Categories
Uncategorized

Konservasi dari Sadar Diri Beranjak ke Kehidupan ‘Abadi’

Dulu, masa kecil yang selalu
merasa bahagia, saya merajuk kepada Ibu untuk diajak ke kebun karet. Imajinasi
saya sebagai kanak-kanak, kebun karet itu adalah taman bermain dengan segenap
‘kawan’ yang berceloteh dalam bahasa mereka masing-masing. Ibu abai terhadap
saya yang merengek. Ujarnya, “Kebun karet
bukan tempat bermain bagi anak kecil!”

Lantas, Ibu berlari kecil
mengejar Ayah yang telah mendayuh sepeda. Ayah sama sekali tidak menoleh saya
yang histeris dengan pengetahuan sendiri, bahwa Ibu tidak memedulikan
kepentingan saya waktu itu. Ibu pun acuh kepada saya dan berjingkrat sedikit
lalu duduk aman di belakang Ayah yang terus mendayuh sepeda perlahan-lahan.
Cerita itu, tidak sampai pada
satu hari saja. Di hari setelahnya, lalu di hari berikutnya lagi, saya masih
merengek untuk dibawa serta ke kebun karet. Bayangan saya, di sana masih banyak
‘kawan’ yang menanti daripada di rumah bersama Nenek yang kerapkali ditinggal
tidur. Saya bosan mencongkel kerikil di halaman rumah. Saya malas berlarian
sendirian sekeliling rumah. Saya pun selalu kalah tarung saat bermain petak
umpet bersama teman-teman yang lain; entah mereka memang sengaja menjahili saya
yang usianya lebih muda.
Di hari entah kesekian dari
rayuan gombal menurut definisi anak-anak itu, Ibu membungkus saya dengan kain
dan ditariknya ke kebun karet. Jalan setapak yang kami lewati begitu indah dan
menakutkan di sisi berbeda. Keindahan itu dari pohon-pohon karet tinggi
menghijau, suara daun-daun yang seakan bersenandung dengan melodi terstruktur, burung-burung
bercicit di kejauhan, Elang terbang menukik dari celah daun pohon karet, monyet
melompat dari satu batang pohon ke batang lainnya dengan girang, dan air
berwarna hitam pekat mengalir di parit yang dibuat oleh pekebun. Ketakutan saya
begitu bertemu dengan ladang yang sepi sementara kacang siap panen tumbuh
mekar, sunyi yang mendadak terjadi saat suara alam berhenti, dan saat Ibu
meninggalkan saya di bawah batang pohon yang lebih rimbun daunnya.
“Kamu jangan ke mana-mana, Ibu
menakik karet di pohon sebelah. Kalau ada apa-apa, kamu cukup bersahut sekali
saja!” bergegas, Ibu langsung meninggalkan saya dan menakik karet dari satu
batang ke batang lainnya. Alam yang dingin di sekeliling terasa masih begitu
perawan dengan jati dirinya. Air yang mengalir di parit tak jauh dari saya
duduk, berirama ke dataran lebih rendah. Sesekali, terdengar orang bersahut dan
dibalas oleh orang lain dan terus diteruskan oleh orang lain lagi.
Di mana-mana, adalah batang pohon
yang tumbuh dengan mekar, subur sebagaimana mestinya, dan berair sebagaimana
keinginannya. Daun-daun yang jatuh dari pohon sepertinya sulit sekali kering
karena tertutup dari sinar matahari. Batang pohon yang patah karena usia tampak
masih ‘segar’ meskipun tidak lagi bernyawa. Ke mana arah mata saya memandang,
pohon-pohon kokoh dengan kekuasaannya. Ranum daunnya melebat sampai saya tidak
tahu di mana Ibu menakik karet. Saya bersahut dengan suara kecil, Ibu menjawab
sekali, lalu dibalas oleh orang lain, dibalas lagi oleh orang yang lain di jarak
yang lebih jauh sampai kemudian berhenti. Selang beberapa menit, saya kembali
bersahut, Ibu menjawab dan dijawab kembali oleh orang lain, seterusnya sampai
kembali hilang dari pendengaran saya.
Nyamuk menjadi teman yang karib.
Maka kesimpulan dari saya dibungkus dengan kain karena sengatan nyamuk hutan
benar-benar membuat kulit terbakar. Saya menampar pipi. Tidak berbekas jasad
nyamuk di sana. Saya menampar kembali, hanya rasa sakit yang terasa. Ingin rasanya
saya membakar obat nyamuk, atau membakar daun-daun di dekat itu agar pasukan
nyamuk berhenti mengajak perang dengan aliran darah di badan saya. Namun, Ibu
pernah berkata, bahkan sampai saat saya dewasa sekalipun berujar demikian. “Jangan buang sepuntung api pun di dalam
hutan, karena dia mudah membakar gambut kering lalu menjalar ke mana-mana!”
Mungkin, begitulah pengalaman
yang tak perlu aljabar dari bangku kuliah manapun. Pelajaran terpenting dari
seorang wanita yang membesarkan saya, juga dari Ayah yang jarang berbicara,
tentang kehidupan ‘abadi’ di dunia ini sebenarnya kita yang memulai, dari kita
yang sadar diri bawah kehidupan – lingkungan sekitar – adalah kita yang
mengarahkannya ke mana tujuan.
Kebakaran hutan di Aceh Barat – Photo by Bai Ruindra

Pelajaran penting dari apa yang
Ibu saya ‘larang’ baru kini saya rasa benar adanya. Saya merasa sendiri perih di
mata dan hidung kesusahan mendapatkan oksigen bersih ketika Aceh Barat diterpa
kebakaran hutan belum lama ini. Jarak pandang yang berkabut begitu saya keluar
rumah di pagi hari. Langit menjadi gelap karena asap yang kian sulit dibendung.
Debu-debu tampak beterbangan sampai masuk ke kamar saya. Di sekolah tempat saya
mengajar, beberapa siswa dan siswi tumbang. Mereka dilarikan ke puskesmas untuk
mendapatkan pertolongan tercepat. Proses belajar terpaksa terhenti dengan siswa
dan siswi dipulangkan lebih cepat mengingat kondisi di sekolah yang dekat
dengan lokasi terbakarnya hutan, makin pekat oleh asap. Kabut asap begitu cepat
menyebar, cnnindonesia.com (24/07/2017), menyebutkan bahwa 60 hektar lahan terbakar
di Aceh Barat. Disebut, sebab dari kebakaran tersebut karena warga setempat
yang membakar hutan secara tradisional untuk membuka lahan perkebunan baru.
Kabut asap yang berdampak kepada siswa di sekolah – Photo by Bai Ruindra

Entah karena ‘sepuntung api’ atau bukan, atau disengaja atau bukan, saya merasa
bahwa hutan terdekat dengan rumah kami, hutan yang dulu pernah saya injaki
sewaktu kanak-kanak, telah tidak lagi ‘perawan’ dan meradang dalam kepungan
kekecewaan. Hampir dua minggu berita tentang kabut asap di Meulaboh dan
sekitarnya menghiasi media massa cetak, online
bahkan elektronik. Sampai kini saya – kami – masih harap-harap cemas soal
lingkungan yang mudah berkabut dan jalan tertutupi asap. Berbagai pendapat
digulir seenaknya, berbagai pandangan masuk ke ranah debat, namun kehidupan
kami tetap begitu, mengalir ‘abadi’ dalam patah-patah membenarkan apa yang
telah carut-marut.
Kabut asap di Aceh Barat – Photo by Bai Ruindra

Musim kemarau yang panjang
menjadi sebab lain kebakaran yang mudah menjalar. Hutan yang dulunya
benar-benar sempurna sebagai tubuh perawan makin ke sini begitu mengiba kepada
tangan manusia agar berhenti menyakiti. Manusia yang tidak pernah puas terus
melakukan hal-hal sedemikian untuk kepuasan batin dan derajat hidup lebih baik.
Jika mengukur kepada masalah kerusakan hutan itu sendiri, ngekul.com
(03/08/2016), menjabarkan bahwa orientasi masyarakat soal hutan adalah
kepentingan ekonomi berkepanjangan di mana pembukaan lahan secara terus-menerus
dilakukan, mudahnya pembukaan lahan secara tradisional dengan melakukan
pembakaran hutan, sistem perkebunan yang berpindah-pindah sehingga membutuhkan
lahan baru untuk dibuka, penegakan hukum yang belum maksimal soal pelanggaran
maupun kejahatan di dalam hutan seperti perambahan lahan, ilegal logging dan lain sebagainya.
Lahan yang ditinggal setelah ditebang dan dibakar beberapa waktu lalu – Photo by Bai Ruindra

