Categories
Uncategorized

Secangkir Kopi Aceh dalam Bingkai Oppo F7

Lebaran
telah lewat. Bulan puasa pun diakhiri dengan suka cita dan sekarang waktunya
untuk ngopi kembali. Asyik benar
memang anak muda di Aceh, tiap waktu selalu saja ada ajakan, “Ayo kita ngopi!” atau “Ngopi di mana kita?”

Rasa kopi
Aceh selalu terasa menyegarkan dan membuat sebagian besar orang candu. Bulan
puasa yang tidak memungkinkan menyeruput secangkir kopi di pagi hari, lantas
diganti dengan momen lebaran yang masih tersisa. Ngopi di warung kopi yang sudah buka memang memiliki makna
tersendiri. Aroma segar yang beda; menyengat sampai ke kepala seperti mencium
bau paling syahdu di dunia, asap yang mengepul, panas yang meleleh dan tentu
saja waktu yang dihabiskan bersama secangkir kopi menjadi lebih lama.
Sambil
bercerita, mengenang masa selama bulan puasa yang menggelora dan juga
kesyahduan menyeduh kopi siang hari. Begitulah waktu membentuk aroma dalam rasa
dan sulit sekali dijabarkan dengan kata-kata. Di mana-mana adalah secangkir
kopi di atas meja. Di sana penuh tawa sambil menanti kopi mendingin dengan
sendirinya. Di sini juga tak bisa dielak tentang cerita-cerita; mobil balap,
edisi lebaran yang tertunda dan juga Piala Dunia 2018 di Rusia yang baru
memulai babak pertama.
Udara di
Kota Meulaboh terasa begitu menyengat kemarin. Saya mengajak Dani untuk sekadar
mencari angin segar di bibir pantai yang telah lama tidak dijemput auranya.
Dani dengan sigap mengiyakan dan kami berjalan sedikit terseok ke tempat bekas
tsunami Aceh itu. Deru ombak langsung menerpa dan bau tanah basah tak bisa
dipungkiri menyengat sampai ke ubun-ubun. Dani memarkirkan sepeda motor matic di area parkir yang telah
tersedia.
Salah satu
kafe idaman anak muda, dekat pantai yang syahdu dengan pohon-pohon rindang. Begitu
saya membuka helm, langsung diterpa
oleh angin laut yang begitu dahsyatnya. Gubuk-gubuk yang dibuat oleh pemilik
kafe ini tentu saja lebih menarik untuk dinikmati; memang ciri khas anak muda
dengan pemilihan warna cerah terutama merah, biru, hijau, abu-abu dan warna
lain yang senada dengan kegembiraan.
Dekat laut
sudah pasti tanah berbentuk pasir, bukan? Di sini juga demikian. Pasir lembab
itu tampak dikotori oleh daun-daun yang luruh begitu saja. Mungkin telah disapu
tetapi kembali seperti sediakala saban hari. Namun itu malah membuat
pemandangan tersendiri di mana langkah yang ditapak memiliki cita rasa yang
berbeda di banding dengan rumput bersemak.
Kami
memilih gubuk di depan pantai dengan sebatang pohon kelapa menukik ke tanah. Ombak
yang menderu kencang seolah membentuk irama yang lebih dahsyat daripada
mestinya. Seorang pelayan datang menghampiri kami, bertanya pesan apa dan kami
menyebutkan pesanan. Tak lama, pesanan itu datang – mungkin karena pengunjung
masih belum ramai di waktu menanjak naik itu. Tak berapa lama setelah pesanan
kami berserak di atas meja, beberapa keluarga memarkir kendaraan mereka dan
sekelompok anak muda mulai terkekeh di samping kiri kami.
“Inilah
yang dinanti,” ujar saya kepada Dani. Jika biasa, ngopi itu dengan cangkir yang indah, terukir begitu saja dan
aromanya begitu menyengat, maka ini akan berbeda dari yang kamu tahu. Secangkir
kopi terbalik, atau lebih dikenal dengan kopi khop khas Aceh Barat. Sulit menakar aroma karena gelasnya dibalik. Pipet
berwarna kuning adalah satu-satunya media untuk menghirup panasnya kopi di
siang itu.
“Jangan
lupa ditiup, Bang!” ujar Dani dengan terkekeh melihat saya kesulitan menghirup
kopi panas itu. Oh, tentu saja. Kopi terbalik adalah cita rasa yang tiada
tanding untuk menikmatinya. Gelasnya tidak bisa ditarik ke atas karena akan
tumpah. Ampasnya kelihatan di permukaan gelas. Ditiup sekali maka kopi hitam
itu akan keluar ke permukaan piring lalu dihirup dengan nikmat.
Rasanya
langsung sampai ke ubun-ubun. Pas di mulut, cocok untuk menghilangkan kantuk
dan  belum tentu sesuai dengan orang yang
bermasalah dengan lambung. Rasa kopi ini sedikit berbeda dengan kopi
kebanyakan; lebih pahit, lebih pekat dan lebih dahsyat kafeinnya. Aromanya yang
khas akan terasa saat dihirup. Angin semilir dari bibir pantai tak lupa
memberikan senyawa lebih besar untuk segera menuntaskan secangkir nikmat ini.
Memang,
rata-rata kopi di Aceh begitulah rasanya. Bubuk kopi yang terkenal khas membuat
sebagian besar ingin mencicipinya. Namun, kopi terbalik? Tidak semua pernah
merasakannya dan tidak semua warung kopi menyediakannya. Kafe yang ada di bibir
pantai ini salah satu tempat nongkrong
untuk menikmati cita rasa kopi ini.
Dani tak
lain seorang yang tidak begitu suka dengan kopi namun begitu saya ajak untuk
secangkir kopi terbalik, ia langsung mengiyakan. Entah karena alasan apa, entah
karena ‘kangen’ terhadap kopi atau karena sekadar menemani, tampaknya Dani
cukup terhibur dengan kopi khop di
depannya. Saya bahkan menikmati saat-saat Dani menyeruput kopi terbalik itu
sambil sesekali ditiupnya.
Saya juga
memesan mi Aceh untuk menemani secangkir kopi terbalik yang hampir habis.
Meski, tampilan mi Aceh ini sangat sederhana namun rasanya sungguh luar biasa.
Bumbu yang pas, empuknya mi dan juga kuah dengan tidak begitu pedas – sesuai
pesanan saya – tidak hanya memberikan kesegaran untuk perut kosong tetapi juga
menciptakan aroma berbeda.
Makan mi
Aceh memang enaknya di Aceh. Rasanya pas meskipun bukan dibuat oleh ‘koki’
profesional tetapi berkat pengalaman bertahun-tahun rasanya lebih bergelora. Kamu
akan langsung merasa nikmatnya suatu saat nanti, percaya deh!
Kafe yang
kami singgah ini, selain kopi khop
yang nikmat itu juga menghadirkan suasana yang nyaman untuk santai, baik
bersama teman, orang terkasih, keluarga maupun sendiri – jika mau. Kamu bisa
menikmati alam yang bernyanyi dengan sendirinya. Keterasingan yang syahdu.
Kesibukan masing-masing di gubuk pilihan sesuai warna. Suara denting piring mi
yang sedang disantap. Maupun luruhnya daun-daun dari pohon yang tinggi. Dua
foto yang saya rekam dengan kamera OPPO F7 ini memberikan ketenangan dan
kesegaran tersendiri sebelum menghirup aroma kopi khop

Tak lupa,
saya dan Dani mengabadikan momen ini dengan kamera selfie dari OPPO F7 yang lebih segar. Kami berdua jadi lebih
bersemangat untuk mengejar momentum lain di sore nanti. Tak bisa ditunggu bahwa
panorama Aceh sangat memberikan kejutan manis jika dipotret dengan kamera
terbaru persembahan ponsel ini.
OPPO F7 menemani
saya seharian itu. Saya sandingkan dulu kopi khop dengan bodi kaca dari smartphone
berwarna
moonlight silver ini. Auranya terpancar begitu saja
dan kesan mewah yang tidak bisa dilupakan dari ponsel pintar berponi tersebut. Sisi
warna menjadi daya tarik tersendiri dan mengilap saat diterpa cahaya seketika.
Dani
berujar, “Kasih ke saya sajalah, Bang, OPPO F7 itu?” saya malah bercanda, “Rela
bagi-bagi?”
Lepas dari
secangkir kopi ‘pahit’ yang langsung membuat mata tak bisa dipejam, kami
membubuhkan rencana ke beberapa tempat untuk momen terbaik. Lalu, waktu senja
dipilih untuk ke Tugu Kopiah Teuku Umar. Saya sudah membayangkan bagaimana
siluet yang dihadirkan jika matahari terbenam benar-benar bagus.
Kebetulan,
mungkin sesuai takdir, matahari hari itu benar-benar masih panas meskipun
hampir senja. Dani memacu sepeda motor matic
lebih kencang untuk menuju tugu ikonik Kota Meulaboh tersebut. Kami tidak
mau melewatkan sebening senja hari ini. Rasa yang akan saya bagikan kepadamu
mungkin berbeda jika engkau sendiri
yang menghampirinya suatu saat nanti. Salah satu dari itu, sebagai pembuka,
saya langsung mengarahkan kamera 16 megapixel
ke orang-orang yang masih berhamburan di sekitar tugu.
Mereka
tampak menikmati senja yang lewat dengan berfoto. Tugu Kopiah Teuku Umar
menjadi salah satu destinasi wisata bersejarah di Aceh Barat. Meski sempat
dibawa hangut oleh tsunami, tugu ini kembali dibangun untuk mengenang pahlawan
Aceh yang namanya tak hanya harum tetapi penuh tipu muslihat kepada Belanda masa
itu. Kamu juga akan mendapatkan ragam penjelasan mengenai sejarah ‘tugu’ dan
juga Teuku Umar Johan Pahlawan di sini.
Bidikan
kamera yang baik tentu akan menyisakan momen paling berharga. Saya tidak mau
melewati matahari yang akan segera pamit. Sedikit berlari ke belakang tugu ini,
laut lepas segera menghampiri dengan aroma yang khas dan matahari sedang
menukik. Tak bisa dilewatkan begitu saja, inilah momen paling berharga dan
tidak mungkin terulang kembali dalam waktu dekat.
Kami
beruntung awan tidak menutupi sunset
yang sedang berlalu. Dua sejoli yang sedang memotret terekam tanpa sengaja
melalui kamera OPPO F7 dengan bukaan
lensa f/1.8 ini. Kekontrasan warna yang didapat juga tidak
bisa mengibuli keindahan itu sendiri. Di sisi yang jauh, mereka yang lain juga
sedang menikmati detik-detik matahari terbenam di pantai yang belum dijamah
oleh ribuan turis ini.
Eloknya senja
dalam bingkai kamera OPPO F7 tak ubah dengan nikmatnya secangkir kopi khop beberapa jam yang lalu. Di pantai
ini, tentu saja ada perahu yang ‘enggan’ berlayar dan menjadi penutup sunset yang berlalu. Foto ini menjadi
kenang-kenangan berarti dalam lensa yang fokus dari smartphone tersebut. Tidak bisa tidak, saya merasa telah bersenyawa
dengan gambar yang dihasilkan ini.
Magrib yang
hampir tiba, dengung suara dari masjid-masjid kian terdengar dan kami bergegas
untuk pulang. Namun, tentu saja sebuah momen tiba-tiba tidak bisa dielak. Siluet
yang selama ini saya nanti dan ingin sekali terekam kamera akhirnya terwujud
juga. Di mana hanya ada senja, saya, dan sunset
di depan tugu bersejarah itu. Saya yakin sekali, baru OPPO F7 yang baru
berhasil menangkap momen berharga tersebut.
OPPO F7 sebuah
mahakarya terbaru dari pabrikan asal Tiongkok yang menyasar anak muda. Saya
pikir, selama memegang produknya, smartphone
ini memang tepat untuk mereka kaum milenial. Bodi yang keren, material yang
mewah dan juga kamera yang cocok untuk foto dan selfie. OPPO hadirkan seri ini untuk menjangkau lebih luas kalangan
yang saat ini gemar berfoto namun juga kecintaan mereka terhadap multimedia dan
game.
OPPO F7
hadir dengan bentang layar 6,23 inci dan rasio 19:9 sehingga terlihat nyaris
tanpa bezel. Dengan berat hanya 158 gram, smartphone
ini tampak ringan sekali meskipun dalam tubuh yang sedikit ‘besar’ itu. Bodinya
terlihat sangat tipis dan ringan dalam genggaman. Tak bisa dielak bahwa
licinnya bodi ini membuat saya harus lebih hati-hati saat memegangnya.
Smartphone dengan sentuhan kaca ini diperkuat dengan dapur
picu dari MediaTek Helio P20 octa-core
dengan 4 CPU ARM Cortex-A73 2 GHx dan 4 CPU ARM Cortex-A53 2 GHz yang
membuatnya bekerja dengan baik saat pindah dari satu aplikasi ke aplikasi lain,
bahkan bermain game. Dalam mendukung
grafis terbaik maka dipercaya kepada GPU dari Mali-G72 MP3. OPPO F7 terbilang
sangat kencang karena didukung oleh RAM sebesar 4 GB dan memori internal
sebesar 64 GB. Bagi saya sudah lebih dari cukup untuk menyimpan banyak foto,
beberapa game dan juga lagu-lagu
untuk menemani hari-hari.
Jack audio dan juga slot
charger
yang terletak di sisi bawah, sedangkan
di sebelah kanan terdapat slot kartu
SIM serta tombol Power, sementara di sisi kiri adalah tombol Volume. Sidik jari
persis berada di bagian bodi belakang dan pas di tengah-tengah sehingga sangat
mudah disentuh. Tidak hanya itu, sentuhannya juga sangat responsif. Jadi,
jangan khawatir akan lama terbuka kunci layar karena begitu disentuh dalam
waktu kurang dari 0,3 detik langsung memperlihatkan wallpaper di layar.
Sisi
menarik lainnya adalah kamera utama yang ditempatkan di sisi kiri atas
berdekatan dengan LED flash. Kamera
belakang ini sebesar
16 megapiksel dengan bukaan lensa f/1.8 dan mampu merekam video sampai full HD (1080p). Kamera depan adalah sebesar 25 megapiksel dengan bukaan lensa f/2.0. Menariknya adalah pemilihan sensor
dari
Sony 576 dengan teknologi high dynamic
range
(HDR), dan juga kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) sehingga mampu menangkap objek
dengan baik dan juga fokus. Tanpa disadari, kamera depan ini terletak di dalam
‘poni’ sehingga tampak lebih keren dan makin kekinian. 
Kamera depan ini juga memiliki fitur AI Beauty 2.0 yang merupakan pengembangan lebih lanjut dari teknologi sebelumnya.
OPPO F7
didukung oleh baterai sebesar 3.400 mAh yang akan membuat gaya hidup jadi lebih
menarik dan tanpa batas. Makin tak terhingga dengan jaringan 4G LTE untuk kedua
SIM Card yang dimilikinya. Selain fingerprint
juga terdapat face recognition untuk
membuka kunci lebih cepat dan aman. Saya menikmati seharian itu dengan smartphone yang selama ini hanya sering
dilihat dalam genggaman artis cantik Chelsea Islan. Kini, saya menggenggamnya
sendiri sambil menikmati secangkir kopi terbalik di sini.
Mungkin
nanti, saya akan mengajak kamu untuk menikmati ‘candunya’ kopi khop dan kita bingkai kembali dalam
kamera OPPO F7. Kamu tertarik untuk ini?

Oh ya, ada kesempatan menarik juga untuk para pencinta sepakbola. OPPO menghadirkan OPPO F7 Neymar Jr. Special Gift Box yang bisa kamu dapatkan di sini: http://bit.ly/OPPOxNJR_

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *