Categories
Uncategorized

Kulineran ke Semarang Murah dengan Naik Kereta

Semarang menjadi salah satu kota wisata yang cukup banyak dikunjungi saat anda akan ke Jawa Tengah. Untuk wisata kuliner hingga wisata sejarah, Semarang adalah pilihannya. Salah satu wisata kuliner yang paling banyak dicari saat di Semarang adalah lumpia, mie kopyok dan lainnya.
Pesona Kota Semarang
Nah, untuk anda yang ingin liburan ke Semarang sebenarnya bisa dengan mudah, caranya anda bisa naik pesawat atau menggunakan kereta api. 
Jika anda memiliki moda transportasi kereta api, maka ini adalah salah satu jenis layanan kereta api yang sebenarnya paling banyak dipilih. Karena ada banyak pilihan jenis kereta yang bisa anda gunakan saat menggunakan moda transportasi ini. 
Nah, setelah sampai ke Semarang dengan menggunakan Kereta Api, maka ini adalah saatnya untuk anda berburu kuliner khas Semarang. Anda tak perlu khawatir karena Semarang menyajikan beberapa jenis makanan yang akan sangat memuaskan anda. Diantaranya adalah : 

Bebek Muda Sambal Mangga 

Jika memang kebetulan sedang berkunjung ke Semarang dan anda berada di kawasan Simpang Lima, maka sangat disarankan untuk anda mampir ke Waroeng Kaligarong. Ini adalah salah satu restoran tradisional yang menyajikan beragam jenis menu dengan sangat khas Nusantara. 
Namun dari semua menunya anda bisa mencoba bebek goreng muda dengan sambal mangga. Yang menariknya, bebek yang disajikan dengan porsi setengah ekor bebek dengan daging yang lebih manis, empuk dan sama sekali tidak berbau. 
Bebek Muda Sambal Mangga – tripadvisor.co
Nah kombinasi yang tepat bebek muda goreng ini adalah dengan sambal mangga yang asam, segar dan tentu saja bikin nagih. Selain menu makanannya yang sangat beragam, anda bisa juga untuk menikmati menu minuman yang ditawarkan juga tidak kalah bervariasi. Ada minuman kekinian hingga tradisional juga tersedia di warung ini. 

Bebek Goreng Pak Thori 

Bebek pada dasarnya memang merupakan menu kulineran ke Semarang bisa jadi pilihan. Karena bebek bisa dikatakan salah satu menu makanan yang sangat terkenal kelezatannya di Semarang, salah satunya adalah Bebek Goreng Pak Thori. 
Selain bebek goreng, sebenarnya di warung ini juga menyediakan menu lain yang juga memiliki rasa tak kalah enaknya. Untuk makanan enak ini anda bahkan tidak perlu mengeluarkan biaya yang mahal. Karena harga yang ditawarkan juga sangat bersahabat. Setidaknya anda hanya membayarkan biaya kisaran 25ribuan. 
Bebek Goreng Pak Thori – wisataku.id
Yang membuat bebek goreng ini spesial karena memiliki rasa yang lembut dan empuk namun sama sekali tidak membuat dagingnya menjadi hancur dan bumbunya juga terasa hingga di bagian dalam. 
Maka tak heran jika warung ini memang selalu saja ramai dikunjungi bahkan untuk mereka yang selama ini tidak suka dengan bebek akan sangat suka dengan bebek karena rasa yang diberikan dari bebek goreng ini sangat enak. 

Angkringan Gaul Ampiran 

Ini adalah salah satu Angkringan terkenal yang ada di Semarang. Warung ini memang awalnya hanya menyajikan layaknya angkringan biasa. 
Namun yang membuatnya agak berbeda adalah karena angkringan ini memiliki konsep yang agak berbeda, diantaranya adalah karena dilengkapi dengan free wifi dan juga terkadang ada live concert music. 
Angkringan Gaul Ampiran – pegipegi
Jadi tidak heran saat anda sedang ditempat ini, maka anda akan melihat ada banyak orang terutama anak muda yang nongkrong berlama – lama di tempat ini. 

Soto Bangkong 

Semarang memang dikenal sebagai salah satu kota wisata kuliner yang murah meriah dan sangat direkomendasikan untuk anda. Dan salah satunya adalah Soto Bangkong, menurut sejarahnya soto Bangkong ini. 
Awalnya soto bangkong ini dijajakan dengan cara dipikul dan berjualan dengan cara berkeliling dari satu tempat ke tempat lainnya. Namun sejak tahun 1950 akhirnya memiliki tempat dan menjadi salah satu kuliner khas Semarang yang memang merupakan jajanan paling banyak dicari. 
Soto Bangkong – cookpad.com
Pada dasarnya Soto Bangkong sendiri sama dengan soto pada umumnya, hanya saja saat anda mencicipi rasanya memang akan jauh lebih berbeda dan memang jauh lebih enak. 
Untuk bisa mendapatkan satu mangkok ini maka anda hanya perlu membayar harga soto sekitar 9.000 rupiah saja. Selain itu ada juga beberapa menu lain yang disajikan di warung ini sebagai menu pendamping atau menu lain jika anda tidak ingin makan soto. 
Jadi apakah anda akan langsung berangkat ke Semarang untuk Pesta Kuliner, klik Traveloka. Untuk dapatkan tiket kereta api.
Categories
Uncategorized

Cagar Budaya Indonesia; Kupiah Meukeutop, Tipu Muslihat dan Sisa Perjuangan Teuku Umar

Dia melawan penjajah karena ingin merdeka.
Dia memburu senjata dengan taktik tipu muslihat karena tak mau bangsa sengsara.
Dia lalu diburu sebagai pengkhianat kompeni. Dikejar siang malam di seluruh
penjuru Aceh; dari hutan ke pantai, dari gunung ke dataran rendah. Dan,
kemudian ‘dor’ di pantai Ujong Kalak, Meulaboh. Tak lain karena cua’k
(mata-mata) yang mengambil untung dari Belanda.

Monumen Kupiah Meukeutop di Ujong Kalak, Meulaboh.

Pilu melanda. Pejuang memopong tubuhnya
yang telah bersimbah darah. Dia sudah hampir beku di Ujong Kalak karena
tubuhnya disembunyikan dari pandangan mata biru yang menebar kebencian. Satu
tempat ke tempat lain. Ujong Kalak jadi saksi tubuhnya bersimbah darah.
Jasadnya kemudian disemanyam di Mugo, puluhan kilometer dari pusat kota
Meulaboh.
Di tengah hutan itu, Belanda dikibuli dan
cua’k tak bisa diandalkan lagi. Kupiah yang dipakai olahnya, Teuku Umar, berbicara
tentang sejarah, apa yang mungkin terlupa dan kini tegak di Ujong Kalak meski
pernah diterjang tsunami akhir 2004. Tugu Kopiah Teuku Umar, atau dikenal juga dengan
Kupiah Meukeutop, adalah kenangan darinya yang abadi sampai akhir zaman.
Tentu, kami di Aceh tak pernah lupa akan jasa
Teuku Umar. Sejarah mencatat banyak sisa perjuangan dan lihainya Teuku Umar
dalam ‘memulangkan’ Belanda ke negeri asalnya. Teuku Umar menjadi satu-satunya
pahlawan yang tak hanya disegani oleh Belanda sampai kini tetapi dikenang
sebagai pahlawan daerah jajahan yang sulit ditaklukkan.
Coba merindu sekali lagi dalam syair lagu ini.
Mungkin kau di sana bisa meresapi maknanya, atau mungkin sekadar
menikmati alunan suara dan musik dalam mengabadikan Teuku Umar. Segenap kisah
pahlawan negeri ini diapresiasikan dalam berbagai bentuk karena memang nyata
dan berjasa untuk kebahagiaan kita sampai kini.
Sedikit lirik di bagian reffrain yang mewakili
perasaan sendu yang kita rasa atas perjuangan Teuku Umar dan pejuang lain di
tanah basah sewaktu dulu.
Johan Pahlawan darah neu ile (Johan Pahlawan darah keluar dari tubuhnya)
di pasi Ujong Kalak nyan (di pantai Ujong Kalak itu)
di sinan tuboh meugule (di sana tubuh rubuh)
di timbak kaphe Beulanda (d tembak oleh Belanda)
di pasi Ujong Kalak nyan (di pasir Ujong Kalak itu)
seujarah kalheuh geu uke (sejarah telah terukir)
keukai seupanyang masa (kekal sepanjang masa)
Lirik lagu Teuku Umar Johan Pahlawan dari Said
Azmi, salah seorang musisi Aceh Barat yang lagunya dikenal banyak kalangan. Tak
hanya memiliki makna berlebih tetapi memberikan kesejukan pada asa yang padam
suatu kala. Deskripsi perjuangan Teuku Umar dan pengkhianatan seorang mata-mata,
melukiskan wajah yang sampai saat ini dibenci oleh rakyat Aceh.
Namun, Teuku Umar tetap dikenang sepanjang
masa. Pantai Ujong Kalak di Meulaboh, tak lain tempat di mana Teuku Umar
menghembuskan napas terakhir setelah ditembak Belanda. Kembali bermain taktik
yang serupa dengan Teuku Umar ajarkan, pejuang Aceh mengibuli Belanda dengan
menanamkan pisang, berpindah-pindah tempat sekiranya Belanda mengira itulah
jasad Teuku Umar.
Belanda percaya dan kembali tertipu, padahal
sejatinya pejuang Aceh telah melarikan jasad Teuku Umar puluhan kilometer
jauhnya, sampai ke hutan belantara di Mugo dan bersemanyamlah pahlawan tercinta
itu di sana.
Pantai Ujong Kalak menjadi saksi kopiahnya
jatuh. Liang lahat palsu untuk menggibuli Belanda. Dan, napas terakhir sang
pahlawan. Di sana lalu dibangun monumen Kupiah Meukeutop untuk mengenang jasa
pahlawan yang wafat pada 11 Februari 1899. Lokasi pembangunan monumen Kupiah
Meukeutop ini tepat di area tertembaknya Teuku Umar.
Aceh yang malang, di 26 Desember 2004 monumen
yang berada di bibir pantai itu hanyut dibawa arus ombak yang tinggi. Tsunami
meluluh-lantakkan semua dan membunuh sisa sejarah dan perjuangan bangsa. Jerit
pilu mungkin sempat terluka akan tugu paling penting di Meulaboh ini. Cagar Budaya Indonesia yang mengintepretasikan segala rupa; perjuangan, adat istiadat dan
rasa cinta.
Monumen Kupiah Meukeutop sebelum tsunami – acehplanet.com
Monumen Kupiah Meukeutop kembali dibangun pada
masa rekonstruksi Aceh pascabencana. Monumen ini dibangun lebih ke darat karena
lokasi sebelumnya telah menjadi lautan lepas. Jika dulu monumen ini langsung
dilihat begitu memasuki kawasan kota Meulaboh, sekarang harus sengaja ke daerah
Ujong Kalak.
Jalan utama menuju kota telah dipindahkan
dengan jarak yang cukup jauh dari pantai. Tentu banyak sekali alasan membangun
jalan di sana dan tidak lagi melintasi monumen Kupiah Meukeutop. Namun, meski
jauh dari jalan raya dan terpisah dalam kesendirian, monumen ini tetap dikunjungi
banyak orang. Sore dengan anak-anak dengan latihan menari, minggu biasanya ada
kegiatan seni, dan kala senja, pancaran matahari terbenam menciptakan aurora
yang berbeda.
Monumen Kupiah Meukeutop kini dibawah pendar matahari terbenam.
Deru ombak langsung menghampiri kita saat
memasuki area monumen Kupiah Meukeutop. Meski sudah memakan waktu lama sejak
rekonstruksi, namun pembangunan masih dilakukan di sana-sini. Tugu selamat
datang dibangun, jalan setapak dipoles lebih baik, dan kafe-kafe menambah tempat
persinggahan untuk menikmati kopi
khop
.

Pasir Putih dan Ombak Berbisik di Monumen Kupiah Meukeutop

Begitu masuk ke arena monumen, deru ombak
langsung terdengar. Jalan setapak yang berpasir mudah saja becek kala musim
hujan. Di beberapa bagian, jalan itu telah ditambal dengan ornamen batu
berukir. Lalu, ditimbun lebih tinggi agar tidak mudah tergenang jika air hujan
meluap dari selokan di kiri dan kanan.
Gerbang selamat datang yang masih dalam proses pembangunan.
Pintu Aceh ciri khas dari monumen di Aceh.
Tempat bersantai sebelum sampai ke monumen Kupiah Meukeutop.
Saya tak pernah jemu untuk mampir sejenak ke
monumen Kupiah Meukeutop. Sekadar ngopi di kafe di depannya, atau
memandangi sunset di belakang monumen ini. Ramai orang tak terkira kala
senja karena memang keindahan itu terasa melankolis sampai ke jiwa,
apalagi bicara sejarah dan kenangan masa lalu.
Sebelum sampai ke monumen Kupiah Meukeutop, sebuah
monumen lain dibangun yang bercorak dengan logo Pemerintah Kabupaten Aceh Barat.
Tinggi menjulang dengan warna putih dan kuning menawarkan kesejukan dan
kemewahan akan cita rasa Aceh itu sendiri. Monumen yang dipagari dengan besi
dan di bagian luar terdapat bola batu besar untuk bersantai jika matahari tidak
lagi terik di sana.
Tugu Pemerintah Kabupaten Aceh Barat
Lihatlah ke depan dalam sekali pandang, berdiri
kokoh tugu Kupiah Meukeutop dengan warna mencolok kuning dan merah. Perpaduan warna
hitam juga mempertegas tugu tersebut. Teuku Dadek, dalam buku Teuku Umar Antara
Mugo dan Sumedang menulis; … enam bulan kemudian, karena khawatir diketahui
pihak Belanda maka masyarakat membongkar pusara Teuku Umar dan kemudian dikebumikan
di Gunong Meulintang (Cot Manyang) Mugo. Setelah 8 bulan, jenazah Teuku Umar
dipindahkan ke Gunong Glee Rayeuk Tameeh Mugo Rayeuk Kaway XVI (Panton Reu), 42
kilometer dari kota Meulaboh.
Perjuangan Beliau dilanjutkan oleh Cut Nyak
Dhien, yang bermarkas di bagian utara Meulaboh tepatnya daerah Krueng Manggi
seputaran Krueng Meureubo. Pada tahun 1905, dalam kondisi sakit-sakitan dan
mata tak dapat melihat, Cut Nyak Dhien diserahkan kepada Letnan Van Vuuren dan
diasingkan ke Sumedang dan meninggal pada tahun 1908.
Kuburan Teuku Umar Johan Pahlawan mantan
Panglima Perang Besar Gubernemen Hindia Belanda baru diketahui langsung oleh
Belanda pada tanggal 1 November 1917 atau 18 tahun setelah ia mangkat. Seorang
pegawai purbakala Belanda JJ De Vink melihat kuburan Teuku Umar setelah
mendapatkan izin Teuku Chik Ali Akbar (Uleebalang Kaway XVI) dan Teuku Panyang,
Uleebalang Mugo, dengan syarat kuburan tersebut tidak diganggu lagu.
Atas perintah Gubernur Swart Asisten
Residen JJ Smicth mendirikan sebuah tugu peringatan di tempat tertembaknya
Teuku Umar di tepi pantai Suak Ujong Kalak. Tugu tersebut dicat berwarna sehingga
orang menyebutnya ‘Batee Puteh’ pada tugu tersebut terdapat tulisan ‘HierSneuvelle Teuku Umar 11 Februari 1899’ artinya di sini tewasnya Teuku Oemar 11
Februari 1899.
Tahun 1964 tugu tersebut roboh dan ditelan
laut akibat bencana alam. Sebagai gantinya, pada tahun 1970, Pemerintah Daerah
Kebupaten Aceh Barat membangun monumen baru berlambang kupiah meukeutop di atas
cerana, tidak jauh dari tugu yang hilang. Namun bencana alam gempa bumi dan gelombang
tsunami 26 Desember 2004 telah menghancurkan ‘Kupiah Meukeutop’ tersebut dan
sekarang tugu tersebut dalam tahap pembangunan kembali…
ditulis ulang dari prasasti yang terdapat di area monumen Kupiah
Meukeutop.
Salah satu prasasti yang bisa dibaca; selain prasasti lain yang berisi silsilah Teuku Umar dan sejarah perjuangannya.
Sejarah mencatat banyak hal dan di monumen ini
juga diceritakan mengenai perjuangan dan juga silsilah Teuku Umar. Tak bisa
dielak bahwa Teuku Umar adalah sosok yang sangat diabadikan dalam kenangan,
misalnya ada Jalan Teuku Umar di Jakarta dan juga Amsterdam, Belanda.
Pengaruh Teuku Umar begitu besar terhadap
perjuangan kemerdekaan Indonesia. Apa yang mengenai tentangnya akan dicari tahu
karena memang layak untuk dikenang. Teuku Umar tidak saja berjuang dengan
senjata tetapi dengan trik yang dapat mengibuli Belanda sampai pulang ke kampung
halamannya.
Segannya Belanda dengan membangun tugu, yang
kini dipoles menjadi monumen bersejarah, berbicara atas hormat terhadap Teuku
Umar Johan Pahlawan. Tiada yang mampu mengubah keadaan meskipun Belanda di
waktu itu punya kekuasaan dan kejayaan.

