Categories
Uncategorized

Mainkan Mobile Legends atau Arena of Valor (AoV) di Smartphone Sekelas iPhone X Ini

Kamu seorang gamer? Wajar sih di saat smartphone begitu mudah dibeli bahkan dengan harga sangat terjangkau. Rata-rata orang menghabiskan waktu dalam dunia game karena kesenangan atau memang mendapatkan kepuasan tersendiri di dalamnya. Dalam laporan yang dirilis oleh Newzoo yang berjudul 2018 Global Games Market Report, menyebutkan bahwa 2,2 miliar gamer di dunia memilih bermain game di smartphone. Perusahaan market intelligence ini menulis bahwa mobile gaming market mencapai 51% dari keseluruhan industry game pada tahun 2018.

Tentu saja hal ini tidak mengejutkan lagi di mana game di smartphone telah menjadi barang lama. Pemilik smartphone yang melek game tentu tahu Mobile Legends (ML) dan Arena of Valor (AoV). ML ini bukan making love antara dua orang yang saling membutuhkan, tetapi sebuah game yang kecanduannya hampir menyerupai ML sebenarnya itu sendiri. Maka, tak heran jika perusahaan produsen smartphone berlomba-lomba menghadirkan produk yang bersahabat dengan gamer atau lebih tepatnya mampu bermain game ML dan AoV dengan cepat dan baik. 
Desain smartphone khusus gaming kini telah beragam dan menarik minat banyak orang. Sasarannya tentu saja para gamer yang hampir 24 jam online. Menariknya lagi, manufaktur yang dibuat tidak hanya untuk kelas premium tetapi untuk kelas menengah juga mudah ditemui produk gaming. Kesempatan ini juga diambil oleh Huawei untuk meningkatkan pengalaman gamer dalam gaming di smartphone kelas menengah dengan rasa iPhone X. 
Lo Khing Seng, Deputy Director Huawei Device Indonesia, menyebut bahwa, “Banyak manufaktur yang memberikan embel-embel ‘gaming mode’ pada perangkatnya, tapi sebetulnya pengalaman yang mereka sajikan masih jauh dari nyaman, apalagi kalau dibandingkan dengan PC,” 
Pengalaman yang lalu disebutkan bahwa Qualcomm yang menghadirkan Snapdragon 600 untuk gaming tetapi kurang bertenaga saat memainkan game bergenre seperti Arena of Valor (AoV). Dampak dari tidak seimbangnya software dan hardware ini membuat Qualcomm menjadin kerjasama dengan Tencent untuk menghadirkan perangkat kelas entry level. Di mana prosesor yang dibuat oleh Qualcomm dapat memainkan game-game dari Tencent di kelas berat. 
Seorang gamer biasanya tidak akan sabar menghadapi lambannya sebuah smartphone bekerja. Game-game yang dimainkan tidak optimal karena software tidak begitu menguntungkan untuk mereka jalankan. Kemudian, soal prosesor di mana masih jarang kelas menengah mau berkorban soal prosesor kecuali di kelas atas. Saat ini hanya beberapa produk saja yang berani menggunakan prosesor khusus gaming di kelas menengah. 
Gamer membutuhkan lebih dari itu di mana smartphone kelas menengah jauh lebih tertantang untuk bermain game. Namun, bagaimana caranya agar dapat merasakan gaming yang mulus di smartphone kelas menengah itu? Di antara produsen yang telah berani tampil beda dengan memanjakan para gamer adalah Huawei. Produsen China ini mengambil risiko dalam menghadirkan pengalaman terbaik kepada gamer agar gaming di mobile lebih menguntungkan. 
Huawei memang menyebut bahwa gaming bukanlah tradisi mereka namun saat terjun ke lini ini, maka Huawei telah menemukan cara agar gamer mampu mencapai level tertinggi dalam waktu cepat. Huawei telah dikenal menghadirkan prosesor terbaik seperti Kirin maupun sensor kamera terbaik pula berkat kerjasama dengan Leica. Maka, saat menghadirkan prosesor yang ramah gaming, Huawei menghadirkan seri yang berbeda. Di mana, Huawei meluncurkan GPU Turbo yang merupakan teknologi pengakselerasi proses grafis dengan lebih baik. Teknologi ini mendesain ulang bagaimana grafis diproses di level sistem, supaya secara revolusioner dapat meningkatkan performa dan efisiensi. Teknologi terobosan ini membuat perangkat lama pun mampu menjalankan game terkini yang butuh grafis intensif. 
Huawei memberi jaminan bahwa GPU Turbo dibangun atas dasar framework umum di mana saat memainkan game tidak membutuhkan bantuan dari pengembang game. GPU Turbo dihadirkan untuk mengerti proses game itu sendiri dan dipercaya akan kompetibel dengan banyak game setelah hari ini. Dengan demikian, ponsel-ponsel yang akan dihadirkan oleh Huawei juga dapat diandalkan untuk bermain game. 
Dalam waktu dekat, GPU Turbo akan hadir dalam smartphone Nova Series dengan kemampuan mumpuni. Smartphone yang akan menyasar kelas menengah ini akan menghadirkan pengalaman kelas premium. Tentu saja kita tunggu produk terbaru dari Huawei ini!
Categories
Uncategorized

Sulit Dicegah, Produsen Manufaktur Ini Hadirkan Smartphone Murah dengan Kamera Terbaik

Lahir sebagai produsen manufaktur terbesar di dunia bukan berarti harus berdiam diri saja saat perubahan masa terjadi. Hal ini terlihat dari aktivitas perusahaan asal China ini, Huawei, yang mulai bergerak untuk menyuguhkan yang berbeda kepada pengguna smartphone. Sisi menarik yang diambil kesempatan oleh Huawei ini adalah smartphone dengan teknologi Artificial Intelligence (AI). Sebagaimana diketahui bahwa penggunaan teknologi ini pada sector kamera membawa perubahan besar pada beberapa produsen dalam menghadirkan hasil foto. 
18 tahun lalu seni fotografi pada kamera ponsel atau telepon genggam telah digunakan dengan sensor CMOS 110.000 piksel. Cikal-bakal ini yang kemudian membuat produsen berlomba-lomba dalam menghadirkan sensor kamera dengan pengembangan terbaik mereka. Memang, jika membandingkan hasil foto kamera ponsel beberapa tahun ke belakang dengan hari ini sungguh berbeda. Hari ini, kita bicara sensor terbaik dengan kemampuan yang benar-benar unik sehingga layak diapresiasikan. 
Kita ketahui bahwa fearture phone sampai ke smartphone yang kamu pegang saat ini, telah melewati fase yang menakjubkan, inovasi tinggi dan fitur-fitur yang benar-benar mengagumkan. Bahkan, pergeseran ini telah terjadi tanpa bisa dihindari di mana lebih banyak orang menggunakan kamera smartphone daripada kamera digital. 
Kamera dengan sensor CMOS kita tinggal jauh di belakang, lalu kamera VGA juga sulit kita temui saat ini di mana rata-rata smartphone telah mengandalkan minimal 5 megapixel untuk kamera utama dan juga mendukung autofocus. Jika pun melihat lebih detail, permainan kamera smartphone saat ini lebih ke atas rata-rata di mana mengunakan di atas angka 10 MP untuk kamera depan, bahkan ada yang menarik menanamkan 20 MP untuk kamera depan agar mendapatkan hasil swafoto terbaik. 
Umumnya, orang menggunakan kamera smartphone dengan satu lensa saja. Tetapi, inovasi yang dihadirkan oleh Huawei tampaknya berbeda dari yang lain di mana mereka berani menempatkan lebih dari satu kamera untuk kamera utama. Huawei bekerjasama dengan Leica dalam rangka menghadirkan sisi kamera terbaik yang bisa kita temui di salah satu produk seperti P20 Pro. 
Huawei tentu saja tidak tinggal diam dengan “hanya” mengandalkankan kamera Leica semata. Teknologi yang lebih baru telah diadopsi untuk memberikan sentuhan terbaik untuk kamera Huawei ke depan. Teknologi AI tidak hanya kekinian tetapi memberikan sentuhan yang berbeda untuk hasil foto smartphone. Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa manufaktur yang sangat mempengaruhi pasar saat ini dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu chipset, kamera, dan algoritma. 
Pertama soal chipset atau lebih mudah jika kita sebut dapur picu. Prosesor yang andal atau khusus sangat dibutuhkan untuk merealisasikan fitur AI dan juga mengakselerasikan proses fotografi. Huawei sendiri telah mengembangkan prosesor yang ramah terhadap teknologi AI ini yang dinamai Kirin 970. Prosesor ini sangat andal dan efisien karena memiliki NPU dalam memproses gambar sehingga tampak benar-benar bagus. 
Kedua soal kamera, Google pernah melahirkan produk terbaik untuk kamera di tahun 2017 di mana mereka mampu mengkombinasikan komputasi cloud dan algoritma dalam rangka membagi proses AI pada foto dan video. Hasilnya tentu saja kamera ponsel ini begitu menakjubkan dalam merekam objek. Meskipun, ponsel pintar Google ini sangat bergantung kepada koneksi jaringan internet untuk memuluskan aksinya. Mungkin saja, Huawei akan membuat penyempurnaan dalam sentuhan yang berbeda. 
Ketiga soal algoritma di mana rata-rata produk ponsel buatan China sangat mengandalkan bagian ini. Dalam memenuhi kebutuhan AI yang tinggi maka kekuatan utama dari CPU dan GPU sangat dibutuhkan seefisien mungkin. Maka, Huawei memberikan sentuhan berbeda dalam NPU yang khusus menangani masalah AI seperti yang telah dicapai oleh P20 Pro. 
Pengalaman terbaik ini tampaknya tidak mau dilepaskan oleh Huawei di produk premium saja. Ke depan, Huawei akan menanamkan fitur serupa untuk seri kelas menengah yang dikenal dengan Nova Series. Smartphone ini akan diperkuat dengan SoC kelas premium dengan kemampuan AI. Dapat ditebak bahwa Huawei akan menjualnya dengan rentang harga yang cukup bersahabat. 
Huawei akan meluncurkan smartphone kelas menengah ini dengan keunggulan kamera yaitu 24 MP dan 16 MP. Selain kamera utama tersebut, Huawei juga paham betul bahwa kamera depan telah memiliki peranan penting sehingga pemilihan 24 MP dan 2 MP dirasa sangat tepat. Penyempurnaan di kamera depan adalah dengan scene recognition di mana tidak hanya objek yang terlihat bagus tetapi latar belakang juga mengagumkan. 
Huawei tampaknya telah mengambil momen ini dengan baik dan sentuhan yang telah disebut di atas barangkali akan segera kita dapatkan di ponsel menengah mereka. Maka, kita tunggu saja bagaimana perkembangan dari penerus kesuksesan Nova 2i ini nanti di Indonesia!
Categories
Uncategorized

