Categories
Uncategorized

A Taxi Driver: Film ‘Sederhana’ dengan Banyak Penghargaan

Dibuka dengan sedikit aksi ‘curang’, A Taxi Driver mengalir menjadi film yang tak ingin ditinggal begitu saja. Begitulah pelaku dunia hiburan Korea Selatan, seolah tak ingin bermanja dengan satu tema universal – asmara – sehingga film yang dilahirkan sangat beragam. Apik dan menawan tentu saja. Saya hanyut dalam scene pembuka dengan sebuah kecurangan tersebut; mencuri rejeki orang yang kemudian membawa malapetaka!
Salah satu scene dalam A Taxi Driver – cloudfront.net
Song Kang Ho sangat tidak menarik
jika selama ini kita hanya terbuai dengan tokoh utama drama Korea Selatan, yang
mulus bagai persolen. Kang Ho adalah pria gemuk yang tidak tampan bahkan
memiliki daya tarik lain dari segala bentuk fisiknya.

Namun, sebagai Kim Man
Seob, sopir taksi yang mengalami krisis keuangan panjang setelah istrinya
meninggal, menjadikan sosok Kang Ho sebagai tokoh penting dalam kesuksesan film
ini. Sopir taksi yang selalu sepi penumpang ini harus membiayai hidupnya dan
juga anak perempuannya – 11 tahun – yang selalu ditinggal sendiri di rumah
kontrakan, dengan pemilik rumah semena-mena terhadapnya.

Mula dari kericuhan hatinya itu,
saat Man Seob ingin membelikan sepatu untuk putrinya. Di sisi lain, rongrongan
pemilik kontrakan juga menjadi sebuah ‘teguran’ panjang untuk dompetnya. Mulailah
babak pilu dalam sebuah dialog di warung makan, di mana sopir taksi berkumpul
untuk makan siang.

Man Seob mencuri cerita dari meja lain, lantas cerita itu
yang kemudian mengantarnya berkenalan dengan penumpang berharga. Turis Jerman
yang tak lain adalah seorang wartawan, Jurgen Hinzpeter, diperankan Thomas
Kretschmann seorang bule yang telah banyak bermain dalam film lintas negara.

Man Seob mencuri start menuju Hinzpeter yang telah
memesan taksi sebelumnya. Pendengarannya yang peka, iming-iming ongkos yang
menggiurkan, Man Seob menarik pedal gas dengan kencang sekali menuju 100.000
won.

Senang hati Man Seob berubah senyap saat pada scene-scene berikutnya. Man Seob yang tidak tahu-menahu, memacu
kendaraan reotnya menuju Provinsi Gwangju pada musim dengan daun-daun
berterbangan di Mei tahun 1980. Taksi hijau miliknya menembus jalanan sepi
menuju tempat yang diinginkan oleh Hinzpeter.

Wartawan yang bosan dengan berita
bahagia di Jepang menapak tilas ke Korea Selatan dengan satu tujuan utama; membuka tabir kebengisan militer di Provinsi
Gwangju
, dan itu tidak diketahui oleh Man Seob. Pria gemuk itu hanya tahu
dirinya mengantarkan Hinzpeter ke tempat yang jauh dari Seoul, lalu pulang
dengan membawa ongkos taksi yang lebih dari cukup untuk membeli sebuah sepatu
cantik lalu diberikan kepada putrinya yang sedang bahagia menanti!

Hinzpeter seorang wartawan Jerman yang meliput kekejaman militer di Gwangju – blogspot.com
Jang Hoon mengarahkan A Taxi
Driver menjadi film yang lucu dan sedikit ‘konyol’ tetapi menegangkan pada
beberapa bagian. Eom Yu Na menulis dialog-dialog yang menegangkan bahkan
mengelikan antara Man Seob dan Hinzpeter.

Sopir taksi hampir paruh baya itu
seolah berbicara dengan dirinya sendiri dalam dialog bahasa Inggris yang
terkumur-kumur. Hinzpeter yang tidak mengerti dan bahkan terjadi kesalahpahaman
antara keduanya, membawa kepada pertengkaran kecil yang kemudian menggunung
saat mereka dihadang oleh jalan yang ditutup.

Man Seob sempat menghentikan
taksinya, berdialog lagi dengan Hinzpeter dalam bahasa isyarat panjang namun
juga tidak curiga apa yang terjadi di depan matanya nanti. Hinzpeter adalah
wartawan yang membidik rahasia sampai ke ubun-ubun hatinya. Tak terbersit
sedikit pun bahwa mereka akan menuju ke medan ‘perang’ kepada sopir taksi yang
emosi dan meringis sendiri. Man Seob juga seakan bodoh dengan kamera yang
dipegang wartawan itu; karena kembali lari kepada berapa won yang akan ia terima.

Kota yang sepi. Beberapa orang
yang mereka lewati terdiam dan menuduk lesu. Pintu rumah dan toko-toko tertutup
rapat. Lalu pintarnya Man Seob naik ke permukaan, ia tahu telah ‘ditipu’ oleh Hinzpeter
dengan 100.000 won. Perdebatan panjang terjadi saat mereka bertemu dengan
mahasiswa yang sedang arak-arakan di jalan.

Mata hati Man Seob baru terbuka
lebar saat bertemu Gu Jae Shik yang diperankan dengan singkat namun apik oleh
aktor tampan Ryu Jun Yeol. Jae Shik pada beberapa bagian menjelaskan apa maksud
Hinzpeter kepada Man Seob. Emosi meledak tetapi tidak bisa kembali dengan mudah
karena Hinzpeter belum membayar ongkos taksinya.

Film yang diproduksi dengan total
biaya 15 juta won ini membawa cerita dari sudut pandang seorang sopir taksi.
Sudut yang unik dan menyentuh dengan keinginan-keinginan Man Seob untuk segera
kembali ke Seoul; karena ia takut telah
meninggalkan putrinya seorang diri
.

Man Seob lantas goyah mengingat
‘sepatu’ untuk putrinya yang belum dibeli. Sopir taksi itu memutar haluan untuk
kembali pulang ke Seoul dengan meninggalkan Hinzpeter dalam medan pertempuran. Nama
juga film, dan Man Seob adalah tokoh utamanya, maka ia harus kembali ke ‘arena’
di mana ia seharusnya berada.

Wawancara dengan Jae Shik, mahasiswa yang bisa berbahasa Inggris – blogspot.com
137 menit terasa cepat di awal
namun tersendat-sendat di bagian pertengahan sampai akhir. Meski demikian,
tidak membuat film ini terasa bosan, setiap babak dihadirkan dengan menawan
sehingga memunculkan bekas berkepanjangan.

Misalnya, babak di mana Man Seob
terpaksa ‘tanpa sengaja’ kembali ke Gwangju karena alasan seorang nenek
meradang di jalanan begitu tahu anaknya masuk ke rumah sakit. Alih-alih Man
Seob bisa kembali ke Seoul, ia harus tertahan di rumah sakit yang sesak dengan
‘korban’ kekerasan militer.

Ia kembali bertemu dengan Hinzpeter, Jae Shik dan
sopir taksi baik hati Hwang Tae Sool, diperankan oleh Yoo Hae Jin. Kemudian
sopir taksi baik ini yang mengantarkan cerita berbeda dalam sebuah pertolongan
pulang Man Seob dan Hinzpeter ke Seoul.

Ada saat, di mana perdebatan
panjang kembali antara Man Seob dengan Hinzpeter yang masih ingin segera
pulang. Perdebatan kecil itu menjadi awal sebuah kerusuhan atau lebih tepatnya
penangkapan mereka oleh intel militer berkuasa.

Man Seob sempat pulang kembali
ke Seoul setelah mengambil ongkos taksi – setengah bagian dari yang dijanjikan
– melalui jalanan sepi. Sopir taksi ini kemudian memutar haluan setelah di
suatu rumah makan melihat pemberitaan yang tidak benar terhadap apa yang
terjadi di Gwangju. Ia memutar kembali stir menemui Hinzpeter yang pada saat
itu tengah berjuang meliput berita bersama Jae Shik.

