Categories
Uncategorized

Mie Aceh dengan Bumbu dan Cara Masak Terbaik yang Tak Boleh Dilewatkan

Mie Aceh tak lain makanan khas dari Aceh. Dibuat dengan
rempah pilihan menjadikan mie Aceh sebagai salah satu kuliner terkenal di
Indonesia. Mie Aceh bisa dibeli dengan mudah jika di Aceh. Tempat kuliner Mie
Aceh terkenal antara lain Mie Razali maupun Mie Midi yang cukup ramai tiap
waktu. Cara membuat Mie Aceh yang lezat dan enak sebenarnya banyak sekali. Cita
rasa Mie Aceh cukup menggoyang lidah sehingga banyak orang ingin kembali
mencicipinya.

Mie Aceh yang lezat.

Mie Aceh biasa atau Mie Aceh luar biasa, sangat populer di
kalangan pecinta mie. Mie Aceh pada dasarnya dibuat dengan rempah atau bahan
dan bumbu yang beragam. Mie Aceh juga enak disantap dengan tambahan daging
kambing, daging sapi, udang maupun kepiting. Mie Aceh juga dibuat sesuai selera
seperti Mie Aceh rebus, goreng basah maupun mie goreng.

Populernya Mie Aceh karena bumbu yang kental sekali atau
rasa pedasnya. Mie Aceh bisa disebut sebagai kuliner utama yang paling dicari
oleh banyak orang. Perbedaan Mie Aceh dengan mie pada umumnya, selain bumbu,
juga terletak pada cara membuatnya. Mie Aceh selain membeli di tempat khusus
juga bisa dibuat sendiri dengan mudah.
Cara membuat Mie Aceh sebenarnya gampang sekali. Jika di
Aceh, beli saja Mie Aceh yang sudah digiling di pasar beserta bumbunya. Penjual
di pasar sudah tahu takaran 1 kilogram mie dengan bungkusan bumbu siap masak. Harga
mie kiloan ini bervariasi, mulai dari Rp 5.000 sampai dengan Rp 10.000, sudah
dengan bumbu.
Bumbu Mie Aceh yang sudah digiling atau siap masak itu
memudahkan kita yang ingin membuat sendiri Mie Aceh. Agar tidak ribet saya
menyarankan untuk membeli saja di pasar tradisional mie yang sudah digiling
ini. Namun, jika tidak menemukan penjual yang menjual mie kiloan, kita bisa
menyiapkan bahan dan bumbu sendiri.
Cara membuat mie tepung khas Aceh adalah dengan menyiapkan
bahan seperti tepung terigu, tepung tapioka, telur ayam, kaldu ayam bubuk,
minyang bawang, garam dan air. Aduk adonan tepung ini sehingga dapat dibentuk.
Nah, jika kamu sering membuat kue bawang, maka adonan ini mirip
demikian. Tepung yang sudah jadi ini tinggal digiling menggunakan gilingan kue
bawang atau gilingan mie. Mesin penggiling mie ini mudah didapatkan, atau bisa
juga adonan jadi ini dibawa ke penjual mie tepung kiloan untuk digiling dengan
mesin yang lebih besar di sana.
Apabila adonan tadi telah berbentuk mie, maka langkah
selanjutnya adalah membuat Mie Aceh sesuai selera. Apakah Mie Aceh goreng,
goreng basah atau pakai kuah. Adonan yang telah jadi mie tersebut kemudian
direbus dan ditiriskan agar airnya kering.
Mie goreng Aceh sangat spesial bagi sebagian orang. Cara
membuat mie goreng Aceh juga tidak terlalu sulit. Mie basah yang telah dibuat
tadi atau dibeli dapat langsung dimasak. Memang, rasanya akan berbeda antara
Mie Aceh yang dibuat sendiri sama dengan Mie Aceh yang kita makan di tempat
kuliner terpopuler di Aceh.
Bahan yang perlu disiapkan antara lain mie basah, bumbu yang
sudah dibeli beserta mie, tomat, bawang merah, bawang putih, daun seledri, kol
putih, toge, daun bawang, kecap manis, kecap asin, dan minyak goreng. Untuk
takarannya disesuaikan dengan berapa kilo Mie Aceh yang akan dibuat.
Apabila membeli mie tepung yang sudah jadi maka bumbu halus
tidak perlu lagi karena sudah satu paket dengan mie yang dibeli tadi. Namun,
apabila tidak membeli satu paket dengan bumbu, bumbu halus itu terdiri dari
cabai merah, bawang putih, jahe, kemiri, teh ketumbar, teh jinten, adas manis,
kapulaga, kunyit dan merica bubuk. Bumbu-bumbu ini dihaluskan yang akan menjadi
bumbu dasar dalam membuat Mie Aceh.
Cara membuat Mie Aceh sangatlah mudah. Pertama, panaskan
minyak dalam wajan yang bersih, kemudian masukkan bawang merah, bawang putih
dan bumbu yang sudah dihaluskan atau bumbu yang dibeli sepaket dengan mie
tepung tadi. Kemudian masukkan kaldu dan biarkan sampai mendidih. Selanjutnya
adalah menambahkan garam, daun bawang, daun seledri dan kol yang tadi telah
dipotong kecil-kecil.
Dalam membuat Mie Aceh memang harus sabar dengan aroma bumbu
halus ini. Bumbu halus Mie Aceh bisa sangat sensitif terhadap indera penciuman.
Saat mau mendidih, bumbu halus ini akan membuat kita mudah bersin-bersih. Efek
dari bumbu Mie Aceh memang demikian, mungkin karena rempah yang bikin lezatnya
Mie Aceh.
Jangan lupa untuk memasukkan toge dan tomak yang sudah
dicincang. Aduk sampai rata untuk kemudian menambahkan kecap manis dan asin
secukupnya. Jika ingin membuat Mie Goreng Aceh, maka air tidak perlu
ditambahkan dalam jumlah banyak. Apabila sudah mendidih maka masukkan mie
tepung tadi lalu aduk sampai rata.
Mie Aceh siap dihidangkan dengan mie goreng basah atau mie
goreng. Mie goreng basah di mana kuahnya masih tersisa sedangkan mie goreng
adalah jenis mie yang kering. Mie Aceh siap disajikan dengan aroma yang lezat
berkat bumbu dengan rempah pilihan di Indonesia.
Banyak cara untuk mendapatkan Mie Aceh terbaik dan terlezat.
Salah satu tips untuk yang ingin membuat Mie Aceh sendiri adalah memastikan
bumbu dan bahan telah matang sempurna. Dengan demikian, mie tepung yang akan
dimasukkan tidak membutuhkan waktu lama sampai matang. Jika terlalu lama di
atas api, Mie Aceh ini akan terlalu lembek dan tidak enak lagi dimakan.
Kecap asin jangan terlalu banyak dimasukkan ke dalam Mie
Aceh karena telah ditambahkan garam dalam bumbu dan adonan mie. Apabila ingin
menambakan udang maupun kepiting, keduanya dimasak terlebih dahulu baru
kemudian ditambahkan setelah bumbu mendidih. Jadi, mengaduk di bagian akhir
hanya akan membuat bumbu diserap dengan baik oleh udang maupun kepiting.
Mie Aceh adalah kuliner wajib dari orang Aceh yang telah
terkenal di Indonesia. Mie Aceh dibuat dengan bahan pilihan dan bumbu dari
rempah terbaik. Siapa yang menyantap Mie Aceh pasti akan teringat untuk
mendapatkannya kembali suatu saat nanti.
Categories
Uncategorized

Wajib Tahu! Pisang Awak Obat Paling Ampuh Obati Penyakit Lambung

Obat paling ampuh obati sakit lambung adalah pisang awak. Pisang awak obat penyakit lambung terbaik. Makan pisang awak hindari penyakit. Makan pisang awak tubuh tambah sehat. 

Setahun ini, saya kerapkali merasakan sakit berlebihan pada perut. Sakit ini bisa tiba-tiba terjadi dan membuat saya benar-benar kacau untuk melakukan banyak hal. Di kesempatan lain, saya enjoy saja karena tidak merasakan apa-apa.
Sakit yang tiba-tiba ini biasanya karena salah makan atau makan makanan yang pedas dan asam, bahkan karena terlambat makan dan perut dalam keadaan kosong. Solusi yang dilakukan adalah langsung mencari makanan. 
Pisang awak obat ampuh sakit lambung.
Namun masalah yang muncul tidak langsung lega, makanan yang dikonsumsi dalam keadaan perut sakit malah membuat tidak mudah dicerna. Perut semakin sakit dan makanan yang dimakan kebanyakan dimuntahkan.

Khasiat Pisang Awak untuk Sakit Lambung

Kejadian terparah, Ramadhan tahun lalu di mana usai berbuka dan setelah sahur saya muntah-muntah tak karuan. Apapun makanan yang saya makan, tetap dimuntahkan. 
Perut terasa perih dan memanas sampai ke dada bahkan di setiap persendian. Mau tidak mau saya harus makan walaupun dalam jumlah sedikit untuk energi dan tidak drop total. 
Keadaan yang tidak memungkinkan untuk puasa akhirnya saya konsultasi ke dokter dan mendapat vonis lambung bermasalah. Sebab pertama karena makan tidak teratur. 
Saya mendapat resep untuk diminum selama masa penyembuhan. Dan apabila sudah kuat saya dianjurkan untuk kembali berpuasa.

Pengalaman Pisang Awak Obati Sakit Lambung

Ternyata, sakit ini tidak hanya berurusan dengan perut kosong saja. Pikiran yang terkontaminasi dengan hal-hal negatif kadangkala membuat gundah berlebihan. 
Akibat dari gundah ini sakit di bagian perut terasa sampai ke kepala, mata juga ikut-ikutan kabur. Sedikit saja psikologis kena, maka sakit akan langsung dirasa. 
Obat-obatan yang diberikan dokter kemudian tidak lagi dikonsumsi karena tidak membawa pengaruh apa-apa selain rasa kantuk. 
Saya menerima saran di sana-sini untuk berobat secara tradisional. Ragu saya ketepikan dan berangkat ke tujuan dimaksud. 
Saya menemui seorang pandai agama yang biasa mengobati penyakit lambung dan gundah hati. Beliau mengurut perut saya dengan minyak zaitun diikuti dengan doa-doa dan beberapa penggalan ayat al-Quran yang saya tidak tahu dari surat mana dan ayat berapa.

Orang Pintar Sebut Khasiat Pisang Awat terhadap Penyakit Lambung

“Orang sakit lambung itu kembali lagi seperti bayi. Bayi dikasih makan pisang waktu kecil karena buah ini mudah dicerna oleh usus. Obat orang sakit lambung itu adalah pisang. Begitu sakit, makanlah pisang. Pisang yang bagus adalah jenis pisang Awak!” – Ummi, begitu kami menyebut nama beliau –

Pisang Awak merupakan salah satu pisang yang sangat mudah didapatkan dengan harga murah. Satu sisir pisang ini bisa didapat dengan harga lima ribu rupiah. Pisang ini biasanya juga dibuat untuk gorengan yang dijual sore dan malam hari. 
Jangan salah pilih, ini dia pisang awak.
Resep yang alami ini kemudian saya terapkan sesuai anjuran dari Ummi. Wanita ini sebenarnya bukan seorang yang tahu benar soal penyembuhan penyakit. 
Bekal yang dimilikinya adalah terapi diri sendiri ketika sakit lambung. Beliau makan pisang Awak sampai sekarang dan terbukti sudah jarang merasakan sakit lambung. 

Atur Pola Makan dengan Pisang Awak

Jadwal makan pisang Awak ini wajibnya dua kali dalam sehari. Sunatnya bisa kapan saja apabila perut terasa kosong atau tiba-tiba merasa sakit. Jadwal wajib pertama adalah di pagi hari. 
Cara makan pisang Awak di pagi hari adalah dengan dihaluskan kemudian dicampur dengan nasi dan garam secukupnya. Cara menghaluskannya adalah dengan menumbuk menggunakan gelas atau sejenisnya. 
Pisang yang kira-kira telah halus dicampur dengan nasi kemudian dihaluskan kembali untuk ukuran tidak akan sakit begitu masuk ke dalam perut. Jangan salah bahwa orang sakit lambung, makanan yang keras, atau makanan yang tidak tepat bisa membuat sakit seketika. 
Jadwal wajib kedua adalah menjelang tidur. Mau tidur jam sepuluh malam. Mau tidur jam dua dini hari. Perut tidak boleh dibiarkan kosong. 
Sedangkan jadwal sunat antara jam sepuluh pagi sampai jam dua belas siang dan antara jam empat sore sampai jam enam. Jadwal lain saat terasa sakit dengan cara makan pisang Awak saja, satu atau dua.

Pisang adalah salah satu manfaat terbaik dan nyaman untuk usus. – bayikusehat.com –

Saya menerima cukup banyak manfaat setelah mengonsumsi pisang Awak secara rutin. Saya seperti seorang bayi yang harus mengunyah makanan lembut dan pisang tiap hari. 
Selama saya merasakan nyaman dengan kondisi ini, nggak malu pula saya bawa pisang Awak di dalam ransel. Perut terasa lebih nyaman dan saya bebas untuk melakukan aktivitas. 
Pisang Awak yang saya konsumsi juga membuat usus lebih mudah bekerja karena selama ini dipaksa untuk tidak menggiling apa-apa atau hanya menggiling makanan seadanya dalam waktu tidak teratur.

Apa Saja yang Terkandung dalam Pisang Awak

Kalsium dalam pisang bermanfaat untuk tekanan darah yang sehat serta fungsi jantung sehat. Orang yang mengonsumsi pisang akan memiliki tekanan darah lebih baik dan stabil. – bayikusehat.com –

Resep dari Ummi tidak terlalu berat untuk saya jalani. Resep ini juga tidak membawa efek samping sampai sekarang. Buah – termasuk pisang – merupakan salah satu makanan sehat dari berbagai kacamata. 
Jika sebelumnya saya sering lemas dan merasa sakit luar biasa, setelah menjalani kehidupan dengan pisang Awak ini saya merasa tenaga lebih dari cukup untuk beraktivitas. Kondisi tubuh yang semula tidak terkendali kian hari semakin terkontrol. 
Selama sakit saya sering marah-marah nggak tentu, selama mengonsumsi pisang Awak saya malah lebih sabar. 
Sekarang, saya mengonsumsi pisang Awak bukan lagi untuk menyembuhkan sakit lambung namun sudah ke taraf pencegahan agar tidak kembali sakit. 
Rutinitas yang nggak memakan waktu lama ini membuat saya tidak lagi merasa sakit berkepanjangan. Memang, saya tidak bisa mengatakan telah sembuh total namun saya sangat terbantu dengan menu pisang Awak ini. 
Menu yang semula saya remehkan, menu yang sejak awal saya nggak mau makan sama sekali karena merasa nggak enak, seperti bayi dan alasan lain. 
Saya malah tertawa sendiri karena nggak bisa lepas dari pisang Awak. Dan ternyata, bukan hanya saya saja yang merasakan hal serupa. Setiap ketemu dengan orang yang pernah sakit lambung, selalu saja pisang ini solusinya. 
Benar kata orang tua dulu, pisang menyimpan segudang manfaat. Nggak salah orang tua kita menyumpal pisang Awak yang telah dihaluskan ketika masih bayi. 
Kandungan vitamin dan mineral lebih dari cukup untuk membangun stamina. Kandungan vitamin dan mineral secara terperinci saya jabarkan di bawah ini (dikutip dari bayikusehat.com). 

Kandungan vitamin pisang

  1. Vitamin A sebesar 144 IU
  2. Vitamin C sebesar 19,6 mg
  3. Folate (penting selama hamil) sebesar 45 mcg
  4. Vitamin B6 sebesar 82 mcg
  5. Niacin sebesar 1,49 mg
  6. Pantothenic Acid sebesar 31 mg
  7. Vitamin E sebesar 22 IU

Kandungan mineral dalam pisang

  1. Potassium sebesar 806 mg
  2. Magnesium sebesar 61 mg
  3. Phosphorus sebesar 50 mg
  4. Calcium sebesar 11 mg
  5. Iron sebesar 58 mg

Pisang awak sangat banyak sekali manfaatnya. Makan pisang awak tiap hari akan membantu pencernaan dan terhindar dari penyakit lambung. Dan, jika kamu ingin makanan sehat bisa mampir ke Snack Box Jakarta Barat.

Categories
Uncategorized

10 Alasan Mengapa Kamu Wajib ke Aceh

Aceh selalu memiliki pesona berlebih di mata saya. Bukan saja karena lahir dan besar di nanggroe yang pernah konflik dan tsunami, Aceh adalah “sesuatu” yang sulit saya jabarkan identitasnya. 
Mulai dari perang melawan penjajah, Aceh telah dikenal sebagai bangsa yang perkasa. Teuku Umar, Cut Nyak Dien, Hasan Tiro, Cut Mutia, Laksamana Malahayati, adalah segelintir pejuang kemerdekaan Aceh, yang berimbas cukup besar terhadap kemerdekaan Indonesia.
Sejarah memang dikenang untuk dijadikan pelajaran. Namun suatu daerah patut dikunjungi karena menyimpan tak sediki pesona! 

Syariat Islam di Aceh sangat Toleransi

Bicara Aceh dewasa ini, tentu saja bicara mengenai syariat Islam. Namun tahukah Anda bahwa syariat Islam di Aceh merupakan satu-satunya aturan dan perundang-undangan Islam di Indonesia yang kokoh sekali penerapannya, bahkan di Asia Tenggara. 
Penerapan syariat Islam di Aceh menyentuh banyak kalangan, walaupun dalam langkahnya tersandung di sana-sini. Pelaksanaan syariat Islam di Aceh menjadi acuan tersendiri karena pemerintah daerah tidak seenaknya menerapkan aturan. 
Benar banyak qanun yang kemudian ditentang karena tidak sesuai atau menyudutkan golongan tertentu – khususnya perempuan – namun hukum Islam ini tak pernah berhenti. Ia terus melaju dan mengepakkan sayap sampai ke langit tertinggi. Dan seperti yang terlihat saat ini, masyarakat Aceh merasa aman dan nyaman di bawah naungan hukum Islam. 
Syariat Islam di Aceh.

Masjid Raya Baiturrahman Jadi Ikon Syariat Islam di Aceh

Mengapa saya memasukkan Masjid Raya Baiturrahman ke dalam list daftar kunjungan kamu jika ke Aceh? Karena inilah ruang publik yang wajib dikunjungi jika ke Banda Aceh. Toh, tak berfoto di depan masjid ini kamu dianggap belum pernah menginjakkan kaki di Aceh – Banda Aceh khususnya. 
Di perkarangan masjid yang luas kamu bisa ngapain saja asalkan sesuai aturan Islam. Misalnya berpakaian sopan – tidak ketat, tidak berduaan dengan nonmuhrim, bersenang-senang di luar batas kewajaran atau hal-hal lain yang menimbulkan prasangka tidak bagus terhadap Islam. 
Di dalam masjid yang adem, kamu bisa beribadah sepuasnya dan meminta pertolongan dari petaka yang tak kunjung usai. Percaya deh, saat berada di dalam masjid ini rasanya enggan pulang! 
Masjid Raya Baiturrahman.

Museum Tsunami Aceh Ikon Tsunami Aceh

Alasan terkuat kamu wajib ke Aceh karena terdapat museum yang dirancang oleh Ridwan Kamil. Museum ini menawarkan informasi dengan jumlah banyak mengenai musibah yang telah menimpa Aceh dan sebagian Sumatera Utara akhir 2004. 
Kenangan demi kenangan bisa kamu jadikan pelajaran kedahsyatan musibah terbesar abad ini. Pentingnya kamu menyelusuri lorong demi lorong di dalam museum karena kamu bisa melihat betapa getirnya musibah itu. Dengan itu, kamu bisa bersyukur terhadap hidup yang damai dan sejahtera saat ini. 
Museum Tsunami Aceh.

Kapal Apung Sejarah Tsunami di Aceh

Benarlah. Hanya di Aceh saja kapal besar berada di tengah-tengah penduduk. Kapal Apung atau PLTD Apung merupakan kapal yang diangkut tsunami ke Punge, Banda Aceh. 
Letaknya yang tak jauh dari Museum Tsunami maupun Masjid Raya Baiturrahman menjadikan Kapal Apung sebagai alternatif wisata untuk kamu. Semakin hari Kapal Apung semakin diperbaharui sehingga saat ini telah disulap sebagai museum yang menarik. 
Pernak-pernik mengenai perkapalan bisa dinikmati dengan gratis di Kapal Apung ini. Berminat mengunjunginya? 
PLTD Apung Aceh.

Orangnya Aceh Ramah-ramah 

Oh, ayolah! Saya seperti enggan menulis ini. Tapi betul demikian adanya. Orang Aceh itu sangat memuliakan tamu. Jika ada tamu datang ke rumah, gula atau kopi pun bisa ngutang dulu ke tetangga. 
Makan pun didahulukan untuk tamu walaupun sendiri hanya makan dengan garam saja nantinya. Tak apa-apa. Tak apa-apa. Begitulah orang-orang Aceh memberikan penghargaan kepada tamu-tamu mereka. 
Keramahan orang Aceh itu tak hanya dari sikap melayani tamu tetapi hampir semua perilakunya ramah-tamah. Sudikah kamu berkenalan dengan kami? 

Sunset di Aceh Indah Sekali

Musibah besar tak mampu menyulap panorama alam di Aceh menjadi buram. Baik matahari terbit maupun matahari terbenam masih menjadi pemandangan nomor satu yang sulit dilewatkan di sepanjang pantai di Aceh. 
Menunggu sunset menjadi pilihan kamu selama di Aceh. Luas wilayah Aceh yang rata-rata di kelilingi laut bisa dengan mudah menunggu matahari terbenam. 
Tak hanya saat di Banda Aceh saja, di Aceh Besar, di Aceh Barat, di Aceh Selatan, di Nagan Raya, adalah tempat terasyik menanti sang surya tenggelam. Siapkan kamera kamu supaya tak terlewatkan momen berharga ini! 
Sunset di Aceh.

Warung Kopi Tak Pernah Mati di Aceh

Aceh sejuta warung kopi! Benar sekali. Di mana-mana adalah warung kopi dengan fasilitas internet gratis atau warung kopi konvensional. Walaupun warung kopi semakin hari semakin meningkat pertumbuhannya, para penikmatnya pun entah datang dari mana. 
Warung kopi itu selalu penuh. Contoh saja di Banda Aceh yang telah disulap oleh berbagai nama warung kopi. Tahukah kamu jika warung kopi tak hanya sebagai tempat nongkrong semata? Dari warung kopi lahir ide-ide brilian memajukan Aceh. 
Dari warung kopi puluhan bahkan ratusan artikel blog dari blogger Aceh gentayangan di dunia maya. Dari warung kopi mahasiswa-mahasiswi menyelesaikan tugas mereka atau meeting kegiatan sosial. Rasa kopi yang candu membuat penikmatnya tak mau terburu-buru berlalu darinya. Kamu yakin tak tergoda dengan rasa kopi Aceh? 
Sanger di Aceh.

Mencicipi Mi Aceh yang Lezat

Mi Aceh telah sangat terkenal ke seluruh negeri ini. Tetapi mi yang dibuat di Aceh tentu berbeda dengan mi Aceh yang dijual di luar Aceh. Kamu bebas memilih pilihan mi Aceh selama di negeri kami. 
Mau mi kepiting? Mau mi udang? Mau mi campur telur? Bebas memilih dengan harga lumayan murah untuk kantong kamu sebagai pelancong. 
Mie Aceh yang Lezat.

Perempuan Aceh Itu Berjilbab 

Siapa bilang ke Aceh harus berjilbab? Katanya Aceh syariat Islam. Itu benar. Perempuan di Aceh tidak memakai jilbab karena tuntutan aturan saja. 
Jilbab telah menjadi “nyawa” bagi perempuan Aceh. Biarpun masih ada yang membangkang, itu adalah urusan dirinya dengan Tuhan. 
Namun, perempuan Aceh yang bermarwah selalu menjaga dirinya sebagai wanita, istri, dan anak perempuan dalam keluarga dan lingkungannya. 

Sabang Begitu Indah

Sabang adalah Bali Aceh? Saya tidak setuju. Sabang ya Sabang. Bali ya Bali. Pesona Sabang mudah saja kamu dapati melalui blog atau website pemerintah daerah. 
Saya pun tak mau muluk-muluk, Sabag tetap wajib masih ke dalam list tujuan wisata kamu selama di Aceh. Apalagi kapal ke Sabang bisa pergi pagi dan pulang sore. Tak ada halangan untuk kamu menikmati Sabang selagi masih ada kesempatan. 
Sabang yang Indah.
Acehku, Acehmu juga. Sudahkah kamu masukkan Aceh ke dalam daftar perjalanan akhir tahun ini?
Categories
Uncategorized

Jelajah Makanan Halal di Bangkok Jangan Lupa Bertanya ‘Apakah Menu Ini Mengandung Minyak Babi?’

Rasa bebek ini sedikit asin untuk lidah saya.
ibis Bangkok Sathorn, terasa begitu padat di pagi itu. Saya yang
masih jetlag dan membayangi hantu Thailand di kamar seorang diri,
terhuyung-huyung turun ke lobi lalu menuju meja yang tertata sendok dan garpu
di atasnya. Ngomongin hantu Thailand memang menyeramkan, begitu menyesak
sampai ke dada memberikan definisi tentang itu. Mungkin pernah secara tidak
sengaja saya melewati sebuah cuplikan di Youtube tentang film Thailand, seremnya
buat saya langsung mual. Cerita dari orang yang pernah menonton film negeri
gajah putih ini menjadikan patokan untuk saya tidak bisa mematikan lampu di
kamar hotel semalaman.  

Orang-orang
sangat sibuk menyendok nasi atau mengunyah roti. Saya kok masih terasa
mules untuk memulai sesuatu yang bisa menghangatkan perut. Di samping kiri
saya, roti-roti dengan sereal begitu menggoda. Namun itu bukanlah menu yang
membuat saya benar-benar kenyang. Di depan itu, minuman yang terdiri dari juice,
teh dan kopi tidak begitu menggoda. Saya akan meneguk segelas juice apel
saja dan air putih dalam jumlah banyak. Di sudut yang menuju pintu dapur, aneka
makanan berat terhidang dengan sempurna. Kini saatnya saya menyendok nasi,
sayur-mayur, telur yang dibuat seperti agar-agar, dan menghindari daging karena
berbagai alasan ‘keselamatan’ yang kemudian membuat saya tidak selamat bukan
karena perkara daging. Berhadap-hadapan dengan makanan berat itu, meja buah
terhidang begitu menggugah selera. Mata saya langsung terbinar, seperti baru
saja menemukan harta karun dalam jumlah banyak. Melon warna kuning, pepaya dan
buah naga yang telah dipotong-potong kecil, cukup kuat untuk saya tarik ke
piring yang tersedia tak jauh dari itu.

Saya
dengan bangga memuat nasi dan lauk dalam jumlah banyak, tentu untuk porsi saya
sendiri. Pikir saya, breakfast kali ini begitu menguntungkan pada pagi
pertama di negeri orang. Saya tidak mau menyia-nyiakan kesempatan emas ini
karena belum tentu bisa menikmati hidangan selezat ini nantinya. Saya
meletakkan piring yang telah berisi itu di atas meja dengan alas warna-warni. Sesuai
keinginan sebelumnya, saya mengambil segelas juice apel dan segelas air
putih, di bagian akhir nanti saya menambahkan air putih sampai tiga gelas lagi.
Piring
berisi nasi dan sayur cukup menggiurkan lidah agar segera mencicipinya. Saya
aduk di sisi kanan, sedikit dicampur sayur lalu menyantapnya. Annafi yang telah
selesai sarapan pamit ke kamar untuk siap-siap. Semula, blogger dengan kacamata
tebal itu duduk di hadapan saya tanpa berkata banyak. Ia terlihat sibuk dengan smartphone,
mungkin saja sedang mengabari kerabat di Jakarta.
Lima
menit kemudian, Nurul dan Vika terlihat di lobi. Saya melambai namun mereka
tidak melihat. Nurul tampak bercakap-cakap dengan seorang pelayan dan Vika
manggut-manggut di sampingnya. Nurul seperti tidak melihat saya dan mengambil
roti sebelum benar tersadar saya ada di depannya. Piring berisi nasi masih
penuh di depan saat Nurul menyadarkan saya tentang hal krusial itu. Apa yang
terjadi kemudian, masih untung, saya benar-benar tidak menyemarakkan rasa malu.
“Bai,
kamu makan nasi ya? Aku sudah tanya sama pelayan, katanya semua mengandung
minyak babi!” tegas Nurul ‘menegur’ saya yang masih membolak-balikkan sendok
dan garpu di atas piring. Sesaat, saya menahan mual yang begitu menggelora. Saya
meneguk juice seketika dan air putih setelah itu. Sisa nasi di atas
piring sangat disayangkan namun tidak bisa saya apa-apakan karena kuah sayur
yang berminyak telah menyelimutinya.
‘Apakah
makanan ini mengandung minyak babi?’ menjadi keharusan saat kami hendak makan. Tahan
makan daging tidak lantas membuat saya aman di negeri orang, terutama di
Bangkok. Pengalaman pertama ke luar negeri memang menyesak di dada. Tetapi ini
cukup untuk menjadi pelajaran penting buat saya. Kekhawatiran dan ragu-ragu itu
pula yang membuat saya memilih seafood maupun freshfood untuk
menu makanan selanjutnya.
Begitu
pun saat kami makan siang di Siam Paragon, sebuah pusat perbelanjaan terkenal
di kota Bangkok. Saya lebih sering celingak-celinguk mencari makanan yang
benar-benar bisa disantap. Pertanyaan serupa mungkin tidak berlaku di tengah
keramaian itu. Pelayan di sini terlalu sibuk untuk mengurusi semua pelanggan. Saya
memilih yang menurut hati benar ‘aman’ walaupun kadar itu tidak bisa saya
jamin. Saya menghindari daging jenis apapun karena ragu soal proses
penyembelihan yang jauh dari hukum Islam. Saya memilih makanan lain yang
kiranya lebih aman.
“Di
sana ada nasi briyani, Bai!” kata Nurul yang telah memesan nasi khas Timur
Tengah itu.
“Dekat
mana?” saya masih ragu dan gamang.
“Kamu
jalan saja ke arah tadi,” kata Nurul yang tengah bersiap menyantap nasi briyani
di piringnya. Saya lalu mengarah langkah kembali ke tempat di mana mini bar
menyediakan makanan. Saya kembali memasang mata lebih teliti, membaca dengan
jeli, sampai akhirnya menemukan penjual nasi briyani. Tak lama setelah memesan,
menu itu diberikan kepada saya setelah membayarnya menggunakan kartu yang
diberikan Freddy. Mata saya terbinar karena nasi telah begitu diidam-idamkan
setelah pagi tadi gagal menyantapnya.
“Akhirnya
makan nasi,” celutuk saya seorang diri dan tidak ditanggapi oleh yang lain.
Menarik mata di depan Siam Paragon namun tidak berani mencicinya.
Penjual yang ramai.
Di
sore yang begitu menggebu, kami yang telah siap dengan pakaian resmi menjadi
tamu kehormatan di acara Priceza Award di Aksra King Power, Victory Monument. Freddy yang menjadi guide sudah tidak
sabar dengan kehadiran kami di terminal Bangkok SkyTrain (BTS). Saya, Nurul dan
Vika yang naik satu taksi malah mendapat ‘kemudahan’ dengan diturunkan pada
tempat yang bukan jalan menuju pintu masuk ke BTS. Kelompok lain yang terdiri
dari Indah, Annafi, Yogi dan Juliawan dengan mudah mencapai tempat yang
dimaksud.
Dres
kembang yang dipakai Vika diterbangkan angin ke mana suka. Belum lagi Vika mengenakan
sepatu high heels yang tampak begitu kesusahan menaiki tangga. Freddy
berulangkali menghubungi melalui jaringan telepon Line, sekadar memberi
petunjuk arah. Namun kami yang terlanjur kalut dalam terburu-buru terasa begitu
sesak di dada. Sopir taksi yang tidak begitu mahir berbahasa Inggris itu
sepertinya tidak paham apa yang kami maksud.
Kembali
ke soal makanan yang tidak mengandung minyak babi, di gala dinner
sebelum acara puncak, hidangan yang terhidang begitu menggoda selera. Ramayana Restaurant by King Power begitu sesak oleh tamu undangan yang rapi dan wangi. Saya ingin mencaci
maki diri sendiri melihat menu-menu yang memang terasa nikmat. Kami telah duduk
di meja yang telah tersedia dengan secara bergantian mengambil makanan. Tiba
giliran saya yang celingak-celinguk ke meja prasmanan, bingung mau mencomot
menu apa. Memutar waktu ke pertanyaan di judul artikel ini seakan tidak mungkin
karena semua pelayan terlihat sangat sibuk.

Saya
mengambil beberapa potong cake dan buah-buahan. Balik ke meja, beberapa
dari kami telah memilih makanan yang berat seperti daging. Saya balik lagi ke
meja prasmanan, mencari apa yang bisa diambil dengan mudah tanpa menimbulkan
ragu-ragu. Seorang pelayan mendekati saya yang kebingungan.
“Halo,
apakah kamu seorang muslim?” begitu tanya pelayan tampan itu dalam bahasa
Inggris. Pelayan ini menebak saya muslim karena duduk dalam kelompok berjilbab,
Nurul dan Annafi. Wajahnya kayak beraroma operasi plastik, jika penilaian
terhadap seseorang di Thailand selalu demikian. Namun pesona pria itu tidak
menjatuhkan anggapan saya terhadap hal berbau negatif untuknya. Saya lihat dia
tampan, ya begitu adanya tanpa memikirkan apakah dia mengubah bentuk wajah atau
tidak.
“Iya,
saya sedang mencari menu yang sesuai,” agak terbata saya melihat-lihat menu
yang berwarna-warni di atas meja. Tamu undangan lain tampak begitu nikmat
menyantap menu-menu yang terhidang.
“Kamu
bisa mencoba seafood di sebelah sana, menu itu kami sediakan untuk tamu
yang tidak memakan babi,” ujar pelayan itu sambil menunjuk arah. Saya girang
bukan kepalang. Niat hati yang tarik ulur waktu untuk bertanya ‘apakah makanan
ini mengandung minyak babi?’ telah terjawab. Saya bergegas ke sisi ruangan yang
tersudut di bagian luar gedung. Asap mengepul dari tungku modern. Udang-udang
berwajah ceria di atas panggang. Saos kecap yang dicampur aneka resep lain
hampir sama dengan saos yang sering saya buat.
“Silakan
diambil,” ujar pelayan yang mengipasi diri. Entah ia lupa sedang berada di
depan panggangan udang yang butuh kipas saking kepanasan. Saya mengambil
beberapa udang yang besarnya sebesar genggaman anak-anak. Rasanya, ini lebih
dari cukup untuk mengenyangkan perut karena nanti malam kami tidak mendapat
jatah makan lagi dari Freddy – Priceza.
“Ambil
udang di mana, Bai?” benar kan? Semua pada ribut saat saya meletakkan
sekelompok udang di atas meja. Saya lupa setelah itu siapa yang mengambil udang
dan kepiting. Kami menyantap menu ini dengan lahap, kayak sedang piknik di
bibir pantai. Suara tawa menggelegar di meja kami karena hanya kami saja yang
makan udang dengan tangan.
Hari
sebelumnya, saat lunch bersama CEO Priceza, Thanawat
Malabuppha
, kami semua begitu
yakin bahwa makanan yang disajikan adalah halal. Menu-menu yang terhidang di
atas meja benar-benar membuat selera makan naik ke ubun-ubun. Mr. Thanawat yang berbicara
sembari tersenyum memberikan apresiasi kepada kami semua. Ramahnya melebihi
makanan yang terhidang di depan mata. Berulangkali pula Mr. Thanawat meminta kami untuk
menambah makanan lain agar kekuatan bertambah untuk jalan-jalan keliling
Bangkok setelah itu.
Ini ayam yang renyah.
Monlamai
Vichienwanitchkul
yang duduk
bersisian dengan saya rupanya lancar berbahasa Indonesia. Wanita cantik ini tak
jemu-jemu mempromosikan rasa menu yang terhidang. Bahkan, saya yang semula
malu-malu kucing kabur malah benar-benar tak tahu lagi urat malu di mana. Hampir
semua ikan yang besar itu saya santap sendirian yang menimbulkan tawa pada
semua.

Mana udang? Kok kayak sembunyi di dalam kuah ini.
Saya
yang kalut, hanya memotret menu-menu yang tersedia tanpa tahu lagi nama untuk
menu ini. Sihir makanan yang terhidang lebih besar daripada mengingat semua
soal rasa dan selera. Di bagian ini pula, kami tidak bertanya apa-apa soal menu
dan hanya menyantap saja dengan lahap.
Dan,
begitulah tanya itu menjadi panjang. Saya yakin satu hal, bahwa di mana-mana,
negeri terjauh sekalipun, makanan halal itu tetap ada.  
Categories
Uncategorized

Kantuk Hilang dengan Secangkir Kopi di Gunung Terindah di Aceh

Kopi terenak di Aceh
Kopi yang bikin candu! – photo by Bai Ruindra
Kopi bisa menghilangkan kantuk? Seorang traveler wajib tahu tentang ini. Namun semua kembali ke
soal rasa sih. Saya mengatakan kopi bisa menghilangkan kantuk,
belum tentu kamu mengiyakan.

Sepeda
motor matic saya melaju kencang di jalan lintas barat Aceh. Saya memang
bukan pengendara ulung namun cukup sering berkendara selama 4 sampai 5 jam ke
Banda Aceh. Nikmat saja berkendara sambil menikmati pemandangan laut yang biru,
alam yang sejuk, pengunungan yang tinggi, sisa-sisa tsunami yang membisu dan
hal-hal lain yang membuat rasa syukur itu melankolis.
Lelah
sudah pasti, kantuk bisa saja datang. Saya harus mencari tempat yang cocok
untuk berhenti sejenak. Selain SPBU, puncak gunung ini menjadi salah satu pilihan
terbaik untuk istirahat sejenak.
Karena
apa?
Saya ingin ngopi, ingin makan mi atau minum air kelapa muda.
Saya
menepikan sepeda motor di tempat parkiran yang telah tersedia. Angin sepoi-sepoi
dari laut terasa menyejukkan wajah. Jalanan sepi berbaur dengan keheningan yang
kemudian menjadi kekhusyukan tersendiri. Adik saya telah terbirit-birit
terlebih dahulu, mencari kamar kecil. Saya memilih tempat yang cocok untuk
menghadap ke lautan lepas. Sebuah pulau dengan megah dan kokoh ada di sana. Pulau
itu tak goyah bahkan menghilang akibat tsunami akhir tahun 2004. Pulau itu
tetap saja menarik dan eksotik. Entah siapa yang pernah ke sana. Entah siapa
pula yang tinggal di sana.
“Mau
pesan apa, Bang?” seorang wanita yang saya taksir berusia 35 tahun itu bertanya
saat adik saya telah duduk dan mengarahkan kamera ponselnya ke segala sisi.
“Kopi,
kelapa muda dan mi,” tiga menu ini adalah favorit di sini. Terlebih kopi itu. Aromanya
khas sekali. Kekentalannya terasa sampai ke ubun-ubun. Ampasnya bahkan lebih
banyak dari kopi itu sendiri. Namun soal rasa, kopi ini bisa menghilangkan
kantuk seketika!

Pesanan
kami datang kira-kira sepuluh menit kemudian. Kami siap menyantap mi dengan
lahap, mengisi perut yang keroncongan. Setengah perjalanan telah dilalui dan
kami butuh tenaga untuk menggerakkan tubuh kembali. Kelapa muda yang segar
menambah kebutuhan akan air di dalam tubuh. Sebagai candu yang kuat, kopi telah
tersedia dengan manis, menggoda, kafein tingkat tinggi dan sekali aduk aromanya
langsung menyengat.
“Inilah
kopi Geurute!” seru saya seakan kepada diri sendiri. Cangkir kopi yang
sederhana. Kemasan yang sama sekali tidak menarik untuk pecinta kuliner kelas
atas. Ampas yang nggak banget jika menilai dari estetika sebuah minuman
berdasarkan level lebih tinggi. Cara seduh yang ‘kampungan’ sekali padahal
harganya jauh lebih mahal. Tetapi, tahukah kamu keunikan dan kenikmatan itu
bisa datang dengan sendirinya?
Rasa
kopi di atas Gunung Geurute ini memang tidak seberapa dengan kafe-kafe kelas
atas. Kopi ini diseduh dan disajikan dengan rasa kampung. Keunikan inilah yang
kemudian membuat kamu terbelalak dan membahak dalam hati. Sedikit saja kamu
meneguk kopi ini, pelurunya langsung menancap ke dasar otak, memberikan
atmosfer lebih baik, membidik kantuk, meledakkannya seketika. Kekuatan kopi
Aceh di atas Gunung Geurute memang tiada tanding. Kopi ini sangat cocok untuk
kamu yang melintasi barat selatan Aceh. Persinggahan yang beraroma laut, gunung
tinggi, jalan sepi dan aneka makanan yang dijual lebih mahal jika kamu turun ke
bawah gunung ini.

Gunung
Geurute dikenal sebagai salah satu tempat termenarik jika kamu melintasi barat
Aceh. Gunung ini adalah akhir dari perjalanan panjang untuk melepas lelah. Terletak
di kawasan Aceh Jaya, Gunung Geurute menjadi objek wisata tersendiri. Tidak hanya
kopi yang bisa menghilangkan rasa kantuk saja, pemandangan Lamno di bawah sana
cukup baik seperti hamparan lukisan mahakarya. Hitung-hitung, jika kamu sedang
mencari wanita mata biru di kawasan Lamno, secangkir kopi di atas Gunung
Geurute ini bisa mengobati rasa penasaran terlebih dahulu. Dari atas ini pula
kita dapat melihat panorama alam yang terhampar luas. Laut biru mengarung
dengan kencang.
Kopi
di atas Gunung Geurute membuat saya kangen sesekali. Jika bepergian dengan
sepeda motor, saya sempatkan untuk berleha-leha sejenak di sini. Sebenarnya rasa
yang membuat kopi di sini nikmat karena saya butuh tenaga lebih kuat agar
sampai ke Banda Aceh atau sebaliknya ke Meulaboh. Rasa kantuk itu tentu perlu
obat agar saya tidak kelabakan dalam berkendara.
Jalan
yang dilalui juga menarik kok. Gunung terbelah menjadi objek foto
menarik jika kamu berani di tengah jalan. Kudu hati-hati kalau soal ini,
kendaraan yang melintasi jalanan ini selalu dalam kecepatan tinggi. Eh, kamu
boleh juga menyediakan pisang untuk memberikan kepada tamu istimewa di
tengah-tengah jalan.
Tamu
itu adalah monyet yang selalu manja jika ada yang menepikan kendaraan mereka. Pasukan
monyet tak akan malu menyerbu karena insting akan pisang enak akan mereka
dapatkan begitu saja. Monyet-monyet ini biasanya berkelompok dan mereka cukup
sering bermain di jalanan yang sepi, yang tiba-tiba dilintasi oleh kendaraan
satu persatu.
Kamu
yang akan melintasi barat Aceh, boleh deh mampir dulu di atas Gunung
Geurute ini. Secangkir kopi akan membuat kamu kangen akan keindahan alam Aceh
dari atas gunung ini. Saya juga yakin, kantuk
kamu akan hilang karen secangkir kopi
di sini!
Categories
Uncategorized

Cari Makanan Halal di Bali, Colek Saja Ayam Betutu Bu Agung Ulan

ayam betutu halal di bali
Ayam Betutu yang pedas dan khas di Bali – Photo by Bai Ruindra
ke Bali, ada nggak ya makanan halal?
Pertanyaan
yang wajar mengingat Bali merupakan salah satu destinasi yang didominasi oleh
umat Hindu. Kuliner halal tentu masuk ke dalam catatan paling atas. Pandu sebagai
guide dadakan juga telah memberikan list tempat makan yang layak
untuk saya, dirinya, dan Sandi.

Baca Juga

Bliss
Surfer Hotel Kuta Bali, Area Surfing untuk yang Belum Bisa Berenang
 

Saya
sempat berpikir akan susah sekali mendapatkan makanan halal di Bali. Saat sarapan
di penginapan
saja, saya sedikit deg-degan dan menyenggol Sandi. Penginapan
kami hampir semua dihuni oleh bule – turis luar negeri. Sejak check-in pada
malam harinya, kami belum bertemu dengan turis dalam negeri. Sandi tampak enjoy
menyantap breakfast yang benar-benar enak di penginapan endorse
kami tersebut.
Sehari
sebelumnya, 09 September, kami telah mampir ke salah satu warung makan yang
sempit, tertata seadanya, sepi dan tentu saja nyaman. Kekhawatiran saya akan
makanan tidak halal di Bali sirna sudah. Tenang saja, ada kok warung
makan halal di sudut-sudut kota tersembunyi. Asalkan jeli, kamu nggak akan nyasar
ke warung makan tidak halal.
Warung
makan ini terletak di Jalan Tukad Pakerisan, Panjer, Denpasar, Bali. Di pintu
masuk saja telah terlihat dengan jelas nama warung makan ini. Begitu duduk di
kursinya yang sederhana, keraguan itu benar-benar sirna saat wanita berjilbab
menghampiri. Warung Ayam Betutu Muslim Bu Agung Ulan bukanlah warung makan
berbintang dengan aneka makanan mahal. Warung makan ini cocok untuk
mengenyangkan perut kami; saya, Sandi, Pandu, Triadi dan Bli Kangin, driver
kami.
“Ayam
betutu itu seperti apa?” tanya saya. Agak lugu dan sebenarnya memang tidak
paham dengan nama kuliner ini.
“Lihat
saja nanti,” ujar Pandu.
“Sama
dengan ayam penyet?” kejar saya lagi.
“Beda!”
tegas Pandu.
“Beda
dia,” Sandi seakan-akan tahu juga kuliner yang akan kami santap nanti.
Celoteh
demi celoteh anak muda dalam kondisi perut keroncongan terjadi. Pikiran saya
benar-benar belum tenang sebelum sepiring nasi, ayam betutu, sambal yang pedas
itu sampai ke depan mata. Aromanya terasa khas. Ayam Betutu dibumbui dengan
kuah yang dikecap pedas walaupun telah saya sampaikan jangan terlalu pedas. Dasar
lidah yang tidak bisa merasakan pedas, saya tetap pedas meskipun mereka yang
lain terbahak saat mencicipi kuah di piring saya. Sandi lebih tertantang untuk
merasakan kuah Ayam Betutu dengan porsi sangat pedas. Tidak hanya itu, Sandi
juga mencolek sambal di piringnya dan di piring saya dengan lahap. Saya kira,
orang Jawa itu nggak begitu suka makan pedas. Sandi kok mau makan pedas?
– lupa saya tanya kepadanya waktu itu.
Ayam
Betutu disajikan dengan lebih besar dibandingkan dengan ayam penyet. Satu porsi
Ayam Betutu yang dijual sebesar 30 ribu dipotong besar-besar, baik dada maupun
paha. Untuk saya yang tidak banyak makan, satu porsi Ayam Betutu bisa disantap
sendirinya tanpa ditambah nasi. Bisa ditebak, saya menyisakan sedikit nasi
karena terlalu lahap menyantap Ayam Betutu. Mau meninggalkan potongan paha ayam
itu, kasihan telah bayar mahal, oh bukan yang itu, rugi benar karena di Aceh
saya tidak akan mendapatkan Ayam Betutu yang sama dengan di Bali, mungkin saja
di Aceh belum ada yang jual Ayam Betutu.
Ayam
Betutu terasa lebih istimewa di lidah saya. Barangkali karena ini kali pertama
saya merasakan kuliner ini. Satu kekurangan di lidah saya adalah makanan ini
terlalu lembek. Saya lebih menyukai ayam yang sedikit keras seperti ayam
kampung. Namun kuah dan sambal dari Ayam Betutu ini benar-benar belum pernah
saya rasakan. Kuahnya pas, semua bumbu terasa menusuk sampai ke daging ayam
yang lembut. Tulang-tulang ayam pun rasanya enggan untuk dibuang saking bisa
dikunyah.

Baca Juga

Keheningan
Pura Taman Ayun di Bali yang Eksotik danKental Ajaran Hindu

Bali
tidak selalu menyuarakan tentang panorama yang indah. Kuliner yang membuat
lidah bergoyang juga patut dicoba. Kamu yang seorang muslim tentu tak perlu
khawatir karena di Bali banyak sekali warung makan yang menghidangkan kuliner
halal. Cukup pasang mata dengan jeli, lirik kiri dan kanan, baca yang teliti,
kamu akan menemukan warung makan halal. Eh, bisa juga kamu searching di smartphone
mewah itu tempat makan halal di Bali.
ke Bali dan berburu kuliner halal, boleh kok kamu coba!
Categories
Uncategorized

6 Kue Wajib Khas Aceh di Hari Lebaran

Idul Fitri sebentar
lagi. Para perempuan di Aceh telah sibuk dengan adonan kue di dapur
masing-masing. Kue-kue ini sangat wajid dihidangkan di hari lebaran. Kue-kue
ini telah ada dari turun-temurun. Kue khas Aceh yang selalu menjadi ikon
tersendiri dalam wisata kuliner di negeri ini.

Apa
saja kue khas Aceh ini?

Karah

Kue
Karah dikenal juga dengan kue sarang burung. Bentuknya yang berbentuk sarang
burung ini sangat mudah dikenali sebagai kue khas Aceh.

Kue ini terbuat dari
tepung beras, gula, garam. Adonan yang telah diaduk kemudian dimasukkan ke
dalam wadah khusus yang bagian bawahnya telah dibolong-bolong.

Adonan kue ini
tidak boleh keras supaya mudah keluar dari wadah. Wadah adonan ini dibuat dari
tempurung kelapa sehingga semakin lama dipakai semakin menghitam dan mengilap
dan kuat.

Adonan
yang telah diisi ke dalam wadah kemudian dikaitkan pada tali di atas minyak
panas. Wadah adonan ini kemudian diputar-putar dan diketuk-ketuk supaya adonan
keluar merata dan tidak putus-putus.
Perempuan
Aceh bisa membedakan mana kue karah yang bagus uratnya, mana yang kurang
rapi. Proses pematangan kue ini tidak lama. Jika sudah kekuningan lantas
dikatupkan dan kue karah siap diangkat dari minyak. Lalu ditempatkan ke
dalam wadah besar untuk membuang minyak yang masih melekat. Kue Karah siap
dinikmati!

Kue Seupet

Dinamakan
Kue Seupet karena pembuatannya dijepit oleh wadah yang terbuat khusus. Wadah
yang biasanya dijual itu memiliki aneka corak. Adonan kue seupet juga
harus cair karena kue jadinya nanti akan tipis. Adonan kue seupet
terdiri dari tepung beras atau tepung kanji, vanilli, garam, gula, telur.

Kue Bhoi

Kue
Bhoi tak lain adalah kue yang “biasa” ditemui di pasar. Namun pembuatan
kue ini tergolong berbeda karena dimasukkan ke dalam wadah yang unik. Wadahnya
bisa berbentuk ikan, bunga-bunga dan lain-lain.

Grue-grue  (Kue Pret)

Kue
ini dikenal dengan sebutan grue-grue atau kue pret. Kue pret
karena wadahnya berbentuk panjang dan di bagian sisi bawahnya dibolong-bolong. Adonan
yang keras dimasukkan ke dalam wadah kemudian ditekan dari atas dan keluarlah
kue pret.

Adonan yang keluar dari wadah bisa dibentuk aneka rupa, bulat
maupun bentuk hati. Adonan yang telah dikeluarkan dari wadah kemudian digoreng
sampai matang.

Kue Bawang

Kue
ini dinamakan kue bawang karena dicampur dengan bawang merah sehingga rasanya
tak jauh beda dengan rasa bawang. Kue bawang biasanya dipotong kecil-kecil
sebesar jari anak kecil kemudian digoreng. Rasanya sungguh enak dibandingkan empat
kue diatas, menurut saya pribadi.

Kue Layang (Goyang)

Kue
ini hampir sama dengan kue bawang. Adonannya hampir sama dan cara pembuatan
yang berbeda. Kue layang atau goyang memiliki wadah khusus.

Adonan yang
encer kemudian dilekatkan pada wadah lalu dimasukkan ke dalam minyak panas. Tunggu
sebentar, kemudian wadah digoyang-goyang supaya adonan lepas dari wadah.

Suasana lebaran memang berbeda di setiap daerah. Jika Anda ke Aceh, inilah aneka kuliner khas
Aceh di hari lebaran!
Categories
Uncategorized

Cita Rasa Kuliner Aceh Barat

Makanan! Pasti
tergiur. Karena setiap makanan punya kelezatan tersendiri. Apalagi mengenai
makanan khas daerah. Mau tidak mau tentu harus menjadi santapan terlezat
sepanjang masa. Makanan khas di suatu daerah tak perlu rempah-rempah impor. Semua
bahan baku sudah tersedia di alam, tinggal petik, racik, makan dan santap!
Aceh
tidak hanya dikenal sebagai tujuan wisata dengan pantai indah. Kuliner di Aceh
juga tak hanya kopi ulee
kareng
maupun kupi
khop
. Hidangan makanan yang terbuat dari daun-daun begitu menarik
perhatian. Dan yang pasti, dalam setiap pesta, makanan ini harus terhidang di
atas meja prasmanan. Tertarik mencoba makanan ini?
Bu Kulah
Inilah
nasi yang dibungkus dengan daun pisang. Ini nasi biasa. Daun pisang pun mudah
didapat di sekitar. Membungkus nasi dalam daun pisang bisa berbentuk piramida
maupun berbentuk persegi empat, di Aceh disebut bungkus mie goreng. Ukuran bungkus
daun pisang ini disesuaikan dengan kebutuhan. Tetapi, satu bungkus nasi dalam
daun pisang ini cukup untuk mengenyangkan perut orang dewasa.
Aroma bu kulah ini sedap sekali….
Benar.
Nasi yang dibungkus dengan daun pisang muda itu aromanya berbeda dengan nasi
yang langsung ditaruh di piring. Daun pisang muda yang telah dijemur sebentar
melekatkan aroma wangi kepada nasi. Keunggulan ini pula yang membuat nasi dalam
daun pisang menjadi hidangan yang lezat.
Bu Kulah – Bai Ruindra 
Gulai Pliek U
Ini
salah satu menu wajib orang Aceh. Gulai pliek u ini diracik menggunakan kelapa
kering. Di Aceh, ampas kelapa tidak hanya dijadikan santan namun juga sebagai
bahan baku penghasil minyak. Kelapa yang sudah diparut lalu dikeringkan dan
diperas sehingga menghasilkan minyak kelapa. Kelapa yang sudah kering itu
dipastikan sudah terkuras kadar minyaknya. Inilah yang dinamakan pliek u.
Gulai
pliek u itu sendiri dibuat dari aneka daun-daun yang bisa dimakan. Daun-daun
tersebut (saya tidak tahu dalam sebutan dalam bahasa Indonesia), sangat mudah
didapatkan di lingkungan sekitar. Daun-daun ini dicingcang halus. Boleh ditambahkan
udang, kacang, maupun nangka muda yang telah dipotong kecil-kecil. Bumbu-bumbu
lain sama dengan memasak makanan lain seperti cabai, bawang, ketumbar dan
lain-lain Daun-daun yang telah diaduk itu dicampur dengan pliek u. Daun-daun
beserta bumbu yang telah diaduk di dalam tempayan dipanaskan sebentar dengan
api sedang. Setelah itu baru ditambahkan santan sesuai ukuran kekentalan yang
diinginkan.
Jadilah seperti ini…..
Gulai Pliek U – Bai Ruindra
Gulai Jruek
Gulai
yang dinamai jruek ini kebalikan dari gulai pliek u. Bahan
bakunya tetap sama dengan pliek u, namun bumbunya yang sedikit berbeda. Gulai
jruek adalah gulai yang ditambah parutan buah kuini (kuweni). Rasanya agak asam-asam
pedas. Gulai jruek ini dimasak pada musim kuini saja. Selagi kuweni
sedang berbuah maka gulai jruek pun gampang sekali didapatkan di
rumah-rumah.
Gulai Jruek – Bai Ruindra 
Gulai On Paku
Paku-pakuan dimasak gulai?
Bisa
saja. Ada jenis paku-pakuan yang bisa dimasak gulai. Paku-pakuan ini mudah
sekali ditemukan di sekitar perkampungan penduduk. Cara masaknya tidak jauh
beda dengan makanan lain. Bumbu-bumbunya pun sama dengan menu makanan lain. Pengurangan
bumbu ini itu tergantung selera orang yang memasak dan memakannya. Kekentalan santan
juga tergantung selera. Pada sebagian orang, paku-pakun akan dicampur dengan
daun pepaya muda dan bunganya. Rasa pahit pada daun pepaya disinyalir mampu menyembuhkan
penyakit pencernaan.
Mau coba menu ini?
Gulai On Paku – Bai Ruindra
Gulai Boh Panah
Boh panah atau nangka
yang masih muda juga dijadikan masakan lezat. Nangka muda itu dipotong-potong
kecil-kecil lalu dicampur dengan bumbu khusus. Jika di acara pesta (kenduri),
tambahan lain bisa berupa daging kambing maupun kerbau. Daging kambing dan
kerbau yang dicampur dengan nangka ini biasanya sisa daging yang telah dimasak
dengan menu lain. Gulai ini tak semua orang bisa menyantapnya. Jika Anda
bermasalah dengan pencernaan sebaiknya menghindari menu lezat ini. Nangka itu
sendiri termasuk salah satu pengantar angin – istilah orang Aceh, nangka bisa
membuat perut kembung.
Gulai Boh Panah – Bai Ruindra
Gulai
nangka ini dipadukan dengan ikan asin (pliek u dan jruek juga sama). Seusai
menyantap gulai nangka Anda bisa mengunyah sirih. Jangan tanya aura panas yang
dihantarkan dari gulai nangka dan sirih itu. Sedap-sedap gemulai.
Gulai Boh Labu
Labu
juga menjadi salah satu menu makanan di Aceh. Labu tua itu dimasak dengan
santan. Bumbu-bumbu dasar tidak ada yang berbeda. Semua tergantung selera. Orang
yang terbiasa memasak di dapur akan mudah memasak labu karena paham betul bumbu
apa saja yang mesti ditambah dan dikurangi. Gulai labu tidak hanya enak saja
namun juga bermanfaat bagi pencernaan, terutama bagi mereka yang bermasalah
dengan penyakit mag. Labu disinyalir menjadi obat orang yang sedang didera
penyakit lambung.
Gulai Boh Labu, Ikan Asin, Telur Asin – Bai Ruindra
Sudah siap menyantap menu makanan di atas?
Ayo
ke Aceh. Menu makanan tersebut biasanya disajikan di warung-warung nasi di
Aceh. Mari coba cita rasa Aceh dalam makanan!
Categories
Uncategorized

Stroberi 5000 Rupiah

Pertengahan
tahun 2014, saya berkesempatan berkunjung ke Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Sebuah rasa syukur dari menulis.
Sebuah
perjalanan melelahkan bagi saya. Apalagi baru pertama kali melakukan perjalanan
jauh dengan pesawat terbang. Saya berangkat dari Bandara Sultan Iskandar Muda
pukul enam pagi, transit di Kualanamu sekitar setengah jam, lalu kembali
terbang menuju Bandara Soekarno-Hatta lebih kurang 2,5 jam perjalanan. Saya
menghirup udara pengap Jakarta pukul 10 pagi. Kemudian menunggu keberangkatan
selanjutnya pada pukul tiga sore bersama Mas Dian Mulyadi dan Zakaria Dimyati. Kami
sampai di Bandara Praya sekitar pukul delapan malam. Sungguh perjalanan yang
menarik minat saya untuk kembali melakukannya.
Kami
dijemput oleh Mas Hindra, salah satu rekan kerja Mas Dian dan Mas Jan sebagai guide.
Dari Bandara Praya yang malam itu dipenuhi kedatangan TKI dari Malaysia, kami
menuju Sembalun. Saya belum tahu di mana daerah tersebut, katanya dekat gunung
Rinjani. Baiklah. Gunung dengan anak sungai di atasnya itu.
Malam
yang panjang. Saya begitu kurang percaya diri dalam kendaraan roda empat. Alasannya;
saya mabuk perjalanan!
Sesampai
di Sambalun tengah malam, saya dan Zakaria langsung tidur di daerah yang dingin
sekali itu. Paginya kami menjumpai beberapa orang untuk keperluan liputan
selama di sana.
Nah,
pulang dari sana barulah saya merasa sangat tidak nyaman. Perut saya kembali
diaduk tak karuan. Jika sebelumnya, karena terlalu lelah dan malam hari mudah
saja saya tertidur. Pagi ini malah sebaliknya. Saya duduk diapit Mas Dian dan
Zakaria. Pikiran sudah berkunang-kunang. Mau minta berhenti, tidak ada alasan
yang jelas. Mau muntah juga tidak jadi-jadi. Mau bilang pusing pada keempat
orang di dalam mobil itu, mereka malah adem-ayem saja.
Jalanan
semakin menikung. Kepala saya berputar. Jalanan berputar. Kepala saya ikut
berputar-putar. Sesekali Zakaria membuka jendela, hawa dingin menusuk di antara
pengununan dan rumah penduduk dataran Rinjani. Zakaria memotret beberapa
pemandangan indah yang tidak bisa saya lihat dengan jelas.
Bahkan,
di dalam mobil kami tidak ada makanan apa pun. Padahal perut saya sangat tidak
bersahabat lagi. Saya ingin perjalanan ini cepat berakhir. Namun, jalan setapak
menuju puncak Rinjani saja belum terlihat. Kami masih meraba-raba di jalan
berlubang daerah Sembalun dan sekitarnya.
Hei!
Tunggu dulu. Di pinggir jalan berlubang itu, pemandangan maha dahsyat terhampar
luas. Udara semakin dingin saat jendela mobil terbuka. Dan gubuk-gubuk kecil
menawarkan buah segar. Salah satu stroberi.
Photo by Zakaria Dimyati
Saya
melupakan rasa muntah sesaat. Stroberi yang dijual di tepi jalan itu tampak
segar sekali. Mas Jan memarkirkan mobil. Mas Hindra membuka jendala lalu
bertanya berapa sebungkus stroberi yang dijual oleh perempuan berjilbab itu.
Pemandangan yang menyejukkan; Sembalun tak ubah sama dengan Aceh di mana semua
perempuan berjilbab, berbeda dengan Mataram pada hari berikutnya kami sampai di
sana.
“Lima
ribu?” mata saya membulat. Mas Hindra dan Mas Jan malah ngakak. Zakaria diam
saja.
“Nama
juga kita beli di kebunnya, Bai,” ujar Mas Dian kemudian. Sayang sekali kami
tidak sempat mampir ke kebun stroberi.
Satu
bungkus stroberi seberat setengah kilo itu cuma Rp. 5000,- saja. Seriuslah.
Saya takut dikibuli oleh Mas Hindra. Pendengaran saya jadi ikut-ikutan mabuk
perjalanan. Pertanyaan saya terjawab saat Mas Dian mengeluarkan lembaran dua
puluh ribu untuk empat bungkus buah berbentuk hati itu. Seandainya langsung
pulang hari itu juga, saya akan memboyong banyak bungkus stroberi segar untuk
dibawa pulang ke Aceh.
Rasa
stroberi yang asam manis melegakan sedikit kerongkongan saya. Di antara kami
berempat, hanya saya yang makan lebih sebungkus.
Rupanya,
jalanan semakin tak karuan. Menanjak dan berliku. Perut saya kembali diaduk. Saya
mencoba tidur. Susahnya minta ampun. Rasanya waktu berjalan sangat lamban
sekali. Saya tidak tenang. Mau muntah ditahan. Malu yang ada.
Dalam
keadaan tersiksa, saya tertidur juga. Syukurlah.
Sampai
di daerah yang saya tidak tahu benar di mana. Sudah di perkotaan. Kami berhenti
di salah satu rumah makan. Perut saya sangat tidak bersahabat lagi. Saya berlari
ke kamar mandi. Dan muntah!
Oh,
Stroberi lima ribu keluar semua!
Saat
saya kembali ke dalam rumah makan kecil itu, keempat yang lain sudah menyantap
makanan masing-masing.
“Muntah,
Bai?” tanya Mas Dian.
“Iya,
Mas. Sayang sekali stroberi lima ribu terbuang semua!” jawab saya malu-malu.
Mereka
berempat tertawa.
“Di
Aceh berapa sebungkus itu kira-kira,”
“Dua
puluh ribu, Mas!”
Mata
mereka terbelalak. “Mahal sekali, Bai!”
Perut
saya yang baik sekali itu sudah menumpahkan semua. Kami tidak mungkin kembali,
membeli banyak stroberi murah. Tepatnya, kami tidak mungkin membawa pulang stroberi
karena mesti mengejar sunrise di Mandar dan sunset di Senggigi. Setelah
hari menyesakkan hati itu.

Selamat
tinggal, stroberi lima ribu rupiah! 
Photo by Zakaria Dimyati
Categories
Uncategorized

Sejenak Bersama Geureute

Photo by Bai Ruindra
Bagi saya, istirahat
sebentar selama perjalanan, ngopi, makan mie instan, atau minum kelapa muda
merupakan keharusan begitu melintasi Banda Aceh ke Aceh Barat, demikian
sebaliknya.  Tempat paling strategis
tentu saja Gunung Geureute yang terletak di Aceh Jaya (sebelum pemekaran masih
termasuk Aceh Barat).
Tidak perlu
muluk-muluk, hidangan yang tersedia di atas gunung dengan jalan berliku ini
tidak mewah. Bukan itu yang membuat menarik, pemandangan mahahebat menyita
perhatian orang yang melintas menuju Banda Aceh atau ke Aceh Barat.

Lautan biru
menjadi satu-satunya alasan duduk manis di dalam gubuk yang mengarah ke laut. Tentu
saja harap-harap cemas takut gubuk yang terbuat dari kayu itu ambruk dan kami
akan jatuh vertikal ke jurang sebelum menyentuh lautan lepas.

Geureute merupakan
salah satu gunung mati fenomenal. Gunung ini merupakan jalur utama menuju ke
barat Aceh. Seiring berjalan waktu, sebelum tsunami sudah tersedia, masyarakat
lembah Geureute, sebagian besar dari Lamno membuka lapak peristirahatan.

Gubuk-gubuk
kayu itu dibangun menghadap ke laut, di mana sebuah pulau berdiri kokoh di
tengah lautan lepas. Sebagian besar penjual hanya menjajakan kopi, kelapa muda,
makanan ringan maupun mie instan. Khusus untuk kopi, bagi saya pribadi kopi
Geureute merupakan salah satu kopi terdahsyat yang pernah saya minum.

Bayangkan
saja, saat ngantuk menyerang sepanjang jalan dari Meulaboh ke Banda Aceh,
dengan segelas kopi di gunung ini bisa membuat mata saya kembali terbuka lebar
sampai ke Kutaraja. Menariknya lagi, perjalanan ini ditemani pemandangan yang
entah akan terlihat di benua mana lagi selain di sini.

Photo by Bai Ruindra
Photo by Bai Ruindra
Photo by Bai Ruindra
Gunung ini pula
menyimpan kenangan yang tidak bisa dilukiskan kala tsunami. Saya benar-benar
tidak habis pikir bagaimana Pencipta menjaga paku pembatas ibukota Aceh dengan
barat Aceh ini menjadi begitu kokoh.

Dengan gempa lebih kurang 8,9 SR, jalanan
berliku di atas gunung ini hanya sedikit yang rusak bahkan bisa dibilang masih
mulus.

Ah, Geureute memang
tempat untuk istirahat sejenak jika Anda melintasinya. Pemandangan yang
terlihat tidak akan membuat Anda kecewa sampai kapanpun. Selain lautan lepas,
pemukiman Lamno membuat mata terbinar.

Deretan pohon kebanggaan umat Nasrani
berjejer di bibir pantai, seperti kita sedang menonton film-film kartun, saat
seekor tupai maupun kelelawar loncat dan beterbangan di pohon berbentuk
segitiga itu.

Photo by Bai Ruindra

Photo by Bai Ruindra

Photo by Bai Ruindra
Dengan pemandangan
yang tidak biasa, secangkir kopi bisa langsung habis terteguk tanpa disadari. Mungkin
Anda patut mencoba, jarak lebih kurang 2 jam dari Banda Aceh tidak akan membuat
Anda kecewa melintasi barat Aceh yang begitu syahdu dengan irama lautan
mahaluas.
Duduklah sebentar di
Geureute, karena dia akan memanjakan Anda dengan lukisan Tuhan tiada tara! Selamat menikmati perjalanan Anda, saya putarkan sebuah lagu galau menemani jalanan berliku.