tidak sengaja namun yang pasti bahwa saya senang, saya bersenang-senang, saya menyukai hasil foto yang kemudian tak hanya jadi kenangan tetapi catatan media sosial agar lebih kekinian – lagi. Di sekolah yang ramai dengan siswa, saya seolah-seolah memamerkan hasil foto terbaik namun sebenarnya saya ingin mendapatkan objek, saya ingin mengabadikan momen itu karena di tahun depan akan berganti dengan siswa baru.
Momen bahagia, momen suka dan duka adalah potret yang kian hari akan berbeda. Saya menyukai semua itu karena ponsel sangat mendukung. Diminta atau tidak, siswa di sekolah akan senang hati menjadi model. Saya rasa, kedekatan dengan siswa tidak hanya memudahkan mereka belajar tetapi membuat mereka menjadi ‘model’ dalam konten digital di mana hampir semua media sosial dihuni oleh mereka yang cantik dan ganteng.
Mulailah saya berujar, “Kamu cukup andalkan kamera ponsel sebagai permulaan!” karena dengan demikian mereka tidak terpikir untuk ‘memeras’ orang tua dalam hal beli kamera DSLR dengan harga lumayan tinggi, sebagaimana telah menjadi kewajaran anak-anak sekarang. Saya bahkan dengan senang hari memberi bantuan kepada anak-anak yang fotogenik agar mereka mampu keluar dari zona tidak nyaman.
“Nggak ada yang tahu kamu pakai kamera apa, asalkan foto bagus maka akan banyak orang suka!” saya pikir cambuk ini berhasil menyulut amarah mereka.
Siswa di sekolah adalah objek terbaik karena mereka generasi milenial.  
Smartphone Saya Beberapa Hari ke Depan, Bokehnya Harus Wajar
Saya sudah punya Nova 2i dan hasil bokehnya sudah pula kamu lihat. Maka, saat bicara smartphone impian beberapa hari ke depan, saya tidak bisa memalingkan dari fitur bokeh yang tidak hanya kekinian tetapi menjadi keunikan tersendiri. Tiap waktu, saya habiskan masa bersama anak-anak di sekolah dan ada saja momen yang disengaja atau tidak untuk dipotret. Kenangan hari ini tentu saja tidak akan pernah terulang kembali keesokan harinya bahkan berhari-hari ke depan.
Jika bicara agenda, di sekolah itu sangat kompleks sehingga sebenarnya tidak pernah kehilangan objek untuk difoto. Objek dengan latar belakang sama akan menjadi foto yang jauh lebih menarik dan memiliki nilai seni berbeda jika bokehnya wajar. Artinya, foto bokeh yang sebenarnya tidak seperti tempelan karena ingin tampil blur. Smartphone yang menjawab tantangan ini akan masuk list di tahun ini.
Kenapa bokeh menjadi pilihan utama bagi saya? Pergaulan saya – seperti telah disebut – adalah anak-anak dengan banyak tingkah polah atau kaum milenial yang mana gemar sekali pamer foto bokeh mereka. Generasi milenial ini menjadi objek khusus dalam hal kedekatan saya sebagai guru dengan siswanya. Anak-anak di sekolah belum begitu paham soal ‘rasa’ foto dalam kriteria fotografi. Mereka hanya tahu keindahan, suka fitur blur dan kecerahan dari foto itu sendiri tanpa sedetail profesional menilainya.
Namun, soal bokeh ‘wajar’ itu menjadi alternatif terbaik karena anak-anak masih bisa menilai, “Foto kemarin kok kayak tempelan, Pak,” atau “Bokehnya keren banget, Pak!” begitu ujar mereka secara langsung atau melalui media sosial. Mungkin dianggap tidak wajar guru berteman dengan siswa di media sosial tetapi ada bagian yang ingin saya bangun maka hal itu terjadi.
Kemudian, penerus Nova 2i disejajarkan dengan smartphone masa kini yang hadir dengan perubahan dan pengembangan kamera menjadi lebih baik. Huawei menghadirkan Nova 3i ditengah-tengah kemelut soal rasa dalam memblurkan latar belakang hasil foto. Sebuah impian berangkat dari sebuah catatan penting bahwa rasa yang pernah saya coba di Nova 2i barangkali akan makin maksimal saat bercumbu dengan Nova 3i.
Huawei selalu penuh kejutan dalam membangun sisi kamera menjadi ‘sesuatu’ termasuk untuk Nova 3i. Huawei menghadirkan 4 kamera super canggih berteknologi AI yang mana akan memuluskan perjalanan saya bercerita di balik kamera bersama anak-anak di sekolah.
Huawei Nova 3i tawarkan kamera AI terbaik.
Pengembangan yang terjadi kini, bicara kamera tidak hanya soal besar resolusi tetapi kecerdasan buatan yang tertanam di dalamnya. AI di dalam Nova 3i saya yakini akan melampaui batas di mana Nova 2i yang belum memiliki fitur ini telah menghadirkan foto dengan optimal maka penerusnya akan lebih memukau. Huawei membenamkan kamera 16 megapixel dan 2 megapixel untuk hasil bokeh terbaik, untuk memotret panorama lebih memukau dan kecerahan yang sempurna di kamera utama. Bukaan lensa kamera utama ini adalah f/2.2 dengan dukungan autofokus yang kontras dan nyata. Kamera depan hadir dengan 24 magapixel dan 2 megapixel dengan kecerdasan buatan yang akan membuat hasil swafoto tampak lebih hidup dan bersenyawa. Bukaan lensa kamera depan ini adalah f/2.0. Kedua kamera ini memastikan hasil foto yang mengesankan dengan kejernihan yang tinggi dan efek bokeh.
Kamera depan dan belakang dengan dukungan AI.
Saya pikir wajar memang memimpikan kamera smartphone terbaik untuk saat ini. Berbekal kamera ponsel saja kita sudah mampu meraih kesenangan tersendiri yang tiada batas. Kamera terbaik akan memberikan penghargaan kepada penggunanya yaitu hasil foto yang diingini. Kamera depan Nova 3i akan mempercantik objek dengan algoritma canggih dan pendeteksi wajah yang sangat berguna.
Saya sudah sebut bahwa Nova 2i menghadirkan hasil kamera yang tidak mengecewakan. Maka, untuk Nova 3i ini kita akan mendapatkan hasil yang lebih tinggi dari itu. HDR Pro adalah fitur yang canggih dari Nova 3i di mana akan memberikan foto dan video presisi yang seimbang dengan pratinjau waktu nyata bahkan saat di bawah sinar matahari. Untuk bersenang-senang Huawei menghadirkan Qmoji. AI 3D untuk Qmoji siap mempelajari dan menganimasikan ekspresi wajah, gerakan, dan suara Anda untuk menghasilkan Qmoji dengan format GIF atau video yang dipersonalisasi.
Qmoji yang keren di Huawei Nova 3i.
Kombinasi yang menarik saat menilik kamera belakang di mana suguhan manis itu akan terjadi seketika. Kamu akan tahu bagaimana rasanya daya tarik dari kamera Huawei saat memiliki ponselnya nanti. Kamera belakang akan menghadirkan efek bokeh dengan sangat alami dan profesional. Dukungan AI akan membuat kamera ini menyempurnakan apa yang tidak terjadi di model lain di kelasnya.
Mungkin, kita terlalu bingung untuk memainkan fitur di kamera ponsel pintar. Namun untuk Nova 3i tidak lagi demikian karena objek langsung dideteksi dengan sempurna berdasarkan kriteria. Nova 3i dibekali 22 fitur keren yang akan langsung mendeteksi objek apakah panorama, pantai, makanan, sepeda, bahkan teks.
22 fitur kamera yang siap memanjakan pengguna. 
Kadangkala, agar kekinian dan bermain lebih tinggi dan mencapai tingkat ekspektasi lebih berbeda, kita ingin memotret objek dengan sudut pandang yang unik. Maka, Nova 3i menyediakan fitur 16x Super Slow Motion. Fitur ini dapat merekam setiap gerakan yang mengesankan dan mengubah kilasan momen menjadi sorotan aksi dengan 480 frame per detik. Bagaimana hasilnya, kita lihat saja nanti jika telah memiliki Huawei Nova 3i.
Bodimu Menentukan Keindahan
Ada siswa yang dipotong rambut karena terlalu panjang, itu wajar terjadi di sekolah. Di mana sekolah mendidik dan mengajar banyak hal, termasuk penampilan yang keren dan bersih agar anak-anak terbiasa dengan demikian kala beranjak dewasa. Tidak hanya itu, dalam arti yang sebenarnya tidak diketahui siswa itu sendiri, sikap guru memotong rambut gondrong juga membantu mereka tampil lebih ganteng agar disukai dan digemari oleh lawan jenis. Hal ini berlaku terus-menerus dan tengoklah penampilan anak-anak kita di sekolah selalu klimis – jangan lihat adegan tidak mendidik dari tayangan sekolahan di televisi.
Saya berinteraksi dengan ratusan siswa tiap hari. Saat ada salah satu dari mereka dengan rambut panjang, baju tidak masuk ke dalam, celana sobek di lutut, atau jilbab acak-acakan, saya akan berujar, “Perbaiki penampilan kamu!”
Karena, penampilan luar adalah nilai jual tak hingga. Anak-anak dengan celana robek di lutut sengaja atau tidak akan dicap sebagai siswa ‘bandel’ meskipun belum tentu. Ada anak yang jilbabnya selalu miring kiri atau kanan, maka akan dipandang sebagai anak yang tidak suka kerapian dan selalu menjadi bahan ejekan anak-anak lain di kelas. Anak-anak dengan rambut panjang, kriwil-kriwil, tampak kusut sekali meskipun mandi pagi dan memakai wewangian. Saya terlalu tamak mungkin untuk ini tetapi saya ingin memberikan pengalaman tentang kebiasaan soal tampilan luar yang akan membuat orang lain tertarik.
Sadar atau tidak, sikap saya terhadap anak-anak di sekolah juga diyakini dengan benar oleh mereka sendiri. Saat bicara smartphone masa kini, anak-anak akan mudah berujar, “Kok HP mahal bodi plastik begitu, Pak!” atau “Cassing HP Bapak jelek kali,” yang artinya bahwa mereka telah mampu menilai tampilan luar menjadi penentu untuk menilai hal-hal lain yang lebih sensitif – meski ini sangat relatif sekali.
Desainnya yang keren dengan gradient color adalah pilihan yang tepat dari Huawei untuk Nova 3i. Sekali pandang, saya tahu bahwa ponsel pintar ini telah melampaui model lain di kelasnya dan tampak sangat elegan dan mewah. Pemilihan bahan yang pas, warna yang bercahaya membuatnya menari-nari di alam mimpi untuk segera dirangkul dalam waktu lama.
Black dan Iris Purple adalah pilihan warna Nova 3i yang tidak hanya mewah namun keindahan akan terpencar dari kaca belakang dan bingkai metal yang terletak di tengah. Layar 6,3 inci terasa sangat ‘imut’ dari desain yang demikian indahnya itu mampu membuatnya terlihat berbeda. Huawei menghadirkan resolusi FHD+ dengan 2340×1080 piksel. Saya berani memberikan nilai tinggi pada penyempurnaan bodi dari Nova 3i. Kesan yang tidak bisa dialihkan dan benar-benar tampak beda daripada ponsel pintar lain yang beredar saat ini di rentang harga sama.
Tak bisa saya bayangkan bagaimana reaksi anak-anak di sekolah jika suatu saat memegang Huawei Noav 3i dengan warna Iris Purple. Warna yang mencolok, berpadu dengan bodi kaca yang menawan, tak bisa dielak bahwa akan banyak yang suka dan mengaguminya. Catatan dari saya bahwa anak-anak usia sekolah adalah generasi milenial yang lebih bijaksana soal perubahan teknologi. Wajah anak-anak di sekolah saya bisa mendeskripsikan bahwa saat membeli ponsel pintar, mereka yang memilih sendiri sedangkan orang tua hanya mengeluarkan biaya. Dengan sentuhan warna yang magis, Nova 3i bisa jadi salah satu yang menarik minat generasi melenial ini.
Berpacu di Landasan, Lebih Cepat dan Gesit
Bergaul dengan anak-anak di sekolah setidaknya saya tahu kekesalan mereka saat bermain game. Faktor pertama karena rata-rata smartphone mereka memiliki kapasitas baterai rendah, lalu disusul dengan RAM yang kecil sampai dapur picu yang tidak tahan panas sehingga mudah sekali stagnan di suatu waktu. Larangan main game barangkali sudah tidak wajar saat ini, anak-anak yang terhipnotis game bukan berarti lupa akan berita. Saat mereka berujar, “AoV saja main di Asian Games, Pak!” saya akan gagap menanggapinya.
Tahu soal game tentu perlu saat ini agar saya tidak dikibuli oleh anak-anak. Memang, mereka tidak dibenarkan untuk membawa ponsel ke sekolah tetapi saat tertentu mereka bertanya saya kikuk maka itu bukan saja membodohi diri sendiri tetapi terkesan kurang update. Saya selalu bercerita tentang smartphone terbaru dengan dapur picu baik, RAM maupun baterai tahan lama untuk bermain game. Saya kira, jika memamerkan Nova 3i di dalam kelas maka mereka akan semena-mena terpesona untuk meminta main game sesaat – meski tidak saya izinkan selama di sekolah.
Nova 3i tak lain adalah smartphone berperforma gaming dengan GPU Turbo. AI yang dipadukan dengan GPU Turbo akan menghadirkan respon cepat saat bermain game. Pengalaman yang berbeda akan dirasa saat koneksi internet stabil di jaringan 4G maupun Wi-Fi. Jenis game akan membuat perbedaan yang signifikan namun sekali lagi GPU Turbo akan menawarkan pengalaman lebih baik daripada yang lain.
Kinerja cepat dalam bermain game berkat GPU Turbo. 
Huawei dengan bangga membenamkan prosesor buatannya sendiri, Kirin 710, dengan teknologi 12 nm yang dipercaya akan memberikan hasil responsif, fitur foto AI yang maksimal dan pengalaman bermain yang imersif. Kemampuan kinerja dapur picu dari Huawei memang menarik dan memiliki kenikmatan tersendiri. Nova 3i yang memiliki kemampuan terbaik dalam komputasi didukung juga oleh RAM sebesar 4 GB dengan storage 128 GB (paling besar) di kelas smartphone mid-range. Media penyimpanan internal ini memang mengejutkan karena untuk ukuran smartphone di harga Rp 4 jutaan, belum ada produsen yang berani menawarkan memori internal begitu besar.
Nova 3i memiliki kapasitas baterai sebesar 3.340 mAh dengan isi cepat dan terkontruksi dengan baik dengan AI sehingga lebih hemat daya. Smartphone dengan sensor sidik jari di bagian belakang, terletak di bagian tengah sejajar dengan sensor kamera, juga akan terhubung dengan jaringan data 4G LTE.
Main Spec. Huawei Nova 3i
Size Panjang: 75,2 mm, Tinggi: 157,6 mm,
Lebar: 7,6 mm, Berat: Approx. 169 g (termasuk dengan baterai)
Warna Black & Iris Purple
Layar Ukuran: 6,3 inch, Warna: 16,7 juta warna, Ukuran Saturasi Warna (NTSC): 85%
(typical value), Typle: TFT LCD (IPS),
Resolusi: FHD+ 2340 x 1080, 409 PPI
CPU HUAWEI Kirin 710
4 x Cortex A73 2,2 GHz + 4 x Cortex A53 1,7 GHz
Sistem Operasi Android 8.1
Memori INE-LX2: 4 GB RAM + 128 GB ROM
Jaringan INE-LX2 (Dual SIM) 4G LTE TDD: B38 / B40 / B41 (2.545 – 2.655 MHz),
4G LTE FDD: B1 / B3 / B5 / B7 / B8 / B28,
3G WCDMA: B1 / B5 / B8,
2G GSM: B2 / B3 / B5 / B8
Secondary SIM card: 4G LTE TDD: B38 / B40 / B41 (2.545 – 2.655 MHz),
4G LTE FDD: B1 / B3 / B5 / B7 / B8 / B28,
3G WCDMA: B1 / B5 / B8, 2G GSM: B2 / B3 / B5 / B8
GPS GPS, GLONASS, BeiDou
(hanya didukung oleh beberapa INE-LX2 yang dijual di Asia Pasifik),
AGPS
Koneksivitas   802.11b/g/n, 2.4 GHz,
Bluetooth 4.2, BLE, HWA, aptX and aptX HD,
Micro USB, USB 2.0, 3,5 mm Headset Jack,
PC Data Synchronization
Sensor Sensor Gravitasi,
Sensor Cahaya,
Sensor Sentuh,
Giroskop,
Kompas,
Sensor Sidik Jari
Kamera Utama 16 mega-pixel (color) + 2 mega-pixel (color),
F/2.2 aperture,
supports autofocus (phase focus, contrast focus)
Kamera Depan 24 mega-pixel (color) + 2 mega-pixel(color),
F/2.0 aperture,
supports fixed focal length
Audio/Video Audio File Format: mp3, mp4, 3gp, ogg, aac, flac, midi.
Video File Format: 3gp, mp4
Emotion UI EMUI 8.2
Dukungan di Indonesia Ya
Baterai 3.340 mAh, 5 V / 2 A charger
Isi Kemasan Phone x 1,
Built-in battery x 1,
Quick Start Guide x 1,
Charger x 1,
Warranty Card x 1 (dependent on market),
Headset x 1,
Eject pin x 1,
Micro USB cable x 1,
TPU Protective case x 1(dependent on market),
TP protective film x 1(dependent on market)
Harga Rp 4.199.000,-
Saya pikir, apa yang diinginkan oleh generasi milenial telah dimiliki oleh Nova 3i. Mereka yang suka main game, ponsel ini mampu menjawabnya. Mereka yang mebutuhkan foto bokeh terbaik juga diberikan tanpa perlu setelan lebih lama. Mereka ingin terlihat stylish dengan bodi smartphone kelas atas, Nova 3i melengkapi hal demikian.
Berangkat dari Mimpi, Niscaya Kamu akan Menang

Huawei Nova 3i sebuah mimpi dalam sebuah rasa.

“Bermimpilah, karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi itu!” tulis Andrea Hirata dalam Sang Pemimpi, buku kedua dari Laskar Pelangi. Maka, lalu-lalang mimpi dalam kehidupan kita memang tidak bisa dielak dan akan menjadi cambuk terindah untuk mendapatkan apa yang diimpikan. Berangkat dari mimpi, selalu ada jalan untuk menuju ke sana. Namun, berbeda dengan tiada mimpi maka juga tidak akan ada jalan untuk menggapainya.

Impian memiliki smartphone dengan kamera terbaik tahun ini, mungkin tidak wajar bagi sebagian orang. Namun, tahukah kamu, profesi saya sebagai seorang guru dan blogger sangat membutuhkan kamera terbaik. Sehari-hari adalah momen. Tiap waktu adalah kenangan. Tulisan di blog yang makin hiperaktif mau tidak mau harus menyelipkan senyum atau duka dari objek yang sedang ditulis.
Kamera ‘buram’ sudah ditinggal dan tidak akan mampu bersaing lagi dengan blogger lain yang bahkan telah memakai kamera DSRL. Selain tidak mau ribet, karena kemudahan itu, simpel yang pasti, saya mengandalkan kamera ponsel pintar untuk mengabadikan segala momen. Saya bahkan ingin menggaungkan bahwa guru dan blogger bisa berjalan beriringan tanpa batas dan jeda.
Huawei Nova 3i adalah mimpi-mimpi itu. Mungkin tercapai. Mungkin tidak. Tetapi, ada atau tidaknya saya tetap bersenda-gurau dengan siswa-siswa di sekolah, memotret mereka lalu menulis tentang sesuatu agar dunia tahu dan mengenang tentang saya dan mereka!
Categories
Uncategorized

ASUS Laptopku, Bagaimana denganmu?

“Apa sih
yang kamu cari?” tanya Najwa Shihab kepada peraih medali emas pertama untuk
Indonesia di Asian Games 2018, Defia Rosmaniar, “Prestasi!” begitu jawab dara
Bogor itu dengan mantap. “Bukan bonus?” desak Najwa lagi. “Yang pertama
prestasi, kedua bonus akan menyusul apabila berprestasi!”

Video hasil
wawancara presenter yang terkenal sangat elegan dan ‘ganas’ di Indonesia ini
membuat saya terharu. Di antara video wawancara atlet peraih medali emas lain,
bincang dengan Defia benar-benar saya rekam dengan baik. Prestasi! Tentu sangat
tidak mudah; di mana-mana demikian. Pendapat Defia menjadi cambuk untuk saya
sendiri dan membenarkan bahwa bonus akan datang dari hasil kerja keras. Defia
telah merelakan masa kanak-kanak dan remajanya terenggut begitu saja untuk
menggeluti taekwondo. Medali emas di Asian Games ke-18 di tahun 2018 tak lain
anugerah untuknya. Najwa kemudian ‘menyindir’ soal bonus yang akan didapatkan
oleh Defia dan atlet lain. Defia terlihat hanya mengulurkan senyum dengan
linangan airmata yang tidak bisa dicegah. Mungkin kamu tertinggal tayangan
tersebut, bisa ke https://www.youtube.com/watch?v=KCi2b6BW6yo untuk menontonnya.
Prestasi.
Simalakama saat menyebut bahkan menulis kata tersebut. Untuk para atlet yang
telah meraih kesuksesan dan mendapatkan bonus tidak lantas bersenang-senang.
Mereka akan mengejar prestasi lain di ajang olahraga lainnya. Lantas, bonus
akan mengikuti karena saat meraih prestasi nama mereka akan dikenang. Kita
tidak mungkin lupa pada bidikan kamera media massa, cuitan di media sosial dan
juga ‘promosi’ secara tidak sengaja dalam bentuk dukungan yang kemudian menjadi
trending topic di Indonesia bahkan
dunia. Mereka dikenal karena prestasi dan benar seperti kata Defia, bonus
datang kemudian tanpa diminta.
Kita
tinggalkan Defia dan para atlet peraih medali di Asian Games 2018. Kita bicara
tentang kita. Prestasi apa yang bisa membanggakan. Tentu, berbeda-beda tetapi
bisa membuat kita menjadi berarti setidaknya untuk diri sendiri. Saya tidak
bisa berbicara soal bonus berupa materi namun soal prestasi mungkin bisa
menjadi acuan beberapa penggalan ‘bonus’ ke depan.
asus laptopku
ASUS Laptopku.
Begitu
terburu, saya membuka ZenBook Flip S yang sangat tipis itu di 29 Juni 2018. Saya
merasa hampir sesak karena deadline
lomba yang diikuti hampir tiba. Saya masih bingung mau memulai dari mana dan
apa yang sebenarnya ingin saya tulis. Tetapi, saya ingin. Begitu menggebu.
Begitu ditarik untuk terus dipaksa mengeluarkan kata-kata namun tak kunjung
berbaris di layar notebook itu.
Saya
termenung lama di depan notebook dengan
layar sentuh dan dua fungsi ini; sebagai laptop dan tablet. Saya mencari celah dan tema yang mengandung keAcehan. Saya
ingin berbicara tentang Aceh dari sudut olahraga, bukan selalu soal kontroversi
atau halal dan haram. Bidikan saya kemudian terangkum dalam Bunga
Aceh; Engkau Harum di Angkat Besi Asian Games 2018
. Tulisan ini yang
mengantarkan ‘bonus’ untuk saya hadir ke Jakarta, tidak hanya berteriak di
kursi penonton dalam Stadion Gelora Bung Karno saat Opening Ceremony Asian
Games 2018, tetapi bersama pemenang Writingthon Asian Games saya menjadi ‘tamu’
negara yang menjadi mimpi terindah sepanjang perjalanan menulis.


Baca Juga:Bunga Aceh; Engkau Harum di Angkat Besi Asian Games 2018

Saya
terharu. Itu sudah pasti. Saya mewakili Aceh untuk ‘diarak’ keliling Jakarta
oleh Kementerian Teknologi dan Informatika (Kominfo) karena telah mempromosikan
atau lebih tepatnya, mengabadikan pelaksanaan Asian Games 2018 di Indonesia. Gedung
Arsip Nasional menjadi pijakan bertemu Menteri Rudiantara dalam balutan dinner yang istimewa. Konser kecil
bersama d’Masiv tak pernah dilupa di sisi pantai terindah Taman Impian Jaya
Ancol. Taman Mini Indonesia Indah menjadi waktu bersenang-senang dan juga
mencari tahu tentang teknologi informasi Indonesia di Museum Penerangan.
Malam Opening Ceremony Asian Games 2018 di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta.
Kita tahu,
butuh waktu 56 tahun untuk Indonesia kembali menjadi tuan rumah dengan segala
upaya dan keterbatasan. Tulisan saya yang telah dibukukan bersama 34 penulis
lain oleh Kominfo dan Bitread Publishing akan menjadi saksi sejarah sampai
berabad lamanya. Sebuah kehormatan karena belum tentu catatan sejarah model
begini akan terulang kembali.
ZenBook
Flip S menjadi ‘sahabat’ yang sebenarnya harus saya ucapkan terima kasih. Keyboard-nya yang lembut, layarnya yang
bening dan kecepatan kinerjanya dalam persekian detik, bisa membuat saya
menangis saat melihat tarian pembuka, Tari Ratoh Jaroe, yang ditarikan oleh
1.500 pelajar di depan jutaan mata malam itu, 18 Agustus 2018. Kata-kata yang
mengalir di notebook terbaik dari
ASUS tahun 2017 ini tidak bisa saya bendung karena saya bisa mencapai titik di
mana menjadi impian banyak orang. Tulisan yang telah jadi dan tersimpan dengan
baik di dalam notebook yang
dilengkapi dengan ASUS Pen ini, tidak hanya istimewa tetapi jauh lebih
prestisius dari itu. Saya sempat berujar kepada diri sendiri, “Ini pemerintah
yang buat, lho!”
Lahirnya
tulisan tentang gadis Aceh itu karena jari saya tidak bisa lepas di atas keyboard yang akan menyala saat ditekan
FN+F4. Warna yang dipancarkan tidak hanya menambah mood saya untuk menulis bagian penutup yang lebih memukau, juga
memudahkan pengetikan dalam remang cahaya lepas subuh. Di paragraf tertentu,
kadangkala saya bimbang mau menulis dari sudut pandang yang bagaimana, di saat
itu pula musik yang keluar dari headset
sangat indah sekali berkat harman/karbon
di notebook ini. Alunan musik
menguatkan saya untuk menutup tulisan dan mengirimkannya dengan segera.
Kini, saya
ikut berbangga bahwa ZenBook Flip S tidak hanya sebagai notebook dengan serpihan emas di sisinya, tetapi membuat saya
meraih ‘prestasi’ seperti yang disebut Defia. Bagi saya, capain ini tak lain sebuah
prestasi yang lebih berharga karena blogger
telah memiliki tempat tersendiri di hati pemerintah. Saat melihat sampul buku
dengan logo Kominfo, saya tidak hanya merinding namun merasa telah sangat
dihargai sebagai seorang penulis.
Notebook ASUS ZenBook Flip S mempunyai andil besar
dalam diri saya? Jika tentang itu, tidak perlu ditanya lagi. Kemenangan saya dalam
lomba menulis tentang Asian Gaems di Indonesia karena andil notebook ini. Mungkin ‘menang’ lomba itu
hal biasa bagi blogger kelas atas
tetapi kemenangan kali ini memiliki makna tersendiri. Belum lagi jika menyebut
beberapa prestasi lain yang saya raih karena ketukan kata demi kata di atas keyboard responsif ini.
Tidak cukup
rasanya apabila belum menyebut keseharian saya yang ditemani oleh ZenBook Flip
S. Buka dan lipat menjadi tablet
telah menjadi keharusan saya sehari-hari. Berdiri di depan siswa di dalam
laboratorium komputer membuat saya ingin tampil beda dari guru lain, dan juga ingin
menyuguhkan peran teknologi selama pembelajaran berlangsung. Maka, materi ajar
biasanya saya simpan dalam bentuk slideshow
yang akan ditampilan melalui projektor.
Kseharian saya sebagai guru di dalam laboratorium komputer.
Praktis dan
simpel karena notebook yang didukung
oleh Windows 10 ini berubah menjadi komputer tablet dengan sekali lipatan. Saya tidak perlu kesusahan lagi
membaca bahan ajar karena bukan laptop yang dipegang melainkan tablet. Saya juga mudah mengedit slideshow, memindahkan slide, maupun memutar video yang
berkenaan dengan pelajaran hari itu. Sebenarnya, tidak berniat untuk pamer ke
siswa namun wajib saya beritahu bahwa pengembangan teknologi makin hari
mengalami perubahan yang cukup signifikan.
Sama halnya
saat menghasilkan karya tulis yang dibaca banyak orang, di dalam kelas fungsi
ZenBook Flip S juga tidak bisa diubah menjadi apapun. Saya terbantu, tentu
saja. Bukan karena saya seorang guru muda tetapi karena saya mencintai
teknologi termasuk mengajar dengan menggunakan keunggulan teknologi. Saya pun
berpikir bahwa siswa-siswa ini ke depan tidak bisa tidak akan berhadapan dengan
teknologi. Selain mengajar, saya juga mengenalkan bahwa teknologi yang berubah
saat ini adalah demikian; notebook
berubah fungsi jadi tablet atau notebook yang super tipis maupun layar
yang bisa disentuh.
ZenBook Flip S menemani saya dalam mengajar.
Bagian
menarik lain, ZenBook Flip S yang ditopang dengan Intel Core-i7 berjalan sangat
kencang sekali bersama RAM sebesar 16 GB. Saya begitu terbantu untuk terus
konek ke internet karena baterai notebook
ini mampu bertahan sampai 11 jam. Seharian, baik penggunaan di dalam kelas
maupun menulis lepas siang, saya hanya butuh sekali mengisi daya sampai penuh
dalam waktu cepat pula. Sebagai seorang pengejar deadline menulis, sebagai seorang guru yang di pagi selalu
terburu-buru, saya benar-benar sangat terbantu dengan menggenggam notebook 13,3 inci ini. Bodi imut
miliknya, warna biru yang mewah, membuat saya terkagum telah bersamanya hampir
satu tahun ini.
Namanya Elvitiana Rosa, besar keinginannya bisa menulis di kemudian hari.
Banyak
karya yang telah dilahirkan, banyak pula siswa-siswa yang telah diajar melalui
materi ajar di notebook ini. Maka,
pilihan saya memilih laptop ASUS
adalah sangat tepat. Saat ini, ASUS juga memiliki ragam produk yang bisa kamu
miliki dengan harga yang terjangkau serta memiliki dua fungsi seperti yang saya
miliki saat ini. ASUS VivoBook Flip TP410 dikenal ramah untuk pekerja aktif dan
termasuk salah satu notebook yang
ringan.

ASUS VivoBook Flip TP410 Jadi Laptopku di 2018

Bagian
terpenting saat ini adalah ketika ingin memiliki laptop bagus di era serba
teknologi. ASUS kemudian hadirkan VivoBook Flip TP410 dengan tiga pilihan yaitu
sebuah kebutuhan dan budget calon
pengguna. Hal ini tentu penting sekali. Saat siswa-siswa tanya bahkan guru di
sekolah, “Laptop apa yang bagus?” saya balik bertanya, “ Berapa budget untuk beli laptop?” karena
‘bagus’ itu relatif dan saya bisa menyebut angka puluhan juta yang membuat
mereka tercengang. Namun, begitu mereka menyebut budget maka laptop tipe ini akan saya rekomendasikan.
Laptop ASUS
menjadi rekomendasi utama dan mereka percaya karena melihat saya menggunakan
ASUS. Saat ASUS melahirkan VivoBook Flip TP410 dengan tiga pilihan saya pun
ikut senang. Pilihan pertama dengan harga Rp 9.099.000 untuk prosesor
core-i5-7200U dengan RAM 8 GB dan memori 1 TB. Pilihan kedua dengan harga Rp
7.099.000 untuk prosesor core-i3-7100U dengan RAM 4 GB dan memori 1 TB. Pilihan
ketiga dengan harga Rp 6.899.000 untuk prosesor core-i3-7100U dengan RAM 4 GB
dan memori 500 GB. Ketiga laptop ini telah menggunakan Windows 10 original jadi
dapat dipastikan nyaman dan aman.
ASUS VivoBook Flip murah dan bagus
ASUS VivoBook Flip TP410.
Kita mudah
untuk memilih sesuai budget yang mana
sangat sensitif sekali. Bagaimana dengan keunggulan dari VivoBook Flip TP410? Meski
memilih pilihan ketiga namun soal ketahanan dan juga komputasi tidak bisa
diragukan. ASUS membenamkan banyak sekali keunggulan yang patut dicatat sebelum
memilih.
VivoBook
Flip TP410 terbuat dari bahan aluminium yang solid dan memiliki warna yang elegan.
Dengan tebal 1,92 mm dan berat 1,6 kg cukup membuatnya terlihat tipis dan high class. Layar 14 inci juga cukup
baik untuk multimedia dan beragam aktivitas lain baik sebagai pekerja kantor
maupun pekerja di luar ruangan. ASUS menggunakan layar dengan sebutan NanoEdge
yang mana meskipun tercatat 14 inci tetapi pada tampilannya sangat imut, ringan
dan mudah dimasukkan ke dalam tas atau ransel dengan ukuran standar. Layar imut
ini berjenis Full HD dengan resolusi 1920×1080 piksel dengan teknologi wide-view
sampai 178 derajat yang membuat warnanya tetap kontras dari berbagai sudut. Layar
laptop ini dapat disentuh atau dibekali layar sentuh yang sangat responsif.
ASUS VivoBook Flip murah dan bagus
ASUS Pen bisa membantu kinerja lebih baik. 
VivoBook
Flip TP410 memiliki sidik jari di atas touchpad
bagian kanan atas. Sidik jari ini akan memudahkan pengguna dalam membuka kunci
layar dalam persekian detik, jadi tidak perlu ribet untuk memasukkan password. Windows 10 original juga
membuatnya memiliki nilai tambah di mana kita tidak akan disuguhkan keterangan
‘Windows palsu’ begitu update
tertekan tanpa disengaja.
Meskipun
menyasar kelas menengah namun VivoBook Flip TP410 bukanlah laptop yang ringkih
maupun seadanya saja. ASUS memberikan suguhan yang benar-benar menarik dan
membuatnya tampil mewah ibarat laptop mahal. Selain kegunaan konvensional yaitu
laptop yang terbuka seperti biasa, VivoBook Flip TP410 juga dapat dialihfungsi
menjadi tablet, media stand, maupun share view.
ASUS VivoBook Flip murah dan bagus
4 gaya untuk mendukung gaya hidup.
Saat
menjadi tablet akan memudahkan kita
membaca atau melakukan presentasi seperti yang sudah saya sebutkan. Saat
menjadi share view akan banyak orang
bisa melihat apa yang sedang kita presentasikan. Keempat variasi ini sangat
membantu kita sebagai pekerja aktif yang membutuhkan laptop maupun tablet sekaligus.
Saya sudah
sebut bahwa laptop ASUS akan mengeluarkan suara yang mengagumkan berkat
SonicMaster Technology. VivoBook Flip TP410 juga mendapatkan tempat yang sama
di mana teknologi kelas atas dalam hal suara ini bisa membuat kamu betah
mendengarkan lagu, menonton film maupun mengedit video. Selain itu, untuk
pengiriman data bisa mengandalkan Bluetooth 4.1 maupun Wi-Fi yang juga sangat
kencang karena dual-band 802.11ac. Pengiriman data konvensional juga bisa
dilakukan melalui USB 2.0, SD Card Reader dan juga HDMI di port yang tersedia.
Kenyamanan
lain adalah papan ketik yang luas dan cahaya di keyboard yang membuatnya tampak indah. Kelembutan papan ketik dari
ASUS sudah tidak diragukan lagi dan ini menjadi nilai tambah tersendiri di mana
keseharian kita akan berhadapan dengan keyboard.
VivoBook Flip TP410 juga memiliki daya tahan yang lama berkat ASUS Battery
Health Charging. Dengan teknologi ini baterai laptop akan dijaga dengan baik
dalam skala penggunaan maupun pengisian daya.
ASUS VivoBook Flip murah dan bagus
Tipis dan bertenaga inilah VivoBook Flip TP410.
ASUS
benar-benar menghadirkan VivoBook Flip TP410 rasa kelas atas di mana selain
layar sentuh juga ASUS Pen. Hal ini akan memudahkan kita dalam menggambar
maupun saat presentasi. Kamu bisa cari tahu lebih banyak mengenai laptop VivoBook
Flip TP410
di situs resmi ASUS Indonesia.

2018 Ganti Laptop ASUS, Kenapa Tidak?

Saya adalah
pengguna laptop ASUS. Saya bangga dengan ini? Jelas sekali karena banyak karya
yang lahir di laptop ASUS. Jika ada yang gemar ‘cuap-cuap’ di media sosial
bahwa laptop ASUS cepat rusak, sulit perbaikan, layanan purna jual yang repot
maupun tempat service yang tidak
meladeni dengan baik, saya pikir itu tentatif.
Di sekolah,
di depan siswa-siswa yang tentu saja masih ‘awam’ sekali soal perangkat
teknologi antara software dan hardware, saya berujar, “Selama kalian
tidak banting, laptop itu sulit sekali rusak!”
Bahwa,
perangkat elektronik itu perlu dijaga bagian luarnya atau hardware karena butuh biaya banyak apabila terjadi kerusakan.
Berbeda dengan kerusakan di bagian dalam atau software yang langsung ‘jadi’ kembali saat di-recovery atau instal ulang. 
Kemudian, kata-kata
saya menjadi catatan penting bagaimana sebuah laptop bisa rusak keyboard, tergores layar maupun motherboard bermasalah. Seringkali, saya
berkata, air yang tumpah ke atas keyboard
tak hanya merusak papan ketik itu tetapi juga motherboard – perangkat keras lain di dalamnya karena sifat air
yang mudah masuk ke celah-celah. Saat ini tiba, tidak akan mengenal merek
semahal apapun. Laptop ASUS jika tidak dijaga dengan baik juga akan mengalami
masalah serupa. Saya berpesan, “Jangan bohongi orang tua! Laptop jatuh katakan
jatuh, laptop kena virus katakan demikian,” artinya untuk mudah cari solusi dan
menipu orang tua sehingga orang tua berpikir bahwa merek laptop bermasalah
padahal bisa saja anaknya sendiri telah menjatuhkan laptop tanpa disengaja.
Kita
sendiri yang menjaga laptop agar selalu dalam kondisi baik. Meski demikian,
sebagai produsen nomor 1 di Indonesia, ASUS secara terang-terangan menyebut
bahwa pengujian terhadap laptop ASUS bukan sekali dua kali saja. ASUS melakukan
pengujian terhadap 11 jenis yaitu tes keyboard,
tes abrasif, tes tekanan, tes kebisingan, tes engsel, tes getaran, tes
goncangan, tes akselerasi tinggi, tes temperatur, tes pemelintiran, tes port dan tes jatuh. Semua tes ini
dilakukan untuk menguji fisik atau bodi dari laptop yang akan dijual.
Saya
percaya dengan tes karena selama pemakaian laptop ASUS belum berdampak terhadap
kerusakan bodi. Tes engsel misalnya, ASUS melakukan 20.000 kali untuk mengukur
kekuatan engsel. Saya tentu khawatir karena notebook
yang saat ini dipegang adalah jenis dua fungsi dan saya menggunakannya
terutama saat mengajar. Warna dari laptop ASUS juga tidak mudah pudar karena
tes abrasif yang memastikan bahwa meskipun digunakan dalam waktu lama, warna
laptop tidak mudah memudar. Tes tekanan tinggi dilakukan pada layar karena
setiap pengguna sangat khawatir layar dari laptop akan mudah retak atau goyah. Apalagi
– sekali lagi – bicara laptop yang bisa diputar menjadi tablet di mana layar menjadi lebih sensitif saat diputar namun ASUS
memastikan bahwa hal itu sangat aman. Buka tutup laptop berkali-kali juga
dilakukan untuk memastikan meskipun satu tangan saja digunakan masih relatif
aman dalam membuka laptop.
ASUS VivoBook Flip murah dan bagus
ASUS saja untuk membuat aktivitas lancar sampai tuntas.
 Saya pikir,
tidak ada alasan untuk berpaling dari laptop ASUS di tahun 2018. Banyak sekali
alasan untuk memilih karena laptop ASUS unggul dalam hal audio maupun visual. ASUS
Eye Care Technology memberikan standar tersendiri untuk membuat pengguna tidak
mudah sakit mata meskipun berlama-lama di depan layar. SonicMaster Premum
Technology menjadi hal terpenting lain mengingat hampir semua orang pasti akan
mengandalkan audio. Suara yang dihasilkan tidak hanya jernih namun memiliki
penekanan tersendiri sehingga tidak suing seperti gregetan atau kesemutan. Bagi
saya sebagai pecinta multimedia maka jenis audio dan visual dari laptop ASUS
sangat menjanjikan kenyamanan.
Sering
kesal karena daya tahan laptop begitu lemah? Saya tidak merasakannya lagi semenjak
menggunakan ASUS karena daya tahan beterainya sangat bekerja dengan baik. Tidak
hanya tahan lama tetapi ASUS Fast Charging membentuk panorama yang indah di
mana dalam 49 menit saja telah terisi sampai 60%. Ukuran ini sangat berguna
sekali untuk seorang pekerja yang hanya mengandalkan komputer dalam keseharian.
Di sisi lain, sidik jari menjadi perhatian khusus dari laptop ASUS di mana
dalam persekian detik saja layar langsung terbuka.
Jika bicara
soal tagar ganti-mengganti, sebaiknya kita ngomongin
yang santai saja. Ganti laptop barangkali ucapan yang wajar sekali mengingat
kebutuhan komputasi makin hari makin terang-benderang. Saya memang lebih banyak
berinteraksi dengan siswa dari pagi sampai siang. Interaksi yang kemudian saya
bangun tidak hanya sebatas guru dengan siswa tetapi lebih dari itu. Saya tak
segan untuk ‘memamerkan’ laptop ASUS saat mengajar atau di manapun saya berada
di lingkungan sekolah. Karena saya user
ASUS maka dengan mudah saya sebut, “Tipe laptop ASUS ini bisa kamu beli,” saat
siswa bertanya laptop apa yang cocok untuk mereka.
Namanya Misri, yang ingin menjadi selebgram suatu saat nanti.
Siswa saya
tidak hanya butuh laptop untuk UNBK saja tetapi lepas dari itu adalah laptop
dan laptop dan laptop saja; apabila melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah.
Saya tidak mau merekomendasikan laptop yang tidak pernah saya pakai. Saya juga
ingin memastikan bahwa laptop yang dibeli bisa dipakai dalam waktu lama karena
paham benar kondisi ekonomi orang tua siswa. Siswa-siswa ini membenarkan pendapat
saya karena melihat langsung, begitulah pembelajaran yang seharusnya untuk
mereka. Praktik adalah bukti. ASUS Laptopku, kapan kamu ganti laptop ke ASUS? 
Categories
Uncategorized

6 Cara Terbaik Agar Pria Selalu Termotivasi untuk Berolahraga

Olahraga adalah salah satu aktivitas penting yang tak boleh dilewatkan oleh semua orang. Sesibuk apa pun Anda, sebaiknya Anda tetap menyempatkan waktu untuk berolahraga demi menjaga kebugaran tubuh dan kestabilan berat badan. Jangan sampai Anda mengalami kelebihan berat badan dan mudah sakit karena tak pernah berolahraga. 
Para pria biasanya mudah kehilangan motivasi olahraga karena aktivitas yang padat. Namun, Anda tak akan mengalaminya lagi bila sudah melakukan enam cara ini untuk meningkatkan motivasi berolahraga: 
Lari sore sehat badan dan pikiran.
Menentukan Target yang Mudah Dicapai 
Para pria harus memiliki target saat memulai olahraga agar merasa lebih bersemangat. Namun, target yang ditetapkan harus realistis dan mudah dicapai secara bertahap. Misalnya, Anda berolahraga agar bisa menurunkan berat badan sebanyak lima kilogram. Jika target tersebut sudah tercapai, Anda dapat melanjutkan olahraga untuk mencapai target-target baru lainnya. Sehingga target tersebut membuat Anda lebih giat berolahraga seiring dengan berjalannya waktu. 
Mengajak Sahabat, Rekan Kerja, atau Keluarga 
Olahraga sendiri mungkin membuat banyak orang merasa malas. Namun, tidak demikian halnya kalau Anda berolahraga bersama orang-orang terdekat. Anda pasti akan terpacu untuk lebih rajin berolahraga. Karena momen olahraga juga bisa menjadi waktu interaksi berkualitas dengan orang-orang terdekat. Jadi, Anda tak perlu ragu mengajak sahabat, rekan kerja, atau keluarga untuk berolahraga bersama. 
Mulai dengan Olahraga yang Anda Sukai 
Ketika memutuskan untuk mulai berolahraga, Anda dapat mengawalinya dari olahraga yang Anda sukai. Sehingga Anda tak mudah merasa bosan atau terbebani. Banyak sekali pilihan olahraga yang menyenangkan, mulai dari jogging, bersepeda, berenang, hingga berlatih di pusat kebugaran. Melakukan hal-hal yang Anda sukai membuat Anda tak merasa buang-buang waktu. Sehingga Anda bisa mendapatkan manfaat olahraga secara maksimal. 
Menyiapkan Baju Olahraga Berkualitas 
Mungkin tak banyak orang yang menyangka bahwa pemilihan baju olahraga juga mempengaruhi semangat Anda. Kini, banyak baju olahraga pria berkualitas yang bisa Anda sesuaikan dengan ukuran tubuh dan kebutuhan. Gerakan tubuh akan lebih leluasa bila Anda menggunakan baju olahraga berkualitas. 
Anda bisa membeli baju olahraga secara mudah di MatahariMall. Karena toko online terbesar se-Indonesia ini sudah menyiapkan koleksi baju olahraga yang lengkap dan berkualitas. Pilihan jenis yang beragam dengan harga terjangkau akan membantu Anda untuk tampil lebih modis selama berolahraga. 
Mencoba Berbagai Jenis Olahraga secara Bergantian 
Menekuni satu jenis olahraga secara terus-menerus akan membuat Anda rentan bosan. Selain itu, otot-otot tubuh pun akan kurang berkembang dengan pola olahraga yang sama. Untuk menyiasati hal tersebut, sebaiknya Anda mencoba berbagai jenis olahraga secara bergantian. Misalnya, Anda berganti jenis olahraga setiap dua minggu sekali. Itulah sebabnya pola latihan di pusat kebugaran pun harus bervariasi agar perkembangan otot semakin maksimal. 
Jangan Lupa Menghargai Diri Sendiri 
Rutin berolahraga demi mendapatkan tubuh atletis tak harus membuat Anda kejam terhadap diri sendiri. Tak ada salahnya bila sekali-sekali Anda melakukan cheating day. Jangan ragu menikmati makanan yang Anda sukai selama porsinya tidak terlalu berlebihan. Dengan demikian, Anda pun bisa menjaga nafsu makan agar tidak berlebihan. Metabolisme tubuh akan tetap berlangsung seimbang bila Anda melakukan aktivitas olahraga secara konsisten. 
Jangan sampai pengalaman buruk saat berolahraga malah membuat Anda jadi kapok. Motivasi olahraga sangat penting agar Anda konsisten menjalani pola hidup sehat. Tubuh pun akan selalu bugar dan bersemangat bila Anda menjadikan olahraga sebagai bagian dari rutinitas harian.