Categories
Uncategorized

Tips Puasa Bagi Penderita Asam Lambung

Jangan coba-coba dengan penyakit iniAsam
lambung, bermula dari
mag, penyebab awalnya tidak teratur makan. Inilah
akibatnya, perut jadi perih, seperti terbakar, mual saat makan, badan lemas
bahkan nyeri sampai ke kepala.
Memang,
penyakit ini semula dianggap sangat sepele. Namun, penyakit ini bisa
menghalangi semua aktivitas. Sakitnya bisa tiba-tiba dan si penderita harus
mengonsumsi makanan tiap saat.

Mereka yang sakit asam lambung biasanya tidak
bisa makan dalam porsi banyak, namun mereka harus makan berulang-ulang dalam
porsi sedikit. Begitu perut terasa sakit, makanan sekecil apapun bisa
menghalangi rasa sakit tersebut.

Bagaimana jika bulan puasa?
Tentu,
penderita asam lambung sangat tersiksa jika harus berpuasa. Sesaat saja perut
kosong, maka perut akan seperti dibakar dan badan langsung lemas.

Walaupun
puasa sangat menyehatkan dan bisa membantu aktivitas pencernaan, namun
penderita asam lambung harus bijaksana dalam berpuasa. Apa saja yang harus
dilakukan oleh penderita asam lambung agar terhindar dari sakit saat puasa?

Pertama, konsultasi ke dokter. Poin ini sangat penting. Dokter tidak hanya
memberi obat untuk mengurangi rasa sakit namun akan memberikan petuah
terbaiknya. Setidaknya dokter akan memberikan beberapa catatan untuk dihindari
jika ingin terus puasa.
Kedua, minum obat
teratur. Obat tak lain untuk meredakan rasa sakit. Minum obat sesuai anjuran
dokter (saat sahur dan berbuka, maupun sebelum tidur) harus benar-benar
dipatuhi. Pengaruh obat sangat terasa bagi penderita asam lambung yang perutnya
kosong di siang hari.
Ketiga, penuhi asupan
makanan. Makanan yang mengandung serat sangat baik untuk penderita asam
lambung. Makanan ini akan bertahan lama. Namun, sebagai orang Indonesia, nasi
adalah salah satu pilihan makanan yang mampu dicerna dengan baik.
Keempat, hindari
makanan berminyak dan pedas. Makanan berminyak sangat berbahaya bagi penderita
asam lambung. Minyak dapat memperlambat proses pencernaan makanan. Makanan
pedas juga tak lain penyebab lambung semakin teriris. Menghindari kedua jenis
makanan ini dapat meminimalkan rasa sakit di siang hari.
Kelima, minum air
putih. Air putih sangat baik untuk menetralisir seluruh tubuh. Minum air putih
dengan cukup dapat menghindari dehidrasi di siang hari. Dehidrasi dapat
berakibat fatal bagi perut yang kosong. Dehidrasi adalah pemicu rasa lapar yang
cukup kuat bagi penderita asam lambung.
Penyakit Asam Lambung
Apakah sudah cukup?
Kesadaran
diri. Jangan berlebihan saat makan dan tidak teratur saat makan. Asam lambung
bisa diderita oleh siapa saja. Menghindari lebih baik dari pada terus-terusan
menerima imbas sakit berkepanjangan.

Puasa telah diteliti secara medis dan mendapat pengakuan dunia, padahal Islam
telah menganjurkan berabad silam. Tips ini saya berikan kepada pembaca karena
saya – saat ini – merupakan salah seorang penderita asam lambung. Semoga
bermanfaat dan puasanya lancar!

