yang bergerimis, gelap tiba-tiba menyelimuti kota kami. Di tengah kota yang
tidak padat, partikel-partikel jaringan data seakan-akan sedang menyemarakkan
pawai kebangsaan. Di sana-sini orang-orang memainkan smartphone sambil
tertawa dan termenung. Di bagian lain, orang-orang sibuk mengetik di atas keyboard
laptop pada warung kopi dengan fasilitas internet gratis.
mulai memainkan jari di atas keyboard laptop butut yang telah menemani waktu
hampir 6 tahun. Di beberapa bagian laptop ini telah sangat merajuk untuk
diganti dengan yang lain. Portable bawaan konektivitas internet telah
tercabut pada satu waktu karena tersambar petir. Aku harus mengganti external
portable untuk dapat melakukan interaksi melalui jaringan internet.
dokumen masih menyala putih. Kata-kata yang telah kusiapkan untuk memulai
sebuah artikel belum juga menumpuk di sana. Bingung yang kalut mendadak emosi
saat dering telepon masuk. Aku sedang tidak ingin menerima panggilan dari
siapapun itu karena kotak-kotak kecil di kepala tentang sebuah tulisan yang
menurutku sangat menarik harus segera ditulis.
menarik smartphone yang selalu diletakkan di atas meja dalam keadaan
layar ke bawah. Aku juga tidak meletakkan smartphone langsung di atas
meja tanpa ada tisu atau sejenisnya. Ada pula yang tanya kenapa aku selalu
meletakkan smartphone dalam keadaan terbalik, “Untuk menjaga lensa
kamera!” tegasku.
masuk ke smartphone itu sudah aku hapal betul. Semenjak penggunakan pascabayar
dari salah satu provider penguasa, panggilan ‘darurat’ selalu masuk dari call
center dengan nomor cantik empat angka. Nomor ini tidak bisa dihubungi
balik jika kita tidak sempat menerima panggilannya. Aku sudah bisa menebak,
seperti yang sudah-sudah, customer service ini akan bermanja-manja
denganku tentang pelayanan dan tentu saja promosi peningkatan paket data.
menggeser notifikasi warna hijau ke kanan untuk menerima panggilan itu. Beberapa
saat aku diamkan untuk memberi harapan dan sekadar mendengar sapaan khas dari suara
di seberang sana. Hening seketika menjadi lebih khidmat di antara suara ketukan
di keyboard seorang pria muda di kananku. Mungkin dia sedang mengetik
laporan atau sedang bermain game dengan tingkat ketelitian cepat. Hening malah putus
asa kembali saat dua remaja cekikikan di depanku sambil menonton sebuah
tayangan di internet yang suaranya terlempar ke luar. Aku menarik napas pendek,
berharap entah pada apa yang akan terjadi dan menghanguskan kesal karena belum
terlintas apa yang ingin kutulis hari itu.
suaraku diberatkan untuk hal yang ‘nggak’ begitu penting ini. Trik marketing provider
terkenal itu telah aku hapal dan mampu menghipnotis pelanggan setia untuk
pindah paket dari terendah ke termahal.
siang, Bapak – dia menyebut namaku jelas – , saya Ratih dari Customer Sercvice…,”
suaranya renyah seperti kerupuk singkong yang baru keluar dari kuali berminyak
panas di atas api membara.
mengurai hari itu dengan santai menurutnya. Aku menjawab sambil lalu karena
merasa masih terganggu dengan panggilan telepon ini. Aku mengambil alih
kekesalan dari sudut pandang yang rawan menjadi lebih menarik atas suara
‘manja’ Ratih. Entah benar namanya itu entah aku terlupa akan hal tersebut. Biasanya,
aku cepat lupa pada nama yang belum dikenal dengan baik.
Bapak. Saya cek di sistem kami, Bapak telah mengaktifkan Paket Cantik pada
tanggal 20 Februari senilai Rp.50 ribu,” Ratih memulai pembicaraan dengan to
the point. Aku makin kesal karena tahu bahwa telah mengaktifkan paket yang
dimaksud, alasan pasti karena paket data yang menjadi langganan bulanan tidak
cukup untuk pemakaian satu bulan.
saya tidak cukup, Mbak,” ujarku acuh sambil membuka browser untuk entah
apa di internet.
sarankan Bapak untuk mendapatkan pelayanan terbaik kami dengan melakukan upgrade
paket data,” aku belum tertarik sama sekali untuk ini. Dua bulan lalu, aku juga
telah melakukan upgrade paket data namun tidak mendapatkan kemudahan dan
penghematan berarti. Ratih lalu menjelaskan prosedur naik kelas itu dan besar
biaya yang akan aku bayarkan di tagihan bulan berikutnya.
butuh paket data yang hemat, Mbak. Ada nggak paket data khusus jangan telepon
dan SMS saja, saya nggak pakai telepon dan SMS!” ujarku dengan amarah yang
tiba-tiba kembali menyala. Ini kok sudah bayar mahal tapi paket data
terkuras bagai meneguk air putih segalon sekali teguk saja.
maaf, paket data yang Bapak minta belum terdapat dalam sistem kami,”
ini tahu kenapa paket data cepat habis?” tanyaku penuh selidik.
Bapak, untuk saat ini di daerah Bapak – dia menyebutkan nama lengkap kotaku – telah
mengalami peningkatan kecepatan internet persekon 40 mbps. Kecepatan internet
ini berpengaruh pada pengurangan paket data secara berkala. Misalnya Bapak
membuka Facebook, paket data yang dikeluarkan akan semakin besar dibandingkan
membuka aplikasi lain yang lebih rendah kustominasinya,” aku mulai mendapatkan
titik terang dari masalah yang selama ini kacau.
itu, kami sarankan untuk mematikan atau on off paket data apabila tidak
terjadi pemakaian,” aku juga tahu kalau itu. Ratih lalu menjabarkan kembali –
alih-alih promosi cantiknya untuk mendapatkan pelanggan setia – paket data yang
semula ditawarkan untuk aku upgrade.
tidak berminat pindah paket, Mbak,” tegasku.
Apabila Bapak ingin melakukan pemindahan paket bisa menghubungi kami kembali
pada layanan call center,”
perlu paket data yang besar dan hemat, Mbak!”
Kami sampaikan sekali lagi bahwa kecepatan internet di daerah Bapak telah
mengalami peningkatan mencapai 40 mbps persekon, sehingga paket data cepat
habis dalam suatu waktu pemakaian,” Ratih mengulang kembali pengetahuan baru
itu.
mengelus dada. Kecepatan naik sampai 40 mbps, paket data cepat habis tetapi tetap
saja internet sesekali ngadat bukan main. Aku tak sudi bermanja-manja
dengan customer service itu karena ke depan aku belum mendapatkan
kemudahan seperti yang aku inginkan. Jika aku melakukan upgrade paket
data apakah akan terjamin penghematan? Aku ragu untuk ini dan mendengar saja
ocehan Ratih yang mengulang promosi paket ‘hemat’ seperti sales yang
sedang mencari pembeli.
Bapak, untuk permintaan paket data seperti yang diminta belum ada dalam promosi
kami saat ini,”
butuh paket data hemat, Mbak,” jadi nggak penting lagi meladeni jika cuma
mendengar promosi ini itu.
maaf, Bapak, belum tersedia sampai saat ini,”
tunggu kapan ada saja, Mbak,”
Adalagi yang bisa kami bantu?”
apa? Cuma cuap-cuap manja dan ujung-ujung minta dinaikkan status paket data? Oh,
tidak. Aku tambah pusing untuk itu. Paket data yang sekarang saja telah
dihematkan namun belum hemat juga. Harga yang cukup mahal tetapi tidak ada
‘dispensasi’ kepada pelanggan yang setia. Mau pindah ke ‘rumah’ lain, di sini,
di kotaku hanya ada ‘rumah’ ini yang terlihat mewah.
kemudian menutup panggilan manja itu. Besok-besok, akan ada Ratih yang lain
dengan segenap promosi dan permintaan upgrade paket data. Sesekali, aku
mau menerima telepon dari call center dengan kabar Anda
mendapatkan mobil lima ratus juta rupiah karena telah menjadi pelanggan setia!
pesan singkat model begini bukan dari provider yang dimaksud tetapi dari
nomor-nomor cantik yang tak kalah manja dari Ratih. Jika cuma alasan aku sering
aktifkan paket tambahan lalu harus pindah paket ke harga yang lebih mahal, maaf
saja aku belum tertarik dengan ‘desahan’ itu.
Aku aktifkan juga tidak rutin,
hanya untuk menambal kebutuhan yang timpang secara brutal. Obrolan manja yang
kumau adalah obrolan yang benar-benar merasuk ke dalam jiwa dan raga. Usai
obrolan itu, di akhir bulan ini, sebelum jatuh tempo masuk tagihan dan paket
data baru, paket data yang jatahnya 10 hari ke depan hanya tinggal sisa nasi
bungkus. Aku tambah kuota karena sayang mengganti sim card di smartphone
yang bagus ini. Bongkar pasang slot sim card dapat membuat bagian
itu tidak lagi cantik.
saja obrolan manja itu terlampaui pada batas waktu. Di lain momen nanti,
mungkin saja aku mendapatkan panggilan telah memenangkan undian mobil mewah. Siapa
yang tahu?