Categories
Uncategorized

Cerita Wanita Hamil Dicerai Suami Jelang Operasi Caesar

 

Cerita Wanita Hamil Dicerai Suami Jelang Operasi Caesar
Ilustrasi wanita yang menunggu kabar dari suami – vemale.com

Kumulai
cerita ini saat anakku, Nabila, berumur enam tahun. Anak yang malang, manis,
bergairah dalam mengerjakan segala sesuatu, bersenang-senang dalam harinya. Ia
sama sekali tidak tahu permasalahan yang menimpa orang dewasa. Ia hanya tahu
bermain dengan santai, bersama sepupunya, Faiz, anak adikku yang hidup bahagia
bersama suaminya.

Baca Juga 

Inilah Daerah yang Jadi Kiblat Pariwisata Indonesia

Dan
aku?
Malang
tak kunjung usai. Pernikahan yang kujalani sangat bahagia di awalnya. Awal yang
hanya berumur pendek. Seumur jagung kata orang-orang. Aku berkenalan dengan
Candra saat kami masih aktif di lembaga swadaya masyarakat. Candra begitu
perhatian kepada wanita ini, wanita yang semula nggak peduli dengan kehadiran Candra
lebih dari seorang teman, wanita yang menyebut dirinya begitu egois karena
merasa pria hanya akan mempermainkannya, wanita ini yang bernama Nana. Itulah
aku.
Pernikahanku
dengan Candra berlangsung cepat. Cinta yang singkat terjadi antara aku dengan
Candra. Candra terlahir dengan watak periang. Di mana ada Candra dunia
seakan-akan hidup dalam gairah kembang api. Adat-istiadat pun digelar saat
pernikahan kami. Kedua belah pihak meramaikan suasana hari bahagia tersebut. Aku
cukup merasa satu hal, bahwa tiada hari selain itu untuk membuatku benar-benar
bahagia.
Aku
butuh seorang pria! Akhirnya aku berani mengutarakan ini saat Candra
menggenggam erat tanganku. Rona bahagia tidak hanya milik kami berdua. Bahagia
milik semua orang yang mengantar bahtera rumah tangga kami menuju kemenangan
yang didiam-idamkan semua orang.
Pikiranku
selalu positif terhadap kehidupan yang hadir sebagaimana mestinya. Aku tidak
menolak kehidupan menjadi tidak normal karena hidup ini memang demikian adanya.
Cekcok antara aku dan Candra mulai terjadi begitu usia pernikahan kami masuk
dua bulan. Candra lebih sering menghabiskan waktunya di luar rumah, di warung
kopi bersama teman-temannya, berbicara panjang lebar tanpa peduli urusan rumah
tangga. Waktu itu, kontrak kerja Candra telah berakhir dan di wajahnya
kelihatan beban yang berat. Aku tidak mempersoalkan masalah itu. Aku masih bisa
hidup saja bersamanya lebih dari cukup. Candra tidak demikian. Lepas dari
pekerjaan itu, ia tidak lantas mencari pekerjaan yang lain. Aku tidak bisa
berpangku tangan begitu saja. Rumah tangga kami benar-benar harus bertahan
sampai di mana mauku dan Candra.
Empat
bulan pernikahan, aku hamil. Wajah Candra biasa-biasa saja. Aku nggak mau ngurusin
beban yang ada di pikiran Candra karena baru setelah menikah aku paham betul tabiatnya.
Dari luar Candra boleh saja ceria, dari dalam batinnya tertekan entah karena
apa. Ada rahasia yang mungkin saja Candra tidak mau membaginya denganku. Wanita
yang telah ditidurinya dan sebentar lagi akan melahirkan anaknya.
Kehidupan
rumah tanggaku tidak bagai dalam kapal pecah. Tetapi kapal yang sedang
membawaku dan Candra bisa saja karam tak sepengetahuan kami. Bisa juga diamuk
badai kencang sehingga tali-temali lepas dan aku terpelanting ke dasar lautan.
Sikap
Candra biasa-biasa saja. Candra lebih banyak diam daripada menyampaikan
unek-unek di dalam pikirannya. Pagi hari Candra selalu berangkat. Malam baru
pulang. Aku tidak mengubris karena kupikir Candra butuh ketenangan. Aku
menyiapkan semua kebutuhan Candra di sela-sela kesibukan di pekerjaan yang baru
dan masa-masa kehamilan yang sulit.
Aku
baru merasa hatiku perih saat Candra tidak mau menemani check-up  ke dokter di usia kandungan masuk tujuh bulan.
Candra terlalu egois dalam diamnya dan melakukan sesuatu di luar batas
kemampuanku untuk menggapainya. Aku mau Candra berbicara, memberi alasan,
sepatah kata saja. Tetapi Candra tidak mau membuka suara sampai aku lelah
menghardiknya dengan kata-kata pedas sekalipun.
Candra
diam.
Aku
frustasi.
Baca Juga 

Mengapa Aceh Layak Bawa Pulang Piala Wisata Halal Dunia?

Rasanya,
aku tidak ikhlas mengandung anak dari pria yang entah sedang berada di langit
mana saat bersamaku. Tak ada guna aku mencak-mencak meminta kepastian dari pria
itu, tentang sesuatu yang aku bingung menjelaskannya. Aku nggak paham masalah
apa yang mendera Candra sampai dirinya benar-benar berlaku demikian.
Aku
butuh manusia bersuara. Aku butuh alasan. Katakan. Tapi Candra tetap diam. Sampai
semua menjadi sangat kalut di usia kandungan lebih sembilan bulan. Tinggal
menghitung hari aku akan melahirkan. Beban di pikiranku sama sekali tidak
berkurang. Beban itu bertambah parah begitu aku mengetahui Candra
mengabaikanku.
Candra
tidak pulang sudah lebih tiga hari. Aku melapor kepada dua adik laki-laki. Aku
meminta mereka mencari Candra. Berulangkali pula aku menghubungi nomor ponsel
pria itu. Suara operator menjawab dengan manisnya. Aku mengeluarkan
teriakan-teriakan tak tentu tujuan. Tetangga berdatangan. Ibu menangis
tersedu-sedu. Aku tidak tahu apa yang mesti kulampiaskan. Aku gagal memahami
salah di dalam diriku.
Teriakanku
semakin menggelegar saat kedua adik tidak menemukan posisi Candra. Pria yang
telah enggan kusebut suami. Sikap manisnya tak lagi terbayang di dalam benakku.
Suaranya tak pernah lagi terngiang di pikiranku. Caranya berpakaian telah
hilang dari penglihatanku. Caranya makan membuatku enggan menyentuh piring.
Candra
telah lenyap. Kedua adikku bela-belain diri datang ke rumah Candra yang
jaraknya ratusan kilometer. Keduanya membawa pulang kabar duka. Lebih baik aku
mati suami daripada ditinggal pergi. Keluarga Candra juga tidak mengetahui di
mana dan ke mana anak mereka pergi. Dunia rasanya telah kiamat. Tetapi aku
tidak bisa mati. Kontraksi di dalam perutku tak jadi-jadi. Sakit tiada tara. Hatiku
panas. Amarahku memuncak. Pada siapa aku meminta pertolongan. Aku malu!
Keluarga
melarikanku ke rumah sakit. Aku butuh oksigen tambahan. Aku butuh pertolongan
untuk melahirkan bayi ini. Aku tak dapat melahirkan normal dalam kondisi
setengah gila. Rambutku acak-acakan. Badanku panas mendidih. Napas tersengal-sengal.
Tangan keram. Kaki keram. Pikiran mengawang-awang. Suara menyebut-nyebut entah
apa.
Lima
menit sebelum aku masuk ke ruang operasi, kusempatkan diri membuka ponsel. Kupanggil
nomor Candra. Suara tersambung. Hatiku mulai sedikit tenang. Hingga panggilan
terputus Candra tidak mengangkat telepon dariku. Kuulang sekali lagi. Tetap
sama. Sekali lagi. Ditolak. Sekali lagi. Ditolak kembali.
Dan,
sebuah pesan masuk setelah itu.
Aku ceraikan kamu mulai hari ini, Nana!
Kepalaku
meledak. Aku meraung-raung. Ponsel berpindah tangan ke adik perempuanku. Perutku
perih luar biasa tetapi bayi itu tak juga mau keluar. Aku dilarikan ke ruangan
operasi. Aku tak sadar diri setelah itu. Entah karena pingsan. Entah karena
telah dibius untuk kebutuhan operasi.
Aku
terbangun dalam remang. Aku bersyukur jika telah mati. Tetapi suara bayi
menangis di sampingku membuat rasa syukur itu kutarik kembali. Bayi itu dipeluk
Ibu dengan hangat. Aku iba kepada bayi itu. Kasihan kepadanya yang tidak
bersalah.
Enam
tahun ini, aku tidak pernah mencari Candra. Tidak pernah kukabari apapun
tentangku kepada keluarganya. Walau kemudian keluarga Candra ada yang datang
meminta maaf. Aku diam seperti diamnya Candra saat bersamaku. Aku tidak tahu di
mana dan apa dan mengapa dan seterusnya, salahku kepada Candra. Aku bagaikan
pesakitan yang duduk di bangku merah untuk di sidang. Aku seperti dituduh telah
berbuat jahat dan akan segera divonis mati atas perbuatan yang tak pernah
kuperbuat sebelumnya.
“Aku
tak pernah akan menerima kepulangan, Candra!”
Tiap
kali ada yang tanya. Teman-teman yang kasihan kepadaku. Tetangga. Siapa pun.
Jawaban ini kuberi sebagai penegasan bahwa sakit hatiku kepada Candra teramat
lebih dalam dari yang dibayangkan orang banyak.
Hubunganku
dengan Candra bukan cinta satu malam. Aku istri. Aku menikah dengannya. Bagian
mana yang membuat Candra tidak siap menerimaku, aku tidak tahu. Candra datang
dengan berani mengatakan cinta lalu pergi sebagai pengecut setelah menabur
benih.
Aku
seorang wanita. Aku berhak bahagia bagaimana pun definisinya!
***
Mengapa Saya Menulis Kisah ini?
Dia
tidak memaksa menulis tentang ini, dia hanya meminta berulangkali. Dan,
untuknya terima kasih telah berbagi.
Saya
tahu, sebagaimana orang-orang di lingkungan kami tahu kisah ini. Tetapi tidak
ada yang mencemooh bahkan sampai melempar telur seperti dalam drama televisi. Drama
yang dialami wanita ini cukup perih untuk saya jabarkan menjadi sebuah kisah,
apabila dilihat sendiri.
Wanita
ini tegar dalam segala sisi. Dia melupakan semua masalah suaminya yang pengecut
dan memulai yang baru sebagai orang tua tunggal. Wanita ini telah membuang luka
di kolong yang orang lain tidak tahu.
Kisah
ini bagian dari kehidupan yang enggan orang bicarakan karena berlaku universal.
Tidak hanya wanita ini yang mengalami hal serupa. Banyak wanita lain yang
mengalami persoalan demikian namun tetap berangkat kerja untuk memenuhi
kebutuhan. Kasihan tentu saja. Membantu sejauh mana kita sanggup. Semua orang
punya kehidupan masing-masing dan bantuan sesekali nggak pernah cukup. Salut
saya kepada wanita dalam kisah ini adalah tidak mengiba. Dia bekerja keras
walaupun suaminya telah pergi. Jika ia meraung terus-menerus, anaknya tak akan
ubah seperti dirinya yang menderita sepanjang waktu.
Tidak
mudah memulai kembali kehidupan yang kacau. Pernikahan yang semula ingin
bahagia malah terbengkalai karena sifat egois dari seorang saja. Bagi saya,
wanita ini tidak bersalah. Justru pria yang menjadi suami wanita ini yang harus
duduk di bangku persidangan. Alasan apa sampai meninggalkan istri sedang hamil?
Sudah punya wanita lain? Tidak puas? Tidak bahagia?
Wanita
ini butuh alasan lho. Dia ditinggal karena apa. Sampai kisah ini saya
tulis wanita ini belum mengetahui alasan pasti. Dia memang tidak menghubungi
bekas suaminya. Pria itu juga tidak mencoba menghubungi terlebih dahulu,
sekadar minta maaf atau apapun itu.
Sakit
hati wanita ini tidak saya lihat. Tetapi sakit hati yang dipendam bisa meledak
seketika. Tentu pada pria yang mencampakkannya jika kembali suatu saat nanti. Apakah
pria itu akan terus membatu sampai suatu saat nanti? Saya tidak tahu. Namun
beragam kisah mengajarkan bahwa sebuah kata kembali selalu ada. Saat kata itu
dimulai, penyesalan yang muncul menyesak hati.
Catatan
penting dari kisah ini, nggak salah memulai dengan saling terbuka sebelum
menggunung di kepala. Baik istri maupun suami punya kesempatan yang sama. Mau
memulia dari mana, itu adalah hak masing-masing. Penyesalan di kemudian hari
cuma bisa dikutuk tetapi tidak bisa dikembalikan menjadi sebuah kesempurnaan. 
Categories
Uncategorized

