Penumpang bawa turun sendok Garuda Indonesia. Penumpang bawa turun sendok pesawat. Bolehkah penumpang bawa turun sendok pesawat terbang?
Hal aneh di dalam pesawat bisa dialami oleh siapa saja. Pesawat terbang yang menyediakan makan gratis bisa menjadi rebutan. Pertanyaannya, bolehkah bawa turun sendok atau garpu bekas makan di dalam pesawat?
Peawat yang bersiap untuk terbang – Photo by Official Twitter Bandar Udara Sultan Iskandar Muda
Pulang
dari Denpasar, Bali, 11 September 2016 membawa syahdu yang merindu kalbu. Entah
kenapa, terasa ada yang kurang dan tersisa di Pulau Dewata. Empat hari
menjelajah dari panorama sawah menuju Tanah Lot, bukit menggulung ke Pura Ulun
Danu Bratan dan tentu saja kemewahan di segenap penjuru Nusa Dua. Saya
telah terpisah dengan dua karib. Pandu yang stay
di Denpasar cuma melambai-lambai manja begitu malam menjelang di hari terakhir
kami bertemu. Sandi yang memiliki
penerbangan berbeda mesti menunggu dengan sabar di Terminal Keberangkatan
menuju Malang. Saya langsung check in di konter agar bisa segera boarding
menuju Aceh, tanah tercinta.
Waktu
keberangkatan telah tiba. Petugas bandara memanggil seluruh penumpang Garuda
Indonesia tujuan Jakarta untuk segera memasuki pintu pesawat. Saya bergegas
mengantri di antara wisatawan domestik dan mancanegara.
Naik Pesawat Garuda Indonesia Gratis Siapa yang Tidak Mau?
Di antara mereka ada
yang pakai jilbab dan berpakaian seksi. Giliran saya memberikan boarding
pass kepada petugas bandara. Memasuki ke lorong menuju pintu pesawat, rasa jet
lag tiba-tiba mendera. Masuk ke dalam pesawat, saya merasa sedikit baikan,
entah karena diterpa hawa dingin atau karena aura lain. Saya mencari seat
di bagian paling belakang.
Tak perlu heran sih, walaupun saya termasuk
cepat check in dan mendapatkan kursi paling belakang. Mungkin saja
penumpang lain kebanyakan telah check in secara online.
Garuda Indonesia – Photo by Bai Ruindra
Saya
menghempaskan lelah di seat baris kelima dari kamar kecil. Lagu-lagu
kebanggaan negeri kita diperdengarkan dengan sayup-sayup. Saya memperhatikan
suasana yang sibuk di Bandar Udara I Gusti Ngurah Rai.
Ada pesawat yang baru saja landing. Mobil yang menarik troli menepi dari pesawat kami setelah
menempatkan barang di bagasi. Petugas bandara melambai-lambai dengan mesra.
Seat yang belum terisi penuh – Photo by Bai Ruindra
Satu
lagu habis berganti lagu lain. Lagu Ayam Den Lapeh menyeruak di antara
penumpang yang mencari seat. Di samping saya telah duduk dua orang yang
usianya tidak jauh beda dengan saya. Tampaknya, mereka dari Timur Tengah.
Si pria
memiliki hidung mancung dan rahang yang kokoh. Warna kulit lebih terang dari
warga pribumi atau keturunan campuran. Si wanita memakai jilbab lebih panjang
dan pakaian yang sangat longgar. Keduanya terlihat mesra dan membuat saya iri.
Lima
menit saya menunggu belum juga ada kawan di dua seat kosong. Seat
ini tetap kosong sampai saya mendarat di Bandar Udara Soekarno-Hatta, Tangerang,
Banten.
Di atas awan bersama Garuda Indonesia – Photo by Bai Ruindra
Saya
– kemudian – menikmati kembali kesendirian. Perjalanan yang cukup lelah ke
Jakarta sebelum berlanjut ke Banda Aceh. Garuda Indonesia yang kami tumpangi
mulai menarik diri dari parkiran. Ia mengitari ‘arena’ panjang, menepi ke
lautan yang menampakkan Pantai Kuta, lalu berdiri tegak sebelum gas ditangcap.
Menikmati awan dan gunung yang tinggi – Photo by Bai Ruindra
Kejadian Lucu di Pesawat Garuda Indonesia
Tiba
waktu yang dinanti, pramugari yang cantik dan ramah membagikan menu spesial
untuk kami santap. Saya memilih nasi dengan ayam, minum juice apel. Goyangan
pesawat plat merah ini membuat saya tertegun sesaat.
Awan putih terlihat
mengambang dari kaca jendela. Sesekali badan pesawat bergetar memasuki kumpulan
awan yang hampa. Saya yang biasanya makan cukup lama dibuat lebih lama lagi. Saya
menyendok dengan perlahan-lahan.
Menghabiskan makanan itu tanpa sisa dan
meminum juice apel sampai habis lalu meminta air putih kepada pramugari.
Menu yang enak di angkasa – Photo by Bai Ruindra
Ribut-ribut
di belakang saya terdengar tidak teratur. Saya memalingkan wajah sejenak. Tampak
pramugari sedang berdebat dengan seorang ibu yang duduk di belakang pasangan
Timur Tengah tadi.
“Saya
sering kok bawa pulang ini!” suara ibu-ibu itu melengking. Pramugari yang
menangkap basah ibu itu membawa pulang entah apa itu tampak pias.
“Mohon
maaf, Ibu, maskapai tidak membenarkan penumpang membawa turun apapun dari dalam
pesawat,” nada bicara pramugari itu tetap teratur.
“Saya
sudah bilang, kemarin-kemarin nggak masalah kok, kenapa pula kali ini
nggak boleh?” ibu-ibu itu tetap ngotot mau membawa turun apa yang telah
diambilnya.
“Kami
pastikan kenyamanan penumpang, Ibu. Kru pesawat juga menjamin keamanan dan
kenyamanan penumpang. Namun, barang-barang yang ada di kabin hanya bersifat
sementara bukan hak milik penumpang!” tampak pramugari itu mencapai batas
kesabaran.
“Saya
selalu naik Garuda kok, Mbak. Biasanya nggak ada masalah!” lho,
ibu-ibu itu tetap keukeh pada pendiriannya. Pramugari mendorong troli
makanan ke samping saya. Saya memberikan tempat makan beserta kawan-kawannya
kepada pramugari yang tersenyum manis.
Sayap yang mengepak di atas laut – Photo by Bai Ruindra
“Kenapa?”
tanya pramugari yang mengambil tempat makan saya kepada temannya.
“Ibu
itu mau bawa pulang sendok dan garpu,” ujarnya setengah berbisik namun cukup
bisa saya dengar.
Aduh,
luar biasa keren jika ibu-ibu itu bisa membawa landing sendok dan garpu
berlogo Garuda Indonesia. Saya kayak mau bawa pulang juga. Saya mau
pamer-pamer ke orang-orang pernah naik pesawat ekslusif Indonesia ini. Saya
taruh di lemari kaca kek, atau di gantung dekat ruang tamu biar
benar-benar norak.
Tampaknya,
aksi ibu itu menyimpan sendok dan garpu ke dalam tasnya telah digagalkan. Misi yang
berdarah hati. Benar memang, semakin sering kita naik pesawat terbang, semakin
aneh-aneh tingkah laku penumpang. Biasanya saya hanya mendengar anak-anak
menangis maupun suara orang mengucap syukur begitu pesawat landing
sempurna.
Lautan yang membelah – Photo by Bai Ruindra
Saya
kembali fokus pada hiburan di layar 10 inci. Nonton film lebih menarik daripada
mendengar celoteh penumpang lain. Rasa kantuk setelah makan tidak datang saat
itu.
Aba-aba akan mendarat di Cengkareng juga belum ada. Awan putih menebal di
mana-mana. Bandar Udara Sultan Iskandar Muda masih sangat jauh dari yang saya
khayalkan.
Pantai Pulau Kapuk di Aceh yang indah – aceh.tribunnews.com
Aceh
telah mengeluarkan larangan perayaan malam pergantian tahun. Larangan tahun baru di Aceh ini pada dasarnya
mengacu kepada aktivitas negatif yang ditimbulkan. Kamu yang telah membuat
rencana akan ke Aceh akhir tahun jangan khawatir. Predikat Destinasi Halal
Dunia telah digenggam Aceh dan kamu akan mendapatkan sesuatu yang menarik serta
unik saat berada di Aceh.
Malam
tahun baru tidak selalu harus manis-manis dengan kembang api memecah angkasa. Kamu
hanya perlu membuat resolusi apa di tahun depan. Dirayakan ataupun tidak tahun
2017 juga akan datang setelah 31 Desember 2016. Di Aceh sendiri suasana ini
tentu berbeda, kamu tidak akan mendapatkan orang-orang berjualan terompet,
kembang api secara terang-terangan. Aura Aceh tetap terjaga dengan baik
sehingga kamu bisa berbaur dengan mudah.
Jika
kamu ke Aceh akhir tahun nanti, kamu bisa kok menggerakkan asa untuk
melakukan tips-tips menarik ini.
Warung Kopi Tak Pernah
Pudar Warnanya
Aceh
telah dikenal sebagai kota seribu warung kopi. Kamu ke warung kopi saja malam
tahun baru maka kamu akan aman. Warung kopi dengan internet gratis akan sesak
di malam pergantian tahun. Bahkan, ada yang telah booking tempat di
jauh-jauh hari agar dapat menghabiskan malam bersama teman-teman. Warung kopi
di Aceh menjadi tempat nongkrong termenarik karena banyak hal yang bisa kamu
lakukan di sini.
Kamu
mau merencanakan perjalanan besok hari, warung kopi adalah tempat terbaik. Kamu
mau bermesraan saja, warung kopi juga tidak membuat kamu dicaci-maki sampai
ditangkap polisi syariat. Kamu bahkan dapat duduk di warung kopi malam
tahun baru sampai 24 jam. Mau kamu pesan secangkir kopi, sepiring mi, atau juice
buah, kamu tidak akan dikenakan biaya tambahan.
Warung kopi di Aceh yang buka 24 jam – glory-travel.com
Sisi
menarik kamu merayakan tahun baru di Aceh dan cuma stay di warung kopi
adalah kamu lebih hemat. Tahu-tahu sudah lewat pukul 00.00 dan masuk ke tahun
2017. Kecuali kamu makan terlalu banyak dan siapkan budget untuk itu. Berbeda
dengan kamu yang hura-hura dengan kembang api, habis satu tumbuh seribu, dari
yang kecil sampai yang besar, dari ribuan sampai ratusan. Dibakar, melayang di
udara, habis masanya. Di warung kopi kamu kenyang, terbahak, tak ada perasaan
hamba atau perenungan masa ke masa, kamu cukup menuliskan rencana di tahun
depan mau melakukan apa.
Pantai Aceh Tetap Buka Kok
Aceh kan melarang perayaan tahun baru? Tetapi pantai-pantai di Aceh tetap
buka kok pada hari tanggal 1. Warga Aceh yang dalam masa liburan akan
menghabiskan tenaga, waktu dan uang di pinggir pantai. Dari pagi sampai sorenya
pantai di Aceh akan didapati oleh warga yang ingin merasakan kenikmatan bersama
keluarga maupun bersama teman-teman. Pantai di Aceh terbuka untuk umum dan
tidak ada pengawasan dari polisi syariat karena semua orang paham betul
apa yang mereka kerjakan. Kecuali, mereka yang bandel duduk manis manja di
bawah pohon rindang tempat sepi, warga sekitar akan menjadi polisi syariat
itu sendiri. Soal ini sih kesalahan bukan pada hukum Islam di Aceh,
bukan pula pada tahun baru tetapi pada orang yang memang mau mengerjakan hal
ini. Warga yang melerai pertemuan manja itu memberikan dampak positif agar
pasangan tidak melakukan hal-hal negatif. Kamu pasti tahu maksud saya ini.
Pantai Lampuuk, salah satu pantai indah di Aceh – agogo-travelnista.blogspot.co.id
Pantai-pantai
di Aceh yang bisa kamu kunjungi di hari tahun baru cukup banyak lho. Di
Banda Aceh dan Aceh besar terdapat Pantai Lhok Nga, Lampuuk, Ujong Batee, Pasir
Putih dan lain-lain. Pantai-pantai ini akan dijadikan rencana terbaik untuk
menggelar tikar, bakar ikan, mencicipi jagung bakar, atau mandi laut sampai
puas. Penjual di area pantai juga menawarkan harga dengan tinggi selangit, kamu
siap-siap terkejut dengan ini.
Sabang yang Indah Pilihan Terbaik
Liburan
ke Aceh akhir tahun wajib ke Sabang. Jarak yang dekat dengan Banda Aceh membuat
Sabang menjadi destinasi terbaik. Sabang menawarkan banyak pilihan untuk kamu. Biota
laut yang indah. Ombak yang menderu cantik. Semua dapat dinikmati dengan segala
rasa. Cukup menikmati aura Aceh yang kental kamu akan merasakan betapa eratnya
pelukan angin di Sabang.
Ikan di karang Sabang – agogo-travelnista.blogspot.co.id
Sabang
hadir dengan beberapa pilihan, Pulau Weh, Iboih, dan destinasi lain tetapi
dibalut dengan hukum Islam yang kentara. Sesekali kamu boleh mencicipi kekhasan
ini, berbaur keindahan alam dengan hukum agama yang kental. Kamu akan
membedakan sendiri liburan seru di Aceh
dengan di tempat lain.
Kuliner Aceh Tak Pernah
Sepi
Kuliner
Aceh nggak cuma mi saja kok. Kamu dapat mencicipi beragam kuliner lain
yang dijajakan dengan harga ramah kantong. Mi Aceh dengan tambahan kepiting
memang sangat menggiurkan untuk disantap bersama keluarga di malam pergantian
tahun baru. Kamu yang ingin merasakan suasana lain bisa saja mencoba sate
Matang yang memiliki ciri khas tersendiri.
Sate Matang yang lezat – senangmasak.com
Malam
tahun baru rumah makan maupun tempat-tempat yang biasanya menyajikan kuliner
Aceh akan padat. Karena aturan main tidak ada perayaan malam tahun baru makan
tujuan terbaik adalah tempat makan. Kamu yang telah merencanakan mi Aceh maupun
sate Matang jauh-jauh hari, harus menggerakkan badan lebih cepat daripada sesak
sampai di tempat tujuan.
Liburan
akhir tahun di Aceh nggak selalu dengan kembang api. Kamu yang butuh suasana
yang berbeda, jauh dari hiruk-pikuk, Aceh adalah destinasi halal yang bisa kamu
kunjungi. Beda itu ciri khas. Aceh bangga dengan perbedaan ini.
Pantai Pulau Kapuk dipoles dengan sangat romantis – wulanafriyanti.blogspot.co.id
Destinasi wisata halal terbaik dunia jatuh kepada Aceh dalam ajang bergengsi, The World Halal Tourism Awards 2016. Aceh menang dalam kategori World’sBest Halal Cultural Destination
dengan mengalahkan Azerbaijan, Malaysia, Palestina dan Arab Saudi. Hanya Aceh
saja yang terlihat ‘kerdil’ di antara nominasi lain. Aceh bertarung melawan
negara-negara Islam dunia dengan kekuatan masing-masing. Aceh sendiri hanya
provinsi paling barat di Indonesia yang memiliki keistimewaan khusus, atas
dasar Undang-undang Nomor 11 tahun 2006 dengan 273 pasal tentang Undang-undang
Pemerintah Daerah bagi Aceh secara khusus.
Kemenangan
Aceh sebagai daerah tujuan wisata halal dunia memiliki kemewahan tersendiri. Arab
Saudi bukan lawan yang bisa dianggap enteng. Arab Saudi dari dulu telah
memiliki hukum Islam dan dipandang sebagai ‘kiblat’ ajaran Islam selain memang
di sana letak Kabah sebagai kiblat umat dalam beribadah. Negara tetangga
Malaysia terlalu gagah untuk ‘digagahi’ dalam kemenangan ini. Kuala Lumpur
bahkan mempunyai bandara terbaik untuk saat ini. Turis yang mendatangi Kuala
Lumpur jauh lebih besar dibandingkan Aceh yang masih terseok-seok karena
kendala tertentu, misalnya tidak boleh berbikini di pantai
Aceh. Aturan baku yang ada di Aceh kemudian menjadi ketakutan
tersendiri bagi turis yang ingin menikmati alam Aceh. Namun, begitulah ciri
khas yang harus dipertahankan Aceh. Jika berbicara tentang Aceh, maka identitas
ini yang akan diingat. Identitas apa? Saya akan ukir dengan kanvas terbaik
seperti lukisan sunset di Pantai Lampuuk atau dunia bawah laut di Pulau
Weh.
“Kamu
dari Aceh ya?” orang yang saya temui selalu terbinar begitu tahu saya terbang
dari ujung Sumatera. Bagi mereka, selain tsunami Aceh memiliki makna
tersendiri. Tentu saja tentang syariat Islam yang telah berlaku
berdasarkan Undang-undang Nomor 44 tahun 1999 dan Undang-undang Nomor 18 tahun
2001. Aceh memikat untuk diselami makna tersirat dan tersurat.
“Bagaimana
Aceh setelah tsunami?” tiap saya keluar Aceh karena berkah menulis, pertanyaan
ini selalu mampir dengan indah sekali. Padahal, keseharian saya dan masyarakat
Aceh pada umumnya telah melupakan tsunami jauh-jauh hari. Aceh cukup cepat
bangkit berkat dukungan dari seluruh dunia. Pembangunan di Aceh
menyentak-nyentak dada. Tata kota semakin rapi. Daerah wisata yang berdampak
tsunami dipoles dengan sangat elok. Kamu yang masih penasaran dengan kondisi
Aceh pascatsunami, saya tunggu di terminal kedatangan Bandara Sultan Iskandar
Muda yang baru saja mendapatkan gelar Bandara Halal Terbaik Dunia di ajang yang
sama.
“Di
Aceh nggak boleh pakai pakaian ketat ya?” teman saya yang perempuan sering
bertanya demikian. Wanita Aceh pada umumnya memang tidak memakai pakaian ketat
dan tunduk kepada aturan syariat. Satu dua wanita yang membandel itu
adalah perkara personal yang mau atau tidak untuk diluruskan. Tetapi jika kamu
akan ke Aceh aturan ini ‘sah-sah’ saja dilanggar. Namun sebagai tamu istimewa
di daerah istimewa pula tentu saja kamu paham betul letak tata krama. Walaupun
hanya ke Aceh saja kamu memakai hijab dengan manik-manik permata, bagian
ini membuat kamu berbaur dengan kami yang selalu menghormati hukum Islam di
sini.
“Mi
Aceh sangat enak ya?” soal perut tentu saja kamu sama dengan teman-teman saya
yang lain. Mi Aceh menjadi menu terfavorit dan selalu diburu jika ke Aceh. Tetapi
yang terpenting bukan saja itu, kamu yang ke Aceh nggak perlu khawatir restoran
tidak halal. Kehalalannya terjamin sempurna. Tempat makan di pinggir jalan pun
sudah berlabel halal walaupun tidak ada ikon khusus. Kamu bebas keluar masuk
rumah makan karena tidak akan menemukan kategori B1, B2 dan B seterusnya yang
membuat khawatir.
Saya
selalu bangga dengan titel Aceh. Titel istimewa yang diberikan secara hukum
tidak hanya tertulis begitu saja. Orang-orang Aceh memang sejak dulu telah
berpegang teguh kepada Islam. Orang Aceh bisa mengajak kamu adu parang jika
mengatakan “Kamu Islam KTP!” dalam sebuah
candaan. Orang Aceh mau berdebat tentang hukum Islam sampai leher berurat di
waktu yang sama azan terdengar dari masjid. Islam dan Aceh tidak bisa
dipisahkan walaupun kamu mengulang sampai ke sejarah peperangan Belanda dengan
lawan tak seimbang dan tipu muslihat Teuku Umar dan kekuatan ‘sihir’ Cut Nyak
Dien.
“Pantai
di Aceh masih bagus setelah tsunami?” bahkan, kamu akan merasakan tidak ada
bekas tsunami di pantai-pantai yang telah menjadi destinasi wisata. Pantai-pantai
di Aceh memiliki pesona yang larut dalam keangkuhan dan kelembutan. Ombak yang
besar menggulur pasir sampai ke bibir pantai. Lautan seakan menari dengan irama
bermelodi memuji dan bertalu-talu meraih simpati dalam kepongahan dalam
dirinya.
“Jangan
bercanda dengan air laut!” orang tua kami selalu berujar demikian. Candaan yang
dimaksud semacam ucapan, “Ayo kejar aku!!!” dan sejenisnya. Kalimat serupa
sangat tabu di bibir pantai dan ombak besar akan menari dengan beat cepat.
Aceh
menang dalam destinasi halal dunia karena kami memang unik dan menarik. Sebagian
besar teman saya dari blogger atau bukan, selalu punya hasrat ingin ke Aceh. Selain
Masjid Raya Baiturrahman, jejak-jejak tsunami dan kuliner yang menggugah rasa,
Aceh menyimpan misteri yang belum terkuat habis. Sejauh ini pula, Aceh telah
sering bergentayangan di salah satu program televisi swasta. Pantai-pantai Aceh
di eksplore dengan cara berbeda dengan view yang menarik dari berbagai
sudut, termasuk dari udara melalui drone.
Pesona lain di Pantai Pulau Kapuk Aceh – lihat.co.id
Layakkah Aceh Menang sebagai Destinasi
Wisata Halal Dunia?
Tentu.
Bukan karena saya orang Aceh tetapi dari beberapa sudut pandang, Aceh memang
layak menang. Dalam sebuah kompetisi perlu aroma baru dan Aceh masuk ke dalam
menu terbaru tersebut. Aceh sedang berada di atas puncak promosi wisata halal
dengan berbagai kegiatan maupun pembenahan di mana-mana. Negara nominasi lain
telah cukup terkenal di dunia dan sangat disegani dengan keislaman mereka. Kini
saatnya Aceh menampakkan taring seperti vampire yang meracuni siapa
saja.
Aceh telah Syariat Islam
Aceh
telah menerapkan hukum Islam seperti tertuang dalam undang-undang di paragraf
sebelumnya. Syariat Islam di Aceh berkenaan dengan ibadah, hukum
keluarga, hukum perdata (mualamah), hukum pidana (jinayah),
peradilan, pendidikan, dakwah, syiar Islam dan pembelaan Islam.
Ketentuan pelaksanaan syariat Islam diatur dalam Qanun.
“Bagaimana
dengan kami yang ingin ke Aceh?” teman wanita terlalu khawatir akan ditangkap
polisi syariat jika ke Aceh. Sebenarnya tidak ada yang perlu
dikhawatirkan. Aceh ya Aceh. Islam ya Islam. Kamu bukan seorang muslimah untuk
apa dipaksakan memakai kerudung jika tidak mampu melakukannya. Sekadar
menghormati, saya sarankan untuk mengenakan selendang yang menutupi anak rambut
agar tidak beterbangan di udara Aceh yang sejuk dan tiba-tiba panas.
“Datang
saja, aku akan menjaminnya!” saya berani memberi jaminan bahwa kamu akan aman
di bawah hukum Islam. Sebagai perbandingan, keturunan Cina itu sangat banyak di
Aceh. Mereka berada di bawah payung yang memberi ketenangan dalam bekerja,
belajar bahkan beribadah.
Apakah wanita Cina di Aceh berjilbab? Tentu saja tidak. Mereka berada di luar batas
kemampuan syariat untuk mengaturnya. Hanya saja, saat bulan puasa mereka
‘dipaksa’ untuk menghormati umat Islam. Tetapi, orang-orang Cina tersebut mudah
berbaur dengan hukum yang berlaku dan mereka juga masih kaya raya kok!
Aceh
sebagai daerah satu-satunya yang menerapkan hukum Islam di Indonesia memberikan
imbas cukup besar. Aceh kemudian menjadi patokan untuk memulai hukum Islam. Sejauh
ini Aceh telah berhasil menjalankan hukum Islam dengan mendekati sempurna. Kepincangan
di sana-sini itu lumrah terjadi karena hidup ini tak pernah sempurna.
Jika Kamu ke Pantai Aceh, Simpan Dulu Bikini Itu
Begitulah
‘larangan’ yang ada di Aceh. Namun inilah yang menarik, inilah pembeda Aceh
dengan destinasi berlabel halal lainnya. Malaysia masih membenarkan beberapa
tempat dengan turis berbikini. Di Uni Emirat Arab, sebuah negara modern dengan
Islam kuat juga memiliki pantai-pantai dengan halal bikini.
“Kamu
harus siap ke kantor polisi syariat!” jika memang bandel memakai bikini
di antara wanita berkerudung lain. Di segala sudut pantai Aceh adalah wanita
berkerudung rapi bersama pasangan, keluarga bahkan teman-teman mereka. Wanita
ini akan mandi laut dengan pakaian lengkap dan kerudung. Memang, beberapa ada
saja yang melepas kerudung namun dalam celana panjang dan baju tertutup. Pria
yang mau surfing di pantai Aceh pun harus menaati aturan dengan
mengenakan celana pendek selutut bukan underwear saja.
Hukum
Islam sejalan dengan hukum alam yang berlaku di Aceh. Kebiasaan tersebut bukan
lagi karena takut ditangkap oleh polisi syariat namun kesadaran dari
diri pribadi. Polisi syariat pun tidak berjaga-jaga seperti penjaga lalu
lintas di tempat-tempat wisata. Tanpa polisi syariat, kamu yang berduaan
dengan pasangan belum sah di tempat gelap atau sepi akan ‘dihajar’ oleh warga
setempat. Siap-siap malu karena kelakuan beda dari orang lain ini. Bahkan,
beberapa pantai yang telah dilabeli sebagai pantai
mesum di Aceh dengan sendirinya sepi pengunjung atau dicekal oleh
warga.
Sejarah Islam yang Kental di Aceh
Sejarah Islam di Aceh cukup mengejutkan. Dikutip dari Wikipedia
Indonesia, masyarakat Aceh telah menganut Islam sebelum tahun 1292 saat Marco
Polo melakukan ekspedisi dunia dan singgah di Perlak, Aceh Timur. Islam yang
masuk ke Aceh dibawa oleh pedagang-pedagang dari Arab. Hamka mengatakan bahwa
Islam masuk ke Aceh pada abad pertama Hijriyah atau ke-7 maupun ke-8 Masehi. Ali Hasjmy berpendapat Islam menjadi agama
populer di Aceh pada abad ke-9. Berbeda dengan Snouck Hourgronje yang memberi
pendapat Islam masuk ke Aceh pada abad ke-13 dengan ditandai kejayaan
Kesultanan Samudra Pasai.
“Adakah orang Aceh beragama selain Islam?” saya
tidak tahu. Mungkin kamu harus melakukan survei untuk ini. Seperti yang telah
saya katakan, orang Aceh mau berperang jika berkenaan dengan hinaan terhadap
Islam. Islam dan darah di Aceh telah menjadi kesatuan yang tidak mungkin
dipisahkan begitu saja. Orang Aceh telah memeluk Islam sejak lahir dan itu menjadi
harkat dan martabat seumur hidup.
“Banyak kok orang Aceh yang dimurtadkan setelah tsunami!” saya juga tidak
tahu. Awal-awal tsunami memang terdapat isu yang mengatakan bahwa orang Aceh
yang dibawa kabur ke luar negeri, dicuci otak mereka, lalu ‘dilempar’ kembali
ke Aceh untuk mengajarkan ajaran baru.
Kehidupan
kami di Aceh masih baik-baik saja. Hukum Islam terus disempurnakan. Orang
beribadah masih seperti biasa. Orang yang tidak mau beribadah juga sama
rupanya. Darah tetap merah walaupun telah dibekukan. Begitu pula dengan Islam
di Aceh. Saya bahkan berani mengatakan, Aceh jaya di
bawah naungan syariat Islam seperti Kesultanan Iskandar Muda.
Pantai Lampukk yang indah – acehguide.com
Aceh sebagai destinasi wisata halal terbaik dunia diberikan tidak saja karena voting oleh voter
yang mengorbankan paket internet terkuras habis. Aceh layak menerima ini karena
apapun tentang Aceh akan kamu cium suatu saat nanti. Kamu yang ingin menyelami
betapa damainya kehidupan di sini ubah saja itinerary ke Aceh untuk liburan
akhir tahun.
Suasana romantis di Nami Island, tempat Winter Sonata pernah berbunga – trazy.com
Wisata halal di Korea Selatan apakah benar ada? Tentu, kita terkadang terlalu khawatir setiap minuman adalah soju yang memabukkan. Mau makan di restoran pada umumnya tidak berani karena menu yang disajikan didominasi oleh babi. Bahkan, ramyeon yang begitu menggiurkan di drama-drama Korea Selatan belum tentu halal untuk kita cicipi.
“Korea Selatan!” saya akan menjawab itu jika kamu tanya negara apa yang sangat ingin saya kunjungi. Memang, saya seorang pria yang mau diajak adu senjata untuk membela drama Korea Selatan dibandingkan drama dalam negeri. Perkenalan singkat saya dengan drama Korea Selatan sekitar tahun 2010. Mungkin, karena drama pertama yang saya tonton itu unik dan menarik sehingga ke depannya saya enggan menonton drama dalam negeri bahkan dari negeri seberang yang rutin di tayangkan televisi swasta dengan ratusan sampai ribuan episode. Saya baru tersadar saat ini bahwa drama Korea Selatan ini layak ditonton karena memiliki keunikan tersendiri selain episode yang pendek.
“Kamu tonton deh, Bai!” begitu promosi Diana, sahabat saya. Diana memang telah terlebih dahulu terjun bebas ke dalam dunia hiburan Korea Selatan. Pada masa itu, Diana dan teman-temannya masih jingkrat-jingkrat dengan TVSQ, Super Junior dan para idola lain. Belakangan, saya baru tahu adanya SNSD, BoA, sampai beberapa grup lain.
Saya kemudian mulai meleburkan diri dalam drama Korea Selatan. Sejak 2011 saya rutin menagih drama terbaru ke Diana. Tiap kali ke Banda Aceh saya selalu menyiapkan eksternal harddisk untuk menyalin drama sebanyak-banyaknya. Baru awal 2015 saya sudah tidak menagih lagi kepada Diana karena telah mendownload sendiri di beberapa situs layanan gratis. Tabiat yang susah dibuang tapi mengenakkan daripada harus live streaming di layanan berbayar dengan harga mahal.
wherever whenever you are… lirik ini selalu saya dengar melalui earphone menjelang tidur. Penggemar drama Korea Selatan tentu tahu petikan lagu ini. Benar sekali, Always yang dinyanyikan dengan sangat merdu oleh Yoon Mi-rae. Backsound untuk suasana romantis big boss Yoo Shi-jin dan beauty Kang Mo-yeon. Adik sepupu saya, Haikal, yang masih 7 tahun juga menjadi bagian penting dari lagu ini. Mungkin karena tema tentara sehingga anak kecil suka dengan drama ini. Penggalan lagu Always bahkan dihapal oleh sepupu saya ini. Saat menonton berulangkali, ia sengaja mengulang adegan helikopter di atas gedung dan bernyanyi lirik ini saja.
Drama-drama yang saya tonton semakin hari semakin heboh saja. Selain tema unik, ide brilian juga promosi besar-besaran di dalam sebuah drama. Pemerintah Korea Selatan tampaknya tidak mau membuang kesempatan tersebut. Saya lalu terlena dengan panorama alam, musim salju yang berseri-seri, keteraturan kota, jalanan yang tidak macet, gedung-gedung dengan arsitektur unik, lalu pintu rumah dengan kunci pakai kode dan terkunci otomatis begitu ditutup, serta smartphone terbaru produksi dalam negeri yang mewah.
Kamu perhatikan saja, tiap drama populer pasti akan memakai smartphone merek negeri sendiri dan dengan bangga dipamerkan oleh pemain. Tak segan-segan mereka membocorkan smartphone high end terbaru apalagi jika telah menjadi sponsor utama program tersebut. Korea Selatan begitu bangga dengan kehebatan mereka di segala sisi. Bahkan, di tahun 2000-an nama Korea Selatan masih belum ada apa-apa dibandingkan India atau negara-negara Barat yang telah terlebih dahulu terjun ke dunia hiburan dan teknologi.
“Korea Selatan itu nggak begitu bersahabat dengan muslim!” cerita Diana suatu ketika saat Imaide baru pulang dari sana. Saya tidak bertemu langsung dengan Imaide namun Diana mendapatkan kesempatan mendengar cerita dari sahabatnya itu. Diana sendiri belum mendapat izin terbang jauh ke Korea Selatan karena alasan tertentu.
“Orang Korea Selatan masih anggap jilbab itu aneh,” cerita Diana. “Mereka stylish tetapi kalau lihat orang berjilbab dengan sebelah mata!”
Cerita Diana kemudian terbukti benar saat KBS TV menghadirkan seorang wanita muslim dalam program Hello Counselor, 05 Desember 2016. Hong Hana adalah wanita keturunan Korea Selatan yang telah muslimah. Wanita 32 tahun ini pernah menetap di Uzbekistan dan menguasai beberapa bahasa seperti Korea Selatan, Uzbekistan, Inggris dan Rusia. Hana mengaku mengalami diskriminasi sejak pulang ke Korea Selatan. Ia menerima intimidasi tersebut dengan lapang dada namun merasa semakin tertekan ketika anaknya mengalami perlakuan yang sama. Program KBS ini sejatinya untuk meraup simpati penonton agar tidak lagi mendiskriminasikan seseorang.
Wanita berjilbab memang masih belum diterima dengan baik di Korea Selatan. Namun wisata halal di negeri K-Pop telah ada sejak lama. Sejarah mencatat bahwa Islam masuk ke Korea Selatan pada abad ke-9 di masa Kerajaan Silla Bersatu. Para pedagang dari Persia, Irak dan Arab membawa Islam sebagai bendera kedamaian. Kerajaan Silla Bersatu menerima Islam sebagai budaya baru di Korea Selatan. Pemeluk Islam selama masa itu berbaur dengan ajaran Buddhisme dan Shamanisme. Di dalam manuskrip Kerajaan Silla dapat dengan mudah ditemui patung-patung khas Persia yang menandakan bahwa pernah menetap umat Islam pada itu. Ajaran Islam kemudian berkembang sampai abad ke-15 di masa akhir Kerajaan Goryeo. Islam kemudian seperti dihapus dari ingatan orang-orang Korea Selatan dan baru muncul kembali pada abad ke-20 dan mulai ‘naik daun’ sampai sekarang. Salah satu tempat yang akan saya kunjungi dan kamu wajib kunjungi jika ke Korea Selatan suatu saat nanti adalah Seoul Central Mosque.
Seoul Central Mosque yang Megah
Masjid di Korea Selatan ini merupakan salah satu masjid yang terbesar yang didirikan tahun 1976. Masjid ini dibangun berkat kerjasama dengan Turki melalui bantuan kemanusiaan Korea Selatan Muslim Society pada tahun 1955. Seoul Central Mosque terletak di kawasan Itaewon, salah satu daerah yang cukup dekat dengan kota metropolitan, Seoul. Cita rasa Timur Tengah begitu kentara sekali mengingat etnis – imigran – dari negara-negara Arab mendominasi daerah ini. Saya dapat merasakan sendiri suasana yang penuh keberkahan begitu memasuki masjid di negeri terasing. (cheria-travel.com, 04/13).
Masjid yang juga dibuka untuk umum ini memiliki dua menara tinggi. Kekentalan Islam langsung terasa begitu menginjakkan kaki di depannya. Kalimat dengan tulisan besar berwarna hijau menegaskan bahwa masjid ini akan dijaga selamanya oleh-Nya. Kalimat Allahu Akbar berada di pintu masuk masjid Korea Selatan ini. Saya begitu merinding melafalkan kalimat kebesaran tersebut. Bagaimana jika benar saya berada di sisi pintu masuk masjid ini? Bulu kuduk bisa berdiri seketika. Inilah wisata halal di Korea Selatan yang sesungguhnya. Jika pun kamu ke sini bukan dalam waktu salat wajib, sempatkan salat sunat dua rakaat untuk mengucapkan rasa syukur bahwa kebesaran Islam masih ada di belahan dunia mana pun.
Kalimat Allahu Akbar – pre10.deviantart.net
Seoul Central Mosque terdiri dari tiga lantai. Lantai dasar adalah kantor Federasi Muslim Korea (KMF) dan pusat pengkajian Islam. Di lantai dasar ini pula urusan ‘halal dan haram’ dimulai. Para ahli di bidang Islam akan memberikan solusi terbaik kepada masyarakat muslim di sana dan turis muslim yang datang ke Korea Selatan. KMF juga merupakan satu-satunya lembaga Islam Korea Selatan yang memberikan sertifikasi halal kepada restoran bagi kaum muslim di sana. Selain sebagai Pusat Penelitian Kebudayaan Islam, Masjid ini juga tempat untuk mendalami Islam lebih baik serta tempat berkumpulnya organisasi Islam. Jika lantai dasar digunakan untuk kebutuhan umat, maka di lantai dua dan tiga adalah tempat beribadah.
Suasana di dalam masjid – seoulistic.com
Seoul Central Mosque membuka kesempatan untuk umat Islam dan masyarakat umum (nonmuslim) untuk berkunjung. Wisatawan yang dibenarkan masuk ke dalam masjid untuk melihat arsitektur yang indah, adalah mereka yang berpakaian sopan atau dapat meminta pakaian ganti yang telah tersedia di masjid ini.
Masjid yang ramai – islam.ru
Masjid pertama di Korea Selatan ini tidak pernah sepi dan selalu dipadati oleh umat Islam terutama pada bulan Ramadhan, hari raya maupun hari Jumat. Selama bulan puasa, masjid ini menjadi pusat peradaban Islam dan jajajan halal untuk menu berbuka maupun sahur. Kedamaian muslim di Korea Selatan tampaknya belum terusik oleh isu miring di negara-negara maju lainnya. Intimidasi yang diterima oleh muslim Korea Selatan sebatas perbedaan dalam cara berpakaian seperti yang dialami Hong Hana. Namun soal peribadatan kembali kepada pribadi masing-masing. Hal ini menunjukkan bahwa Korea Selatan menjadi destinasi halal dunia dan aman untuk umat Islam. Belum lagi jika kita berbicara bahwa penggemar K-Pop wanita berjilbab yang dengan usaha keras berkunjung ke Korea Selatan. Dilihat dari berbagai pandangan, keuntungan akan kedatangan turis muslim penggemar K-Pop cukup membawa angin segar pada pariwisata Korea Selatan.
Data yang dihimpun oleh Korea Selatan Tourism Organization (KTO), menyatakan bahwa pasar wisata Muslim di Seoul semakin diminati. Pada tahun 2015 tercatat ada 740 ribu wisatawan muslim yang mengunjungi negeri ginseng. KTO optimis angka ini akan terus bertambah dengan gelombang K-Pop yang semakin membludak. Hal ini pula yang menjadikan Korea Selatan sebagai salah satu negara nonmuslim yang sangat giat memasarkan wisata ramah muslim atau wisata halal. Salah satu daerah yang menjadi pusat wisata halal di Korea Selatan adalah kawasan Itaewon. Itaewon kemudian dikenal sebagai global village di mana kehidupan multietnis sangat kentara sekali. Kawasan ini pula yang menjadi pusat Islam di Korea Selatan dan salah satu destinasi favorit para turis muslim. (viva.co.id, 5/11/16)
Kamu yang sedang atau akan bertandang ke Korea Selatan dan singgah di Itaewon, bisa saja mampir ke restoran halal Korea Selatan yang cukup terkenal, Ied Restaurant. Restoran ini akan memberikan kenyamanan untuk kamu dengan menyajikan aneka makanan halal di Korea Selatan. Kamu bisa menikmati makanan sejenis samgyetang (ayam ginseng), bulgogi, bibimbap, dan berbagai kuliner halal Korea Selatan lainnya. Kuliner halal di Korea Selatan telah mendapatkan sertifikat halal dari Korea Muslim Federation. Makanan dan minuman ini pun tidak menghilangkan ‘rasa Korea’ seperti kuliner yang ada di Korea Selatan pada umumnya. Selain di Itaewon, Nami Island – daerah yang terkenal berkat drama Winter Sonata – juga telah berdiri restoran halal mengingat kawasan ini masih menjadi primadona turis yang datang ke Korea Selatan.
Samgyetang – tong.visitkorea.or.kr
Bulgogi – koreanbapsang.com
Bibimbap – koreanbapsang.com
Ke mana Saja selama di Korea Selatan?
Pesona Korea Selatan telah merasuk ke seluruh negeri sejauh ini. Dunia hiburan dan teknologi telah digenggamnya dengan mudah. Ekspansi lagu-lagu telah bertengger di tangga lagu dunia seperti Billboard. Histeria penggemar K-Pop bagaikan lautan kembang api malam pergantian tahun. Nah, Cheria datang dengan liburan yang menyenangkan selama di Korea Selatan. Promo yang ditawarkan bersama Garuda Indonesia akan mengantarkan kamu ke beberapa destinasi menarik selama di negeri Descendants of the Sun. Ke mana saja Cheria membawa kamu selama di sana?
Perjalanan Malam dari Jakarta – Incheon
Kamu akan menikmati penerbangan malam hari bersama Garuda Indonesia untuk liburan yang mengasyikkan. Perjalanan dimulai dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta menuju Bandara Internasional Incheon. Kamu akan mendapatkan tiket penerbangan internasional kelas ekonomi dari Garuda Indonesia, akomodasi sesuai dengan harga yang berlaku, makan, tour & transfer, tour leader dari Jakarta (minimal 15 orang), dan Jakarta Airport Tax. Penawaran dari Cheria ini tidak berlaku untuk Internasional Airport Tax & Flight Insurance, telepon, mini bar, laundry, tips untuk local guide, supir & tour leader dari Jakarta dan VISA Korea Selatan.
Bandara Internasional Incheon – flight-hub-reviews.com
Kamu tentu harus menyiapkan segala sesuatu yang penting nggak penting untuk sebuah penerbangan. Jadwal penerbangan dari Cheria dapat berubah-ubah sewaktu-waktu dengan konfirmasi hotel maupun penerbangan domestik jika ada. Harga, Airport Tax & Fuel Surcharge bisa berubah sewaktu-waktu dengan atau tanpa pemberitahuan sebelumnya. Kamu akan mendapatkan penginapan di area Mt. Sorak berupa Tradisional Style (Ondol) atau Western Style (Bed). Kebutuhan kamu selama di penginapan tergantung pada ketersediaan jenis kamar saat check-in.
Nami Island yang Romantis
Nami Island merupakan salah satu pulau yang menarik sejak penayangan Winter Sonata tahun 2002, dibintangi oleh Bae Yong-joon dan Choi Ji-woo dan pemeran lain. Nami Island menjadi destinasi yang wajib dikunjungi untuk menemui suasana romantis ala drama Korea Selatan. Kamu akan mendapatkan patung kedua karakter utama drama ini di bawah pepohonan nan hijau dan suasana alam yang indah. Nami Island terletak di utara kota Seoul, berada di tengah Sungai Han, dibatasi dua provinsi yaitu Gyeonggi-do dan Gangwon-do.
Karakter tokoh dalam Winter Sonata yang diabadikan di Nami Island – amkortravel.wordpress.com
Nami Island telah menjadi ikon pariwisata Korea Selatan dan dipadati turis tiap tahun. Pesona Nami Island berada pada puncaknya antara bulan Mei, Juli, Agustus, dan Oktober. Kamu perlu mengeluarkan biaya sebesar 8000 KRW untuk menyeberangi sungai dengan ferry yang tentu saja bagus seperti di drama. Ferry tersebut menampung lebih kurang 20.000 orang setiap kali berangkat dengan waktu operasional sepanjang hari. Kamu cukup menikmati suasana Sungai Han selama 10 sampai 30 menit sebelum sampai di Nami Island.
Sejak kepopulerannya, Nami Island bermain dalam dunia khayalan dengan mendeklarasikan kemerdekaan pada tahun 2006. Naminara Republic memiliki passport, mata uang, stempel, kartu telepon, sebagai tujuan untuk mempromosikan destinasi menarik ini ke negara lain.
Seoul yang Gemerlap
Ibu Kota Korea Selatan ini memberikan pelayanan terbaik untuk turis. Kamu dapat menikmati beragam destinasi yang menarik, rapi, bersih, unik dan kental akan sejarah Korea Selatan. Seoraksan National Park di Provinsi Gangwon merupakan salah satu tempat wisata menarik, berada di ketinggian 1.700 mdpl, tempat ini menjadi gunung tertinggi di Korea Selatan. Di sini kamu dapat menikmati gunung-gunung pucat yang seperti salju abadi.
Ari terjun di Seoraksan National Park – trazy.com
Gyeongbok Palace adalah tempat yang wajib kamu kunjungi. Berbeda dengan museum lain yang biasanya sepi, Pemerintah Korea Selatan memilih versi berbeda. Kamu akan lebih banyak menjumpai orang-orang berpakaian khas Korea Selatan (hanbok) dibandingkan patung dengan tema serupa. Belajar sejarah dengan menyelami langsung tentu berbeda dengan membaca. Atraksi-atraksi yang terdapat di sini mempunyai cita rasa tersendiri. Walaupun tidak sama menegangkan seperti di drama dengan tema serupa, setidaknya kamu dapat menikmati panorama Goryeo.
Kesenian di Gyeongbok Palace – lexiskorea.com
Datang saja ke Sungai Cheonggyechon untuk membuat permohonan kepada lampion yang berterbangan. Mungkin demikian filosofinya. Sungai Cheonggyechon merupakan sungai buatan yang berada di tengah kota. Sungai ini tak lain sebagai tempat termenarik untuk melihat lampion di malam hari, payung diterbangkan, lampu-lampu yang temaram, dan gedung-gedung pencakar langit yang angkuh. Suasana romantis akan mudah ditemui di dekat sungai ini karena tempat nongkrong ala anak mudah mudah ditemukan.
Sungai Cheonggyechon yang mewah – onedaykorea.com
Subway Keliling Kota
Mau ketemu aktor dan artis yang sedang syuting di dalam subway? Semoga saja kamu beruntung. Selama liburan ini, kamu mempunyai hari bebas untuk jalan-jalan ke mana suka selama di Seoul. Subway menjadi salah satu sarana transportasi yang tidak ada matinya di Korea Selatan. Karena ini pula kota besar yang ramah wisatawan tersebut tidak macet separah Jakarta. Subway juga sudah lumrah menjadi setting drama Korea Selatan. Mereka dengan bangga mempopulerkan transportasi umum di tengah gempuran mobil-mobil mewah. Naik subway keliling kota Seoul tentu menjadi kesenangan tersendiri. Selain mencoba keberanian juga berbaur dengan masyarakat modern Korea Selatan yang rata-rata tidak bisa berbahasa asing.
Suasana di dalam subway di Korea Selatan – diarysivika.com
Bandara Halal Terbaik
Dunia jatuh kepada Sultan Iskandar Muda Internasional Airport di Aceh. Kemenangan Bandara Sultan Iskandar Muda dalam The World Halal Tourism Awards 2016 kategori World’s Best Airport cukup mengejutkan karena persaingan cukup
ketat. Bandar Udara yang terletak di Blang Bintang, Aceh Besar ini harus
bersaing dengan bandara-bandara terkemuka di dunia. Di antara bandara tersebut
adalah Kuala Lumpur Internasional Airport, King Abdul Azeez Internasional
Airport, Doha Hamad Internasional Airport dan Dubai Airport.
“Ini dramatic! Malaysia dan Turki itu legenda di Wisata Halal Dunia.
Dari waktu ke waktu, ya dua negara ini yang menonjol. Dua tahun ini 2015 dan
2016, kita ambil alih. Kita menyalip di tikungan akhir. Ini semakin
mempertegas, bahwa Indonesia itu solid. Voters Merah Putih itu kompak, netizen
kita juga punya spirit nasionalisme yang tinggi. Kita bangsa pemenang. Kita
bisa buktikan bahwa bangsa ini hebat. Mereka memilih ke-12 kategori itu, tanpa
melihat dari mana berasal, atau mewakili siapa, yang penting Merah Putih menang
dan menjadi kebanggaan Indonesia.” – Arief Yahya, Menpar Indonesia.
Selain
kemenangan di landasan pacu, Indonesia juga membawa pulang piala untuk kategori World’s Best Airline for Halal
Travellersdi manaGaruda Indonesia mengalahkan Emirates Airlines, Turkish Airlines, Air Asia dan Saudi
Arabian Airlines. Aceh sendiri menang telak
dalam kategori World’s Best Halal
Cultural Destinationdengan mengalahkan Azerbaijan, Malaysia,
Palestina dan Arab Saudi.
Bandara
Sultan Iskandar Muda cukup kecil dibandingkan dengan bandara-bandara lain di
Indonesia. Jumlah penerbangan juga tidak sebanyak yang di bandara lain. Kesibukan
yang terjadi di antara para traveler terlihat tidak tergopoh-gopoh
seperti di bandara-bandara besar seperti Kualanamu Internasional Airtport atau
Soekarno-Hatta Internasional Airport. Suasana hening di bandara seakan-akan
menjadi sesuatu yang nikmat. Traveler yang mengejar penerbangan mau
tidak mau harus berlari di koridor bandara untuk mencapai gate yang
tertera di boarding pass. Namun ini tidak berlaku di Bandara Sultan
Iskandar Muda, kecuali kamu terlambat check-in. Bandara ini hanya
memiliki satu pintu masuk ke terminal keberangkatan sehingga kamu nggak perlu
berlari sampai pegal. Kamu masih bisa menikmati suasana Aceh yang adem, bandara
yang sejuk dan kuliner yang ada di terminal keberangkatan.
Saya
dan Bandara Sultan Iskandar Muda memiliki ikatan tersendiri. Bandara yang
memiliki kubah seperti masjid ini menjadi satu-satunya keistimewaan bagi saya. Sejak
tahun 2008, saya telah menjadi ‘pelanggan’ tanpa bunyi nyaring di terminal
keberangkatan maupun kedatangan. Waktu itu, saya tidak memahami dengan baik
mengapa terminal itu dipisah.
“Kapan
ya saya bisa naik pesawat?” pertanyaan ini sering terlintas dibenak saya. Rasanya
mustahil sekali saya dapat naik pesawat. Sejak tahun 2008 pula saya
mondar-mandir untuk mengantar dan menjemput orang terdekat ke bandara ini. Terkadang,
saya harus terburu-buru mengejar jadwal penerbangan, di lain waktu pula saya
harus bangun pagi untuk mengejar first flight. Saya merasakan sendiri
aura bangga waktu menjemput kerabat di terminal kedatangan. Orang-orang yang
ada di sekeliling mengisyaratkan kebahagiaan tersendiri menanti kerabat mereka.
Saya pun demikian. Ada kerabat yang naik pesawat terbang tentu memiliki kesan
lebih yang entah bagaimana saya deskripsikan.
“Akhirnya
saya bisa naik pesawat!” itu di tahun 2014. Saya benar-benar meleburkan diri di
antara orang-orang lain di Bandara Sultan Iskandar Muda menuju Bandara
Soekarno-Hatta di Tangerang, Banten. Penerbangan pertama saya ini pukul 06.00
dan saya terburu-buru ke bandara pukul 04.30 takut ditinggal pesawat. Berpacu dalam
dingin akhirnya saya sampai di bandara yang rupanya telah ramai oleh calon
penumpang lain.
“Begini
rasanya jadi penumpang pesawat!”
Bandara
Sultan Iskandar Muda kemudian menjadi langganan beneran untuk saya. Wajar
jika saya berbangga kepada diri sendiri, dengan posisi yang tidak mungkin
membeli tiket pesawat saya malah berulangkali keluar masuk terminal
keberangkatan dan kedatangan. Suasana adem dan nyaman di bandara ini melebur ke
dalam diri saya yang telah menikmati kesibukan di bandara lain.
Saya
tahu, keberadaan ini menjadi salah satu keistimewaan karena cukup berbeda
dengan bandara lain di Indonesia. Dari segi arsitektur memang kebutuhan dari
seni memahat dan menciptakan. Tetapi dari segi penampilan, bandara ini
menawarkan sesuatu yang lebih unik dan menarik. Di bandara lain saya bisa candid
wanita dengan celana selutut, di sini saya tidak menemukan hal demikian. Di bandara
lain saya cukup khawatir untuk membeli makanan di salah satu resto, di sini
saya tidak memedulikan hal tersebut karena semua yang dijual adalah makanan
halal. Di bandara lain saya cemas masuk ke kamar kecil karena alasan tertentu, di
bandara ini kamar kecil telah melewati standar hukum Islam. Di bandara lain
saya kebingungan mencari musalla, di sini dengan mudah saya mendapatkan
tempat ibadah.
Suatu
kebanggaan sudah pasti karena Aceh akan menjadi destinasi halal dunia. Dua penghargaan
bergengsi ini akan membuat Aceh semakin bernama di penjuru dunia. Kamu, saya
tunggu di Terminal Kedatangan Bandara Sultan Iskandara Muda!
Referensi:
International Travel
Week Abu Dhabi http://itwabudhabi.com/halal-awards/2016-winners.html
Kepadatan traveler di Terminal 3 Soetta – Photo by Bai Ruindra
“Aku
ingin traveling!” wajar dong kalau saya mengutarakan kalimat ini.
Liburan akhir tahun sudah di depan mata. Promosi destinasi paling menarik di
Indonesia semakin menyuarakan kedigdayaan mereka. Promo tiket pesawat pun
akhir-akhir ini semakin gencar-gencarnya. Satu kemungkinan dari semua yang
tidak mungkin, bahwa saya dapat traveling akhir tahun ini atau kapan pun
itu, jika saya…
Ada
uang; sudah pasti.
Waktu
luang; bisa ambil cuti dari pekerjaan.
Teman
jalan; traveling sendirian pun nggak masalah.
Ayo berangkat!
Saya
mau traveling gratis. Lagi. Ini dia yang ditunggu-tunggu. Mimpi apa saya
semalam harus menerima hukuman traveling gratis? Pasti ini yang akan
keluar dari ungkapan syukur jika tiba-tiba e-mail masuk merupakan
undangan jalan-jalan. Tentu, tidak semua orang mendapat surat elektronik
semacam ini. Hanya orang-orang beruntung saja. Apakah menang undian. Apakah e-mail nyasar dari miliuner baik hati. Apakah jejak tak bertuan. Segala
kemungkinan bisa saja terjadi. Namun dari semua kemungkinan itu, saya bisa traveling
jika…
‘Saya Seorang Blogger’
Saya
bangga menjadi seorang blogger. Saya juga bangga menjadi seorang guru walaupun
masih berstatus guru honor. Saya adalah guru
blogger yang terkeren menurut saya sendiri. Bagai dua sisi mata pisau, dua
profesi yang saya jalani ini begitu tajam menurut kaidah masing-masing. Saya
harus memadukan blogger dan guru menjadi manisan yang enak; tidak terlalu asam,
tidak begitu manis dan tidak asin yang sebagian besar orang mengatakan nanti
saya ingin kawin.
Dari
pengalaman traveling ke beberapa daerah di Indonesia. Mulailah saya
berbuih menceritakan kisah-kisah serius, lucu sampai 17 tahun ke atas namun
tetap saya cerita setelah melalui sensor khusus. Mungkin kamu mengatakan saya
sombong cerita tentang traveling. Namun saya memahami ini sebagai
motivasi bahwa dengan tidak ada uang di dalam kantong berjuta-juta saya
bisa traveling. Poin ini yang kemudian saya ‘rudal paksa’ ke dalam
memori siswa dan siswi di sekolah. Bukti setelah itu adalah pamer barang-barang
mewah seperti smartphonehigh end maupun tablet mahal.
“Serius
bisa jalan-jalan dari menulis, Pak?” Muftiana, siswi saya yang selalu lupa apa
yang saya ucapkan lima menit lalu.
“Benar,
ini kan foto saya di Bali!”
“Enak kali Bapak bisa jalan-jalan gratis!” sambung Muftiana lagi dengan ceria.
Walaupun teman-teman lain tertawa karenanya, ia tetap tidak peduli.
“Bagaimana
bisa dapat HP bagus, Pak?” Kisma lebih antusias jika saya memamerkan smartphone
terbaru.
“Kamu
harus menulis!”
“Bagaimana
caranya menulis, Pak?” Iga si juara umum lebih peka pada hal-hal demikian.
Tiga
siswi saya ini berada di kelas berbeda dan menanggapi dengan cara berbeda pula.
“Pak, selfie dong!!!” siswi-siswi lain lebih heboh soal ini jika saya lewat.
“Pak,
ada lihat bule telanjang di Bali nggak?” rata-rata siswa akan bertanya
soal ini.
“Maka,
kamu harus ke Bali!”
“Caranya,
Pak?”
“Jadilah
seorang blogger!” lalu yel-yel terdengar penuh amarah.
Pemandangan Bali yang menggoda.
Lepas
dari semua, soal blogger yang dapat traveling gratis ini menjadi
satu-satu alasan bahwa liburan nggak cuma mimpi untuk siapapun. Saya selalu
berkata kepada siapapun yang tanya, “Aku hanya dapat tiket penerbangan pulang
pergi, penginapan dan makan selama di sana!”
Dan,
mereka tidak percaya bahwa tabungan saya sedikit. Mereka hanya tahu saya traveling
secara tidak gratis.
Pemandangan dari atas awan selalu membuat kagum.
‘Saya Seorang Atlet’
“Jadilah
seorang atlet beneran!” saya selalu berujar ini saat berada di kelas
siswa yang baru pulang main bola atau kepalanya selalu ke lapangan voli.
“Kenapa,
Pak?” tanya mereka.
“Kalian
bisa jalan-jalan gratis!”
“Mana
ada,” selalu ada celutukan maut demikian. Saya pikir inilah sifat putus asa
atau tidak percaya dengan segala kemungkinan.
“Kalian
punya idola pemain bola kan? Balapan motor hari minggu deh kalau
begitu,” saya memulai. Bagi saya dan untuk mereka paham, semua orang yang
terlibat dalam olahraga adalah seorang atlet.
“Mereka
itu ke mana-mana dibayarin dan dikasih honor pula kalau menang!”
Lalu
saya mulai berandai-andai. Benar atau tidak kamu bisa mendeskripsikan lebih
lanjut. Saya mengatakan bahwa para atlet yang bermain di satu negara akan dapat
jalan-jalan gratis di negara dimaksud. Bayangkan jika dalam setahun mereka
memiliki pertandingan di puluhan negara, maka mereka dapat bersenang-senang di
puluhan negara tersebut.
“Begitu
ya, Pak?”
“Iya.
Kalian mau atau tidak?”
Ada
yang jawab mau. Ada yang jawab tidak. Ada yang masih jawab mana ada.
Sebentar lagi landing, siap-siap berkemas!
Dua saya seorang ini selalu saya gempur tiap kali sesi hiburan di
dalam kelas. Siswa dan siswi yang gaduh, terkadang harus terpana mendengar
ocehan saya yang tidak seberapa dibandingkan dengan keinginan mereka untuk
cepat sampai ke lapangan voli. Dua saya seorang ini terbukti
ampuh untuk kamu jika ingin jalan-jalan atau traveling gratis. Profesi lain
memang banyak seperti jurnalis, pramugari sampai selebriti. Namun tiga profesi
ini membutuhkan kemampuan yang cukup andal. Kamu mau jadi jurnalis yang akan
meliput berita ke negara perang atau damai, tentu saja harus siap menerima
tantangan. Tidak hanya itu jurnalis yang ‘terkenal’ itu harus rupawan, tubuh
porposional agar ketika masuk televisi jadi gagah, cantik atau segala definisi
setelah itu.
Seorang
pramugari atau pramugara juga tidak jauh beda dengan jurnalis. Tuntutan pekerjaan
harus tampan dan cantik tentu menjadi kendala untuk kita yang biasa-biasa saja.
Belum lagi bicara orang pendek seperti saya, jauh-jauh deh mendekati
profesi begini. Terakhir, selebriti adalah figur idola. Artinya harus punya
kelebihan lebih dari orang lain. Jika tidak ganteng dan seksi, saya harus
percaya diri dengan mengeluarkan kata-kata galau sehingga terkenal. Namun,
untuk mencapai selebriti setara Syahrini atau minimal Fatin yang traveling dibayarin semua, saya harus pindah ke Jakarta. Saya juga harus
benar-benar sangat terkenal agar lebih banyak mendapat endorse. Selebriti
yang penuh sensasi ujung-ujungnya traveling juga bayar sendiri.
Menikmati menu ‘sederhana’ ini di udara mewah sekali, lho!
Akhirnya,
tiga profesi ini saya coret jika sedang menggebu-gebu di depan siswa. Dua saya
seorang di atas selalu saya kaitkan dengan traveling karena dua
profesi ini pula yang paling mudah dijangkau oleh siswa saya. Mereka yang gemar
membaca maka suatu saat akan menulis. Mereka yang rutin olahraga suatu saat
akan menjadi atlet terkenal dan dibawa ke mana-mana. Untuk bidang olahraga ini
pula beberapa siswa dan siswi memang telah melebarkan sayap mereka walaupun
baru keliling Aceh saja. Tetapi ini adalah modal untuk melaju lebih kencang. Kamu
yang di sana, masih berpikir bahwa traveling cuma mimpi saja? Apa solusi
terbaik untuk ini?
Pura ini ada di Pura Taman Ayun – Photo by Bai Ruindra
Traveling akhir tahun
ke mana saja boleh. Kamu yang telah menyiapkan waktu liburan akhir tahun dan
memilih Bali sebagai destinasi terbaik, ada baiknya memikirkan matang-matang
apa yang harus dilakukan selama di Bali. Kamu tentu telah mempunyai planning
ke beberapa tempat wisata seperti Pura
Taman Ayun, Tanah Lot, Pura Ulun Danu Bratan atau singgah di masjid di
kawasan Denpasar untuk menunaikan salat sunat dua rakaat.
Selama
di Bali kamu tentu akan jalan-jalan, bukan? Nggak mungkin kamu cuma diam saja
di hotel kawasan Seminyak, di Ubud saja dengan suasana romantis yang alami atau
jalan
kaki di seputar Pantai Kuta. Kamu tidak akan mendapatkan suasana lain.
Ini
Bali, lho, jelajahi saja tempat-tempat wisata yang unik dan menarik. Bukan
cuma kita, semua wisatawan baik dalam dan luar negeri yang ke Bali akan
jalan-jalan ke beberapa tempat yang jauh. Untuk itu, kamu perlu menyiapkan
rencana jenis transportasi apa yang boleh atau tidak selama traveling di
Bali. Karena apa? Berikut saya tulis alasannya berdasarkan pengalaman pribadi
selama di Bali.
Roda Dua Pilihan untuk Pasangan Romantis
Roda
dua atau sepeda motor menjadi pilihan untuk mereka yang traveling sendirian
atau berdua pasangan. Selain hemat biaya sewa juga hemat bensin. Namun kekurangannya
kamu harus berani dan paling tidak tahu arah agar tidak tersesat. Saya melihat
banyak pasangan bule yang berkendara bersama pasangan mereka ke Pura
Ulun Danu Bratan. Romantis begitu saja dan bebas mau mengendarai sekencang
mana. Soal keselamatan tentu kembali kepada kita semua. Mau menikmati suasana
alam Bali yang adem menuju tempat wisata, tentu pelan-pelan saja mengendarai
sepeda motor.
Sewa
kendaraan roda dua relatif murah, pengakuan Pandu – sahabat saya di Bali – saat
menyewa sepeda motor harus teliti sekali. Sebelum membawa sepeda motor keluar
dari tempat parkiran pemilik sewa, kita harus meneliti dengan benar apa saja
dari sepeda motor tersebut. Hal paling kecil harus diperhatikan, misalnya spion
tidak retak, bodi tidak retak, helm dalam kondisi bagus dan lain-lain. Pemilik sepeda
motor tersebut – tempat kita menyewa – akan mengenakan denda jika terjadi
sesuatu pada sepeda motor walaupun itu telah ada sebelum kita sewa. Misalnya
saja, kamu tidak sadar spion telah retak dan langsung membawa sepeda motor
untuk keliling Bali. Tanpa sengaja, di jalan berlubang spion tersebut jatuh dan
pecah, maka kamu harus mengganti spion sepeda motor tersebut satu pasang.
Roda Empat untuk Kelompok Kecil
Traveling kami waktu
itu adalah bertiga, saya, Pandu dan Sandi. Jauh-jauh hari kami mencari rental
mobil yang murah. Pilihan waktu itu pada rental yang menyediakan mobil dengan
harga sewa selama 10 jam adalah Rp.450.000 beserta driver-nya. Kami
mendapatkan banyak keuntungan selama 2 hari tersebut. Kami bebas ‘memerintah’ driver
yang ramah itu untuk jalan sesuka hati. Harga sewa di luar makan siang driver
yang kami tanggung dan tidak seberapa jika dibandingkan pelayanan yang kami
dapatkan. Jenis kendaraan ini memuat sekitar 6 sampai 7 orang. Kamu yang
memiliki rombongan kecil waktu akhir tahun nanti, rental kendaraan roda empat
ini layak untuk dipertimbangkan.
Trik
yang perlu dicatat bahwa kita harus menjaga 10 jam. Jika lebih semenit saja –
bisa mendapat dispensasi kalau drivernya baik – kita harus membayar
denda sebesar Rp.50.000 atau lebih. Saran saya, waktu 10 jam tersebut
dipergunakan sehemat mungkin apabila kamu akan traveling lagi esoknya. Selama
berada di dalam kendaraan, ada baiknya untuk melakukan pendekatan secara
personal dengan driver agar kamu dapat menjadikannya sebagai guide. Driver yang kami temui waktu itu cukup ramah dan tidak meminta komisi
lebih padahal di hari kedua telah lewat beberapa menit dari waktu yang
ditentukan.
Transportasi Umum Tidak Dianjurkan
Saran
saya, jangan dekati transportasi umum jika kamu takut tersesat. Transportasi umum
memang murah di satu tempat, termasuk di Bali namun kamu akan kerepotan jika
menggunakan sarana ini dari satu tempat ke tempat lain. Tempat wisata di dalam
kota seperti Pura Taman Ayun maupun Lapangan Renon bisa dengan mudah
menggunakan transportasi umum. Ke daerah-daerah lain sarana transportasi ini
akan sulit karena kamu harus berganti kendaraan.
Transportasi Jenis Taksi akan Repot dan Mahal
Transportasi
jenis ini bukan milik traveler yang ingin berhemat. Taksi akan membuat
isi dompet kamu terkuras cukup banyak. Jarak dari satu tempat wisata ke tempat
lain cukup jauh. Memang sudah ada jenis taksi online di Bali namun
mereka akan menggunakan kilometer ke berapa atau sampai sejauh mana boleh
berjalan. Artinya, kamu harus mengganti lagi taksi lain agar sampai ke tempat
tujuan. Taksi aman digunakan sekali pakai saja. Misalnya kamu perlu diantar ke
bandara untuk mengejar perjalanan pulang. Taksi online boleh dipesan
dengan harga tak sampai Rp.50.000 dari penginapan kami waktu itu, di kawasan
Kuta.
Traveling ke Bali akhir
tahun menjadi pilihan banyak orang. Selain mengurus tiket pesawat promo kamu
juga mencari tahu transportasi selama di sana. Pesan lebih awal dari waktu
sebaiknya dilakukan agar kamu mendapatkan tempat. Jangan salah, akhir tahun
waktunya Bali penuh wisatawan dan agen rental kendaraan akan memberikan kepada
siapa lebih cepat.
Nah,
kamu tentu telah memilih jenis transportasi untuk menyemarakkan traveling
selama di Bali. Agar liburan terasa lebih menyenangkan, kamu memerlukan tempat
menginap yang asri, adem, nyaman dan aman untuk kamu dan pasangan atau
teman-teman. Suasana yang asyik itu bisa didapatkan jika kamu sewa villadi kawasan Ubud, Seminyak atau di daerah lain.
Kenapa kamu harus sewa villa?
Karena
hal ini lebih memudahkan segala aktivitas kamu selama di Bali. Kamu dapat
bercengkrama dengan pasangan tanpa ada yang ganggu, kamu dapat bermain
sepuasnya bersama teman-teman, kamu dapat melakukan apapun sesuka hati tanpa
ada yang menegur. Suasana villa yang private sebagai modal untuk
membangun kembali kedekatan antara kamu dengan pasangan. Liburan yang sejatinya
untuk merefresh kembali hari-hari lelah, juga dapat dijadikan sebagai
ajang mengeratkan ikatan yang renggang.
Selain
itu, sewa villa saat liburan di Baliakhir tahun juga lebih menguntungkan karena
tersedia ruang khusus untuk bekerja, keluarga, dan kamu dengan pasangan. Biasanya,
letak villa di Bali yang dekat dengan perumahan warga terasa lebih mudah
berbaur dengan mereka. Kamu dapat menjalin hubungan baik, melihat kehidupan
sosial selama di sana, melebur dalam khusyuknya ibadah mereka maupun mendalami
perbedaan yang menjadi kehangatan bersama untuk saling melengkapi.
Ini
Desember. My December. Memori tak terhingga dari seluruh masyarakat
Aceh. Namun tahukah kamu kalau Aceh semakin memesona? Destinasi wisata di Aceh
semakin diburu, dibuka tabirnya hingga benar-benar menjadi salah satu pilihan
terbaik. Ngomongin traveling ke Aceh, tentu saja bicara di mana akan
menginap dan bagaimana mendapatkan tempat terbaik.
Kamu,
saya tunggu di Aceh Barat. Kota Meulaboh yang dikenal dengan Kota Johan
Pahlawan, kota Teuku Umar dan Cut Nyak Dien, merupakan salah satu destinasi
untuk kamu kunjungi di akhir tahun. Soal penginapan, beragam pilihan tentu
menjadi alternatif terbaik. Namun jangan khawatir akan penginapan yang mewah,
megah dan sunyi untuk menikmati romantis berdua pasangan, hotel ini bisa
menjadi pilihan terbaik.
Hotel
Meuligou merupakan satu-satunya hotel yang mewah dan memiliki bangunan terbesar
di pantai barat Aceh. Meuligou dalam kata lain adalah seuramo. Seuramo
diartikan sebagai teras depan atau tempat peristirahatan sementara. Sekilas hotel
ini cukup sempit dari pandangan pertama. Namun begitu masuk ke dalamnya, kita
akan disuguhkan pemandangan yang lebih luas. Terdiri dari tiga tingkat, Hotel
Meuligou memberikan fasilitas beragam. Hotel ini memiliki bangunan yang unik dan
menarik. Perpaduan antara modern dan tradisional Aceh sehingga dapat menawarkan
pengalaman lebih saat berada di sini. Ciri khas Aceh dari hotel ini adalah
pahatan kayu yang sering dijumpai pada rumoh Aceh, terdapat pada pintu
utama masuk ke dalam hotel.
Seni
keacehan melekat sekali dengan ukiran-ukiran lain begitu masuk ke dalam hotel
yang terletak di Jl. Iskandar Muda No. 35, Meulaboh. Hotel ini diresmikan oleh
Bupati Aceh Barat, Drs. H.T.Rosman pada 27 Agustus 1992. Hotel ini kemudian
menjadi pilihan terbaik dari wisatawan Aceh, luar Aceh dan luar negeri. Hotel Meuligou
pertama kali membuka operasional pada 1 Juni 1994.
Pemandangan
kota Meulaboh dapat dinikmati dari hotel yang terdiri dari 60 kamar dengan fasilitas berbeda. Pihak managemen
hotel membagi masing-masing kamar ke dalam Suite Room, Excekutif, Deluxe dan Standar. Standar harga pun ditetapkan sesuai dengan fasilitas
yang dapat dinikmati.
Kamar
tidur yang nyaman terlihat di dalam hotel ini. Untuk ruangan paling mahal, Suite
Room, kamu akan mendapatkan meja meeting untuk skala kecil. Tidak hanya
itu, fasilitas lain berupa kulkas dan televisi akan kamu dapakan di kamar ini. Demi
menjamin kenyamanan, kamar mandi yang ada juga memberikan pelayanan terbaik
dengan shower.
Bagaimana
dengan pelayanan di hotel ini?
Kamu
akan dilayani oleh karyawan Hotel Meuligou yang terdiri dari 24 orang. Hotel ini
membangun mushalla terpisah yang berbentuk rumoh Aceh di sisi
kanan bangunan hotel. Untuk aktivitas formal, meeting room menyediakan
pelayanan terbaik yang luas dan nyaman. Kamu yang tidak sempat mencuci pakaian
bisa menitipkannya jasa laundry.Laundry pakaian akan dikenakan
biaya tambahan selain biaya sewa kamar.
Hotel
Meuligou yang terletak di posisi strategis menjadi sebuah penginapan yang mudah
dan layak dipilih. Segenap kebutuhan selama di kawasan pantai barat Aceh mudah
kamu dapatkan. Kamu yang ingin terburu-buru pulang, bisa mencapai ke Bandara
Tjut Nyak Dien di Nagan Raya dalam waktu lebih 40 menit saja.
Sebagai
bahan pertimbangan, kamu bisa melirik harga kamar permalam di bawah ini:
Suite
Room :
Rp.1.760.000,00
Executif
I :
Rp. 660.000,00
Executif
II :
Rp. 550.000,00
Executif
III :
Rp. 495.000,00
Deluxe
: Rp. 605.000,00
Standar
Lantai 2 : Rp. 396.000,00
Standar
Lantai 3 : Rp. 352.000,00
*Harga ini tentatif dan telah termasuk pajak hotel dan sarapan.
Informasi
lebih lanjut, bisa menghubungi managemen hotel di:
Kopi bisa menghilangkan kantuk? Seorang traveler wajib tahu tentang ini. Namun semua kembali ke
soal rasa sih. Saya mengatakan kopi bisa menghilangkan kantuk,
belum tentu kamu mengiyakan.
Sepeda
motor matic saya melaju kencang di jalan lintas barat Aceh. Saya memang
bukan pengendara ulung namun cukup sering berkendara selama 4 sampai 5 jam ke
Banda Aceh. Nikmat saja berkendara sambil menikmati pemandangan laut yang biru,
alam yang sejuk, pengunungan yang tinggi, sisa-sisa tsunami yang membisu dan
hal-hal lain yang membuat rasa syukur itu melankolis.
Lelah
sudah pasti, kantuk bisa saja datang. Saya harus mencari tempat yang cocok
untuk berhenti sejenak. Selain SPBU, puncak gunung ini menjadi salah satu pilihan
terbaik untuk istirahat sejenak.
Karena
apa?
Saya ingin ngopi, ingin makan mi atau minum air kelapa muda.
Saya
menepikan sepeda motor di tempat parkiran yang telah tersedia. Angin sepoi-sepoi
dari laut terasa menyejukkan wajah. Jalanan sepi berbaur dengan keheningan yang
kemudian menjadi kekhusyukan tersendiri. Adik saya telah terbirit-birit
terlebih dahulu, mencari kamar kecil. Saya memilih tempat yang cocok untuk
menghadap ke lautan lepas. Sebuah pulau dengan megah dan kokoh ada di sana. Pulau
itu tak goyah bahkan menghilang akibat tsunami akhir tahun 2004. Pulau itu
tetap saja menarik dan eksotik. Entah siapa yang pernah ke sana. Entah siapa
pula yang tinggal di sana.
“Mau
pesan apa, Bang?” seorang wanita yang saya taksir berusia 35 tahun itu bertanya
saat adik saya telah duduk dan mengarahkan kamera ponselnya ke segala sisi.
“Kopi,
kelapa muda dan mi,” tiga menu ini adalah favorit di sini. Terlebih kopi itu. Aromanya
khas sekali. Kekentalannya terasa sampai ke ubun-ubun. Ampasnya bahkan lebih
banyak dari kopi itu sendiri. Namun soal rasa, kopi ini bisa menghilangkan
kantuk seketika!
Pesanan
kami datang kira-kira sepuluh menit kemudian. Kami siap menyantap mi dengan
lahap, mengisi perut yang keroncongan. Setengah perjalanan telah dilalui dan
kami butuh tenaga untuk menggerakkan tubuh kembali. Kelapa muda yang segar
menambah kebutuhan akan air di dalam tubuh. Sebagai candu yang kuat, kopi telah
tersedia dengan manis, menggoda, kafein tingkat tinggi dan sekali aduk aromanya
langsung menyengat.
“Inilah
kopi Geurute!” seru saya seakan kepada diri sendiri. Cangkir kopi yang
sederhana. Kemasan yang sama sekali tidak menarik untuk pecinta kuliner kelas
atas. Ampas yang nggak banget jika menilai dari estetika sebuah minuman
berdasarkan level lebih tinggi. Cara seduh yang ‘kampungan’ sekali padahal
harganya jauh lebih mahal. Tetapi, tahukah kamu keunikan dan kenikmatan itu
bisa datang dengan sendirinya?
Rasa
kopi di atas Gunung Geurute ini memang tidak seberapa dengan kafe-kafe kelas
atas. Kopi ini diseduh dan disajikan dengan rasa kampung. Keunikan inilah yang
kemudian membuat kamu terbelalak dan membahak dalam hati. Sedikit saja kamu
meneguk kopi ini, pelurunya langsung menancap ke dasar otak, memberikan
atmosfer lebih baik, membidik kantuk, meledakkannya seketika. Kekuatan kopi
Aceh di atas Gunung Geurute memang tiada tanding. Kopi ini sangat cocok untuk
kamu yang melintasi barat selatan Aceh. Persinggahan yang beraroma laut, gunung
tinggi, jalan sepi dan aneka makanan yang dijual lebih mahal jika kamu turun ke
bawah gunung ini.
Gunung
Geurute dikenal sebagai salah satu tempat termenarik jika kamu melintasi barat
Aceh. Gunung ini adalah akhir dari perjalanan panjang untuk melepas lelah. Terletak
di kawasan Aceh Jaya, Gunung Geurute menjadi objek wisata tersendiri. Tidak hanya
kopi yang bisa menghilangkan rasa kantuk saja, pemandangan Lamno di bawah sana
cukup baik seperti hamparan lukisan mahakarya. Hitung-hitung, jika kamu sedang
mencari wanita mata biru di kawasan Lamno, secangkir kopi di atas Gunung
Geurute ini bisa mengobati rasa penasaran terlebih dahulu. Dari atas ini pula
kita dapat melihat panorama alam yang terhampar luas. Laut biru mengarung
dengan kencang.
Kopi
di atas Gunung Geurute membuat saya kangen sesekali. Jika bepergian dengan
sepeda motor, saya sempatkan untuk berleha-leha sejenak di sini. Sebenarnya rasa
yang membuat kopi di sini nikmat karena saya butuh tenaga lebih kuat agar
sampai ke Banda Aceh atau sebaliknya ke Meulaboh. Rasa kantuk itu tentu perlu
obat agar saya tidak kelabakan dalam berkendara.
Jalan
yang dilalui juga menarik kok. Gunung terbelah menjadi objek foto
menarik jika kamu berani di tengah jalan. Kudu hati-hati kalau soal ini,
kendaraan yang melintasi jalanan ini selalu dalam kecepatan tinggi. Eh, kamu
boleh juga menyediakan pisang untuk memberikan kepada tamu istimewa di
tengah-tengah jalan.
Tamu
itu adalah monyet yang selalu manja jika ada yang menepikan kendaraan mereka. Pasukan
monyet tak akan malu menyerbu karena insting akan pisang enak akan mereka
dapatkan begitu saja. Monyet-monyet ini biasanya berkelompok dan mereka cukup
sering bermain di jalanan yang sepi, yang tiba-tiba dilintasi oleh kendaraan
satu persatu.
Kamu
yang akan melintasi barat Aceh, boleh deh mampir dulu di atas Gunung
Geurute ini. Secangkir kopi akan membuat kamu kangen akan keindahan alam Aceh
dari atas gunung ini. Saya juga yakin, kantuk
kamu akan hilang karen secangkir kopi di sini!
Pantai Kuta, Bali,
hampir seluruh pandangannya adalah mereka yang mengenakan underwear saja. Salah sendiri jika memilih pantai ini untuk berlibur, jika tidak sanggup
menahan napsu. Jangan salahkan mereka yang berjemur dengan pakaian dalam saja di
Pantai Kuta ini jika langkahmu masih tetap kokoh ke sana.
Pria ini adalah pawang laut di Pantai Kuta, Bali – Photo by bai Ruindra
Senja
yang menanti rindu ke peraduan menjadi sebuah hal yang sangat dinantikan. Pantai
Kuta menjadi sangat padat pada sore, 10 September 2016. Saya, Sandi dan Pandu
baru saja sampai ke pantai ini setelah sebelumnya ke Pura
Ulun Danu Bratan di Bedugul. Kami menyiapkan kamera untuk membidik sunset
yang sebentar lagi turun.
“Di
mana-mana bule berjemur ya?” seru saya yang membuat Sandi dan Pandu terkekeh. Bidikan
kamera smarphone baru kami pun menjelma menjadi monster dalam film laga,
menangkap setiap objek yang sudut pandangnya menarik dan unik.
“Puas-puasin deh, Bang, lihat bule berjemur pakai underwear,” celutuk Pandu
dengan senda gurau. Eh, memang benar sih, bule-bule itu santai
saja berjemur, berkeliaran di seputaran Pantai Kuta hanya menggunakan pakaian ‘renang’
saja. Pakai kacamata hitam sekalipun, pemandangan ini akan terasa putih
berseri-seri. Kecuali, jika kamu memakai penutup mata warna hitam pekat. Ruginya
tentu saja, kamu akan meraba-raba dan intinya nggak penting banget
capai-capai ke Pantai Kuta!
Sepasang
bule melintas di depan kami. Matanya sempat terarah kepada kami namun terlanjur
berhadapan dengan seorang keturunan Cina. Suaminya meminta kepada si Cina untuk
memotret mereka dengan background matahari terbenam. Saya berulangkali
mengucap syukur. Bukan tidak mau menolong namun istrinya itu lho, hanya
memakai underware saja. Tangan saya bisa saja gemetar duluan memotret
mereka yang mesra, manja dan penuh gaya persis di depan mata.
Matahari
kian terbenam, anak-anak berkeliaran di bibir pantai dengan papan selancar. Orang-orang
dewasa surfing jauh ke dekat ombak. Sesekali mereka bermain dengan ombak
besar, dihantam dan jatuh ke laut. Satu dua ada yang ngotot melewati
ombak pertama.
Tiga
gadis Jepang melintas dengan cekikian manja. Entah lupa kepada kami. Entah
karena begitulah Pantai Kuta di Bali, mereka mengambil beberapa foto persis di
depan kami. Tiga gadis Jepang ini pun tidak kalah seksinya, walaupun mereka
tidak memakai underwear namun celana di atas lutut cukup membuat saya
ingin segera berpaling.
Gadis Jepang sedang memotret temannya di bawah sunset Pantai Kuta, Bali – Photo by Bai Ruindra
“Prittt!!!”
Suara peluit terdengar di samping kami. Saya kaget bukan main. Saya pikir siapa
pula pria yang berdiri saja dengan peluit digantung di lehernya. Pria itu
kembali meniupkan peluit berulangkali. Ia berlari ke dekat anak-anak yang
sedang bermain pasir di antara ombak yang mulai surut. Peluitnya makin tak
henti. Tangannya memanggil-manggil peselancar yang belum juga memeluk
selancarnya.
Penjagaan ketat dari pawang laut yang ada di segala sisi – Photo by Bai Ruindra
Saya
kemudian mulai peka. Dalam radius beberapa meter terdapat seorang pria yang
menggantungkan peluit di lehernya. Saya mengira mereka adalah wisatawan yang
menunggu anak berenang. Saya juga berpikir mereka adalah ayah dan suami dari
anak dan istri yang sedang berkeliaran di pantai ini. Saya tidak tahu badan
tegap dengan mata menyelidik ke mana-mana adalah orang penting di pantai ini. Mereka
kemudian menghalau siapa saja yang melewati batas di Pantai Kuta. Tidak hanya
anak-anak, orang dewasa yang melewati ombak pertama juga mendapat teguran untuk
kembali. Para bule yang sedang berselancar rupanya paham betul dengan hal ini. Dari
kejauhan terlihat semangat mereka keluar dari ombak pertama, lalu berselancar
kembali di ombak yang pecah.
Pawang laut yang berjaga – Photo by Bai Ruindra
Hari
yang semakin senja, wisatawan semakin mendekat ke bibir pantai. Waktu yang
ditunggu adalah saat-saat matahari berbentuk bulat dengan warna keemasan. Lembaran
kuning telah tersirat di kaki langit. Tak lama setelah itu, matahari menukik
tajam. Peluit pria-pria yang bertugas dengan lantang meniupkan perintah. Panggilan
kepada mereka yang memakai underwear, yang masih berselancar di bawah sunset
orange.
Tampak
beberapa bule berlari ke daratan. Langkah mereka gagah. Pahanya berisi
otot-otot terlatih. Dada mereka bidang. Lengan gempal. Seksi dengan underwear sehabis surfing di Pantai Kuta yang indah dan adem. Jika boleh
membandingkan, ombak di pantai ini memang memiliki irama yang lebih lembut,
mendayu semerdu piano lagu slow. Hentakannya satu-satu dengan bunyi khas
dan dentuman yang tak garang seperti pantai yang pernah saya temui selama ini. Ombak
tempat para surfer mengalunkan keseksian mereka, naik turun seirama
dengan detak jantung mereka yang hati-hati dan penuh pertimbangan akan
keselamatan.
Surfing adalah aktivitas yang indah di Pantai Kuta, Bali – Photo by Bai Ruindra
Mereka
yang meniup peluit, pawang laut di Pantai Kuta menghalau semua
orang yang masih mandi di bibir pantai. Matahari yang terlihat lembut dan manis
tampak garang sedetik kemudian dengan panasnya masih terasa. Pawang laut itu
sesekali menarik lengan anak bule untuk keluar dari bibir pantai. Rupanya,
inilah aturan yang berlaku di Pantai Kuta. Sunset mengucap salam, saat
itu juga semua orang tidak dibenarkan lagi mandi atau berselancar!
“Itu
pawang laut?” tanya saya.
“Begitulah
kira-kira,” jawab Pandu.
Peran
yang begitu penting untuk sebuah tempat wisata. Memang, pawang laut ini bisa
menjadi bagian kecil dari keindahan alam di pantai. Seorang pawang yang
bertugas di bibir pantai begini membuat semua wisatawan aman dan terjaga. Patut
kiranya peran ini mengambil andil besar dalam hal keselamatan wisatawan.
“Mereka
selalu ada ya, Pan?”
“Iyalah,
Bang. Mereka jaga-jaga di sini!”
Menikmati orang surfing di Pantai Kuta, Bali – Photo by Bai Ruindra
Jaga-jaga.
Tapi ya bukan penjaga bule yang memakai underwear saja. Mereka menjaga agar
wisatawan tidak melewati batas sehingga akan pulang dengan selamat. Kamu tahu
pasti bahwa pengunjung pantai ini rata-rata mereka yang bukan berasal dari
Bali. Hampir semua orang menginginkan kaki terinjak di Bali. Aroma keindahannya
semerbak kasturi. Wisatawan lokal dan mancanegara berbondong-bondong mendekati
Bali. Kekhawatiran seperti ini telah dicemaskan oleh pemerintah Bali sehingga
menitipkan beberapa pria sebagai pawang di pantai yang membentang sampai ke Bandara
I Gusti Ngurah Rai. Dari sini pula kita bisa melihat pesawat yang sedang take
off atau landing. Di senja begini, pesawat yang baru saja tiba dan
berangkat seperti kerlap-kerlip lampu disko di atas awan. Indahnya tentu tak
terkira dan manis semanis madu menjelang istirahat malam.
Sunset telah tenggelam
sempurna di Pantai Kuta. Wisatawan pun gerak jalan ke penginapan masing-masing,
atau bersantai lagi di kafe-kafe mewah dan mahal di seputaran pantai ini. Kafe-kafe
itu telah menghidupkan lampu-lampu di segala sudut. Campur aduk antara
kelembutan dan romantisme malam. Pawang laut yang tidak saya hapal wajahnya
juga tidak terlihat lagi di bibir pantai yang sepi. Sunyi yang seketika
menimbulkan auman romantis saat ombak memecah pasir satu persatu.
Seorang bule yang tampak kelelahan setelah surfing – Photo by Bai Ruindra
“Ayo
kita pulang!” Karena kisah Jalan-Jalan dengan pantai indah Kuta, Bali, telah berakhir sampai di sini, nanti, di waktu yang tak tentu, mungkin bisa bersua kembali!