Ryu Jun Yeol memerankan mahasiswa Jae Shik yang banyak membantu Man Seob – hancinema.net
Akhir cerita yang tragis, bisa
saya sebut, film Korea Selatan memang seleranya selalu begitu. Jae Shik
meninggal setelah menerima pukulan bertubi-tubi dari militer berkuasa, Tae Sool
dan beberapa sopir lain ikut menjadi korban saat menghalau pasukan militer yang
mengejar Man Seob dan Hinzpeter pulang ke Seoul.

Bagian akhir yang bagai dipacu
kencang membuat degup jantung seakan berhenti. Man Seob melewati banyak
rintangan namun ia lantas bertemu dengan seorang militer baik hati di salah
satu pos penjagaan. Karena seorang militer ini, Man Seob berhasil membawa Hinzpeter
kembali ke Seoul dengan berita menegangkan di Provinsi Gwangju.

Barangkali, ini bukan lagi
menjadi spoiler tetapi cerita singkat
dari kemasan menarik film yang rilis pada 02 Agustus 2017. Bisa saya sebut,
Korea Selatan ‘menutup’ akhir tahun dengan film sederhana – kemasannya – namun
berhasil menarik penonton lebih dari 12 juta orang. Bahkan di hari ke-11, A
Taxi Driver telah meraih 7 juta penonton dan dalam 5 hari meraup 4 juta
penonton! (liputan6.com, 14/08/2017).
Film yang meraih keuntungan
sampai USD 88,4 juta ini berhasil mempertahanan box office dan mengalahkan film-film lain yang dibintangi aktor
populer dan tampan.

Kesuksesan film ini di negeri asalnya membawa pengaruh
besar, salah satunya menjadi perwakilan Korea Selatan ke ajang bergengsi dunia,
Academy Awards (OSCAR) ke-90 untuk kategori Film Berbahasa Asing Terbaik. Presiden
Korea Selatan, Man Jae, juga ikut menonton film yang diangkat dari kisah nyata
ini. (bintang.com, 22/08/2017).

Mengenang Sejarah dari Kacamata Orang Biasa

Sejarah, menyebutnya saja seperti
nyesak di dada. Namun tanpa sejarah
maka tanpa kita. Sebuah film kemudian menjadi saksi sejarah yang kelam jika
diceritakan dengan sudut pandang seperti yang umum kita tonton selama ini. Namun,
sejarah kelam itu bisa menjadi tontonan yang ‘ringan’ manakala dikemas dari
sudut pandang yang berbeda; lain daripada yang lain.
A Taxi Driver adalah kemasan unik
dan menarik itu. Jang Hoon menghadirkan sosok Man Seob dengan sederhana namun
begitu kuat dalam sosok sebenarnya. Ia memegang kendali dari keseluruhan film
tersebut sampai kemudian penonton terkesima.

Kacamata sejarah dari sudut
pandang orang biasa, yang bisa disebut nggak penting tetapi sebenarnya dia memiliki
peran yang cukup penting. Sosok Man Seob yang mengantarkan berita masuk ke
media massa dan mengakhiri konflik di Gwangju. Tanpa pedal gasnya dalam
menghalau pos-pos militer dan jalanan sepi, maka mungkin saja kisruh di daerah
itu terdiam begitu saja.

Man Seob sedang menghitung pemasukannya – korea.iyaa.com
Orang biasa yang dianggap tak ada
sebenarnya adalah saksi bisu dari sebuah kisah, sejarah maupun perjalanan
panjang lainnya. Tinggal kita mencari orang-orang ini lalu menghadirkan kisah
menarik untuk dipersembahkan kepada pembaca maupun penonton.

Penulis dan
sutradara film ini saya kira sangat piawai mencari tokoh penting tak kasat mata
tersebut. Semua bermula dari wartawan Jerman yang ingin kisahnya diabadikan
dalam bentuk film. Memang, di akhir film disebut bahwa Hinzpeter ‘mencari’
sahabatnya, si sopir taksi Man Seob yang sampai kini tak kunjung ditemuinya.

Man Seob adalah kacamata biasa
yang membawa penerangan kisah itu. Ia datang tanpa sengaja, terdesak waktu dan
terbuai oleh uang karena alasan kebahagiaannya yang tertunda. Kisah sederhana
ini membingkai film yang benar-benar menegangkan dan menghibur dalam tiap
babak.

Penonton akan terkesima karena alur cerita yang tak biasa – tak banyak
arak-arakan pendemo – pemandangan indah Korea Selatan, dan juga ketegangan dan
kesedihan di akhir cerita. Memang tiada bahagia yang terlihat pasti tetapi film
ini cukup baik dalam penggarapan tema biasa menjadi luar biasa.


Film ‘Sederhana’ dengan Banyak Penghargaan

Sebenarnya, tema film ini cukup
berat tetapi karena berangkat dari sudut pandang yang berbeda, menjadikannya
begitu ringan dan enak dinikmati. Man Seob hadir sebagai sosok yang santai,
kadang-kadang emosional, tetapi bisa membuat tawa di beberapa scene.

Meski begitu, A Taxi Driver
adalah film ‘sederhana’ yang merangkai banyak penghargaan selain berkompetisi
di OSCAR. Di luar nominasi di berbagai kategori, berikut ini saya sertakan
penghargaan yang berhasil di bawa pulang oleh Kang Ho dan tim film taksi hijau
ini.

Buil Film Awards ke-26

Ajang penghargaan yang diadakan
oleh Busan Ilbo ini memberikan penghargaan tinggi kepada A Taxi Driver. Di
antara penghargaan yang diterima adalah Best Film, Best Actor untuk Song Kang
Ho, dan Buil Readers’ Jury Award untuk Jang Hoon. Meski di beberapa kategori
seperti Best Cinematography, Best Music, Best Art Direction, tidak berhasil
membawa pulang piala, tetapi film ini tetap mencuri perhatian di ajang
tersebut.

Fantasia Internasional Film Festival ke-21

Dalam ajang penghargaan
internasional ini, A Taxi Driver hanya menerima satu kemenangan saja untuk
aktor yaitu Song Kang Ho (Best Actor). Diliriknya oleh penghargaan yang berada
di Montreal, Kanada, ini memberikan dedikasi tinggi terhadap film tersebut yang
tidak hanya jaya di dalam negeri tetapi juga di luar negeri sekalipun.

Grand Bell Awards ke-54

Ajang penghargaan yang juga
bernama Daejong Film Award diadakan oleh The Motion Pictures Association of
Korea sejak tahun 1962. Ajang penghargaan ini memberikan nominasi cukup banyak
kepada A Taxi Driver namun hanya dua saja yang meraih kemenangan, Best Film dan
Best Planning.

Di antara nominasi yang tidak berhasil dibawa pulang piala
antara lain Best Director (Jang Hoon), Best Actor (Song Kang Ho), Best
Screenplay (Eom Yu Na), Best Music (Jo Yeong Wook), Best Art Direction (Cho Hwa
Sung dan Jeong Yi Jin), Best Costume Design (Cho Sang Kyung), Best
Cinematography (Go Nak Seon), Best Editing (Kim Sang Bum dan Kim Jae Bum), dan
Technical Award.

Korean Association of Film Critics Awards ke-37

Penghargaan yang diberikan oleh
Korean Association of Film Critics ini memberikan dua kemenangan untuk A Taxi
Driver, yaitu Top 10 Films dan Best Supporting Actor untuk Yoo Hae Jin.

The Seoul Awards

Penghargaan yang baru pertama
kali diadakan ini diadakan oleh Sports Seoul dilaksanakan di Grand Peace
Palace, Kyung Hee University, memberikan kemenangan kepada Song Kang Ho sebagai
Best Actor dan nominasi kepada A Taxi Driver di Grand Prize, yang selanjutnya
dimenangkan oleh Anarchist from Colony.