Mengapa Aceh Layak Bawa Pulang Piala Wisata Halal Dunia?

masjid raya baiturrahman ikon wisata halal di Aceh
Masjid Raya Baiturrahman menjadi ikon wisata halal di Aceh – Photo by Bai Ruindra
Ke
Aceh saja jika kamu ingin menyantap santapan halal!
Aceh
dan halal di Indonesia memang telah bersatu. Aceh dan halal menjadi satu
kesatuan yang mudah, ada di mana-mana, dan semarak di berbagai elemen. Masyarakat
Aceh memandang ‘halal’ sebagai definisi yang lumrah dan memang begitu adanya.

Ke
Aceh saja tidak cukup untuk makan mi Aceh, singgah sebentar di Masjid Raya
Baiturrahman, berfoto di Museum Tsunami atau menikmati ombak di Pantai Lampuuk.
Aceh menyimpan beragam cita rasa yang kemudian diapresiasikan dalam Wisata
Halal. Jika sebelumnya Aceh telah menang setidaknya 5 penghargaan di Wisata
Halal Indonesia, kini nama Aceh menjadi harum di kancah internasional. Sebuah penghargaan
bergengsi memulai kata halal sebagai hal yang seharusnya dari dulu
dilaksanakan.
World Halal Tourism
Award
adalah sebuah ajang penghargaan pariwisata
internasional yang dinilai secara independen dan diakui dunia. Kandidat
diseleksi dengan sangat ketat sampai didapatkan sejumlah nominator untuk 15
kategori.
Panitia
akan memilih 5 finalis dengan suara terbanyak
, pada 7-25 November akan menjadi ajang voting
untuk 5 finalis. J
uara World Halal Tourism Award 2016 akan diumumkan pada 7 Desember 2016
di Abu Dhabi, U
ni Emirat Arab. Indonesia sendiri masuk ke dalam 12 nominasi dalam ajang ini. (detikcom,
26/10/16).
Bagaimana
dengan Aceh? Aceh berhasil masuk ke dalam 2 nominasi yaitu  World’s Best Airport
for Halal Travellers: Sultan Islandar Muda International Airport
dan World’s Best Halal Cultural Destination. Untuk dapat masuk ke dalam 5 finalis, Aceh
perlu dukungan dari voter di laman vote ini.
Kategori
pertama, Aceh harus bersaing dengan nama-nama besar seperti Abu Dhabi Internasional Airport, Dubai UEA, Ataturk Internasional Airport, Turki, Cairo Internasional
Airport, Mesir
, King Abdul Azeez Internasional Airport, Jeddah, Arab Saudi, Kuala Lumpur
Internasional Airport, Malaysia

dan lain-lain. Pada ketegori kedua Aceh juga memiliki saingan cukup berat
antara lain Arab Saudi, Kairo, Istanbul, Madinah, Makkah, Malaysia, Palestina, Turki dan lain-lain.
Mampukah
Aceh membawa pulang piala World Halal Tourism Award 2016? Apakah Aceh akan tersenggol dari 5 besar?
Aceh
layak keluar sebagai pemenang World Halal Tourism Award
2016
. Alasannya karena saya orang
Aceh. Traveling yang saya lakukan pun baru di Indonesia saja. Airport
yang saya singgahi; Soekarno-Hatta Internasional Airport, Praya
Internasional Airport, Adisucipto Internasional Airport, Kualanamu
Internasional Airport, dan I Gusti Ngurah Rai Internasional Airport. Namun dari
semua Airport yang saya singgahi baru Sultan Iskandar Muda Internasionl Airport
yang menyuguhkan pemandangan halal secara keseluruhan. Kamu akan jarang
menemukan wanita dengan rambut terburai. Kamu akan mudah menemukan makanan halal
– makanan tidak halal malah tidak tersedia. Kamu akan menemukan musalla dengan
mudah. Kamu juga akan melihat arsitektur berbentuk kubah yang identik dengan
Islam. Alasan-alasan lain tentu saja akan kamu rasakan jika mendarat di bandara
yang berada di kawasan Aceh Besar ini.
Kategori
kedua, World’s Best Halal Cultural Destination, juga Aceh layak menang. Kekentalan Islam di
Aceh dapat dirasakan dari kota sampai ke pelosok. Kamu akan sulit menemukan
wanita tidak berkerudung. Kamu akan terbiasa dengan azan bertalu-talu dari
masjid-masjid yang berjarak beberapa meter dari satu dengan lainnya. Kamu akan
terpesona dengan penuhnya masjid di hari Jumat. Kamu tak akan heran jika
makanan yang dijual adalah berlebel halal.
Wisatawan
muslim yang ke Aceh akan santai-santai saja menghadapi pernak-pernik yang ada
di Serambi Mekkah. Walaupun Aceh dikenal dengan banyaknya warung kopi dan aroma
kopi, tetapi mayoritas masyarakat Aceh masih berpegang pada Islam. Kehidupan modern
yang ingin kamu ketahui seperti diskotik, dugem, hura-hura yang mewah tentu
tidak ada di Aceh. Bahkan, bioskop
pun telah dilarang di Aceh
.

Baca
Juga
Hebatnya
Wali Kota Banda Aceh Main Film Saat Bioskop Haram di Aceh

Ciri
khas Islam yang bertalu-talu di Aceh tidak hanya dapat dirasakan saat azan 5
kali sehari. Suasana ‘khusyuk’nya Islam dapat dirasakan begitu masuk bulan
Ramadhan. Menjalani puasa di Aceh terasa cepat sekali berlalu karena beragam
alasan, salah satunya susah mendapatkan warung yang buka atau semua orang
berpuasa.
Mungkin,
pandangan seperti ini karena saya belum ke Arab Saudi atau ke Malaysia yang
paling dekat. Masuknya Aceh ke dalam dua kategori penghargaan tingkat dunia
menjadi terobosan yang menarik. Selama ini Bandung dan Surabaya merupakan dua
daerah yang selalu menyabet piala dari ajang dunia. Tidak salah jika Aceh
membawa pulang piala kali ini!
Referensi
Categories
Uncategorized

Empat Jenis Sepatu Formal Wanita Sesuai Postur Tubuh

Empat Jenis Sepatu Formal Wanita Sesuai Postur Tubuh
Sepatu Wanita Sesuai Postur Tubuh
Apakah kamu seorang wanita pekerja kantoran? Jika ya, sudah pasti perlu sepatu khusus untuk ke kantor dong! Sepatu memang tidak bisa dilepaskan dari kebutuhan fashion sehari-hari, baik saat bekerja maupun saat jalan-jalan. Untuk acara formal misalnya, ada beberapa jenis sepatu wanita yang bisa dipilih sesuai selera, salah satu diantara jenis sepatu formal berikut, mungkin cocok untuk kamu gunakan!


Sepatu Pumps
Jika kamu memiliki postur tubuh yang agak pendek dan ingin terlihat lebih tinggi, bisa menggunakan jenis sepatu pumps. Desain sepatu pumps simpel namun dilengkapi hak tinggi dengan bagian depan sepatu yang agak tebal. Sepatu ini cocok untuk kamu yang bekerja kantoran tetapi tidak terlalu aktif bergerak. Untuk membuat tampilan sepatu lebih formal, pilih warna netral gelap seperti hitam, coklat tua atau maroon serta kombinasikan dengan pakaian kerja berupa rok atau celana panjang kain.
Sepatu Stilettos
Satu lagi jenis sepatu wanita yang cocok dipakai untuk wanita pekerja kantoran yang lebih banyak duduk atau tidak aktif di luar ruangan yaitu sepatu stilettos. Sepatu ini juga menggunakan hak sekitar 2,5 hingga 20 cm dengan bagian ujung hak yang agak meruncing. Bagi wanita yang memiliki postur tinggi dan ramping, jika ingin menggunakan sepatu stilettos, bisa memilih hak yang paling pendek. Sepatu stilettos mampu menampilkan kesan seksi dan elegan bagi wanita yang memakainya.
Sepatu Belerina
Bagi yang tidak suka dengan sepatu high heels, bisa memilih jenis sepatu balerina karena sepatu ini tidak memiliki hak atau bagian bawahnya datar. Cocok dipakai oleh kamu yang aktif atau dituntut untuk sering berjalan sehingga sepatu dengan desain ini mampu memudahkan kamu bergerak bebas. Sepatu balerina memiliki bentuk yang tertutup pada bagian depan, ada yang tampil polos namun ada pula yang dilengkapi dengan tambahan aksesoris seperti pita atau manik pada bagian atas depan sepatu. Untuk bisa melihat berbagai jenis sepatu formal wanita seperti sepatu balerina ini, bisa dilihat disini 
Sepatu Strappy Heels
Jika ingin terlihat lebih santai meski saat bekerja, bisa memilih jenis sepatu strappy heels yang memiliki bukaan pada bagian depan sepatu. Dilengkapi pula tali pengikat pada bagian tumit dan untuk ukuran hak nya ada yang rendah hingga tinggi. Jenis sepatu ini sangat cocok dipakai saat cuaca sedang panas agar kaki tidak terlalu gerah karena sepatu strappy heels memiliki sirkulasi udara yang cukup bagus.
Selain jenis sepatu formal di atas, ada banyak lagi jenis sepatu lainnya yang bisa kamu pilih di muslimarket. Kamu bisa membelinya sesuai kebutuhan dan selera dengan cara yang lebih praktis dan cepat karena mudahnya berbelanja online saat ini.
Categories
Uncategorized

Apa yang Kamu Lakukan Jika Ditolak Terus oleh Google Adsense

tips agar diterima oleh google adsense
Google Adsense – learn2free.com
“Bai…,
blog aku ditolak lagi sama Google Adsense!” Ferhat, seorang sahabat yang sudah
lama saya kenal ‘memprotes’ di pesan instan. Jika dibandingkan dengan saya, blog
sahabat yang saya kenal sejak bergabung dengan Forum Lingkar Pena (FLP) Aceh itu,
lebih populer di Aceh dan sudah lama ber
domain .com. Namun, lamarannya
ke Google Adsense sudah ditolak tiga kali.

