Sumber: www.dewinataatmadja.blogspot.com |
Kehilangan
– mungkin – mempunyai arti berbeda-beda. Tergantung bagaimana seseorang
mengintepretasikan makna dari kata tersebut. Bagi saya, kehilangan lebih kepada
perasaan tak bisa menjangkau segala sesuatu yang dirindukan. Artinya, dari
kehilangan tersebut akan mengakibatkan keputusasaan, kesedihan, kesendirian dan
kehampaan sepanjang waktu. Dan, apakah hanya saya saja yang merasakan hal
demikian?
– mungkin – mempunyai arti berbeda-beda. Tergantung bagaimana seseorang
mengintepretasikan makna dari kata tersebut. Bagi saya, kehilangan lebih kepada
perasaan tak bisa menjangkau segala sesuatu yang dirindukan. Artinya, dari
kehilangan tersebut akan mengakibatkan keputusasaan, kesedihan, kesendirian dan
kehampaan sepanjang waktu. Dan, apakah hanya saya saja yang merasakan hal
demikian?
Ternyata,
naluriah sebagai manusia yang memiliki akal pikiran bisa diperbudak oleh
kehilangan tersebut. Namun tidak hanya manusia, bintang pun mengalami hal
serupa.
naluriah sebagai manusia yang memiliki akal pikiran bisa diperbudak oleh
kehilangan tersebut. Namun tidak hanya manusia, bintang pun mengalami hal
serupa.
Belum
lama ini, kehilangan itu turut saya rasakan sendiri. Saya mengira hanya manusia
saja yang sukar melupakan sesuatu yang hilang, tetapi arah pemikiran saya
tersebut sangat salah ketika binatang
juga teramat sulit melupakan sesuatu yang hilang.
lama ini, kehilangan itu turut saya rasakan sendiri. Saya mengira hanya manusia
saja yang sukar melupakan sesuatu yang hilang, tetapi arah pemikiran saya
tersebut sangat salah ketika binatang
juga teramat sulit melupakan sesuatu yang hilang.
Ceritanya
bermula dari sebuah persahabatan masa kecil. Dua ekor kerbau lahir dalam waktu
yang dekat, tentu saja berbeda induknya. Dengan alasan ini pula keduanya
berteman dan meloncat mengitari waktu bersamaan. Mereka saling kejar. Saling
beriringan di petak sawah yang baru dipanen. Saling bertukar pikiran dengan
cara mereka sendiri, mungkin saja itu pernah terjadi di dunia binatang.
bermula dari sebuah persahabatan masa kecil. Dua ekor kerbau lahir dalam waktu
yang dekat, tentu saja berbeda induknya. Dengan alasan ini pula keduanya
berteman dan meloncat mengitari waktu bersamaan. Mereka saling kejar. Saling
beriringan di petak sawah yang baru dipanen. Saling bertukar pikiran dengan
cara mereka sendiri, mungkin saja itu pernah terjadi di dunia binatang.
Tibalah
pada satu hari, seekor dari keduanya jatuh sakit. Sakit yang diderita oleh anak
kerbau yang lebih tua dua bulan itu dalam bahasa kedokteran manusia
dikategorikan ke dalam stroke. Di hari sebelum kisah pilu menjadi semakin
parah, anak kerbau itu sedikit pincang dan perutnya lebih buncit dari biasanya.
Hari setelah itu, si anak kerbau ini semakin parah. Tidurnya terbaring dengan
keempat kaki lurus tak bisa digerakkan kembali. Dari mulutnya, tak henti ia
memanggil-manggil, mungkin induknya, mungkin juga temannya.
pada satu hari, seekor dari keduanya jatuh sakit. Sakit yang diderita oleh anak
kerbau yang lebih tua dua bulan itu dalam bahasa kedokteran manusia
dikategorikan ke dalam stroke. Di hari sebelum kisah pilu menjadi semakin
parah, anak kerbau itu sedikit pincang dan perutnya lebih buncit dari biasanya.
Hari setelah itu, si anak kerbau ini semakin parah. Tidurnya terbaring dengan
keempat kaki lurus tak bisa digerakkan kembali. Dari mulutnya, tak henti ia
memanggil-manggil, mungkin induknya, mungkin juga temannya.
Si
anak kerbau yang tidak sakit, tidak pernah meninggalkan temannya. Sesekali ia
berbaring di samping temannya yang sakit itu. Dari gerak-geriknya ia sama
sekali tidak tenang melihat kesakitan yang dialami teman sepermainannya. Seekor
binatang, tidak memiliki kekuatan untuk membantu temannya yang sekarat. Jika manusia
akan membawa pertolongan, memberi makan maupun obat, maka bintang hanya
memutar-mutar dengan mata sendu. Si anak kerbau yang tidak sakit itu memang
tidak memiliki akal, tapi entah apa yang membawanya terus menunggu suatu keajaiban
sehingga temannya yang sakit bisa sembuh.
anak kerbau yang tidak sakit, tidak pernah meninggalkan temannya. Sesekali ia
berbaring di samping temannya yang sakit itu. Dari gerak-geriknya ia sama
sekali tidak tenang melihat kesakitan yang dialami teman sepermainannya. Seekor
binatang, tidak memiliki kekuatan untuk membantu temannya yang sekarat. Jika manusia
akan membawa pertolongan, memberi makan maupun obat, maka bintang hanya
memutar-mutar dengan mata sendu. Si anak kerbau yang tidak sakit itu memang
tidak memiliki akal, tapi entah apa yang membawanya terus menunggu suatu keajaiban
sehingga temannya yang sakit bisa sembuh.
Di
hari setelah itu tidak ada perubahan yang berarti; kami sudah memanggil dokter
hewan, memberikan ramuan kampung yang dianggap paling mujarab, si anak kerbau
yang sakit itu belum juga menampakkan perubahan. Kakinya tetap tak bisa
digerakkan. Matanya mengisyaratkan makna yang saya artikan sebagai sebuah
permintaan untuk segera menyembuhkannya dari rasa sakit itu. Kami memutuskan membawa si anak kerbau itu ke tempat tak seharusnya.
hari setelah itu tidak ada perubahan yang berarti; kami sudah memanggil dokter
hewan, memberikan ramuan kampung yang dianggap paling mujarab, si anak kerbau
yang sakit itu belum juga menampakkan perubahan. Kakinya tetap tak bisa
digerakkan. Matanya mengisyaratkan makna yang saya artikan sebagai sebuah
permintaan untuk segera menyembuhkannya dari rasa sakit itu. Kami memutuskan membawa si anak kerbau itu ke tempat tak seharusnya.
Sebenarnya
berat melepas kepergiaan si anak kerbau tersebut. Saya benar-benar merasa bahwa
kehilangan itu bukan cuma perkara roman picisan semata. Barangkali, saya memang
tidak begitu dekat dengan si anak kerbau, hanya sesekali mengelus kepala mereka.
Tetapi Ayah dan Ibu tentu saja memiliki kedekatan yang sangat berarti. Ayah
saya bahkan sempat teriris tangannya saat sedang memotong padi karena mengingat
sakit si anak kerbau itu. Mendengar pekikan suaranya yang semakin parau saja
membuat saya ingin segera melupakan yang terjadi hari itu. Tidak hanya dia yang
sakit memanggil-manggil sebuah keajaiban,
induknya dan si anak kerbau yang sehat tak kalah serak suara keduanya. Saya tidak
tahu mereka meminta pertolongan kepada siapa. Sebagai manusia yang memelihara,
kami sudah mencari jalan keluar supaya derita si anak kerbau tersebut bisa
segera pulih.
berat melepas kepergiaan si anak kerbau tersebut. Saya benar-benar merasa bahwa
kehilangan itu bukan cuma perkara roman picisan semata. Barangkali, saya memang
tidak begitu dekat dengan si anak kerbau, hanya sesekali mengelus kepala mereka.
Tetapi Ayah dan Ibu tentu saja memiliki kedekatan yang sangat berarti. Ayah
saya bahkan sempat teriris tangannya saat sedang memotong padi karena mengingat
sakit si anak kerbau itu. Mendengar pekikan suaranya yang semakin parau saja
membuat saya ingin segera melupakan yang terjadi hari itu. Tidak hanya dia yang
sakit memanggil-manggil sebuah keajaiban,
induknya dan si anak kerbau yang sehat tak kalah serak suara keduanya. Saya tidak
tahu mereka meminta pertolongan kepada siapa. Sebagai manusia yang memelihara,
kami sudah mencari jalan keluar supaya derita si anak kerbau tersebut bisa
segera pulih.