Lalu, kapan hutan kita yang
rindang sedari dulu kembali segar?
Pertanyaan ini justru menjadi hal
yang tabu di saat kebakaran hutan, seperti kasus di atas, adalah hal yang
wajar. Pola masyarakat yang berpindah-pindah untuk membuka lahan perkebunan
yang menggiurkan tak terbendung, lalu masyarakat yang semula memusatkan diri
kepada hasil karet kini beralih ke sawit semenjak harga karet kian tergerus
pangan yang lain. Masyarakat yang memiliki lahan tersertifikat dengan sukacita
membuka lahan perkebunan untuk menyambung hidup. Biarpun subsidi dari
pemerintah soal papan dan pangan telah ada, keseharian dari itu lebih besar
tantangannya. (aceh.antaranews.com, 11/01/2017).
Masalah masyarakat yang tak bisa
diminta berhenti karena kebutuhan demi kebutuhan sehingga masyarakat yang
semula tabu, lantas sama sekali tidak memedulikan isu konservasi sumber daya alam.
Alam yang semula enak dihirup aromanya kian hari masih semak untuk menciptakan
oksigen bersih. Masa kanak-kanak saya yang ke kebun karet penuh suka, sekarang
malah ranting kering bekas terbakar adalah pemandangan mengharu-biru. Ini persoalan,
tentu saja. Jika di dewasa ini kembali ke kebun karet kami yang telah terbakar,
maka cicit burung tidak lagi mudah didengar, suara gesek daun menjadi sunyi dan
mungkin saja parit yang berisi air berwarna hitam khas hutan itu telah sirna.
Konservasi dan Sebuah Keharusan Lingkungan Hidup
Bicara konservasi rasanya begitu
berat untuk mengamalkan dengan baik. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebut
konservasi sebagai pemeliharaan dan perlindungan sesuatu secara teratur untuk
mencegah kerusakan dan kemusnahan dengan jalan pelestarian. Definisi konservasi
sumber daya alam dijabarkan pula oleh bangazul.com (01/02/2013), yaitu penghematan
penggunaan sumber daya alam dan memperlakukannya berdasarkan hukum alam.
Bicara teori selalu mudah namun
untuk berangkat ke keharusan menjaga lingkungan hidup agar selalu kondusif,
tidak semudah membalik telapak tangan. Saat saya tersengal-sengal menghidup
udara berdebu, saat itu pula saya membayangkan tentang kehilangan taman bermain
di hutan untuk pasukan nyamuk yang begitu menyengat jika disuntik jarumnya. Hukum
alam tidak tertuang dalam perdata maupun perdana, tidak pula melewati penjara
di atas bukit maupun di bawah gunung. Hukum alam terjadi jika, bagaimana dan
seterusnya, dari secuil masalah kemudian membesar.
Kata ‘harus’ untuk konservasi
sumber daya alam karena kita hidup dengan alam, setiap hari kita berinteraksi
dengan polusi di alam bebas ini, karena alam adalah sumber kehidupan terpenting
bagi manusia. Saat kabut asap menyerang, serangannya lebih besar daripada
sengatan nyamuk untuk seorang pekebun di kebun karetnya yang asri miliknya. Tiap
hari adalah pasukan nyamuk di telingannya, tetapi udara yang dihirup lebih
segar, lebih adem, lebih bertenaga meski mereka pulang dari kebun karet
menjelang azan dhuhur.
Kebun karet yang Ayah dan Ibu
saya takik – sebelum pensiun karena harga terjun bebas – adalah bagian yang
tidak ada habisnya. Hukum alam yang berlaku di sini adalah makin ditarik
getahnya, si pohon karet makin girang mengeluarkan hasil bumi. Makin tua
batangnya, makin bergetah pula isinya ke dalam tempurung kelapa sampai tumpah
menjuntai ke tanah. Jika disebut pekebun karet ini tidak menghemat dalam
memperlakukan sumber daya alam, maka anggapan tersebut telah salah. Entah sejak
kapan bermula, orang-orang masih tetap ke kebun karet untuk menakik getahnya
meski harga telah turun sekalipun. Mereka menjaga kebun karet sebagaimana hukum
alam menjaga peradaban yang bernama ‘konservasi’ yang secara tidak sadar telah
mereka lakoni sejak waktu lama.
Sumber Daya Alam dan Kepentingan Kehidupan Manusia Dengannya
Kita, butuh bertahun-tahun untuk
melakukan regenerasi sebatang pohon karet agar benar tumbuh maksimal dan
menghasilkan hasil unggul. Kebun karet adalah sumber kehidupan manusia
bertahun-tahun lamanya. Masyarakat yang hidup dari kebun karet tidak sedikit di
Aceh ini. Tidak hanya saya yang dapat menikmati hidup ‘mewah’ saat ini dari
pontang-panting Ayah dan Ibu ke kebun karet sejak subuh. Ada banyak dari kita
yang lain menikmati keringat orang tua dari panen karet yang tak seberapa.
Karet bisa saya sebut sebagai
sumber kehidupan manusia yang tak terbendung kisahnya. Mungkin ini hanya secuil
tetapi begitu masuk ke ranah konservasi maka karet adalah bagian terpenting
dalam pelestarian lingkungan. Tak terkira airmata mereka yang buru-buru ke
kebun karet usai subuh, saat kebunnya dilahap api. Mereka telah menjaga,
mengumpulkan dahan untuk berteduh dan memulai tarikan di pohon karet meski
airnya tak sepenuh dahulu. Tetapi para pekebun karet tidak mengubah pola dengan
menebang bahkan ‘membakar’ kebun karet lalu ditanam dengan pohon baru. Kesabaran
mereka adalah bagian dari ‘konservasi’ lain dari sumber kehidupan manusia yang
tiada batas.
Kepentingan manusia terhadap alam
tidak hanya oleh Ayah dan Ibu saya sebagai pekebun karet. Mereka yang lain,
tiap waktu dengan alam adalah bagian dari hukum alam itu sendiri. Pekebun karet
tahu saat hujan getahnya tidak keluar, bahkan ini masuk ke dalam pelestarian
lingkungan yang lagi-lagi urusan berat dari ‘konservasi’ yang telah disebut
berkali-kali. Tanpa disadari sekalipun, masyarakat yang awam telah menjalankan
pola dari konservasi yang sejatinya berangkat dari teori-teori. Kepentingan
dari konservasi telah diterapkan oleh masyarakat awam ilmu ini sejak mereka
pertama kali menarik pisau ke batang pohon karet. Mereka tahu bagaimana
menyabit dengan benar, bagian mana dari pohon yang tidak boleh ditakik, pohon
mana yang daunnya luruh lebih banyak maupun pohon mana yang mengeluarkan getah
lebih besar atau sedikit, mengapa batang pohon karet tidak boleh ditebang
sembarangan, atau di mana posisi yang tepat menanam bibit unggul yang baik.
Tahukah kamu bahwa kebun karet
itu ditanam seperti siswa sedang upacara bendera di Senin pagi. Mereka berbaris
rapi, tegak mengacung langkah, semangat tumbuh dengan air cukup, dan berbagai
urusan lain atas kepentingan menaikkan derajat ekonomi pemiliknya. Pola
penanaman kebun karet yang telah diterapkan oleh nenek moyang kita telah
menjadi tolak ukur bagaimana pelestarian ‘konservasi’ itu terjaga dengan baik.
Hukum alam yang tidak tertuang
dalam teori kampus ternama ini terus diterapkan oleh masyarakat. Penting atau
tidaknya ‘konservasi’, kedekatan mereka dengan alam tak tertutup sampai di mana
akan bermuara. Tak terkira pula, sarjana mana, doktor mana bahkan profesor mana
yang lahir dari ‘kebun karet’ ini. Sumber kehidupan manusia yang berasal dari
hutan ini terlindungi secara hukum alam. Maka, sumber daya alam ini harus
dijaga sebagaimana menjaga diri kita sebagai manusia bermartabat, eksploitasi
dari sumber daya alam ini harus berimbang antara kebutuhan dan kelangsungan
hidupnya, tidak merusak yang ada dan mengembangkan yang baru demi memberi
dukungan kepadanya.
Solusi Konverasi dalam Kehidupan Manusia
Di mana-mana adalah hutan untuk
mata pencaharian. Saya sadar bahwa keberadaan hutan telah tergerus untuk
kepentingan ekonomi. Tetapi, dalam konservasi maka dibutuhkan dukungan untuk
melestarikan kembali sumber daya alam hayati di sekitar kita. Sama-sama menjaga
adalah solusi terbaik dalam melestarikan kembali lingkungan. Saya mungkin tidak
bisa menyebut, “Jangan buang puntung
rokok di dalam hutan!”
tetapi sadar diri di atas segalanya sebelum kerugian
terjadi.
Kesempatan kita saat menyeru
konservasi adalah bagaimana interaksi manusia dengan lingkungan. Orang tua kita
lahir dari pekebun karet maka tak semestinya mereka keluar dari ‘hutan’ ini
untuk menggais rejeki di tempat berbeda. Kesempatan membuka lahan perkebunan
baru karena faktor ekonomi yang tak kunjung usai. Pengaruh zaman yang mengubah
sistem ekonomi dan kebutuhan menjadi akar yang kuat.
Di sini, di saat kabut asap masih
tersisa akibat hujan turun dua hari terakhir, ada alasan mengapa lahan dibuka
terus-menerus. Pekebun karet yang semula merasa aman dengan keuangan mereka
beralih ke pembukaan lahan untuk menanam sawit yang lebih menjanjikan
akhir-akhir ini. Belum lagi pekebun karet yang harus rela menjual kebun mereka
untuk perusahaan yang membuka pabrik sawit. Mereka yang semula menakik karet
kemudian menjadi pekerja di kebun sawit milik orang lain.
Kebun sawit yang terbengkalai karena hasil panen tidak memuaskan – Photo by Bai Ruindra

Miris ini terjadi begitu saja,
tetapi jika konservasi masih diingini maka mereka yang telah satu jiwa dengan
hutan harus dieratkan kembali. Di hati pekebun karet, agar mereka tidak
menebang dan membakar lahan di hutan, kenaikan harga jual getah karet menjadi
jawaban dari kerisauan. Harga getah karet perkilogram yang menyentuh Rp. 5000
tidak sebanding dengan sandang pangan yang harus mereka beli tiap hari. (aceh.antaranews.com,
11/01/2017).
Pemilik ‘konservasi’ yang
mengaungkan pentingnya isu ini harus benar-benar mampu memberi jawaban. Kami
yang di sini telah lelah dengan kabut asap sejak dua tahun terakhir. Saya juga
masih ingin melihat Ayah dan Ibu kembali ke hutan untuk menakik karet. Setidaknya,
orang tua kami di sini bisa selalu menjaga kebun karet dari kepunahan. Kebun
karet yang tidak terawat karena ditinggal pekebun akan kembali bersenyawa
dengan dinaikkan harga panen. Hutan yang dulunya sunyi, bisa kembali
bersenandung dengan sahutan pekebun. Irama ini yang dibutuhkan dalam menjaga
konservasi bukan saja merujuk kepada ‘taman’ baru yang menjanjikan dan
mengangkut pekerja abadi di dalamnya.
Saya sadar, kebun karet sangat
berarti bagi kehidupan kami. Seperti liukan Tari Saman, maka sedemikian
indahnya dayung sepeda dari Ayah yang kembali ke kebun karet tiap pagi. Ayah
dan Ibu dengan kawan-kawannya yang lain, hanya segelintir kisah yang
menghidupkan konservasi sebelum saya lahir. Bagian ini tidak bisa diubah karena
telah menjadi satu jiwa.
Kebun karet yang asri, idaman pekebun yang sampai kini masih menakik karet – Photo by Bai Ruindra

Di kesempatan lalu, saya telah menulis
tentang Mr. Jali yang menjaga habitat Gunung Leuser dengan baik. Perjuangan
tanpa pamrih dalam tubuhnya sebagai ‘guide
telah bersarang akan kebersihan, kepekaan sampai menjaga lingkungan hutan
lindung tersebut dengan bijaksana. Secarik sampah saja akan dipungutnya dan
setiap pekebun yang membuka lahan baru akan ditegurnya untuk mengelola yang
sudah ada terlebih dahulu. Tiap kata darinya adalah penggalan demi penggalan
dari makna ‘konservasi’ yang selama ini sangat tabu. Masyarakat kita yang – kembali
lagi – berangkat soal kepentingan ekonomi, terus mengerus hutan demi
sayur-mayur menghijau. Kisahnya bisa dibaca kembali di
sini
!
Dan, konservasi yang kita ingini
sebenarnya telah tercoreh cukup lama hanya saja siap dan tidak siap untuk
menjaga lebih baik lagi. Dukungan dari berbagai pihak akan memberikan harapan
pula kepada mereka yang selama ini berjuang sendiri mengonservasikan alam dalam
dirinya – pekebun karet itu sendiri. Di sisi lain, masih banyak sumber daya
alam yang menjadi sumber kehidupan. Ditulis atau tidak, mereka ada, di
mana-mana dan sepatutnya dijaga habitatnya! 
Categories
Uncategorized

Mobil Impianku Itu Begini Rupanya

Tiap kali menikmati sebuah drama Korea Selatan, saya selalu mengidamkan mobil-mobil mewah yang ditampilkan begitu saja. Memang, tidak hanya alur cerita yang melankolis, teknologi terbaru yang memukau, smartphone keluaran terbaru yang dipegang tokoh dengan seenaknya dia padahal dirinya berlakon sebagai seorang kurang mampu, dan tentu saja mobil apa yang Ji Chang Wook kendarai, Kim Ji Won itu akan merajuk di dalam mobil yang bagaimana fisik sampai teknologi yang ada di dalamnya, Lee Min Ho akan menjadi anak kaya raya dengan koleksi mobil-mobil mewah atau Park Shin Hye akan duduk angkuh di jok belakang mobil hitam mengilap.
Mobil impian masa depan – mobilkamu.com
Bagi penggemar drama Korea Selatan, teknologi teranyar dari sebuah mobil mewah yang dikendarai oleh tokoh fiktif itu antara lain GPS yang dapat ‘berbicara’ sampai menerima telepon tanpa perlu mendekatkan smartphone ke telinga. Artinya, earphone yang tersambung dengan bluetooth terkoneksi dengan sendirinya ke mobil. Bahkan, di beberapa drama layar monitor mobil mewah itu memperlihatkan siapa yang menelepon maupun pesan singkat. Di drama The Best Hit, misalnya, tokoh utama hanya ‘berbicara’ kepada smartphone untuk mengetahui lokasi dan langsung ditunjuk arah ke tempat terdekat. Dulu, hal ini mungkin hanya impian dan khayalan semata tetapi nama juga negeri gingseng yang penuh amarah untuk menguasai dunia, maka teknologi impian tersebut seiring waktu menjadi hal yang lumrah.
Wajar pula jika saya menginginkan sebuah mobil impian yang begini atau begitu. Meski, saat ini saya belum mampu mendapatkan sebuah kendaraan roda empat dalam bentuk cash maupun kredit, tetapi saya memiliki mobil impian yang benar-benar – seakan – dalam mimpi saya semata. Mobil impian ini kemudian akan berinteraksi dengan kehidupan maya yang kian semarak dengan aksi pamer ke orang banyak meski itu harus bergaya di depan mobil orang lain.
mobil impian saya itu begini rupanya…
Mobil Impian yang Punya Kursi Khusus Anak
Salah reality show Korea Selatan yang saya gemari sampai ini adalah The Return of Superman yang tayang di channel KBS 2. Kisah keseharian anak-anak dengan ayah mereka cukup menyita perhatian dan mengundang tawa. Saya menyukai kisah hidup dari Ko Seung Jae, anak dari Ko Ji Yong yang merupakan mantan personel K-Pop Sechs Kies yang populer sejak tahun 1990-an. Selain itu, kisah kakak beradik, Lee So Eul dan Lee Da Eul, anak aktor papan atas Korea Selatan, Lee Bum Soo, juga menarik untuk ditonton. Unik dan menghibur menjadi satu kesatuan yang membuat saya betah mengoleksi video mereka di kanal Youtube offline.

Ko Seung Jae duduk aman di kursi khusus anak dalam The Return of Superman episode Seung Jae’s first trip ever to Jeju Island tayang di Youtube tanggal 30 April 2017.

Di beberapa episode, ayah mereka menyempatkan diri membawa jalan-jalan ketiga anak menggemaskan ini dengan mobil. Semula, saya tidak begitu perhatian dan tak lepas dari tawa maupun membaca terjemahan yang lucu dari guyonan ayah dan anak. Belakangan, saya menemukan hal-hal kecil yang tidak saya temui di Indonesia secara keseluruhan. Ketiga anak tersebut duduk di kursi khusus di belakang kemudi. Tidak sekalipun saya menonton Seung Jae, So Eul maupun Da Eul duduk di samping ayah mereka yang sedang mengemudi. So Eul saja yang usianya menginjak 6 tahun (lahir tahun 2011) juga duduk di kursi khsusus anak. Mereka memiliki kursi khusus anak dengan sabuk pengaman terpasang dengan baik.
Bagi saya, kursi khusus anak ini salah satu terobosan yang menarik dan patut dimasukkan ke dalam list jika nanti memiliki mobil impian. Pada perkembangan dunia otomotif, kursi khusus untuk anak ini tidak dimasukkan ke dalam bagian rangka utama. Pemilik mobil yang mempunyai anak harus membeli kursi khusus anak tersebut secara terpisah. Tentu saja ini akan menambah beban biaya namun teknologi pelengkap seperti ini tidak bisa dikucilkan. Kursi mobil seperti yang kita lihat pada umumnya diciptakan untuk tempat duduk orang dewasa. Anak-anak yang masih memiliki bobot kecil tidak bisa mengepaskan diri dengan kursi tersebut. Saat terjadi benturan, anak-anak dengan mudah jatuh ke lantai mobil atau terhantuk dengan bagian lain.
Anak aman di kursi khusus – cars.com
Berbeda dengan mobil yang ditempatkan kursi khusus anak ini. Anak-anak akan terbungkus dengan rapi dalam kursi khusus sehingga saat terjadi benturan sekalipun mereka tetap aman dalan ikatan sabuk pengaman. Alasan kursi khusus untuk anak wajib ada di mobil impian karena keselamatan bagi anak juga sangat penting. Orang dewasa tidak lagi waspada kepada anak yang duduk tidak aman. Budaya Indonesia yang membiasakan anak-anak bermain di dalam mobil meskipun menempuh perjalanan jauh, sudah harus dihindari. Anak-anak harus dibiarkan aman terlebih dahulu pada posisi duduk mereka baru kemudian orang tua duduk dengan aman pula.
Mobil Impian dengan Android Autoconnectivity sebagai Asisten Pengemudi
Begitu ada telepon masuk, pengemudi kerapkali terganggu konsentrasinya antara mengambil smartphone dengan fokus ke jalan. Namun teknologi yang akan memanjakan pengemudi telah hadir di Amerika Serikat pada tahun 2016. Bahkan, di beberapa drama Korea Selatan seperti Healer, telah sangat populer ‘asisten pengemudi’ ini di mana semua kebutuhan dijalankan otomatis di layar monitor. Dengan teknologi ini pengemudi dengan mudah melakukan panggilan telepon, menerima dan mengirim pesan, menghidupkan musik, maupun melakukan berbagai aktivitas lain seperti browsing internet bahkan layanan peta seperti Google Maps. Aplikasi tersebut kemudian menyambungkan monitor di mobil dengan smartphone sehingga mempermudah banyak hal.
Aplikasi yang dimaksud adalah Android Autoconnectivity untuk pengguna Android dan Apple CarPlay untuk pengguna iPhone (otomotifhot.net, 05/01/2017). Google dan Apple paham betul bahwa teknologi semakin memberikan jawaban terhadap kemudahan di masa kini dan mendatang. Konektivitas antara smartphone dengan mobil sejak lama telah ada yaitu melalui bluetooth. Namun penyempurnaan ke sistem operasi smartphone baru akhir-akhir ini dilakukan.
Apple CarPlay- otomotifhot.net
Dengan modal earphone bluetooth saja, saya bisa langsung menerima panggilan telepon. Kira-kira seperti itu mudahnya interaksi antara mobil dengan smartphone. Bahkan, jika sedang sendirian di dalam mobil tanpa perlu menggunakan earphone juga bisa menerima panggilan telepon melalui speaker mobil. Di kondisi lain, saya juga tidak perlu repot melihat peta di smartphone karena monitor di mobil yang lebih besar dapat menampilkannya. Apabila bingung ke mana harus berbelok, cukup mengaktifkan Google Maps untuk meminta dipandu jalan sampai ke titik perberhentian terakhir.
Mobil Impian dengan Autopilot yang Stabil
Mungkin, ini khayalan yang terlalu tinggi namun pada Model S dan Model X dari mobil Tesla teknologi ini telah diluncurkan sejak Desember 2016 (id.ccm.net, 29/11/2016). Teknologi yang dibenamkan Tesla terhadap mobil ‘pintarnya’ ini adalah 8 kamera dan 12 sensor supersonik. Teknologi ini akan memudahkan mobil saat perubahan jalur, keluar dari jalan tol, parkir, maupun aktivitas lain yang mendukung fitur autopilot tersebut. Sistem autopilot memang membuat mobil lebih pintar daripada manusia di mana hal-hal sensitif selama dalam perjalanan dapat diketahuinya. Menariknya, saya merasa butuh fitur ini untuk beberapa kondisi di mana badan lelah atau mata berkabut dalam perjalanan jauh.
Di satu sisi, fitur autopilot tidak hanya memudahkan dalam mengemudi namun membuat pengemudi maupun yang ada di dalam kendaraan lebih aman. Kendaraan lebih paham posisi aman di jalan sehingga kondisi yang memungkinkan mobil tersenggol, misalnya, bisa teratasi dengan seketika. Fitur ini tidak hanya berguna bagi pengemudi yang abai akan keselamatan namun juga untuk mereka yang selama ini selalu berhati-hati dalam mengemudi.
Autopilot – blog.caranddriver.com
Bagi saya, fitur autopilot cukup membantu mencari celah dari jalanan macet maupun dari jalanan yang kurang dipahami belokannya. Mobil dengan autopilot dipercaya selalu stabil pada jalurnya sehingga pengemudi lebih aman dan nyaman dalam berkendara.
Mobil Impian dengan LaneWatch dari Honda yang Ramah Bagi Pengemudi
Honda HR-V bisa jadi salah satu mobil yang saya idolakan sejauh ini. Selain bodinya yang imut juga tampak sangat stylish. Keinginan saya untuk memiliki mobil ini mungkin saja masih sangat jauh sekali tetapi bicara teknologi, Honda tampaknya memang menghadirkan kesan ekslusif kepada mobil-mobil mereka. HR-V termasuk salah satu mobil dari produsen asal Jepang ini yang mendapatkan fitur LaneWatch. Fitur ini memudahkan pengemudi untuk melihat sudut pandang yang hilang dari spion. Berbekal kamera pengintai, pengemudi dapat melihat seluruh bodi mobil melalui monitor. Bagi pengemudi yang belum begitu mahir tentu saja fitur ini sangat berguna untuk melihat kondisi di belakang, samping kiri dan kanan.
Teknologi LaneWatch memungkinkan pengemudi mengetahui setiap sudut terdekat dengan mobilnya. Saya bahkan tidak sabar untuk duduk manis di HR-V dan menikmati pemandangan di luar mobil ini. Setiap celah dari bodi mobil dapat dilihat dan rekam jejak ini bisa membuktikan kepada orang lain jika terjadi senggolan secara sengaja maupun tidak. Saya bahkan tidak takut untuk mengendara di jalan sempit karena setiap sudut dapat diamati dengan baik. Teknologi seperti ini sepertinya wajib ada di banyak kendaraan roda empat di kemudian hari untuk memudahkan para pengemudi.
Honda LaneWatch – driving.ca
Bicara teknologi terbaru dari sebuah mobil tidak akan pernah habis mengingat produsen otomotif dunia terus melakukan update. Bagi saya yang bercita-cita memiliki mobil di masa mendatang, teknologi yang telah tertuang di sini cukup mewakili poin penting soal keselamatan di jalan. Sebuah teknologi terbaru selalu hadir di pameran mobil, misalnya. Di sana kita akan diberikan alternatif terbaik soal teknologi terbaru dari mobil-mobil populer. Mobil impian selalu ada, kapan dan di mana maupun bagaimana memilikinya hanya waktu yang tahu. Soal itu, saya cukup bersenang-senang dengan mengetahui teknologi terbaru dari mobil di ranah maya saja dahulu!
***

Categories
Uncategorized

Harga Wallpaper Dinding Sesuai Ukuran dan Jenisnya

Ketika Anda berjalan-jalan di sebuah pertokoan atau mall, mungkin Anda akan tertarik pada sebuah toko karena wallpaper dinding yang digunakannya. Tema atau motif sebuah wallpaper dinding memang bisa menambah menarik sebuah ruangan biasa yang bisa dimanfaatkan untuk menambah kenyamanan penghuninya atau menarik perhatian orang lain. Untuk kenyamanan tersebut ada proses yang perlu dilalui yaitu pembelian dan pemasangan wallpaper yang cukup memakan waktu dan dana. Namun bagi Anda yang tertarik untuk memiliki ruangan yang menarik maka harga wallpaper dinding di bawah ini pastinya akan sesuai dengan hasil yang diberikan.
Wallpaper – jualo.com
Wallpaper dinding merupakan hiasan dinding yang terbuat dari kertas tebal atau lapisan plastik dengan gambar atau motif tertentu. Kertas atau plastik ini direkatkan menggunakan lem khusus sehingga bisa merekat sempurna pada dinding untuk waktu yang lama. Motif atau gambar yang diberikan dari wallpaper inilah yang menjadi daya tarik utama seseorang ingin menggunakannya sebagai hiasan dinding atau ruangan. Dalam satu rumah, bisa saja menggunakan wallpaper dinding untuk keseluruhan ruangan dengan tema yang sama atau berbeda-beda. Atau bisa juga hanya ruangan-ruangan tertentu saja yang dihiasi dengan wallpaper dinding tersebut.
Bagi Anda yang ingin memasang wallpaper dinding, maka yang perlu Anda ketahui adalah bahwa harga wallpaper menggunakan satuan roll atau meter sehingga bisa Anda pesan sesuai dengan luas ruangan. Untuk harga wallpaper dinding terbaru adalah:
  • Rp. 200.000 hingga Rp. 700.000 per roll tergantung dari bahan yang digunakan serta motif atau gambar. 
  • Rp 15.000 hingga Rp. 200.000 per meter tergantung dari bahan yang digunakan serta motif atau gambar. 
Dengan mengeluarkan dana yang relatif lebih mahal dibandingkan dengan hanya mengecat dinding ruangan Anda, akan ada kelebihan yang bisa didapatkan yaitu:
  • Suasana ruangan menjadi lebih semarak dan menarik. 
  • Bisa mengganti tema wallpaper apabila sudah bosan dengan cara mengelupasnya dan menempel motif baru. 
  • Melindungi dinding dari debu atau kotoran yang bisa merusak. 
  • Mengurangi suhu di ruangan. 
  • Sedikit membantu dalam meredam suara. 
Pemakaian wallpaper dinding block memang lebih ditujukan untuk pemakaian jangka panjang dalam hitungan tahun. Hal ini wajar saja karena untuk mengaplikasikannya dana yang dibutuhkan tidak sedikit. Belum lagi tenaga yang bisa memasangnya bukan sembarangan karena diperlukan keahlian khusus untuk bisa memasang wallpaper dengan rapi. Untuk itu bagi Anda yang cepat bosan disarankan untuk tidak menggunakan wallpaper jika tak ingin mengeluarkan dana yang besar untuk berganti motif dalam waktu yang berdekatan.
Selain wallpaper kertas yang ditujukan untuk pemakaian jangka panjang, ada juga wallpaper plastik yang memiliki ukuran kecil sehingga bisa digunakan untuk Anda yang memiliki budget lebih kecil dan yang memiliki sifat sering bosan. Wallpaper plastik ini banyak diperjualbelikan di toko aksesoris untuk menghiasi kamar tidur atau ruangan yang lebih kecil. Sifat lem yang digunakan hanya sementara dengan bahan wallpaper yang juga tidak terlalu awet. Harga wallpaper dinding jenis ini hanya berkisar antara Rp 15.000 hingga Rp. 20.000 untuk ukuran 1m x 80cm. Kedua jenis wallpaper ini memiliki harga yang jauh berbeda karena memang manfaat penggunaannya yang berbeda. Wallpaper plastik yang bersifat lebih mudah rusak atau mengelupas tidak ditujukan untuk hiasan dinding jangka panjang sehingga lebih banyak dipasang di ruang pribadi seperti kamar tidur atau ruang bermain anak saja.
Categories
Uncategorized

Home Theater di Rumah Modern Kenapa Tidak?

Rasanya, menonton sebuah tayangan di rumah telah menjadi keasyikan tersendiri. Mungkin karena tidak sempat ke bioskop terdekat, atau juga karena jauh dari bioskop sehingga butuh layar yang benar-benar besar untuk menikmati sebuah tayangan. ASUS menjawab keraguan tersebut dengan menghadirkan Vivo PC K20CD. Desktop ini ditujukan untuk menjadi perangkat PC di rumah atau home theater PC.
Personal Computer (PC) yang digerus oleh notebook tidak selamanya buruk, buktinya ASUS menghadirkan performa yang sangat menantang pada desktop ini. ASUS membenamkan prosesor Intel Core generasi ke-6 yang bisa bekerja maksimal dengan dukungan RAM DDR4. Dapat dipastikan bahwa multitasking di layar besar ini mampu bekerja sebagaimana yang diharapkan oleh pekerja kebanyakan. 
Galip Fu, Country Marketing Manager, ASUS Indonesia, menyebutkan bahwa “PC masih dipercaya oleh masyarakat untuk menjadi perangkat yang dapat menuntaskan pekerjaan rumah sekaligus teman hiburan dikala bosan. Hal tersebut dikarenakan komputer PC memiliki kelebihan dan durabilitas yang lebih baik dalam hal pemakaian!” 
ASUS Vivo PC K20CD mendukung fitur-fitur yang sangat ramah antara lain monitor berteknologi 4K sehingga untuk keperluan hiburan akan menghadirkan warna yang lebih cerah dibandingkan PC lainnya. Desktop ini juga memiliki port-port khusus yang memudahkan pengguna untuk transfer data, misalnya USB 3.1, USB 3.0, HDMI, optical drive, sonic master audio port dan lainnya
ASUS membenamkan Exclusive Sonic Master di mana posisinya bekerja untuk mengoptimasi hardware dan software audio sehingga mampu mereduksi noise yang keluar dari audio (mengeluarkan suara musik maupun suara lain). ASUS juga membenamkan Audio Wizard di mana fungsinya untuk mengatur kebutuhan musik, gaming dan film sehingga menimbulkan suara yang benar-benar jernih sesuai keinginan pengguna. Terdapat hal yang unik dan menarik dari desktop ini di mana terdapat USB khusus untuk smartphone yang memiliki fitur Air Charger II di mana akan tetap mengisi daya smartphone meskipun PC telah dimatikan. 
Selain prosesor Intel Core i3-6100 generasi ke-6, ASUS membenamkan kartu grafis dari Nvidia dan media penyimpanan sebesar 1TB dan bisa ditambahkan mencapai 3TB maupun bisa memilih opsi media menyimpanan berbasis solid state drive (SSD). Hal ini tentu saja sangat menarik dalam mendukung pekerjaan pengguna yang selalu berada di ambang deadline. Desktop ini tidak hanya bisa diandalkan untuk bekerja namun dialihfungsikan sebagai televisi untuk menikmati tayangan di channel-channel kebanggaan pengguna. 
Home theater di rumah kenapa tidak? Desktop ASUS ini bisa menjadi salah satu alternatif terbaik untuk pengguna di mana mampu menghadirkan multitasking yang lebih baik dalam segala sisi. Pengguna akan menikmati pekerjaan dan hiburan dalam suatu waktu tanpa perlu berpindah tempat.
Main Spec. ASUS Vivo PC K20CD
CPU Intel Core i3-6100 Gen 6th
Operating System Windows 10 64 bit
Free DOS
Memory 4 GB up to 16GB Dual Channel, DDR4 2133MHz 2x SO-DIMM Slot
Storage
1TB Up to 3TB SATA 3.0Gb/s HDD 7200RPM

Serial ATA
2
x SATA 6.0 Gb/s ports
Expansion Slot 1 x PCI-e x16
1 x Mini PCI-e (WiFi)
Drive Bay 1 x 5.2”, 1 x 3.5” or 1 x 2.5”
CD / DVD Drive SuperMulti DVD RW
LAN 10/100/1000Mbps
Keyboard / Mouse Wired Keyboard / Mouse
Graphics
Intel®
HDGraphics
Front I/O Port 1x 6-in-1 Card Reader, 2x USB3.0, 1x Microphone, 1x Headphone
Back I/O Port 2x USB2.0, 2x USB3.0, 1x HDMI-out, 1x VGA out, 1x RS-232 (COM),
1x RJ45 LAN, 1x Power Input, 1x Kensington lock, 2 x USB 3.1 type A
Audio High Definition 7.1 Channel Audio (rear 3 port + 1 port) Sonic Master
Accessory 1 x Warranty Card, 1 x Power Cord, 1 x Quick Manual
Features Free 100GB WebStorage for 1 year

USB 3.1

DDR4

4K resolution UHD (display supported)
Power Supply 90W
MSRP Starting from Rp 6.099.000
Warranty 1 year warranty

Categories
Uncategorized

Malam dan Sepotong Kenangan dalam Tubuh Waria di Negeri Syariat Islam

“Bagaimana, Bang?” dia tergugu. “Aku sudah tidak tahan, tapi
aku takut!”
Saya merayap malam yang kini
terbelenggu dalam pendar-pendar cahaya tengah kota. Tentu, saya pun tidak ada
alasan untuk membuatnya ‘mengaku’
pada sesuatu yang tidak hanya tabu tetapi akan dicaci maki suatu waktu – dalam
waktu yang lama. Saya menanti, tidak memberi jawaban, karena pada beberapa
pandangan, saya merasa ngilu untuk menerima setiap hentakan nada-nada dari
kalimatnya yang serak.

Ilustrasi – sumber: tempo.co
“Kamu mau mulai dari mana, dari
situ kita akan mengakhirinya?” bukan pertanyaan, saya hanya memberikan anggapan
pula. Tetapi dia, memiliki pandangan-pandangan dari sudut mata yang mengalir
butir-butir kerinduan. Saya ingin tahu dia rindu tentang apa, saya juga ingin
menyelami mengapa rindu itu begitu kekal abadi dalam fana.
“Apa tidak apa-apa, Bang?” dia
khawatir, saya meradang dalam gamang. Apa
tidak apa-apa?
Tentu akan kenapa-kenapa jika cerita itu bermuara entah ke
mana. Saya tidak tahu bagaimana nanti mengakhiri sebuah pertikaian, bahkan
kesenduan dari mereka yang semerbak hujat akan sebuah kehidupan orang lain.
Jika demikian, keputusan telah
dibuat semena-mena, karena dia tidak tahu ke mana arah menepikan sedih, entah
bagaimana sehingga cerita ini saya mulai dari sini!
***
Senjakala, sebut saja namanya
dengan sebutan itu. Karena jika nama dirinya tersebut, maka cemoohan akan
merayap ke sendi-sendi terdalam dalam hari-harinya kelak. Bahkan, pembenaran
yang terburai airmata tidak akan mampu menutupi kekejaman mereka yang terbahak
di atas penderitaan orang lain. Kehidupannya baik-baik saja, bahkan bisa saya sebut
sangat normal sebelum tsunami tiba. Dia bahagia dengan apa yang dijalani dan
melupa apa yang tidak bisa dirinya dapat, termasuk kasih sayang dari seorang
ayah. Kekalutan itu, kengerian itu, mungkin ketidak-pastian dari dalam
hidupnya, arah yang melintang, membelok ke jalan terjal, belum lama ini
terjadi.
– Bang, kalau kamu sudah sampai di
Banda jangan telepon ke nomor aku ya. Nanti langsung ke kos aku saja, aku nggak
bisa jemput ke bandara! –
Saya begitu terkejut menerima
pesan itu. Ini tidak biasa. Ini karena apa-apa. Buat apa susah-susah dia
mengirim pesan kepada saya padahal waktu itu, saya masih berada di Bangkok,
Thailand. Saya menerka-nerka, di tengah kemacetan Kota Bangkok, di antara liuk
air di Sungai Chao Phraya, orang-orang yang cuek dalam Bangkok Sky Train, dan lalu-lalang orang-orang rupawan di negeri
Gajah Putih itu, tak mampu membuat saya nyaman kembali. Saya menyadari
keganjilan yang Senjakala alami. Ini tidak biasa dan pasti ada sesuatu yang dia
sembunyikan.
Pesan singkat yang dia kirim
kepada saya menguak perkara yang semestinya tertutupi secara tiba-tiba. Saya
tiba di Banda Aceh pada cakrawala telah menjemput malam. Angin kencang terasa
pengap dalam perjalanan saya ke kos Senjakala. Hidupnya seakan telah berada
pada waktu senjakala, di mana sedikit senggolan ia akan terjatuh, tersungkur
bahkan lebih dari itu, kehilangan napas saat bangkit dari derita.
“Aku nggak butuh perhatian dari
orang-orang, Bang!” ujar Senjakala seperti menghardik saya saat tiba di kosnya.
Saya yang masih merasakan jet lag
dari perjalanan jauh, Bangkok ke Jakarta, lalu Jakarta ke Banda Aceh, masih
belum genap menyisakan lelah. Pikiran saya masih kalut untuk mencerna tetapi
saya harus mendengar saja. “Orang-orang itu nggak peduli sama aku, terserah.
Pria itu nggak anggap aku anak sejak kecil, aku nggak peduli. Tapi, ketika aku
kayak begini, mereka menghujat, mereka mencaci, mereka menghina, mereka
menampar aku dengan kata-kata. Di mana mereka saat aku susah? Kapan mereka ngasih uang jajan untuk aku? Kapan
mereka kasih makan aku?”
Saya tahu, siapa mereka, siapa orang-orang
yang dimaksud olehnya. Terlebih pria yang seharusnya ia sebut Ayah. Pria yang
kemudian saya ketahui tak pernah menampakkan jati dirinya lagi sejak
meninggalkannya dan saudara-saudaranya, bersama Ibu, saat dirinya masih
kanak-kanak.
“Aku nggak ngapa-ngapain, Bang!” tegasnya. “Aku cuma lewat, aku nggak pakai make-up, aku kayak begini, aku biasa
saja, tapi mereka menangkap aku!”
Senjakala mulai terisak. “Memang
sial aku malam itu, motorku mogok saat mereka datang!”
Saya mengarah ke satu kompas
kehidupan di dalam dirinya. Ini sesuatu yang menjadi tanya dari dalam diri saya
sejak di Bangkok.
“Jam berapa?”
“Jam 2 lewat,”
“Tapi, cuma kamu yang ditangkap?”
“Cuma aku. Yang lain berhasil
kabur padahal mereka lengkap semua!” maksud ‘lengkap’ itu adalah menggunakan
pakaian wanita dan memakai make-up. “Mereka
nggak peduli aku kayak apa, mereka tetap bawa aku ke kantor itu!”
“Tapi, kamu tidak kena hukuman, kan?”
“Mereka nggak tangkap aku lagi
transaksi, jadi aku cuma kena wajib lapor, tapi smartphone aku disita. Semua ada di sana, foto-foto aku dengan
rambut panjang, aku dengan pakaian wanita, aku dengan make-up!”
Saya mendengus. Kepanikannya
mulai tampak.
“Kamu nggak sempat hapus?”
“Nggak sempat. Mereka cuma kasih
kesempatan sekali aku hubungi dia yang nggak mau kuhubungi itu. Saat itu pula
aku hapus semua kayak BlackBerry
Messenger
, Line, WhatsApp dan Facebook, tapi foto-foto….,”
“Dan, dia datang?” tanya saya
hati-hati.
“Dia datang. Dia marah-marah. Dia
memaki aku. Dia membuat seolah-olah aku manusia paling hina di dunia ini. Dia
lupa aku lahir dari spermanya!”
Kasar. Amarah. Begitulah yang
saya baca dari raut wajah Senjakala. Kasih sayang yang tak pernah ia miliki.
Keinginan yang sejatinya ingin ia gapai tetapi tak mungkin bermuara ke mana.
Saya sebenarnya tidak memedulikan bagaimana kondisinya tetapi saya iba mengapa
ia harus menjadi begitu, menjadi waria, seperti itu jika kamu menyebut kepada
mereka yang demikian perangainya!  
***
Mengulang kisah yang lewat, pada
awal tsunami, mungkin pertengahan 2005, saya bertemu dengannya yang terbahak di
depan kos saya. Dia pindah ke kamar di sebelah dengan segenap kemelut yang
kemudian tersibak satu persatu. Dia duduk manis di dalam kamar kos tanpa berbuat
apa-apa. Dia keluar malam hari lalu pulang dengan lesu. Dia bekerja sebagai
penjaga warung telepon (wartel), lalu berpindah ke kios kecil untuk menjual
pulsa saat telepon umum tidak lagi bernyawa. Dia juga sempat berpindah-pindah
kerja ke tempat-tempat yang saya tidak ketahui letaknya. Saya yang sibuk kuliah
dan bekerja pada masa itu begitu cuek dengan kehidupan pribadi orang lain.
Dan, di situ semua bermuara
menjadi nyata akan kehidupannya kelak. Dia tergopoh masuk ke kamar kos saya
hampir dini hari. Saya yang baru pulang siaran malam di salah satu radio
rasanya ingin segera mengusir dirinya. Tetapi, dia mempunyai kabar baik,
menurutnya dan membuat kening saya berkerut.
“Aku jadian sama dia, Bang!”
Tidak mungkin. Mana mungkin dia
jadian sama sosok yang gagah perkasa demikian. Mana mungkin sosok gagah itu mau
sama dia. Mana mungkin cowok yang dideskripsikan dalam kata-kata ‘sempurna’ itu
mau menjalin kasih dengan sesama, ah, sudahlah. Saya bingung memikirkan
kata-kata yang sesuai, juga saya tidak mengucapkan selama untuknya karena lelah
begitu menyesak dada. Di bait lain setelah itu, dia datang dengan raut wajah
sendu.
“Bang! Dia itu cemburuan!” dia
memulai pembelaan pada senja saat dia – mungkin – dengan kekasih tampannya
telah jadian hampir dua bulan. “Dia main pukul dan tampar. Tahu nggak apa yang
dia lakukan kemarin malam, dia tampar aku padahal aku lagi jalan sama kawan. Di
mata dia, aku nggak boleh jalan sama siapa-siapa selain sama dia!”
Perkara yang rumit. Mungkin saja
tidak jika melihat kemesraan mereka setelah itu. Dia sering membawa pulang makanan
ringan begitu malam. Dia pun sudah ada uang jajan dari pacarnya yang rupawan. Entah
bahagia apa yang kemudian merengkut kepercayaan mereka sampai akhirnya putus. Lalu
dia mulai menjalin kasih dengan si itu dan si itu. Saya tak mudah mengabadikan
semua kenangan dalam kata-kata. Saya mengiyakan. Saya melupakan. Pacar-pacarnya
pun saya tidak tahu bagaimana wujudnya, dia hanya menyebut gagah, tampan,
perkasa dan lain-lain, dari segala definisi seorang pria.
Di awal 2008, barangkali karena
kesibukan saya yang padat mengejar ketertinggalan kuliah dan pekerjaan di radio
serta tentor bimbingan belajar, kami sulit sekali komunikasi. Tiba-tiba, dia
datang dengan kebahagiaan yang merebak, menggebu-gebu sampai benar-benar syahdu
untuknya namun bukan untuk saya. Dia berubah, sama sekali telah mengubah
penampilannya menjadi ‘baik-baik’ saja dengan kondisi yang saya lihat begitu
seketika.
“Kamu baik-baik saja?”
“Aku nyaman dengan keadaan kayak
begini, Bang!”
“Apa ini pelampiasan?” maksud
saya karena nggak mungkin menemukan pekerjaan lain.
“Aku baik-baik saja dengan
begini!”
“Kamu nggak cari pekerjaan lain?”
Senjakala mendengus. “Ini
pekerjaan aku!”
Pekerjaan apa yang dia maksud,
aku bingung menjabarkannya sampai sejauh ini. Dia memanjangkan rambut. Dia bersolek.
Dia mengukir bibir dengan gincu merah. Dia memakai sepatu hak tinggi. Dia
memakai pakaian wanita lalu menemani malam di persinggahan remang dengan tangan
melambai!
Di waktu yang berbeda, di saat
semua orang sibuk dengan apa yang dikejar. Saya lalu benar-benar paham saat
dirinya menepi dalam sudut. Bukan sekali dua kali ia mengejar kerja ke warung
kopi, menjadi sales, penjaga toko,
atau apapun yang pernah ia hinggapi. Semua sama memberi jawaban, bahwa dirinya
tidak mampu bekerja.
“Aku dianggap lemah, Bang!”
Pilihan yang tidak mungkin saya
tebak akan ke mana. Tetapi pilihan itu kemudian bermuara kepada apa yang ingin dia
capai. Dia kembali ke semula, bekerja seperti yang ‘enak’ didefisini segala
kata. Dia menepi ke sudut-sudut kota saat jam malam membuat orang-orang bahagia
dalam mimpi-mimpi mereka.
“Pelanggan aku banyak, dari semua
kalangan!” saya tidak meminta detail tetapi cukup tahu maksudnya. Pelabuhan
yang dia arungi kian bermuara ke sisi keinginannya. Tetapi dia tidak berubah.
Kehidupannya tetap kacau seperti sediakala. Dia tidak berkecukupan. Dia tidak
juga berada di atas awan meskipun tiap malam menerima banyak ‘tamu’ dengan
bayaran tinggi.
“Si Nona – nama samaran temannya
– sudah bisa beli sepeda motor dan tinggal di kontrakan mahal!” iri di hatinya
ketika menceritakan kisah temannya, si Nona, entah siapa nama pria itu.
“Si Nabel – juga dengan bukan
nama sebenarnya – sering keluar negeri bareng
pacarnya!” tidak hanya iri, namun luka yang membara dari kata-kata yang keluar
dari mulutnya.
“Aku kayak begini saja, aku
selalu sial. Orang bilang aku cantik, tapi tetap saja aku nggak sanggup kayak si
Nona, aku nggak dapat pacar kayak si Nabel, aku harus bekerja sampai pegal
seluruh badan!”
“Sanggup bagaimana?” tanya saya.
“Dia sanggup terima tamu banyak
dalam semalam, nggak ada lelahnya dia main!”
‘main’ ya begitulah arah yang
dituju. Saya menyelami apa yang dialami Senjakala seperti kata-katanya. Dia
terusir dari satu kos ke kos lain karena tidak sanggup membayar biaya bulanan.
Dia menahan lapar sepanjang hari karena tidak ada selembar pun di kantong
celananya. Dia harus puasa berhari-hari karena tidak ada ‘tamu’ yang bisa
digaetnya untuk menyicipi sesuap nasi. Dia lantas sakit, terkapar di rumah
sakit berkali-kali. Operasi lambung. Operasi usus buntu.
“Aku capek, Bang!” ujarnya kini.
Di mana masa tak lagi bermuara baik kepadanya. Usai kejadian malam itu, dia tak
lagi memoles diri dengan make-up atau
pakaian wanita. Dia berjalan sebagaimana kehidupan normal. Berlari ke sana-sini
untuk mendapatkan sesuap nasi. Tetapi dia tidak tahu ke mana akan mewujudkan
bahagia yang selama ini mengekang dalam dirinya.
“Aku kayak dikutuk oleh Tuhan,
apa-apa yang ingin aku capai selalu ada rintangan. Aku nggak bisa bahagia
sekali saja!”
“Jangan berkata begitu, Tuhan
punya janji lain untuk kita!”
“Tapi, aku nggak dapat apa-apa. Aku
selalu sial, aku selalu dapat hambatan, aku selalu menerima hukuman!”
“Ada masa untuk kita bersabar,”
“Aku sudah sabar, Bang. Aku
selalu sabar bahkan sejak dia meninggalkan kami waktu kecil dan kawin dengan
wanita lain!”
Saya yang menjadi bingung. Saya yang
kalut untuk memecahkan harmoni menjadi melodi yang benar-benar indah didengar. Saya
sudah tidak tahu menjalin keindahan, biarpun saya membagi sedikit berkah dari
menulis untuknya tetapi itu hanya mampu membuat kehidupannya bertahan dalam
satu dua hari. Setelah itu, tentu dia harus memikirkan kembali tentang isu
perut yang tidak boleh kosong dalam waktu lama.
***
Saat saya menceritakan ini,
Senjakala tak ubahnya manusia yang hidup di alam Alice and Wonderland. Dia bercita-cita bahagia tetapi itu hanya ada
di dalam angan-angannya saja. Dia tak lagi mengubah diri menjadi pribadi
berbeda, dia tidak lagi memakai sepatu hak tinggi, dia juga tidak lagi mencari
‘tamu’ untuk membuka pintu rezekinya. Dia terkurung dalam kamar pengap tanpa
ada waktu untuk keluar. Dia terkatung-katung dalam lautan manusia bahagia. Dia
mengharap iba. Dia menginginkan kasih. Dia membutuhkan belaian dari apa yang
selama ini sulit digapainya.
Senjakala – mungkin kamu menyebut
telah kembali ke kodratnya. Mungkin juga saya bingung menjabarkan apa maksud
dari semua itu. Saya hanya merasa tidak ada perubahan sama sekali dari dalam
diri Senjakala. Dia masih menggapai-gapai angan. Dia masih menari-nari dalam
kegamangan. Dia masih kalut mencari jati diri dan sesuap nasi.
“Kamu jangan kembali ke sana,”
ujar saya sebelum meninggalkan kosnya. “Kamu harus optimis ada pekerjaan lain di
luar sana yang menanti kehadiranmu!”
Senjakala tidak mengangguk, juga
tidak mengeleng. “Aku cuma takut ditangkap lagi dan dihukum cambuk!”
“Maka, kamu jangan mengulang
kisah yang sama!”
“Tapi, apa yang harus aku
kerjakan?”
“Tebalkan telinga, biarkan orang
lain menghujat. Kamu akan mendapatkan yang terbaik setelah itu!”
Saya hanya memberi sesuap ucapan
dalam asa. Tetapi palu yang telah diketuk tak mudah dicabut. Senjakala masih
sama seperti mencari pekerjaan halal dahulu. Dia melamar ke sana-sini. Dia dibuang
karena dianggap lemah. Dia melamar lagi ke tempat lain. Dia masih tidak bisa
dipercaya untuk bekerja sebagai seorang ‘lelaki’ pada umumnya.
“Aku selalu dianggap lemah!”
“Pasti ada pekerjaan untuk kamu.
Pasti ada jalan untuk menemukan itu!”
“Aku tidak tahu ke mana, aku cuma
pintar pakai make-up!”
“Bukan itu tujuan. Bukan itu
satu-satunya jalan. Kamu sudah menjalani dan sudah merasakan hasilnya. Itu
bukan jalan kamu. Jalan kamu ada di tempat lain!”
“Tapi, apa? Aku tidak bisa
apa-apa!”
“Orang lain juga berpikir tidak
bisa apa-apa sebelum mendapatkan apa yang mereka inginkan!”
“Aku tidak tahu,”
“Jangan gengsi dan malu. Itu
kunci kamu saat ini!”
Dan, perlahan tetapi pasti.
Senjakala menuai hasil dari sabar. Meskipun, dia kerapkali mengirim pesan malu
dan takut dilihat orang rendahan. Dia juga tak jemu mengirim ijazah Paket C
untuk mendapatkan pekerjaan layak. Dia mondar-mandir dari satu pintu ke pintu
lain untuk mengikuti proses wawancara. Lalu hinggap di salah satu warung kopi
yang makin hari bersemak di kota kami.
“Apa kamu juga menganggap pelayan
di warung kopi sebagai profesi rendahan?”
“Tidak!”
“Mereka bekerja dengan halal,
mengapa kamu tidak mencoba untuk itu!”
Berlalu waktu, mengubah semua
pandangan, mengubur sendu yang selama ini bertalu-talu. Senjakala bekerja.
Pekerjaan yang halal tanpa harus mengayunkan tangan ke sisi gelap malam, tanpa
perlu memburu waktu di dini hari, tanpa memakai atribut hak tinggi maupun make-up tebal. Dia hanya membawa nampan
atau sebuah tanya, “Mau minum apa?” atau “Mau pesan apa?”
Itu cukup. Untuk mengurung
kenangan dalam lupa. Saya percaya di satu saat nanti, dia akan lupa pada masa
di mana kenangan pahit mengiris sendu tubuhnya dengan ngilu.
Kamu yang di sana, ini sepenggal
cerita. Jika pun menghujat dalam kata, jangan sampai tersurat dalam suara.
Hidup kita berbeda, hidup kamu, hidup saya dan hidup Senjakala. Jalan yang kamu
lalui barangkali mulus seperti jalan teraspal, jalan yang Senjakala lalui masih
terjal di mana-mana yang membuatnya rentan terjatuh.
Sepenggal kisah, sebuah hujatan,
tetapi begitulah jalan hidup bermuara ke mana tujuan. Angin malam di sini bisa
lebih dingin daripada angin malam di sekitarmu. Lalu, lupakan kisah ini seperti
angin yang terbang ke kerinduan pada suatu kenangan!
***

Inspirasi dari kisah nyata, tokoh cerita adalah narasumber terpercaya!
Categories
Uncategorized

Gamer Wajib Miliki ASUS ROG STRIX GL502VM, Ini Alasannya!

ASUS telah lama menarik gamer untuk masuk ke kerajaan gaming miliknya. Para gamer pun telah mengakui kehebatan notebook ASUS yang menyasar langsung ke pusat permainan. Keluarga ROG merupakan salah satu kekuasaan tertinggi untuk para gamer dalam melancarkan aksi mereka. Dan kini, ASUS Indonesia dengan bangga mengenalkan ASUS ROG STRIX GL502VM. Notebook ini hadir dengan warna yang benar-benar soft dan bahkan sangat menarik dilihat dari segala sisi. Tidak hanya itu, bodi yang tidak terlalu tebal juga membuat notebook ini ampuh untuk diajak bermain game!
Notebook ASUS yang masuk ke jajaran anyar keluarga ROG ini siap menantang dengan warna silver dan ukuran layar yang aman untuk mata yaitu 15 inci. Kekuatan lain yang dimiliki oleh ASUS ROG ini adalah kemampuan komputasi yang lebih baik di mana dukungan prosesor generasi ke-7 dari Intel akan mengoptimalkan sistem operasi Windows 10. Patut digarisbawahi bahwa notebook untuk gamer memang membutuhkan ruang yang cukup agar berjalan optimal mengingat game-game yang hadir saat ini telah sampai ke tingkat ‘dewa’ di mana tidak mampu dimainkan pada notebook dengan spesifikasi rendah. 
Galip Fu, Country Marketing Manager, ASUS Indonesia, menyebutkan bahwa “Kami telah menanamkan dukungan prosesor terbaru Intel Core i7-7700HQ agar notebook dapat beroperasi dengan lebih kencang dan gegas. Prosesor tersebut dapat bekerja dengan sangat cepat karena memiliki frekuensi maksimum yang dapat berjalan pada frekuensi 3,8GHz!
ASUS percaya bahwa dengan kemampuan yang dimiliki oleh ASUS ROG STRIX GL502VM mampu menawarkan performa gaming yang lebih baik. Bicara gaming tentu saja juga mengacu kepada kartu grafis apa yang digunakan sehingga warna yang ditampilkan benar-benar detail dan jernih. ASUS membenamkan kartu grafis Nvidia GTX1060 dalam menghadirkan warna-warna yang benar-benar tampak nyata. 
Diyakini bahwa dengan arsitektur kartu grafis dari Nvidia dapat menghadirkan performa yang lebih baik pada per detik yang lebih tinggi dengan resolusi Full HD sedangkan konsumsi daya lebih rendah sehinga sangat efisien di mana seorang gamer tidak bisa lepas dari notebook dalam waktu yang lama. Rekomendasi yang baik ini membuat gamer mampu berkutat di depan layar untuk terus bermain gamer dan menghasilkan uang darinya. Tak dapat dipungkiri bahwa seorang gamer bisa mendapatkan penghasilkan yang fantastis hanya karena bermain game saja. 
Kartu grafis yang baik lalu didukung oleh RAM sebesar 16GB DDR4, ini akan mampu membuat notebook gaming tersebut semakin kencang dalam berkarya. Tidak hanya itu, ASUS ROG STRIX GL502VM juga menggunakan media penyimpanan berbasis NVMe SSD PCIe x4 berukuran 256GB. Bisa dibayangkan bagaimana performa yang lebih baik dari sebuah notebook khusus gamer ini. Multitasking yang lebih cepat saat berganti aplikasi ke aplikasi lain juga proses loading hingga booting yang cepat. Penyimpanan lain juga dapat dilakukan dengan memori penyimpanan berbasis HDD berukuran hingga 1000GB!
Biasanya, notebook untuk gamer adalah seri yang lebih tebal namun ROG STRIX GL502VM merupakan salah satu notebook gaming yang lebih tipis di kelasnya. Dengan ketebalan 23,5 mm dan berat 2,2kg dengan bangga bahwa notebook ini benar-benar tampak ‘mungil’ di antara lawan yang sepadan. Gamer yang terlalu lelah dengan notebook berat maka pilihan untuk meminang ASUS ROG seri ini telah ada di tangan. 
ASUS tidak hanya memanjakan pengguna dengan performa tinggi, pada ASUS ROG STRIX GL502VM keyboard yang digunakan adalah full-size chicklet yang dilengkapi dengan backlight dan jarak tekan sebesar 1,6mm yang memastikan kenyamanan pengguna dalam bermain. Tombol WASD juga akan memunculkan cahaya meskipun pengguna berada di ruangan yang remang atau bahkan lebih gelap sekalipun. Hal ini tentu membantu pengguna dalam bermain game. 
Keyboard yang bercahaya tersebut juga dilengkapi dengan 30 keys anti-ghosting keyboard. Fitur ini akan sangat membantu pengguna dalam memainkan game sambil menekan berbagai kombinasi tombol di keyboard sekaligus untuk menjalankan instruksi atau melakukan gerakan tertentu di dalam game tanpa masalah. Menariknya ini menjadi sesuatu yang baru di mana gamer jarang memperhatikan hal tersebut. Gamer yang seringkali tak bisa lepas dari notebook juga tidak perlu khawatir karena pada seri ini, ASUS membenamkan teknologi Hyper Cool duo-copper thermal solution yang diletakkan pada CPU dan GPU notebook ASUS ROG STRIX GL502VM untuk menghasilkan pendinginan maksimal. ASUS juga menyertakan fitur IceCool Technology yang menjaga bagian notebook yang tersentuh telapak tangan tetap dingin. Hal ini tentu sangat baik untuk penetrasi notebook yang selalu bekerja dalam waktu yang lama di tangan seorang gamer. 
Dalam hal transfer data, ASUS turut melengkapi teknologi terbaru pada notebook ini dengan port USB Type-C (USB 3.1 Gen 2) dengan kecepatan transfer data yang tinggi hingga 20Gbps. Port USB Type-C ini pun memiliki bentuk yang kecil dan simetris, sehingga mempermudah pemasangan ke port USB tanpa khawatir terbalik. Proses transfer data lebih cepat dan maksimal bagi notebook yang ditawarkan dengan harga Rp 26.299.000.
Bagaimana, tertarik untuk meminang notebook gamer untuk melancarkan aksi di dunia gaming? Simak juga spesifikasi lengkap dari keluarga ASUS ROG ini!
Main Spec. ASUS ROG STRIX GL502VM G-Sync
CPU Intel® Core™ i7-7700HQ Processor (6M Cache, up to 3.80 GHz)
OS Microsoft Windows 10 Home
Memory DDR4 2133MHz 16GB
Storage 2,5” SATA 1TB 7200rpm + 256GB PCIEx4 SSD NVMe PCIe SSD
Display 15,6” Non-glare IPS Full HD (1920 x 1080)
Graphics NVidia GeForce GTX1060M 6GB DDR5 (G-Sync), VR Ready
Input/Output 3x USB 3.0, 1x USB 3.1 Type-C, 1x HDMI port, 1x Mini port, 3-in-1 cardreader (SD/SDXC)
Camera Built-in HD Camera and array mic
Connectivity 802.11AC+BT
Audio
Dual
Array Microphone, Bang & Olufsen ICEpower with SonicMaster
Weight 2.2Kg
Dimension 39.0(W) x 26.6(D) x 3.01 (H) cm
Keyboard Anti-ghosting Illuminated chiclet keyboard, 1,6mm of key travel distance, specially designed WASD cursor keys
Special Design Alumunium alloy body, Elegant and modern lines, New ROG Strix design
Battery 4 cells, 4120mAh
MSRP Rp 26.299.000 (free ROG mouse)
Warranty 2 years full global warranty

Categories
Uncategorized

Aplikasi Pesan Messenger Jadi Kantong Duit Facebook Berikutnya

Kumparan – Facebook rupanya senang dengan pendapatan yang diraihnya dari iklan di aplikasi Messenger. Iklan yang sebelumnya hanya dirasakan oleh pengguna di Thailand dan Australia, akan diperluas ke seluruh dunia. Artinya pengguna Facebook Messenger di Indonesia siap-siap dibanjiri dengan kemunculan iklan di halaman utama aplikasi yang menurut perusahaan baru akan dirasakan paling lambat akhir tahun ini. 
Iklan Facebook – kumparan.com
“(Periklanan) Bukan segalanya tapi itu sudah pasti bagaimana kami menghasilkan uang sekarang. Ada beberapa model bisnis lain yang sedang kami jelajahi juga, tapi semuanya ada di seputar iklan dengan satu atau cara lainnya!” Stan Chudnovsky, Kepala Produk Facebook Messenger. (VentureBeat, 11/07/2017).
Iklan Messenger yang ada sekarang meliputi pesan sponsor dan iklan di Facebook News Feed yang mengarah ke percakapan Messenger dengan bot atau manusia. Pesan sponsor hanya dapat dikirim ke pengguna yang telah melakukan percakapan dengan perusahaan. Chudnovsky menambahkan bahwa iklan di dalam tab Beranda akan mengikuti model berbasis lelang dan bakal menampilkan kemampuan penargetan pengguna yang sama seperti yang ditemukan di Facebook atau Instagram. 
“Kami akan memulai (iklan di halaman depan Facebook Messenger) secara perlahan. Ketika rata-rata pengguna dapat memastikan melihatnya, kami benar-benar tidak tahu karena kami hanya didorong oleh data dan tanggapan dari pengguna untuk membuat keputusan itu!” sebut Stan Chudnovsky di laman yang sama. 
Iklan di halaman utama juga membawa Messenger mendekat ke tujuannya untuk memfasilitasi koneksi antara 1,2 miliar pengguna dan 60 juta bisnis di Facebook. Keinginan untuk menghubungkan keduanya telah menjadi bagian dari strategi Facebook membuka platform Messenger untuk chat bot yang diutarakan di ajang F8 pada April 2016 lalu. Ketika aplikasi pesan Messenger telah menjadi kantong duit Facebook, pertanyaan berikutnya adalah tentang aplikasi WhatsApp yang lebih memiliki banyak pengguna. Setelah membebaskan biaya berlangganan per tahun, kita patut bertanya kapan Facebook bakal putar arah untuk me-monetize WhatsApp? Kita tunggu saja bagaimana kelanjutannya. 
Sumber: kumparan.com
Categories
Uncategorized

Dari Kamar Pengap Berpindah ke Kursi Pesawat ‘Ekslusif’

Sepertinya, beberapa orang kini telah nyaman bekerja dari rumah. Kamar yang pengap seakan menghadirkan ide-ide kreatif untuk melahirkan konten-konten bermanfaat.

Tumpulan buku yang berdebu menjadi inspirasi tanpa henti dalam berkarya. Kertas-kertas berserak merupakan pemandangan terindah dari segala imajinasi.

Kabel-kabel tersambung hampir sehari semalam dengan aliran listrik. Dan, pakaian kotor berserak di sudut kamar karena tidak sempat mencucinya dalam seminggu lalu.

Notebook menyala. Smartphone tidak bisa jauh dari jangkauan. Baterai keduanya selalu terisi penuh dan jika telah habis kabel-kabel itu adalah korbannya. Powerbank tak pernah kosong kalau-kalau listrik padam tak diundang.

Suara musik dari earphone sampai terdengar orang di dekat itu, jika ada di antara mereka yang menemani saking kerasnya volume dari jack audio notebook. Keyboard diketuk tak henti sampai bunyinya bagai seorang pekerja di sebuah bangunan yang sedang mengetuk paku.

Layar dokumen berkedap-kedip sambil menunggu ide dituangkan begitu saja. Lalu, begitu inspirasi datang maka semuanya melayang dalam satu kesatuan hingga lupa bahwa pagi hampir berganti pagi!

Jemari saya mengetuk-ketuk keyboard untuk memulai sebuah paragraf yang tak kunjung datang. Begitu terus setiap hari sampai kemudian dimulai dengan satu kata berakhir pada titik nadir di kata ke 1000 lebih dalam satu artikel. Kamar yang berserak dengan pernak-pernik anak muda atau lebih tepatnya anak lajang tidak lagi saya hiraukan.

Lagu-lagu Korea menemani pagi yang senyap; karena lagu ini tidak bisa saya nyanyikan sehingga mudah melanjutkan kata-kata. Internet portable dari smartphone tersambung ke notebook untuk membaca informasi penunjang tulisan atau saat login ke blogger untuk mempublikasikan artikel.

Biarpun, mereka, orang-orang menyebut bahwa pekerjaan tidak memihak kepada saya karena sulit sekali keluar kamar. Hentakan nada dari musik yang saya dengar lebih dari cukup untuk memulai hari dan ‘pekerjaan’ yang orang-orang ragukan.

Bagi mereka pekerjaan yang terhebat itu harus duduk manis di kantor, pakai pakaian rapi, sepatu mengilap, dasi warna-warni, jas dari kain tebal lalu mengendarai mobil pribadi sesuka hati.

tapi saya,
bagi saya,
bekerja itu, dimulai,
dari sini lalu berpindah ke kursi pesawat ‘ekslusif’

Saya tidak pernah menafikan bahwa usaha selalu berbuah hasil, jika dikerjakan dengan sungguh-sungguh dan tekun. Saya memulai menulis blog sejak masa jayanya Multiply, lalu berpindah ke Kompasiana (sesekali masih menulis di sana) dan kemudian benar-benar aktif di sini.

Kebutuhan internet sudah tidak bisa saya jabarkan lagi bagaimana besarnya. Konektivitas ke dunia maya lebih sering dibandingkan saya bercakap-cakap dengan keluarga, apalagi orang terdekat lain.

Bagaimana internet bekerja sama dengan saya telah tak bisa diuraikan menjadi kesatuan dalam kotak-kotak aljabar. Internet yang membuka mata saya bahwa rejeki di sini bersemak, sekali selam lalu saya dapatkan berpundi-pundi sampai tak pernah lelah.

Saya blogger, lalu saya bangga dengan titel ini. Dari kamar yang pengap di sudut desa dengan padi menguning pada musimnya, saya berangkat dengan koper dideret ke pinggir jalan.

Sebuah pembuktian, mungkin juga bukan, barangkali sebuah anugerah dan berkah dari menulis sekian lama, juga bisa jadi sebuah penghargaan untuk berlibur terhadap diri sendiri.

Saya naik pesawat terbang. Kamu tidak salah. Saya benar naik pesawat terbang dari hasil menulis di blog. Saya benar-benar melewati X-Ray bandara setelah bekerja dari rumah!

Berkali-kali. Bukan cuma sekali lalu saya bangga dengan itu dan lupa menulis kembali sepulang dari sana.

Jika kursi di kamar sudah penyot maka kursi pesawat terbang selalu wangi dengan aromanya tersendiri. Cerita tentang itu tak akan pernah usai bahkan telah bosan orang dengar dari saya seiring waktu mengempaskan badan ke satu penerbangan ke penerbangan lain.

Dan, ke mana ‘blogging’ telah menerbangkan saya?

Lombok, Nusa Tenggara Barat

Ini adalah perjalanan pertama saya dengan pesawat terbang. Harap-harap cemas di pertengahan tahun 2014. Dari Aceh melalui perjalanan sulit seorang diri dalam jetlag tak henti. Tetapi di atas awan saya merasa inilah hasil jerih payah, ini pengorbanan akan waktu, ini perih yang selama ini dipendam maka titik syukur mengalir begitu saja.

Saya terbang ke Lombok, Nusa Tenggara Barat, setelah menang lomba yang diadakan oleh Dompet Dhuafa dan Blogdetik. Mungkin, ini adalah awal dari keseriusan saya menulis blog.

Bekerja dari rumah dan mengantarkan saya menikmati indahnya pulau ini. Dari lembah Sembalun yang dingin di mana Gunung Rinjani kokoh di sana sampai ke pantai indah di Senggigi. Cerita dari Lombok ada di sini!

Jakarta

Saya ingin sekali ke Ibu Kota dan terpenuhi setelah mendapatkan undangan dari ASUS Indonesia untuk menghadiri launching ZenFone 2 di Jakarta tahun 2015. Acara yang bertajuk ZenFestival ini tentu tidak bisa disia-siakan karena hanya beberapa saja blogger yang mendapat undangan.

Saya terharu dan terhormat dapat terbang ke tempat yang selalu dielu-elukan dan pusat perhatian banyak orang. Jakarta yang padat menjadi saksi haru saya saat sampai di sana, melihat gemerlap malam dari hotel bintang lima dan menikmati suguhan manis tak ubahnya konser seorang penyanyi saat Rossa tampil dengan anggun di atas panggung. Cerita pertama ke Jakarta ada di sini!

Bali

Ke sini adalah impian di mana banyak sekali destinasi wisata dan juga keindahan-keindahan lain. ASUS Indonesia juga yang mewujudkan impian saya untuk menginjakkan kaki di Pulau Dewata dalam launching ZenFone 3 tahun 2016.

Zenvolution menjadi gemerlap yang tak bisa saya lupakan di mana tema ini menjadi kesatuan yang begitu apik sampai ASUS menerima rekor MURI. Malam yang berakhir manis pun begitu memukau dengan penampilan Bunga Citra Lestari dan Joe Taslim. Cerita keindahan Bali ada di sini!

Bangkok, Thailand

Negeri dengan segenap kebebasan telah saya injak awal tahun 2017. Priceza menjadi penyelenggara lomba dengan mencari 8 penulis expert dan memberangkatkan 7 penulis yang sesuai target setelah menulis 50 artikel.

Kepuasan batin tentu saja saat kota Bangkok menyapa dengan segala gemerlap dan keindahannya. Panorama yang tak bisa dilupakan begitu saja di Chao Phraya atau dinner romantis di atas kapal pesiar menjadi sesuatu yang tidak mungkin saya dapatkan selain dari menulis, di dalam kamar yang selama ini begitu sumpek dan penuh kertas dan buku-buku. Cerita makan malam romantis di Bangkok ada di sini!

Jakarta

Ibu Kota kembali saya datangi belum lama ini. Mei 2017 menjadi saksi lahirkan produk terbaru dari ASUS Indonesia dalam acara bertajuk ZenFinity.

Tentu saja kebanggaan kembali menghinggapi saya setelah duduk manis di kursi pesawat, lelah selama perjalanan dan menikmati hidangan yang tak hanya lezat tetapi sekelas penyanyi Tulus dan artis-artis yang menjadi Brand Ambassador; Joe Taslim, Tatjana Saphira dan Sheryl Sheinafia. Cerita keseruan di Jakarta ada di sini!

Saya hanya menulis namun begitu duduk di kursi pesawat ‘ekslusif’ rasanya ingin teriak sekuat tenaga, bahwa saya telah jauh melangkah dari sebuah tulisan, bekerja dari rumah, dari hanya koneksi ke internet setiap waktu!
saya orang kampung, saya bukan siapa-siapa, saya bisa terbang!
Semua kisah tentang ini telah terburai panjang, jika kamu mengulik kembali beberapa kisah yang terpencar dengan semestinya saat saya pulang dari tempat tersebut, link tersebut adalah jawabannya!
dari kerja ‘paksa’ lahir pula karya yang disukai pembaca
Bekerja dari rumah memang tidak pernah dilihat sebagai pekerjaan karena saya tidak memakai pakaian rapi maupun keluar rumah dengan kendaraan. Saya juga kerap ditegur karena berdiam diri di dalam kamar dalam waktu lama.

Namun, mereka, tidak pernah tahu bahwa saya telah melanglang buana ke segenap penjuru dunia, dihubungi oleh agensi untuk kerja sama, membaca banyak informasi untuk update berita terbaru, menjalin hubungan baik dengan sesama melalui grup WhatsApp, menulis ribuan kata dalam beberapa artikel, kadang pula tidak tidur sampai dini hari saat mengejar deadline. Mereka hanya tahu saya di kamar, tidur-tidur saja atau entah berbuat apa di dalam sana!

Begitu sebuah artikel saya viral, menjadi hujatan dari orang-orang, kadang sebagian dari mereka tersadar bahwa tulisan itu lahir dari kamar yang sempit. Dari sekian banyak artikel di blog ini lahir dari kamar dengan segenap keindahannya bagi saya.

Dari artikel ini pula saya dikenal oleh orang-orang – agensi – untuk kerja sama penulisan artikel di blog. Awalnya, sedikit sekali, cukup untuk pulsa internet. Beranjak waktu, kerja sama yang saya lempar ke e-mail agensi atau sponsor berbuah manis, ada pula yang tiba-tiba mengirim e-mail atau pesan langsung ke WhatsApp.

Saya tidak menaikkan ‘rate’ harga per artikel seperti beberapa blogger melakukannya, namun harga itu berlaku secara alamiah. E-mail yang masuk kadang langsung menyasar ke patokan harga dari mereka yang melebihi ekspektasi dari saya selama ini.

Mulai dari sini pula, saya berangkat bahwa artikel kerja sama di blog telah dianggap ‘ada’ oleh orang lain. Lalu, banyak kerja sama yang kemudian datang memberikan harga lebih besar dari yang diharapkan.

Saya bekerja dari rumah, menulis di dalam kamar dan menunggu notifikasi dari bank jika kerja sama telah terbentuk. Begitu seterusnya sampai saya merasa bahwa ini adalah kesempatan saya untuk menyebut, bahwa bekerja dari rumah juga menghasilkan rejeki berlimpah.

Perlahan-lahan dan pasti, saya merasakan berkah dari bekerja dari rumah ini. Saat orang lain tertidur, saat orang lain sedang menonton sinetron, saat orang lain terbahak di sudut ruangan, saya tersibuk dengan deadline atau kening berkerut dalam menemukan ide-ide baru untuk dibagi.

Saya memiliki jam kerja yang tidak ada batas. Saya bekerja dari rumah tanpa ada waktu dari jam masuk sampai jam pulang. Saya bekerja jika ide itu telah ada, bahkan dari tidur bisa terbangun untuk menulis apabila mimpi melahirkan sebuah ide tulisan!

Begitu, kekuatan dari menulis yang tak bisa saya jabarkan sebelum kamu mencobanya. Memang, tidak mudah di awal namun kamu akan dinikmati pada bagian akhir.

Perjalanan yang saya alami penuh terjal, berbatu-batu, berlumpur, berminyak, sampai saya terpeleset, hilang kendali dan akhirnya menemukan kenyamanan meski, mereka, menyebut, saya bukan seorang pekerja!

Jika kamu masuk ragu, saya berikan laman ini untuk membaca tentang saya, dan juga sebuah portal di mana saya aktif menulis di sana!
Konstributor UC We-Media
dari bergadang semalaman lalu mendapatkan hadiah lomba
Kamu tidak akan tahu jika belum mencoba. Terkadang, teman-teman sesama blogger suka membanding-bandingkan jika di A ikut lomba maka ia tak ikut lagi. Kadang pula, ingin menang lomba tetapi tidak mau menulis atau tidak mau melakukan riset tentang sebuah tema.

Maka, saya keluar dari zona aman ini dengan mengikuti perlombaan yang menurut saya mampu. Di satu sisi, saya mengejar hadiah yang mengiurkan, di sisi lain saya ingin ‘melempar’ artikel yang ditulis kepada juri di balik meja penilaian. Jika menang, maka artikel saya lebih baik dari beberapa artikel lain.

Saya lantas memberi bukti, dari lomba saya bisa terbang ke Lombok dan Thailand. Belum lagi hadiah dalam bentuk uang tunai, smartphone maupun tablet. Ini adalah hasil kerja keras, bergadang semalaman, memendam ide lebih seminggu sebelum dituangkan, menghapus sampai 1000 kata jika tidak seusai harapan dan keinginan, tidur tidak enak sebelum ide tersebut benar-benar bertemu dengan penjamuan kata.
Saya menang lomba, maka saya bernyanyi untuk itu. Saya kalah lomba, maka saya menari untuk itu. Semua ada masanya dan saya menikmati masa-masa menulis untuk lomba yang butuh pengorbanan lebih. Kamu yang baru tahu tentang saya, bisa kembali masuk ke laman ini untuk tahu beberapa perlombaan yang saya menangkan!