Rahim wanita cantik selalu jadi incaran. Rahim wanita untuk menampung benih pria. Rahim wanita melahirkan bayi. Rahim wanita banyak lahirkan anak bagaimana bentuknya?
![]() |
Ilustrasi – hipwee.com |
![]() |
Ilustrasi – hipwee.com |
![]() |
Kesedihan wanita. |
![]() |
Keluarga bahagia – tumblr.com |
![]() |
Kisah Cinta Wanita – vemale.com |
Pada pusara yang enggan kusebut di mana letaknya. Di tengah padang pasir dengan sejuta pesona menyilaukan. Di sana pula, aku berdiri dalam khayalan tingkat tinggi.
Sebuah tanya. Mungkin saja aku tak perlu menjawabnya. Tanya itu lumrah ditanyakan. Tanya itu mungkin bisa kuabaikan saja. Tapi dia butuh kepastian tentang jawaban. Tentang pernyataan. Tentang ungkapan perasaan.
Berbeda saat aku bersama teman-teman wanita yang lain, bersamanya aku tidak merasakan tali persahabatan yang berarti. Sikap itu pun mendadak berubah setelah kuterima pesan darinya. Bukan cuma sekali, sedikitnya tiga kali dia bertanya dan meminta jawaban.
Jika tidak kujawab, dia akan mengirim pesan beruntun, seolah-olah di antara kami telah terjadi sesuatu yang sangat menarik.
Apapun yang
aku lakukan selalu diketahuinya tanpa kuketahui bagaimana cara dia mengetahui
hal itu. Bisa kukatakan, aku adalah wanita terbahagia saat ini.
Walaupun kami
belum dikaruniai seorang anak tetapi kami sangat menikmati masa-masa indah
selama delapan pernikahan.
![]() |
Ilustrasi. |
Kami
bahkan pulang pergi ke Kuala Lumpur untuk mengobati penyakitnya. Bukan tanpa
alasan aku dan dia ke luar negeri untuk berobat.
Desas-desus yang kudengar di
sini, banyak orang yang sembuh setelah terbang ke negeri jiran. Aku tak mau
membuang kesempatan ini.
Dia adalah sesuatu yang tak mungkin kuabaikan. Pucat wajahnya
sama dengan pucat wajahku juga. Kurus badannya akan menular ke kurus badanku
juga.
Dia tidak tidur menahan sakit, aku pun melakukan hal yang sama.
Sifat posesifnya semakin hari semakin menanjak naik. Tak hanya itu, uang
jajan yang kukasih tak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhannya.
Dia bahkan
memegang kendali kartu ATM milikku. Aku nggak ambil pusing karena sangat
percaya kepadanya. Kepercayaan yang kemudian kusesali karena tabiat dia yang
ternyata tak pernah puas.
Dia mencari kesenangan di luar rumah dengan memamerkan semua milikku.
Dia
mengendarai mobil dengan angkuhnya di belakangku bersama wanita yang belum
kuketahui jelasnya.
Dia tertawa-tawa di pusat perbelanjaan maupun rumah makan
mahal dengan tabungan di rekeningku.
Aku curiga kenapa mobil kami selalu membekaskan aroma
berbeda dari parfum yang kusemprotkan pada diriku atau dirinya.
Begitu sebuah
tanya kulontarkan, dia memetik emosi sampai ke langit ketujuh. Dia marah-marah
tanpa sebab padahal aku cuma mengeluarkan sebuah pertanyaan saja.
Padahal jelas-jelas rekanku
sebentar lagi akan menikah dengan kekasih wanitanya. Namun aku tak
membesar-besarkan masalah itu.
Dia selalu
curiga aku selingkuh. Dan kemudian dia sering menerima telepon lalu membual
tawa membahana sampai larut malam.
Tanpa kutanya, dia mengatakan seorang teman
menelepon karena ingin curhat. Curhat yang akhirnya selalu terjadwal.
Aku masih
percaya – setengah percaya – dalam waktu yang lama sampai sebuah pesan kubaca
tak sengaja. – Abang kapan pulang ke mari? Adek kangen banget lho! – Begitu
kira-kira pesan yang kubaca saat dia tertidur pagi hari.
Aku teriak sekuat
tenaga. Tak kupedulikan tetangga mengangga. Tak kuhiraukan apapun selain sebuah
kepastian.
Seorang wanita
tinggi semampai. Seorang wanita cantik jelita menurutnya. Seorang wanita yang
lembut kasih sayangnya, baginya. Seorang wanita yang telah memberikan semua
hasrat kepadanya. Sedangkan aku?
Itu
juga rumahku, aku yang membeli rumah itu dengan simpanan yang tak kukasih tahu
kepadanya waktu itu.
Ayah menduakan
ibuku sewaktu aku masih di dalam kandungan. Menikah dengan ibu tiri yang kini merajuk
kepadaku jika tak ada pemasukan dari usahanya membuka kios kelontong.
