perempuan, siapa pun Anda, semestinya mengulang kembali kisah lama dalam
keluarga. Karena poligami itu adalah karma. Percaya atau tidak, poligami tak
ubah seperti penyakit keturunan. Dari orang tua diturunkan kepada anak. Hanya saja,
poligami tidak menyangkut dengan aliran darah langsung seperti ayah menurunkan
kepada anaknya atau kepada cucunya anak kepada anak cucunya.
adalah penyakit “ayah” yang akan diturunkan kepada anak perempuannya – khusus pada
anak perempuan saja. Ayah tak lain adalah laki-laki yang menyakiti hati
perempuan yang telah dinikahinya. Tidak gampang mengatakan poligami itu “halal”
karena hati orang tidak semua sama. Sekarang menyetujui suami setuju mendua
namun di lain waktu bisa saja meminta perceraian.
ketika anak perempuan dipoligami oleh suaminya, Ayah yang memoligami semestinya
harus bersikap bijaksana. Ibu yang menyetujui ayah dari anaknya berpoligami
juga harus bisa menerima. Memang tidak ada dasar yang menguatkan bahwa poligami
adalah penyakit keturunan – penyakit kehidupan.
Namun ini terjadi secara
beraturan. Keluarga yang pernah berpoligami, akan berimbas pada keluarganya
poligami yang sama. Jika anak perempuannya menerima poligami, maka cucu perempuannya
akan dipoligami, jika cucu perempuannya tidak dipoligami, maka anak dari cucu
perempuannya akan dipoligami.
sudah semacam silsilah sebuah keluarga. Percaya atau tidak begitulah
kenyataannya. Enteng-enteng saja mengatakan bahwa poligami itu mudah
asalkan sanggup bersikap adil. Adil dari segi fisik (material) belum tentu adil
dari segi batin (termasuk hubungan suami istri). Tetapi, lebih dari itu semua, mana
mau seorang perempuan berbagi badan suaminya dengan perempuan lain?
gampang melakukan poligami. Jika laki-laki yang hanya memiliki anak
laki-laki tentu tak berimbas. Jika laki-laki memiliki anak perempuan, lihatlah
bagaimana anak perempuannya dipoligami.
Tidak gampang saat seorang
perempuan mengurus anak dan rumah tangga sedangkan suami di rumah istri kedua. Tidak
mudah melerai perkelahian kecil anak-anak saat suami sedang berada di
rumah istri pertama.
Tidak bisa meratakan baju mahal untuk semua anak dalam
sekali lebaran. Jika semudah membalik telapak tangan membeli emas 10 mayam
untuk istri pertama dan kedua. Tidak mungkin membeli mobil mewah untuk dua
orang istri dalam waktu bersamaan.
Jika pun mungkin; istri pertama akan
mengatakan mobilnya lebih bagus, kedua akan mengatakan emas miliknya ditempa
lebih ulet. Dan seterusnya.
sudah dihalalkan dalam agama. Namun poligami adalah penyakit sosial yang kadang
tak terlihat. Istri pertama cerita pada temannya, istri kedua cerita pada
temannya juga. Dari cerita-cerita itu akan tersampaikan pula iri dan dengki
berkepanjangan. Bertemu muka saling sapa, saling berlomba memoles wajah dengan
hiasan mahal. Berpaling muka saling mengisyaratkan hati masam.
ini dianggap tak pernah terjadi?
perempuan tiada yang tahu. Laki-laki mudah saja memoligami. Tinggal melafalkan
akad nikah. Tinggal serumah. Cari nafkah.
ke hukum karma di atas, percaya atau tidak percaya. Realitanya kita lihat saja
kata dunia. Agama boleh berkata halal.
Namun dunia berkata lain. Ego
sekali bisa berakibat fatal berkali-kali. Ayah berpoligami dengan bahagia, anak
perempuan belum tentu menerima dipoligami oleh suaminya!