Asian World Film Festival ke-3

Penghargaan ini berada di Los
Angeles, California yang disponsori oleh Sher-Niyaz. A Taxi Driver menang di
tiga penghargaan, yaitu Special Mention Award untuk Song Kang Ho, Best Picture
dan Humanitarian Award untuk film itu sendiri. Menariknya, penghargaan ini
menjadi batu loncatan untuk dikenal lebih luas oleh masyarakat dunia.

Blue Dragon Film Awards ke-38

Penghargaan ini bisa disebut
sebagai ajang yang cukup bergensi bagi perfilman Korea Selatan. Penghargaan ini
diadakan oleh Sports Chosun yang merupakan satu grup dengan Chosun Ilbo. Penghargaan
ini memberikan piala kepada aktor maupun artis yang telah memberikan dedikasi
terbaik di industri hiburan negara itu.

A Taxi Driver membawa pulang 4 piala
dari beberapa nominasi. Piala yang berhasil dibawa pulang adalah Best Picture,
Best Actor (Song Kang Ho), Best Music, dan Audience Choice Award for Most
Popular Film. Sedangkan nominasinya antara lain Best Director, Best Supporting
Actor, Best New Actor (Ryu Jun Yeol), Best Screenplay, dan Best Art Direction.

Director’s Cut Awards ke-17

Penghargaan ini memberikan piala
kepada A Taxi Driver pada dua kategori yaitu Special Mentions dan Best New
Actor untuk Choi Gwi Hwa.

Korean Culture & Entertaiment Awards ke-25

A Taxi Driver membawa pulang
piala Best Picture di ajang penghargaan ini, dan Jang Hoon membawa pulang piala
Best Director.

Korea World Youth Film Festival ke-17

Jang Hoon membawa pulang piala
Favorite Director dan Song Kang Ho membawa Favorite Actor for Middle-Aged
Actor.

Korean Film Producers Association Awards

Penghargaan ini memberikan piala
kepada Song Kang Hoo sebagai Best Actor berkat penampilan memukaunya dalam A
Taxi Driver.
Tae Sool sopir taksi baik di Gwangju – thegrandcinema.com
Dengan banyak penghargaan yang
diterima oleh A Taxi Driver, saya pikir tidak masalah sebuah film tanpa
iming-iming asmara dan cinta ala remaja. Asalkan penggarapan yang pas, sudut
pandang yang berbeda maka ia akan jadi beda dari biasanya – kebanyakan film
yang beredar di pasaran.

Film ini menjadi contoh yang benar-benar nyata, tanpa
didukung oleh aktor yang digilai remaja masa kini, terbukti mampu menjadi film
laris dan meraih banyak penghargaan, khususnya untuk pemain utama di mana
dirinya tak setampan yang diidolakan oleh pemuja drama Korea Selatan.

Pesan Moral yang Tersirat

Artinya; setiap orang tua akan memberikan yang terbaik untuk anaknya dan
selain itu jangan mudah tergiur dengan
materi berlimpah!
Man Seob tak lain sosok yang rela
berkorban untuk putrinya. Niatnya adalah membeli kado untuk putrinya berupa
sebuah sepatu. Namun perjalanan panjang mendapatkan sepatu itu membawa dirinya
kepada apa yang selama ini tidak diketahuinya. Man Seob seolah berpikir bahwa
hanya dirinya yang susah dan kesulitan ekonomi.

Namun, begitu berada di Gwangju
ia merasa semuanya telah sama bahkan lebih berat. Man  Seob melihat sisi-sisi berbeda dari kehidupan
dalam konflik. Maka saat itu, ia ingin segera pulang, ingin segera menemui
putrinya, ingin segera melindungi putrinya, ingin segera memberikan semua apa
yang dimaui putrinya sebelum semua usai, yaitu kebahagiaan.

Pesan moral yang pertama ini
mungkin bagian terpisah dari kunci sejarah seorang sopir taksi. Tetapi, pesan
ini tersampaikan kepada penonton melalui kegusaran hati Man Seob dan
keegoisannya ingin segera kembali ke Seoul untuk menemui putrinya, setelah
melihat konflik tak terselesaikan di Gwangju. Man Seob menggambarkan, tiada
orang tua yang rela melukai anak-anak mereka.
Tergiur dengan uang adalah hal
yang benar-benar manusiawi. Apalagi, saat kebuntuan melanda maka tiada cara
untuk berpikir jernih dan apapun akan dilakukan untuk ‘meneguk’ bahagia. Man
Seob ‘mencuri’ start sopir taksi
pesanan karena sebuah sepatu – materi. Kemudian, karena materi menggiurkan itu
perlahan-lahan membawanya kepada peristiwa yang sulit untuk kembali.

A Taxi
Driver mengisahkan bagaimana militer membungkam siapapun agar tidak membawa
berita keluar dari Gwangju. Di satu sisi, keputusan mendadak seperti yang
dialami Man Seob tidak ada salahnya. Di sisi lain, keputusan demikian akan
menyengsarakan.

Namun untuk Man Seob, saya bisa menyebut bahwa sejarah yang
memanggil tokoh ini – sopir taksi sebenarnya – untuk membuka tabir tersembunyi
dalam bingkai militer yang membantai warga sipil dengan kejam.

Akhir yang Pilu

Film A Taxi Driver cukup berani
mengangkat kisah nyata setelah sekian lama. Hinzpeter adalah sosok yang membuka
kisah itu ke seluruh dunia namun wartawan Jerman ini kehilangan Man Seob
sepanjang masa.

Di akhir cerita, dikisahkan bahwa sopir taksi yang membawa Hinzpeter
ke Gwangju sejatinya bukanlah bernama Man Seob yang mengenalkan diri sebagai
Kim Sa Bok. Kim Man Seob menyembunyikan identitas dirinya kepada Hinzpeter
entah karena alasan apa.

Mungkin karena sebuah ketakutan panjang setelah
menyaksikan kisah tragis di Gwangju, mungkin juga karena di awal dirinya
bukanlah sopir taksi yang dipesan Hinzpeter untuk membawanya ke Gwangju.

Hinzpeter di bagian akhir film
datang kembali ke Seoul setelah Gwangju aman. Namun wartawan tersebut tidak
menemukan Man Seob atau Sa Bok yang menolongnya. Prolog yang muncul adalah
pesan dari Hinzpeter kepada Sa Bok untuk menemuinya; sekadar ngopi untuk mengenang perjalanan mereka dari Seoul ke Gwangju!
Perdebatan Man Seob dengan seorang militer yang menghalangi mereka ke Gwangju – variety.com
A Taxi Driver, sebuah penggalan
sejarah dari kacamata seorang sopir taksi. Kemasan yang apik, ending yang menyedihkan namun dibuat
dengan penuh dedikasi kepada Kim Sa Bok, maka jadilah film ini sesuatu yang
menggetarkan.

Meski banyak film Korea Selatan yang lahir pada tahun 2017, bagi
saya film ini tetap menginspirasi dan memberikan nilai lebih dalam
kesederhanaan. Apakah kamu telah menontonnya? 

Categories
Uncategorized

SNSD Tak Sekadar Ratu K-Pop Tapi Jalan Menuju Kebangkitan Industri Hiburan Korea

SNSD Tak Sekadar Ratu K-Pop Tapi Jalan Menuju Kebangkitan Industri Hiburan Korea. SNSD punya andil yang cukup besar sebelum lahirnya idola lain seperti Twice, BlackPink, GFriend, Mamamoo, Red Velvet, Momoland, maupun girl grup lain. 

Siapa yang tidak mengenal SNSD? Grup yang populer di seluruh dunia dengan nama internasional Girls Generation ini mampu mendongkrak popularitas negara mereka sendiri. SNSD sendiri dibentuk oleh SM.