Baca Juga
Keunggulan Menggunakan Top Domain Level .net atau .com Untuk Blogging Bisa Traveling Gratis sampai Menang Lomba

Tampaknya,
Ferhat lelah untuk bermain dengan aturan main dari Google yang semakin hari
semakin semaraknya. Google memang bermain lebih ‘kasar’ terhadap blog-blog yang
ingin menerima iklan dari mereka. Blogger profesional sekalipun bisa juga dibanned
oleh Google bahkan sampai dimatikan iklan akibat kesalahan kecil saja.
“Malas
ah, ajuin Google Adsense. Saya masih ngeblog cuma untuk mengeluarkan
ide-ide brilian saja!” celutuk Fardelyn Hacky suatu ketika. Hacky memang belum
pernah mengajukan permohonan kepada Google Adsense. Saya sih menerima
alasan-alasan Hacky karena semua orang punya pertimbangan tersendiri sebelum
mengirim lamaran tersebut.
Google
Adsense memang sangat menggiurkan. Belum lagi jika berbicara dengan mereka yang
rutin mendapatkan puluhan juta dari klik iklan ini. Mereka yang termasuk ke dalam
golongan ‘master’ blog, waktu kerja bisa dikatakan 24 jam. Update blog
persekian menit telah menjadi keharusan untuk menaklukkan laman pertama
pencarian Google.
Ambisi
untuk menaklukkan Google Adsense pun dimulai sejak dunia blogger semakin
populer. Mereka yang belum memiliki blog, tiba-tiba ingin belajar ngeblog,
terbinar mata dengan pemasukan dari Google, namun tidak tahu bagaimana
perjuangan untuk sampai ke arah itu. Bermain Google Adsense memang tidak bisa
setengah hati. Bukan pula saya sudah rutin dapat penghasilan dari Google. Malah
bisa dikatakan, saya masih dapat secuil dan belum rutin tiap bulannya. Saya
hanya mengandalkan satu blog, bukan beberapa blog pada satu akun Google
Adsense.
Apa yang harus kamu lakukan jika ditolak terus oleh Google Adsense? Pertanyaan ini lumrah terjadi saat ini. Bahkan,
lebih sakit hati dan kecewa ditolak Google Adsense daripada gebetan. Pesona
Google Adsense luar biasa sejauh perkembangan teknologi.
yang harus kamu lakukan adalah…
Revisi Seluruh Konten
“Revisi
semua, Bai?” Ferhat seakan-akan tidak percaya dengan apa yang saya katakan.
Benar. Saya merevisi semua isi blog sejak awal sampai pada hari terakhir saya
menerima email penolakan kedua dari Google Adsense.
Apa
yang harus saya revisi? Artikel yang telah dipublikasikan setidaknya memuat
gambar yang jelas, video yang jelas, animasi yang jelas. Jelas yang bagaimana? Pencantuman
sumber gambar, video maupun animasi harus tertera pada konten.
Bagaimana
dengan artikel? Karena kebiasaan saya menulis artikel antara 500 sampai 1000
lebih kata, saya tidak menambah dan mengubah artikel sama sekali. Revisi semua
artikel yang telah dimuat membutuhkan waktu seharian dan benar-benar harus
dilakukan dengan teliti. Waktu itu, saya tidak mau mengulang kesalahan yang
sama dan ingin segera melihat iklan Google tayang di blog.
“Capek
kali revisi semua, Bai!” keluh Ferhat. Semua kembali pada pemilik blog. Mau
bertahan dengan kondisi saat ini atau revisi yang membutuhkan waktu satu hari. Blog
yang tidak direvisi sama sekali lalu diajukan kembali proposal ke Google
Adsense, kesimpulannya bisa ditarik sendiri. Blog yang kemudian telah direvisi,
pertimbangan tertentu pasti akan ada dari Google.
Akun Email Baru
“Jadi
aku buat email baru, Bai?” Ferhat kembali bertanya. Ya. email baru. Gmail
adalah layanan email gratis dari Google dan bisa dibuat kapan saja. Dalam
pembuatan email baru ini pula identitas yang diisi harus sebenarnya. Kode
verifikasi yang akan dikirim ke nomor ponsel wajib dibubuhkan karena berkenaan
dengan ‘kepercayaan’ Google terhadap pemilik akun.
“Blog
yang sama tidak masalah?” Ferhat masih penuh ragu. Jika blog tersebut telah
direvisi, tidak masalah.
Pengajuan
akun ke Google Adsense sejatinya membutuhkan akun email. Alamat blog boleh saja
sama. Google akan menilai konten yang ada di dalam blog sesuai syarat dan
ketentuan dari mereka. S & K ini sewaktu-waktu diperbaharui oleh Google dalam
rangka memudahkan maupun penyulitkan pengguna internet. Kita tidak tahu kode
html ini telah berubah. Kita juga tidak tahu kapan Google membanned
sebuah blog.
Hindari Plagiatisasi
Masa
penulis blog ‘nyuri’ artikel orang lain? Memang, banyak sekali blog maupun
portal berita yang hadir saat ini, menculik artikel dari blog lain. Parahnya,
blog-blog dan portal berita ini sama sekali tidak menyebutkan sumber. Dengan
senang hati pula mereka mengambil keuntungan dari klik iklan.
Google
sangat peka terhadap publikasi sebuah artikel. Jika konten yang dipublikasikan tidak
bisa dideteksi secara keseluruhan; seluruh isi tulisan, waktu publikasi di blog
menjadi titik tolak siapa yang asli dan palsu. Misalnya, saya tayangkan artikel
ini pada pukul 15.00 WIB, lima menit kemudian, artikel dengan isi yang sama dan
diubah judulnya dimuat oleh blog lain. Indeks yang tercatat dalam database
Google adalah waktu pemuatan pertama.
Memang,
tidak tertutup kemungkinan hal-hal lain bisa saja terjadi. Tetapi seorang
blogger dianggap benar-benar profesional apabila tidak mengopi artikel orang
lain lalu menempelnya begitu saja.
Unik dan Menarik
Artikel
unik dan menarik sebenarnya kembali ke penilaian pembaca. Tugas blogger adalah
menulis yang beda dari orang lain. Artikel-artikel yang unik akan lebih mudah
mengangkat nama blogger. Hal ini tentu perlu untuk mendongkrak popularitas. Hubungannya
dengan Google Adsense adalah tidak jauh beda dengan itu. Kronologinya begini, ada
blog yang isinya ‘biasa’ mengajukan lamaran ke Google Adsense. Satu sisi akan
diterima karena keberuntungan. Sisi lain ditolak karena view blog cuma sedikit.
“Orang
akan memasang iklan di blog kita apabila ada manfaatnya!” ujar saya kepada
Ferhat. Begitu juga dengan Google Adsense. Efek timbal-balik semestinya telah
berlaku dalam pengajuan lamaran ini. Iklan Google yang tayang di sebuah blog
lebih dari yang diharapkan. Pada laman muka bisa sampai tiga. Di dalam
artikel bisa sampai tiga. Belum lagi versi mobile yang baru saja
dikembangkan oleh Google.
Kita
tidak akan pernah tahu kapan Google benar-benar percaya dengan blog kita. Masuk
di laman pertama pencarian Google saja tidak cukup. Penilaian dari
Google sejatinya ketika kita mengajukan lamaran untuk Google Adsense. Google
akan mengulik semua konten yang ada di blog kita sesuai ‘kaidah’ dan ‘faedah’
yang berlaku di manajemen mereka. Apa itu? Tentu tidak ada yang tahu. Blog ini
bisa lolos. Blog itu belum tentu bisa lolos polisi Google.
“Blog
dia biasa-biasa saja kok lolos, Bai!” tanya seorang blogger. Saya tidak
tahu. Penilaian itu sepenuhnya ada di pihak Google Adsense. Namun, tips yang
telah saya jabarkan tidak ada salah dipraktikkan sebelum mengajukan lamaran
kembali.
“Bagaimana
cara agar diterima Google Adsense?” ajukan dulu. Kita tidak tahu blog ini akan
diterima dan blog itu akan ditolak. Jika diterima, jaga baik-baik akunnya. Jika
ditolak, mulai merangkai kisah seperti tips saya ini. 
Categories
Uncategorized

Keunggulan Menggunakan Top Domain Level .net atau .com Untuk Blogging Bisa Traveling Gratis sampai Menang Lomba

“Ayo,
Bai, ganti terus ke domain Dotcom!”
seru Fardelyn Hacky tahun 2014. Saya tidak ingat kapan tepatnya. Eki – sebutan
keren wanita ini – telah saya kenal cukup lama. Sama-sama memulai ‘karir’
kepenulisan di Forum Lingkar Pena (FLP) Aceh, main-main di rumah bernama multiply
di era jayanya, sebelum benar serius di blogspot. Ngeblog kemudian menjadi
keasyikan tersendiri. Saya belum tahu keunggulan menggunakan top domain level .net/.com.

Masa
itu, saya tidak begitu paham, kurang yakin dan entah alasan apalagi sehingga
tidak mengubah domain gratisan ke berbayar. Padahal, dunia blog telah
cukup berkembang pesat. Rata-rata blogger telah bermigrasi ke domain
berbayar, termasuk Eki yang lebih dahulu melakukannya. Saya belum tahu apa yang
benar-benar saya dapatkan setelah domain blog diubah.
“Banyak
kok yang kita dapatkan setelah Dotcom!” Eki tidak berhenti menyemangati
saya. Ia juga menjabarkan beberapa bentuk kerjasama yang telah dijalinnya
karena domain berbayar. Mulai dari itu, saya iri, menyesal sedikit namun
belum juga mengubah domain ke bentuk berbayar.

Menang Lomba Jalan-jalan ke Lombok

“Bai…,
kamu menang lomba ke Lombok!” Eki juga yang mengirim pesan sekitar pukul 10
malam kala itu. Saya panas dingin. Antara yakin dan tidak bahwa Pemenang Utama
lomba menulis yang diadakan oleh sebuah lembaga kemanusiaan adalah diri saya
sendiri.
Lama
saya perhatikan, mata melotot sampai perih, jantung berdetak cukup lama, nama
saya benar tertera di pengumuman lomba. Keyakinan itu menguat setelah judul
artikel mengarahkan ke judul yang sama dari artikel yang saya ikutsertakan.
Saya menang lomba!
Lomba
yang cukup prestisius untuk seorang blogger yang belum begitu dikenal orang. Hadiah
utama yaitu jalan-jalan ke Lombok, Nusa Tenggara Barat dan sebuah smartphone
senilai Rp.2.000.000 beserta uang tunai Rp.3.500.000.
Jetlag benar terasa
menggelora karena ini adalah perjalanan pertama saya menggunakan pesawat terbang.
Malam sudah tidak bisa tidur. Sebentar-sebentar ingin ke kamar mandi. Makan tak
selera dan kantuk pun tak muncul. Penerbangan yang sejatinya enjoy untuk
mereka yang sering bepergian, malah menjadi mual untuk saya. Saya berangkat
dari Banda Aceh menuju Jakarta pukul 6 pagi. Di Bandara Internasional Soekarno-Hatta,
Mas Dian Mulyadi, pendamping kami, dan pemenang utama lomba video, Zakaria
Dimyati, menunggu dengan cemas. Siang dari bandara padat tersebut, malam
harinya kami baru mendarat di Bandara Internasional Praya, Lombok.
Sebuah
keberkahan dari menulis blog. Bergegas saya mengubah domain dari gratis
ke Dotcom sepulang dari NTB. Bahwa, saya tidak bisa ‘main-main’ lagi, tidak
bisa cuma latah lagi di dunia blogging. Ada harapan yang telah nyata
saya dapatkan dan kemudian semakin mempermudah langkah saya menuai
harapan-harapan yang lain.
Pantai Senggigi, Lombok – Photo by Bai Ruindra

