Categories
Uncategorized

Bahwa Aku; Takut Jika Tertidur



Bahwa aku; takut jika tertidur! Seperti
biasa, segelas sanger hangat menemani saya. Sanger itu campuran kopi dengan susu, salah satu minuman khas di Aceh. Warung kopi
adalah kenikmatan tersendiri, lepas dari pandangan orang yang menilai, saya
tidak memedulikannya. 



Di antara denting gelas dan piring, saya membuka buku
dengan kaver hitam. Tidak seperti biasanya, saya membuka laptop dan menulis sebuah
artikel. Saya harus menuntaskan cerita di buku yang ditulis oleh penulis perempuan Indonesia, sayang untuk dilewatkan begitu saja.
Gelombang – Dee Lestari

Buku
tentang mimpi. Tentang dongeng sebelum tidur yang membuat saya ketakutan
setengah mati. Saya merasa, Alfa Sagala adalah saya sendiri. Lelucon yang tak
pernah mau saya akui pada siapapun.
Bahwa, mimpi itu hanya bunga tidur karena
tidak bermakna
, walaupun setelah bermimpi saya berkeringat seperti habis olahraga dan detak jantung
lumayan cepat.

***
Dee
Lestari
memulai kisah yang “tak penting” di bagian awal. Kisah Gio yang kehilangan perempuan tercinta di belahan bumi Amerika. Saya membaca cepat bagian ini
karena Gelombang baru mulai mengaduk-aduk emosi saya saat masuk ke bagian
Sianjur Mula-Mula.

Sebuah daerah yang cukup rumit di dekat Danau Toba, Sumatera
Utara, daerah permulaan bagi kaum Batak. Dee Lestari menggambarkan Sianjur
Mula-Mula – begitulah adanya – suasana kampung yang biasa-biasa saja, karena
saya juga tinggal di kampung dengan pemandangan gunung maupun sungai.

Daya tarik
dari Sianjur Mula-Mula itu karena adanya Si Jaga Portibi yang selalu mengikuti jejak langkah Thomas Alfa Edison, si Alfa
Sagala
, seorang anak yang dipercaya memiliki kemampuan melihat mahluk gaib
tidak hanya di alam mimpi namun juga di dunia nyata.

Lantas, hadirnya seorang
pemuka Batak yang tak lain adalah dukun yang memuja-muji seluruh bagian makhluk
halus untuk memperhalus langkahnya untuk dipercaya semua orang, Ompu Togu Urat.

Selangkah
lebih maju, kedua orang tua Alfa Sagala memboyong ketiga putra mereka untuk merantau
ke Jakarta, setelah banyak kejadian nyeleneh yang tak bisa dicerna akal sehat. Si
Alfa Sagala, si Ichon itu, mau dijadikan murid oleh Ompu Togu Urat, namun di kemudian hari murid yang dimaksud adalah musuh yang harus dilenyapkan oleh si orang
sakti itu karena si Ichon dianggap dapat menganggu kedigdayaannya.

Si Ichon
adalah bungsu yang terpandai dibandingkan kedua abangnya, Eten (Albert
Einstein) dan Uton (Sir Isaac Newton). Imajinasi Dee Lestari mulai terbaca saat
mendeskripsikan panggilan ketiga abang beradik ini.

Imajinasi selanjutnya
adalah bermain dengan ketakutan si Ichon dipadu dengan batu keramat pemberian
Ompu Togu Urat, yang akan meredam mimpi-mimpi si Ichon yang tak lain adalah
petunjuk penting di kemudian hari.

Dee Lestari menceritakan babak demi babak
sebuah mimpi sehingga bersambung menjadi cerita yang padat, penuh skenario,
jika digabungkan dengan dunia nyata, tentu saja tak mungkin karena mimpi malam
ini belum tentu bertemu dengan mimpi di malam berikutnya, bahkan mimpi pertama,
kemudian terbangun, akan berbeda dengan mimpi setelah tidur kembali.

Namun si
Ichon, memegang kendali atas mimpi-mimpinya sehingga mengarahkan tokoh ini
untuk memecahkan teka-teki di masa depan.

Dee
Lestari cukup singkat menceritakan kisah si Ichon di Jakarta. Singkatnya, si
Ichon dilempar ke New Jersey, Hoboken, Amerika Serikat, jadi pendatang ilegal
yang susah payah beradaptasi dengan lingkungan keras di antara para gangster di
apartemen kecilnya.

Si Ichon berubah menjadi Alfa Sagala yang dipandang sebagai
pelajar terpandai di sekolah, peraih tiga beasiswa di tiga kampus berbeda New
York, perawakan ganteng, dan cukup fasih berbahasa inggris dengan logat Amerika.

Cukup mengerut kening saya karena seorang anak yang baru lulus SMA – baru melanjutkan SMA di Amerika – bisa mengubah logat bahasa dengan cepat. Barangkali,
karena saya yang kurang tahu, atau memang si Alfa Sagala ini diberikan
kelincahan dalam melipat lidahnya menjadi lenting sempurna. Alfa Sagala akhirnya melanjutkan pendidikan di Kampus Cornell, New York.