Kupiah Meukeutop Menyoal Destinasi Wisata Aceh Barat

Senja adalah waktu terindah kalau mau ke
monumen Kupiah Meukeutop. Percikan siluet membawa angan-angan terbang jauh. Monumen
ini berbicara banyak hal. Wajar jika banyak orang datang sekadar duduk atau
berfoto saja.
Hampir tiap hari anak sekolahan latihan tarian di sini.
Kala senja cagar budaya ini hampir tak pernah
sepi oleh pengunjung. Pengaruhnya cukup kuat dan tiap orang yang ke sana tidak
sedikit yang membaca informasi yang tertera dengan jelas. Foto saja juga tak
apa karena monumen ini mengundang banyak tanya dari anak-anak yang belum paham
betul tentang sejarah perjuangan Teuku Umar.
Monumen yang jadi objek foto warga.
Salah satu pengunjung sedang membaca informasi sejarah perjuangan Teuku Umar.
Monumen bersejarah ini terletak di tempat yang
sangat strategis. Bila ke sana senja hari, kita bisa menanti sunset yang
tak lama akan turun. Di pantai ini pula orang-orang menanti matahari terbenam
setelah duduk sesaat di monumen Kupiah Meukeutop, dengan pemandangan langsung
menghadap ke lautan lepas.
Sunset yang terlihat
begitu indah – tergantung keberuntungan tanpa mendung. Gaya sebentar sewaktu
hari tidak lagi panas bisa jadi alternatif terbaik.
Di belakang monumen adalah sunset menanti dengan indah.
Jangan lupa untuk menikmati deru ombak yang
ganas dengan melodi tak bisa didefinisikan. Suasana yang syahdu menambah rasa
romantis bagi siapa saja yang menginginkannya.
Deru ombak yang indah.
Sunset yang indah sekali bukan.
Monumen Kupiah Meukeutop adalah pesona lain
dari Aceh yang tak pernah bisa dilupa begitu saja. Kopiah ini pula menjadi
pakaian adat laki-laki yang tak lekang oleh waktu.
Kenangan. Rindu. Perjuangan. Dan catatan
sejarah. Semua ada di sini. Hancur berkali-kali lalu dibangun lagi bukan karena
butuh ia ada tetapi sejarah tak pernah terulang begitu saja. Teuku Umar adalah
tokoh sentral perjuangan Indonesia. Gaya yang berbeda. Lawan takut tak terkira.
Maka, kenanglah ia sebagai pejuang untuk kebahagiaan kita!
Categories
Uncategorized

15 Trip ke Karawang dengan Kereta Jakarta

Karawang adalah kota yang diapit strategis dengan dua wilayah yaitu Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Bogor. Karawang juga tidak kalah menariknya dengan kota lain di jawa barat terutama tempat wisata dan khasnya kuliner. 

Saat kamu datang ke Karawang akan sangat mengesankan karena warganya begitu ramah dan bahasa sundanya yang kental sekali sehingga sedikit banyak kamu akan tersenyum bingung jika berasal dari daerah lainnya. 
Hanya di Traveloka pesan tiket kereta jakarta Karawang untuk melihat 15 destinasi wisata Karawang yang bisa kamu catat ya? 
Pantai Tanjung Pakis
Pantai Tanjung Pakis – blog.reservasi.com
Pantai ini berada di ujung paling utara Karawang dengan penampakan eksotisme pasir dan pemandangan air. Ombak pantai ini tidak terlalu deras seperti pada ombak pantai selatan sehingga untuk berenang tidak terlalu menakutkan namun juga tetap hati-hati ya? 
Tiket masuknya hanya Rp. 10 ribu saja per orang, sangat terjangkau sekali bukan! 
Pantai Samudra Baru 
Pantai Samudra Baru memang termasuk pantai yang sedikit jarang pengunjung karena akses masuknya belum terlalu bagus. Kendati demikian, tetap banyak pengunjung lokal Karawang yang datang dan sebagian dari luar kota. Untuk menuju pantai ini kamu cukup masuk ke Kecamatan Pedes, 30 km dari pusat kota. Tiket masuknya hanya Rp. 7000 per orang. 
Curug Bandung 
Curug Bandung – infobdg.com
Air Terjun Curug Bandung ini ada di Desa Mekarbuana Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Karawang. Jika anda ingin kesini alangkah baiknya membawa perlengkapan cadangan karena derasnya air terjun berjumlah 7 buah ini akan membuat kamu basa seketika. 
Danau Cipule 
Wisata terdekat dengan pusat kota Karawang adalah danau cipule yang ada di Desa Walahar Kecamatan Ciampel. Kamu hanya perlu berjalan sekitar 15 menitan saja menggunakan motor lho untuk sampai ke danau ini. Di sini kamu bisa naik perahu berkeliling danau dengan tiket Rp. 25 ribu. 
Curug Cigentis
Curug Cigentis – travalerstars.com
Air terjun cigentis ini berada di Desa Mekarbuana bersebelahan dengan Curug Bandung. Air terjun ini punya potensi luar biasa yaitu 25 km ketinggian air terjun dengan keistimewaan sumber mata air bawah kaki Gunung Sanggabuana. Tiket masuknya Rp. 6000 per orang saja lho 
Wihara Shia Jin Ku Po
Wihara Shia Jin Ku Po – disparbud.jabarprov.go.id
Tempat ibadah ini didirikan oleh tiga orang pendatang dari cina bernama Tsee, Kau dan Lau pada tahun 1770. Wihara ini masih aktif dipakai untuk sembahyang oleh kaum Cina dan lokal, berada di Desa Tanjungpura, Kecamatan Karawang, Kota Karawang. Bangunan ini termasuk bangunan bersejarah yang religius sekali, bagi wanita yang sedang datang bulan tidak boleh masuk. 
Candi Jiwa 
Candi Jiwa
Kecamatan Batujaya dan Pakisjaya ada situs peninggalan pada zaman kerajaan kuno yaitu Candi Jiwa. Candi ini merupakan salah satu tempat ibadah Umat Budha yang belum selesai karena perang dan harus ditinggalkan. Tiket masuknya Rp. 10.000 per orang dan tidak diperbolehkan membawa sampah atau akan terkena sanksi tegas. 
Curug Cikarapyak 
Curug ini sangat menantang sekali buat kamu yang suka panjang tebing, medan untuk menuju kawasan ini begitu sulit dan sempit. Namun semua akan terbayar saat kamu melihat panorama air terjun dengan air bening. Curug ini ada di Desa Kutamaneuh, Kecamatan Tegalwaru, dengan jarak perjalanan sekitar 1,5 jam dari pusat kota. Untuk masuk ke curugnya kamu harus berjalan kaki dan siapkan makanan cadangan ya. 
Danau Kalimati
Danau Kalimati – magazine.job-like.com
Namanya memang membuat merinding tetapi saat kamu masuk ke danau ini tidak akan terlihat dalam bayangan seramnya. Danau Kalimati ini ada di Desa Walahar, Kecamatan Klari, berjarak 12 km dari Kota Karawang. Tiket masuknya Rp. 12 ribu per orang, sangat terjangkau sekali bukan namun belum termasuk jasa naik perahu ya. 
Monumen Rawagede
Monumen Rawagede – bersepedahan.wordpress.com
Monumen ini berada di Desa Rawagede, Kecamatan Rawamerta yang dibuat untuk mengenang jasa warga sipil yang berusaha mempertahankan keutuhan benteng dari belanda. Di dalamnya ada sejumlah diorama masa kekejaman belanda dengan wanita dan anak-anak tidak berdosa. Monumen ini buka setiap harinya dengan tiket masuk Rp. 15 ribu per orang.
Categories
Uncategorized

Sebuah Janji yang Ditepati Saat Bahagia Bersama AirAsia

Lama sudah berjalan waktu dalam sendu, dan menanti rindu untuk kembali. Tetapi, kau tahu bahwa ‘sesuatu’ yang kita inginkan tidak selamanya sesuai dan bahkan meleset dari perkiraan. Awal 2014 saya tergopoh-gopoh ke kantor imigrasi untuk mengurus paspor. Jika tidak pertengahan tahun, saya akan traveling ke luar negeri akhir tahun nanti.

Bahagia Bersama Air Asia
Bahagia Bersama AirAsia
Sambil lalu, janji tinggal janji. Hari yang terlewati mudah sekali dilupakan dan paspor saya tersimpan dengan rapi di dalam lemari. Namun, kau wajib tahu soal ambisi. Tak ada di dunia ini yang bisa menghalangi ambisi seseorang, termasuk dengan apa yang saya rencanakan sejak berniat membuat paspor.
Paling tidak, sekali saja paspor itu harus saya gunakan. Apapun caranya. Perjalanan janji kemudian ditepati oleh Tuhan dengan caranya tersendiri. Dari sini pula saya bersyukur, menikmati proses dan juga sabar sehingga cita-cita itu terwujud. Kembali ke rumus, tak ada yang tidak mungkin di dunia ini, maka saya percaya itu sebuah pemantik semangat untuk usaha lagi dan lagi.
Rindu yang telah menepi, atau bahkan sebentar lagi paspor saya expired, begitu terus terbawa suasana sampai di akhir 2016 jalan itu terbuka. “Bai, coba kau ikut ini mungkin saja bisa terbang ke Bangkok!” seorang sahabat menyodorkan informasi menulis dengan hadiah ke Bangkok, Thailand.
Saya langsung mengangguk, tanpa bersuara apa-apa; karena ingin ada stempel di lembaran paspor walaupun sekali saja sampai lima tahun ke depan. Proses yang panjang saya lewati sampai benar-benar terpilih lalu berangkat; Alhamdulillah!
I can fly; now everyone can fly with AirAsia!
Meski, jalanan itu begitu terjal. Semua ada solusi meski terjungkal. Saya tahu risiko yang berat, saya hanya boleh menikmati setiap momen karena itulah kenangan paling manis dari sebuah catatan perjalanan. Saat di posisi ini, tidak mudah untuk orang lain meraihnya, atau bahkan soal keberuntungan yang memihak karena ada orang lain yang juga ingin ada di posisi saya saat itu.
Bagaimana cara memulai itu semua? Kita sama sekali tidak boleh protes karena jika itu terjadi kesan traveling sama sekali tidak didapat. Maka, saya mulai dari sini, sebagai kenangan manis terbang pertama kali dengan AirAsia.

Langkah awal dari…

…rumah menuju Bandar Udara Sultan Iskandar Muda di Banda Aceh membutuhkan kurang lebih 5 jam. Dalam minibus, kantuk yang seakan tak berbuah manis, badan pegal, harus mengejar penerbangan pagi ke Jakarta. Malam yang deg-degan takut begini begitu selama melintasi jalan berliku, gunung menepi, lautan lepas dari pesisir barat Aceh ke Ibu Kota Provinsi. Setidaknya, saya harus sampai ke bandara pukul 5 pagi. Kau tahu sendiri proses check-in tetap berlaku meskipun satu atau dua penerbangan saja di pagi hari dari Aceh ke Jakarta.
Awalnya, saya pikir akan terbang dari Banda Aceh lalu transit ke Kuala Lumpur baru kemudian ke Bangkok. Di mana penerbangan Air Asia dari Aceh cuma ada ke Kuala Lumpur saja. Itu tinggal asumsi yang tidak terucap sampai saya pulang kembali ke Aceh.
Pagi yang benar-benar terburu-buru di awal tahun 2017, dengan dingin meringkus badan lelah, saya tarik koper menuju X-Ray di pintu masuk pertama bandara. Belum habis pegal di badan, saya akan bersandar – lagi – selama 3 jam lebih ke Jakarta. Bahkan, bisa sampai 4 jam karena maskapai ini akan transit terlebih dahulu di Bandar Udara Kualanamu, Medan. Meeting point di Bandar Udara Soekarno-Hatta membutuhkan waktu lebih lama, mungkin juga agar kami bisa saling mengenal lebih dekat satu sama lain karena teman-teman lain semua di Pulau Jawa.
Saya tertidur sepanjang perjalanan. Lima belas menit menjelang landing seperti sangat lama. Pesawat yang kami tumpangi seolah berputar-putar di atas bandara yang sudah pasti sangat sibuk di bawah sana. Begitu landing, mengambil bagasi, saya langsung ke hotel transit, istirahat panjang sangat saya butuhkan sebelum berangkat ke Bangkok keesokan harinya.
Malam tiba. Berkenalan satu sama lain. Mbak Nurul dan Mbak Fika dari Surabaya, Yogi dan Indah dari Yogyakarta, sedangkan Annafi dan Juniawan baru ketemu besok pagi di bandara karena dari Jakarta.

di jam 3 pagi yang terburu-buru… 

Kemarin saya mengejar penerbangan pagi dari rumah di malam hari. Hari ini, saya – bersama yang lain – terburu-buru untuk check-in penerbangan internasional 2 jam sebelum keberangkatan di pukul 7 pagi nanti. Mata saya sulit sekali diajak kompromi. Seakan baru saja menikmati empuknya kasur hotel transit yang sempit.
Di jam 3 pagi kami sudah duduk di dalam shuttle bus menuju Terminal 2 Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng. Jalanan dari hotel transit ke tol bandara benar-benar sepi. Orang-orang masih terlelap. Satu dua kendaraan dengan kelajuan kencang baru terlihat begitu masuk ke dalam tol bandara. Semua mengejar penerbangan pagi yang cepat dan gesit.
Saya cukup khawatir karena ini adalah penerbangan internasional pertama. Mbak Nurul sudah pernah, Mbak Fika malah sering bolak-balik ke luar negeri. Seperti biasa, sampai di depan terminal, berlari kecil masuk ke dalam antrean panjang. Kami pikir yang pertama, ternyata salah, calon penumpang lain sudah mengular di tiap counter check-in.
Saya mencari-cari layar dengan informasi check-in AirAsia ke Bangkok; sebenarnya semua konter yang buka adalah AirAsia. Sementara yang lain ada yang sudah masuk antrean, saya malah bingung, baru kemudian saya baca beberapa konter bisa untuk semua penerbangan.
Saya mulai mengantre yang makin lama makin ramai. Tentu berbeda dengan check-in domestik, identitas yang harus saya keluarkan adalah paspor bukan lagi KTP. Saya menyerahkan e-ticket dan paspor kepada petugas check-in yang terlihat terburu-buru juga; dengan make-up tipis, lipstik tidak begitu merah dan jilbab belum begitu rapi dengan bros tidak tersemat di kain itu.  
Saya request seat yang dekat dengan salah satu teman, tetapi petugas check-in berujar, “Sudah dibaca otomatis, Pak,” karena kode booking yang berbeda. “Kecuali Bapak sudah memilih seat saat check-in online,” saya mau mengeluh tetapi tidak bisa. Semua kami rupanya terpencar, hanya Mbak Nurul dan Mbak Fika yang duduk berdekatan.
Bahagia Bersama Air Asia
Boarding pass Air Asia ke Bangkok.
Drop bagasi sudah. Boarding pass sudah di tangan. Sedikit bernapas lega dengan antrean yang makin panjang. Saya melihat semua calon penumpang bergegas di X-Ray dan berlari ke konter yang pendek antreannya. Begitu seterusnya sampai eskalator yang membawa kami sampai ke lantai dua.
Subuh tiba. Kami salat subuh di musala sembari menanti Annafi dan Juniawan yang masih di jalan. Annafi terjebak macet sedangkan Juniawan sedang check-in. Pagi ke bandara rupanya macet juga di Jakarta ini.
Perut mulai keroncongan, mungkin karena bangun terlalu pagi. Saya membeli roti dan minum, juga persediaan selama dalam perjalanan 3 jam lebih ke depan. Rasa kantuk masih ada. Kami masih menanti Annafi dan Juniawan yang datang tak sampai sepuluh menit kemudian.
Abadikan kenangan sebelum terbang.
Muka lelah dan kurang tidur mulai terlihat. Kami bergegas ke gate yang tertera di boarding pass. Daripada dipanggil karena terlambat lebih baik menanti di dalam gate. Tak lama, boarding time dan kami mengantre lagi untuk masuk ke dalam pesawat.
Penerbangan pagi yang padat, pesawat AirAsia yang akan kami tumpangi terparkir jauh di landasan. Kami diangkut dengan bus bandara. Matahari mulai mengintip. Sebentar lagi jam 7 dan pagi benar-benar terasa cepat sekali datang.
Dari dalam bus saya melihat berbagai maskapai dengan gagahnya menaikkan penumpang dan bahkan ada yang sudah take-off dan juga landing. Kesibukan yang terasa syahdu di bandara terbesar di Indonesia ini. Kami tentu tidak mau melewatkan momen Bahagia Bersama AirAsia, buat saya pertama kali terbang bersama AirAsia jadi lebih seru dan menegangkan.
Bahagia Bersama Air Asia
Foto di depan pesawat itu wajib kalau traveling ya!
Juniawan sibuk foto sendiri, sedangkan Yogi dan Indah entah ke mana berdua saja, yang pulang dari Bangkok mereka menikah. Jodoh tak ke mana. AirAsia bisa jadi cerita cinta itu. Bisa berawal dari sebuah cerita, bantuan kecil atau hak sepele lain yang kemudian mereka berdua dekat satu sama lain.
Bantu angka koper, check-in bersama, bawa barang belanjaan, ke mana-mana sering berdua…
Semua bisa jadi mungkin, bisa juga karena sebuah perjalanan cinta berlebih itu datang. ‘Karena’ AirAsia kami semua dapat undangan pernikahan mereka, meskipun tidak bisa menghadiri ke Yogyakarta tetapi bisa kenal mereka karena perjalanan ke Bangkok ini.

pada janji, AirAsia adalah bukti padamu…

Saya mengucapkan syukur begitu masuk ke dalam badan pesawat, AirAsia, tujuan Bangkok dari Jakarta. Waktu 3 tahun menanti, paspor saya memiliki stempel imigrasi juga. Kabin AirAsia lumayan besar, kursi yang jaraknya lebih luas, dan sandaran yang nyaman sangat cocok untuk penerbangan internasional.
Sebenarnya, selama dalam perjalanan saya lebih banyak tidur karena jauh dari teman yang lain. Penumpang di samping kiri dan kanan saya juga sama. Di sisi sebelah kiri, hanya seorang penumpang yang membaca, dua orang lainnya juga tertidur.
Mungkin, karena sudah terbiasa terbang orang-orang memilih tidur selama dalam perjalanan; yang kini saya lakukan. Penerbangan itu membuat saya cukup jetlag. Pengalaman pertama memang selalu mengundang banyak kekhawatiran. Seorang cewek dengan jilbab merah jambu di samping kiri saya tampak tenang saja. Tidur nyaman dan saat hampir landing, dengan santai pula mengisi kartu imigrasi yang menjelaskan secara keseluruhan bahwa kita adalah wisatawan yang tidak membawa barang-barang terlarang.
Don Mueang Internasional Airport menanti dengan gagahnya. Begitu keluar dari dalam pesawat Air Asia, saya menghirup udara yang sedikit berbeda dengan negeri sendiri.
Selamat datang di Bangkok. Sawaddi Kab!
Orang-orang mulai berbeda. Bahasa mulai berbentuk garis-garis melengkung dengan hiasan di atasnya, seperti titik dan baris di tulisan Arab. Di setiap sudut pintu kedatangan adalah aroma Thailand yang melekat kuat. Saya mencium aura yang mirip dengan Bali yang begitu kental dengan Hindu, berbeda dengan Thailand dengan Budha yang kentara sekali.
Passanger yang berfoto-foto seperti kami – barangkali – baru pertama ke Bangkok. Tiap ada papan nama dengan tulisan Bahasa Thai langsung jadi background untuk sebuah kenang-kenangan. Saya malah sibuk memotret teman lain sampai lupa berdiri di sana. Juniawan salah seorang yang masih tersimpan fotonya di papan penunjuk arah itu.
Juniawan di depan papan informasi bandara.
Kami mengikuti arah panah ke baggage claim untuk mengambil bagasi. Di luar terminal kedatangan, Freddy sudah menanti kami. Dalam beberapa hari ke depan, Freddy akan menemani kami ke Kapal Persial di Sungai Chao Phraya, belanja murah di Asiatique, sampai mengelilingi Kota Bangkok yang kemacetannya tak kalah dengan Jakarta, cerita tentang ini bisa dibaca kembali pada beberapa episode yang lalu.
Ada kesan menarik saat sampai di depan imigrasi kedatangan Bandara Don Mueang. Tidak semua petugas mengerti Bahasa Inggris sehingga sulit sekali komunikasi. Mata mereka begitu tajam tanpa berkata-kata, jika ada yang mencurigakan langsung disuruh buka semua isi bawaan. Mungkin juga ini jadi alasan soal cinta, Yogi membantu Indah yang hampir menangis saat ranselnya dibongkar karena bunyi bip saat diperiksa, yang ternyata hanya bros saja.
Traveling ke Bangkok kemudian jadi pelajaran penting bagi saya saat berada di negeri orang, berbeda dalam segala hal, dan harus menahan emosi agar tidak berurusan dengan pihak berwajib sehingga tertahan untuk segera pulang.

adalah pulang karena rindu telah usai…

Kami hampir tertinggal pesawat, jika saja sopir taksi itu tidak baik hati. Kami berputar-putar dalam kemacetan lalu lintas Kota Bangkok untuk sampai ke bandara. Napas lega harus ditarik begitu sampai ke terminal keberangkatan Don Mueang Internasional Airport. Kami mengucap perpisahan dengan Freddy atas kenangan manis lalu masuk ke dalam untuk check-in.
Tiap konter check-in sangat sibuk dan ribut. Ada calon penumpang yang berdebat dengan petugas entah karena alasan apa. Calon penumpang kesal dalam Bahasa Inggris, petugas check-in di balik layar komputer membalas dalam Bahasa Thai.
Saya menjadi khawatir. Saya keluarkan e-ticket dan paspor. Petugas check-in wanita dengan raut wajah datar itu bertanya, “Indonesia?” saya mengangguk lalu rentetan pertanyaan seperti tidak ada benda tajam, laptop, kamera, handphone di dalam bagasi yang saya jawab dengan gelengan kepala. Saya mau segera berlari ke teman lain yang sudah selesai check-in.
Kami tiba di depan petugas imigrasi untuk mendapatkan stempel keluar dari Thailand. Mata petugas imigrasi juga begitu jelalatan ke bawaan kami; mungkin di mana-mana tetap saja soal keamanan suatu negara. Paspor saya terstempel dengan mudah. Yang lain juga lancar saja. Tiba di X-Ray, Indah lagi-lagi harus ditolong oleh Yogi.
Stempel paspor dulu di imigrasi Thailand di bandara.
Cinta memang menakdirkan seseorang. Petugas X-Ray menyuruh Indah keluarkan semua isi ransel. Beberapa botol minuman disuruh buang atau minum. Saya kasihan melihat Yogi harus membantu Indah minum beberapa botol, sisanya harus dibuang. Satu catatan mungkin untuk yang sedang dan akan ke luar negeri, lebih baik tidak membawa ‘bekal’ karena tidak semua bandara membolehkan hal demikian. Meskipun mahal, sepotong roti atau sebotol minuman masih bisa kita beli di depan gate.
Stempel di paspor sudah berbekas. Saatnya bergegas ke gate yang tertera di boarding pass. Di setiap sudut terminal keberangkatan ini adalah gambar tokoh Thailand dengan warna cokelat. Dan tentu saja, di mana-mana masih bertuliskan huruf Thai yang di bawahnya terdapat arti dalam Bahasa Inggris.
Sah. Paspor saya ada stempelnya.
Sebenarnya di tiap terminal di bandara manapun itu sama saja. Cuma, kita harus menyisakan sedikit mata uang negara dimaksud agar tidak kerepotan saat menanti boarding time. Hal tidak terduga seperti delay bisa melanda siapa saja karena alasan cuaca, pesawat terlambat datang atau karena alasan lain. Biasanya di depan gate terdapat toko untuk menjual makanan dan minuman, dan juga pernak-pernik.
Di terminal keberangkatan Bandara Don Mueang, Bangkok.
Enaknya traveling ramai-ramai ada yang bisa diajak ngobrol saat menanti dipanggil masuk ke dalam pesawat. Kami masih bercerita tentang apa saja. Calon penumpang lain juga demikian. Mau main smartphone sangat sulit dengan Wi-Fi bandara yang kadang koneksi stabil, kadang malah down.
Foto lagi sebelum terbang.
Naik ke dalam pesawat AirAsia adalah momen yang dinanti. Saya langsung ingin tertidur dalam perjalanan malam itu. Tidak ada perbedaan waktu antara Bangkok dengan Jakarta. Perkiraan sampai ke Jakarta sekitar pukul 10 malam.
Sama seperti saat hampir tiba di Bangkok, sebelum landing di Jakarta, pramugari membagikan kartu dari bea cukai untuk diisi tiap penumpang. Terdapat beberapa keterangan yang harus diisi dengan benar agar tidak berhubungan dengan petugas imigrasi dan bea cukai.
Tiap penerbangan internasional akan mendapatkan kartu ini sebelum landing.
Landing di Jakarta sudah dinanti. Seperti menghirup udara segar. Antrean stempel lagi di petugas imigrasi, bahwa kita telah masuk ke Indonesia.
Stempel paspor dulu sebagai tanda masuk Indonesia sebelum keluar pintu terminal kedatangan.
Bahagia Bersama AirAsia adalah janji yang saya tepati. Perjuangan panjang agar bisa terbang bersama AirAsia adalah nikmat yang tidak bisa didustakan. Pulangnya juga demikian, saya terbang lagi ke Aceh, lalu ke kampung halaman dalam waktu 3 jam lebih di atas udara dan 5 jam perjalanan darat. Namun, begitulah cerita traveling. Bukankah kita harus menikmatinya?
Categories
Uncategorized

Ke Kampung Sampireun di Garut untuk Menjemput Rindu dalam Penginapan di Atas Danau

Jika suatu waktu ingin traveling tentu
bukan ke pantai kau berlabuh atau ke gunung akan kau daki. Terkadang,
kita ingin menapakkan langkah ke tempat beraroma rindu untuk kembali
pada saat yang tak ditentukan.