Categories
Uncategorized

Cita Rasa Kuliner Aceh Barat

Makanan! Pasti
tergiur. Karena setiap makanan punya kelezatan tersendiri. Apalagi mengenai
makanan khas daerah. Mau tidak mau tentu harus menjadi santapan terlezat
sepanjang masa. Makanan khas di suatu daerah tak perlu rempah-rempah impor. Semua
bahan baku sudah tersedia di alam, tinggal petik, racik, makan dan santap!
Aceh
tidak hanya dikenal sebagai tujuan wisata dengan pantai indah. Kuliner di Aceh
juga tak hanya kopi ulee
kareng
maupun kupi
khop
. Hidangan makanan yang terbuat dari daun-daun begitu menarik
perhatian. Dan yang pasti, dalam setiap pesta, makanan ini harus terhidang di
atas meja prasmanan. Tertarik mencoba makanan ini?
Bu Kulah
Inilah
nasi yang dibungkus dengan daun pisang. Ini nasi biasa. Daun pisang pun mudah
didapat di sekitar. Membungkus nasi dalam daun pisang bisa berbentuk piramida
maupun berbentuk persegi empat, di Aceh disebut bungkus mie goreng. Ukuran bungkus
daun pisang ini disesuaikan dengan kebutuhan. Tetapi, satu bungkus nasi dalam
daun pisang ini cukup untuk mengenyangkan perut orang dewasa.
Aroma bu kulah ini sedap sekali….
Benar.
Nasi yang dibungkus dengan daun pisang muda itu aromanya berbeda dengan nasi
yang langsung ditaruh di piring. Daun pisang muda yang telah dijemur sebentar
melekatkan aroma wangi kepada nasi. Keunggulan ini pula yang membuat nasi dalam
daun pisang menjadi hidangan yang lezat.
Bu Kulah – Bai Ruindra 
Gulai Pliek U
Ini
salah satu menu wajib orang Aceh. Gulai pliek u ini diracik menggunakan kelapa
kering. Di Aceh, ampas kelapa tidak hanya dijadikan santan namun juga sebagai
bahan baku penghasil minyak. Kelapa yang sudah diparut lalu dikeringkan dan
diperas sehingga menghasilkan minyak kelapa. Kelapa yang sudah kering itu
dipastikan sudah terkuras kadar minyaknya. Inilah yang dinamakan pliek u.
Gulai
pliek u itu sendiri dibuat dari aneka daun-daun yang bisa dimakan. Daun-daun
tersebut (saya tidak tahu dalam sebutan dalam bahasa Indonesia), sangat mudah
didapatkan di lingkungan sekitar. Daun-daun ini dicingcang halus. Boleh ditambahkan
udang, kacang, maupun nangka muda yang telah dipotong kecil-kecil. Bumbu-bumbu
lain sama dengan memasak makanan lain seperti cabai, bawang, ketumbar dan
lain-lain Daun-daun yang telah diaduk itu dicampur dengan pliek u. Daun-daun
beserta bumbu yang telah diaduk di dalam tempayan dipanaskan sebentar dengan
api sedang. Setelah itu baru ditambahkan santan sesuai ukuran kekentalan yang
diinginkan.
Jadilah seperti ini…..
Gulai Pliek U – Bai Ruindra
Gulai Jruek
Gulai
yang dinamai jruek ini kebalikan dari gulai pliek u. Bahan
bakunya tetap sama dengan pliek u, namun bumbunya yang sedikit berbeda. Gulai
jruek adalah gulai yang ditambah parutan buah kuini (kuweni). Rasanya agak asam-asam
pedas. Gulai jruek ini dimasak pada musim kuini saja. Selagi kuweni
sedang berbuah maka gulai jruek pun gampang sekali didapatkan di
rumah-rumah.
Gulai Jruek – Bai Ruindra 
Gulai On Paku
Paku-pakuan dimasak gulai?
Bisa
saja. Ada jenis paku-pakuan yang bisa dimasak gulai. Paku-pakuan ini mudah
sekali ditemukan di sekitar perkampungan penduduk. Cara masaknya tidak jauh
beda dengan makanan lain. Bumbu-bumbunya pun sama dengan menu makanan lain. Pengurangan
bumbu ini itu tergantung selera orang yang memasak dan memakannya. Kekentalan santan
juga tergantung selera. Pada sebagian orang, paku-pakun akan dicampur dengan
daun pepaya muda dan bunganya. Rasa pahit pada daun pepaya disinyalir mampu menyembuhkan
penyakit pencernaan.
Mau coba menu ini?
Gulai On Paku – Bai Ruindra
Gulai Boh Panah
Boh panah atau nangka
yang masih muda juga dijadikan masakan lezat. Nangka muda itu dipotong-potong
kecil-kecil lalu dicampur dengan bumbu khusus. Jika di acara pesta (kenduri),
tambahan lain bisa berupa daging kambing maupun kerbau. Daging kambing dan
kerbau yang dicampur dengan nangka ini biasanya sisa daging yang telah dimasak
dengan menu lain. Gulai ini tak semua orang bisa menyantapnya. Jika Anda
bermasalah dengan pencernaan sebaiknya menghindari menu lezat ini. Nangka itu
sendiri termasuk salah satu pengantar angin – istilah orang Aceh, nangka bisa
membuat perut kembung.
Gulai Boh Panah – Bai Ruindra
Gulai
nangka ini dipadukan dengan ikan asin (pliek u dan jruek juga sama). Seusai
menyantap gulai nangka Anda bisa mengunyah sirih. Jangan tanya aura panas yang
dihantarkan dari gulai nangka dan sirih itu. Sedap-sedap gemulai.
Gulai Boh Labu
Labu
juga menjadi salah satu menu makanan di Aceh. Labu tua itu dimasak dengan
santan. Bumbu-bumbu dasar tidak ada yang berbeda. Semua tergantung selera. Orang
yang terbiasa memasak di dapur akan mudah memasak labu karena paham betul bumbu
apa saja yang mesti ditambah dan dikurangi. Gulai labu tidak hanya enak saja
namun juga bermanfaat bagi pencernaan, terutama bagi mereka yang bermasalah
dengan penyakit mag. Labu disinyalir menjadi obat orang yang sedang didera
penyakit lambung.
Gulai Boh Labu, Ikan Asin, Telur Asin – Bai Ruindra
Sudah siap menyantap menu makanan di atas?
Ayo
ke Aceh. Menu makanan tersebut biasanya disajikan di warung-warung nasi di
Aceh. Mari coba cita rasa Aceh dalam makanan!
Categories
Uncategorized