Kucabik-cabik raga untuk melupakan semua yang kurasa. Aku tak
lagi senang. Aku tak terbungkus lagi dalam bahagia. Semua telah usai. Dan gemuk
badanku turun drastis.
Dia ngotot untuk
tidak membagi padahal jelas-jelas rumah, mobil dan bahkan seluruh tubuhnya
berisi uang dari kerja kerasku. Dia membantai aku dengan kalimat demi kalimat
yang tak bisa diterima akal sehat.
Naif sekali pria berpendidikan pascasarjana
mengeluarkan kata-kata tak berbobot. Aku terima umpatan-umpatan itu. Aku terima
saat dia mengatakan aku mandul.
Dia seakan-akan lupa perkataan dokter kandungan
yang mengatakan dirinya tak kuat untuk bertarung dalam perang sesungguhnya untuk
mencapai mulut rahim.
Aku survive untuk melanjutkan hidup
tanpa dia. Kulihat kiri dan kanan yang terus mengabdi pada hidup, aku pun
demikian.
Tekadku kemudian adalah mempercantik diri. Terserah orang mau bilang
aku balas dendam karena dikata tak cantik dan gemuk oleh pria yang pernah menjadi
suami itu. Aku benar-benar butuh sesuatu yang baru.
Aku memulai hidup yang baru. Aku telah move on walau belum penuh
seutuhnya. Dan dia?
Aku tak mau berhadapan lagi dengannya setelah sekian aroma
perih yang ditebarkan sampai aku tak mampu beranjak.
Salah dia sendiri memulai
apa yang sebelumnya dia yakini aku yang berbuat. Deritanya jika tak punya uang
setelah mencampakkan aku.
Pulang saja ke istri kedua itu jika butuh pelukan
hangat. Tak usah tebar pesona pada kehangatanku yang dianggap angin lalu tak
berbekas.
![]() |
Ilustrasi. |
![]() |
Ilustrasi. |
Kami
duduk manis menanti bakso disajikan. Aroma kuah bakso lumayan sedap. Para pembeli
datang tak keruan. Beragam usia menikmati sebongkah bakso dengan lahap
diselingi gelak tawa.
Di kelompok kami pun tawa itu tak padam. Entah karena
suara perut atau memang suara isi hati yang ingin melepas lara. Celutuk-celutuk
kian menjadi-jadi sampai si Cantik kembali mengeluarkan “fatwa”nya yang aduhai.
Berulangkali
si Cantik merasa bahwa dirinya sangat didiam-diamkan oleh semua pria. Poin cowok-cowok
yang lihat dia terus sepulang gym itu nggak masuk akal bagi saya. Saya
balik bertanya karena saya merasa bahwa tempat gym bukan untuk
pamer-pamer diri bermake-up
tebal. Lagian pria yang dimaksud si Cantik berapa orang sih?
Apakah semuanya
ganjen? Apakah semuanya nggak setia? Apakah semuanya mata keranjang? Apakah
semuanya jomblo? Apakah semuanya sudah menikah? Ingin saya utarakan rentetan
pertanyaan tersebut namun urang saya lakukan.
Bahkan, pertanyaan berikutnya
muncul. Apakah cuma dia saja yang “cewek” di tampat gym itu? Apakah
hanya dia saja yang merasa diperhatikan? Bagaimana dengan cewek lain?
Selera orang – pria – beda-beda lho Cantik!
Hampir semua pria yang
ada di akun facebook si Cantik adalah mantan pacar yang telah dia buang,
walaupun pria ganteng tersebut sedang menggendong bayi. Manipulasi data si
Cantik ini terkuat saat seorang cantik lain sengaja memancing di air bening.
Temannya
si Cantik ini, juga teman saya, berteman dengan pria yang lumayan ganteng di
facebook dan “mantannya” si Cantik. Saking kesalnya teman saya dengan
cerita-cerita si Cantik yang mengaku kencan di tempat-tempat romantis dengan
pria ganteng tersebut, teman ini dengan tegas bertanya kepada si pria. Jawabannya?
Siapa dia?
![]() |
Perempan dan HIV |
![]() |
Gambar ilustrasi. |
Di antara kami bersepuluh,
tiga yang belum berkeluarga, termasuk saya. Sedikit sensitif bicara soal ini,
karena mahar
di Aceh tak cukup seperangkat alat salat saja.
Tiga yang lajang ini, duanya
perempuan, seorang sudah bertunangan dan seorang lagi sedang menunggu burung
terbang pulang ke sangkar dari perjalanan jauh. Dari sepuluh ini, tiga adalah
laki-laki, dua bapak-bapak yang ngomongnya selalu menjurus ke hal-hal
pembicaraan “tengah malam” dan enakin badan.