Categories
Uncategorized

Cobain Laptop Paling Kecil di Dunia dari ASUS yang Tangguh

Tiap ke mana-mana, saat ini, saya selalu ditemani oleh notebook. Makin ke sini, kebutuhan sebagai konten kreator di internet, mau tidak mau waktu yang saya habiskan lebih banyak di dunia maya. 
Hari yang tidak bisa memisahkan diri dari notebook seolah berhenti di satu titik jika saya menutup perangkat ini. Dalam menunjang segala aktivitas, saya membutuhkan notebook yang tidak saja andal namun memiliki ukuran yang pas dan tidak berat. 
Mobilitas tinggi, sering berpindah dari satu tempat ke tempat lain, saya diwajibkan mempunyai notebook 14 inci namun mungil saat dipegang. Notebook yang dimaksud adalah ASUS VivoBook Ultra A412. 
Notebook terbaru ASUS ini adalah ultrabook yang sangat mungil. Desain stylish dan mengikuti arah anak muda dalam bergaya, serta sangat powerful sangat cocok untuk konten kreator. Saat memegang, VivoBook Ultra A412 terlihat sangat tipis, yang mempermudah aktivitas saya di luar ruangan. Performa yang tangguh membuat notebook ini sangat gahar di kelasnya. 
Saya yakini, dengan warna-warna cerah yang dipilih oleh ASUS, mengantarkan VivoBook Ultra A412 sebagai salah satu notebook yang sangat ramah anak muda. Saya tidak segan-segan untuk menyebut notebook ini sebagai teman siswa-siswa di sekolah dalam menyelesaikan tugas maupun aktivitas multimedia. 
Desain yang kekinian, warna yang menaikkan gairah bekerja, serta dapur picu yang kencang, notebook ASUS ini bisa menjadi pilihan terbaik. 
ASUS VivoBook Ultra A412

Jimmy Lin, Country Manager ASUS Indonesia, dalam siaran tertulis menyebut, “Sesuai dengan namanya, VivoBook Ultra A412 hadir dengan bodi yang lebih ringkas namun tetap mengedepankan performa. Ultrabook ini juga hadir dengan empat pilihan warna unik, membuatnya tampil mencolok dan berbeda dari ultrabook lainnya.” 
Wajar jika VivoBook Ultra A412 diperuntukkan kepada mereka yang gemar menyemangati hidup dengan penuh warna. Notebook ini sendiri mendapat gelar World’s Smallest Colorful 14-inch Ultrabook, atau ultrabook dengan layar 14 inci paling berwarna dan paling kecil di dunia. 
VivoBook Ultra A412 memiliki panjang 32cm dan lebar 21cm. Meskipun ‘tertulis’ ukuran layar 13 inci tetapi terlihat seperti notebook 13 inci. Tipis dalam genggaman. Mudah masuk ke dalam tas maupun ransel. Dan juga, stylish saat dibawa ke mana-mana. 
Saya yakin sekali kalau VivoBook Ultra A412 sangat disenangi oleh anak-anak di sekolah. Saya yang melihat dan menggenggam bodinya notebook ini, langsung terbayang konten apa saja yang ‘kekinian’ maupun tips belajar yang cocok saya ramu jadi sajian menarik untuk anak-anak. 
Pilihan warna yang menggoda. Rasa yang berbeda dari generasi sukses VivoBook terdahulu, notebook ini didukung oleh performa yang tidak main-main. 

Apa yang Membuat VivoBook Ultra A412 Lebih Unggul?

Saya suka warna cerah yang dihadirkan oleh VivoBook Ultra A412. Notebook ini hadir dengan fitur premium, lebih unggul dibanding notebook lain di kelasnya. Fitur pertama yang menarik adalah NanoEdge Display, sebuah teknologi ekslusif yang membuat bezel pada layar terlihat seperti ukuran 5,7mm. Bezel tipis ini menghadirkan screen-to-body ratio sampai dengan 83 persen. 
Fitur pertama ini biasanya hadir di notebook kelas atas. ASUS memberikan sentuhan ini karena diyakini bahwa makin hari persaingan notebook di kalangan milenial makin sengit. 
Imut dan ringan

