Saya
tergoda dengan diskon 90% begitu melihat ads
yang berkeliaran di media sosial. Mungkin manusiawi. Saya terhanyut dengan
promosi cicilan 0% begitu membuka salah satu aplikasi toko online. Mungkin juga demikian adanya. Irama ini telah berbaur
dengan kita yang keseharian berinteraksi dengan internet. Begitu mustahil
mendapati aplikasi tanpa iklan. Layanan situs semacam mesin pencari juga tak
luput dari iklan. Misalnya saja, saat memasukkan kata kunci ‘smartphone
murah dengan baterai hemat’ di posisi teratas adalah sponsored post dari beberapa toko online. Konsumen cerdas di era digital
dimulai sejak membuka browser atau saat
menghidupkan smartphone di pagi hari.
Ke mana arah mata angin, ke situlah kita melangkah!
Tak bisa
dielak, notifikasi akan berjejer di layar smartphone
tanpa dibendung. Tidak hanya media sosial, e-mail,
perpesanan instan dengan grup yang banyak, juga notifikasi diskon besar-besaran
dari aplikasi toko online. Aroma pagi
yang indah, langsung tergoda untuk menge-klik meskipun sebenarnya e-mail lebih penting karena berkaitan
dengan pekerjaan. Sekali lagi, diskon itu lebih mengoda pagi apalagi dengan
tambahan promosi, ‘hanya dalam 30 menit saja!’
|
Pria juga tergoda untuk belanja – muslimah.co.id |
Gagal
mendapatkan produk yang didiskon hampir 100% – meskipun ini mustahil sekali –
dalam kesal membuka Twitter atau Facebook. Dua media sosial raksasa yang
ditaburi informasi simpang-siur dan juga informasi valid dari kanal berita
terpercaya. Di sana, mau tidak mau, ads
berkeliaran dengan mudah. Share dari follower ikut terbawa arus sehingga kita
menemukan ‘jangan lewatkan flash sale tanggal cantik untuk dapatkan smartphone Rp
999 ribu!’
Flash sale adalah cara lain produsen menjajakan produk
dan cara cantik e-commerce ‘menipu’
konsumen. Siapa yang tidak tergiur barang ‘unlimited’
dengan harga murah? Belum lagi iming-iming tanpa ongkos kirim. Konsumen di
pelosok yang biasanya menambah ongkos kirim 1 kilogram paket sampai Rp 64 ribu
lebih, langsung meloncat girang. Entah benar atau akal-akalan saja, flash sale tetap diikuti meskipun
lagi-lagi kecewa karena situs error
saat pemesanan, stok habis atau yang lebih menyakitkan adalah barang berhasil
di pesan setelah 24 jam dibatalkan otomatis oleh sistem.
|
Pernah alami ini, bukan? – rancahpost.co.id |
Begitulah
fenomena flash sale yang dialami oleh
konsumen yang tidak cerdas di era digital. Padahal, mereka tahu hal itu akan
terjadi. Bahkan, mereka mengetahui hal demikian sering terjadi tiap flash sale. Namun, mereka tidak mau
mengabaikan mainan ‘cantik’ dari e-commerce
maupun produsen produk yang ‘meraup’ untung dari banyak klik.
Dalam
kaidah penjualan, banyak permintaan artinya
barang itu laku keras. Sistem flash
sale itu tak lain adalah ‘cek ombak’ pasar. Klik yang berjuta menandakan
bahwa produk tersebut diincar lantas produsen langsung klaim produk laku keras
meskipun hanya ribuan saja diproduksi. Tampaknya, flash sale telah menjadi primadona ‘cek ombak’ oleh beberapa
produsen, entah untuk memanipulasi pasar, untuk menaikkan target penjualan atau
untuk membuat merek tersebut naik ke permukaan dan dibicarakan. Kita yang
berada di posisi konsumen, mau apalagi selain rasa penasaran untuk klik saja,
menghidupkan alarm hanya untuk
pengingat flash sale. Kita tidak lagi
sebagai penyemarak tetapi kita berada di posisi penyelamat nama merek dagang yang
sedang ikut flash sale.
Maka,
sebagai konsumen saat kita terhanyut dalam kubangan ini, kita tidak lagi
termasuk ke dalam konsumen cerdas. Era digital bahkan telah menipu kita yang
sebenarnya cerdas menjadi penghibur arena bermain situs e-commerce yang megah. Jika saya memberikan contoh, jelang lebaran
nanti, kita akan membeli baju baru. Tiap toko akan memajang model terbaik
dengan diskon besar-besaran. Kita akan singgah ke toko dengan penawaran diskon
terbaik karena kita mencari harga murah. Demikian juga konsumen di era digital,
mudah ditipu oleh diskon, malas mengulik dan membaca sistem berbelanja secara online sehingga barang yang diterima
tidak sesuai.
|
Flash sale yang benar-benar menggoda – ecwid.com |
Konsumen
cerdas di era digital bukan tidak ada. Saya pikir, mereka banyak, mereka ada di
mana-mana, mereka bukanlah penggila belanja yang mau mengeluarkan dana lebih,
debit kartu kredit sampai kosong hanya karena promosi yang menggiurkan. Mereka
banyak pertimbangan saat ingin membeli sesuatu. Mereka selalu teliti dalam
membeli. Mereka tidak mudah percaya buaian merek tertentu atau e-commerce tertentu. Mereka juga
biasanya setia pada satu atau dua toko online
yang sudah dipercaya.
Arus
berbelanja online tidak bisa lagi
dibendung. Sistem ini tidak hanya menjangkau perkotaan tetapi juga pedesaan
yang telah mudah mengakses internet. Regulasi ini mudah sekali menipu mereka
yang mudah tergiur. Konsumen kebal dengan diskon 90% yang berubah begitu
menyelesaikan pembayaran jadi diskon hanya 10%, dirayu dengan model lain yaitu flash sale barang baru agar kita menjadi
konsumen pertama.
|
Isi keranjang belanja dengan produk yang benar-benar dibutuhkan – moneysmart.id |
Di era
digital ini, bagaimana cara kita agar menjadi konsumen yang cerdas. Isi kantong
saya tentu berbeda dengan kamu. Keinginan kamu juga berbeda dengan saya.
Pertimbangan saya karena ingin berhemat, pertimbangan kamu bisa karena tidak
percaya dengan situs tertentu.
Apa yang
tidak bisa dibeli dengan sistem digital saat
ini? Tidak ada. E-commerce langganan
kamu mungkin saja telah hapal ukuran underware
yang sering dipesan. Pekerja yang membungkus paket kamu – jika orang yang sama
– mungkin akan tertawa saat kamu memesan makanan ringan yang itu saja tiap
minggu.
Jika kamu
ingin mengikuti tips menjadi konsumen cerdas di era digital, saya akan berbaik
hati membagikannya. Saya berulangkali berbelanja online; entah karena lebih murah, diskon besar, dan juga tidak mau
repot mencari dari satu toko ke toko lain di bawah matahari.
Pertama, belilah
produk yang benar-benar ingin dibeli. Poin ini wajib masuk ke dalam
pertimbangan kamu. Gegabah karena diskon bisa berakibat fatal terhadap dana
yang sukar ditarik kembali pada beberapa toko online. Produk dimaksud adalah yang tidak tersedia di daerah kamu
atau habis di toko dekat rumah kamu. Kamu benar-benar membutuhkannya dalam
waktu cepat sehingga harus dibeli dengan segera.
Kedua, belilah produk dengan harga tidak
sampai Rp 500 ribu. Bagi saya ini penting sekali karena belum sepenuhnya
percaya dengan toko online di mana
penipuan menjadi marak di sana. Produk di bawah Rp 500 ribu jika cacat begitu
sampai kecewa ‘mudah’ diatasi, mudah diklaim pengembalian, dan bisa dianggap ‘sedekah’
saja jika pesanan di luar harapan. Tentu saya sangat kecewa berat jika produk
tidak sesuai harapan dengan harga di atas Rp 500 ribu di mana tidak mudah
mengembalikannya.
Ketiga, pilihlah toko online yang dipercaya, jangan tergiur iklan karena belum tentu
mudah proses pengiriman dan mudah menghubungi penjual jika ada kendala. Toko online begitu banyak dan tidak semua
dikelola oleh akun resmi. Di toko-toko ini terdapat penjual ‘musiman’ yang
mencari keuntungan instan. Penjual yang menempatkan nomor handphone dan diminta langsung menghubunginya untuk pemesanan,
segera harus dihindari.
Keempat, jangan mudah percaya diskon 99%
karena waktu kamu akan habis mencari produk tetapi hasilnya akan nihil,
meskipun beruntung mendapatkan produk dimaksud ongkos kirim bisa sama dengan
harga produk sebelum diskon. Carilah diskon yang sewajarnya saja sehingga
benar-benar masuk akal saat pemesanan selesai, baik harga maupun ongkos kirim.
Kelima, lupakan flash sale karena itu bukan jalan mendapatkan produk. Saya tidak
tahu pasti tetapi saya yakin sistem ini adalah ‘permainan’ penjual sehingga
kamu tidak mudah mendapatkan produk yang dimaksud. Flash sale banyak sekali kecewanya, kamu akan sukar mengurus
pengembalian dana jika tiba-tiba pesanan dibatalkan tanpa sebab. Produk yang
masuk ke dalam flash sale biasanya
akan dikirim setelah tenggat waktu tertentu. Bahkan, bisa saja dibatalkan
karena stok telah habis dengan berbagai alasan.
Keenam, barang elektronik tidak saya anjurkan beli secara daring. Jika
kamu berada di daerah yang sulit dijangkau dengan mudah, kesalahan pengiriman
bisa saja terjadi dan toko dimaksud tidak dengan mudah mengganti produknya.
Ketujuh, pastikan ke penjual pesanan kamu dipaketkan dengan baik dan tahan
jika dibanting. Layanan chat di kanal
khusus bisa kamu gunakan untuk berbagai keperluan.
Delapan, toko online dengan
layanan chat cepat adalah pilihan
terbaik dibandingkan klaim keluhan melalui Twitter atau e-mail yang membutuhkan waktu 24 jam untuk mendapatkan balasan.
Sembilan, pastikan garansi untuk pengiriman
paket jelas dan mudah diklaim. Pada pilihan pengiriman biasanya tertera centang
untuk garansi pengiriman, kamu bisa menambahkan biaya ini agar kiriman lebih
aman dan dilindungi garansi apabila terjadi kesalahan pengiriman.
Sepuluh, jadi konsumen cerdas adalah milik
kita, kita yang jaga isi kantong agar tidak melebar ke mana-mana, kita yang
tahu butuh dan tidak butuh suatu produk, kita juga yang tahu keuntungan dan
kerugian berbelanja secara daring.
Jika bukan
kita, siapa lagi yang menjadi konsumen cerdas di era digital? Orang
lain tentu tidak pernah peduli dengan asap di dapur rumah kita. Orang lain juga
tidak akan mau menutupi limit kartu kredit yang terlanjur dibelanjakan. Orang
lain juga tidak mau membeli produk yang tidak sesuai ‘ukuran’ karena salah
pengiriman.
Kita saja
yang bijak menjadi konsumen cerdas di era digital. Kita dan hanya kita yang
mengelola keuangan dengan baik agar tidak tergoda dengan fash sale, diskon 99%, cicilan 0% dan sejenisnya di mana itu adalah
promosi
wajib dari situs e-commerce. Catatan
akhir dari saya, seberapa besar langkah
segitulah melangkah, tidak perlu melebar ke kiri dan kanan karena bukanlah
kemampuan kita!