Waktu
selalu saja mengarahkan pada keputusan di batas kemampuan kita menjangkaunya. Kami
memutuskan memanggil seorang agen. Dan si anak kerbau yang ngos-ngosan menahan
rasa sakit itu di bawa ke rumah potong.
selalu saja mengarahkan pada keputusan di batas kemampuan kita menjangkaunya. Kami
memutuskan memanggil seorang agen. Dan si anak kerbau yang ngos-ngosan menahan
rasa sakit itu di bawa ke rumah potong.
Tidak
cukup sampai di sana. Saya kira si anak kerbau yang sehat itu dan induk kerbau
yang sakit akan merumpuk di padang yang hijau, lalu tidak ingat apa-apa. Saya sangatlah
salah. Si anak kerbau yang sehat itu
terus memanggil temannya. Induk kerbau itu juga memanggil-manggil anaknya. Tidak
cukup sampai di sana, si anak kerbau yang sehat berlari ke segala penjuru, ke
tempat-tempat yang biasa mereka main bersama, mencari-cari jejak langkah
temannya. Si induk kerbau juga melakukan hal yang sama, matanya mencari-cari ke
segala arah, berharap anaknya masih berlarian lantas menyusu padanya.
cukup sampai di sana. Saya kira si anak kerbau yang sehat itu dan induk kerbau
yang sakit akan merumpuk di padang yang hijau, lalu tidak ingat apa-apa. Saya sangatlah
salah. Si anak kerbau yang sehat itu
terus memanggil temannya. Induk kerbau itu juga memanggil-manggil anaknya. Tidak
cukup sampai di sana, si anak kerbau yang sehat berlari ke segala penjuru, ke
tempat-tempat yang biasa mereka main bersama, mencari-cari jejak langkah
temannya. Si induk kerbau juga melakukan hal yang sama, matanya mencari-cari ke
segala arah, berharap anaknya masih berlarian lantas menyusu padanya.
Siang
malam kedua hewan itu memekik pilu. Saya pikir mereka mudah tertidur. Namun lagi-lagi
mereka membangunkan saya tengah malam. Mereka masih memanggil-manggil. Dan kini,
seminggu sudah berlalu, panggilan si anak kerbau yang sehat kepada temannya
masih sering terdengar. Begitu juga dengan induknya. Saya tidak tahu berapa
lama waktu yang dibutuhkan oleh dua ekor kerbau tersebut agar kehilangan tidak
dirasakan lagi.
malam kedua hewan itu memekik pilu. Saya pikir mereka mudah tertidur. Namun lagi-lagi
mereka membangunkan saya tengah malam. Mereka masih memanggil-manggil. Dan kini,
seminggu sudah berlalu, panggilan si anak kerbau yang sehat kepada temannya
masih sering terdengar. Begitu juga dengan induknya. Saya tidak tahu berapa
lama waktu yang dibutuhkan oleh dua ekor kerbau tersebut agar kehilangan tidak
dirasakan lagi.
Ini
memang sebuah kisah yang tidak penting.
Namun kisah ini telah mengajarkan kepada saya bahwa kesempurnaan sebagai
manusia tetap bisa dikalahkan oleh hewan sekalipun. Saya sering merengek,
mengeluh akan sebuah kehilangan. Saya menganggap hanya saya saja yang
merasakannya.
memang sebuah kisah yang tidak penting.
Namun kisah ini telah mengajarkan kepada saya bahwa kesempurnaan sebagai
manusia tetap bisa dikalahkan oleh hewan sekalipun. Saya sering merengek,
mengeluh akan sebuah kehilangan. Saya menganggap hanya saya saja yang
merasakannya.
Saya
– juga Anda – adalah manusia yang dibekali akal pikiran. Kita mampu melakukan
apapun. Kita mampu memberi pertolongan kepada orang lain. Si anak kerbau yang
sehat itu, juga induk dari anak kerbau yang sakit, mereka hanya meraung. Tidak menyentuh.
Tidak menyuap obat. Siapa tahu, raungan mereka adalah doa dan obat paling
mujarab akan sebuah kehilangan. Saya berharap itulah yang terjadi!
– juga Anda – adalah manusia yang dibekali akal pikiran. Kita mampu melakukan
apapun. Kita mampu memberi pertolongan kepada orang lain. Si anak kerbau yang
sehat itu, juga induk dari anak kerbau yang sakit, mereka hanya meraung. Tidak menyentuh.
Tidak menyuap obat. Siapa tahu, raungan mereka adalah doa dan obat paling
mujarab akan sebuah kehilangan. Saya berharap itulah yang terjadi!
*Saya tidak menyertakan foto sendiri karena satu dan lain hal.