Pengalaman ‘biasa’ tak mau diulang lagi karena
memang kita sesekali ingin tampil beda. Ketika rumah yang berjarak cuma
satu kilometer dengan lautan lepas, rencana bersantai di pantai akan segera
diurungkan niatnya. Begitu ada ajakan ke gunung dengan landscape bertemu
sunrise apabila bernasib baik, pasti akan ditolak manakala dalam
keseharian kau bertanam kopi di lahan miring.
Angin semilir laut telah menjadi syair yang
liriknya bisa terlupa begitu saja. Dinginnya kaki gunung tak hanya menyuburkan
pokok kopi tetapi membuat hidung juga terasa lega.  Tak mungkin kau akan berkelana ke tempat
serupa, bukan?
Saya ingin bercerita tentang asa yang menggelora
pada suatu kampung yang menawarkan rasa teramat dalam. Mungkin nanti,
saya akan ke sana jika proses booking tempat berhasil sempurna. Bahkan,
apabila tak ada lagi seat di tiap bungalow, saya rela berkelana sejenak
di atas danau dengan kano terdayung pelan.
Ke Kampung Sampireun di Garut yang memesona
raga dalam melankolis kata. Seseorang pernah berkata, kalau tempat wisata ini
adalah cita rasa honeymoon yang kentara. Saya coba menyelam ke dalamnya
– meski – hanya di dunia maya saja. Pada sebuah kampung yang terletak di Desa
Ciparay, Garut, Jawa Barat.
Cakrawala di ujung senja mengucapkan
salam…
Katanya, Kampung Sampireun adalah primadona
dari Garut untuk mereka yang sedang bernostalgia dalam cinta, bahagia
dimabuk cinta, atau kesendirian karena dibuat luka oleh cinta.
Memadu kasih di Kampung Sampireun – booking.com
“…saat bersama di dalam saung yang
mengapung di atas air, mungkin bahagia begitu menyesak sampai ke dada. Tamparan
lampu dari bungalow di belakang, maupun di depan, dan mungkin di kiri dan
kanan, menjadi kerlap-kerlip asmara yang sedang dipupuk manja. Tak ada yang
lebih bahagia selain bertatap mata. Menanti menu spesial dari pelayan yang
mengantarnya menggunakan kano di atas danau…”
Sesuai pesanan. Kita dijamu dengan istimewa
oleh pelayan yang melintas di atas danau. Jika biasanya kita melihat mereka
terbirit-birit, dari satu meja ke meja lain, di Kampung Sampireun, mereka akan
bertemu satu sama lain di atas kano yang mengantarkan mereka ke unit-unit
bungalow pribadi sesuai nomor yang tertera di pintunya.
Ada 46 bungalow yang terdiri dari tipe
Kalapalua Suite, Kurtaji Suite, Waluran Suite, Manglayang Suite dan Deluxe
Garden. Bungalow-bungalow ini dibangun di area seluas lebih kurang 3,6 hektar
termasuk Situ Sampireun dengan tujuh mata air. Arsitek merancang bungalow dengan
gaya Rumah Panggung Tatar Sunda Parahyangan. Ciri khas kedaerahan yang kental
sekali membuat kita akan tahu lebih banyak tentang budaya Garut dan Jawa Barat pada
umumnya.  
Back to Nature’ menjadi tagline dari
kampung dengan temperatur 12 derajat celcius sampai dengan 18 derajat celsius
tiap waktunya. Ikon wisata Garut yang mulai beroperasi sejak Januari 1999 ini sejatinya
pusat kehidupan masyarakat sekitar. Di mana, sumber air dari danau digunakan
untuk kebutuhan sehari-hari seperti persawahan dan pemandian umum.
Kano atau sampan didayung dengan pelan karena
di dasar danau adalah ikan-ikan sedang berpesta menyambut kemeriahan siang dan
malam. Ikan-ikan besar itu bagai bodyguard yang mengekor ke mana kano
berlabuh. Sampai ke bungalow, kano berhenti dan memberikan pesanan kepada
‘pemilik’ bungalow, ikan-ikan itu terus menari dari dasar ke permukaan.
Jika beruntung pula, sesuai pesanan lagi, kano
yang akan mengantarkan menu pesanan kita atau apapun yang kita pesan itu akan menyertakan
live music tradisional Sunda seperti seruling atau lainnya.
Kano yang mengantarkan pesanan – booking.com
Tiap kita mau ke bungalow lain, atau ke
resepsionis, tak ada jalan selain menyeberangi danau dengan kano pribadi. Kita bisa
ke Seruling Bambu Restaurant, Amantie Restaurant, Warung Kopi, Meeting Room,
maupun Taman Sanghyang Dayu yang di sana biasa ada Dinner Party, terdapat juga
kolam renang, Taman Sari Royal Heritage Spa dan juga tempat bermain anak-anak,
Children Playground.
Jika tidak bisa mendayung kano sendirian, kita
bisa meminta ‘nahkoda’ ke resepsionis yang akan membawa kita sampai ke tujuan. Riak
air di danau yang tenang menciptakan harmoni yang menyejukkan rasa sehingga
makin bertambah cinta kepada pasangan kita.
Tentu saja, kita sangat ingin menikmati
pemandangan di Kampung Sampireun dari kano di tengah-tengah danau. Bungalow-bungalow
yang dibangun seperti rumah sederhana itu beberapa ada yang mirip, sesuai tipe
bungalow yang dibangun 1.000 meter di atas permukaan laut. Udara yang sejuk
tidak hanya datang dari dasar danau tetapi dari pengunungan yang berada tak
jauh dari bungalow yang akan kita singgahi. 
Landscape Kampung Sampireun – booking.com
Lihatlah bungalow di siang hari. Pancaran matahari
begitu ganasnya menerpa tiap bungalow. Seperti gubuk reot padahal di dalamnya
tak demikian. Dekorasi kamar bungalow tidaklah sesimpel yang terlihat. 
Kamar yang unik – helenysm.com
Bahan-bahan
alami seperti bambu dan pokok kepala membuatnya begitu eksotis. Tiap bungalow
memiliki televisi dengan ruang keluarga yang asyik. Tak lupa, kamar mandi semi-outdoor
yang berbeda dari penginapan lainnya.
Kano pribadi di depan bungalow – booking.com
Indahnya bungalow di malam hari sungguh tak
tertandingi. Belum sampai ke Kampung Sampireun saja kita telah tergoda dengan
panoramanya. Pancaran lampu dari tiap bungalow ke dasar danau bagaikan lukisan
di atas kanvas tak bertuan. Mulai senja pemandangan itu menggelora sampai kita
menutup mata di dalam bungalow dengan nyanyian alam sebagai pengantar tidur.
Senja dari Kampung Sampireun – booking.com
Dan, kamar di depan kolam renang dengan cuaca
dingin itu mungkin ‘sesuatu’ yang tidak boleh dilupa. Daya tarik yang tak
mungkin dimiliki dengan mudah. Tempat yang tepat untuk mengistirahatkan badan
dan pikiran. Tenang dan damai dalam apa yang diinginkan dan dipikirkan
untuk dilakukan setelah liburan ini nanti.
Kolam renang yang sangat menggoda – booking.com
Namun, jika kau ingin menikmati suasana
pedesaan yang asri dengan arsitektur bangunan di masa lampau, kau masih
bisa memilih tempat yang menarik untuk itu. Di kelilingi oleh pohon-pohon,
tanaman bunga yang belum, sedang dan akan mekar, atau pun pokok pisang yang
mungkin saja sedang berbuah. Aroma ini kentara sekali dengan apa yang kita
inginkan.
Suasana kampung yang asri – booking.com
Ikan-ikan akan terus menari jika kano
menyeberangi danau – ke bungalow-bungalow yang indah itu. Ditemani riak air yang
terbelah saat kano melintasinya, berbagai kerajinan khas Sunda akan dijual ke
bungalow yang dilewatinya. Mereka juga akan menjual hidangan khas daerah Garut untuk
kita cicipi, sambil menanti malam berlalu dari balkon bungalow yang kita inapi.
 
Ikan-ikan di bawah kano yang didayung melintasi danau – booking.com
Pada malam-malam tertentu, kesenian khas Sunda
menjadi hiburan tersendiri yang dapat kita dengar dari balkon bungalow, atau
menyaksikan langsung dari dekat. Sinden yang dinyanyikan benar-benar membuat
kita terhanyut dalam suasana dari negeri dengan karakter orang-orangnya dikenal
lemah lembut.
Kesenian tradisional di Kampung Sampireun – booking.com
Tak hanya wanita yang menyinden, anak-anak muda dengan baju ‘kabayan’ menabuhkan gendang dalam tiga
ukuran; besar, sedang dan kecil sesuai nada yang dimainkan. Paket lengkap saat kau
menginjakkan langkah di Kampung Sampireun.
Pentas seni Calung – kesenian tradisional – akan
dipentaskan setiap sore di deck utama danau. Kita bisa menikmatinya dengan
senang sambil menikmati hidangan yang telah dipesan.
Suasana alam yang identik dengan Jawa Barat, pengununan
yang sejuk, danau yang tenang, wisata kuliner yang benar-benar alami, serta berbagai
jenis kesenian yang menjamu ‘tamu’ dengan indahnya sebelum mimpi indah dari
kamar di dalam bungalow yang tak kalah indahnya.
Kesenian tradisional yang wajib dinikmati – booking.com
Mungkin kita terlupa untuk kembali pulang. Mungkin
kita juga ingin balik lagi suatu saat nanti. Ketenangan diri seperti yang
diinginkan saat liburan tiba adalah hal yang wajib di Kampung Sampireun. Memadu
kasih dalam bahagia juga tak lagi terdefinisi dalam tiap bungalow dengan lampu
temaram di malam hari. Naik kano berdua seolah-olah jatuh ke danau adalah mandi
madu untuk membalut bahagia lebih erat lagi.
Sejuk alamnya karena kita ingin
rasakan. Pengenalan adat dan budayanya, karena kita butuh tahu. Lezat
makanannya karena kita ingin rasa meski kembali kepada selera. Kedai –
warung kopi – yang terbuat dari anyaman bambu mengubah suasana kantuk menjadi
terjaga saat secangkir kopi diteguk sekecap saja.
Hidup dalam kesederhaan yang diajarkan di
Kampung Sampireun. Sederhana dalam bersikap dan bertingkah laku. Sederhana
dalam bertutur sapa. Sederhana dalam mengatur kehidupan lebih baik maupun
kepingan tempat yang di mana-mana sangat bersih dan asri.
Tak akan kau temui makanan ringan
‘mahal’ dari warung kopi dengan anyaman bambu itu. Semuanya dibalut dalam
kesederhanan yang mengajarkan kita soal hemat selama musim liburan.
Ngopi dulu! – booking.com
Hidangan yang bisa kita request adalah menu
khas Garut dengan nasi, lalapan, kerupuk maupun sayur lodeh yang nikmat sekali.
Duduk di atas balkon bungalow saat menikmati santap siang bagaikan sedang
berada di rimba raya dengan nada-nada alam tak pernah putus. Tidak ada lagi
kemewahan yang ingin kita pamerkan karena itu telah kita tinggalkan begitu
sampai di perkampungan ini.
Menu yang mengundang selera makan – booking.com
Menjelang malam barangkali secangkir
kopi jahe bisa memberikan kesegaran dengan ‘kerupuk’ khas Garut. Sambil
menikmati kano-kano yang berlalu-lalang, diiringi gelak tawa, kita bisa
menikmati senja berlalu dengan sendirinya.
Cemilan dan kopi jahe – booking.com
Kau tahu hal apa
yang paling menyenangkan saat berlibur? Adalah bersenang-senang dan menikmati
waktu
bersama orang terkasih atau benar-benar me time. Senandung
alam yang berbeda; jauh dari ombak, dan gunung tinggi. Rileksasi yang hadir
malah melebihi ekspektasi kita terhadap kemelut jiwa yang tak mungkin pudar.
Waktu yang diberikan untuk sendiri di
Kampung Sampireun dengan menikmati hari adalah halusinasi yang menjadi
kenyataan. Jangan pernah lupa bahwa sejatinya kita membutuhkan waktu yang
demikian. Ingat juga bahwa ketika liburan semua yang ditinggalkan adalah fana.
Kita menikmati aroma dan rasa dalam
senang-senang. Kita memadu kasih dalam bahagia. Kita membentuk gelak tawa
karena memang kita ingin.
Main congklak, misalnya, telah lama kita
tinggal karena gadget membawa pengaruh besar dalam kehidupan. Di tengah
alam yang sejuk demikian, kita simpan smartphone maupun notebook
lalu kembali ke congklak yang siapa kalah kena hukuman.
Permainan yang sejatinya juga membutuhkan
nalar, strategi dan sikap tenang agar tidak mudah kalah. Kita mengulang
masa-masa kecil dulu di mana jauh dari perkembangan teknologi yang carut-marut.
Tiap bungalow menyimpan congklak yang bisa kita mainkan bersama pasangan maupun
keluarga saat berlibur bersama mereka.
Ulang masa-masa lalu yang mungkin terlupa. Atur
kembali memori agar tidak jadi kenangan pilu. Kampung Sampireun ‘mengajarkan’
suatu hal kepada kita bahwa nggak selamanya hidup dalam dunia digital itu
istimewa
, dan mari kembali ke masa lalu.
Memang bukan untuk mengulang kisah pahit, kita
hanya nostalgia saja ditemani kuliner khas dari Garut di kala pagi atau sore
hari. Riak air yang mengalir dari danau akan menjadi backsound terindah
selama kita menarikan jemari di atas congklak.
Main congklak dulu – helenysm.com
Sebagai pelengkap cerita dari Kampung Sampireun
adalah memberi umpan ikan di teras bungalow. Sungguh rasa yang tak mungkin bisa
dijabarkan begitu saja. Ikan-ikan yang berebut makan memiliki alur tersendiri
dalam mengundang tawa dan decak kagum.
Bagaimana mungkin dengan segengam pakan kita
lemparkan ke dalam danau, bisa membuat ikan-ikan gemuk itu kenyang sementara
mereka berebut makan bersama yang lain. Begitulah keajaiban yang tak mungkin
bisa kita jabarkan.
Di mana-mana, suasana memberi makan ikan
menjadi suatu kenikmatan tersendiri. Ikan-ikan yang mengelilingi tumpukan
makanan di atas permukaan, dengan mulut komat-kamit, adalah pemandangan lumrah
namun mengasyikkan. Pakan ikan tak lain menu penutup dari serangkaian keindahan
selama di Kampung Sampireun, Garut.
Beri makan ikan dulu – helenysm.com
Berwisata ke Kampung Sampireun adalah impian. Sebuah
rindu untuk menginap bersama pasangan dalam bungalow di atas danau nan sejuk. Jika
tidak besok, mungkin kapan-kapan. Namun kau harus tahu lebih baik
bermimpi daripada tidak sama sekali. Jika kau duluan mendapatkan
bungalow yang menghadap ke bungalow lain, yang ditengah danau terdapat saung
untuk memetik romantisme, kau boleh mengucap nama saya 44 kali.
Mungkin, dengan itu, saya akan segera menyusul
‘doa’ kau panjatkan ke Kampung Sampireun di Jl. Raya Samarang, Kamojang
KM 4 Kecamatan Samarang, Garut, Jawa Barat.
Amin!
Itu saja. Semoga rindu berpihak kepada kita
yang memadunya ke arah bahagia!
***

Artikel ini diikutsertakan dalam WRITINGTHON JELALAH KOTA GARUT OLEH BITREAD PUBLISHING DAN DIDUKUNG PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT.

Writingthon Jelajah Kota Garut oleh Bitread Publishing dan Pemprov. Jawa Barat.
***
Referensi:
Tempat Wisata di Garut https://www.nativeindonesia.com/tempat-wisata-di-garut/
Kampung Sampireun https://www.booking.com/hotel/id/kampung-sampireun.id.html 
Liburan Keluarga di Kampung Sampireun Garut http://helenysm.com/2017/07/liburan-keluarga-di-kampung-sampireun-garut/
Wisata Serba Ada di Kampung Sampireun Garut https://travel.detik.com/dtravelers_stories/u-3867518/wisata-serba-ada-di-kampung-sampireun-garut/3
Kampung Sampireun http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=1111&lang=id
Categories
Uncategorized

Terbayar Sudah! Nonton Bioskop Setelah Jalan Kaki Puluhan Kilometer di Jakarta

Impian ke Jakarta adalah milik semua orang.
Gemerlap Ibu Kota meskipun kemacetan di mana-mana tak
lain sebuah rindu untuk dilalui. Percuma saja jika ke Jakarta tanpa terhalang
padatnya lalu lintas; karena akan mirip saat kau berdiri di pematang sawah
di kampung yang indah.
Irama langkah pejalan kaki yang cuek dan angkuh juga
menjadi lantunan yang sulit ditemui pada orang-orang kampung yang terbiasa
berjalan lambat.

Jika kau tanya bagaimana senang hati
begitu tiba waktu ke Jakarta? Tidak hanya suka-cita dan haru airmata, tetapi saya
ingin menonton bioskop!
Mungkin, alasan yang nggak penting sama sekali
bagi sebagian orang. Mau duduk manis di dalam bioskop kok mesti di
Jakarta? Padahal Ibu Kota punya sejuta pesona yang sulit dilalui untuk
dijadikan kenang-kenangan ataupun pemantik semangat agar terus berjuang.
Saya tetap ngotot harus masuk bioskop. Sekadar
merasakan bagaimana rupa ‘layar tancap’ besar di dalam gedung itu. Mungkin saja
ini adalah pertama dan terakhir saya menonton bioskop. Maka, saya tidak
mau menyia-nyiakan waktu untuk menjadi bagian dari gebung bioskop.
Nanti, saya bisa berkata, oh begini rupanya
menonton film di dalam bioskop
. Dengan ramai orang, duduk rapi sesuai nomor
kursi, layar besar dengan warna terang, dan juga sound system yang
menyalak dengan gahar.
Matikan TV, ayo ke bioskop!
Mulailah perjuangan saya untuk menonton
bioskop di Jakarta. Anak kampung yang bukan merantau tetapi ‘cuma’ ingin masuk
ke gedung bioskop. Akhir tahun 2015 yang begitu memesona bagi saya, karena bisa
ke Jakarta dan berlagak orang kota saat bertemu orang lain.
Saya janjian dengan Citra Rahman di Mampang
Prapatan, Jakarta Selatan. Tak jauh dari gedung SMESCO, kerabat saya tinggal dengan
bahagianya. Kebetulan waktu itu, Citra Rahman masih bekerja di Jakarta dan saya
minta dirinya jadi guide untuk ke beberapa tempat penting di Ibu Kota,
termasuk tujuan akhir – yang sebenarnya utama – adalah menonton bioskop.
Kerabat saya mengantar sampai ke halte di
depan SMESCO. Sambil menanti Citra Rahman yang masih di dalam bus TransJakarta,
saya menikmati suasana kota besar yang begitu rumitnya. Orang-orang yang lewat
di depan sama sekali tidak melirik ke arah saya. Gedung pencakar langit tampak
angkuh sekali dengan orang-orang hebat di dalamnya. Lalu lintas begitu padat
dengan satu arah membuat kita sulit untuk menyeberanginya.
Saya mungkin terlalu manja waktu itu. Mungkin
juga karena belum terbiasa dengan suasana Jakarta yang semerbak harumnya ke
mana-mana; soal apa saja. Makanya, Citra Rahman menjemput saya dari
Tangerang ke Jakarta Selatan. Yang sekarang saya tahu bahwa itu adalah perjalanan
yang jauh sekali!
Kami bertemu di negeri orang dengan kecupan
senyum yang diterbangkan angin Jakarta. Saya dan Citra Rahman selama ini cuma
berkomunikasi melalui pesan instan meskipun dirinya juga orang Aceh.
Kami langsung akrab dan memulai perjalanan
yang mengasyikkan. Naik TransJakarta ke Kota Tua lalu ke Masjid Istiqlal. Setelah
salat dhuhur di sana, kami ke Monumen Nasional. Cerita tentang Kota
Tua
sudah saya tulis sebelumnya.
Belum ke Jakarta jika tidak ke Monas! Anggapan ini masih berlaku sampai sekarang. Meskipun selembar foto
sudah lebih dari cukup dan menegaskan bahwa saya pernah ke Jakarta.

Dan, saatnya ke bioskop….

Dari Jakarta Pusat, Citra Rahman menganjurkan
kami untuk langsung ke daerah Jakarta Selatan. Katanya, “Biar nggak repot ngantarnya
kalau sudah keluar dari bioskop,”
Waktu begitu cepat berlalu, dalam kemacetan
sambil Citra Rahman mencari-cari bioskop mana yang cocok untuk kami masuk di
Jakarta Selatan. Saya benar-benar lupa di daerah mana waktu itu. Turun di salah
satu halte di Jakarta Selatan, kami jalan sekitar 15 menit ke salah satu mall. Saya
cuma ingat di mall itu sedang ada fashion show dengan artis sebagai
jurinya.
Kami langsung naik ke lantai yang ada gedung
bioskop. Ada beberapa film yang sedang tayang namun saya hanya ingin menonton
bagian akhir dari serial Hunger
Games: Mockingjay – Part 2
. Pesona Katniss Everdeen masih menggoda untuk
diteruskan sampai ke babak penentuan, dan juga Peeta Mellark yang masih
misterius menjadi baik atau malah makin antagonis.
“Nggak ada kursi tersisa, Bai!” saya langsung
menghela napas panjang. Sudah jalan jauh sampai di gedung bioskop hanya bisa
gigit jari. “Coba aku cari bioskop lain yang dekat dari sini,” Citra Rahman
kemudian mulai mencari informasi di smartphonenya.
Film lain nggak ada yang menarik minat saya,
Citra Rahman juga belum menonton seri terakhir dari Hunger Games ini jadi kami
sama-masa tidak ada pilihan selain keluar dari mall tersebut. Lalu, kembali
berjalan kaki.
Saya mengikuti langkah Citra Rahman yang melesat
cepat. Entah karena ingin berhemat atau yakin sekali gedung bioskop itu ‘dekat’
kami tidak memesan taksi atau naik TransJakarta. Google Maps memperlihatkan
titik yang dekat sekali. Lima menit pertama saya meyakini kalau gedung bioskop
itu ada di depan mata. Sepuluh menit saya bertanya-tanya di mana gedung bioskop
itu di antara gedung-gedung pencakar langit yang kami lewati.
Lima belas menit terlewati dalam panas. Dua
puluh menit keringat mulai berkucuran. Saya mau bertanya sudah sampai di
mana kita
, takutnya saya yang bingung sendiri karena nggak tahu alamat. Tahu-tahu
malah ketemu alamat palsu!
Tiga puluh menit berjalan belum ada
tanda-tandanya. Di trotoar itu cuma ada kami berdua yang jalan kaki
tergesa-gesa. Citra Rahman celingak-celinguk ke kiri dan kanan. Saya yang belum
terbiasa jalan jauh begini mulai merasa kelelahan. Entah sudah berapa kilometer
kami berjalan sampai akhirnya gedung Hollywood XXI terlihat sudah.
Oh lelahnya. Tapi
saya harus semangat karena ini cita-cita ke Jakarta dengan dalih yang kuat di
Aceh nggak ada bioskop.
Citra Rahman langsung membeli tiket di kasir
yang sepi. Saya harap-harap cemas, jangan sampai jalan kaki lagi.
Tak lama, Citra Rahman menyerahkan tiket
kepada saya, dan “YES!!!” akhirnya menonton film di dalam bioskop. Sudah tidak
sabar saya ingin masuk ke dalam gedung pertunjukan itu!

It’s Show Time

Begini rupanya menonton film di dalam bioskop;
bikin terkejut, remang-remang yang menghanyutkan dan juga pegal karena
duduk sampai 2 jam lebih. Nama juga ingin, sesulit apapun tetap dijalani
dengan senang.
Menonton film di dalam bioskop memang sesuatu
cita rasanya. Tetapi, perjuangan untuk bisa masuk gedung bioskop pertama kali
itu bukan main. Dan, tidak boleh gagal. Jalan kaki puluhan kilometer, tidak
dapat seat atau film yang ingin kita tonton sudah turun layar, rasanya
itu menyesakkan sekali.
Saat melewati Hollywood XXI dengan salah satu
mall di Jakarta Selatan itu sekarang ini, memang terbukti ampuh jauhnya. Belum
lagi Hollywood XXI ke Mampang Prapatan. Jakarta itu meskipun gedungnya kayak
dekat-dekat tetapi sangat jauh jaraknya.
Akhirnya nonton film di bioskop!
Kembali ke pasal satu, ingin menonton film
di bioskop
, jadi perjuangan penuh keringat itu tidak sia-sia. Kata Citra
Rahman, “Biar sehat, Bai!” oh baiklah. Terima kasih Citra Rahman untuk
sebuah pelajaran dan juga teman bermain saat pertama menginjakkan kaki di Ibu
Kota Indonesia. Dan, alasan Citra Rahman memilih Jakarta Selatan karena begitu
keluar gedung bioskop, hari makin gelap. Citra Rahman harus mengantar saya
kembali ke depan SMESCO sedangkan dirinya pulang ke Tangerang.  
Mungkin nanti, kalau mau menonton film lagi di
bioskop, saya sudah nggak mau jalan kaki jauh untuk mencari bioskop mana yang
masih kosong. Selain hemat waktu juga hemat tenaga. Lelah berjalan bisa nggak
konsentrasi lagi saat sudah berada di dalam gedung pertunjukan.

Beli Tiket Bioskop Online di Traveloka Xperience

Karena sudah terbiasa dengan suasana Jakarta. Jika
nanti ingin menonton di bioskop, apabila ke Jakarta lagi, saya akan memilih
yang simpel saja. Saya mau berandai-andai di tahun 2015 sudah ada Traveloka
Xperience
mungkin saja saya dan Citra Rahman tidak seperti pengejar waktu
di siang terik. Mungkin juga, tenaga dan waktu yang dibuang percuma bisa
kembali untuk ke destinasi lain di Ibu Kota.
Waktu nggak mungkin kembali. Saya bisa
mengubah strategi jike ke Jakarta dan ingin kembali masuk ke gedung bioskop.
Traveloka baru saja meng-update aplikasi miliknya dengan menambahkan
fitur baru yaitu Traveloka Xperience. Ada yang menarik minat saya dari halaman
ini, yaitu bisa memesan tiket bioskop dengan mudah.
Sebagai informasi, Traveloka Xperience menawarkan
berbagai jenis produk dan aktivitas liburan serta gaya hidup di Asia Tenggara. Kita
bisa memilih atraksi, bioskop, event, hiburan, spa & kecantikan, olahraga,
taman bermain, transportasi lokal, tur, perlengkapan travel, makanan &
minuman dan kursus & workshop
. Traveloka Xperience memudahkan pengguna
dengan metode pembayaran beragam, proses pemesanan cepat dan praktis dan juga
layanan konsumen 24 jam dalam 7 hari kerja. Selain itu, terdapat 6 pilihan
bahasa yang memudahkan pengguna dari berbagai negara untuk mengaksesnya.
Fitur baru Traveloka keren banget!
Pengalaman yang tidak menggenakkan di tahun
2015 saya jadikan pelajaran penting. Saya tidak mau mengulangi ‘pemborosan
waktu’ cuma untuk mendapatkan seat kosong di bioskop. Waktu begitu mudah
hilang sedangkan tiket film yang ingin ditonton juga laku bagai kacang rebus
pinggir jalan, di musim hujan.
Saya buka aplikasi Traveloka dengan ikon
burung terbang berwarna putih dalam balutan biru muda. Say hi dari
aplikasi langsung memperlihatkan akun terdaftar dengan beragam pilihan di
bawahnya. Terakhir, saya pesan tiket kereta api dari Stasiun Kereta Api
Gambir
menuju Stasiun Kereta
Api Bandung
, sekitar dua bulan lalu.
Tentu saja, saya belum ada rencana untuk memesan
tiket kereta api maupun tiket pesawat terbang dalam waktu dekat ini. Begitu masuk
ke aplikasi yang memang sering saya buka untuk mengintip harga tiket
pesawat terbang, saya langsung tertuju pada fitur baru di antaranya JR Pass,
Asuransi, Antar Jemput Bandara, Eats dan yang tak kalah menarik adalah Traveloka
Xperience
.
Saya coba untuk membuat Traveloka Xperience
dengan tanpa alasan khusus. Namun begitu melihat Bioskop di antara fitur
lain, mata saya langsung terbinar. Inilah yang saya cari-cari selama ini. Ini yang
saya butuhkan jika suatu saat ke Jakarta lagi. Ini yang bisa membuat saya terbahak.
Tak menunggu waktu lama, saya langsung membuka
fitur Bioskop di Traveloka Xperience. Cari-cari beberapa film dan
bagaimana caranya memesan nanti. Ada film yang lagi box office di Korea
Selatan, yang diperankan oleh member Girl Generation, Lim Yoona bersama
Cho Jung-Seok, yang katanya tak cuma keren tetapi ada lucunya juga.
Saya membuka gambar film EXIT yang di samping
kanan aplikasi terdapat 13+ itu. Genre film action ini memang menarik
minat saya sebagai penggemar girl grup fenomenal Korea Selatan itu. Film dengan
durasi 104 menit itu ditampilkan sangat menarik oleh aplikasi Traveloka
Xperience
. Deskripsi film juga jelas, dan juga jenis gambar apa yang akan
kita lihat di bioskop. Untuk film ini tertera 2D.
Saya tidak lagi membaca sinopsi film ini
karena secara garis besar sudah dibaca pada beberapa review blog. Saya langsung
menuju pada pesan atau tidak tiket bioskop ini yang ternyata tanggal 19 September
adalah hari terakhir tayang di bioskop yang ada di Grand Indonesia itu. Tentu tidak
mungkin saya langsung terbang dari Aceh ke Jakarta secepat kilat itu.
Film EXIT yang ingin saya tonton di bioskop.
Pemesanan tiket bioskop di Traveloka
Xperience
sangat mudah. Selain memilih tanggal, jenis layar, waktu tayang,
kita juga bisa memilih kursi mana yang membuat nyaman dalam menonton. Traveloka
Xperience
juga memberitahu jumlah kursi tersisa di bawah total harga yang
harus kita bayar.
Setelah memilih waktu, kita bisa langsung
memilih seat dengan keterangan waktu putih tersedia, abu-abu terisi dan
warna biru dipilih. Sebelum melanjutkan proses pemesanan, kita masih bisa mengubah
posisi duduk apabila masih belum diisi oleh orang lain.
Proses pembayaran juga mudah, baik melalui
Kartu Kredit maupun transfer bank. Pengalaman saya biasanya saat traveling itu
selalu mengisi saldo untuk beberapa aplikasi di smartphone. Pembayaran non
tunai di Traveloka Xperience bisa dilakukan dengan PayLater maupun
UANGKU. Karena saya belum jalan-jalan, saldo UANGKU belum diisi mengingat kebutuhan
sehari-hari tidak mendesak untuk pembayaran melalui non tunai.
Pembayaran mudah dan cepat.
Pemesanan tiket bioskop melalui Traveloka
Xperience
sangat jelas, dengan keterangan nomor pemesanan lengkap dari
Traveloka. Kita tinggal datang dan tanpa perlu antre lagi di kasir kecuali jika
ingin membeli snack.
Film apa yang kita beli tiketnya dan menarik
setelah ditonton, bisa dibagikan langsung melalui Traveloka Xperience ke
media sosial. Selain rekomendasi film, kita juga merekomendasikan akses yang
mudah di Traveloka #XperienceSeru dalam hal memesan tiket bioskop
secara cepat dan hemat waktu.
Saya makin tidak sabar untuk ke Jakarta dan
memesan tiket bioskop melalui Traveloka Xperience. Selain fitur Bioskop,
adalah fitur Kursus & Workshop yang menarik perhatian saya. Salah satu
kelas yang menarik adalah Kelas di Ganara Art Kemang. Alamatnya di
Mampang Prapatan, yang dekat dengan rumah kerabat saya.
Mitsubisi Xpander menanti siapa yang beruntung.
Seni ‘memahat’ tanah liat yang menarik minat
saya karena artistiknya yang kuat. Selama ini saya hanya menonton di tayangan
televisi bagaimana seorang belajar membentuk karya kerajinan seperti asbak
maupun pot bunga dengan halus dan indah.
Mungkin nanti jika bermalam di rumah kerabat
saya bisa ikut kelas membuat cangkir minum atau pot bunga untuk dibawa pulang
ke Aceh. Harga yang sesuai ditambah poin dari Traveloka bisa menghemat pengeluaran
saya. Bahkan, jika beruntung belanja terus-menerus melalui Traveloka
Xperience
kita berkesempatan mendapatkan kendaraan roda empat, Mitsubishi
Xpander.

Traveloka Xperience dan Alasan Rekomendasi 

Ada bagian terpenting dalam hidup kita yang
terkadang diabaikan begitu saja, yaitu waktu. Gaya hidup yang ‘terbiasa’
menawar membuat kita ingin terus demikian. Padahal, saat itu terjadi kita telah
membuang-buang waktu.
Saat memesan transportasi misalnya, kita
seolah-olah tersiksa dengan harga mahal lalu terjadi tawar-menawar dengan sopir
taksi. Saat membeli perlengkapan travel seperti ransel maupun koper,
kita rela berpindah dari satu toko ke toko lain cuma untuk mendapatkan diskon
Rp 5.000 saja.
Betapa kita lupa bahwa waktu telah terbuang, bensin
juga habis untuk bolak-balik dari satu toko ke toko lain. Namun, hal itu tidak
akan terjadi apabila kita memilih ‘jalan pintas’ dengan memesan perlengkapan travel
maupun transportasi melalui online.
Traveloka Xperience tak lain jawaban dari kebutuhan kita sehari-hari. Seperti pengalaman
saya yang mencari seat kosong dari satu bioskop ke bioskop lain. Tidak hanya
lelah tetapi waktu terbuang sia-sia. Mungkin saja jika langsung pesan online
waktu itu, saya dan Citra Rahman tidak kemalaman begitu keluar dari gedung
bioskop.
Efisiensi waktu dari Traveloka Xperience membawa
pengaruh besar terhadap gaya hidup kita. Misalnya telah memesan tiket bioskop,
kita langsung ke gedung bioskop yang dituju tanpa perlu mencari bahkan menunggu
pembelian tiket di kasir. Saat waktu tiba, kita bisa langsung masuk ke dalam
gedung dan menikmati pertunjukan.
Demikian pula dengan transportasi, kita tidak
akan kerepotan memilih jenis mobil apa dan nyaman untuk mengantar kita ke
tujuan – misalnya antar jemput bandara. Belum lagi fitur-fitur lain yang
sebagian bisa refund dan dilayani selama 24 jam apabila ada masalah.
Kemudahan akses dan bisa dilakukan di mana
saja membuat kita nyaman dan aman saat traveling. Kita nggak kerepotan
mencari mesin ATM karena saldo UANGKU sudah cukup untuk berbelanja. Kita nggak
harus menunggu lama karena kendaraan yang dipesan akan datang cepat waktu.
Inilah yang saya cari. Mungkin orang lain
juga. Traveloka Xperience membawa kemudahan dalam setiap langkah. Ke mana-mana
akan senang dan nyaman; dan itu sebenarnya yang saya inginkan!
Categories
Uncategorized

Pengalaman Pertama Naik Kereta Api; Kok Mual dan Pusing?

Terburu-buru kami berangkat ke Stasiun Gambir
Jumat menjelang siang itu. Kemacetan dari Jakarta Barat mulai terasa. Tapi,
saya begitu bersemangat untuk hari itu karena pengalaman pertama naik kereta api.

Bentar lagi naik kereta api!
Idaman dalam impian yang sulit dibuyarkan
begitu saja. Dibenak saya, naik kereta api itu begini begitu yang sulit dideskripsikan. Tetapi, lama khayal tetap
saja ada karena iming-iming dari
tayangan televisi maupun gambar lain yang dilihat di internet.
Saya membayangkan Tiket KLIA Ekspres dalam sekali jalan
itu hampir seharga tiket pesawat. Bisa dipastikan orang-orang di Pulau Jawa
kebingungan jika hal demikian terjadi. Begitu saya cek secara online, rupanya sekali jala Jakarta ke
Bandung itu cuma Rp 150 ribuan saja.

Baiklah. Kita Berangkat. Ke Bandung yang menggelora dalam asa dan cinta!

Cerita tentang Bandung sudah
saya ceritakan di babak sebelumnya. Kau mungkin
bisa balik ‘kanan’ untuk bermain-main dalam kata penuh cumbuan asmara di sana. Sekali
kau buka lembaran itu, sulit sekali kau hempaskan karena memang bumbu dalam meraciknya mungkin
sekuat Dilan merayu Milea!
Taksi online
yang membawa kami, parkir di depan pintu masuk. Bayangan saya soal stasiun
kereta api yang ‘kumuh’ langsung buyar. Calon penumpang yang ramai dan suasana
yang mirip bandara membuat kita bisa terlena di sini. Segala jenis makanan dan
minuman bisa dengan mudah kau dapatkan.
Dan, hei! Itu pengurus rombongan kami yang
melambai. Katerina dan lain-lain sudah sampai terlebih dahulu padahal taksi
kami berangkat duluan. Mungkin begitu pula dengan jodoh, datang cepat belum tentu bisa melaju kencang.
Saya celingak-celinguk melihat yang lain. “Buruan,
Bai, cetak boarding pass di komputer
itu!” entah Primastuti Satrianto atau Elvina yang berujar demikian.
Dalam bingung saya mengikuti Afit dan Maseko
yang tentu saja sudah terbiasa dengan aktivitas di stasiun kereta. Jangan tanya
Afit lebih banyak, ‘suhu’ yang cukup panas di dekatnya itu bisa dibilang sudah
seperti naik sepeda ontel dari Yogyakarta ke Jakarta, dengan kereta api.
Kerjaan sampingan Afit.
Di depan komputer yang sedang menge-print boarding pass kereta api
adalah Febri, Dedew Rieka dan juga Kang Didno. Dedew Rieka membantu saya
memasukkan nomor pemesanan tiket untuk selanjutnya boarding pass tercetak seperti mesin ATM.
Lucunya, Elvina yang sudah lebih dahulu
mencetak boarding pass terkikik di
samping kiri saya. Hacker cewek
sebutan kami itu ternyata salah mencetak boarding
pass
, lembaran yang keluar adalah boarding
pass
untuk pulang dua hari lagi, bukan untuk pergi.
Kata Dedew Rieka, nggak masalah sudah
tercetak. Tapi, jika nanti hilang bisa cetak lagi di hari keberangkatan. Elvina
kemudian mencetak kembali boarding pass untuk
pergi.
Duduk di kursi tunggu stasiun kereta api tidak
serapi di bandara. Dian Radiata cuek saja melihat saya kelelahan. Padahal, jika
mau membandingkan dirinya lebih ‘gagah’ dibanding saya yang menarik koper ke
mana-mana. Dian cukup ‘menenteng’ ransel yang katanya tidak berat di
punggunggnya.
Cukup sudah saya duduk di atas koper. Suara halo-halo
dari cewek cantik di balik tirai itu memberitahukan kereta api apa saja yang
baru tiba dan akan berangkat. Kami masih menunggu bos idaman, Bang Emmet, yang
tadi izin pulang dulu ke rumahnya selepas acara.
Bang Emmet sampai, cetak boarding pass, lalu kami masih menunggu panggilan untuk masuk ke
kursi menunggu kereta api di depat peron di atas sana – entalah di mana –
beberapa menit lagi.
Sama seperti di bandara, kita diwajibkan membawa
kartu pengenal dan memperlihatkan boarding
pass
ada petugas check-in. Setelah
dipastikan sama, kita baru diperkenankan untuk menuju tempat menanti kereta api
sesuai dengan gerbong yang tertera di boarding
pass
.
Karena gerbongnya panjang, kita harus teliti
di gate berapa. Saya mengikuti Katerina
yang sibuk mengurus kerepotan kami. Namun, foto selfie tetap bertebaran
di mana-mana.
Selfie-nya tetap karena ada ratu selfie!
Tidak sama dengan naik pesawat udara, semua
barang bawaan kita sendiri yang membawanya ke dalam gerbong. Di mana-mana
terlihat calon penumpang sibuk dengan koper, kotak kardus, ransel, maupun
barang bawaan lain.
Laskar jaket kebanggaan siap berangkat!
Kami sempat bersenda gurau sebentar sebelum
kereta api datang. Saya sudah tidak sabar untuk masuk ke dalam gerbong, mencari
tempat duduk dan menikmati perjalanan!

Saya maunya seru perjalanan dengan kereta api ini!

Di dalam kereta api, saya duduk terpisah
dengan yang lain. Beberapa kursi di depan ada Bang Emmet, Febri, Kang Didno dan
Dian. Di belakang saya ada Katerina dan Elvina. Di samping kiri, Kang Didno dan
Afit. Dan kawan saya? Adalah seorang cewek yang mendadak menawarkan senyum. 
Afit cekikikan di belakang. Katerina bilang, “Pepet
terus,” yang entah mereka foto candid atau
didiamkan begitu saja. Mereka sukanya begitu, gemar membuat orang senang di
atas penderitaan.
Ini lho di dalam kereta api.
Masinis mungkin sudah membunyikan klakson. Saya
yang gaduh sendiri mencari-cari seat-belt
kemudian geram melihat Afit tertawa. Saya kira benar di tiap kursi ada
sabuk pengaman, rupanya hanya ‘halusinasi’ Afit saja.
Kereta api mulai berjalan dari Stasiun Gambir
menuju perhentian terakhir di Stasiun Bandung, setelah melewati beberapa
stasiun lainnya.
Suara kereta api berjalan mulai bergerak. Tak lama
jalan berliku mulai terasa. Mulailah saya apa
adanya
.
Semula, dalam benak saya
itu naik kereta api kayak kita duduk
manis di dalam pesawat terbang. Nggak ada
goyang-goyang
dan nggak ada ‘tanjakan’
apalagi berliku-liku yang membuat
pusing
.
Setengah jam berlalu, saya
masih menikmati perjalanan. Namun makin jauh berjalan, saya mulai
grasak-grusuk. Pusing dan mual!
Pemandangan dari dalam kereta api.
Niat awalnya saya ingin
sekali menikmati perjalanan, seperti orang lain yang santai saja di dalam
kereta api, hilanglah sudah. Afit sibuk dengan gadgetnya seolah-olah nggak mau kehilangan ‘dolar’ sehari saja. Kang
Didno juga mengetik di laptopnya. Katerina dan Elvina entah ngobrol apa di belakang saya.
Dalam mimpi entah ada
dan tiada. Saya terbangun; lihat sekeliling. Tidur lagi; berharap mimpi indah,
juga tak muncul. Terbangun lagi; pusing lagi. Tiba-tiba, Dian membangunkan saya
yang tidur-tidur ayam jago untuk ke ‘restoran’
kereta api.
Saya lihat Afit sudah
tidak ada di kursinya. Kang Didno terlelap, Elvina juga. Saya mengekor Dian diikuti
Katerina ke restoran. Mungkin ada makanan lezat yang bisa menganjal perut yang
mules. Dan mungkin juga bisa mencairkan suasana hati yang yang sibuk memikirkan
pusing dan mual saja.
Di restoran sudah
ramai penumpang lain. Afit duduk sendiri dengan makanan di mejanya sudah habis.
Kami bertiga ikut memesan dan menyantap menu masing-masing. Di dalam kereta
api, harga makanan jauh lebih mahal dibandingkan dengan di luar sana, sama
dengan di atas pesawat udara.
Tetapi, bukan itu
korelasi yang ingin saya dapatkan. Nggak mau juga ‘pelit’ sekali karena mungkin
ini hanya seumur hidup naik kereta api atau mungkin cuma sekali mau makan di
atas kereta api.
Pemandangan yang
dilewati tidak lagi membuat mules karena kami mengobrol banyak. Cerita ini itu.
Foto, buat video boomerang dan juga
tertawa. Termasuk, belanja di mana nanti di Bandung!
Perempuan itu ke mana-mana tetap cantik ya!
Bang Emmet datang
belakangan, mau makan juga dan tak lupa dirinya buat video seorang diri. Ada pula
seorang bapak dengan santai bekerja dengan laptop di salah satu
kursi restoran.
Hampir satu jam kami
duduk di restoran. Kata Dian dan dibenarkan sama Afit, “Kalau nggak mau diusir,
pesan lagi!” entah kopi atau teh saja nggak masalah.
Selamat menikmati!
Perut saya sudah agak
mendingan. Pusing memang belum berkurang tetapi karena sudah kenyang bawaannya
mengantuk saja. Balik ke kursi, saya langsung terlelap dan baru bangun lima
belas menit hampir sampai ke Stasiun Bandung.
Naik kereta api
pertama sekali dinikmati saja. Lima belas menit pertama untuk dinikmati
perjalanan, lalu tidur sampai bangun lagi lima belas menit sebelum sampai
tujuan. Toh, di tengah perjalanan
cuma itu-itu saja yang dilihat.
Perjalanan 3 jam dari
Stasiun Gambir ke Stasiun Bandung cukup melelahkan. Tetapi karena kursi
penumpang yang nyaman membuat badan tidak begitu sakit. Saatnya kami
berkeliaran di Kota Bandung yang romantis dalam dingin dan melankolis dan
menyikapi perasaan!
Categories
Uncategorized

Bandung Tak Sekadar Cinta Picisan Dilan dan Ide Kreatif Ridwan Kamil

Bermula dari sebuah ucapan, lalu berangkat
kepada keinginan, akhirnya saya sampai ke Bandung. Kau patut mengetahui soal cerita ini, karena memang benar bahwa ucapan,
keinginan, adalah ‘sebentuk doa’ yang
akan dikabulkan kapan-kapan oleh
pemilik jiwa di semesta yang penuh cinta kasih.

Halo-halo Bandung dari Museum Asia Afrika.
Saya tidak begitu mengingat sejak kapan
terucap, “Saya ingin ke Bandung!” atau “Saya akan ke Bandung suatu saat nanti!”
karena waktu terlalu lama mengelabui rasa yang tertinggal dalam kecewa dan
suka.
Mungkin, pertengahan perkuliahan setelah dimulai
pada tahun tsunami Aceh. Mungkin juga, karena faktor ada orang-orang tertentu yang telah ke Bandung dan menceritakan
kepada saya tentang fenomena kota itu.
Dulu, belum terkenal Ridwan Kamil dengan
mahakaryanya, apalagi Dilan yang ceritanya nggak
penting sama sekali untuk orang-orang dewasa bukan budak cinta
. Aroma
Bandung begitu melankolis pada tekstur sejarah dan komposisi orang-orang di
sana yang bersemanyam dalam kelembutan, kehangatan dan tak boleh lupa soal
dinginnya kota penuh seniman itu.
Saya juga tidak mengingat lagi berapakali
mengucapkan keinginan itu kepada kawan-kawan terdekat, dan juga di dalam hati
sendiri. Selalu, saat orang-orang bercerita tentang Bandung hati saya tersayat
sembilu, “Tidak mungkin saya bisa ke sana, dengan keadaan yang serba
berkecukupan,”
Kembali ke ucapan yang dibenarkan menjadi doa,
saya bisa menapak Bandung meskipun lebih sewindu setelah angan-angan itu. Saya
percaya nggak ada yang tidak mungkin, nggak mungkin juga Tuhan mengabaikan
keinginan kecil kita meskipun itu terkesan sangat mustahil.
Naik
kereta api … tut … tut … tut
Siapa
hendak turut
Ke
Bandung … Surabaya…
Siulan saya begitu gembira ketika tiba di
Stasiun Gambir untuk pertama kali. Rombongan kami cuma 13 orang dengan pesona
masing-masing yang tak boleh dilupakan sama sekali. Katerina nggak hanya
sebatas ‘travel blogger’ terkenal
tetapi ‘pengurus’ utama grup kami yang selalu gembira.
Grup kami yang selalu ceria.
Penulis seterkenal Dewi Dedew Rieka dengan
Anak Kos Dodolnya juga ikut rombongan kami. Seperti biasa, meski dirinya telah
melahirkan banyak buku tetapi sifatnya tetap lembut dan membuat kita senang
dekat-dekat dengannya yang kalem.
Ada yang merasa sangat cantik di rombongan
kami, Primastuti Satrianto, ke mana-mana selalu selfie, nggak kenal arang-melintang, dingin Bandung maupun Kereta
Api lewat dengan bunyi klaksonnya membahana.
Hacker dan gamer cewek yang selalu
disebut sok imut, Elvina, nggak pernah mau ditinggal di hotel sendirian dengan
alasan masih anak mami. Sebenarnya, kalau sedang bermain game, dirinya bisa lebih garang dari suara kakak tua di malam hari.
Dan, peramal masa depan kami yang tak boleh
ditinggalkan begitu saja, Dian Radiata, yang telah melanglang buana dengan
ransel di pundaknya. Katanya sih,
bisa melihat yang aneh-aneh di sekitar kami tetapi karena tawa yang menggelora
tak pernah padam makanya ‘hal aneh’ itu tak pernah terceritakan.
Bagaimana dengan cowok-cowok keren dalam grup
kami ini? Ada karyawan televisi yang sama-sama penggila Korea seperti saya,
Maseko. Namanya sih Eko Yudistira tetapi
kurang senang dipanggil Mas Eko. Dirinya juga pecinta kopi Aceh yang hampir tiap
meet-up saya bawa ke Jakarta.
Bapak guru Didno nggak bisa saya lewatkan
begitu saja. Sikapnya yang tenang selalu membuat nyaman berada di dekatnya. Tapi
jangan salah, urusan menulis blog
meski sibuk bapak guru kita ini sangat produktif.
Ada Febri dan Aditya yang berbeda di antara
keduanya. Febri seorang perawat yang suka review
 smartphone,
Adit seorang karyawan swasta yang merangkap jadi fotografer dan bahkan sesekali
model yang baik dengan gayanya yang lepas.
Di antara kami, aktor utama nggak boleh
dilupakan begitu saja. Afit yang selalu menarik perhatian, bukan karena
fisiknya yang menarik tetapi pesona lain dalam dirinya yang membuat kami ingin
dekat-dekat terus dengannya. Kalau ada ‘maunya’ kami akan merangkul Afit ke
mana-mana.
Travel
blogger
terkenal lain, Deddy Huang, dengan story telling yang baik dan selalu suka
membaca tiap tulisannya. Gayanya yang khas membuat suasana di rombongan kami
makin lengkap.
Saya tentu tak boleh lupa ‘si bos’ yang ngekor bersama kami, Bang Emmet, yang ke
mana-mana suka makan untuk kepentingan channel
YouTube-nya yang makin ramai pengikut.
Jalan Braga juga terkenal bukan?
Kereta Api melaju kencang karena memang maunya begitu. 

Tiba di Bandung….

Dengan kepala pusing dan perut mual. Saya kira,
naik kereta api itu sangat santai sekali tetapi rel kereta yang melingkar bagai
ular, pemandangan di luar yang cepat sekali berbeda, membuat perut saya tidak
bisa bersahabat.
Sepanjang jalan saya lebih banyak tidur
daripada menikmati pemandangan di sekitar. Waktu 3 jam berlalu dengan sangat
lama – memang lama jika mau dihitung
pakai rumus fisika
. Begitu sampai di Bandung, “Akhirnya…!”
Usai sudah penantian. Habis sudah halusinasi
tentang Bandung yang selama ini cuma dilihat dalam sebentuk mimpi dan aroma
televisi.
Meski sore sampai di Bandung tetapi aromanya
tetap terasa dingin. Hiruk-pikuk di Stasiun Kereta Bandung terasa sekali. Mungkin
ada yang ke Jawa ataupun Jakarta.
Saya sudah tidak sabar untuk segera menikmati
Bandung yang diidam-idamkan sejak dulu. Mau
ke mana
memang nggak tahu. Saya ikut guide
yang entah siapa dalam rombongan kami. Tapi yang pasti, beberapa kawannya
Katerina telah menawarkan makanan lezat untuk kami cicipi.
Bergegas check-in
dan mulai menelanjangi Bandung yang penuh dengan bangunan tua. Jalanan yang
sedikit lengang diikuti oleh bangunan bergaya Eropa tetapi dengan warna cat
yang memudar. Nilai seni tinggi yang tidak dibuang sama sekali.
Tiap tikungan jalan yang kami lewati, adalah
arsitektur zaman dulu dengan gagahnya. Tiap sudut adalah kesibukan yang
menebarkan seniman-seniman berbagai keahlian. Sore menjelang malam, para
seniman ini sibuk bersolek – menjadi hantu atau tokoh superhero – untuk mendapatkan rupiah sampai tengah lama – mungkin juga
dini hari.
Dari siang mereka sudah memakai make-up untuk jadi ‘hantu’ malam hari.
Benar kata orang, di
Bandung nggak cuma jaket murah dan bagus 100 ribuan saja tetapi penginapan
murah
juga banyak sekali. Sejarah yang dipadu dengan kehidupan sosial juga
mudah didapatkan di kota ini.
Tamu negara dalam
pelaksanaan Konferensi Asia Afrika pertama menginap di salah satu hotel di Jalan
Asia Afrika
. Bicara jalan kenamaan ini, bukan saja soal Museum Asia Afrika
semata tetapi panorama alam, kesibukan, bangunan-bangunan tua maupun ornamen
khas Bandung yang begitu melekat padanya.
“Dan Bandung bagiku bukan cuma masalah
geografis, lebih jauh dari itu melibatkan perasaan, yang bersamaku ketika
sunyi!” kata Pidi Baiq
.
Seniman yang sangat dihargai di Bandung.
Dan memang benar, tiap
sudut Kota Bandung adalah ‘sesuatu’ yang sulit sekali dilupakan. Perpaduan sejarah
dengan gaya modern yang eksotik. Tempat nongkrong yang asyik maupun suasana
kotanya yang bersih.
Hampir di tiap
bangunan adalah bahasa Belanda yang tidak saya tahu artinya. Tidak saja cat
yang memudar namun jendela, pintu sampai atapnya adalah ciri khas yang terlupa
dari sejarah panjang kemerdekaan negeri ini.
Ini bangunan tua di Bandung.
Tiap ‘nama’ dalam Bahasa Belanda.
Di beberapa dinding
kota, terdapat lukisan yang menarik untuk sekadar berfoto. Lukisan ini beragam
temanya, misalnya berdaya India yang melambangkan bahwa kota ini sangat ramah
dengan suku bangsa lain yang singgah ke sini.
Namaste!
Masjid Raya Bandung
yang berada di Alun-alun Kota Bandung menjadi perhatian bersama. Begitulah
nilai seni dalam kuadran tinggi. Mungkin di tempat lain nggak terpikirkan untuk
membuat rumput buatan. Namun ini Bandung, ‘miliknya’ Ridwan Kamil dengan ide
kreatif di dalam dirinya.
Rumput buatan itu
menarik perhatian saya. Anak-anak dan orang tua bermain di atas rumput buatan
itu. Sangat bagus untuk pemandangan di halaman masjid yang sejuk – sayangnya karena
keterbatasan waktu kami tidak sempat masuk ke dalam masjid ini.
Alun-alun Kota Bandung.
Tokoh sejarah penting dengan
catatan kaki di masing-masing nama adalah bagian terpenting yang tidak boleh
dilupakan. Nama-nama ini tercatat rapi di dinding maupun di tengah ruang Museum
Asia Afrika.
Banyak gambar tokoh di dalam Museum Asia Afrika. 
Selesai sidang pertama kami di Museum Asia Afrika.
Tiap kenangan hanyalah
waktu yang membuatnya indah. Demikian juga Paket Wisata
Bandung
yang tidak semudah itu untuk melupakannya. Tiap
sendi dalam sejarah Indonesia adalah Bandung sebagai penengah segala rasa.
Salah satu bangunan yang menarik perhatian; ini adalah masjid di Bandung.
Wajar jika banyak
orang ingin ke Bandung karena cita rasanya berbeda. Banyak sekali seniman lahir
dari Kota Bandung. Banyak pula kenangan untuk segenap perjuangan yang telah
dilalui oleh orang-orang sebelum kita. Berwisata ke Bandung bukan sekadar
untuk, “Ke negeri Dilan!” atau “Mau melihat mahakarya Ridwan Kamil!”
Mau keliling Kota Bandung dengan ini?
Tetapi, tentang
sejarah, tentang seniman di tiap sudut kota, maupun tentang rindu pada suatu
masa sebelum merdeka. Jika kau mungkin
ke Bandung suatu ketika, sampaikan rindu saya kembali kepadanya. Mungkin bersua
atau tidak, kita hanya setumpuk asa yang melankolis dalan gelora.
Bandung adalah kota seniman!
Cerita saya tentang
Bandung belum sepaket lengkap. Masih tersimpan potongan puzzle di sudut hati lain, belum beranjak pergi atau mungkin telah
dilupa. Mungkin nanti, saya akan menceritakan kembali bila rindu datang
menghampiri!
Categories
Uncategorized

Langkah Gagah Menuju Gemerlap Macau

Anda pernah menonton film
Asia populer dan terlaris perpaduan aktor dan artis Mandarin dengan Korea
Selatan? Film ini mengantarkan Kim Soo Hyun sebagai salah seorang aktor yang
paling ditunggu, tentu saja setelah drama seri My Love From the Star yang cukup fenomenal.

Di film ini, Kim Soo Hyun berperan sebagai
Zampano, bersama Jun Ji Hyun yang berperan sebagai Yenicall mereka memadu film
mafia khas negeri Tiongkok menjadi suguhan menarik.

Film ini berkisah tentang
segerombolan pencuri profesional yang mengejar permata milik seorang ratu judi dan
pengejaran mereka sampai ke casino-casino
judi di Macau. Nah, saya tidak sedang mengulas tentang The Thieves maupun biografi Kim Soo Hyun atau Jun Ji Hyun
yang menjadi sepasang kekasih di drama alien tersebut.

Gondola Macau.

Karena film ini pula
saya kembali tergiur dengan suasana Daerah Administratif Khusus Republik Rakyat
Tiongkok (dulu Republik Rakyat China). Saya pun mencari banyak referensi
mengenai Macau, termasuk bagaimana kisah mafia di casino judi dan tempat-tempat wisata menarik yang pantas dikunjungi
selama di sana.

Macau merupakan kota dagang yang cukup populer bagi
kalangan penjudi kelas dunia. Sebutan daerah bebas memang layak untuk negara
bagian Tiongkok yang terletak di 70 kilometer barat daya dari Hong Kong dan 145
kilometer dari Guangzhou.

Pemerintah Macau sendiri sudah menghalalkan perjudian di daerah mereka sebagai devisa negara. Sebagai
Daerah Administratif Khusus, Macau memiliki wewenang sendiri dalam mengatur
tata negara.

Ingat Macau, ingat
judi dan ingat mafia. Namun sesungguhnya Macau tidak hanya menyimpan arena judi
saja. Sebagai pelancong yang memiliki dompet pas-pasan maupun masih memegang
teguh ajaran agama terhadap larangan judi, kita bisa menghindar dari arena
panas membara tersebut.

Macau menyimpan segudang pengharapan hidup bahagia
melalui tata letak kota yang indah dan beragam suguhan budaya maupun kuliner
memikat. Memang, The Thieves tidak
menggambarkan secara mendetail perkotaan mewah Macau, film ini lebih fokus pada
aksi judi dan perkelahian khas mafia. Setidaknya, film ini mampu menarik minat
saya untuk mendalami keindahan Macau dengan segenap kebudayaan daerah bekas
jajahan Portugis ini.

Museum Macau
Jika ingin mengenal
suatu daerah, datanglah ke tempat penting di daerah tersebut. Begitu juga
dengan saya, kesempatan mengenal Macau adalah berkunjung ke Museum Macau yang
terletak di Monte Fortress, Praceta do Museu de Macau nomor 112.

