 |
Sunset dan bule bersama selancarnya di Pantai Kuta, Bali – Photo by Bai Ruindra |
ke Bali ku akan kembali!
Bumbu-bumbu
cinta memang memiliki intonasi yang pas jika berbicara tentang Bali. Sisi
romantis, sisi sejarah, sisi budaya dan keegoisan Pulau Dewata tampak begitu
dalam dari segala pandangan.
Wajar jika ke Bali ingin keliling tempat-tempat
bersejarah, berselancar di pantai atau mengelilingi kota yang padat bule-bule
cakep. ASUS Zenvolution 2016 mengantarkan saya ke Bali pada 07
September 2016.
Kesempatan ini tidak saya lewatkan, saya kemudian membalas
email Davina Larissa dengan membubuhkan permintaan khusus, pulang ke Aceh
tanggal 11 September 2016. Khawatir tetap ada karena 12 September 2016 adalah
Idul Adha, takut tiket mahal dan pertimbangan lain yang mungkin saja tidak bisa
dikabulkan oleh ASUS.
Kekhawatiran itu memudar setelah saya menerima tiket
penerbangan Pulang Pergi bersama Garuda Indonesia dari tanggal 06 September
(semalam di Jakarta) sampai 11 September.
Hati
yang berbunga begitu merekah saat
Zenfone 3 yang baru saja
diluncurkan oleh Jerry Sen, CEO ASUS, di Nusa Dua Convention Centre, Bali, saya
pegang dengan erat.
Ini adalah kesempatan untuk mengeksporasikan kamera 16 megapixel
yang dibenamkan pada smartphone yang dijual dengan harga Rp.4.099.000 di
akhir September 2016 (tentatif). Gestur ponsel pintar ini begitu licin, halus
dan memancarkan kilau dari bodi kacanya.
Tanggal 08 September pukul 22.00 WITA
lebih, acara puncak perhelatan Zenvolution usai digelar. Kami sudah boleh
bergerilya ke mana suka.
Bagi yang pulang tanggal 09 September tentu siap-siap
berkemas, kami yang minta extend lebih santai dengan perencanaan selama
di Bali.
Saya,
Sandi Iswahyudi dan Mas Bocah akhirnya lepas “dinas” dan bergembira ria dengan
Zenfone 3. Klik sana dan sini terus dimulai. Sebagian hasil kamera smartphone
terbaru ASUS ini telah kami publikasikan ke media sosial dengan hashtag #ASUSIncredibleRace,
#BuiltForPhotography, #ZenvolutionID dan
#Zenfone3ID.
perjalanan kami dimulai dari…
Paninsula Island
Paninsula
Island terletak di Nusa Dua, Bali. Pemandangan yang ada di sekitar pantai ini
adalah monumen Arjuna dan Krisna,
race untuk
jogging, pantai yang
menderu, lapangan yang luas dan laut membiru.
Kondisi tempat wisata ini sangat
cocok untuk kamu yang membutuhkan suasana tenang dan nyaman, serta jauh dari
keramaian. Selain itu, di sini juga terdapat pantai yang disekat khusus untuk area
privat.
Paninsula Island banyak dikunjungi oleh wisatawan lokal pada
hari itu, 08 September, saat kami sedang ikut serta dalam ASUS Incredible Race.
Tidak mau melewatkan momentum ini, saya abadikan beberapa kenangan di Pulau
Paninsula ini.
Hasil foto yang kamu lihat tanpa melewati editing, difoto dengan
menggunakan fitur Autofokus, HDR dan HDR Pro yang telah tertanam di Zenfone 3.
 |
Patung Arjuna dan Krisna di Paninsula Island, Nusa Dua, Bali – Photo by Bai Ruindra |
 |
Pantai biru Paninsula Island, Nusa Dua, Bali – Photo by Bai Ruindra |
 |
Fitur low light dari Zenfone 3 menangkap indah Paninsula Island, Nusa Dua, Bali – Photo by Bai Ruindra |
Monumen Perjuangan Rakyat Bali
Tidak
lengkap rasanya ke Bali tanpa ke tempat bersejarah. Monumen Perjuangan Rakyat
Bali dikenal juga dengan Bajra Sandhi, salah satu tempat yang patut disinggahi,
terletak Jalan Raya Puputan, Niti Mandala Renon.
Awalnya, Bajra Sandhi tidak
termasuk ke dalam rancangan traveling ala-ala kami bertiga. Karena Pandu
aka Mas Bocah menunggu di Lapangan Renon, akhirnya saya dan Sandi ikut
menyaksikan foto pra wedding di tempat ini.
Triadi, blogger dari
Makassar juga ikut bersama kami ke tempat ini sebelum kami tinggal di jalan
raya untuk bergegas ke bandara.
Tak
elok rasanya tanpa masuk ke dalam Bajra Sandhi. Sambil jalan, kami jepret
sana-sini menggunakan Zenfone 3. Halaman Bajra Sandhi yang luas, rumput yang
hijau, serta
race untuk
jogging membuat area ini cocok untuk
duduk-duduk santai.
Setelah membayar tiket masuk sebesar Rp.10.000 kami
langsung membuka tabir yang tersembunyi di dalam monumen bersejarah ini. Bajra
Sandhi terdiri dari 17 anak tangga di pintu utama, 8 tiang agung di dalam
monumen, dan monumen yang menjulang 45 meter.
Masuk ke dalam monumen terdapat
candi-candi dan kita bisa melihat pemandangan Kota Denpasar.
 |
Monumen Perjuangan Rakyat Bali, Lapangan Renon, Denpasar, Bali – Photo by Bai Ruindra |
 |
Bajra Sandhi yang bersih – Photo by Bai Ruindra |
 |
Bergaya di atas ini rasanya telah terbang tinggi – Photo by Pandu |
 |
Eit! Klik yang lagi foto pra wedding dulu di dalam Bajra Sandhi – Photo by Bai Ruindra |
Masjid Sudirman
Kami
salat Jumat di Masjid Sudirman selepas dari Bajra Sandhi. Masjid Sudirman
terletak di Kompleks Kodam Udayana, Denpasar, Bali. Arsitektur masjid ini masih
bercirikan budaya Hindu.
Masjid Sudirman tampak sederhana namun mewah di sisi
berbeda mengingat kekentalan Hindu di Bali. Umat Islam yang datang untuk
menunaikan salat Jumat di masjid ini memenuhi seluruh saf dari depan sampai
belakang.
Masjid Sudirman, pengakuan Pandu, merupakan salah satu masjid
terbesar di Denpasar yang tak pernah sepi.
 |
Masjid Sudirman, Kompleks Kodam Udayana, Denpasar, Bali – Photo by Bai Ruindra |
 |
Salat Jumat di Masjid Sudirman, Bali – Photo by Bai Ruindra |
 |
Selonjoran Sandi dan Triadi seusai salat Jumat – Photo by Bai Ruindra |
Tanah Lot
“Kita
harus berfoto di candi itu, Pandu!” begitu ujar saya sebelum berangkat ke Bali.
Pandu sengaja mengirimkan beberapa foto tempat wisata sebagai alternatif kami
selama di sana.
Tanah Lot termasuk ke dalam list penting karena di sana
terdapat Pura yang menghadap ke lautan lepas. Pura Karang Bolong merupakan
tempat tujuan wisata yang tidak boleh ditinggalkan begitu saja.
Sayangnya, hari
itu kami tidak dapat menaiki Pura tersebut karena air laut sedang pasang. Tanah
Lot terletak di Beraban, Kediri, Tabanan.
Tanah
Lot tidak hanya menyisakan Pura saja. Orang-orang yang ingin mengintip matahari
terbenam juga berserak di sini. Lelah berebut foto di depan Pura Karang Bolong,
kami bergegas mencari tempat aman untuk menunggu
sunset di Tanah Lot.
Sunset di Tanah Lot tidak boleh dilewatkan dari atas tebing dan ombak
memecah karang di bawah sana. Pemandangan ini tentu berbeda karena matahari
akan terbenam di antara tebing dan Pura.
Jika kamu ingin menikmati sunset di Tanah Lot harus bergegas mencari tempat
aman karena semua orang akan berebut ke sisi matahari terbenam. Matahari
terbenam di Tanah Lot sekitar pukul 18.15, bahkan lebih dari itu.
Hari itu,
kami tidak dapat menggenapkan matahari terbenam seutuhnya karena harus segera
pulang. Alasan pertama, mobil yang kami sewa akan sampai batas 10 jam tepat
pukul 19.00. Lima menit saja lewat 10 jam kami harus membayar denda sebesar
Rp.50.000.
Alasan kedua, jalanan akan macet karena begitu matahari tenggelam
sempurna semua orang akan keluar dari arena permainan indah ini.
 |
Tidak lengkap ke Bali tanpa berfoto di depan Pura Karang Bolong, Tanah Lot – Photo by Pandu |
 |
Ada ular jinak di Tanah Lot – Photo by Bai Ruindra |
 |
Lesehan sambil menunggu sunset di Tanah Lot – Photo by Bai Ruindra |
 |
Ada yang selfie sebelum sunset – Photo by Bai Ruindra |
 |
Sunset di Tanah Lot, Bali – Photo by Bai Ruindra |
Pura Taman Ayun
Hari
kedua, 10 September 2016, kami bergegas ke Pura Taman Ayun. Bli Kangin, driver
kami telah menunggu di lobi Hotel Bliss Surfer, tempat kami menginap hasil
kerjasama blog.
“Saya
ingin melihat orang-orang Bali beribadah, Pandu!” permintaan saya ke Pandu
sebelum kami sampai di Bali.
Pura
Taman Ayun merupakan salah satu Pura yang masih menyisakan kenangan manis untuk
umat Hindu. Pura ini terletak di Jalan Ayodya, Mengwi, Kabupaten Badung. Pintu
masuk ke Pura ini sudah sangat megah dari arsitek Tan Hu Cin Jin.
Kemewahan
sejarah langsung menyentakkan ulu hati saya begitu menapaki jalanan setepak di
dalam Pura setelah membayar tiket masuk Rp.10.000. Di atas rumput menghijau, terdapat
larangan untuk menginjaknya.
Pura-pura yang terdapat di Pura Taman Ayun masih
semerbak aroma Bali. Sayangnya, kami tidak diperbolehkan masuk ke dalam karena
di sana sangat sakral dan khusus untuk mereka yang beribadah saja. Dari luar,
kami dapat melihat ritual umat Hindu sedang sembahyang.
Di sisi yang lain, seorang
lelaki tua sedang melukis lukisan yang kemudian disejajarkan untuk kami
nikmati.
 |
Umat Hindu sedang beribadah – Photo by Bai Ruindra |
 |
Tempat peribadatan umat Hindu – Photo by Bai Ruindra |
 |
Salah satu Pura yang menonjol – Photo by Bai Ruindra |
 |
Jangan menginjak rumput ya! – Photo by Bai Ruindra |
 |
Seniman sedang melukis – Photo by Bai Ruindra |
 |
Salah satu karya seni yang menarik – Photo by Bai Ruindra |
Pura Ulun Danu Bratan
“Ayo
kita berfoto di depan ikon uang lima puluh ribu!” seru Pandu.
Pura
Ulun Danu Bratan jaraknya 2 jam perjalanan dari Pura Taman Ayun. Pura yang
menjadi “ikon” uang Rp.50.000 ini terletak di Bedugul, Kabupaten Tabanan, Bali.
Kami melewati jalan yang berliku, semakin menanjak semakin dingin. Jalanan semakin
padat karena rata-rata wisatawan menuju ke tempat yang sama. Memasuki kawasan
Bedugul, penjual strawberry terlihat di mana-mana. Tidak hanya penjual
saja, kebun strawberry juga tak kalah dari itu.
Danau
Bratan yang terhempas luas, pengunungan Bedugul yang elok, Pura yang menjulang
tinggi, hamparan taman yang luas dan bersih, menjadi suatu kenyamanan saat
berada di sini.
Tentu, saya tak lupa berfoto di depan Pura yang menjadi ikon
uang lima puluh ribu tadi. Untuk kamu yang beragama Islam, jangan khawatir
tidak dapat menunaikan ibadah.
Di dekat Danau Bratan, terdapat masjid yang
cukup luas dan sejuk, Masjid Besar Al-Hidayah.
 |
Akhirnya sampai di sini, Pura Ulun Danu Bratan, Bedugul, Bali – Photo by Pandu |
 |
Suasana yang asri – Photo by Bai Ruindra |
 |
Salah satu patung hewan di antara yang lain – Photo by Bai Ruindra |
 |
Pose di depan pintu masuk – Photo by Pandu |
 |
Pose di pinggir jalan dengan pemandangan gunung dan aura sejuk – Photo by Bai Ruindra |
 |
Ini dia “ikon” uang lima puluh ribu yang disalup awan – Photo by Bai Ruindra |
Pantai Kuta
Petualangan
terakhir adalah Pantai Kuta, sebelah selatan Kota Denpasar, Bali. Kami mengejar
waktu dari Pura Ulun Danu Bratan ke Pantai Kuta agar dapat landing
sempurna begitu matahari terbenam. Pantai Kuta merupakan salah satu pantai
idola untuk pecinta sunset.
Area
Pantai Kuta adalah tempat yang sangat padat. Di mana-mana adalah bule. Sepanjang
jalan menuju bibir pantai, kafe-kafe menjajakan minuman beralkohol dan
bule-bule duduk santai. Bli Kangin telah kami tinggal di kemacetan dan mungkin
akan bertemu lagi kapan-kapan.
Pantai
Kuta, benar salah satu pantai yang padat. Bule berjemur, orang berselancar, ombak
besar dan anak-anak mandi laut menjadi pemandangan khas.
Kami menyiapkan kamera
Zenfone 3 untuk merekam jejak sunset di pantai ini. Momentum yang tidak
bisa dilewatkan begitu saja.
Matahari yang berwarna keemasan terlihat syahdu
sekali menarik diri. Di setiap pandangan, adalah orang-orang memotret dengan kamera
ponsel maupun kamera lain.
Matahari
terbenam hari itu tidak begitu sempurna. Awan menutupi sebagian warna
keemasannya. Di sisi kiri kami, pesawat
take off dan
landing di
Bandara I Gusti Ngurah Rai dengan silih berganti.
Kepadatan bandar udara ini
terlihat sampai kami meninggalkan Pantai Kuta. Di sisi lain, sekelompok bule
sedang mengudarakan lampion untuk menutup malam.
 |
Menanti sunset di Pantai Kuta, Bali – Photo by Bai Ruindra |
 |
Sunset di Pantai Kuta, Bali – Photo by Bai Ruindra |
 |
Cewek Jepang sedang mengabadikan kenangan di Pantai Kuta, Bali – Photo by Bai Ruindra |
 |
Abang Bule mengangkat selancarnya setelah lelah surfing di Pantai Kuta, Bali – Photo by Bai Ruindra |
Malam
Minggu yang mendayu, Pantai Kuta padat merayap. Jalanan macet oleh kendaraan
dan trotoar macet oleh pejalan kaki. Kami membuka Google MAP untuk menentukan
arah jalan pulang ke Hotel Bliss Surfer.
Jalan kaki selama 20 menit di antara
malam yang panas, gerah dan wajah kusam. Tetapi, kepuasan batin tak bisa saya
ungkapkan dengan perkataan lebih besar dari terima kasih.
Terima kasih kepada
ASUS Indonesia. Davina Larissa yang telah mengabulkan permintaan extend.
Marissa Pratiwi yang telah mendengar curahan hati saya.
Dan tentu, dua sahabat
Sandi dan Pandu yang membuat hari-hari kami penuh warna, penuh tawa, penuh
tantangan dan penuh pembelajaran terutama soal kamera Zenfone 3. Sampai
ketemu di lain kesempatan!
Baca Juga Kemenangan Tim 22 ASUS Incredible Race Dimulai dari Tebak Lagu
 |
Bliss Surfer Hotel yang bertema surfing – Photo by Bai Ruindra |