Categories
Uncategorized

Kisah Keluarga Cuma Minum Air Putih di Saat Sahur Bulan Ramadan

Jika melihat dari berbagai sisi, keluarga mereka lebih berada daripada keluargaku. Dua orang tua mereka adalah pekerja dengan gaji tetap dan tunjangan tiap bulan. Tiga anaknya telah besar dan sedang menempuh pendidikan tinggi. Namun, di bibirnya selalu berujar.
Kurma bulan Ramadhan.

“Kamu belum merasakan apa yang kami rasakan!” maksudnya, menyekolahkan anak-anak sampai tinggi. Apakah aku harus menjabarkan semua yang kurasakan kepada orang lain? 

Apakah aku harus menampakkan diri sedang melarat di hadapan orang lain? Apakah aku harus berteriak tentang tanggung jawab kepada orang lain?
Aku memilih diam menjabarkan berbagai alasan. Namun lagi-lagi dia datang dengan sebuah keluhan, kepadaku yang sebenarnya lebih melarat dari dirinya yang bekerja tiap hari dan di awal bulan telah mendapat gaji.

Ia membeberkan betapa sulitnya anak kuliah. Tiap bulan mengirimkan uang sampai tak ada sisa di tabungan. Bahkan, untuk membeli beras pun ia harus ngutang ke orang lain.

Bulan Ramadan yang penuh berkah, ia kembali mengeluh. Padahal jika kuamati dan selami dengan baik, pemahaman agamanya lebih kuat dibandingkan denganku.

Ia lebih banyak tahu jika membicarakan soal agama. Ia lebih sering berdebat soal agama di hadapan orang banyak. Ia menghapal beberapa ayat dan paham menjelaskan kepada orang lain.

Ia mengaku tak pernah tinggal salat lima waktu. Ia selalu mengatakan salat dhuha di waktu matahari sepenggalah tiap hari membukakan pintu rejeki.

Ia menganjurkan untuk salat malam – tahajud – untuk diberikan petunjuk dari segala masalah. Ia puasa Senin dan Kamis di luar bulan Ramadan.

Keluhannya di bulan suci ini tidak bisa beribadah dengan tentram.

Aku tidak bertanya alasan. Ia akan menjabarkan alasan dengan sendirinya. Ia teramat mudah membuat orang di sekitar iba sehingga mendoakannya agar lebih bahagia atau menyedekahkan sedikit isi kantong kepadanya.

Ia menerima seakan-akan gaji dan tunjangan tiap bulan hanya uang kertas untuk dibuat pesawat terbang, melayang di udara tak pulang-pulang atau bahkan hangus terbakar akibat kerusakan mesin di atas ribuan kaki.

“Kami cuma minum air putih saat sahur,” ujarnya perih. Akan ada kelanjutannya walaupun aku tidak memotong. Aku menyimak gerak tubuhnya yang tak kaku.

Ia menggaruk-garuk leher yang entah benar gatal atau tidak.

“Si sulung baru minta kiriman lagi, adiknya mau beli laptop baru, si bungsu motornya masuk bengkel, belum lagi uang makan bulanan yang juga dikirim serta,” ia mulai mengiba sebuah laporan yang sama sekali nggak ada sangkut pautnya denganku.

“Semua tabungan sudah kami kirimkan untuk mereka, begitulah susahnya hidup menyekolahkan anak-anak!”

Rasa syukur bagian mana yang tidak aku pahami? Ia terus bercerita lebih baik sakit sekarang jika nanti senang melihat kesuksesan anak-anaknya.

Ia terus menyeloroh tentang perut yang tidak stabil dan terasa kembung akibat air di dalam tubuh tak bercampur makanan. Ia terus mengutuk rejeki yang datang dan pergi di dalam hidupnya.

Ia terus mengisyaratkan bahwa cuma mereka sebuah keluarga sengsara di dunia ini selama Ramadan ini, bahkan nanti seusai Ramadan.

Karena ini tengah bulan, ceritanya akan tetap sama. Aku mendengar cerita serupa di awal bulan. Dan di akhir bulan ia akan kembali bercerita dengan berbagai alasan.

Terutama beban anak-anaknya di bangku kuliah. Merunut kepada keluarga lain, yang juga menyekolahkan anak-anak mereka, bertani malah, nggak pula merajuk ke mana-mana bahwa hidupnya susah.

Makan dan minum apa yang ada. Semua dibagi-bagi sesuai kebutuhan. Bersyukur pada pemberian-Nya bukan terus-menerus berujar “saya tidak punya,” “aku tidak punya uang,” dan seterusnya sampai benar-benar menjadi doa.

Minum air putih di saat sahur bisa saja karena itulah doa yang terkabul akibat keluhannya selama ini. Ia – keluarganya hidup di rumah mewah – termasuk golongan yang aman-aman saja dengan gaji bulanan.

Bagaimana dengan orang lain? Pernahkah ia mendengar keluhan mereka? Atau hanya ia saja tokoh utama mengeluh di segala tempat?

Categories
Uncategorized

Jangan Hormati Orang Tidak Puasa Ramadhan

Jangan Hormati Orang Tidak Puasa Ramadhan. Bagaimana hukum orang tidak puasa Ramadhan – “Jangan makan di luar orang lagi puasa!”
Bulan Ramadhan.
Ibu, selalu menegur saya waktu kecil dulu jika makan di luar rumah saat bulan puasa. Ibu saya memang bukan orang alim agama namun paham betul dalam menghormati bulan Ramadhan. 
Bulan puasa yang hanya ada setahun sekali ini wajib di hormati karena kaidah dalam bulan ini adalah berpuasa. Tak ada bulan lain selain bulan ini yang menganjurkan untuk puasa sebulan penuh. 
Puasa yang paling dasar adalah menahan lapar dan dahaga. 
Jelasnya tidak dibenarkan makan dan minum di bulan ini. Jika tidak berpuasa sekali pun maka hormatilah bulan ini, bukan saja orang yang sedang berpuasa.

Bagaimana Hukum Orang Tidak Puasa Ramadhan?

Zaman sekarang malah terbalik. Orang yang sedang berpuasa disuruh hormati orang yang tidak berpuasa. Siapa yang mesti dihormati dan menghormati? 
Wajarkah makan dan minum di depan orang banyak di bulan Ramadhan? Jika pun nggak bisa menahan diri maka sembunyi-sembunyilah saat lapar. 
Jika tak mau menghormati orang-orang yang sedang puasa maka hormatilah bulan ini karena janji Tuhan tak pernah ingkar terhadap nikmatnya.

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertakwa” –QS. Al Baqarah: 183 –

Orang yang berpuasa adalah orang yang beriman. Mau rumah makan bukan 24 jam. Mau restoran menawarkan menu lezat dan diskon gila-gilaan. 
Mau sirup manis sekolam di depan mata. Tetap saja tidak tergoda karena baginya puasa melatih sabar dan tabah menahan godaan. 
Orang berpuasa bukan saja menghormati bulan penuh ampunan ini namun juga menghormati orang-orang lain yang tidak berpuasa dengan cara menghalau cercaan. 

Bagaimana Hukum Orang Jualan Siang Hari Bulan Puasa?

Sejak kecil saya telah terbiasa dididik untuk menghormati bulan Ramadhan. Walaupun masa itu cuma puasa setengah hari namun tak lantas pamer-pamer makanan ke mana-mana. 
Aura bulan puasa itu cukup kuat sekali bagi orang-orang yang beriman dan menjalankannya sepenuh hati. Dulu dan kini saya tidak merasakan perbedaan sama sekali. 
Anak-anak zaman sekarang yang telah dilatih untuk berpuasa juga menghormati orang-orang yang sedang berpuasa. Anak-anak malah malu jika makan di depan orang dewasa yang sedang puasa. 
Lalu, membuka warung makan di tengah hari? Kena razia marah-marah? Pemberitaan di mana-mana. 
Si tukang razia dihujat habis-habisan bahkan oleh mereka yang sedang puasa. Siapa yang semestinya harus dibela saat ini? 
Orang yang sedang puasa menyediakan makanan untuk orang tidak puasa? Orang Islam menyediakan makan untuk dijual di tengah hari bulan puasa? 
Atau bulan Ramadhan yang menangis karena harga dirinya diinjak-injak oleh umatnya sendiri? 
Ketika pencuri sembunyi tangan, maka emas permata tak akan pernah ditemukan lagi. Ketika pencuri dibela oleh putusan, maka selamanya ia akan mencuri. 
Ketika orang tidak puasa dihormati maka selamanya ia akan keras kepala. Mungkin tak akan pernah lagi puasa. Mungkin puasa saat senang hati saja. 
Mungkin telah kebal hatinya karena agama cuma tertulis di kartu tanda pengenal saja. 
Puasa memang bukan wajib untuk semua umat Islam namun orang Islam akan puasa walaupun tidak beriman – dalam konteks keimanan sebenarnya; salat lima waktu dan amal ibadah lain. 
Puasa adalah pembiasaan yang telah diajarkan sejak kecil oleh orang tua jika telah terlahir sebagai muslim. Kebiasaan ini terus terjadi apabila lingkungan menghormati bulan puasa. 
Namun jika lingkungan tidak menghendaki dengan dalih mencari nafkah maka si orang tersebut juga akan tak puasa. 
Semua orang mencari nafkah untuk kehidupan lebih baik. 
Menghormati orang yang tidak puasa adalah dengan memberi nafkah kepadanya. Jika penjual sedang puasa maka sama saja telah menelan ludah sendiri. 
Niat puasa yang dilafalkan di waktu malam untuk siapa tujuannya? 
Cuma sekali di waktu siang dagangan itu entah laku entah tidak namun dibombardir telah berlaku baik memberi makan orang tidak puasa. 
Padahal, jika mau mengalkulasikan lebih terperinci berapa banyak pemasukan mereka yang hanya membuka warung makan saat berbuka, sahur dan habis tawarih. 
Mereka yang masuk ke dalam golongan ini juga berjualan, mencari rejeki, menutupi kebutuhan rumah tangga termasuk baju baru untuk anak-anak di hari raya. 
Jangan berkilah bahwa nafkah itu nggak adil karena mereka yang berjualan di saat berbuka atau sahur saja masih hidup saat akhir Ramadhan nanti. 
Beginilah apabila mental kerupuk dipelihara. Yang salah dibela. Yang benar diabaikan. Yang salah bahkan dapat bantuan. 
Yang benar malah dihukum. Bagian bab ini akan menjadi sebuah monster di waktu ke depan. 
Akibat dari menghormati orang tidak puasa dan dibela sampai ke level pemerintah maka tidak tertutup kemungkinan orang-orang yang buta mata hati membuka warung makan lebar-lebar di tengah hari bulan Ramadhan. 

Apa bedanya bulan Ramadhan dengan bulan-bulan lain? 

Aneh tetapi nyata. Saat masyarakat muslim meminta nonmuslim untuk menghormati bulan Ramadhan tetapi umat muslim yang sedang puasa justru tidak menghormati bulan suci ini. 
Pergeseran ini karena hawa napsu yang tidak mampu dikendalikan selama bulan puasa dan karena mengasihani tanpa menggunakan logika secara terperinci. 
Orang Islam itu sendiri paham betul alasan kenapa tidak berpuasa. Islam tidak memberatkan terhadap suatu apapun kecuali diberat-beratkan oleh umatnya sendiri. 
Puasa boleh tidak dikerjakan apabila sakit, wanita haid, wanita melahirkan, sedang dalam perjalanan jauh, belum baligh, orang tua dan beberapa golongan lain. 
Tetapi dengan catatan mengganti di hari lain di luar bulan Ramadhan. 
Dan, kenapa jangan menghormati orang tidak puasa? Karena orang tersebut – golongan Islam – adalah mereka yang naif dan tidak menghormati bulan Ramadhan. 
Jika kita termasuk ke dalam golongan menghormati orang tidak puasa, maka catatlah sendiri bahwa kita termasuk golongan yang tidak menghormati bulan suci ini. 
Perkara ini kembali ke ayat dalam kutipan di atas. 
Catatan akhir, untuk apa kita menahan haus dan lapar sampai petang jika begini kondisinya? 
Categories
Uncategorized

Ramadhan Kendalikan Hawa Napsu yang Penuh Kebohongan Siang dan Malam

Jumat pertama di bulan Ramadhan, terasa lebih syahdu karena tendangan dari khatib. Saya yang terkantuk-kantuk jadi on seketika mendengar suara lembut di atas mimbar. 
Ramadhan.
Biasanya, di awal Ramadhan khatib akan bercerita tentang keutamaan sepuluh hari pertama kita berpuasa. Kayak cerita itu telah “basi” khatib mencari celah ke tema lain yang lebih menarik.

Katanya, kata Ramadhan, napsu itu pembohong!

Eh, bukannya napsu itu bisikan syaitan ya? 
Orang berpuasa memiliki banyak sekali godaan. Apa-apa saja di hadapan terasa nikmat dan sedap sekali apabila dapat dielus, dipeluk, bahkan sampai dilahap sekalipun. 
Ada bubur kacau hijau sekuali, rasanya habis semua dimakan. Air sungai habis semua diminum sampai ikan-ikan terkelepar-kelepar. 
Air laut yang asin tak tinggal sisa sampai kapal pelaut, kapal persiar, kapal selam dan lain-lain terseok-seok di atas karang. 
Ada buah jambu masak dipetik sampai sekarung. Ada durian dijual mahal karena bukan sedang musim, dibeli sampai ratusan ribu. Intinya, mata tak pernah mau silap sesenti pun dari apa yang dilihatnya. 
Begitu berbuka, tepar! 
Begitulah napsu. Napsu sungguh pandai memanipulasi data-data akurat yang sebenarnya telah ditransfer dengan cepat oleh akal sehat. 
Namun lagi-lagi napsu tidak bisa dicegah karena ia terus menghujat dengan rentetan kemauan yang belum pasti. 
Napsu berkata bahwa semua ada masanya untuk menikmati dan kita percaya masanya itu akan tiba. Waktu yang ditentukan ternyata menjawab bahwa napsu adalah pembohong. 
Kebohongan demi kebohongan dilancarkan oleh napsu karena ia ingin menang sendiri. Mana mungkin manusia sanggup minum air sungai, segelas atau dua gelas besar saja air manis waktu berbuka sudah buat perut kembung. 
Kue-kue berderet di atas meja makan rasanya kok kasihan sekali nggak tersentuh. Kuah asam pedas yang buat lidah bergoyang di sore hari, kasihan sekali hanya disentuh sesendok teh. 
Daging ayam panggang cuma diambil secuil, selebihnya dibiarkan dingin bahkan sampai basi keesokan harinya.
Semua hanya secuil demi secuil. Manusia yang berpuasa selalu ada maunya karena dorongan hawa napsu.
Padahal jelas-jelas napsu itu pembohong karena setelah berbuka ia tidak menepati janji. 
Napsu ingin kita membeli kue seharga emas, kita turuti. Saat berbuka kue tersebut hanya tersentuh sepotong. Jika beli emas bisa jadi mahar melamar wanita idaman.
Ramadhan tak pernah membual bahwa manusia yang serakah akan lelah. 
Ramadhan menganjurkan untuk makan tidak berlebihan saat berbuka karena setelah itu tarawih menanti. 
Ramadhan tidak menipu untuk membeli ini dan itu untuk berbuka, boleh saja yang manis walaupun hanya sebiji kurma.
Napsu memang tidak pernah bisa dikendalikan tetapi melawan hawa napsu bisa saja dilakukan. Caranya kembali ke pribadi masing-masing. 
Jika masih percaya napsu itu pembohong maka hindari saja kemauannya di siang hari. 
Diajak beli kurma berton-ton, diamkan saja. Diminta beli es teller jangan terlalu dihiraukan karena nanti kamu akan teller beneran, jika tidak habis meminumnya. 
Napsu mau makan pisang goreng, beli saja secukupnya. Napsu ngidam kue lapis tahan dulu untuk hari itu karena sudah beli pisang goreng sebelumnya. 
Ia mau kamu mangkal cantik di depan orang-orang jualan penganan berbuka, sebaiknya hindari saja karena ujung-ujungnya kamu akan beli juga. Jika bukan karena kasihan ya karena ingin makan. 
Napsu itu pintar berbohong tetapi tidak bertanggung jawab. 
Dan kita, lebih pandai bertanggung jawab dari pada berbohong. Kamu berbohong, tes kebohongan akan terlihat dari mata dan raut wajah. Kamu bilang masih puasa, eh tiba-tiba tertawa.
Categories
Uncategorized

Tradisi di Aceh yang Tak Boleh Ditinggalkan Jelang Bulan Puasa

Tradisi di Aceh yang Tak Boleh Ditinggalkan Jelang Bulan Puasa – Ini nggak boleh lagi. Itu nggak boleh lagi. Yang ini haram. Yang itu mubazir. Doa itu nggak dianjurkan. Doa ini nggak nyampe ke orang dimaksud…
Sering, masyarakat Aceh modern berkilah bahwa sesuatu yang telah dilakukan oleh nenek moyang sejak turun-temurun banyak yang tidak berfaedah. 
Alasannya berbagai macam, ada yang mengacu dengan dalil kuat agama, ada yang beragumentasi semata, ada yang berpegangan pada aktivitas sosial, ada pula yang ikut-ikutan sehingga tradisi yang sejak lama ditanam itu “hilang” sama sekali dan nggak lagi mengakar pada kebiasaan masyarakat Aceh.
Tradisi adalah pembeda. Tradisi adalah identitas suatu daerah sehingga ia mempunyai nama di daerah lain, atau dikenal dengan cara khusus oleh orang lain. 
Tradisi sama dengan nama yang melekat dalam diri kamu. Tradisi lebih tepatnya adalah karakter seperti yang tertanam di dalam watak kamu. 
Kamu dapat membedakan seseorang karena nama dan karakternya. Jika nama sama maka karakternya tentu berbeda. 
Si kembar saja yang memiliki telepati cukup kuat akan mempunyai perbedaan karakter jika diamati dengan teliti. 
Setiap daerah mempunyai tradisi masing-masing. Karena tradisi ini – yang unik – maka daerah tersebut layak untuk dikunjungi, jika berbicara atas nama wisata. 
Orang-orang tahu rasa mi Aceh itu nikmat, maka saat ke Aceh mereka wajib mencicipi mi yang dibuat di Aceh oleh orang Aceh. 
Kamu ke Palembang tentu sangat ingin merasakan empek-empek. Kamu ke Bali ingin melihat orang beribadah sesuai ajaran Hindu atau dupa yang memancarkan aroma kemenyan. 
Kamu ke Papua ingin melihat orang-orang yang masih memakai koteka. 
Tradisi apa yang hilang di masyarakat modern bisa kita lihat sendiri. Alih-alih ingin memperbaiki dengan menanamkan pemahaman agama, tradisi ini malah dibuang jauh-jauh karena berbau musyrik atau mubazir atau tidak sesuai kaidah Islam atau karena nggak mau melakukannya sama sekali. 
Padahal tradisi yag dijalankan sesuai dan searah dengan kekuatan agama jauh lebih bagus dibandingkan membangun debat yang nggak ada tahu benar atau abu-abu. 
Imbasnya generasi muda saat ini malah lebih hapal nama aktor dan aktris yang main sinetron penuh kekerasan dibandingkan jenis tradisi apa saja yang ada dan berkembang di masyarakatnya. 
Tradisi itu unik dan menarik. Walaupun sebagian besar menghabiskan uang namun sepatutnya disesuaikan dengan kadar kemampuan. 
Dari tradisi ini pula masyarakat kemudian mengenal daerah dengan lebih baik dan menjadikannya pelajaran apabila mendapatkan ilmu pengetahuan di dalam sebuah tradisi. 
Aceh memiliki banyak tradisi. Namun perlahan-lahan pudar karena intelektual seseorang semakin maju dan berkembang. 
Jika terus-menerus tradisi ini ditinggalkan maka generasi akan datang hanya tinggal generasi modern. 
Padahal, kehidupan modern seperti ini yang berlaku di dunia barat sangat dicecar oleh masyarakat Aceh itu sendiri. 

Daging Meugang

Meugang itu sangat identik dengan masyarakat Aceh. 
Jika biasanya pengantin baru akan membawa pulang kepala kerbau/sapi atau paha ke rumah mertuanya, sekarang ada yang tidak melakukannya lagi. 
Pengantin pria yang baru menikah ini seakan-akan telah dihasut untuk menuruti gaya hidup modern. Masih syukur jika ia membawa pulang sekilo atau dua kilo daging untuk merayakan kebersamaan bersama istri dan mertuanya. 
Daging meugang dianggap mubazir karena hanya menguras isi dompet seorang pria. Masyarakat Aceh bukan juga orang yang nggak pernah makan daging. 
Namun daging di hari meugang sangat berbeda dengan daging di hari biasanya. Meugang adalah pesta pora, bersenang-senang sebelum berpuasa. 
Nggak ada yang benar dan salah dalam persepsi pengantin pria tidak membawa pulang daging dalam jumlah besar ke rumah mertua. 
Tetapi jangan lupa bahwa sekali saja selama pernikahannya, di meugang pertama ia harus melakukan hal tersebut. Soal mubazir atau tidak, apakah daging itu dibuang? Nggak juga. 
Kepala atau paha kerbau yang dibawa pulang pengantin pria ke rumah istrinya tak hanya disantap oleh mertuanya semata. Sanak famili dari pengantin wanita akan diundang untuk memotong daging di kepala atau paha kerbau. 
Sebagian di masak bersama, sebagian di simpan dan sebagian lagi dibagi-bagikan untuk keluarga pengantin wanita sebagai “cendera mata” di hari meugang. Keanehan ini yang kemudian menjadi unik dan menarik karena hanya di Aceh keadaan ini berlaku! 
Potong daging di Aceh.

Kue Hari Raya 

Jika pengantin pria wajib membawa pulang daging meugang, maka jauh sebelum itu pengantin wanita wajib mengantar kue meugang dan Hari Raya ke rumah mertua. 
Nggak main-main, kue yang diantar dalam jumlah besar. Ada yang memasukkan ke dalam idang – sejenis tempat yang dihias khas Aceh. Ada yang memasukkannya ke dalam kotak kayu besar. 
Tradisi ini masih berlaku namun pada masyarakat modern tradisi ini dianggap nggak begitu penting. Mereka yang cukup pintar ini menganggap bahwa kue meugang dan Hari Raya itu hanya menghambur-hamburkan uang. 
Pengantin wanita setidaknya membuat dua tempat kuat untuk meugang dan Hari Raya walaupun diantar bersamaan sebelum puasa. 
Kue-kue ini terdiri dari kue tradisional yang dibuat oleh pengantin wanita bersama kerabatnya. 
Memang, jika semua dikalkulasikan dengan uang pasti akan mahal. Apapun itu. Namun waktu tak akan pernah memihak kepada kita. 
Pengantin baru nggak wajar lagi melakukan tradisi ini di Ramadhan kedua. Lebih tepatnya dianggap telah melanggar tradisi. 
Tradisi ini hanya berlaku pada Ramadhan pertama dan mau tidak mau harus dilakoni. 
Pengantin wanita yang lelah membuat kue tak akan menerima tempat kosong begitu pengantin pria mengembalikannya. 
Semua ada imbalannya. Idang atau kotak kue yang dikembalikan oleh pengantin pria biasanya telah diisi oleh emas, pakaian, kain dan lain-lain semampunya. 
Bagaimana jika masyarakat modern kemudian bela-belain diri nggak menunaikan hajatan ini? Tentu nggak ada pembeda dengan daerah lain. 
Saya akui, masyarakat modern memiliki pemikiran yang sangat kuat dibandingkan sebuah artikel ini. Namun, bagi saya dua hal di atas cukup menggambarkan identitas Aceh secara keseluruhan. 
Aceh tak pernah berhenti dengan keunikan. Beda tempat, beda cerita. Pembeda inilah yang membuat mata dunia tertuju kepada kami!
Categories
Uncategorized

Wajib Tahu! Pisang Awak Obat Paling Ampuh Obati Penyakit Lambung

Obat paling ampuh obati sakit lambung adalah pisang awak. Pisang awak obat penyakit lambung terbaik. Makan pisang awak hindari penyakit. Makan pisang awak tubuh tambah sehat. 

Setahun ini, saya kerapkali merasakan sakit berlebihan pada perut. Sakit ini bisa tiba-tiba terjadi dan membuat saya benar-benar kacau untuk melakukan banyak hal. Di kesempatan lain, saya enjoy saja karena tidak merasakan apa-apa.
Sakit yang tiba-tiba ini biasanya karena salah makan atau makan makanan yang pedas dan asam, bahkan karena terlambat makan dan perut dalam keadaan kosong. Solusi yang dilakukan adalah langsung mencari makanan. 
Pisang awak obat ampuh sakit lambung.
Namun masalah yang muncul tidak langsung lega, makanan yang dikonsumsi dalam keadaan perut sakit malah membuat tidak mudah dicerna. Perut semakin sakit dan makanan yang dimakan kebanyakan dimuntahkan.

Khasiat Pisang Awak untuk Sakit Lambung

Kejadian terparah, Ramadhan tahun lalu di mana usai berbuka dan setelah sahur saya muntah-muntah tak karuan. Apapun makanan yang saya makan, tetap dimuntahkan. 
Perut terasa perih dan memanas sampai ke dada bahkan di setiap persendian. Mau tidak mau saya harus makan walaupun dalam jumlah sedikit untuk energi dan tidak drop total. 
Keadaan yang tidak memungkinkan untuk puasa akhirnya saya konsultasi ke dokter dan mendapat vonis lambung bermasalah. Sebab pertama karena makan tidak teratur. 
Saya mendapat resep untuk diminum selama masa penyembuhan. Dan apabila sudah kuat saya dianjurkan untuk kembali berpuasa.

Pengalaman Pisang Awak Obati Sakit Lambung

Ternyata, sakit ini tidak hanya berurusan dengan perut kosong saja. Pikiran yang terkontaminasi dengan hal-hal negatif kadangkala membuat gundah berlebihan. 
Akibat dari gundah ini sakit di bagian perut terasa sampai ke kepala, mata juga ikut-ikutan kabur. Sedikit saja psikologis kena, maka sakit akan langsung dirasa. 
Obat-obatan yang diberikan dokter kemudian tidak lagi dikonsumsi karena tidak membawa pengaruh apa-apa selain rasa kantuk. 
Saya menerima saran di sana-sini untuk berobat secara tradisional. Ragu saya ketepikan dan berangkat ke tujuan dimaksud. 
Saya menemui seorang pandai agama yang biasa mengobati penyakit lambung dan gundah hati. Beliau mengurut perut saya dengan minyak zaitun diikuti dengan doa-doa dan beberapa penggalan ayat al-Quran yang saya tidak tahu dari surat mana dan ayat berapa.

Orang Pintar Sebut Khasiat Pisang Awat terhadap Penyakit Lambung

“Orang sakit lambung itu kembali lagi seperti bayi. Bayi dikasih makan pisang waktu kecil karena buah ini mudah dicerna oleh usus. Obat orang sakit lambung itu adalah pisang. Begitu sakit, makanlah pisang. Pisang yang bagus adalah jenis pisang Awak!” – Ummi, begitu kami menyebut nama beliau –

Pisang Awak merupakan salah satu pisang yang sangat mudah didapatkan dengan harga murah. Satu sisir pisang ini bisa didapat dengan harga lima ribu rupiah. Pisang ini biasanya juga dibuat untuk gorengan yang dijual sore dan malam hari. 
Jangan salah pilih, ini dia pisang awak.
Resep yang alami ini kemudian saya terapkan sesuai anjuran dari Ummi. Wanita ini sebenarnya bukan seorang yang tahu benar soal penyembuhan penyakit. 
Bekal yang dimilikinya adalah terapi diri sendiri ketika sakit lambung. Beliau makan pisang Awak sampai sekarang dan terbukti sudah jarang merasakan sakit lambung. 