Museum Macau
dibuka mulai pukul 10 pagi sampai 6 sore waktu setempat setiap hari kerja
kecuali Senin. Museum Macau merupakan salah satu tempat yang menginformasikan
mengenai kebudayaan daerah ini. Museum tersebut dibangun pada tanggal 18 April
1998 dengan arsitetur bangunan khas Eropa (Portugal/Portugis).

Layaknya sebuah museum
maka tempat ini adalah pilihan utama. Saya termasuk orang yang tidak ingin
berjibaku dengan banyak teori. Bagi saya, museum adalah tempat untuk menyelami
keindahan masa lalu. Walaupun belum pernah masuk ke dalam museum ini, tempat tersebut
tetaplah hunian informatif yang sulit ditinggalkan.

Mempelajari banyak hal dari
museum akan terasa lebih mudah bagi saya di mana masih kurang bisa beradaptasi
dengan bahasa setempat. Segala sesuatu yang berkenaan dengan sejarah kota
metropolitan ini akan terekam di dalam museum dan saya akan menelaahnya melalui
foto maupun audio visual.

Memang, saya pernah
mendengar sebuah filosofi; jika ingin
mempelajari suatu bangsa, maka pelajari bahasa mereka
. Seandainya saya bisa
berbahasa mandarin tentu saja sejarah atau pun peradaban di Macau akan lebih
enak didengar saja dari masyarakat setempat.

Rasanya, tidak elok berandai-andai
dan harus bisa berbahasa mandarin dalam waktu singkat. Sebagai pelancong,
menikmati suguhan kota penuh godaan adalah rasa syukur yang tak terkira. Jika
saya diizinkan ke sana.

Menara Macau
Berada di Macau, saya
tidak bisa berdiam diri dan absen dari menara dengan ketinggian 338 meter. Dari
menara yang dibuka untuk pelancong semenjak 19 Desember 2001 kita akan dapat
menikmati udara dan keindahan Macau secara keseluruhan.

Ini sangat penting bagi
saya, dari atas menara tidak hanya satu bangunan mewah saja yang terekam
melainkan ratusan bahkan ribuan bangunan dan perumahan, panorama alam sampai
lautan lepas bisa terekam dengan mata telanjang.

Tak seperti menara lain,
Menara Macau (Macau Tower) juga
menyediakan restaurant maupun bioskop yang menambah daya tarik wisatawan.
Biasanya, saat berada di suatu menara, berada di puncaknya hanya untuk merekam
jejak suatu daerah dari ketinggian.

Macau Tower.

Pada ketinggian 223
meter terdapat restaurant yang berputar. Suguhan yang menarik bukan? Berperang
dengan nyali dan berharap makanan terasa lezat dalam posisi duduk menghadap ke
arah berbeda selama di sana tentu saja membuat saya ingin mencoba fenomena baru
ini. 


Dari restaurant berputar ini pula setiap sudut kota dapat dilihat hanya
dalam posisi duduk yang sama. Tidak ada yang tak mungkin untuk dapat
mengabadikan selembar kenangan di atas menara beralamat di Largo da Torre de
Macau.
Air Mancur Maya Danau Nam Van
Air mancur? Jujur
saja, saya belum pernah melihat air mancur dengan penampilan memikat selain air
terjun di beberapa daerah di Aceh. Pemerintah Macau punya cara tersendiri guna
menarik wisatawan menikmati malam-malam indah di sana.

Air Mancur Maya di Danau
Nam Van, merupakan keindahan tak terkira yang telah disulap Pemerintah Macau.
Air mancur ini berseberangan dengan Kantor Pusat Pemerintah Macau. Dan tidak
mungkin kita meninggalkan pertunjukan yang diadakan setiap Sabtu dan Minggu
pukul delapan sampai sepuluh malam waktu setempat.

Pertunjukan ini juga bisa
dinikmati pada setiap hari penting seperti Tahun Baru, Tahun Baru China, Hari
Natal dan lain-lain. Air mancur ini menjadi indah karena pancaran laser yang ditembakkan
pada 86 air mancur dan diterangi 288 lampu sorot berwarna.

Air tertinggi yang
dipancarkan dari air mancur ini adalah 80 meter. Pemandangan yang tidak akan
mampu dilukiskan dengan kata-kata selain melihat langsung dan menikmati hawa
dingin di dekat air yang jatuh kembali ke bumi setelah ditembakkan ke udara.

Taman-Taman Indah di Macau
Saya suka bunga! Kesukaan
inilah yang menjadi sebuah alasan saya ingin berkunjung ke taman-taman di
seluruh dunia, kesannya terlalu berlebihan memang, tapi sebuah mimpi bisa saja
terjadi.

Setiap taman yang ada di Macau memiliki sejarah tersendiri dan saya
tidak akan mampu menjangkau ketujuh belas taman di Macau seperti yang terdapat
di laman Macau Government Tourist. Berikut ini taman-taman yang menarik minat
saya meninggalkan jejak di sana.

Taman Flora. Sekilas taman ini merupakan perpaduan benda hidup
dan mati. Di taman yang beralamat di Avenida do Sidonio Pais dihuni oleh palem
dan sejenisnya, taman burung, kebun binatang, dan tentu saja menuju puncak
tertinggi di Macau, yaitu Bukit Guia.
Taman Carmel. Masih di kawasan Avenida do Sidonio Pais, taman ini menyuguhkan pemandangan yang
lebih apik. Taman yang ditata khas Eropa tersebut menyuguhkan taman bunga untuk
mencapai sebuah patung kepahlawanan.
Taman Alto de Coloane. Pada dasarnya taman ini bukanlah memberikan
mata sejuk dengan beragam bunga. Taman yang berada di Estrada do Alto de
Coloane merupakan taman yang terletak di ketinggian 170 meter.

Di taman ini
berdiri patung kebanggaan nelayan dan pelaut setempat, Coloane Peak. A-Ma.
Patung ini merupakan ikon khusus bagi mereka dan selalu dibanggakan. Dari taman
ini pula akan terlihat laut paling fenomenal, Laut Cina Selatan, yang selama
ini gaungnya hanya pernah saya ketahui dari pemberitaan media maupun film.

Rumah
Panda
Panda. Binatang besar
namun menggemaskan ini tentu saja tidak mungkin dilewatkan begitu saja untuk
tak menyentuhnya. Macau sendiri memiliki kecintaan terhadap binatang yang memiliki
warna bulu putih dan hitam ini.

Terletak di Seac Pai Park Van, berdiri Anjungan
Giant Panda Macau. Anjungan ini merupakan kediaman panda-panda berbentuk kipas
berdiameter lebih kurang 3000 m2. Anjungan panda ini dibuka setiap
hari kecuali Senin mulai pukul 10 pagi sampai 5 sore.

Sama halnya dengan
tempat peristirahatan binatang lainnya, rumah panda ini pun menyediakan
fasilitas memadai dalam mendukung kelangsungan hidup habitat yang ramah dengan
manusia ini. Di dalam anjungan terdapat sarang panda, bambu, ruang persiapan
pakan, gudang pakan dan lain-lain.

Anjungan ini juga memiliki tempat indoor dan
outdoor serta arena pameran berdiameter 900 m2. Berminat melihat
gelagat panda? Tidak ada salahnya jika tempat ini masuk ke dalam daftar perjalanan
Anda selama di Macau!

Kuliner Macau
Sebagai daerah tujuan
wisata, Macau menyuguhkan segala permintaan pelancong dengan manja. Santapan khas
maupun santapan internasional sangat wajib dihidangkan di berbagai tempat. Ada banyak
makanan di Macau dan kita bisa memilih sesuai selera masing-masing.

Di antara
banyak makanan di sana, saya ingin mencicipi dua masakan khas yaitu Ayam Afrika
dan Udang Chilli Macau. Aroma makanan yang merupakan perpaduan lintas budaya
tersebut tak lain adalah ciri khas yang ditawarkan kepada penikmat kuliner.

Tertarik
mencoba? Makanan ini bisa masuk dalam kategori pilihan bagi saya yang tidak
dibenarkan menyantap makanan beraroma daging babi, alkohol dan sejenisnya. 

Souvenir
Berkunjung ke suatu
daerah lalu membawa pulang oleh-oleh sudah menjadi kewajiban tak tertulis. Selama
di Macau, ada beberapa tempat yang bisa Anda kunjungi untuk memburu cendera
mata. Pilihan terletak pada diri sendiri, menyukai tempat berbelanja modern
atau tradisional
Saya sendiri lebih
menyukai yang tradisional. Dengan berbagai alasan tentunya. Adalah Desa
Taipa Tua yang wajib masuk dalam daftar kunjungan untuk menghamburkan
tabungan selama di sana. Tempat ini akan menawarkan berbagai makanan ringan,
kue tradisional maupun pernak-pernik ringan lainnya yang akan diminta oleh
kerabat begitu kembali ke tanah air.
Masjid
Macau
Bagi saya – mungkin juga
bagi seluruh umat muslim lainnya – tempat paling indah dan nyaman di dunia ini
adalah masjid. Tujuan terakhir selama di Macau adalah mengikuti jejak peradaban
Islam di sana dan menunaikan dua rakaat shalat sunnah di masjid tua yang sudah
berdiri sejak tahun 1980. Masjid Macau berdiri di Ramal dos Mouros yang
menghadap ke Macau Ferry Terminal Harbour Outer.
Langkah terakhir ke
dalam teduhnya masjid menjadi rasa syukur tak terkira telah menginjakkan kaki
di tanah penuh peradaban.
Naik gondola di Macau

Macau, Daerah
Administratif Khusus Tiongkok tak selamanya kelabu. Biarkan saja
mereka mengais rejeki dengan berjudi. Biarkan
saja
mereka memanjakan batin dengan
sentuhan badan. Dan biarkan
kita
menikmati pemandangan apik negara bagian ini, karena mata dan rasa tak pernah
melupakan kenangan dari masa ke masa! 

Categories
Uncategorized

Beli Tiket Bus Damri Semudah yang Diinginkan

Tiap akhir tahun pelajaran, mendekati ujian akhir sekolah,
anak-anak biasanya sudah memiliki rencana mau
ke mana
atau ngapain untuk
membuat kenangan sekolah lebih seru. Kebanyakan anak sekolah, tidak mau
melewatkan masa-masa ini karena memang perpisahan
yang tak diinginkan.
Libur sekolah dengan bus damri – suaramerdeka.com
Biasanya, rencana seputar liburan bareng atau tur ke tempat wisata menjadi pilihan terbaik. Rencana yang
disusun sejak awal, diikuti oleh uang kas yang cukup, tak tertutup kemungkinan
banyak sekali destinasi wisata yang bisa dikunjungi. Liburan akhir sekolah yang
menyenangkan bisa ke luar negeri maupun di dalam negeri. Jika rencananya di
dalam negeri saja, maka hal penting yang mesti diperhatikan adalah Beli
Tiket Bus Damri
jauh-jauh hari.
Kau pasti pernah
merasakan hal serupa di masa-masa sekolah. Naik damri saat tur wisata, terus
merasakan tawa yang menggetarkan kenangan, pemandangan yang bikin takjub dan juga ragam tabiat
teman-teman selama perjalanan.
Ada yang tidur sepanjang jalan. Ada yang dengerin musik saja. Ada yang bermain gitar
di kursi paling belakang. Ada yang cerita tak kunjung henti. Ada pula yang
makan tak pernah habis lalu tak lama dimuntahkan kembali.
Damri perjalanan tur wisata akhir sekolah sangat dinantikan
banyak orang. Anak-anak yang belum pernah menikmati perjalanan jauh tentu saja
sangat senang. Bisa disebut naik damri bersama teman-teman dalam waktu lama
adalah sepotong kenangan yang akan mereka tinggal sepanjang masa.
Bicara masa-masa sekolah tak akan mungkin lupa tentang sebuah damri. Sejak sekolah
dasar sampai menengah atas – bahkan kuliah nanti. Kisah naik damri tetap
menjadi cerita yang menarik untuk disampaikan ke anak-cucu.
Anak-anak sekolah saat ini memang telah memilih untuk
liburan akhir sekolah ke destinasi menarik. Bukan sekadar melihat pemandangan
dan bersenang-senang semata namun mereka juga ingin rehat sejenak sebelum ujian
akhir.
Kembali ke cerita naik damri. Saya tentu saja telah melihat
banyak sekali perangai anak-anak selama dalam perjalanan. Tiap tahun dengan
anak yang berbeda; lain pula ceritanya. Anak-anak yang biasanya periang bisa
berubah menjadi diam seribu bahasa saat di dalam damri, alasannya takut muntah.
Lain pula dengan anak-anak yang biasanya nggak banyak makan,
di dalam damri nggak mau berhenti makan karena jika mulutnya berhenti mengunyah
akan mual. Di sisi belakang damri, selalu dihuni oleh anak-anak yang suka main
gitar. Herannya, meskipun mereka hampir tak berhenti bermain gitar bergantian,
anak-anak lain dari kursi belakang sampai ke depan tidak merasa terganggu.
Bahkan, ada anak yang sama sekali tidak terbangun meskipun
suara ribut di dekatnya. Anak dengan tabiat ini di dalam damri biasanya harus
dibangunkan begitu tiba di tempat istirahat atau sudah sampai tujuan. Lucunya lagi,
anak yang tidur sepanjang jalan ini pula yang nantinya – seolah-olah – mengerti
sekali perjalanan yang bagus dan tikungan mana yang berbahaya.
Anehnya, tebakan anak tidur ini biasanya benar. Entah dirinya
benar-benar pulas di dalam damri atau pura-pura memejamkan mata agar tidak
pusing. Yang nggak boleh dilupakan adalah anak-anak ‘antimo’ dengan alasan tanpa
obat perjalanannya sukar.
Anak-anak ‘antimo’ ini biasanya ramai dan memang dianjurkan oleh
guru untuk meminumnya. Mungkin, guru juga tidak mau kerepotan mengurus
anak-anak yang ramai muntah sepanjang perjalanan. Mungkin juga untuk ‘menidurkan’
beberapa anak agar tidak terlalu ribut di dalam damri, yang menganggu
konsentrasi sopir.
Suasana di dalam damri yang diisi anak-anak akan sangat
berbeda dengan suasana dengan damri yang membawa orang dewasa. Orang dewasa
biasanya cuma beberapa saja yang berbicara, namun damri anak-anak hampir tak pernah
sepi dari percakapan ini itu.
Begitulah damri yang selalu penuh warna jika membawa
anak-anak sekolahan. Mau damri harian maupun carteran, anak-anak selalu punya
cerita yang ‘wajib’ disampaikan pada saat itu pula.
Bagaimana dengan kisah damri di sudut kota lain? Mungkin kau juga akan membeli tiket bus damri
beberapa pula lagi, mau menuju kampus atau berlibur bersama teman-teman. Selagi
masih ada waktu, kenapa nggak direncanakan saja liburan akhir sekolah ke mana
dengan damri yang penuh nostalgia!