ASUS menambahkan fitur kedua yang tak kalah premium yaitu ErgoLift Design. Bodi utama notebook akan terangkat membentuk sudut dua derajat. Dipastikan, kita bisa mengetik lebih mudah dan tidak cepat pegal. Posisi keyboard benar-benar nyaman sekali dan sebagai penulis, saya merasa bahwa posisi ini sangat mampu membuat saya mengetik dalam waktu lama. 
Fitur ini tidak hanya membuat papan ketik lebih enak digunakan. Kinerja CPU juga lebih optimal di mana sirkulasi udara pada sistem pendinginan lebih lancar karena saat bodi terangkat membentuk rongga. Meskipun lama bekerja, kita tidak perlu khawatir notebook ini cepat panas. 
Menariknya, VivoBook Ultra A412 yang diperuntukkan untuk kelas menengah telah memiliki sidik jari yang terintegrasi dengan Windows Hello. Posisi sidik jari di atas keypad membuatnya mudah diaktifkan. Mudah dan praktis, karena selama saya menggunakan notebook dengan sidik jari, tidak ribet saat menghidupkan perangkat. 
Fitur sidik jari juga aman bagi saya. Tidak semua orang bisa mudah membuka notebook kita. Jadi, untuk anak-anak zaman sekarang yang punya banyak ‘rahasia’ apalagi menyimpan idola-idola K-Pop, fitur sidik jari bisa dioptimalkan dengan baik. 

Mengapa VivoBook Ultra A412 Layak untuk Anak Muda?

Anak muda banyak sekali maunya. Di zaman ‘konten kreator’ begini, anak muda banyak sekali ide. Saya tiap hari berinteraksi dengan jiwa-jiwa muda. Di mana mereka terkontaminasi dengan gaya hidup konten-konten kreator yang tenar saat ini. 
Maunya begini. Maunya begitu. Selalu berubah-ubah tiap saat melihat perbedaan dari idola mereka. Nah, saya kemudian menyarankan untuk anak-anak ‘jadilah konten kreator’ itu sendiri. Sangat mudah anak-anak untuk berbuat karena fasilitas ada, ditambah dukungan VivoBook Ultra A412, yang saya rekomendasikan, jadilah mereka berselancar di kanal YouTube dengan beragam ide segar. 
Layarnya cerah banget

Alasan VivoBook Ultra A412 layar untuk ‘hadiah’ anak-anak saya di sekolah karena performa yang powerful. Dalam bodi yang tipis, warna-warna cerah dan keyboard yang keren, pekerjaan kita makin cepat terselesaikan berkat prosesor Intel Core generasi ke-8. 
ASUS memberikan suguhan menarik untuk dapur picu dari VivoBook Ultra A412 ini. Dimulai dengan Intel Core i3-8145U, lalu naik satu tingkatan Intel Core i5-8265U dan terakhir adalah Intel Core i7-8565U. Untuk prosesor terakhir ini mampu bekerja maksimal. Kecepatan pemrosesan sampai dengan 4,6GHz pada konfigurasi 4 core dan 8 thread. 
Tiga pilihan dapur picu ini tentu berbeda harga. Ketiganya juga memiliki kelebihan masing-masing dan masih layak untuk dijadikan teman bekerja. Pilihan RAM juga terbagi dua yaitu 4GB dan 8GB, masing-masing bisa dilihat pada kotak pembelian. 
Multimedia menjadi bagian penting saat ini. Maka grafis yang dipakai ASUS untuk VivoBook Ultra A412 sangat sejalan dengan itu, adalah chip grafis NVIDIA GeForce MX250 dengan VRAM sebesar 2GB. Sangat membantu konten kreator dalam melahirkan konten-konten menarik dan segar. 
Kencang dalam bekerja juga didukung oleh media penyimpanan berbasis M.2 SSD. Konten yang telah dibuat akan mudah disimpan dengan cepat. Dengan berat 1,5kg, notebook ini memang diperuntukkan untuk mereka yang kreatif dan aktif. 