Waspada! Petir Bisa Menyambar Laptop

Tiada hari tanpa bercinta dengannya! Tepat
sekali. Aku yakin, kamu juga demikian. Tiap hari kerjanya pelototin layar
sepuluh atau dua belas inci. Ada kebanggaan tersendiri jika sudah berinteraksi
dengan perangkat elektronik ini.
Gayanya nggak gagap teknologi!
Ke
mana-mana, laptop dibawa. Apalagi, di Aceh, warung kopi dengan fasilitas
internet gratis itu bagai kita mencari makanan ringan.

Gampang sekali. Asalkan
ada uang lima ribu rupiah untuk menebus secangkir kopi. Terserah kamu mau ngapain,
kamu menghabiskan waktu dari pagi sampai sore pun nggak masalah, kamu
mau download film terbaru silakan saja. Asyik sekali pokoknya!

Dunia terasa milikku!
Orang
lain mah lewat. Mau dianggap pengangguran, terserah. Mau dianggap tak
ada penghasilan rapopo – kata Julia Perez. Mau dibilang cuma nongkrong
saja, no problem. Nyatanya? Nggak demikian.


Facebook cukup
jarang kubuka pakai laptop. Twitter pun jarang-jarang. Paling sering update
status dengan link tulisan terbaru. Dan ini, blogger adalah
laman website satu-satunya yang selalu kukunjungi, selain Kompasiana.

Aku
termasuk pembaca yang jarang komentar di blog orang lain. Mungkin ini
pula alasan orang jarang komentar di blog aku – hapus kalimat terakhir!

Duniaku hancur
Bukan
putus cinta, toh aku jomblo budiman. Bukan karena kehilangan ide
menulis. Bukan karena nggak ada lagi internet gratis.
Sedih
itu karena laptopku tiba-tiba tidak mau menyala!
Aku
kayak kembali ke masa purbakala. Kurang paham apa yang terjadi dengan kekasih
berukuran sepuluh inci ini. Jika dikata tiak paham teknologi sama sekali,
mungkin kurang tepat, aku masih bisa membedakan laptop blank total dan
tak bisa disembuhkan dengan blank setengah total yang datanya masih bisa
diselamatkan.

Laptopku masih hidup. Sesekali aku masih bisa masuk ke Windows.
Di lain kali malah lebih sering menampilkan barisan kalimat yang tak
kumenegrti. Di layar itu tertulis ada perangkat hardware yang mengalami
masalah.

Kepalaku
pusing. Kalimat mujarab itu, hindari kerusakan hardware! Tiba-tiba
menjadi kenyataan. Hardware. Kata kunci itu. Perangkat penting sebuah
laptop/komputer. Jika rusak artinya harus ganti baru. Aku selalu nggak masalah
jika software yang mati total karena cukup instal ulang.
Saatnya
mengejar tukang service. Mana tahu laptop tua ini salah menulis notifikasi.
Ya kan? Nama juga perangkat tua. Salah-salah wajar dong!
Laptopku
ini termasuk kategori laptop tahan banting. Sangat bisa kuandalkan. Dan aku
sangat percaya dengan produk keluaran IBM ini. Jika kusandingkan dengan produk
laptop terbaru sekarang, kecepatan laptopku dua kali lebih cepat dalam
mengakses data maupun konektivitas internet.

Walaupun laptop dengan slogan ThinkPad
ini hanya mendukung Windows XP namun hasil kerjanya lebih menjamin
dibandingkan laptop yang sudah support Windows 7 maupun Windows 8.

Aku
duduk santai di sebuah toko service komputer. Tak perlu kukatupkan kedua
tangan untuk mendoakan semoga si laptop yang tak kuberi nama itu baik-baik
saja.
“Ada
perangkat yang rusak,”
“Apa
itu, Bang?” mataku melotot.
“Kita
bongkar dulu,”
Aku
mendengus. Bongkar?
“Boleh?”
Aku
mengiyakan. Laptop tua itu dibongkar. Aku juga penasaran dengan perangkat mana
yang rusak.
“Kemungkinan
perangkat untuk Wi-Fi, Bang?” ujarnya sambil membuka bagian belakang laptop
itu.
Aku
menunggu. Menghitung berapa banyak nada yang tersimpan dalam lagu Ku menunggu,
Rossa Roslaina. Mana tahu sebuah keajaiban bisa datang. Aku tak perlu
mengganti perangkat keras yang dimaksud.
“Kita
coba copot yang ini,” tangannya langsung melepas kabel yang tersambung ke
perangkat keras sebesar tiga jari itu. “Kemungkinan memang ini yang tidak
mendukung lagi,”

Selesai
memisahkan perangkat kecil itu dengan badan laptop, ia menekan tombol Power.
Laptop menyala dengan mulus.
“Ini
tidak bisa lagi, Bang!”
Selesai.
Perangkat
sebesar tiga jari itu tak lain perangkat dukungan untuk konektivitas internet
melalui Wi-Fi. Perangkat itu dicopot, otomatis internet melalui Wi-Fi tidak
bisa disambung lagi.
Malapetaka!
Sehari-hari
aku bekerja dengan internet!
“Apa
penyebabnya, Bang?” tanyaku lugu. Padahal, aku sudah memprediksi alasan
rusaknya perangkat keras itu.
“Bisa
jadi karena tersambar petir!”
Benarkan?
“Masih
untung tidak terbakar semua, Bang,”
“Memang
bisa terbakar semua?”
“Bisa!”
ujarnya mantap. “Jika terbakar semua, laptop bisa meledak!”
Aku
membayangkan kemungkinan terburuk itu. Meledak? Habislah semua
data-dataku di hardisk.
Aku
pulang dengan lesu. Laptopku memang tidak kenapa-kenapa. Namun dicopotnya
perangkat keras untuk mendukung Wi-Fi sama saja aku bekerja tak terkoneksi
internet.

Perangkat keras serupa – seperti bawaan – tidak dijual terpisah,
katanya satu-satunya pendukung Wi-Fi adalah perangkat berbentuk flashdisk
yang harganya mendekati dua ratus ribu.

Jelas
saja aku jadi pelit. Entah kenapa aku menjadi sangat sensitif. Aku pun memutar
otak ke mana suka. Aku punya smartphone Android, akan kucoba mengoneksinya
dengan itu
.

Memang, Android sudah mendukung Portable Hostspot,
fungsinya sama dengan Wi-Fi kebanyakan. Namun laptopku sudah tidak bisa
tersambung lagi dengan Wi-Fi jika tak ada kabel pendukung.

Aku
duduk lemas di warung kopi. Mengutak-atik smartphone Android andalan,
yang sewajarnya tidak boleh dihidupkan dukungan Wi-Fi secara berlebihan.

Aku
berharap tidak lagi keluar biaya tambahan. Mataku terbelalak. Wi-Fi dari
Android bisa dikoneksikan dengan kabel. Dan, yang lebih semarak lagi, aku bisa
mencangkok jaringan Wi-Fi dari warung kopi itu, tak payah menggunakan jaringan
seluler.

Oh, Android
Tapi,
aku jadi sangat sensitif terhadap cuaca. Nggak lagi-lagi aku
menghidupkan laptop saat petir. Aku tidak tahu apakah tersambar saat online atau
offline. Kemungkinan bisa banyak hal. Laptop ini pun sudah tersambar
sekali. Jika kedua kali? Separuh nyawaku pergi, seperti kata Anang Hermansyah! Pengalaman ini cukup “menggiurkan” diulang kembali! 
Categories
Uncategorized

Transfer Uang Ke Rekening Sendiri

Hidupku dilanda keanehan! Dengan
bangga aku masuk ke sebuah bank, menulis di slip pembayaran (transfer), menuju
teller dan menyerahkan slip yang telah dibubuhkan tanda tangan beserta sejumlah
uang kepada laki-laki muda itu. Tak lama proses itu terhenti.
“Bang,
mau kirim uang ke mana ya?” tanya si teller laki-laki yang usianya dibawahku
itu.
“Adik,”
jawabku mantap. Tidak bersalah dan tidak mengira telah melakukan sesuatu.
“Ini,
nama pengirim dan penerima sama?” teller muda itu tak mau kalah. Ia menyodorkan
slip itu kepadaku. “Itu nomor rekening abang sendiri, bukan?”
Nah?
“Oh,
salah tulis ya?” buru-buru aku mengganti slip dengan yang baru. Si teller muda
itu kuyakin menahan tawa. Dan beruntung, jarak kami berdua dengan satpam dan
petugas bank lain jauh. Untungnya lagi, siang itu tidak ada nasabah lain.
Dengan
cepat kutulis ulang rekening bank tujuan. Padahal, barusan aku juga membuka
ponsel dan kuyakin menulis nomor rekening dengan benar. Begitulah perkara malu
karena tidak hapal nomor rekening sendiri.
Rasanya,
aku ingin segera menyembunyikan wajah ke kolong kursi. Rasanya, waktu jadi
sangat lamban. Di teller muda itu seakan-akan bekerja – sengaja – memperlambat
gerak kerjanya.
Dan…
Teller
muda itu mengembalikan selembar slip kepadaku dengan senyum aneh. Aku pun tak
mau ambil pusing. Perut rasanya mual sekali. Bergegas aku keluar dari bank.
Aku terpingkal-pingkal di luar toko dua tingkat itu…

Kayaknya,
tulisan ini jadi tidak begitu penting juga. Tapi, setidaknya, aku bisa
berhati-hati di lain waktu.