Mendukung Penggalangan Dana Untuk Bantuan Pendidikan Nasional Di Indonesia

Indonesia masih memiliki banyak masalah di dunia pendidikan seperti mutu pendidikan yang kurang berkualitas. Selain itu, banyak anak-anak yang putus sekolah terutama dikarenakan faktor ekonomi. Oleh karena itu, UNICEF Indonesia mengadakan penggalangan dana untuk donasi pendidikan nasional. Donasi ini digunakan untuk membantu penyelenggaraan pendidikan bagi anak-anak Indonesia yang membutuhkan.
Supportunicefindonesia.org merupakan situs donasi online support UNICEF Indonesia. Kegiatan yang dilakukan salah satunya penggalangan dana untuk penyelenggaraan pendidikan dasar untuk semua. Dengan bekerja sama dengan berbagai pihak, UNICEF Indonesia berharap dapat membantu proses pendidikan di Indonesia agar merata dan berkualitas.

Melalui website tersebut siapa saja dapat memberikan donasi untuk pendidikan anak-anak Indonesia. Donasi dapat diberikan melalui donasi rutin (bulanan) atau donasi satu kali. Donasi rutin dapat membantu pendanaan rutin untuk kegiatan yang dilakukan UNICEF Indonesia. Donasi satu kali digunakan untuk memberikan bantuan yang sangat dibutuhkan saat ini. 
Hanya dengan mengisi nama lengkap, alamat email, nomor telepon dan nominal donasi, Anda sudah dapat memberikan bantuan untuk penyelenggaraan pendidikan nasional. Semakin banyak dan sering donasi yang Anda lakukan, maka akan semakin banyak anak-anak Indonesia yang dapat memperoleh pendidikan sebagaimana mestinya. Dengan demikian, bangsa Indonesia di masa mendatang akan menjadi semakin cerdas berkat kualitas pendidikan yang lebih baik. 
Metode pembayaran donasi rutin hanya dapat dilakukan melalui kartu kredit. Sedangkan metode pembayaran donasi satu kali dapat dilakukan dengan kartu kredit, internet banking, bank transfer dan convenience store. Dengan banyaknya pilihan, maka Anda akan dimudahkan untuk melakukan donasi pendidikan secara online. Sehingga proses donasi akan lebih praktis dan tidak memakan banyak waktu. 
Sudah saatnya kita semua mulai bergerak untuk membangun pendidikan di negeri ini. Jangan hanya prihatin melihat pendidikan di Indonesia. Akan tetapi, sebaiknya Anda juga berpartisipasi dalam penggalangan dana untuk donasi pendidikan nasional yang diselenggarakan oleh UNICEF Indonesia. Mari kita wujudkan pendidikan Indonesia yang merata dan berkualitas.
Categories
Uncategorized

Begini Cara yang Tepat Main Internet Kencang Seharian

Duduk termenung
seharian di depan notebook dengan
jaringan Wi-Fi aktif sudah bukan aktivitas baru. Di sisi kanan, smartphone dengan jaringan seluler
menyala juga tak bisa menjadi rahasia lagi. Beginilah saya dalam keseharian.

Saya
butuh internet bukan lagi sekadar mencuri informasi terkini dari kanal berita
populer atau timeline media sosial. Tetapi,
saya yang kemudian terlibat langsung dalam menggodok berita menjadi cita rasa
sendiri yang ditayangkan di blog
personal.

Saya penggemar
informasi gadget terbaru, lantas saya
menulis informasi tentang ini yang kemudian menjadi candu setelah proses
panjang. Terutama, setelah saya coba-coba menjadi gadget reviewer yang benar-benar menggoda rasa.

Di mana, saya
menulis tentang sebuah gadget berdasarkan
user experience dan saat itu saya
benar-benar sangat butuh internet. Bisa saya sebut, internet di smartphone saya aktif hampir 24 jam. Saya
tak mau melewatkan, hanya, e-mail
promosi sekalipun dari situs yang tak pernah saya buka.

Energi positif
dari internet telah menyulap saya sebagai ‘pekerja’ yang tak kenal waktu. Di
saat ini, saya selalu bangga menyebut diri sebagai seorang blogger. Pekerjaan saya ini dengan internet bagaikan nyawa dan
tubuh. Melekat dan tidak bisa dipisahkan. 



Entah telah berapa gigabyte internet habis untuk update tulisan, maintenance blog, ubah template,
optimasi media sosial dan lain-lain. Irama ini sangat melekat dalam diri saya. Maka,
saat tahu bisa dapetin kuota internet gratis dari 2 GB sampai 10 GB, saya
langsung kegirangan.
Saya cukup
buka smartphone atau notebook yang terhubung ke internet,
lalu main kuis dengan pertanyaan yang benar-benar mudah, dapatkan poin dan
terima bonus berupa paket internet. Kamu juga tertarik? Jangan bilang tidak
karena dapetin.id tidak mau menunggu
lama dalam membagikan banyak kuota untuk kesenangan kita ini.

Saya langsung
menemukan kesenangan tersendiri saat bermain kuis ini. Kita cuma klik,
daftar, mainkan
untuk mendapatkan bonus yang banyak. Makin sering
dimainkan, makin banyak poin yang dikumpulkan, makin banyak kuota internet kita
dapatkan.

Tahu nggak, pertanyaannya itu benar-benar asyik banget. Salah satu contoh, ditanya manusia yang dapat berubah warna biru dan besar dalam film Avengers,
tentu saja mudah banget jawabnya,
bukan Black Widow, apalagi bapak lucu Iron Man, juga nggak mungkin sang kapten
yang gagah, tentu jawabannya adalah Hulk.

Kamu dapetin pertanyaan demikian saat masuk
dengan Facebook. Prosesnya cepat banget,
tahu-tahu kita sudah diarahkan ke kanal kuis dan bisa langsung memainkan kuisnya.
Berkali-kali. Benar. Berkali-kali sampai kita mendapatkan bonus yang
diharapkan.

Coba lihat,
pertanyaannya mudah banget bukan? Kalau
kamu pernah belajar bahasa Arab dengan mudah menjawab pertanyaan cara mengatakan selamat datang dalam bahasa
Arab
, dengan lantang menyebut ahlan
wa sahlan, klik
, terus lanjut ke pertanyaan berikutnya untuk mendapatkan 10
poin berikutnya. Satu jawaban benar kamu akan diganjar 10 poin begitu
seterusnya. Jika kamu teliti, saya yakin nggak bakal ada jawaban yang salah!
Dapetin.id hanya akan memanjakan kita dari 22 Mei 2018 sampai
dengan 28 Agustus 2018. Maka, langsung saja klik
terus mainkan kuisnya dengan mudah. Kita akan mendapatkan 200 poin tiap harinya
dan berkesempatan mendapatkan 10 GB gratis jika masuk ke dalam 10 pemain
terbaik setiap harinya. Bagaimana tidak menggiurkan?
Categories
Uncategorized

Jangan Katakan Tidak Main Medsos pada Anak Usia Sekolah

Imajinasi
dunia maya, begitu istilah yang bisa saya gambarkan ketika masuk ke dalam
ruangan yang penuh dengan teriakan, coret-coret papan tulis dan meja, bau
keringat sehabis olah raga maupun ballpoint
yang patah karena berebutan satu sama lain. Imajinasi lahir begitu saja, dengan
mudah, tak terkendali dan menyasar kepada guru muda seperti kami yang dipandang
paham betul dunia kekinian. 