Simpulan dan Rekomendasi

Dengan port seperti USB Type-A, USB Type-C, HDMI dan juga port audio, bodi tipis tak lain sebuah kecantikan hakiki dari ASUS VivoBook Ultra A412 ini. Perfoma yang kencang juga menjadi pesona yang sulit ditinggalkan, dukungan dari Wi-Fi dual-band 802.11ac (2×2) menjadikan perjalanan di dunia maya lebih terasa kencangnya. 
Bodinya juga kuat

Apa yang dibutuhkan generasi milenial saat ini telah ada di VivoBook Ultra A412. Warna-warni yang mengetarkan rasa, kencang dalam bekerja, multimedia yang terasa di dalam sebuah gedung pertunjukan, serta papan ketik yang nyaman untuk pengguna. 
VivoBook Ultra A412 adalah laptop paling kecil di dunia dengan performa kencangnya. Yang tidak tergoda mungkin belum menemukan rasa untuk mencoba. Cobain dulu, baru tahu ada harga ada kualitas.
Main Spec. ASUS VivoBook Ultra A412F
CPU Intel Core i3-8145U Processor
Intel Core i5-8265U Processor
Intel Core i7-8565U Processor
Operating System           Windows 10
Memory 4GB DDR4 RAM
8GB DDR4 RAM
Storage 512GB M.2 PCIe Gen3X2 NVME SSD
Display 14.0″ (16:9) LED backlit FHD (1920×1080) Anti-Glare,
NTSC 45%
Graphics NVIDIA GeForce MX250 with 2GB GDDR5 VRAM
Integrated Intel HD Graphics 620
Input/Output 1x USB 3.1 (Gen1) Type-C, 1x USB 3.1 (Gen1) Type-A,
1x USB 2.0 Type-A, 1x HDMI,
1x Audio Jack, 1x MicroSD card reader
Camera HD Web Camera
Connectivity Dual-band 802.11ac Wi-Fi (2×2), Bluetooth 4.2
Audio Sonic Master audio, Array Microphone
Battery 37WHrs, 2S1P, 2-cell Li-ion Battery
Dimension 32.2(W) x 21.2(D) x 1.90 ~ 1.95 (H) cm
Weight 1.5Kg
Colors Transparent Silver, Slate Grey, Peacock Blue, Coral Crush
Price Start from Rp7.599.000
Warranty 2 tahun garansi global
Categories
Uncategorized

Pesan Bus Bandara Online Cepat dan Praktis untuk Traveler

Kita, biasanya sering khawatir karena takut ketinggalan
pesawat terbang
dengan alasan macet di jalan. Seringkali kita salah
memilih jalur alternatif atau bahkan jenis transportasi ke bandara itu sendiri.

Pesan bus bandara online. 
Ingin segera sampai ke bandara dilakukan dengan banyak cara.
Pesan Bus Bandara Online juga
menjadi pilihan terbaik saat ini. Saya tahu pasti bahwa dengan rute bus
bandara, dengan jadwal yang pasti, kita tidak akan terlambat check-in dan bisa langsung masuk ke
ruang tunggu.
Cerita pengalaman saya sewaktu transit di Bandara Soekarno-Hatta,
Tangerang. Karena perjalanan saya keesokan harinya, saya memilih untuk menginap
satu malam di salah satu hotel
dekat bandara
.
Malam yang terus beranjak. Badan yang sudah sangat lelah
dalam perjalanan 3 jam dari Aceh. Saya tidak nyaman jika harus menginap di
bandara seperti traveler lain.
Hotel dekat bandara sudah dipesan jauh-jauh hari. Sebenarnya,
untuk sampai ke hotel sudah tersedia bus antar jemput dari hotel bersangkutan. Namun,
waktu yang tidak tepat antara kedatangan saya dan jadwal jemput bus, saya
ketinggalan di bandara.
Mau pesan taksi online
dari bandara sangat sulit saat itu. Saya sudah sangat mengantuk dan ingin
segera tidur. Mau tidak mau saya tetap harus menunggu bus antar jemput dari
hotel karena kesulitan memesan taksi online
dan biaya taksi bandara cukup mahal dalam jarak sedekat itu.
Pengalaman yang cukup untuk saya berlama-lama di bandara. Memang,
di satu sisi saya sangat ingin menikmati suasana bandara yang sibuk. Di sisi
lain, di jam yang hampir tengah malam, suasana bandara bukanlah ‘sesuatu’ yang
enak untuk dinikmati.
Saya terkantuk-kantuk menanti bus antar jemput hotel yang
harus jalan sesuai jadwal. Begitu lama rasanya waktu berjalan. Mau beli makan
saya harus jalan jauh dari pintu kedatangan. Mau jalan takut kalau-kalau bus
antar jemput hotel di bandara sudah sampai.
Daripada ketinggalan di bandara dan harus menunggu jadwal
antar jemput bus bandara dalam waktu lama, lebih baik saya menunggu. Enak nggak
enak saya tetap menunggu seperti orang lain.
Penumpang lain hilang satu persatu; ada yang naik taksi, ada
yang naik bus antar jemput hotel yang tentu berbeda dengan saya.
Saya pun tidak mungkin tertidur seorang diri di depan pintu
kedatangan bandara. Bagaimana kalau langsung terlelap terus ditinggal oleh bus
antar jemput hotel itu?
Cukup kali itu saya pikir untuk berlama-lama di pintu
kedatangan bandara. Nggak ada salahnya mengeluarkan uang lebih agar segera
mendapatkan tumpangan ke tujuan.
Lain waktu, saya lebih baik memesan tiket jauh-jauh hari di
Traveloka untuk Pesan Bus Bandara Online.
Lebih nyaman demikian memang karena saya sudah pasti mendapatkan bus begitu turun
dari pesawat terbang.
Cepat dan praktis untuk traveler
yang ingin segera ke destinasi yang dituju. Di mana, sesampai di bandara,
kita langsung mendapatkan tumpangan tanpa perlu menunggu lagi. Kita pun nggak
perlu menyebutkan tujuan karena di aplikasi sudah menentukan tujuan berikut
ongkos dan jenis kendaraan.
Mudah dan aman untuk saya yang sering khawatir selama berada
di bandara. Wajar sih karena badan
sudah cukup lelah di atas udara dan segera ingin istirahat.
Pesan Bus Bandara Online bisa dilakukan di mana saja, bahkan
jauh-jauh hari sebelum kita tiba di tempat tujuan. Pesan dan bayar terus
memasukkan nomor penerbangan, yang kemudian membayar sejumlah biaya yang
dikenakan.
Mau jalan ke mana saja asalkan sudah tersedia bus online di bandara nggak perlu takut lagi
tujuan kita akan gagal. Sesampai di bandara sudah ada yang jemput dan langsung
berangkat.
Pengalaman yang saya alami sangat tidak mengenakkan. Apalagi
di malam hari yang mana operasi taksi dan bus lainnya sedikit berkurang. Dengan
pesan online jauh hari, kita sudah
mendapatkan kepastian kendaraan untuk ke tujuan.
Kalau sudah begini, rasanya ingin langsung segera
jalan-jalan lagi. Ke mana saja asalkan nyaman dan aman dari dan ke bandara. Sebelum
berangkat, Pesan Bus Bandara Online dulu
agar tidak buru-buru waktu di bandara.
Categories
Uncategorized

Ramadan di Aceh; Sejuta Cinta yang Tak Terganti

Selalu ingin pulang ke rumah jika bicara Ramadan. Bulan
penuh berkah ini pesonanya tak pernah tertandingi di negeri kami. Ramadan
di Aceh
tidak hanya sebatas berpuasa sebulan penuh semata,
tetapi lebih dari itu. Aroma bulan puasa sudah jauh hari tercium dan barangkali
enggan untuk kembali jika melihat ini.
Ramadan di Aceh
Ramadan di Aceh – instagram @wisataaceh
Ramadan di Aceh menjadi sorotan yang mematikan. Masa-masa
kuliah dulu, meskipun jadwal padat selalu ada rasa untuk berkumpul bersama
keluarga menjelang bulan puasa. Mungkin, kebersamaan ini hanya akan kau dapatkan jika lahir di Aceh atau menikah dengan orang Aceh.
Ibu atau Nenek saya seringkali berujar, “Tidak enak kau puasa di negeri orang,” atau dengan ujaran lain, “Meugang kau pulanglah dulu!
Indera penciuman kami orang Aceh seolah-olah telah mencium
bau Ramadan. Meugang menjadi tradisi
yang tak terlupa bagi masyarakat Aceh. Tua dan muda. Anak-anak sampai dewasa.
Suami dan istri. Orang tua dan anaknya. Kerabat saling bersilaturahmi. Hanya di Aceh pemandangan ini terlihat
kentara sekali.
Begitu terus dan melekat sampai kini. Saya memang tidak tahu
dari masa asal tradisi meugang jelang
puasa Ramadan di Aceh. Orang Aceh, siapapun
itu
, belum ‘sah’ puasa esok hari jikalau belum makan daging meugang. Nggak cukup daging ayam, wajib
daging sapi atau kerbau!
Ramadan di Aceh adalah indah dalam segala rupa. Kau akan terpesona dengan segenap rasa
dan gempita yang lahir begitu saja. Meugang
cuma pertanda bahwa esok kita akan
berpuasa
. Meski kau berkelana ke
mana-mana, tradisi ini tetaplah di rindu. Karena, hanya di Aceh kau bisa menikmati makan besar, bersama
keluarga, sanak famili dan kawan-kawan sebelum berpuasa.
Cukupkah meugang berlalu
begitu saja? Makan-makan daging? Kunjung-mengunjungi kerabat? Tidak. Makanya,
saya sebut, pesona Ramadan di Aceh tiada tara jika kau mau membandingkan dengan daerah lain di Indonesia.

Meugang; Makan Daging yang Banyak

Orang kurang mampu di Aceh berubah menjadi mampu saat meugang
tiba. Dulu, saya masih kanak-kanak yang tidak mengetahui apa yang dirasa oleh
orang tua, terutama Ayah. Orang tua akan melakukan segala cara agar bisa
membeli daging meugang. Meugang itu
adalah makan daging. Daging itu ‘bukan’ ayam tetapi kerbau atau sapi.
Dua hari atau sehari sebelum bulan puasa, orang Aceh akan
beramai-ramai membeli daging kerbau atau sapi. Di seluruh kampung akan tercium
bau masakan dengan rempah pilihan untuk memasak daging.
Ibu pernah berkata kepada saya, “Setengah kilo saja kau beli nggak apa, asalkan ada daging meugang kali
ini!
Dan, saya baru benar-benar merasa perputaran waktu itu
terjadi begitu saja. Orang-orang yang telah dewasa, terutama mereka yang sudah
berkeluarga, akan mencari ‘upah’ di
mana rezeki bisa digais, untuk membawa pulang setengah kilo daging saja – tak apa.
Bau kuah daging saat di atas kompor luar biasa menyengat. Kau tahu hal itu. Orang tua di Aceh
punya prinsip yang demikian; dapur
tetangga ada asap daging meugang, dapur rumah sendiri juga demikian!
Nggak
peduli berapa berat timbangan saat membeli daging meugang ini, dan tidak ada yang tanya berapa banyak kau beli daging meugang?
Tradisi meugang di Aceh – suara,com
Tiap rumah di Aceh akan mengepul asap daging meugang. Meskipun atap rumbia dengan
dinding papan yang sudah lapuk, daging meugang
dengan harga Rp 180.000 perkilo – harga tahun ini – tetap dibeli.
Saya sendiri bisa merinding membayangkan bagaimana orang tua di Aceh mendapatkan
daging meugang. Begitulah perjuangan
orang tua saya dulu, orang tua kita, untuk membuat anak-anak mereka makan enak sebelum berpuasa Ramadan.
Makan daging meugang tentu
makan enak di Aceh. Saya tahu, saya juga yakin, kerabat di kampung ‘hanya’ mau membeli daging saat meugang saja. Jika mereka makan daging
lain kali adalah di rumah orang pesta atau tidak sama sekali.
Itulah nikmatnya daging meugang
yang tidak bisa diganti dengan apapun, “Setahun
bekerja untuk ibadah satu bulan!”
Ibu saya sering berkata demikian.
Mungkin benar, sekilo daging meugang tidak ada apa-apa dibanding setahun lewat. Entah bagaimana
dan apa yang terjadi, orang-orang Aceh menjadikan tradisi meugang sebagai sarana untuk makan
besar
atau makan enak bersama keluarga
tercinta. Mau tidak mau!

Meugang Penganti Baru

Menikah
dengan gadis Aceh
tidak cuma soal mahar
yang mahal
. Tradisi tidak bisa ditebang dengan pedang setajam
apapun. Aceh tetap Aceh dengan cita rasa dan beda yang bangga. Perbedaan ini
yang menjadikan orang suka dengan gairah di Aceh.
Demikian pula soal meugang
bagi penganti baru di Aceh. Tradisi ini menarik dan unik bagi saya. Jelang
Ramadan adalah waktu yang sibuk sekali bagi pengantin baru. Pria maupun wanita.
Keduanya sama-sama memberi dan menerima.
Pengantin wanita akan mengantarkan kue khas Aceh untuk meugang – dan juga kue lebaran nantinya.
Kue ini tidak cukup satu atau dua talam saja. Kue khas Aceh berupa karah,
kue pret dan lain-lain ini disusun rapi dalam idang
yang kemudian dihias indah.
Kue dalam idang ini
kemudian diantar oleh orang tua pengantin wanita ke rumah pengantin pria. Kue-kue
ini menjadi sebuah tradisi yang ‘wajib’ dipenuhi oleh pengantin wanita di Aceh.
Entah siapa yang menikah nantinya, tradisi ini tidak bisa dilewatkan begitu
saja.
Idang untuk mertua.
Ada memberi, ada pula menerima. Pengantin pria akan membawa
pulang daging dalam jumlah banyak ke rumah mertua. Daging itu bisa berupa
kepala maupun sebelah kaki kerbau. Tradisi ini juga sudah terjadi sejak dulu
dan menjadi fenomena yang sulit dihapus di Aceh.
Pengantin pria mau tidak mau, sanggup ataupun tidak, ‘wajib’
mengantar daging meugang ke rumah
mertua. Tandanya, puasa akan jadi esok
hari!
Kesibukan pengantin baru di Aceh tidak berhenti di antara
kue dan daging meugang semata. Pengantin
baru ini akan bersilaturahmi ke rumah saudara kedua belah pihak, sekadar untuk
‘mengenalkan’ kembali pasangan masing-masing kepada saudara.
Bisa dibayangkan betapa repotnya pengantin baru di Aceh dengan
makan tape ketan, lemang sampai daging meugang
di banyak rumah saudara. Namun, ini hanya terjadi sekali seumur hidup. Dilalui
membawa kebahagiaan tersendiri, tidak dilewati mungkin akan ‘diminta’ suatu saat nanti yang tidak mungkin
terealisasikan kembali.

Meugang Orang-orang Aceh

Meugang orang-orang
Aceh tidak hanya sebatas makan daging semata. Tape ketan maupun lemang
adalah menu lain yang tidak boleh dilewatkan. Biasanya, dua hari sebelum puasa,
perempuan Aceh akan sibuk membuat tape ketan dan juga lemang.
Daging, tape ketan, dan lemang tak lain perpaduan yang
benar-benar ‘menggoda’ rasa untuk orang yang mencicipinya. Namun, kata orang
Aceh, “Setahun sekali,” adalah waktu
untuk makan enak ini.
Di rumah mana saja kau
singgah untuk silaturahmi sebelum bulan puasa, kau akan dihidangkan tiga menu itu. Kau tak boleh menawar. Tidak pula merasa iba dan kasihan karena
kerabat yang dikunjungi kurang mampu. Tuan rumah sungguh akan senang jika kau mencicipi hidangan yang diberikan.
Ramadan di Aceh artinya kau
harus melewati meugang. Tradisi
ini hampir mirip dengan lebaran. Silaturahmi ke rumah kerabat. Mengunjungi
orang tua dengan menenteng tiga menu tadi. Ketuk rumah tetangga sekadar makan
satu bungkus tape. Semua itu dilakukan oleh orang-orang
Aceh
.
Nggak ada orang Aceh yang tidak menikmati momen ini. Orang
tua akan bersedih bila anaknya tidak pulang di hari meugang. Mertua akan mencemooh menantu laki-laki jika tidak membawa
pulang daging meugang. Mulut terasa
hambar sebelum mengunyah tape ketan atau lemang.
Semuanya itu berlalu begitu saja. Sejak saya lahir sampai
merasakan degup jantung pasar di hari meugang,
momentum itu dirayakan oleh orang-orang Aceh. Jika kau tanya lagi kenapa, saya tidak tahu. Bahkan, orang-orang Aceh
akan menitikkan airmata bila tidak membeli daging meugang!
puasa di Aceh
Lemang – ayooberita.com
Kita lepaskan meugang yang
berlalu. Ramadan di Aceh pesonanya sangat berbeda. Semarak yang saya sebutkan
di atas adalah keacehan yang sampai kapan pun tidak mudah dilupa. Saya berdiri
di tengah-tengah masyarakat Aceh yang benar mencintai Ramadan dengan caranya
tersendiri.
Serambi Mekkah memang julukan untuk Aceh. Syariat Islam
adalah dasar hukum di negeri ini. Ragam pendapat yang membenarkan, bahkan
menjatuhkan nama Aceh tidak lantas membuat negeri Teuku Umar ini terkucilkan.
Aceh tetap kuat dengan keislamannya. Kau tak akan tahu seperti apa Ramadan di Aceh sebelum sehari saja
bersama kami. Bau Ramadan telah tercium sejak hari meugang pertama. Tak lama setelah itu adalah berpuasa dengan
sukacita.
Adalah malam pertama salat tarawih di bulan Ramadan menjadi
sebuah momen yang tak terlupakan. Lepas pulang dari rumah saudara; makan tape
ketan dan lemang, serta kenyang dengan daging, akan terburu-buru ke masjid
kampung untuk ‘mengucapkan salam’ kepada Ramadan.

Tarawih 20 Rakaat atau 8 Rakaat

Kau mungkin
sedikit merasa aneh dengan tabiat beberapa anak muda. Tidak hanya di Aceh.
Mungkin di tempat lain juga, yang saya tidak ketahui.
Salat tarawih adalah pesona Ramadan yang tak pernah
terabaikan. Tarawih dan puasa sebulan penuh hanya ada di bulan Ramadan dan itu
keberkahan untuk umat Islam.
Demikian pula soal salat tarawih yang memicu perdebatan
panjang. Namun, bagi kaum muda di Aceh ini adalah
di mana waktu salat paling cepat, di sanalah kaki akan melangkah. Fenomena
ini menjadi kebiasaan yang terus terjadi begitu saja dan masjid yang cepat
waktu salat tarawihnya akan ‘penuh’ hampir tiap malam.
Itu kebiasaan mutlak yang menjadi kerinduan tersendiri. Perdebatan
yang sebenarnya alot adalah soal rakaat tarawih antara 20 rakaat atau 8 rakaat.
salat tarawih di aceh
Salat tarawih di Aceh – instagram @wisataaceh
Beberapa masjid di Aceh terkenal memilah rakaat salat
tarawih ini. Jadi, ada imam yang salat 8 rakaat dilanjutkan dengan 3 rakaat
witir, lalu dilanjutkan oleh imam lain dengan 20 rakaat dengan 3 rakaat witir.
Meskipun perbedaan kentara sekali di Aceh soal rakaat salat
tarawih ini, tidak pula menimbulkan perdebatan panjang sampai ‘tawuran’ untuk
mempertahankan ide. Ulama di Aceh membenahi sistem, memberikan solusi sehingga
masyarakat Aceh menerima perbedaan ini dengan mudah.
Jadi, kau akan
mudah sekali menemui orang-orang Aceh salat tarawih 8 rakaat sampai 20 rakaat,
walaupun di masjid yang sama.

Pinggir Jalan Milik Penjual Takjil

Ramainya di Aceh saat bulan puasa tidak sama dengan bulan
lain. Penjual takjil atau menu berbuka puasa hampir di seluruh Aceh adalah
sama. Boleh saya sebut ini pedagang musiman; selain dari mereka yang
benar-benar menjual kue harian di bulan lain.
Entah siapa menjual kelapa muda atau es campur di pinggir
jalan di Aceh, adalah pemandangan yang wajar. Kau akan menemui mereka di mana-mana dengan berbagai rasa dan
aroma.
Sepanjang jalan adalah kenikmatan tersendiri menyaksikan
orang-orang berjualan takjil. Mungkin, kita berpikir bahwa nggak mungkin ada yang beli sebanyak itu. Tetapi, nama juga rezeki yang
diatur untuk mereka yang berusaha, selalu saja ‘laku’ takjil tersebut.
Jalanan yang biasanya sepi di sore hari dari sehabis Ashar sampai
jelang berbuka, padat oleh mereka yang mencari takjil. Semua dibiarkan begitu
saja. Tidak ada orang yang menyebut telah merusak tatanan kota, karena itu
adalah pemandangan ‘indah’ sementara waktu.
Lepas Ramadan, semua itu sirna. Orang-orang Aceh yang
berpuasa juga menikmati pemandangan tersebut. Meskipun cuma melewati saja tanpa
membeli, penjual takjil yang memberi senyum menjadi pelepas lelah seharian
menahan haus dan lapar.
Penjual takjil di Aceh – tagar.id
Istilah ngabuburit mungkin
saja tidak populer di Aceh. Masyarakat Aceh yang sudah melakukan aktivitas itu
menyebut ‘ajak main puasa’ sampai
waktu berbuka. Ibu saya sering berujar demikian.
Sewaktu kecil kita sering mengeluh lama sekali waktu
berbuka. Biasanya, Ayah mengajak ‘ngabuburit’
dan melihat orang berjualan takjil. Ada yang dibeli dan ada pula yang tidak. Orang
yang jualan juga tidak dikenal seperti penjual biasanya.
Sampai sekarang, saya masih penasaran dengan orang yang
berjualan di pinggir jalan selama bulan Ramadan. Namun, saya juga tidak tahu
jawaban apa yang sebenarnya dibutuhkan untuk itu. Kemudian, saya mengikuti
irama, menikmati pemandangan itu selama bulan puasa, dan berujar, “Begitulah pintu rezeki dibuka
selebar-lebarnya di bulan Ramadan!