Perjalanan
mimpi itu berlangsung semakin nyata, sehingga Carlos dan Troy, sahabat Alfa
Sagala menganggap si Batak ini abnormal. Alfa Sagala hanya tidur jika ingin dan
tak lebih dari satu jam. Alfa Sagala takut tertidur karena takut bermimpi. Dalam
mimpi panjangnya Alfa Sagala akan bertemu dengan Si Jaga Portibi, yang tak lain,
dicetuskan sebagai penjaga pemimpi.

Imajinasi
Dee Lestari semakin menyeruak saat menghadirkan bangunan Asko, sebuah bangunan
yang nyata, seseorang yang menunggu, mimpi saling terhubung, mimpi yang
mengaitkan satu sama lain, mimpi yang menarik kenyataan dari dunia nyata.

Sampai
akhirnya, Alfa Sagala dipertemukan dengan Nicky, dokter imut yang kemudian
menemani Alfa Sagala menjumpai dr. Colin, seorang terapi mimpi yang telah
bekerja hampir sepuluh tahun. Dr. Colin bersama Nicky memberi terapi
kepada Alfa Sagala.

Semua terbaca nyata dalam novel terbitan Bentang Pustaka
ini. Seakan-akan, mimpi Alfa Sagala adalah benar adanya. Mimpi-mimpi yang
menjadi penghubung satu sama lain, pertemuan dengan mereka yang memegang
batu-batu khusus.

Tak sedikit pula, Alfa Sagala membekap wajah dengan bantal
sehingga sulit bernapas, maupun mencekik lehernya sendiri dalam mimpi, untuk
menghadirkan rasa sakit, agar segera lepas dari mimpi-mimpi.

Alfa
Sagala yang semula menghindari mimpi, semakin terobsesi untuk bermimpi. Setiap mimpi
adalah petunjuk. Setiap petunjuk mengantarkannya pada pencarian panjang,
termasuk seorang perempuan bernama Ishtar.

Alfa Sagala percaya perempuan itu –
ia yakini telah dicintai itu – benar-benar nyata di kehidupan sebenarnya. Alfa
Sagala meminta bantuan pada Carlos dan Troy untuk mencari tahu keberadaan
perempuan misterius itu, tampaknya Dee Lestari sengaja menyembunyikan Ishtar
sehingga muncul di buku berikutnya, jika ada.

Kedahsyatan
mimpi Alfa Sagala mengantarnya ke dataran Tibet. Menemui seorang penulis buku
yang membuatnya bingung, seorang dokter, seorang penafsir mimpi, dr. Kalden.
Di
sini, saya kembali bingung dengan sebutan Peretas, Infiltrant dan Savara. Tiga
kata ini kemudian mengantarkan pada penjaga dan pembunuh. Alfa Sagala merupakan
Peretas yang tak lain menjaga mimpi-mimpi (rahasia) agar tidak mencapai
pendengaran dan penciuman Savara, pembunuh yang tak pernah mati jika dibunuh.

Infiltrant
adalah seseorang yang memiliki kepentingan untuk membantu Peretas mencari jalan
keluar dari masalahnya tanpa mendikte bagaimana cara sebenarnya.
Gampang-gampang susah mencerna masalah ini, namun dongeng mimpi Dee Lestari
cukup menghibur untuk dilupakan.

Kitab
mimpi yang ditulis Dee Lestari tak lain adalah untuk membuat saya berhenti
bermimpi. Saya jadi takut seperti Alfa Sagala. Dee Lestari mengerahkan semua
pengetahuan dan imajinasinya untuk menulis Gelombang menjadi sesuatu yang bukan
main.

Sebagai pembaca, saya diajak untuk merenung sebuah makna dibalik mimpi,
bukan perjalanan Alfa Sagala dalam mencari identitas dirinya sebagai seorang
pemimpi. Penulis cukup bijaksana bermain dengan adat-istiadat yang tak pernah
padam di Indonesia.

Biar masa telah berubah dan menjadikan teknologi semakin
terdepan, Ompu Tugo Urat yang mencari si Ichon untuk dijadikan murid atau
dibunuh masih berseliweran. Para dukun itu terus “beranak-pinak” sehingga
ilmunya tidak pudar.

Perpaduan
tradisional dengan modern adalah pilihan tepat dalam novel ini. Ompu Tugo
Urat. Dr. Colin, Nicky dan Dr. Kalden. Semua memiliki padu-padan yang sesuai. Ompu
Togu Urat mewakili sisi “primitif” yang masih mempercayai hubungan dengan
makhluk gaib adalah nyata dan diamalkan dengan benar sehingga kuat tak terkira.

Dr. Colin dan Nicky mewakili peradaban modern yang mencoba menelaah mimpi
melalui alat-alat canggih tanpa mengubah konteks – keinginan – seseorang untuk
bermimpi. Sedangkan Dr. Kalden, mewakili keduanya dalam memadukan paham “radikal”
dengan paham kekinian.

Pemilihan
kata yang tepat, cerita yang mengalir, menjadi bagian terpenting dalam buku
yang diterbitkan akhir tahun 2014 ini. Saya termasuk salah seorang yang terlena
dengan diksi yang dihadirkan Dee Lestari. Buku ini lebih dari cukup masuk ke
dalam lemari kaca rumah pembaca!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *