Categories
Uncategorized

Patung Porno di Kota Tua Jakarta

Kota Tua Jakarta – Bai Ruindra
“Ke
mana kita?” tanya Citra begitu
kami bertemu. Pertengahan November 2015 saya mendapat kesempatan untuk
berkunjung ke Ibu Kota. Memang, selama ini kerap kali saya berujar, “Kapan
ya bisa ke Jakarta?

Perkataan adalah doa.
Saya mempercayainya begitu kesempatan ke Jakarta terkabul. Sebenarnya, ke
Jakarta kali bukan semata jalan-jalan saja dengan biaya sendiri. Berkat ngeblog
mengenai teknologi, sering mereview produk dari produsen asal Taiwan (laptop, tablet
dan smartphone), saya diundang untuk menghadiri acara terbesar dan
termegah yang mereka adakan di tahun 2015.
Sering
pula saya berkata, “Ke Jakarta wajib ke Kota Tua!”
Beberapa
kali saya membaca ulasan mengenai Kota Tua di Jakarta, sampai saya pun menulis
review tentangnya di blog beberapa waktu lalu. Kota Tua adalah tempat
berdirinya bangunan bersejarah republik ini selama perang melawan kolonial
Belanda. Banyak saksi sejarah yang membuat saya iri bahwa perjuangan masa dulu
tak semudah injakan kaki saya di tempat ini.
Saya
dan Citra berdiri sempoyongan di dalam bus TransJakarta. Manis-manis asam gula
Jawa berada di dalam kendaraan sejuta umat ini. Saya yang awam sekali dengan
Ibu Kota merapatkan diri dalam kungkungan anak muda yang sedang pulang dari
lari pagi di hari Minggu itu. Citra tak henti-hentinya mengingatkan saya, “Dompet,
handphone, ransel taruh di depan!
Anjuran
Citra ternyata juga terdengar di dalam bus TransJakarta. Kondektur (benar sebut
ini?) berulang kali pula mengingatkan supaya menjaga barang bawaan dengan baik.
Dari suara perempuan di pengeras suara pun tak henti-henti mengingatkan untuk
memperhatikan kembali barang bawaan jika ingin turun di salah satu halte.

Tibalah
kami di Kota Tua. Berlagak kampungan saya berujar, “Orang Jakarta itu nggak ada
liburnya ya, Cit?”
Citra
tak menjawab kala itu. Langkah kakinya besar-besar, mungkin sudah terbiasa
dengan suasana Jakarta. Saya sedikit pelan dan seringkali tertinggal di
belakang karena saya pikir Jakarta ini ya sama dengan di Aceh, nggak mesti
ngejar-ngejar kalilah



Padahal saya salah, langkah Citra yang lebih
cepat karena untuk menghemat waktu kami. Setelah Kota Tua, kami akan ke
beberapa tempat lain, termasuk nonton bioskop – kami mencari bioskop yang
menawarkan harga paling murah.
Keramaian di Kota Tua – Bai Ruindra
Citra yang hampir melupakan saya – Bai Ruindra
Saya
benar-benar heran dengan kondisi Kota Tua. Bukan soal bangunannya. Tetapi lautan
manusia yang padat sekali. Bagi saya, pengunjung di Kota Tua cukup ramai di
hari Minggu itu. Beragam usia menikmati suguhan manis dari sejarah Indonesia. 



Beberapa
bangunan bisa dimasuki – dijadikan museum – dengan harga tiket lumayan murah
sekitar Rp. 5.000,00 perorang untuk umum dan Rp.2.000,00 perorang untuk siswa.
Halaman
yang luas membuat suasana di Kota Tua panas sekali dengan tanpa pohon yang
rindang. Panas matahari tidak membuat pengunjung berteduh ke dalam museum namun
berlomba-lomba mengabadikan kenangan di sekitar bangunan. 



Latar belakang
bangunan tua adalah salah satu kesan menarik bahwa zaman Belanda menjadi kekal
di dalam ingatan masyarakat Indonesia. Kolonial Belanda tak pernah bisa dilupa
sampai ke anak cucu karena dari merekalah Batavia merajang duka sampai ke
seluruh negeri. Memang, tidak ada lagi keperihan di dalam museum di Kota Tua
ini. 



Saksi sejarah lebih kepada penampilan para elit Belanda kala itu dan pernak-pernik
rumah tangga yang abadi. Kayu jati itu terkesan sangat “mahal” sebagai saksi
sejarah dan pemanis museum. Sayangnya, saya tidak bisa duduk manis di salah
satu kursi tersebut karena terdapat larangan untuk menyentuhnya.
Satu
keunikan saat memasukin salah satu museum adalah dengan menanggalkan sepatu
atau sandal. Penjaga di dalam museum kemudian memberikan kantung kain berisi
sandal yang bersih. 



Kami semua mengganti sepatu dengan sandal tersebut dan
menentengnya ke mana-mana selama berada di dalam museum. Saya dan Citra memilih
mengikat kantung kain itu di antara tali ransel. Lebih aman  dan praktis karena tangan kami sibuk dengan smartphone



Tentu saja kegiatan mengabadikan kenangan melalui kamera smartphone adalah
pilihan wajib. Saya tak mau sampai di Aceh hanya berbagi cerita lewat suara,
beda orang beda pula cerita yang saya suguhkan. Dengan sebuah foto, siapapun di
kampung nanti bebas mendeskripsikan apa yang terlihat di dalam hasil kamera
tersebut.
Perang melawan Belanda – Bai Ruindra
Keramaian di dalam museum – Bai Ruindra
Salah satu peralatan dapur – Bai Ruindra
Dilarang duduk di kursi ini – Bai Ruindra
Keluar
dari museum itu, saya berselfie ria. Eh, tahu-tahunya mata saya hampir
meloncat keluar begitu berhadapan dengan patung telanjang.
“Hei,
patung itu nggak pakai baju!” ujar saya histeris. Saya yang porno atau
patung itu yang memang sangat porno. #ups
Patung
itu adalah patung “porno” pertama kali saya lihat. Lebih tepatnya saya jarang
sekali melihat patung di Aceh. Mumpung masih di Kota Tua dan belum ada yang
tertarik untuk memotret patung tak tahu malu itu, saya membidikkan kamera ke
arahnya. Sekonyong-konyong patung itu melompat ke arah saya dan memeluk saya
dengan erat. 



Tak ayal saya mengelak dan patung itu telungkup ke lantai, patah
lengan dan siku. Tahu-tahunya Citra membelai patung itu saking sayangnya dia
patah arah. Tak tahu malu saya mencubit sedikit bagian dari tubuh patung tak
berbaju itu. Begitu kembali ke alam nyata, si patung porno masih berdiri dengan
ganjennya menunjuk ke langit. 



Entah apa tujuan dari patung porno itu
menunjuk langit dan memegang semacam tongkat sihir. Patung porno ini pastilah
menyimpan rahasia yang enggan dia bagi kepada kami. 



Tapi benar, apabila bola
sebagai alas kakinya berputar, patung porno itu pastilah memekik begitu saya
memotretnya. Saya pikir, patung itu juga memiliki perasaan halus seperti kapas.
Mana tahu dia malu terlalu sering dilihat orang banyak. Hahaha!
Awas, ada patung porno! –  Bai Ruindra

Garing
banget ya cerita ini. Tapi ya, nggak mungkin patung itu berdiri
sepornonya tanpa ada sebab akibat. Saya dan Citra seakan lupa asal-muasal
patung ini. Biarlah jadi kenangan dan rahasia. Saatnya kami menikmati kerak
telur yang dijual tak jauh dari patung porno ini berdiri tegak! 
Categories
Uncategorized

Negeri Adidaya Asia Bernama Korea Selatan

Tidak bermaksud
mempromosikan brand maupun negera tertentu, boleh dikatakan saya termasuk salah
seorang penggemar apapun berbau negeri gingseng tersebut. Jika ditanya negara
mana yang ingin saya kunjungi, Korea Selatan merupakan negara kedua setelah
negara kiblat saya sebagai seorang muslim. Mencium Ka’bah tetap menjadi
mimpi-mimpi tak terperikan yang tidak mungkin tertulis sampai kapan pun. Tetapi
untuk Korea Selatan, barangkali saya masih bisa berandai-andai sesuatu yang
indah berkenaan dengan negara beribu kota Seoul tersebut.
Bagi saya pribadi,
Korea Selatan sudah menjadi satu-satunya negara berkekuatan tinggi dalam
berbagai aspek selain Cina dan Jepang. Kedua negara terakhir sudah lebih dulu
menjadi acuan individu manapun dalam meraih cita-cita mereka dalam bidang
teknologi. Untuk negeri dengan julukan tirai bambu saja sudah terlebih dahulu
dianjurkan Muhammad saw. supaya kita berkunjung dan belajar di sana. Cina termasuk
satu-satunya negara penuh peradaban dan disegani banyak negara, sehingga sampai
kini mereka masih kokoh sebagai negara besar. Untuk Jepang, negara yang dikata
sebagai timbunan tanah hasil peperangan dan kalah di Perang Dunia II, di mana
Hiroshima dan Nagasaki menjadi dua kota besar luluh-lantak kala itu, tetap
menjadi negara besar karena kekuatan sumber daya manusia yang luar biasa.
Sekarang! Hampir –
bahkan – seluruh mata dunia berpaling pada negara tetangga Jepang dan Cina. Korea
Selatan yang diapit dua negara besar justru ikut-ikutkan berkembang menjadi
satu-satunya negara dengan berbagai mahakarya luar biasa. Kita lupakan
perseteruan antara Korea Selatan dengan Korea Utara, kita diamkan juga masalah
perseteruan paten antara Samsung dengan Apple. Saya memetik beberapa point
sehingga negara ini benar-benar diterima seluruh dunia.
Kebudayaan
Sudah bukan omong
kosong lagi saat semua orang mengenal drama korea. Jelas sekali. Drama korea
ibarat telenovela era 1990-an. Berbeda dengan telenovela yang penuh hiasa
percintaan dan dunia barat yang gramor, drama korea bisa lebih menang satu
peringkat dari itu. Masalah percintaan memang tidak bisa ditinggalkan karena
bumbu pemanis sebuah cerita yang tidak akan menjadi basi.
Pemerintah Korea
Selatan secara terang-terangan mendukung drama televisi menjamur dan digemari
oleh warga negaranya. Dukungan pemerintah ini pun dijadikan sebagai sponsor tak
tertulis sehingga kita mengenal beberapa drama yang mengangkat kebudayaan
korea. Drama-drama yang mengambil setting sejarah maupun kebudayaan korea laku
keras, tidak hanya di negara mereka sendiri, di luar negeri termasuk Indonesia
mengenal drama-dram tersebut. Kisah kerajaan yang di ramu dengan manis membuat
kita terkesan dan mengetahui bagaimana bentuk pemerintahan mereka kala itu.
Adat-istiadat dikemas dengan apik sehingga kita paham benar bahwa negara ini
sangat menjunjung tinggi peninggalan nenek moyang mereka. Sebut saja Faith yang
dibintangi Lee Min Ho, salah satu drama perbaduan antara kebudayaan modern
dengan tradisional. Terdapat pula drama-drama dengan tema unik dan menarik
seperti My Girl Friend is Gumiho, Good Doctor maupun drama dengan setting
sekolah yang sangat apik dan inspiratif seperti Dreams High dan School 2013.
Melalui drama pula
Korea Selatan dikenal sebagai ladangnya ide brilian, sehingga ada pula drama
yang memiliki kemiripan dengan mereka di negara lain, termasuk Indonesia yang
terkesan mencontek habis-habisan drama Korea tersebut. Pemerintah Korea sadar
betul bahwa budaya mereka harus dikenal oleh seluruh dunia. Dan terlepas dari
berbagai drama yang semakin bertaburan dengan cara penayangan tidak sampai
100-1000 episode, salah satu drama yang mengangkat drama-drama lain menjadi
dicari sampai sekarang adalah Full House. Drama yang dibintangi oleh Rain dan Song
Hye Kyo menjadi ikon dan laris manis.
Sumber: www.youtube.com
Bahasa
Saat semua orang
berlomba-lomba mengejar popularitas tingkat dunia dengan bahasa inggris, Korea
Selatan malah mewajibkan warga negaranya dengan bahasa sendiri. Tak bisa dipungkiri,
bahasa korea sangat dikenal di kalangan remaja dan pencinta drama dan lagu-lagu
korea. Dari bahasa pula suatu bangga akan dikenal dan disegani oleh banyak
orang. Korea Selatan tidak segan-segan menelurkan artis-artis dengan tampang
memukau (walau belakangan isu operasi plastik menjadi pemicu utama), mereka
bermain di drama dengan bahasa mereka sendiri, bernyanyi dengan bahasa mereka
juga.
Saya rasa semua orang
sangat setuju bahwa beberapa penyanyi Korea Selatan sudah go internasional
tanpa perlu mengubah bahasa dalam syair mereka. Sebut saja Girls Generations
yang mendapatkan Video of the Year dari Youtube Music Award, aktor Rain tetap
bernyanyi dalam bahasa korea walaupun sudah membintangi film skala hollywood,
Super Junior tetap bernyanyi dalam bahasa korea walaupun penggemar mereka
hampir di seluruh dunia, aktor Jang Dong Gun tetap terbata-bata berbicara dalam
bahasa inggris walaupun sudah disegani di barat. Bahasa adalah puncak segala,
mengetahui bahasa maka peradaban akan diajak serta. Korea Selatan sudah
membuktikannya.
Sumber: www.youtube.com
Sumber: www.youtube.com
Teknologi
Anda mengenal Samsung
atau LG? Dua vendor ponsel besar dunia ini tak lain berasal dari Korea Selatan.
Keduanya pun tidak hanya melahirkan smartphone
maupun tablet kelas atas, mereka juga menciptakan televisi LCD dengan layar
besar dan harga ratusan juta rupiah, mereka juga termasuk pemasok utama
perangkat ponsel lain, seperti processor, layar maupun kamera yang dipakai oleh
vendor besar seperti Apple.
Korea Selatan tahu
benar bahwa peperangan yang terjadi saat ini bukan lagi urusan tembak-menembak.
Pertahanan keamanan negara ini sudahlah bisa diacungi jempol. Tetapi kekuasaan
mereka di ranah teknologi tidak bisa dianggap sepele lagi melawan kedigdayaan
barat selama ini. Tidak hanya itu, kuatnya kedua vendor tersebut bukan tidak
ada dukungan pemerintahnya. Justru karena didukung pula mereka habis-habiskan
mengeluarkan biaya besar untuk mempromosikan produk mereka. Belum lama ini
Samsung terlibat dalam perhelatan Oscar yang tak lain satu-satunya acara paling
bergensi dunia. Selain itu, setiap ada drama terbaru kita pasti akan melihat
Samsung maupun LG dipamerkan aktor maupun aktis dalam akting mereka. Hal ini
menunjukkan bahwa kerja sama yang terjadi antara pemerintah, insan perfilman
dan pelakon teknologi sadar betul negara mereka akan menjadi hebat jika
disatukan.
Penyatuan tiga hal
tersebut memberi imbas tidak main-main bagi kita sebagai penikmat. Kita mengenal
bagaimana kebudayaan mereka, bahasa, arsitektur, merk terbaru hasil ciptaan
negeri mereka. Hal ini menandakan bahwa Korea Selatan benar-benar telah menjadi
salah satu negara kaya sumber daya alam dan manusia.
Sumber: www.youtube.com
Sumber: www.youtube.com
Lain-lain
Terakhir, tidak
berniat membanding-bandingkan, tetapi begitulah adanya. Korea Selatan tetap
mengedepankan sopan santun dalam beretika. Bahasa tubuh yang mereka berikan
menandakan bahwa mereka benar-benar tahu tata krama, saat, sedang berbicara
dengan siapa.
Jika di dunia
hollywood urusan tinggal bersama pasangan tanpa ikatan pernikahan lalu punya
anak merupakan hal biasa, Korea Selatan malah sebaliknya. Jika saja salah satu
dari mereka kedapatan punya pasangan, maka akan dianggap memiliki skandal. Sangat
jarang sekali kita mendengar gosip aneh-aneh tentang aktis dan aktor dari
Korea. Entah karena ditutup-tutupi atau memang begitu adanya. Saya mengetahui
aktor sekelas Jang Dong Gun baru menikah di usia 40 tahun. Kemudian Kim Min
Jong malah masih bertahan dalam kesendirian dalam usia 40 tahun. Seakan untuk
urusan ini mereka benar-benar tidak ingin dicampuradukkan dengan keartisannya. Sehingga
benar adanya saat Yoona dan Lee Seung Gi atau Tiffany dan Nickhun merahasiakan
hubungan mereka.
Tetapi bukan itu yang
menjadi acuan. Kebiasaan warga Korea Selatan yang kemudian memiliki nilai
tambah untuk mengetahui peradaban mereka. Negara yang dulu sempat kacau dan
bisa jadi tidak memiliki apa-apa, sekarang malah menjadi negara kaya raya
dengan berbagai pemasukan negara.