Kue Lebaran Buatan Sendiri

Di Aceh, kebiasaan makan opor ayam dan lontong barangkali
belum seperti di daerah lain. Orang tua di Aceh terbiasa membuat kue khas Aceh
saat lebaran; walaupun tidak lagi ‘laku’ saat disuguhkan ke hadapan orang
berlebaran.
Saya masih melihat perempuan Aceh membuat kue karah maupun
lainnya beberapa hari menjelang idulfitri. Saya pernah berujar ke Ibu, “Buat apa kue karah? Nggak ada yang makan
juga!
Ibu saya melotot, “Kau
seharusnya bangga dengan kue karah!
” – maksud Ibu kue khas Aceh. Jika saya
pertimbangkan lagi, kue karah dan jenis kue khas Aceh lain memang dibuat saat
lebaran begini.
Mulailah sibuk perempuan-perempuan Aceh membuat kue khas
Aceh. Pergeseran mungkin telah terjadi beberapa tahun ke belakang. Orang
membeli kue kering atau jenis kacang-kacangan yang lebih enak dimakan. Namun,
orang tua kami di kampung tetap ngotot untuk
membuat kue karah dan kerabatnya.
Kembali ke pengantin wanita. Setelah kue meugang, dikenal pula kue lebaran yang
diantar paling telat di malam takbiran. Kue-kue kering khas Aceh ini menjadi
‘cinderamata’ pengantin wanita kepada mertuanya. Idang berisi kue ini hanya sekali seumur hidup diantarkan ke rumah
mertua yaitu idulfitri di tahun pertama pernikahan.
Kue lebaran buatan sendiri yang ketinggalan zaman memang
tidak ‘enak’ jika dibandingkan dengan kue modern. Tradisi yang enggan
ditinggal, kekayaan daerah yang tidak mau dilupa, membuat nenek-nenek di
kampung berani ‘mengebiri’ anak muda yang memprotesnya.
Anak perempuan yang tidak bisa membuat kue karah bisa disebut
telah menanggal keacehannya. Orang tua kita memang begitu kuat dalam memegang
tradisi sehingga tumbuh sampai kini, dan dikenal orang banyak sebagai pembeda
antara satu suku dengan suku lain.
Kebiasaan membuat kue khas Aceh jelang idulfitri membuat
saya bersyukur bahwa cita rasa dan ciri khas Aceh masih melekat di masyarakat
kita.
Ramadan yang berlalu di Aceh akan meninggalkan serpihan
kenangan. Maka, saya bilang Aceh
berbeda dari berbagai cara memandangnya. Segenap rindu di perantauan akan tercipta
begitu saja jika mengenai puasa di Aceh.
karah kue khas Aceh
Karah kue khas Aceh – meutiarahmah.com
Puasa sebulan penuh adalah kewajiban dalam Islam. Salat
tarawih 20 atau 8 rakaat adalah tergantung orang yang mengerjakannya. Tadarrus dianjurkan
selama bulan Ramadan. Beli baju lebaran adalah umum bagi umat muslim berpuasa
atau tidak. Takbir keliling tak lain kebiasaan masyarakat Indonesia sejak dulu.
Di mana-mana adalah sama. Cuma di sini, suatu yang beda menjadi catatan sejarah
manisnya Ramadan di Aceh sepanjang masa!