Undangan ke Jakarta

Selalu
saja, saya ingin ke Ibu Kota. Rindu yang teramat sangat karena Jakarta adalah
impian. Tahun 2015, tiba-tiba saja saya menerima surat elektronik dari seorang
wanita yang menyebut dirinya sebagai penanggung jawab lini smartphone
sebuah perusahaan multinasional. Antara percaya dan tidak, sama seperti menang
lomba ke NTB, saya mengecek berulangkali bahwa undangan tersebut tidak nyasar.
Semanis
isi email dari wanita keturunan Cina itu, semanis itu pula saya membalasnya. Jika
tidak salah perkiraan, lebih dari dua minggu baru saya mendapat balasan email
lanjutan. Saya memang tidak berpikir ini adalah undangan palsu, saya telah
ditipu atau lain-lain. Saya cuma berharap kelanjutan dari undangan yang keburu
saya dapatkan. Balas-balasan email kemudian saya dapatkan, termasuk permintaan extend
untuk dua hari di Jakarta. Permintaan saya terkabul dan benar kemewahan itu
telah saya dapatkan.
Domain blog Dotcom
menerbangkan saya dengan pesawat bintang lima dari Skytrax. Duduk di kelas
ekonomi di atas ketinggian ribuan kaki, menikmati hidangan makanan dan minuman
enak, menikmati tontonan di layar seukuran 10 inci, tak lain sebuah penghargaan
dari isi pemikiran yang selama ini terus-terusan saya keluarkan.
Acara
launching produk smartphone dari produsen asal Taiwan tersebut
begitu mewah dan megah. Terharu tidak bisa saya jabarkan lebih detail. CEO dari
Taiwan maupun staf ahli silih berganti berbicara di depan. Lampu di ruangan itu
menyentak-nyentak seperti musik yang juga cukup keras. Saya seperti telah
berada di salah satu konser terbaik dan memiliki tiket yang dijual mahal. Benar
anggapan tersebut setelah saya ‘histeris’ dengan penampilan penyanyi Rossa di
malam gala dinner.
Tidak
berhenti sampai di sini, sebelum pamit dengan mereka yang mengundang, kembali
ke kamar masing-masing, kami mengantri di antara lelah untuk menerima
‘oleh-oleh’ sebuah smartphone dengan kualitas terbaik.
Inilah
momen di mana saya terhempas ke langit dengan awan-awan seperti permandani. Blog
saya yang telah memiliki domain Dotcom terus perkasa sesuai kesanggupan
saya mendongkraknya. Memang, blog ini belum sebesar orang lain, tetapi ketika
undangan kedua datang dari produsen smartphone yang sama, saya merasa
bahwa dunia blogger yang saya jalani harus digarap lebih serius lagi.
Hello, Jakarta! – Photo by Bai Ruindra

Impian Tercapai ke Bali

Mimpi
ke Bali tak bisa saya jabarkan. Saya begitu ingin ke Bali. Mimpi itu terwujud
juga karena ngeblog. Domain Dotcom yang telah saya manjakan
dengan titel lifestyle terus mencintai saya seadanya, sesuai definisi
cinta darinya. September tahun ini saya berangkat ke Bali untuk menghadiri launching
smartphone terbaru yang elegan dan mewah.
Bali
adalah impian. Permintaan extend saya juga dikabulkan. Dua hari saya
bersenang-senang bersama dua orang sahabat, Sandi Iswahyudi dan Pandu Dryad. Kami
mengitari Bali ke Tanah Lot, Pura Ulun Danu Bratan, Pura Taman Ayun, Taman
Nasional Perjuangan Rakyat Bali, kuliner halal sampai ke Pantai Kuta.
Perjalanan
yang cukup menggiurkan selama di Bali membuat saya terus bersyukur. Tidak hanya
perjalanan gratis, kami juga diberikan smartphone high end yang
baru saja dilaunching sebagai ‘oleh-oleh’ untuk dipromosikan kembali
pada blog masing-masing.
Suasana
Bali; keindahannya, kekhusyukan umat beragama di sana, bahkan keangkuhannya,
telah saya tulis di domain Dotcom ini. Sebelum semua lupa, kenangan itu
mesti disemarakkan.
Tanah Lot, Bali – Photo by Bai Ruindra

Kerjasama Publikasi Artikel di Blog

Perjalanan
blog saya yang telah memiliki domain Dotcom terus menaiki tangga dengan
tertatih. Sejak tahun 2015 saya terus-menerus menerima email kerjasama
penulisan artikel maupun placement di blog. Nilai yang ditawarkan
beragam. Blog saya yang masih bayi tentu menerima tawaran kerjasama dengan
senang hati dan sukacita. Saya tidak mementingkan nominal yang tertera karena
saya percaya bahwa tangga yang saya naiki tak selamanya berada di situ saja.
Benar
atas keyakinan itu, semakin hari tawaran kerjasama semakin membaik. Saya
menerima banyak tawaran berupa penulisan artikel maupun placement dari
berbagai agency. Saya juga tidak lupa menjalin kerjasama yang baik
dengan agency-agency yang sebelumnya menerima saya. Tiap bulan agency
yang telah saya hormati tak jemu kembali mengirim email. Besar kecil price
yang saya dapatkan tidak lagi menjadi soal tentang kehebatan, namun lebih dari
itu. Saya menerima sedikit menurut ukuran orang lain, tetapi lebih dari yang
saya bayangkan. Tak apa soal itu, asalkan agency masih percaya, blog
saya tetap dilirik berulangkali. Daripada menawarkan fee begitu besar,
lama-kelamaan blog saya akan ditinggalkan karena dianggap ‘belagu’ dan tak tahu
malu.
Ke
depan juga tidak ada yang tahu. Saat saya menulis artikel ini, sebuah email
baru saya balas dari agency yang meminta kerjasama placement. Tinggal
saya menanti invoice cair tiga hari dari sekarang!

Seperti Benar Jadi Raja Endorse

Apakah
cuma seleb saja yang menjadi raja dan ratu endorse? Saya rasa anggapan
demikian bisa segera disingkirkan. Entah mujur, entah karena alasan lain, belakangan
saya juga cukup sering menerima email penawaran barang. Oh, bukan barang
untuk didagangkan melainkan barang bermerek yang harus saya endorse.
“Kamu
enak, Bai, sudah jadi raja endorse!” celutuk seorang teman begitu saya
menerima paket sepatu seharga Rp.300.000 bulan lalu.
Tidak
hanya sepatu itu saja, saya juga pernah mendapatkan makanan, minyak rambut,
pakaian dan deodoran untuk kemudian diendorse pada laman blog Dotcom.
Lirikan mata para agency semakin menggoda para pemilik blog dengan domain
berbayar. Sejatinya, saya juga tidak mau terlena dan cuma menulis kapan ada
orang endorse. Endorse adalah bonus dari kerja keras yang saya
lakukan tak kenal waktu.

Menang Lomba Blog dari Waktu ke Waktu

Lomba
blog semakin hari semakin menggiurkan. Hadiahnya berjuta rasanya. Wajar jika
penulis blog mencari sudut pandang yang ngena, unik dan tepat sasaran
sehingga keluar sebagai pemenang. Bagi saya, menang lomba adalah bonus lain
dari usaha dan kerja ‘paksa’. Berlomba tidak sama dengan menulis tentang gaya
hidup. Artikel untuk lomba tentu telah melewati masa seleksi di alam bawah
sadar dengan matang. Tingkat kematangan ini perlu diperhatikan sebelum menelur
ke ranah maya yang tak bisa diketahui tingkat keganasannya.
Saya menang lomba, kemudian saya senang!
Perasaan
menang lomba cukup beragam. Sejak mengganti ke domain Dotcom, saya pun
semakin sering menang lomba. Tentu saja saya tidak muluk-muluk harus di
peringkat pertama. Juara apa saja saya terima karena keberkahan dari hadiah itu
terasa begitu sampai. Jika hadiah dalam bentuk uang, rasa syukur itu seperti
traktir makan teman-teman atau bentuk lain yang tidak bisa saya sebutkan. Jika
hadiah dalam bentuk smartphone, saya kasih ke adik, atau dijual ke orang
terdekat dengan harga lebih murah bahkan kredit tanpa bunga.
Saya
cukup senang ‘membagi’ hadiah lomba kepada orang lain. Sampai artikel ini saya
tulis, masih ada dua orang saudara yang kredit smartphone, belum lunas
dan saya tidak memintanya. Kapan mereka ada rejeki dan bisa disisihkan untuk
saya, saya terima. Kredit yang tak berbatas tahun ini menjadi berkah di
kemenangan saya pada episode-episode lomba yang lain.

Diterima ‘Lamaran’ oleh Google Adsense

Diterima
‘lamaran’ oleh Google Adsense itu memang sesuatu. Bangganya luar dalam. Walaupun
pada perjalanannya jumlah klik iklan dari Google yang tayang di blog
belum maksimal, saya tetap merasa bersyukur. Karena apa? Tentu perjalanan
lamaran ke Google Adsense memerlukan mahar tidak sedikit. Setidaknya, dua kali
blog saya ditolak sebelum memiliki domain Dotcom.
Saya
tidak berhenti sampai di situ. Saya pun tidak mau ditolak ketiga kalinya. Saya baca
kembali surat elekronik dari Google Adsense berulangkali. Saya baca referensi
di blog lain. Lalu, saya ubah – lebih tepatnya revisi total – seluruh isi
konten; terutama gambar, video maupun animasi, dari pertama posting sampai hari
terakhir sebelum saya kirimkan kembali lamaran dengan menggunakan alamat email
yang berbeda.
Apa
yang terjadi setelah itu? Tak sampai satu jam Google Adsense membalas email
dengan isi bahwa akun saya telah disetujui. Girang luar biasa. Saya langsung
memasang iklan Google di tempat-tempat strategis. Menulis lebih sering. Menghajar
beragam tema. Share ke media sosial maupun ke kanal berita nasional yang
mau menerima publikasi artikel. Blog saya yang bukanlah ‘pencari’ pundi-pundi
uang seperti master lain, naik-turun dalam klik iklan.
Tiba
juga pada masa saya harus melonjat. Google mengirimkan surat cinta ke alamat
rumah saya melalui pos. Para publikasi Google Adsense tentu tahu maksud saya. Ketika
surat cinta ini sampai, isinya singkat, sebuah kode rahasia, artinya jumlah klik
iklan di blog saya telah mencapai batas minimal yang ditentukan Google. Tanggal
20 setelah saya masukkan kode dalam surat cinta ke akun Google Adsense, notifikasi
dari bank saya terima.
Siapapun
blogger, akan setuju jika saya katakan bahwa bermain dengan Google Adsense
sulit sekali. Namun, dua kali saya menerima notifikasi bank soal pengiriman
dana lebih dari cukup bahwa blog saya masih dipercaya.
Soal
kepercayaan ini pula menjurus ke blog dengan domain berbayar seperti
Dotcom atau Dotnet. Google telah percaya dengan blog saya dan pembaca juga
ingin saya dipercayai.
Keunggulan menggunakan top domain level .net atau .com nyata sekali untuk seorang blogger. Empat keunggulan ini bisa menjadi
referensi agar segera mengubah domain ke Dotcom ataupun Dotnet.

Cepat Terindeks Google

Google
sejatinya telah memberikan nilai tambah untuk blogger. Banyak sekali penulis
blog mengupdate konten tiap hari. Beragam tema juga menjadikan blog
lebih menarik dan dicari orang. Hal ini pula yang ingin didapatkan oleh
blogger, muncul di laman pertama pencarian Google. Blog saya memang
belum sekuat blog lain, tetapi beberapa kata kunci mengarahkan ke laman
blog saya yang telah berubah menjadi Dotcom. Saya menyadari pasti bahwa pilihan
mengubah domain ke Dotcom tidak salah. Tidak hanya satu, beberapa
artikel saya dengan isu populer masih tetap duduk manis di laman pertama
pencarian Google.

Serius Ngeblog

Serius
itu wajib. Blog yang telah diubah ke Dotcom sejatinya telah menjadi bagian dari
kata profesionalisme. Saya ingin sekali dianggap sebagai blogger profesional. Blog
berbayar memiliki kesan ke arah sana. Dengan kata lain; sudah beli domain
kok nggak update!
Keseriusan
dalam ngeblog dimulai dengan rutin menulis sesuai isi kategori. Saya memilih
kategori lifestyle atau gado-gado agar memudahkan menulis. Jika niche
blog cuma satu, saya akan kebingungan mencari tema. Saya bukan seorang traveler,
bukan gadget mania, bukan pula penulis galau. Tetapi, saya akan menulis tempat
menarik jika pernah ke sana, saya akan mereview smartphone apabila
memegang barangnya dan saya pun bisa menulis kisah galau untuk menaikkan rating
blog.

Blog Dipercaya

Google
telah percaya dengan memasang iklan di blog saya. Saya juga ingin dipercaya
oleh pembaca. Tingkat kepercayaan itu memang berbeda namun blog dengan domain
Dotcom atau Dotnet telah dipercaya oleh pembaca. Alasannya kembali kepada
istilah bahwa pemilik blog benar serius menulis, bukan konten plagiat maupun
mencuri dari pihak lain. Penulis blog Dotcom maupun Dotnet telah tahu syarat
dan ketentuan dari Google. Pemilik blog juga tidak akan main-main mengisi
konten jika tidak ingin dibanned oleh Google.

Kesan Beken

Istilah
beken memang dapat diartikan beragam. Dunia maya yang semakin bercahaya, blog
semakin banyak, blog dengan Dotcom maupun Dotnet memiliki kesan lebih ‘kece’
dibandingkan blog yang masih memilih bertahan di domain gratis. Ke mana-mana,
saat orang tanya, mulut sudah tidak kaku lagi menyebut alamat blog.
Domain berbayar memang
menyejukkan di satu sisi. Rejeki ngeblog yang datang silih berganti
patut disyukuri. Apapun alasan kamu mengubah domain gratis ke berbayar, Dotcom
atau Dotnet, saya percaya
bahwa dunia blogger ke depan akan semakin cerah. 
Categories
Uncategorized

Mutiara Laut Selatan Indonesia yang Begitu Menggoda

 

South Sea Pearl, Mutiara dari Laut Selatan Indonesia
South Sea Pearl, Mutiara dari Laut Selatan Indonesia – Facebook Indonesian Pearl Festival 2016

“Lihatlah!
Ini mutiara dari Lombok!” Diana memamerkan gelang dan cincin bermata mutiara
warna putih keemasan. Diana adalah sosok yang begitu peduli dengan penampilan. Saya
mengenalnya sebagai seorang wanita yang fashionable. Bahkan, kain murah
saja bisa dipadukan dengan kain lain, dijahit dengan model unik, kesannya
sangat elegan, bersahaja dan stylish. Urusan pernak-pernik juga, Diana
tidak mau ketinggalan sama sekali.

“Mutiara
dari mana?” pancing saya. Saya tahu pasti bahwa Diana akan segera memulai
cerita yang syahdu di pagi itu.
“Bibi
saya baru saja pulang dari Lombok,” Diana mulai bercerita. “Biasalah, undangan
sastrawan gitu. Dia tanya, kamu mau saya belikan apa? Awalnya sih
minta kain tapi dengar-dengar mutiara Lombok itu indah sekali, ya terpaksalah
minta mutiara!” Diana menggebu-gebu sambil terkekeh. Sesekali ia memamerkan
butir mutiara di cincin warna emas. Mutiara sebesar jari manis itu tampak
halus, lembut, menggoda, bercahaya dan tentu memiliki cita rasa tinggi karena
berasal dari dalam negeri.
“Kamu
sih, waktu ke Lombok nggak mau beli mutiara!” celutuk Diana.
“Barang
mahal itu!” ujar saya. Benar saja. Mutiara di Lombok cukup mahal. Jelas harganya
saya tidak tahu karena waktu itu kami tidak bertanya sama sekali tentang harga
mutiara. Tahun 2014, saya memiliki kesempatan berkunjung ke Nusa Tenggara
Barat; ke lembah Sembalun, menikmati sunset di Senggigi dan buah stroberi
murah. Guide yang menemani kami sempat bertanya namun kami halau bahwa
mutiara belum termasuk oleh-oleh untuk saya bawa pulang ke Aceh.
“Bedalah
saya dengan Bibi kamu,” ujar saya pada Diana yang menyeringai melihat kilau
mutiara. Saya mengenal sastrawan Aceh, D Keumalawati, yang tak lain adik dari
ibu kandung Diana.
“Iya
sih, Bibi saya tuh kalau ke mana-mana suka beli barang-barang
kayak gini,” tambah Diana. Wanita ini semakin dibumbuhi semakin sedap
aroma percakapannya. Bukan niat membandingkan tetapi memang saya tidak
berencana membeli mutiara saat di Lombok.
Saya
tahu, mutiara Lombok memiliki keistimewaan tersendiri. Mutiara dari pulau ini
juga dikenal sebagai South Sea Pearl dengan nilai jual tinggi. Saat berjalan
mengelilingi Lombok, guide kami berpesan untuk hati-hati memilih mutiara
jika berniat untuk membelinya. Banyak sekali penjual yang menawarkan mutiara
dengan harga murah, padahal itu adalah mutiara dari air tawar atau Chinese
Fresh Water Pearl
. Keberuntungan yang belum memihak waktu itu, kami pun
tidak sempat singgah untuk melihat-lihat toko yang benar menjual mutiara asli
bukan ilegal seperti yang dimaksud guide ini.
“Satu
butir mutiara bisa dapat ongkos pulang-pergi ke Aceh!” canda saya yang diamini
oleh teman lain. Memang, keberangkatan saya ke Lombok hanya kebetulan karena
berkah dari menulis blog. Saya hanya membawa diri, sedikit tabungan untuk
oleh-oleh dan mutiara tidak termasuk ke dalam list karena terlalu tinggi
untuk saya impikan.
Perbincangan
tentang mutiara dari Lombok tidak hanya saat saya di sana ataupun aksi pamer
dari Diana. South Sea Pearl dikenal karena keelokannya yang belum ada
tandingan. Data pada tahun 2013 dan 2014, estimasi produksi lokal South Sea
Pearl
berhasil menembus 5,400 kilogram atau nyaris 50 persen dari total
estimasi produksi global yaitu 12,700 kilogram. (CNN Indonesia, 10/05/15).

Indonesia merupakan pusat mutiara laut selatan
(South Sea Pearl) terbesar di dunia. Budidaya mutiara adalah salah satu
aktivitas laut yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Tenaga kerja yang
bergerak di bidang mutiara Indonesia saat ini mencapai 5,000 orang tetap dan
1,500 orang musiman. – Joseph Taylor, Ahli Biota Laut Australia, dikutip dari
CNN Indonesia.

Mutiara
Indonesia sebenarnya telah dikenal ke ranah internasional, terutama South
Sea Pearl
. Mutiara ini sejatinya berasal dari genus kerang Pinctada
Maxima
. Mutiara ini juga termasuk salah satu mutiara terbesar di dunia
dengan rata-rata berukuran 8 mm sampai 22 mm dengan warna putih dan keemasan atau
percampuran antara keduanya. Pada dasarnya, produksi South Sea Pearl
terbesar yaitu 42 persen namun nilai produk berkisar pada 32 persen saja. Hal
ini karena mutu mutiara di Indonesia belum mencapai potensi terbaik, masih
banyak mutiara ilegal maupun alasan lain.
South Sea Pearl yang
murni dari Indonesia tidak bisa dipandang sebelah mata. Apabila kita menakar
nilai ekspor mutiara South Sea Pearl mentah dari Indonesia, sumbangan
yang dihasilkan cukup mengejutkan yaitu US$ 65-70 juta atau 30 persen dari
nilai ekspor global yang mencapai US$ 200 juta. Pusat trading mutiara laut di
dunia, termasuk South Sea Pearl, 80 persen berada di Jepang. Selain
Lombok, Indonesia mempunyai Raja Ampat, Bali, NTT, Maluku Selatan, Maluku
Utara, Manado, Kendari, Lampung, maupun Madura yang masih bisa dikelola dengan
baik sehingga South Sea Pearl muncul ke permukaan. (CNN Indonesia,
10/05/15).

Sejak 2005, Indonesia telah menjadi negara
produsen South Sea Pearl terbesar di dunia dengan memasok 43 persen
kebutuhan dunia. Indonesia menempati peringkat kesembilan dunia jika menilik
dari sisi perdagangan. – Saut P. Hutagalung, Direktur Jenderal Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan. (AntaraNews,
28/08/14).

Keindahan
laut selatan Indonesia tidak selalu berkaitan dengan terumbu karang dan biota
lainnya. South Sea Pearl yang menghasilkan ‘mutiara’ cukup besar untuk
negeri ini tidak bisa diabaikan begitu saja. Mutiara memang indah sekali jika
dipakai oleh wanita. Nilai jual mutiara pun tidak main-main untuk ukuran
kantong freelance seperti saya. Hasrat hati ingin membeli sebutir
mutiara ketika menginjakkan kaki di Lombok tidak terealisasi dengan sempurna. Namun,
lepas dari itu, South Sea Pearl yang asli Indonesia tidak bisa
digadaikan begitu saja ke negara lain. Kini adalah saat yang tepat untuk
melebeli South Sea Pearl sebagai made in Indonesia sehingga dunia
fashion akan berkiblat kepada kita.
Kehadiran
South Sea Pearl di Lombok dan di daerah lain merupakan mahakarya dari
kesempurnaan laut Indonesia. Langkah model di atas catwalk dengan kalung
mutiara tentu tidak menarik apabila budidaya mutiara digenapkan dengan
begitulah adanya. Pemerintah Indonesia melalui pihak terkait memiliki pekerjaan
rumah yang lebih besar sehingga mutiara-mutiara yang tersimpan tidak tergerus
oleh ombak. Jika dibawa ombak ke lautan lepas, bagian mana yang menyesak dada selain
sengara.
Indonesia
South Sea Pearl

dimulai sejak mutiara ada di laut selatan. Lenggak-lenggok model di pentas
dunia bahkan kehidupan sebenarnya seperti kisah Diana, hanya segelintir pameran
dari South Sea Pearl yang semestinya terus dikembangkan. Ada keinginan
tersendiri, jika saya kembali ke Lombok suatu saat nanti, saya ingin membawa
sebutir mutiara untuk dikalungkan pada leher orang terkasih. Saya juga yakin sekali,
bahwa di antara kita pernah memimpikan kalung dengan liontin mutiara warna keemasan.
Mewah. Elegan. Bercahaya. Siapa tahu, masa itu akan bermuara ke sana!
***
Referensi:
1.
AntaraNews: http://www.antaranews.com/berita/450755/indonesia-produsen-mutiara-laut-selatan-terbesar-di-dunia
2.
CNN Indonesia: http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20150510120239-92-52292/miris-masa-depan-mutiara-terbaik-dari-indonesia/ 
Categories
Uncategorized

Inilah Daerah yang Jadi Kiblat Pariwisata Indonesia

 

Seorang bule mengangkat selancar di Pantai Kuta, Bali – Photo by Bai Ruindra

“Saya
ingin ke Bali!”
Tentu,
bisa saya pastikan hampir semua orang ingin ke Bali. Aroma Pulau Dewata memang
sangat luar biasa. Dari apapun yang terlihat, baik di media massa maupun
elektronik, Bali merupakan tumpuan harapan untuk menuju “kebahagiaan” dalam
memanjakan kesenangan hidup.