Atur Pola Makan dengan Pisang Awak

Jadwal makan pisang Awak ini wajibnya dua kali dalam sehari. Sunatnya bisa kapan saja apabila perut terasa kosong atau tiba-tiba merasa sakit. Jadwal wajib pertama adalah di pagi hari. 
Cara makan pisang Awak di pagi hari adalah dengan dihaluskan kemudian dicampur dengan nasi dan garam secukupnya. Cara menghaluskannya adalah dengan menumbuk menggunakan gelas atau sejenisnya. 
Pisang yang kira-kira telah halus dicampur dengan nasi kemudian dihaluskan kembali untuk ukuran tidak akan sakit begitu masuk ke dalam perut. Jangan salah bahwa orang sakit lambung, makanan yang keras, atau makanan yang tidak tepat bisa membuat sakit seketika. 
Jadwal wajib kedua adalah menjelang tidur. Mau tidur jam sepuluh malam. Mau tidur jam dua dini hari. Perut tidak boleh dibiarkan kosong. 
Sedangkan jadwal sunat antara jam sepuluh pagi sampai jam dua belas siang dan antara jam empat sore sampai jam enam. Jadwal lain saat terasa sakit dengan cara makan pisang Awak saja, satu atau dua.

Pisang adalah salah satu manfaat terbaik dan nyaman untuk usus. – bayikusehat.com –

Saya menerima cukup banyak manfaat setelah mengonsumsi pisang Awak secara rutin. Saya seperti seorang bayi yang harus mengunyah makanan lembut dan pisang tiap hari. 
Selama saya merasakan nyaman dengan kondisi ini, nggak malu pula saya bawa pisang Awak di dalam ransel. Perut terasa lebih nyaman dan saya bebas untuk melakukan aktivitas. 
Pisang Awak yang saya konsumsi juga membuat usus lebih mudah bekerja karena selama ini dipaksa untuk tidak menggiling apa-apa atau hanya menggiling makanan seadanya dalam waktu tidak teratur.

Apa Saja yang Terkandung dalam Pisang Awak

Kalsium dalam pisang bermanfaat untuk tekanan darah yang sehat serta fungsi jantung sehat. Orang yang mengonsumsi pisang akan memiliki tekanan darah lebih baik dan stabil. – bayikusehat.com –

Resep dari Ummi tidak terlalu berat untuk saya jalani. Resep ini juga tidak membawa efek samping sampai sekarang. Buah – termasuk pisang – merupakan salah satu makanan sehat dari berbagai kacamata. 
Jika sebelumnya saya sering lemas dan merasa sakit luar biasa, setelah menjalani kehidupan dengan pisang Awak ini saya merasa tenaga lebih dari cukup untuk beraktivitas. Kondisi tubuh yang semula tidak terkendali kian hari semakin terkontrol. 
Selama sakit saya sering marah-marah nggak tentu, selama mengonsumsi pisang Awak saya malah lebih sabar. 
Sekarang, saya mengonsumsi pisang Awak bukan lagi untuk menyembuhkan sakit lambung namun sudah ke taraf pencegahan agar tidak kembali sakit. 
Rutinitas yang nggak memakan waktu lama ini membuat saya tidak lagi merasa sakit berkepanjangan. Memang, saya tidak bisa mengatakan telah sembuh total namun saya sangat terbantu dengan menu pisang Awak ini. 
Menu yang semula saya remehkan, menu yang sejak awal saya nggak mau makan sama sekali karena merasa nggak enak, seperti bayi dan alasan lain. 
Saya malah tertawa sendiri karena nggak bisa lepas dari pisang Awak. Dan ternyata, bukan hanya saya saja yang merasakan hal serupa. Setiap ketemu dengan orang yang pernah sakit lambung, selalu saja pisang ini solusinya. 
Benar kata orang tua dulu, pisang menyimpan segudang manfaat. Nggak salah orang tua kita menyumpal pisang Awak yang telah dihaluskan ketika masih bayi. 
Kandungan vitamin dan mineral lebih dari cukup untuk membangun stamina. Kandungan vitamin dan mineral secara terperinci saya jabarkan di bawah ini (dikutip dari bayikusehat.com). 

Kandungan vitamin pisang

  1. Vitamin A sebesar 144 IU
  2. Vitamin C sebesar 19,6 mg
  3. Folate (penting selama hamil) sebesar 45 mcg
  4. Vitamin B6 sebesar 82 mcg
  5. Niacin sebesar 1,49 mg
  6. Pantothenic Acid sebesar 31 mg
  7. Vitamin E sebesar 22 IU

Kandungan mineral dalam pisang

  1. Potassium sebesar 806 mg
  2. Magnesium sebesar 61 mg
  3. Phosphorus sebesar 50 mg
  4. Calcium sebesar 11 mg
  5. Iron sebesar 58 mg

Pisang awak sangat banyak sekali manfaatnya. Makan pisang awak tiap hari akan membantu pencernaan dan terhindar dari penyakit lambung. Dan, jika kamu ingin makanan sehat bisa mampir ke Snack Box Jakarta Barat.

Categories
Uncategorized

Ramadan Ekstra : Tips Belanja Online Hemat Selama Bulan Ramadan di Tokopedia

Bulan puasa sebentar lagi tiba. Biasanya, saya menyiapkan beberapa keperluan untuk menyambut bulan puasa. Kalau di Aceh itu ada tradisi meugang, sebelum puasa, di mana makan daging bersama keluarga dua hari atau sehari sebelum puasa. Silaturahmi ke tetangga dan juga sanak famili juga dilakukan untuk saling memaafkan agar puasa lebih berkah. Persiapan ini terasa benar-benar seru dan mengasyikkan dan hanya terjadi di lingkungan kami orang Aceh saja.

  
Begitu memasuki Ramadan, kebutuhan harian juga banyak sekali baik untuk berbuka dan sahur. Saya biasanya – juga – menyiapkan beberapa kebutuhan untuk berbuka dan sahur; baik itu cemilan tengah malam maupun makanan ringan lain. Di awal puasa pula, saya telah merencanakan apa yang harus dibeli untuk kebutuhan lebaran nanti, cepat dibeli artinya harga murah dan membuat nyaman ‘isi’ dompet yang mau tidak mau lebih besar pengeluarannya selama bulan puasa. Ramadan menjadi lebih santai dan tidak lelah ke sana sini untuk mendapatkan barang belanjaan karena saya telah memiliki cara lain dalam berbelanja. Sistem daring adalah cara yang enjoy, santai dan juga tidak terburu-buru sehingga saya bisa mendapatkan barang dengan mudah, cepat dan juga murah. 
Belanja daring selama Ramadan juga lebih terasa indahnya manakala mendapatkan diskon atau promo untuk produk yang telah lama diincar. Ramadan ekstra bisa disebut demikian di mana saya benar-benar bisa memfokuskan diri dalam menunaikan ibadah dan berbelanja kebutuhan harian serta lebaran. Ramadan yang ekstra ini tidak hanya menguntungkan saya secara lelah badan keliling toko tetapi bagian lain yaitu tidak ‘ngidam’ mata di mana kalau keluar rumah selalu saja ini beli ini dan itu, padahal setelah berbuka sama sekali tidak tersentuh. 
Selama bulan puasa sampai jelang lebaran, tidak bisa dipungkiri kalau banyak sekali penawaran menarik. Kita bisa mendapatkan barang-barang dalam setengah harga atau persentase diskon lainnya. Namun, meskipun banyak sekali diskon kita harus bijak juga dalam membelanjakan uang yang tersisa. Apalagi kalau belanja online itu kadang ada saja produk yang lewat dengan diskon besar. Mau beli tapi butuh. Mau nggak diambil nanti menyesal. Salah satu toko yang kerap menawarkan diskon besar di Ramadan adalah Tokopedia. Sebelum kalap, inilah tips belanja online hemat kebutuhan bulan Ramadan Ekstra di Tokopedia: 
Bandingkan Harga Setiap Toko Online di Tokopedia 
Memiliki banyak toko online berkualitas, Tokopedia memungkinkan kita untuk membandingkan harga berbagai produk kebutuhan dengan lebih mudah. Cukup cari produk yang dibutuhkan, ribuan produk dengan berbagai harga siap untuk dibeli. Untuk menghemat pengeluaran belanja online saat Ramadan, cukup pilih produk dengan harga tepat dan spesifikasi yang pas. 
Pilih Produk Berkualitas dari Kreator Lokal 
Untuk membuat Ramadan Ekstra, bukan berarti harus selalu gunakan barang branded dengan harga selangit. Tokopedia, e-commerce dengan produk terlengkap memiliki koleksi berbagai produk hasil kreasi kreator lokal maupun brand terkenal dunia. Hemat pengeluaran belanja kita di bulan Ramadan dengan memilih produk kreasi dari kreator lokal yang hadir dengan kualitas bersaing namun dengan harga yang lebih miring. 
Cari Toko Online Terdekat 
Saat berbelanja online, komponen biaya yang tak boleh terlupakan adalah biaya ongkos kirim (ongkir). Pilihlah toko online yang lokasinya paling dekat dengan lokasi kita untuk mengurangi ongkir berlebihan. Di Tokopedia, kita dapat mengetahui lokasi toko online secara detail sehingga kita dapat memilih toko online dengan lokasi terbaik. 
Pilih Cara Pembayaran yang Tepat 
Salah satu kemudahan berbelanja online di Tokopedia adalah dalam hal cara pembayaran. Berbagai metode pembayaran dapat kita gunakan mulai dari Saldo Tokopedia, transfer bank, kartu kredit, cicilan, hingga pembayaran melalui minimarket. Memilih metode pembayaran yang sesuai dengan kondisi keuangan tentu dapat menghemat pengeluaran saat berbelanja online. 
Pilih Metode Pengiriman Paling Efisien 
Dalam melakukan pengiriman barang yang kita beli, Tokopedia memberikan beberapa alternatif pengiriman, mulai dari pengiriman secara konvensional hingga kurir instan melalui jasa transportasi online. Dalam memilih metode pengiriman ini, kita dapat membandingkan biaya ongkos kirim terbaik diantara metode pengiriman yang ada untuk menghemat belanja online kita. 
Manfaatkan Promo dan Diskon 
Promo atau diskon memberikan pengaruh yang signifikan untuk menghemat pengeluaran kita dalam berbelanja online. Di bulan Ramadan kali ini, Tokopedia memberikan kesempatan baru bagi pembeli dalam menikmati bulan Ramadan. Dengan rangkaian promo sepanjang bulan Ramadan yang bisa kita gunakan untuk buat Ramadan kali ini makin Ekstra. Makin Ekstra lagi, masih ada rahasia kejutan pada 25 Mei dari Tokopedia yang akan membuat Ramadan Ekstra menjadi lebih Ekstra! Layaknya festival belanja online “Black Friday”, kejutan seperti apa yang bakal buat pengalaman belanja online di bulan Ramadan Ekstra ini jadi lebih special? 
Kejutan Ramadan itu paling asyik kalau tiba-tiba mendapatkan tawaran menarik atau promo sebuah produk. Tokopedia datang dengan Ramadan Ekstra di mana kita bisa mendapatkan flash sale dengan harga menarik, eksta kejutan pada jam-jam tertentu, ekstra bonus produk digital serta produk ekslusif Ramadan dan promosi ini dahsyatnya itu tanggal 25 Mei 2018!
Categories
Uncategorized

Pesona Seribu Masjid di Lombok, dari Sembalun ke Senggigi

“Kita berhenti salat Jumat di
masjid dekat sini,” ujar pemandu jalan kami di saat matahari seakan enggan
membuka mata, di antara dingin hampir membeku pada lembah Sembalun. Mobil yang
membawa kami masuk ke perkarangan masjid yang megah. Masjid Ittihadul Islam di Sembalun
Timba Gading, salah satu pesona seribu masjid di Pulau Lombok,
Nusa Tenggara Barat. Bangunannya tampak berbeda tetapi memiliki ciri khas yang
kuat dengan menara tinggi.

Pesona alam Lombok.

Saya khusyuk meminta ‘sesuatu’ dan memohon akan berkah
berlimpah sehingga bisa sampai ke sini. Tentu berbeda dengan apa yang saya
rasa; suara orang mengaji, penuhnya masjid ini, cara khatib menyampaikan
khutbah, cara imam melantunkan ayat-ayat sepanjang salat Jumat 2 rakaat, dan
doa-doa usai salat yang memiliki intonasi berbeda dengan cara imam Aceh
membacanya. Saya menyelami. Saya meresapi perbedaan. Saya juga merinding dalam
dingin yang belum usai meskipun wudhu’
telah kering.
Salah satu masjid di Sembalun.
Syukur pada langkah yang telah sampai ke tanah basah ini.
Semalam, kami baru sampai ke
lembah Sembalun, di mana Gunung Rinjani dengan gagah perkasa menggenapkan
pesona bumi ini. Tak terkira pesona saat di pagi harinya saya melihat aktivitas
warga yang padat, menyoal hidup seperti biasa dan adalah hal yang unik dari
segala pandangan tentang wanita bercakar di mana-mana. Oh, beginilah yang saya rasa
tentang ketentraman. Saya merasa aura keAcehan yang kental meskipun saya tidak
sedang berada di bumi lahir sendiri. Islam yang begitu kental dan kuat di
lingkungan ini, saya rasa sampai ke pori-pori di sepanjang jalan lembah
Sembalun. Pikiran yang sebelumnya mengacu kepada masyarakat yang tidak seperti
itu, telah lenyap seketika.
“Sembalun salah satu wisata
Islami yang wajib kamu kunjungi,” sebut Dian Mulyadi, seorang yang memudahkan
langkah saya ke Lombok. “Saya dengar, masyarakat di Sembalun sangat kuat sekali
memegang teguh ajaran Islam. Wajar sih,
wanita di sini rata-rata pakai cadar karena itu bagian dari pemahaman mereka!”
Puncak Gunung Rinjani.
Sembalun dan lembahnya yang kokoh
telah kami tinggalkan di belakang. Segenap kenangan dengannya mungkin akan
terburai menjadi partikel-partikel rindu di masa mendatang. Salat Jumat yang
khusyuk di negeri terasing membawa kenikmatan tersendiri bagi saya. Saya merasa
nyaman. Saya terlindungi. Saya aman. Karena di setiap langkah adalah muslim
yang saya temui. Tiap sudut yang saya lihat adalah mereka yang tergopoh
menghampiri masjid.
“Eh, di mana-mana ada masjid ya?”
ujar saya saat kami telah menapaki jalan berliku dari Sembalun menuju Mandar.
“Itulah sebabnya Lombok dijuluki Pulau Seribu Masjid!” ujar pemandu
jalan kami yang duduk di sebelah sopir.
“Seribu Masjid? Artinya banyak
masjid ya?” saya bimbang dan bingung dengan pertanyaan itu. Lantas, jawaban
dari pemandu jalan kami terjawab begitu persekian meter kami melewati
bangunan-bangunan indah, yaitu masjid-masjid yang dipenuhi oleh orang-orang
beribadah. Saya terharu, saya takjub, saya ingin merangkul masjid-masjid di
sini karena segalanya tampak pasti bagi saya. Seperti keseharian saya di negeri sendiri nan jauh di ujung Sumatera.
“Sama dengan Aceh ya,” ujar saya
sangau.
“Aceh kan Kota Serambi Mekkah, Bai. Nah, Lombok Kota Seribu Masjid!” ujar
Dian Mulyadi dengan mantap.
“Perpaduan yang pas ya, Mas!”
Tak lupa, kami berhenti di tepi
jalan berliku dengan pemandangan gunung menjulang tinggi, untuk membeli stoberi
seharga Rp. 5000 perbungkus. Saya
menikmati stroberi itu dengan nikmat sembari Zakaria Dimyati, teman sesama
perjalanan kami, memotret pemandangan alam dengan kameranya.
Penjual stroberi pinggir jalan.
Perjalanan yang panjang menuju
Mandar sampai pada sore hari. Di sini juga terdapat masjid di mana-mana. Takjub
saya begitu mengelora saat kami memasuki salah satu masjid untuk salat ashar –
saya tidak sempat memotret masjid di tengah kota Mandar ini. Kami menunaikan
kembali salat di Pulau Seribu Masjid ini. Lepas itu, baru menjejaki Kota Mandar
yang terpesona dengan cidomo di mana-mana. Saya dan Zakaria sempat numpang foto pada salah satu cidomo yang
lewat. Dari sini pula kami melihat pemandangan yang tak bisa dinafikan yaitu Pelabuhan
Kayangan, Lombok. Kapal-kapal nelayan membentuk panorama teramat indah untuk
dilewati.
Cidomo di Lombok.

Kapal nelayan.
Tiba di malam yang sepi, tidak
sedingin di Sembalun, kami mencicipi hindangan yang tak kalah lezatnya. Saya
lupa sebutan untuk menu makanan yang kami santap. Ada ikan yang dimasak dengan
rempah khas Lombok. Sayur juga demikian. Dan tahu tempe dengan kecap pedas. Lidah
saya yang semula mati rasa karena belum menyantap makanan, menguatkan diri
untuk segera mengisi perut dengan lahap. Saya sudah tidak bisa menjabarkan
bagaimana rasanya menu makanan yang kami santap di Juni 2014 itu. Rasanya pas
di lidah saya tetapi tidak untuk perut yang terlalu benci dengan rasa pedas.
Menu yang lezat cocok untuk buka puasa.
Pagi dari itu, kami tergopoh ke
Pelabuhan Mandar untuk menyaksikan aktivitas nelayan dan wanita-wanita menunggu
ikan. Sekali lagi, dalam radius beberapa meter adalah masjid. Di mana-mana
adalah masjid. Bagaimana orang beribadah dengan banyaknya masjid. Saya lalu
membayangkan seperti di Aceh, tiap kampung ada masjid tersendiri, lalu di sini
demikian juga. Sepanjang pandangan sebelum sampai ke bau amis dan matahari
terbit, saya tak jera memanjatkan puji kepada masjid-masjid yang berdiri kokoh
dengan ciri khas yang sama. Bentuknya mirip-mirip hanya berbeda ukuran pada
lebar dan tinggi.
Pelabuhan Mandar yang padat. Nelayan
mendorong baki ikan ke pinggir. Wanita-wanita dengan riuh menanti ikan kecil. Sembari
menunggu para nelayan memilah ikan, wanita-wanita ini bercakap-cakap sambil
memandang ke lautan lepas. Dan gunung yang menjadi paku dalam menyeimbangkan
daratan dan lautan.
Nelayan pulang melaut.
Di situ, saya tidak menemui
wanita-wanita dengan kepala terbuka. Di mana-mana adalah wanita dengan kerudung
meskipun tidak memakai cadar seperti wanita di Sembalun. Saya tersenyum getir,
memadu rindu kepada kampung halaman yang baru saya tinggal beberapa hari. Seakan
tidak ada yang membedakan antara wanita Lombok dan Aceh yang selalu terbalut
kerudung dengan rapi. Ternyata, hati saya menyebut, Lombok bukan saja Pulau
Seribu Masjid, tetapi Pulau Seribu Jilbab!
Wanita berjilbab menunggu ikan.
Dan, begitu saja kisah itu
mengalir tanpa henti. Keterasingan yang saya rasa telah sirna dengan apa yang
saya alami. Pesona Pulau Seribu Masjid ini memang tidak lekang dari waktu ke
waktu. Kenangan yang hinggap begitu saja menjadi ukiran kebahagiaan dari masa
ke masa. Di akhir persinggahan, kami menepi ke kota metropolitan, Mataram, lalu
menikmati senja di Senggigi. Lagi-lagi, sepanjang jalan adalah masjid dengan
keelokan dan keindahan tersendiri. Sayang sekali, rencana kami tidak sempat
menepi ke salah satu masjid di tengah kota ini.
Keindahan sunset di Senggigi.
Jika, pada saat ini saya kembali ke kota dengan Pesona Seribu
Masjid ini, saya akan menghabiskan masa dalam bulan Ramadhan untuk mengunjungi
masjid-masjid terindah di sini. Meski, hanya sekejap mata saya ke Lombok tetapi
dari sana saya menyelami apa yang semestinya ada dalam diri saya sebagai
seorang muslim. Ketenangan yang tak terkira karena di mana-mana ada masjid. Toh, pada segala kondisi setiap muslim
akan mencari tempat perlindungan yaitu masjid. Pesona masjid di Lombok menjadi
panorama yang sulit saya lupakan. Di sana pula doa-doa yang entah bagaimana
wujudnya selalu terbentuk dari hati yang tulus, tak lupa bahkan selalu terujar
doa-doa keselamatan dan kebahagiaan kedua orang tua!
Ramadhan di Pulau Seribu Masjid,
apa kabarnya? Saya merasakan satu hal yang pasti, bulan puasa di Lombok tak
akan berbeda dengan bulan puasa di Aceh. Kota Seribu Masjid dengan Kota Serambi
Mekkah. Dua persamaan yang pasti karena tiap malam masjid-masjid akan
‘memanggil’ umat Islam untuk bergegas ke sana. Bahkan, suara azan tak ubahnya
nyanyian rindu yang bertalu-talu, dipaku pada dasar bumi, dari mana-mana,
didendangkan dengan lantang dan membahana. Saya dapat menebak bagaimana suasana
tarawih di Lombok, di masjid-masjid yang persekian meter bertemu satu dengan
yang lain dapat saling tatap. Seandainya masjid itu bisa bercakap-cakap dan
bersalaman, mungkin mereka akan bersilaturahmi pada Idul Fitri nanti, saking
saling melihat dari satu menara ke menara lain!
Dan kini, waktu yang tepat untuk
melepas rindu di masjid-masjid terindah di Pulau Seribu Masjid ini. Ramadhan
yang damai, pesona yang tak bisa diubah adalah meletakkan lelah di dalam masjid
sambil berzikir dan bermunajat kepada Ilahi.
Kembali kepada jika, seandainya raga
saya ditepikan kembali ke Lombok, maka saya akan menjadi tamu pada
masjid-masjid ini.
Masjid Hubbul Wathan Islamic Center, Mataram
Masjid ini tidak sempat saya
kunjungi karena keterbatasan waktu. Namun saat bulan Ramadhan kali ini Masjid Hubbul
Wathan Islamic Center tidak hanya indah dengan
relif bangunan saja tetapi ramai oleh mereka yang bermunajat kepada Ilahi. Bisa dipastikan bagaimana
padatnya masjid ini dalam bulan puasa dengan hampir semua sektor terletak di
kompleks masjid. Sebut saja saranan pendidikan, museum, wisata religi,
perekonomian bahkan tempat olahraga juga terdapat pada masjid yang pernah
menjadi tuan rumah MTQ Nasional tahun 2016.
Terbayang kan bagaimana megahnya Masjid Hubbul Wathan Islamic
Center di tengah-tengah kota Mataram ini? Semarak Ramadhan di masjid ini tak
hanya berupa ramainya umat yang datang tetapi terdapat keistimewaan lain. Lantunan
ayat-ayat al-Quran terasa begitu syahdu saat imam-imam dari Timur Tengah yang
menjadi imam salat tarawih bulan puasa ini. Berdasarkan data dari tempo.co
(27/05/2017), imam-imam Timur Tengah yang menjadi imam tarawih antara lain Syekh
Ezzat El Sayyed Rashid dari Mesir, Prof Dr Syeikh Khalid Barakat dari Lebanon, Syeikh
Mouad Douaik dari Maroko, dan Syeikh Ahmad Jalal Abdullah Yahya dari Yordania.
Islamic Center, Mataram – Photo by Harry Hermanan.
Kembali ke jika, maka saya akan berbaur dengan alunan syahdu para ulama besar
tersebut. Lantunan ayat-ayat al-Quran dari para imam ini tidak hanya
menggetarkan hati, tetapi memberikan kesejukan selaman Ramadhan di tanah
Mataram. Dengan apa yang didengar, menjadi keharusan tersendiri bahwa keindahan
tiada tara akan dimulai dari masjid ini. Doa-doa yang dipanjatkan tentu berbeda
saat berada di negeri sendiri. Doa terindah dari sini berlaku tidak hanya untuk
keselamatan diri tetapi juga sebagai rasa syukur pada keindahan demi keindahan
dalam hidup.
Pusat kota yang teduh dengan
masjid indah, pula diterangi oleh 1.000 lampion yang disumbangkan oleh Persatuaan
Islam Tionghoa Indonesia NTB dan Paguyuban Marga Tionghoa Indonesia NTB. Saya bisa
merasakan bagaimana meriahnya Kota Mataram selama Ramadhan tahun ini!
Masjid Agung
Al-Mujahidin Selong, Lombok Timur
Sebelum, Masjid Hubbul Wathan Islamic Center berdiri, Masjid Agung Al-Mujahidin
Selong di Lombok Timur merupakan masjid terindah di Lombok. Masjid ini berjarak
lebih kurang satu setengah jam perjalanan darat dari Kota Mataram. Coba lihat
bentuk bangunan dan warna cat yang cerah. Dapat dipastikan bahwa masjid ini
menjadi salah satu bagian penting dari keislaman di Nusa Tenggara Barat. Kubah-kubah
masjid ini tampak begitu indah ketika terkena sinar matahari senja hari. Hal ini
tentu saja sangat menarik di bulan Ramadhan, di mana segenap keindahan bisa
melepas rindu kepada Sang Pencipta.
Masjid Agung Selong – Photo by diditpharm.blogspot.com
Saya akan berkunjung ke sana, jika, bulan Ramadhan ini ada di pulau
ini. Masjid ini tidak hanya menarik dan tidak pula terlupa karena Islamic
Center telah berdiri. Pusat kegiatan keislaman selama Ramadhan juga masih
dilakukan di masjid ini dalam rangka menyemarakkan bulan puasa. Duduk di dalam
masjid indah ini sambil memohon tentang apa saja kepada-Nya tentu saja sebuah
rasa syukur teramat dalam. Tidak bisa saya bayangkan bagaimana
keindahan-keindahan terpancar dari segenap sisi di dalam masjid ini.
Masjid Bayan Beleq, Desa Bayan, Lombok Utara
Eksotik, begitu kalimat yang
tepat ketika saya, jika, menginjakkan
kaki ke halaman Masjid Bayan Beleq, Desa Bayan di Lombok Utara. Bagaimana tidak,
pesona yang hadir adalah kisah beradab-adab silam dengan kitab kuning sebagai
catatan. Masjid ini adalah masjid tertua di Lombok dengan jarak tempuh sekitar
dua jam perjalanan dari Kota Mataram. Masjid ini juga menjadi saksi bisu
masuknya Islam ke Pulau Lombok. Bentuk masjid berupa bangunan Suku Sasak dan
tampak sangat sederhana tanpa polesan arsitektur modern. Di dalam masjid ini
juga terdapat makam penyebar agama Islam pertama di Lombok, Gaus Adbul Rozak.
Masjid Bayan Lombok – Photo by sasexplorer.blogspot.com
Lantas, jika, ke sini dalam suasana Ramadhan adalah hal termenarik dan
tersyahdu di antara pohon-pohon dan masyarakat yang masih alami. Tentu saja
bermunajat di masjid tertua dengan segala kelemahan yang dimilikinya termasuk
salah satu bentuk syukur yang tak terperi. Berada di dalam masjid ini saat
bulan Ramadhan seakan menarik kembali memori bagaimana penyebaran Islam di
pulau ini. Ciri khas yang terkuat tentang lingkungan yang tak mengubah diri dari waktu ke waktu meskipun zaman telah begitu modern.
Barangkali, tiga masjid ini cukup
menggenapkan keindahan Ramadhan selama di Lombok. Tiga masjid, tiga cerita dan
tiga sejarah dalam membentuk Pulau
Seribu Masjid
, sampai membahana ke mana-mana!
***
Categories
Uncategorized

Jeritan Rakyat Kecil Menikmati Kenaikan Harga Gula Pasir Jelang Idul Fitri

harga gula pasir naik jelang idul fitri
Harga gula pasir naik jelang Idul Fitri – konfrontasi.com 
Siapa yang berada di
jajaran garis terdepan rakyat kecil

di negeri ini?

Gula Pasir Naik – Mereka yang mengemis
di pinggir jalan. Mereka yang mengais rejeki dari tumpukan sampah. Mereka yang
pantas menerima santunan. Mereka yang layak diberikan jaminan kesehatan gratis.
Mereka yang mendapatkan uang saku dari pemerintah melalui
program BSM atau KIP. Mereka
yang tidur di kolong jembatan. Mereka yang mencangkul sawah tak pernah lelah. Mereka
yang menjerit saat semua barang yang mesti dibeli naik tiba-tiba bagai tensi
darah sehingga menyebabkan strok, penyakit kronis lain, sampai akhirnya
terkapar di rumah sakit.
Beginilah nasib. Saat
Pegawai Negeri Sipil goyang-goyang kaki menerima bonus tahunan berupa gaji
ketiga belas dan Tunjangan Hari Raya (THR) atau gaji keempat belas, rakyat
kecil yang lupa didefinisikan dengan benar, bahkan tak tertera di dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, tercekat dan dipaku dengan palu sampai napas enggan
keluar. Suasana tercekik menghantam seluruh tubuh karena anggota keluarga butuh
banyak aroma, makanan enak untuk berbuka dan sahur maupun pakaian baru untuk
lebaran.
Satu jenis sembako
mendadak naik membuat rakyat kecil tanpa gaji bulanan dan tunjangan apapun,
melompat ke tangga paling tinggi sebelum jatuh sampai patah di kaki dan
lengan. Sorotan gula naik oleh
media massa cetak, elektronik maupun online menjadi satu-satunya
kecemasan. Di beberapa daerah gula dijual pada kisaran Rp.17,000 dan bahkan di
Aceh sampai naik menjadi Rp.20,000.
Gula memang sangat
manis, kawan. Makanan dan minuman yang dicampur gula terasa sangat nikmat
sampai ke ubun-ubun. Gula itu adalah candu yang tidak pernah dibuang sampai
akhir hayat. Satu sen saja gula naik maka semua akan keteteran. Pedagang kue
yang menjual jajanan berbuka mau tidak mau harus menaikkan harga satu potong
kue mereka. Es cendol yang dijual pinggir jalan terlihat lesu saat ngabuburit
karena satu bungkus telah naik harga maupun dikurangi volumenya.
Menaikkan harga
sembako sepertinya juga sebuah candu. Pemerintah terlalu santai dalam
menindaklanjuti proses demi proses yang dilalui rakyat kecil. Pemerintah berdalih
bahwa uang santunan yang tercantum di dalam BSM atau KIP, uang fakir miskin, bahkan
dana sosial dari Kementerian Sosial, lebih dari cukup untuk membuat rakyat
kecil hidup sejahtera. Data-data yang ada itu terkadang hanya baku di satu
tempat tetapi tumpul di tempat lain. Coba lihat di sekeliling, berapa banyak
rakyat kecil yang tinggal di rumah kumuh, makan nasi secuil namun tidak
memegang kartu BSM atau KIP, tidak terdata sebagai penerima bantuan sosial dari
program Keluarga Harapan.
Uang jaminan hidup
dari pemerintah pun jika ada yang menerima bukan diberikan bulanan namun
caturwulan bahkan semesteran. Berapa besarnya? Rp.300,000? Rp.600,000? Sampaikah
ke tarif Upah Minimun Provinsi? Dengan uang segitu “banyaknya” apa yang didapat
oleh rakyat kecil apabila cahaya lilin tiba-tiba menyala di sebuah ruangan. Seluruh
ruangan itu akan terang, terimbas, terinfeksi virus cahaya, perlahan-lahan
menggegoti tubuh sampai benar-benar padam dalam waktu lama.
Sembako yang naik –
saat ini gula – akan bertahan lama setidaknya baru turun setelah Idul Fitri 1
Syawal 1437 H. Jika benar-benar turun. Jika tidak rakyat kecil tak tahu ke mana
akan menjerit. Rakyat kecil kembali ikut arus mengikuti pergulatan oleh
pemerintah dengan iming-iming akan ada dana bahagia dari berbagai simpanan kas
negara.
Gula naik memang
perkara kecil, kawan. Tetapi tahukah bahwa kopi itu terasa sangat nikmat saat
sahur? Aroma kopi saja sudah membuat tidak mengantuk bagaimana setelah meneguk
secangkir lalu mulai beraktivitas di pagi buta. Rakyat kecil yang ke sawah, ke
ladang, ke laut, ke hutan, tak luput dari sejumput gula untuk mengaduk kopi
agar kafein itu menambah tenaga mereka.
Rakyat kecil akhirnya
benar-benar menikmati permainan ini seperti yang sudah-sudah. Saat semua harga
sembako naik, semua kebutuhan lain ikut-ikutan gelombang tersebut. Jeritan
mereka tertahan. Hanya nikmat yang tertekan saat mulut-mulut besar berkhotbah
bahwa hidup ini akan sejahtera di bawah pemerintahan nyata. Dari tahun ke
tahun, berlalu begitu saja. Pernahkah sekali harga sembako turun ke titik
terendah
setelah naik mendadak?
Nyawa rakyat kecil itu
ada pada sembako, kawan. Dapur mengebul tiap hari walaupun cuma menanak air
untuk membuat kopi. Rakyat kecil bahkan cukup meneguk satu kali tegukan kopi
untuk menarik pukat, untuk menarik cangkul, untuk menanam sayur-mayur yang
kemudian di jual dengan harga murah, bahkan tak cukup untuk membeli satu
kilogram gula, atau mungkin hanya cukup untuk membeli satu kilogram gula tetapi
tanpa dipenuhi oleh pernak-pernik lain di dalam kantong plastik itu.
Pada siapa kemudian
mereka mengadu? Hanya wartawan yang datang silih berganti meliput berita. Berita
tayang di mana-mana. Rakyat kecil menonton dirinya sendiri dengan bangga telah
masuk televisi. Tetapi di sudut hati yang lain, rakyat kecil mengeluh, suaranya
hanya untuk sebuah tayangan, untuk kebutuhan siar, untuk dipertontonkan tetapi
bukan untuk mengambil kesimpulan.
Berapa banyak tayangan
dan berapa orang narasumber yang telah bersuara. Di Sumatera, di Jawa, di
Kalimantan, di mana-mana. Beda suara tetapi satu tujuan, keluhan saja, sambil
tertawa tertahan, mendesah penuh harap, merayu dalam iba, lepas dari tayangan begitu
itu nama mereka diabadikan sebagai orang yang pernah masuk televisi oleh
orang-orang sekampung.
Adakah petisi saat
gula naik? Berapa yang akan tanda tangan petisi tentang sembako naik? Apakah
akan ada orang baik hati untuk menggalang dana dalam rangka mensejahterakan rakyat
kecil yang berjumlah jutaan di negeri ini?
Akankah terkumpul dana sampai ratusan juta? Apakah mengorbankan satu orang lebih baik dari
orang banyak?
Harga gula naik
seminggu lalu. Harga sembako lain bahka
n telah naik di awal Ramadhan. Tak ada petisi. Tak
ada aksi galang dana. Tak ada isu bahwa ini bencana nasional. Tak ada aksi
tanggap darurat. Tak ada penyelesaian karena ini bukan bencana alam yang
menimbulkan kelaparan, walaupun di dapur rakyat kecil hanya ada bongkahan
lantai dari tanah tak bisa dijadikan makanan halal. Cuma tersisa soalan harga
sapi yang menanjak menyengsarakan rakyat di kelas mereka yang sanggup beli
daging saja, itu yang
kemudian dicari solusi terbaik dan sebaik-baiknya. Hanya ada kisah anak pejabat ke luar negeri
dengan fasilitas negara dan memamerkan keangkuhan yang ada di dalam diri
mereka.
Bagaimana dengan
kami rakyat kecil ini?
” 

Baca Juga Gara-gara Kafe Jamban Saya Tidak Makan

Categories
Uncategorized

Tiga Pantai Favorit Keluarga Tiap Hari Raya di Aceh Barat

sunset di Aceh
Sunset di Aceh Barat sungguh indah sekali.
Lebaran
sebentar lagi. Hari Raya kemenangan untuk seluruh umat muslim yang telah
berpuasa selama sebulan penuh di Ramadhan. Lebaran adalah waktu bersantai
bersama keluarga, menjalin kembali silaturahmi, makan besar dan mengunjungi
tempat-tempat wisata yang indah. Salah satu tempat wisata yang layak dikunjungi
di Aceh adalah pantai, termasuk di Aceh Barat. Walaupun pantai di Aceh pernah
terkontaminasi oleh tsunami namun tetap saja menjadi objek wisata.

Hari
Raya nggak ramai jika belum ke pantai. Begitu kira-kira. Duduk manis di bibir
pantai memang memesona apabila bersama orang tersayang. Di Aceh Barat
setidaknya terdapat 3 pantai yang menjadi favorit keluarga tiap lebaran tiba.
Pantai Kuala Bubon
Pantai
Kuala Bubon terletak di Jalan Banda Aceh – Meulaboh, Desa Kuala Bubon,
Kecamatan Samatiga. Lokasinya masuk ke dalam sehingga hanya orang-orang kawasan
Meulaboh saja yang tahu. Sejatinya pantai ini telah punah saat tsunami. Pohon-pohon
banyak yang tumbang, karang yang bertabrakan di bibir pantai dan aroma laut
yang lebih gahar. Pantai ini tampil lebih eksotis karena nggak ada yang jualan
maupun keramaian khusus seperti di pantai lain. Orang yang datang ke pantai ini
khusus untuk bersantai, makan-makan yang dibawa sendiri dan mandi laut.  Mandi di pantai ini pun sangat hati-hati
karena karang yang tajam bisa menimbulkan luka. Belum lagi bicara binatang laut
yang bermain di antara karang seperti lintah laut dan lain-lain.
Pantai
Kuala Bubon menjadi salah satu pantai favorit untuk bakar-bakar ikan karena
tempatnya yang mudah menemukan peralatan bakar. Tempurung kelapa begitu mudah
didapatkan di sini. Suasana sepi ini membuat orang-orang sibuk dengan aktivitas
masing-masing tanpa merasa terganggu dengan yang lain. Orang-orang yang datang
ke pantai ini membawa semua perlengkapan dari rumah. Terlihat kelompok-kelompok
di bawah pohon kelapa. Apabila tempat yang teduh telah tidak kosong lagi,
pengunjung lain tidak akan singgah.
Pantai Suak Geudubang
Pantai
Suak Geudubang terletak di Jalan Banda Aceh – Meulaboh, Desa Suak Geudubang, Kecamatan
Samatiga. Pantai ini terletak di lintas jalan menuju Banda Aceh. Pantai yang
mudah dijangkau ini membuat keramaian tak dapat dibendung. Tidak hanya di hari
lebaran saja, hari-hari libur lain pantai ini cukup ramai. Pada hari tertentu
akan terlihat orang-orang jualan baju, permainan anak-anak, sampai dengan aneka
permainan anak-anak yang bisa disewa seperti kereta api, mandi bola dan main
pancing.
Siapkan
dana lebih besar jika ingin duduk santai di pantai ini karena semua kebutuhan
anak-anak tersedia di segala sudut. Belum lagi kafe-kafe yang menyediakan
makanan mulai dari mi Aceh, gulai kambing, dan aneka minuman. Tak dapat
dilupakan penjual keliling yang datang seperti penjual es krim, roti, buah-buahan
dan lain-lain. Macetnya pantai ini cukup terasa karena walaupun nggak kebagian
tempat duduk di kafe-kafe orang-orang masih bisa duduk lesehan dengan modal
membawa tikar dari rumah. Tempatnya yang asri dan teduh membuat keluarga lebih
memilih pantai ini daripada pantai lain.
Pantai Ujung Karang
Jika
nggak mau ke tempat yang jauh, Pantai Ujung Karang bisa menjadi alternatif
untuk mereka yang tinggal di Kota Meulaboh. Letaknya di dalam kota membuat
pantai ini ramai dikunjungi anak-anak muda. Pantai Ujung Karang memang terkesan
untuk memfasilitasi anak-anak muda yang sedang naik darah dalam bercinta. Terlihat
dari kafe-kafe di pantai ini yang diperuntukkan untuk kelas anak muda. Namun untuk
keluarga pantai ini juga bisa dimanjakan. Untuk yang suka berduaan, pantai
sebelah barat adalah solusinya. Untuk yang ingin ramai-ramai bersama keluarga
pantai sebelah timur adalah pilihannya.
Pantai
sebelah barat menghadap ke matahari terbenam. Di sini selain kafe-kafe juga
terdapat pemandangan lain seperti orang memancing menjelang malam. Pantai sebelah
timur, bersebelahan dengan pelabuhan barang, lebih cocok untuk keluarga karena
terdapat arena mandi. Di pantai ini menu makanan yang dapat dipilih antara lain
jagung bakar, mi Aceh, dan aneka minuman segar.

Inilah
tiga pantai favorit keluarga di Aceh Barat. Silaturahmi ke pantai telah menjadi
tradisi di sini. Bagaimana dengan di daerah kamu? 
Categories
Uncategorized

Memaafkan Obat dari Stres dan Sakit Kejiwaan

saling maaf memaafkan dalam islam
Maaf kata kunci kehidupan bahagia – pembelajar.com
Bulan Ramadan tentu telah dihiasi dengan momen maaf-memaafkan di awal bulan, bahkan di hari raya nanti momen ini berlangsung lebih khitmat. Namun, apakah memaafkan itu dilakukan pada momen tertentu saja?

Di awal Ramadan saling memaafkan agar amal ibadah selama bulan puasa langsung diterima oleh Allah. Hubungan manusia dengan manusia tidak akan diampuni oleh Allah sebelum manusia mencari maaf kepada manusia yang lain.

Di awal Syawal momen memaafkan lebih bernyawa karena Idul Fitri satu-satunya hari kembali ke suci setelah berpuasa – dan bisa dikatakan setelah beraktivitas selama satu tahun.

Kata maaf tidak akan berlaku jika kehidupan yang dijalani biasa-biasa saja. Kamu nggak bersinggungan dengan orang lain maka untuk apa perlu minta maaf.

Kamu sibuk dengan kehidupan sendiri maaf itu tak perlu diucap. Kamu nggak pernah membicarakan orang lain di kursi belakang, maaf itu tak perlu tersirat dan tersurat.

Kapan maaf itu perlu diucap? Saat kamu memulai sesuatu yang berkaitan dengan hidup orang lain. Kamu membicarakan kejelekan teman.

Kamu mencemooh usaha teman telah bekerja keras dalam mengais rejeki. Kamu merendahkan nasib hidup teman yang masih di bawah garis kemiskinan. Dan sebagainya.

Maaf itu hanya perlu untuk orang yang iri hati. Orang yang demikian memiliki kelainan dalam jiwa sehingga tidak tenang apabila belum mengatakan tentang sesuatu.

Sesuatu yang saya maksud adalah yang berkenaan dengan orang lain, kejelekan demi kejelekan.

Walaupun di awal Ramadan dan di Idul Fitri telah saling memaafkan namun lepas dari itu tetap memulai lagi kesalahan yang serupa.

Secuil saja hati orang lain tersakiti, minta maaflah kepadanya!

Hal terkecil bisa membuat hati panas. Tetangga baru beli sofa baru, suara sumbang akan datang.
“Uang dari mana?”
“Dia nggak bekerja kok beli sofa mahal!”
Dan seterusnya. Tentang apapun yang semula dianggap remeh namun menjadi kebiasaan. Memaafkan itu tidak memandang hari baik dan bulan baik. Setiap hari adalah memaafkan jika telah berbuat salah.

Budaya orang Korea Selatan yang tercermin dalam drama seri cukup kental sekali dengan sifat maaf-memaafkan.

Sedikit saja salah maka aktor atau artis akan menunduk sambil mengucapkan kata maaf. Drama memang tayangan televisi yang diangkat dari cerita fiktif atau benar nyata.

Namun itu adalah cerminan kehidupan secara universal di suatu tempat. Begitu terus-menerus sampai menjadi kebiasaan secara sengaja ataupun tidak.

Budaya memaafkan memang sangat enteng. Manakala telah banyak berbuat salah, sifat menunggu momen memaafkan dijalankan . “Nanti sajalah,” atau “Lebaran saja,”

Menanti-nanti momen membuat maaf yang terucap tak lagi wajar. Masalah yang semula muncul terlupakan. Diganti dengan masalah yang lain.

Padahal satu masalah adalah satu maaf. Banyak masalah adalah banyak maaf. Maaf itu adalah utang yang harus dilunasi secara tunai.

Utang seribu bayar seribu. Jika salah sudah tak terhitung bagaimana cara meminta maaf dan maaf mana yang perlu dilunasi?

Namun, sifat manusia memang saling memaafkan. Manusia mudah memaafkan walaupun sebagian masih menyimpan luka di dalam hati.

Kepala memang mengangguk tetapi hati belum tentu mengiyakan. Belum lagi jika berbicara perkara yang besar, sampai menyangkut dengan harga diri.

“Ketika dalam diri kita ada luka batin yang disimpan, dan karena kesombongan kita untuk tidak memaafkan, rasa marah itu akan tertanam dalam dan menggerogoti tubuh.” – Psikolog Susetyo dari GMS HRD Consultant –

Itulah iri dan dengki. Seakan-akan kita selalu merasa benar dengan apa yang dijalankan. Kita merasa yang dilontarkan untuk orang lain adalah sebuah kebenaran.

Orang lain telah berbuat salah tanpa melihat kronologis kejadian. Kita menghujat, mencaci-maki, membiarkan semua amarah menumpuk.

Giliran untuk meminta maaf kita berada di garis batas keegoisan karena pembenaran atas pola pikir yang keliru.

Kata maaf yang bertumpuk membuat kepala berat memikulnya. Pada suatu masa setelah itu kita akan memikirkan terlalu banyak kesalahan.

Sama tetangga depan rumah. Sama tetangga kiri dan kanan. Sama teman di kantor. Bahkan, sama orang tua – keluarga – di rumah.

Sama orang lain yang tak mungkin dicatat dengan baik di dalam kepala karena manusia memiliki sifat pelupa.

“Jika Anda tidak memiliki keinginan untuk memaafkan, stres akan memperburuk kesehatan mental Anda secara tidak tanggung-tanggung, yang akhirnya memperburuk kesehatan fisik juga. Sehingga, Anda tidak memiliki penangkal stres.” – Loren Toussaint, Profesor Psikologi Universitas Luther –

Stres muncul akibat menunda-nunda maaf karena penyakit jiwa telah dipelihara. Iri yang masih berkepanjangan. Dengki tak pernah putus dan egois membuat gigi gemerutuk.

“Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.” – Q.S. Al-Baqarah ayat 263 –

Coba kita praktekkan permintaan maaf dari drama Korea. Tiap salah, minta maaf. Begitu salah minta maaf. Beban itu kemudian tidak tertumpuk. Kita lepas dari cengkraman manusia.

Urusan dimaafkan bukan lagi tanggung jawab kita. Urusan sesama manusia telah terselesaikan.