Tak mungkin
kau bertanya kepada guru sesepuh, yang mungkin akan pensiun dua hari lagi, soal
status Facebook beberapa menit lalu, atau trending
topic
Twitter yang disusupi iklan gratis, mungkin juga gambar-gambar dengan
betis tak berkaos bebas dijajakan melalui sponsored
post
Instagram. Tanya itu akan tertuju kepada kita yang memiliki akun media
sosial dimaksud, di mana dengan mudah pula siswa-siswi menambahkan pertemanan
tanpa pikir panjang, dengan membuang tata krama bahkan menganggap biasa saja
karena “Oh, nanti bisa kirim pesan ke Bapak kalau ada pelajaran rumit,”
Begitu
mengalir imajinasi itu, tak terbendung dan tak bisa dikalahkan dengan soal-soal
hitungan matematika sampai ratusan sebagai hukuman ribut di dalam kelas. Dalam
imajinasi itu, mereka cengengesan bahkan saat pensil hampir patah dalam
mengalikan satuan dengan puluhan. Tak ada rasa bersalah soal imajinasi di embun
pagi, di siang terik dan juga di waktu hampir bel pulang berbunyi.
Imajinasi
mereka tak bisa ditutupi karena ini adalah masa, ini hanya perubahan yang tidak
bisa dihindari, ini zamannya sudah demikian. Tak perlu saya harus menyebut,
“Oh, zaman Bapak dulu ini belum ada,” karena memang pengembangan teknologi
termutakhir baru sepuluh tahun terakhir. Facebook menjadi kekinian sejak smartphone mulai naik daun di atas tahun
2010. Twitter kemudian menyusul dan Instagram tak lama kemudian menjadi tren
aplikasi berbagi foto yang bebas diakses oleh siapa saja.
Anak
merengek, orang tua dengan bebas membelikan smartphone
tipe terbaru yang baik untuk swafoto, gahar untuk main game, dan tentu harga mahal. Sekarang, lebih sulit menemukan feature phone dibandingkan melihat smartphone yang rata-rata di atas 5
inci. Jika dibiarkan, sekali saja, halaman sekolah, di dalam kelas, akan
bersemak perangkat layar sentuh tersebut.
Update status, upload
foto, cekikan di grup chatting;
adalah hal yang sangat wajar di kacamata seorang siswa. Bahkan, guru pun berani
bertanya kepada siswa yang lebih paham jika, “Handphone Bapak kok nggak
mau konek ke internet ya?” di mana dengan sigap siswa yang ditanya memberikan
solusi terbaik sampai smartphone itu
kembali terhubung ke dunia maya, dengan notifikasi grup hampir membuat
perangkat jatuh saking keras getarnya. Cepat. Gesit. Peka dan penuh imajinasi.
Sekali lagi. Imajinasi. Dan imajinasi siswa soal teknologi terutama internet tidak
bisa diracuni sehingga layu bahkan sampai mati.
“Bapak suka
like foto cewek cantik ya?” itu
karena mereka tahu aktivitas kita di dunia maya.
“Status
Bapak kok aneh-aneh terus ya?” itu
karena status kita mask ke timeline mereka.
“Bapak kok share berita itu, padahal belum
tentu benar,” misalnya saat kita salah bagikan informasi tanpa mengecek
kebenarannya terlebih dahulu.
Tidak perlu
ditangkal. Tidak perlu pula disebut ‘haram’ bahkan blokir seperti
kejadian-kejadian yang telah lewat. Sekali lagi, ini adalah masanya. Tidak bisa
dibendung. Tidak bisa ditutupi. Tidak bisa dilewatkan begitu saja. Ia mengalir
seperti air maka kita ikuti arus tersebut dengan tertatih atau berlari kencang.
Patut diingat bahwa hilang satu tumbuh
seribu
. Hukum ini sangat berlaku di dunia maya. Saat kita memblokir satu
situs misalnya, tak berselang menit, situs yang sama akan kembali muncul hanya
berbeda akhiran atau domain saja.
Misalnya,
kita sebut situs.com mengandung unsur pornografi dan wajib blokir karena akan
diakses oleh siswa-siswi yang masih polos. Maka, situs.com tumbang, tak lama
akan muncul situs.net atau situs.xyz atau situs.me dan sejenisnya. Catatan
penting bahwa pengelola situs adalah mereka yang mencari uang dengan cara
demikian, mereka membutuhkan pengunjung untuk trafik dan klik iklan, mereka memiliki
cadangan server di luar negeri yang
mudah menghidupkan situs yang diblokir. Dalam mengibuli aturan main pemerintah
yang kerapkali mudah goyah soal kebijakan, pengelola situs akan menanamkan server utama di negara-negara yang
‘halal’ akan perkembangan situs demikian.
Saat saya
berbicara di depan kelas, “Situs.com nggak boleh kalian akses karena
pornografi,” maka pulang ke rumah siswa-siswi akan membuka – bagi yang
penasaran dan nakal tentunya – situs dimaksud karena ingin tahu isinya. Padahal,
tanpa saya kasih tahu mereka sama sekali nggak tahu situs-situs tertentu yang
mengandung unsur mematikan tersebut.
“Jangan
cari cewek goyang seksi atau goyang gergaji di Youtube!” maka kata kunci itu
yang paling utama siswa-siswi cari dan kemudian Youtube akan merekomendasikan
‘goyang-goyang’ serupa, bukan Upin & Ipin atau Marsha and the Bear atau
juga Spongebob.
Sebenarnya,
kita – orang dewasa – yang lebih banyak mengarahkan anak-anak di usia paling
bahagia untuk masuk dan terjerumus ke dampak negatif dunia maya. Kita yang
memulai dan kita pula yang harus mengakhiri ‘pertikaian’ di dunia maya
tersebut. Aktivitas anak-anak seusia sekolah saya pikir tidak perlu dibatasi
dan menghakimi. Dampak dari ini lebih parah daripada mereka terlihat langsung.
Berita
palsu berseliweran, kita berikan pemahaman lebih dalam berdasarkan teori dan
fakta yang akurat. Akses internet yang tak bisa dibatasi, kita atasi dengan
memberikan pemahaman isu ini boleh dicari di dunia maya, mereka bisa lakukan
ini di internet, mereka bisa dapatkan penghasilan dari endorsement media sosial.
Kita
arahkan. Kita berikan manfaat yang lebih besar bukan hanya sekadar, blokir,
haram, nggak boleh, jangan lakukan. Karena, anak-anak makin dilarang makin
mendekat.
Duduk di
barisan depan sebagai guru, 2 jam pelajaran lebih dari cukup untuk memberikan
pemahaman-pemahaman soal masa depan cerah. Entah saya tidak tahu, entah media
lupa memberitakannya, entah memang belum pernah dilakukan sama sekali. Ribuan
program dari menteri agama hanyalah mendekatkan diri dengan orang-orang dewasa.
Kemudian, orang dewasa ini menyalahkan anak-anak yang terbawa arus
diskomunikasi, disinformasi dari dunia maya. Padahal, anak-anak perlu didekati,
dijadikan teman, ditemani saat bersama gadget.
Kurikulum
mudah sekali diubah. Jam pelajaran tidak bisa digoyah. Tetapi, 2 jam yang
tentatif ini bisa dilakukan kapan saja, di mana saja dan bagaimana strategi
yang ditentukan oleh orang dewasa. Dalam 2 jam diambil ini, tidak akan rugi
pelajaran menghitung karena ada waktu lain, tidak akan tertinggal mengetahui
kerangka tubuh manusia karena masih ada sisa jam yang banyak, tak juga
anak-anak nggak bisa menghafal doa-doa karena masih luang waktu untuk
menjamahnya.
Kita
lakukan. Kita masuk ke dalam kelas. Kita bersahabat dengan siswa yang akan diam
saat orang baru masuk dengan semangat berbeda dari gurunya. Di saat ini pula
kita mengambil hati mereka, meraih imajinasi mereka dan membawa ke arah lebih
baik. Tak perlu banyak teori, tak perlu kebutralan dengan menyebut haram dan
blokir, tak perlu berteriak-teriak sampai urat leher terlihat jelas. Kita hanya
duduk, menikmati, diskusi yang nyaman maka anak-anak akan merasa dirangkul dan
didengar.
Dari satu
sekolah berpindah ke sekolah lain. Dari satu sekolah kita memahami watak
anak-anak. Satu sekolah berbeda dengan sekolah lain yang kemudian akan membuat
kita berpikir, merenung banyak hal, program yang begini cocok untuk sekolah di
pedalaman, program yang begini cocok untuk di sekolah dekat kota, program yang
lebih atraktif cocok untuk sekolah di dalam kota.
Kadangkala,
mudah untuk kita menyebut informasi itu adalah hoax di depan anak-anak sekolah
pinggir sungai yang selalu banjir. Kita tidak melihat kening mereka berkerut
karena menganggap paham betul maksud ucapan kita. Kita dengan mudah berujar,
“Jangan main Mobile Legends!” pada
anak-anak yang seharian hanya mencangkul bersama orang tuanya di sawah dan
ladang. Tentu saja, pesan yang demikian tidak akan pernah sampai.
2 jam saja
lebih dari cukup untuk saya keliling sekolah. Dari Sabang sampai Meurauke. Dari
gunung ke lembah. Dari jalan becek ke jalan mulus. Dari bangunan atap rumbia ke
gedung bertingkat. Kita harus memulai. Kita tidak bisa meninggalkan. Karena
yang cepat ‘tiada’ adalah kita dan mereka akan tertinggal di usia belia. Nanti,
hanyalah mereka yang akan membawa pengaruh, membawa obor kemenangan, membawa ke
mana negeri ini dilanjutkan dalam cerita bersambung penuh ilustrasi.
Saya pikir,
ini mungkin hanya program kecil saja. Tetapi, jangan lupa bahwa kecil-kecil cabai rawit masih berlaku
di mana-mana. Kita harus memulai dari mereka. Kita abaikan mereka maka apa yang
selama ini dikhawatirkan mudah terjadi. Siap atau tidak siap. Dalam 10 sampai
20 tahun ke depan, merekalah yang akan memimpin!
Categories
Uncategorized

Kabar dari Gadis Aceh untuk Dukung Bersama Asian Games 2018

Begitu
sampai di rumah senja itu, saya langsung mengaktifkan kembali jaringan data. Kebiasaan
saya, selama berkendara data seluler dimatikan saja untuk menghemat pemakaian
dan hemat baterai. Notifikasi dari grup di WhatsApp tak bisa dibendung. Saya biarkan
jaringan kembali normal sebelum membuka beberapa grup yang informasinya
penting. Tak lama saya beralih ke e-mail,
sekadar memastikan tidak ada surat yang mendadak.

Saya disibukkan
dengan aktivitas menjelang magrib. Tentu saja, saya kembali mematikan data
seluler agar tidak terganggu saat salat dan makan malam. Satu jam setelah itu,
data seluler baru saya nyalakan kembali dan mengabaikan pesan di WhatsApp yang
kembali penuh. Kali ini, saya langsung membuka Instagram, untuk ‘cuci mata’
dengan foto-foto keren dari akun yang saya ikuti.
Notifikasi Instagram
juga saya matikan untuk alasan tertentu; terutama agar baterai lebih hemat. Saat
aplikasi ini terbuka, beberapa love
langsung terlihat dan saya abaikan karena di sudut kanan atas terdapat angka 1
dalam warna merah. Artinya, saya menerima pesan dari ‘seseorang’ yang belum
diketahui. Saya tekan layar di sudut itu, mengerutkan kening, sebuah akun
meminta untuk mengirimkan pesan secara pribadi.
Penasaran? Tentu
saja. Feeling saya, akun itu mungkin
saja siswa yang ingin bertanya sesuatu. Tak bisa dielak memang. Rata-rata siswa
di sekolah tahu akun media sosial saya, termasuk Instagram di mana hampir semua
siswa memilikinya. Rasa penasaran itu kemudian terobati setelah saya menerima
pesan dari pengirim.
Kening saya
kembali berkerut di pukul 9 malam lewat itu. ‘Seseorang’ yang tidak saya
kenali, menyapa dengan renyah dan langsung ke point tanpa basa-basi seperti yang selama ini saya terima. Saya mendapat
surprise karena tulisan Bunga
Aceh; Engkau Harum di Angkat Besi Asian Games 2018
yang telah tayang siang
tadi di blog, rupanya dibaca oleh
atlet yang bersangkutan.
Saya amati
baik-baik salam yang tertulis di pesan itu. Benar, salam itu untuk saya dan
terima kasih itu sangat tulus karena tulisan yang telah dibagikan ke media
sosial tersebut. Saya tidak menyebut viral namun saya sangat bersyukur bahwa
sosok yang saya tulis telah menerima pesan tersebut. Pesan yang saya maksud
adalah dukungan terhadapnya untuk bertanding di Asian Games 2018. Dirinya adalah
Nurul Akmal, lifter pertama Aceh yang
akan berlaga di angkat besi plus 75 Kg.
Satu kutipan
dari pesan Nurul, “Saya di kasih tau sama
pelatih saya dari Aceh #pak Fendi di kirim link nya ….. terima kasih dukungan
nya untuk masyarakat Aceh, mohon doa untuk warga Aceh supaya saya bisa kasih
yang terbaik untuk Indonesia khusus nya tempat kelahiran saya ACEH,”
Saya lantas
membalas untuk memotivasi dirinya. Saya tahu bahwa tidak mudah untuk lolos
kualifikasi berlaga di Asian Games 2018. Belum lagi jika engkau berkata itu
tentang Aceh yang mana lebih banyak selegram
dengan aroma kecantikan dan pamer busana. Tak banyak yang berkata tentang
atlet Aceh yang akan berlaga. Lagipula, ini bukan sepakbola yang dicintai
sejuta umat sehingga sosoknya mudah tenggelam atas kemenangan negara mana di
Piala Dunia 2018.
Saya tidak
mau itu kembali terjadi. Siapapun dia yang sedang berlaga di Asian Games 2018,
mereka adalah atlet kita. Dukungan saya tentu saja tidak seberapa dibandingkan
dengan sorak-sorai bergembira di dini hari tiap malam kini. Tetapi, bagi saya,
dukungan dalam cuplikan kata ini akan dikenang, terkekang sepanjang waktu. Tak sama
dengan dukungan terhadap Jerman yang baru saja dipulangkan oleh Korea Selatan. Tak
sama teriakan keras saat
Cristiano Ronaldo menendang bola hampir sampai ke gawang lawan. Tak
akan sama juga ketika ejekan dituju kepada
Lionel Messi yang membawa Argentina pulang bersama Portugal
di ‘menit’ yang sama.
Nurul Akmal
berbeda irama dengan itu. Saya tidak tahu bagaimana reaksinya ketika membaca tulisan
tentang dirinya. Di pesan yang ia kirim, saya merasa bahwa dirinya terharu
karena dukungan ini berbeda. Mungkin juga, belum pernah ada dukungan yang
serupa. Mungkin juga karena ia merasa bahwa warga Aceh hanya ‘mencintai’ sepak bola
semata.
Gadis Aceh
ini patut dikenalkan kepadamu, kepada kita yang selama ini begitu mengabaikan
olahraga angkat besi. Perjuangan berat gadis ini tentu saja tidak begitu mudah
dilewati. Mungkin saja tidak ada yang suka karena tubuhnya demikian. Tetapi, begitulah
seorang lifter. Demikianlah halter
dengan barbel yang telah menjadi makanannya sehari-hari.
Bagi seorang
wanita, cabang angkat besi plus 75 Kg tentu saja sangat membanggakan. Saya sendiri
mengakui, tidak mudah. Butuh latihan yang berkali lipat dibandingkan orang
lain. Butuh stamiga yang benar-benar di atas rata-rata. Butuh energi yang lebih
besar daripada dirinya dan orang lain.
Di saat suporter
bola teriaknya kencang sekali, pendukung Nurul Akmal mungkin hanya satu atau dua
orang saja di arena. Di saat lapangan bulu tangkis ramai sekali pendukungnya,
di depan lifter mungkin saja hanya pelatih
dan manajer. Di saat kamera televisi menjurus ke pemain dengan nomor punggung 5
atau 13, di saat yang sama seorang kameramen mungkin lupa mengarahkan kamera ke
barbel yang baru saja diangkat melewati kepala lifter.
Irama ini
tidak bisa diubah. Maka, saya memberi dukungan, membuatnya lebih bernyawa dan
menjadikannya sebagai rasa tahu bagi yang tidak mengetahui. Inilah Nurul Akmal,
lifter wanita kebanggaan Indonesia di
Asian Games 2018. Bukankah kita harus #dukungbersama semua atlet yang akan berlaga nanti?
***
Sumber foto:
1.     suara.com
2.     Instagram: https://www.instagram.com/amel_fr210614/
3.     Screenshot pesan dari Nurul Akmal di
Instagram @bairuindra