“Benar
kamu akan ke Bali?” tanya Ibu begitu saya memberitahu akan ke sana awal
September lalu. Kacamata ekonomi keluarga kami tentu belum memihak kepada saya
untuk jalan-jalan dengan pesawat terbang. Namun beginilah berkah dari menulis,
saya diterbangkan ke Bali oleh salah satu brand smartphone
ternama.
perjalanan itu dimulai…
Ini
kali keempat saya meninggalkan Banda Aceh dengan pesawat terbang. Penerbangan yang
menjadi lumrah, saya nikmati saja walaupun perih dari keluarga masih terasa. Keempat
perjalanan udara yang saya jalani adalah berkah dari menulis blog.
“Bagaimana
kamu di sana? Siapa yang jemput?” Nenek saya cukup khawatir. Berulangkali telah
saya katakan, tetapi perasaan orang tua terhadap anaknya tentu berbeda. Nenek saya
terlalu meledak, Ibu saya hanya terlihat mata memerah. Tahun 2014 adalah
perjalanan awal saya dengan pesawat terbang yang membuat jetlag nggak ketulungan.
Saya nggak enak badan, sebentar-sebentar ingin ke kamar kecil, dan selera makan
menurun padahal belum naik pesawat. Saat itu, saya terbang ke tetangganya Bali,
Nusa Tenggara Barat (Lombok).
Saya
menikmati traveling kali ini karena proses extend telah saya
dapatkan. Dua hari setelah acara inti, saya bebas menjelajah Bali bersama dua
sahabat blogger. Pandu Dryad dari Bali dan Sandi Iswahyudi dari Malang. Pandu telah
menjabarkan beberapa tempat wisata yang akan kami jejaki. Saya dan Sandi sangat
antusias dengan jalan-jalan ini. Bagi kami, ini adalah waktu untuk bermanja
dengan Bali yang megah, mewah, hebat, dikagumi, disanjung, dikenal hampir ke seluruh
negeri.
“Bai
akan ke Bali?” tanya teman saya dengan mata terbelalak.
“Asyiknya
yang akan ke Bali!!!” teman yang lain berdetak kagum.
“Kamu
ke Bali dengan gratis?” seorang teman tidak percaya.
Bali
memang sesuatu. Daerah dengan Ibu Kota Provinsi, Denpasar, berada di dekat
laut, pura dan candi di mana-mana, bule berselancar dengan senang hati, dan
aneka “fitur” yang yang mestinya kamu kagumi jika suatu saat ke sini.
“Mak,
di mana-mana ada bule!” lebih kurang, begitu status yang pernah saya tulis di
media sosial.
Bali
dipoles dengan mahar cukup besar karena wisatawan domestik dan mancanegara
berdatangan tiap hari. Benar seperti anggapan saya, pendapat mereka, dan
bayangan siapa saja, bahwa Bali memiliki cita rasa yang belum saya temui di
tempat lain. Eksotiknya Bali dipadu dengan kultur, budaya, bahasa dan agama
yang begitu kentara. Jarang sekali daerah dengan tingkat kunjungan wisatawan
tinggi masih memegang teguh agama. Mungkin ini hanya pendapat saya, tetapi apa
yang saya lihat, perbedaan Bali dengan Aceh, unsur-unsur lain, menjadi benar
bahwa aspek wisata tidak memengaruhi kekentalan agama di Bali.
Langkah
yang memihak pada Pura Taman Ayun, misalnya, saat matahari terik di 10
September, kesunyian dan kedahsyatan umat Hindu beribadah di pura berbentuk
piramida ini terlihat dengan nyata. Bidikan kamera menderu dan dikejar waktu
mengarah ke sana, bersama kamera para bule yang kami temui. Ini baru permulaan
dari perjalanan kami, bahkan di hari sebelumnya saat menginjak kaki di Monumen
Perjuangan Rakyat Bali di Lapangan Renon, Denpasar, saya belum mencatat dengan
baik bahwa Bali telah menjadi kiblat pariwisata Indonesia. Langkah yang
tertatih kian pasti ke dalam Pura Taman Ayun, pola pikir saya pun menjadi-jadi.
Polesan Bali terasa sampai ke ubun-ubun dan bermain dengan senjata siap
meledakkan granat di hati wisatawan.
“Duar!”
kamu akan jatuh cinta dengan Bali!
Decak
kagum. Melodrama. Melankolis. Romantis. Khidmat. Khusyuk. Dan entah padanan
kata apalagi yang mesti saya bumbuhi untuk Pura Taman Ayun, juga untuk tempat
wisata lain yang saya kunjungi setelah ini.
Bali
adalah kiblat untuk seluruh pariwisata Indonesia. Bali tidak hanya memiliki
cita rasa yang manis, Bali juga menyimpan segudang hal kecil sehingga menjadi
besar.
Bali dengan Kesunyiannya
Nusa
Dua termasuk tempat “sunyi” dari beragam definisi. Kesunyian itu tercipta
dengan sendirinya. Rasa sunyi ini pula yang terkadang dicari oleh orang. Lelah beraktivitas
seharian, bekerja menumpuk uang, kepala berat akibat urusan keluarga, dan
masalah lain yang menghadang tiba-tiba, kita layak mendapatkan sunyi di Nusa
Dua, Bali.
Nusa Dua, Bali, sunyi dan eksotik – Photo by Bai Ruindra
Kawasan
Nusa Dua yang elit tampil unik dan menarik dengan pura, patung-patung, pohon
rindang, hotel mewah dan jalanan sepi. Tempat ini dipoles dengan begitu manis
sehingga terkesan seperti kompleks perumahan mewah. Area wisata dengan slogan mahal
ini juga memiliki pantai yang indah, Paninsula Island. Pantai ini juga
menyuguhkan pemandangan yang tidak kalah dengan tempat lain. Kiri adalah pantai
bebas, kanan adalah pantai dengan private tingkat atas. Kamu tidak akan
menemukan suara gendang, musik maupun ombak yang menyentak-nyentak. Semua pas
pada porsinya masing-masing.
Laut tenang di Paninsula Island, Nusa Dua, Bali – Photo by Bai Ruindra
Kesunyian
di Nusa Dua terasa lebih menyengat dengan pesona di seluruh area. Bagi saya,
tempat yang hampir sama dengan Nusa Dua adalah Pura Taman Ayun. Berbeda dengan
Nusa Dua yang lebih mewah dan elegan. Pura Taman Ayun memang dihadirkan sebagai
objek wisata yang kental dengan ajaran Hindu. Pura-pura yang menjulang,
candi-candi yang ada, patung yang lembut dan angkuh tak lain sebagai pemanis
kesunyian itu sendiri. Mudah saja menemukan umat Hindu beribadah di dalam pura.
Sayangnya, kita tidak dibenarkan masuk ke dalam pura tersebut.
Umat Hindu beribadah di Pura Taman Ayun, Bali – Photo by Bai Ruindra
Kaki
yang pegal dan letih di dua tempat ini tak terasa karena kepala saya terus
menyortir kata sunyi untuk menenangkan hati dan pikiran. Benar saja, di setiap
saat udara terhirup, lega itu terasa memenuhi dada. Penat yang terlena, dilupa
begitu saja dan digantikan dengan hawa bahagia. Oksigen yang dipancarkan dari
pohon-pohon tinggi dan rindang merupakan pertanda untuk melanjutkan perjalanan
selanjutnya.
Mungkin,
sebagian orang tidak menyukai hal-hal sedemikian. Saya cukup menikmati karena
kesenangan itu bukan hanya terletak pada hura-hura semata.
Bali dengan Kebersihannya
Jika
di Pura Taman Ayun larangan untuk tidak menginjat rumput tertera di atasnya,
berbeda dengan Pura Ulun Danu Bratan maupun Tanah Lot. Saya cukup tersindir
dengan keadaan di tempat-tempat wisata ini. Kata bersih rasanya tidak lagi
mewakili segenap perasaan. Setiap pandangan adalah kebersihan. Di segala sudut
orang menenteng bekas minuman maupun makanan. Di mana-mana rumput hijau dengan
tanpa “bekas” luka.
Pura Taman Ayun yang dijaga dengan baik – Photo by Bai Ruindra
Nilai
jual ini yang belum saya dapatkan di tempat wisata lain. Hal ini pula yang
menjadikan Bali sebagai kiblat pariwisata Indonesia. Kebersihan memulai segenap
anggapan setelah itu. Pandangan orang akan tertuju kepadamu apabila bersih,
wangi dan rapi. Apapun alasannya, kebersihan itu tetaplah yang utama dalam
menunjang penampilan.
Kebersihan
yang terlihat di Pura Taman Ayun, Pura Ulun Danu Bratan maupun Tanah Lot, mewakili
semua tempat wisata Bali yang belum saya singgahi. Tempat wisata yang menarik
saja tidak cukup, tempat wisata yang unik saja bisa hilang kadar menariknya, tempat
wisata yang menyimpan sampah di mana-mana mencerminkan keangkuhan. Perpaduan tempat
wisata seperti yang terlihat di tempat-tempat yang saya sebutkan ini menjadi
patokan bahwa itulah yang mesti diubah, persepsi inilah yang bagus,
inilah contoh mengubah pariwisata Indonesia!
Seniman di Pura Taman Ayun, Bali – Photo by Bai Ruindra
Bali dengan Keindahannya
Definisi
keindahan itu sebenarnya lebih bermula pada apa yang enak dilihat. Salah satu
pemandangan terindah itu adalah sunset atau matahari terbenam. Salah satu
tempat yang paling tepat untuk ini adalah Pantai Kuta. Banyak pantai indah di
Bali. Banyak pula tempat yang tepat untuk memotret sunset maupun sunrise.
Pantai Kuta termasuk ke dalam list jalan-jalan kami karena pantai ini
cukup terkenal.
“Beli
oleh-oleh topi di Pantai Kuta ya!” permintaan seorang teman, meskipun tidak
saya kabulkan karena berbagai alasan.
“Yang
lagi lihat bule di Pantai Kuta…,” komentar teman lain begitu saya memposting
foto ke media sosial.
Pantai
Kuta sejatinya memiliki pesona tersendiri. Saya kemudian merasa bahwa pesona
itu telah dijaga dengan rapi. Contoh kecil adalah “pawang” yang berdiri
perradius beberapa meter antara satu orang dengan lainnya. Semula saya tidak
begitu peka, bunyi peliut yang tiba-tiba menyentak membuat saya tersadar. Peliut
itu akan ditiup apabila para peselancar – kebanyakan bule – telah melewati
ombak pertama yang tinggi. Tanda itu adalah perintah untuk balik ke batas yang
telah ditentukan. Peliut-peliut itu bertalu-talu lebih kencang apabila wanita
dan anak kecil melewati batas mandi laut atau belajar surfing.
Aceh
yang juga dikelilingi dengan wisata pantai belum memiliki pawang laut begini. Orang-orang
akan ribut dan gaduh apabila seseorang hilang dan tenggelam. Bali memang
menguatkan segala aspek sebagai kiblat pariwisata Indonesia. Pawang di bibir
pantai ini sejatinya bisa dianggap enteng, tetapi tugasnya cukup besar dan
tanggung jawabnya berat.
Apa
yang ingin kamu lihat, itu ada di Bali. Mungkin, falsafahnya demikian.
“Hati-hati
lho sama bule yang pakai underware saja!” seorang teman berujar
demikian.
“Jaga
pandangan selama di Bali!” teman lain memberi nasehat.
Efek
dari terlalu memandang sesuatu dari nilai negatif, sikap was-was kemudian
muncul sangat pekat. Apapun tentang Bali selalu diselundupkan dengan bau-bau “busuk”
padahal saat berada di Bali, tiga hal yang saya sebutkan tadi belum saya
dapatkan di tempat lain. Benar jika pandangan tidak bisa direm, tetapi semua
kembali ke pribadi masing-masing.
“Masih
banyak kok tempat indah yang saya lihat!” sebuah pembelaan sebenarnya
tidak perlu. Posting foto di media sosial cukup mewakili apa yang saya lihat
selama di Bali. Bali tak hanya menjadi kiblat pariwisata Indonesia, daerah ini
bisa lebih dari itu. Tempat-tempat yang saya sebut ini belum memiliki tandingan
di daerah lain. Polesannya masih alami, riak senandungnya masih segar dan
segala pernak-pernik yang ada di dalamnya memiliki nilai jual teramat tinggi.
Pura Ulun Danu Bratan di Bedugul salah satu tujuan wisata yang sejuk dan bersih – Photo by Bai Ruindra
Apa
yang saya lihat di Bali dan orang lain juga lihat tentunya adalah tugas,
pekerjaan rumah dalam memajukan pariwisata Indonesia. Wisatawan domestik maupun
mancanegara nggak perlu dikasih tahu sudah pasti akan ke Bali. Namun ke Sabang,
ke Raja Ampat, ke Danau Toba, ke tempat-tempat lain, sudahkah sebesar kunjungan
ke Bali?
“Ada
kok tempat mandi sabun di Kuta!” begitu ujar driver kami. Pandu
membenarkan. Mandi sabun yang dimaksud adalah tempat mereka yang gemar dengan
musik keras, dansa di lantai dengan liukan tubuh, dan minuman keras.
“Saya
tidak tertarik,” ujar saya. Sandi menyetujui.
Berlibur.
Berwisata. Apapun istilahnya, tak selalu bernilai senang-senang semata. Sudah saatnya
pula tempat-tempat wisata di Indonesia memiliki nilai edukasi. Paling tidak,
sepulang dari sana, bukan cuma foto dengan tawa lepas saja, tetapi lebih dari
itu. Bali telah lama memulainya. Apakah daerah lain akan memulai hal yang
serupa? 
Categories
Uncategorized

Ternyata Fasilitas Hotel di Magelang juga Dilengkapi oleh Keindahan Alam

Fajar dari Candi Borobudur
Fajar dari Candi Borobudur – @bimayuda

Ternyata Fasilitas Hotel di Magelang
juga Dilengkapi o
leh Keindahan Alam – Apakah yang terlintas di benak Anda saat mendengar kata Magelang? Kota yang dijuluki Kota Militer ini memang menjadi salah satu saksi bisu sejarah kemerdekaan Indonesia. Lalu apa lagi sih yang istimewa dari Kota Magelang? Magelang juga menyimpan sejuta cerita tentang asal muasal kerajaan Hindu-Budha. Begitu banyak peninggalan-peninggalan kuno mulai dari zaman kerajaan hingga penjajahan.

Terlepas dari masa pra sejarah, banyak lokasi wisata alam di Magelang yang menjanjikan. Selain itu, lokasi wisata ini juga sangat strategis tempatnya karena terletak tak jauh dari hotel. Jadi Anda tak perlu khawatir akan menempuh perjalanan jauh dari tempat Anda menginap. Saat ini juga telah banyak tersedia penginapan di Kota Magelang. Sebelum Anda memutuskan akan menginap di mana, ada baiknya menelusuri lebih jauh apa dan bagaimana fasilitas yang disediakan hotel pilihan Anda. 
Berikut beberapa hotel yang lokasinya berada cukup dekat dengan wisata alam yang memukau di daerah Magelang.
Plataran Borobudur Resort & Spa
Plataran Borobudur Resort & Spa
Plataran Borobudur Resort & Spa – exrentalcar.com
Dari namanya saja seolah sudah menggambarkan bagaimana ‘mewah’ nya hotel ini. Tapi bagaimana sih fasilitas yang tersedia disana? Lalu keuntungan apa lagi yang bisa diperoleh wisatawan yang menginap disana? Jangan gampang tergoda hanya dari sebuah nama ya. Jadi, mari kita ulas sedikit tentang hotel yang lokasinya berada di Dusun Tanjungan, Borobudur, Magelang.

Begitu banyak cara untuk menikmati pesona Candi Borobudur yang termasuk salah satu warisan budaya dunia. Plataran Borobudur Resort & Spa misalnya. Hotel ini memang sengaja mengusung sebuah nama yang menyisipkan kata Borobudur didalamnya. Hal ini dikarenakan Plataran Borobudur Resort & Spa berada sangat dekat dengan Candi Borobudur. 
Candi Borobudur – @candiborobudur
Hanya butuh waktu 5 menit untuk sampai di Candi Borobudur jika Anda menginap di tempat ini. Menarik bukan? Jadi Anda tidak perlu lelah menempuh perjalanan jauh lagi untuk sampai di peninggalan masa sejarah ini. Tidak hanya itu, Plataran Borobudur Resort & Spa juga menyediakan Royal Suite dan rooftop yang menghadap tepat ke arah Candi Borobudur dan Gunung Merapi. Coba bayangkan, betapa rileksnya Anda menghabiskan waktu disini.
Selain fasilitas hotel, bagi Anda yang ingin menikmati indahnya matahari terbit secara langsung sangat disarankan untuk mengunjungi Punthuk Setumbu. Memang belum lama ini Punthuk Setumbu sudah mulai familiar di telinga para traveller. Tak lain tak bukan berkat Film Ada Apa Dengan Cinta 2 garapan Riri Riza dan Mira Lesmana ini sunrise di Punthuk Setumbu sukses meyedot perhatian masyarakat. 
Meskipun harus menempuh perjalanan lagi, dijamin Anda tidak akan menyesal datang ke tempat ini. Disini Anda akan disajikan oleh lukisan tangan sang pencipta kala matahari terbit. Langit keemasan serta guratan awan bak milyaran kapas yang dihamparkan menjadi kenikmatan tersendiri bagi para pengagum terbitnya sang fajar.
Atria Hotel Magelang
Atria Hotel Magelang yang terletak di jalan Jenderal Sudirman, Magelang Selatan bisa menjadi salah satu rekomendasi penginapan bagi Anda karena lokasinya tidak jauh dari pusat kota. Hotel yang memiliki rating bintang 4 ini juga memiliki fasilitas yang tak kalah oke dari hotel-hotel berbintang lainnya di Kota Magelang. Mulai dari harga Rp. 300.000,00/malam Anda bisa menikmati fasilitas hotel seperti wi-fi, kolam renang, hingga pertunjukan music secara live.
Atria Hotel Magelang – r-ec.bstatic.com
Apabila bosan jika hanya mengurung diri di hotel, Anda bisa berkeliling menikmati keindahan Kota Magelang. Bagi Anda yang hobi naik gunung, mungkin Gunung Merbabu bisa menjadi salah satu pilihan lokasi wisata yang perlu Anda taklukan. Bermodal tekad dan fisik yang kuat, Gunung Merbabu memiliki puluhan alasan untuk Anda kunjungi. Pemandangan yang disuguhkan dari ketinggian 3.145 m bisa memanjakan mata siapapun yang memandangnya.
Gunung Merbabu – @m_urfan_qinthara
Terdapat tiga jalur pendakian untuk sampai di puncak Gunung Merbabu. Hamparan padang rumput kehijauan yang diselimuti kabut awan menambah suasana sejuk di tempat ini. Tak hanya keindahan Gunung Merbabu yang bisa Anda nikmati, karena pada saat mendaki Gunung Merapi yang berseberangan dengan Gunung Merbabu juga bisa terlihat. 
Medan pendakian Gunung Merbabu terbilang tidak berat, apalagi bagi mereka yang terbiasa melakukan pendakian. Namun yang perlu dikhawatirkan adalah udara dingin dan kabut tebal yang dapat membatasi jarak pandang bisa datang sewaktu-waktu. Terlepas dari kendala yang akan dihadapi oleh para pendaki, tentu tak sedikit pun mengurangi tekad untuk mencapai puncak Gunung Merbabu.

Jadi, tipe lokasi wisata yang bagaimana untuk mengisi waktu liburan Anda?
Categories
Uncategorized

Perjalanan Panjang Bersama Honda Sejak Tsunami sampai Kini

Rakit penyeberangan yang mengangkut sepeda motor, termasuk merek Honda, pada awal tsunami Aceh – Photo by Bai Ruindra
Jauh
sebelum memiliki sepeda motor sendiri, saya terlalu enggan mengendarai sepeda
motor orang lain, bahkan milik saudara terdekat. Saya juga tidak berani meminta
dibelikan sepeda motor kepada kedua orang tua. Kondisi ekonomi pada masa itu
tidak memungkinkan kami untuk memiliki sepeda motor “bagus” menurut pandangan
orang. Usai tsunami yang melanda Aceh akhir 2004, semuanya berubah. Memang tidak
secara mendadak, perlahan-lahan tetapi saya merasa benar perubahan itu.

Saya
tidak begitu mengingat tanggal dan bulan berapa orang tua membelikan sepeda
motor. Tahun 2009 menjadi tahun di mana kami memiliki sepeda motor sendiri, Honda
Supra X. Sepeda motor ini pula yang kemudian menjadi saksi tangis, tawa, lelah,
letih, hujan badai, jalan berlumpur, rakit penyeberangan sampai perjalanan pagi
ke sore dari Banda Aceh ke Meulaboh (Aceh Barat). Masa transisi dari musibah
besar ke pembangunan di seluruh Aceh menjadikan bukti begitu besar pengaruh
sepeda motor dalam kehidupan saya.
Jarak
tempuh dari Banda Aceh menuju Meulaboh pada masa itu bisa saya katakan
seharian. Pagi berangkat dari Banda Aceh, sore bahkan magrib baru sampai ke
rumah. Keberanian dan kenekatan telah menjadi satu kesatuan untuk kami
dari pesisir barat Aceh kala itu. Tidak ada kata menyerah menghalau jalanan
yang sedang diperbaiki, intensitas hujan yang tidak bisa diprediksi, jalan
tikus di pinggir pantai, antrian di rakit penyeberangan, semuanya dilalui
dengan mata perih dan badan pegal. Tidak bisa dibandingkan dengan masa kini yang
hanya ditempuh antara 4 sampai 5 jam saja.
Honda
Supra X yang kini masih meraung, jika seandainya makhluk hidup, barangkali
telah meminta istirahat panjang. Perjalanan saya bersama Supra X ini tidak bisa
didefinisikan dengan kata-kata sepanjang apapun. Dengan kondisi dan keadaan
yang sedemikian parahnya masa itu, Supra X masih mampu menarik untuk pulang
dengan selamat.
Sekilas tentang perjalanan itu….
Antrian rakit penyeberangan di Aceh Jaya – Photo by Bai Ruindra
Terseok
kami memulai pagi dari Banda Aceh. Supra X menderu dengan kuat. Gagahnya
melebihi motor besar yang melintasi jalan. Jalanan berembun saya lalui bersama
mahasiswa lain yang pulang berlibur ke pantai barat Aceh. Deru mesin
menderu-deru. Kebanyakan dari kami mengendarai sepeda motor dengan merek Honda.
Lintasan yang dilalui cukup memengaruhi kepenatan maupun konsentrasi. Keluar dari
jalur utama Banda Aceh, sepeda motor kami mulai terbatuk-batuk, menderu lebih
kencang dan menjerit saat ban menginjak lumpur.
Perjalanan
meninggalkan Banda Aceh, melintasi kawasan Aceh Besar, bukit-bukit menanjak,
jalan alternatif mulai terasa menggoda. Di sepanjang jalan adalah mobil-mobil
alat berat sedang bekerja; membelah gunung, mengerok bebatuan di bawahnya, dan mengangkut
pohon-pohon yang baru saja ditumpang. Jalan alternatif yang disediakan untuk
pengendara tak lebih seperti jalan menuju ke kamar mandi; sempit, becek, dikelilingi
hutan belantara, sepi dan menakutkan. Penunjuk jalan demi penunjuk jalan
tertera di mana-mana. Salah belok, kami akan mengarah ke dunia antah-berantah. Tersungkur
di jalan, entah siapa yang mau menolong. Kehabisan bensin di tengah jalan yang sepi,
entah sampai mana kami harus mendorong sepeda motor itu.
Rasa
syukur masih melekat dalam diri saya. Musibah fatal yang paling mengerikan
adalah terpeleset, jatuh di jalan berlumpur, namun Supra X ini tidak mati
bahkan mogok sehingga harus didorong. Ia menderu kuat, meminta saya kembali
mengangkatnya, menarik gas dan berjalan kembali melintasi arena balap seperti pertarungan
Marc Márquez dengan Valentino Rossi. Saya
bahkan tidak yakin Márquez maupun Rossi bisa menang dengan mudah melintasi jalan yang saya lalui
masa itu.
Lelah sudah tidak terasa di terik matahari dan deru ombak yang ganas – Photo by Bai Ruindra
Lepas
dari pengunungan, Gunung Geureute maupun Gunung Kulu, yang keelokannya
menghanyutkan, pandangannya ke lautan lepas, kami harus lebih bersiap menerima
jalan di bibir pantai. Ombak berderu dengan ganas, kaki langit terkadang hitam
pekat, angin sekencang-kencangnya tidak menciutkan niat kami untuk menghalau
jalan tak bertuan. Deru mesin menjerit sejadi-jadinya begitu tertanam ke dalam
pasir. Sepanjang mata memandang adalah pesepeda motor dengan helm tertutup
rapat, masker diikat kencang dan ransel melekat erat. Tak ada yang peduli satu
sama lain kecuali teman dekat. Ada yang berhenti di pinggir jalan, hanya
ditengok dengan ekor mata.
Ke
manapun mata memandang hanya sepi. Rumah-rumah penduduk belum ada di jalan
alternatif ini. Sesekali hanya kami jumpai kios kecil yang menjual bensin,
minuman dan makanan dengan harga cukup mahal. Mau tidak mau, jika waktu tidak
memihak, kami terpaksa singgah dan mengisi bensin di sana.
Kesabaran
dari lelah benar terasa saat kami mengantri di rakit penyeberangan. Setidaknya,
ada beberapa rakit penyeberangan yang mesti kami lalui. Saya lupa akan hal itu.
Tiap menaiki sepeda motor ke atas rakit tersebut, kami wajib melunasi lima ribu
rupiah. Hati sudah pasti tak tentu. Saya dengan mereka yang lain hanya bisa
menatap dangkal ke sungai dalam. Deru mesin rakit penyeberangan bagai pesakitan
yang meminta pertolongan. Beban 10 sepeda motor lebih beserta pengendaranya di
atasnya membuat rakit ini tertatih-tatih ditarik arus sungai. Kiri dipandang
adalah hutan belantara dengan segenap keangkuhannya. Kanan dilihat adalah deru
ombak dengan ganasnya. Tak pernah saya bayangkan apabila tiba-tiba mesin rakit
ini terbatuk lalu mati, maka kami akan segera menjumpai bibir pantai. Inilah kawasan
Aceh Jaya yang menggoda, penuh gairah, penuh taktik, angkuh dengan keelokannya
dan diam-diam makan dalam dengan jalannya yang terjal.
Supra
X yang telah mandi lumpur itu tetap tabah. Tertatih dengan napas
tersengal-sengal. Mungkin saja jika ia bisa berbicara seperti Lightning McQueen yang
manis maupun Mater yang polos di film Car, ia akan segera meminta saya untuk menyudahi
perjalanan ini. Supra X ini hanya mampu memekik sendirinya, hanya saya saja
yang terus menggerutu agar segera tiba di rumah.
Harap-harap cemas untuk sampai ke seberang – Photo by Bai Ruindra
Tsunami
memang telah lama berlalu. Duka itu bahkan tak teringat lagi. Perjalanan di
2009 sampai dua tahun setelahnya, membuat saya pilu jika melihat Supra X terparkir
sendu di depan rumah. Ia terlalu lelah untuk sebuah perjalanan terjal. Kini ia
pun masih dipaksa untuk mengarungi kehidupan kami di jalan yang mulus. Rangkanya
masih kokoh dan mesinnya jarang berkeluh-kesah. Bahkan, jika saya menulis lebih
panjang sampai ke tepian di lautan lepas, terima kasih kepada Supra X ini belum
tentu semanis madu. Tentu, saya harus berterima kasih walaupun ia hanyalah
benda mati. Daripadanya pula saya bisa menulis artikel ini sambil duduk manis,
ditemani secangkir susu hangat, di bawah mendung berkelebat, di tengah semarak
jagad maya dengan aroma permusuhan dan kelucuan maupun keluguan pelakunya.
supra X tahan banting
Inilah Supra X yang ringkih namun tetap perkasa di jalan raya. Ia telah menemani saya dan keluarga tujuh tahun lamanya. Sesekali ia mengeluh karena lelah. Ia tetap kami sayang sebagaimana mestinya. – Photo by Bai Ruindra 
Kisah
perjalanan panjang saya bersama Honda Supra X cuma aroma yang kini tinggal
kenangan. Mau saya bumbuhi dengan manis, asam dan asin sekalipun, kenangan ini
tetaplah berasa kue termahal di dunia.
Categories
Uncategorized

Tiga Tips Fashion Pria dari Kudo untuk Kamu yang Mau Tampil Stylish

fashion pria
Fashion Pria – googleapis.com
tampil apa adanya itu perlu! Apapun pendapat orang lain, biar saja dinilai oleh mereka sendiri. Kamu
perlu tahu bahwa seorang pria itu memiliki cita rasa tersendiri dalam memilih
pakaian.
Fashion Pria
sebenarnya nggak ribet amat dibandingkan dengan wanita. Seorang pria hanya
perlu memadukan tiga bagian penting;
baju, celana dan sepatu, untuk
memulai hari lebih
stylish.

Memang,
nggak semua pria mau memedulikan soal penampilan. Tetapi pria wajib memiliki
penampilan yang menarik agar tidak direndahkan oleh orang lain, belum lagi jika
berbicara menarik perhatian lawan jenis. Pria yang cuek sudah selayaknya
memerhatikan tiga bagian penting tersebut sebelum menyesal kemudian hari.
“Oh,
kenapa ya wanita itu susah didekati?”
“Aku
selalu ditolak!”
Dan,
beragam pendapat lain yang sebenarnya mesti ditelusuri siapa yang benar dan
salah. Belum tentu semua kesalahan itu pada wanita. Bisa saja karena kita –
sebagai pria – terlalu abai untuk menarik dipandang mata. Kenapa wanita
membubuhkan make-up dan memerahkan bibir? Karena bagian ini merupakan
salah satu daya tarik selain inner beauty luar dan dalam.
pria atletis aman pakai baju apa saja
Pria atletis aman pakai baju apa saja.
Manusia
yang berbeda fisik wajib mengetahui jenis pakaian yang layak dipakai. Pria kurus
harusnya memilih pakaian yang begini. Pria gemuk harusnya begini. Pria pendek
harusnya memilih sepatu yang memiliki hak. Tiga tips ini akan membuat kamu
terlihat fashionable saat bersama teman bahkan gebetan.
Baju Tak Perlu Bermerek
Pertama
orang melihat kita itu dari bagian atas. Jenis baju yang dikenakan disesuaikan
dengan kebutuhan. Saya tidak menjabarkan soal formal dan tidak formal. Tetapi lebih
kepada enak dilihat saja dan sesuaikan tempatnya. Pria yang pendek dan kurus,
jenis baju yang cocok adalah kemeja. Pria kurus yang memakai atasan kaos oblong
akan terlihat semakin kurus. Pria yang lebih berisi, dapat memilih pakaian
berjenis oblong namun tetap akan menampakkan perut buncit. Koas oblong biasanya
lebih tepat dipakai oleh mereka yang atletis karena tubuh jenis ini memiliki
otot yang terlatih.
Baju
nggak mesti memiliki merek tertentu dan berharga mahal. Pas di badan belum
tentu pas di mata orang lain. Warna baju juga disesuaikan dengan selera. Warna-warna
gelap biasanya tidak bagus untuk pria kurus. Siapa bilang pria mudah berdandan?
Setelah baca ini kamu wajib menggarisbawahi jenis baju ini cocok atau tidak. Nggak
ada salahnya sesekali kamu bercermin setelah mengenakan baju. Tidak objektif
memang dalam menilai diri sendiri, hal ini perlu sebagai awal sebelum menerima
penilaian dari orang lain, terutama lawan jenis.
Celana Jangan Sampai Kedodoran
Pria
yang memiliki tubuh terlatih, berotot dan gagah dalam definisi umum, mudah saja
memilih celana. Celana apa saja jika dipakai oleh mereka akan menarik. Otot paha
akan terlihat menggoda dan pas saja jika dipakai. Hal ini berlawanan dengan
pria kurus yang susah memilih celana. Celana kain dengan bahan biasa saja,
tidak tebal, akan menampakkan paha dan betis kurus. Celana jeans yang
berukuran lebih besar juga akan terlihat kedodoran.
Pria
yang suka penampilan, baik kurus maupun tidak, akan mudah memilih celana. Pria kurus
sebaiknya menghindari celana dengan jenis kain maupun jeans yang lembut.
Pria kurus juga tidak dianjurkan untuk memakai celana “pensil” karena akan
memperlihatkan tubuh semakin tak berisi. Celana ketat juga sangat berimbas
kepada penampilan pria kurus.
Umumnya,
pria menyukai warna-warna kalem untuk urusan celana. Baik pria kurus maupun
atletis, sebaiknya memilih celana dengan warna kalem karena akan menampakkan
identitas diri sebagai pria maskulin. Kecuali, jika kamu tidak masalah menerima
candaan, boleh saja memiliki warna celana lebih cerah.
Sepatu Jenis Apa untuk Pria
Sepatu
jenis sneakers lebih cocok dipakai oleh pria kurus. Sepatu kasual cocok
untuk pria atletis. Kenapa? Sepatu sneakers memiliki model yang lebih “gagah”
dibandingkan dengan kasual yang terlihat feminin. Pria yang tidak masalah
dengan bentuk tubuh nggak akan kebingungan memilih sepatu. Namun pria yang
kurus dan pendek wajib memilih jenis sepatu.
Sepatu
yang dijual saat ini, baik sneakers maupun kasual telah memiliki hak. Pria
yang pendek mau tidak mau harus memilih sepatu model ini untuk menambah centi
tinggi badan. Warna sepatu juga menunjukkan identitas seorang pria. Putih adalah
alternatif warna karena cocok untuk semua jenis pakaian.
pria kurus pakai kemeja lebih menarik
Pria kurus pakai kemeja lebih menarik.
Pria
yang paham betul akan penampilannya sudah pasti teleh memiliki gaya tersendiri.
Tiga tips ini barangkali bisa dikatakan sebagai penunjang fashion seorang pria.
Sebagai penutup, pemilihan aksesoris seperti tas, ransel, jam tangan, maupun dompet
juga disesuaikan dengan postur tubuh. Nggak akan menarik jika seorang pria
kurus menenteng ransel besar. Nggak bagus juga pria gemuk membawa ransel kecil.
Jam tangan juga jangan terlalu besar sehingga menutupi lengan. Porsi yang pas
dalam berpakaian akan membuat pria menarik untuk dipandang.
Sampai
di sini, sudahkah kamu memiliki fashion tersendiri?