SNSD-I-Got-a-Boy-Dance-Version-Teaser-6
SNSD Legenda K-Pop
Entertaiment dan memulai debut mereka pada tahun 2007 dengan single unggulan Into The World. Sembilan perempuan cantik ini telah menghipnotis penggemar mereka yang disebut Sone. Masih ingat dengan lagu pertama mereka? Jika mungkin sudah lupa, saya putarkan kembali di sini.

SNSD Buka Jalan Girl Grup Lain Dikenal Dunia

Lantas, bagaimana bisa grup band dari negara berbahasa hangul menjadi terkenal? Pertanyaan ini sempat muncul dari benak saya sebelum mengenal cara kerja orang-orang Korea Selatan dalam mengorbitkan generasi muda mereka ke seluruh dunia. 
Grup band tersebut bukan dikenal karena mereka melagukan nyanyian dalam bahasa inggris, mereka tetap menggunakan bahasa ibu untuk dikenal masyarakat luar. Butuh usaha besar dalam merampungkan sebuah pengorbanan menjadi kesuksesan ditengah gempuran barat yang lebih menjual video klip vurgar. 
Saya tidak mengatakan SNSD tidak mengumbar hal tersebut, namun beberapa video klip barat banyak sekali yang mengundang mata untuk segera ditutup. Tingkat vulgar seseorang akan berbeda, namun Anda bisa bandingkan video klip SNSD dengan Miley Cyrus misalnya, atau dengan penyanyi dunia lain. 

Pengaruh SNSD untuk Girl Grup Baru Sangat Besar

SNSD bukanlah siapa-siapa jika tidak berasal dari SM. Entertaiment. Agensi terbesar Korea Selatan ini mencetak penyanyi, artis bahkan aktor tak sedikit. Dan sebagian dari mereka sukses merajai dunia hiburan dalam negeri sendiri bahkan seluruh dunia. 
Jauh sebelum SNSD go internasional, aktor Jang Dong Gun sudah terlebih dahulu merambah perfilman dunia. Sudah menjadi rahasia umum, para artis maupun aktor di bawah naungan SM. Entertaiment ditraining dalam jangka waktu lama. 
Personel SNSD sendiri lebih kurang memakan waktu 5 tahun sebelum mereka mulai debut. Sebuah perjuangan panjang bukan? 
Kesuksesan grup yang baru sukses dengan single Mr.Mr ini sudahkah cukup? Ternyata tidak. SM. Entertaiment tampaknya sudah jauh-jauh hari menyiapkan setiap personel menjadi seperti diri mereka masing-masing. 
Di sinilah terlihat, sebuah perjuangan menjadi trainer bertahun-tahun menghasilkan penyanyi, host bahkan artis secara bersamaan. 

Tiap Member SNSD Punya Pengaruh yang Hampir Sama

Saya mencoba mengulik sedikit seleksi SM. Entertaiment kepada SNSD sesuai bakat mereka masing-masing. Kita mulai dari yang paling populer dari semua member dan merupakan visual grup ini. 

Yoona Visual yang Tak Pernah Padam

Kesuksesan SNSD membawa gadis cantik ini menjadi artis papan atas Korea Selatan. Tidak tanggung-tanggung, Yoona sudah memainkan puluhan drama populer dan menjadi bintang iklan berbagai produk. 
Dari sembilan personel, Yoona termasuk salah satu yang paling sukses dan kaya raya dibandingkan yang lain. Kesibukan Yoona bermain dalam sebuah drama sudah diatur dengan rapi oleh agensi sehingga mampu menyeimbangkan antara menyanyi dan berakting. SM. Entertaiment sangat selekif menempatkan setiap personel grup ini sehingga mampu mewarnai seluruh lini jagad hiburan. 
Yoona sendiri tidak hanya didapuk menjadi penyanyi, model maupun artis saja, gadis dengan tinggi 172 cm ini juga presenter. Agaknya, SM. Entertaiment memanfaatkan setiap kesempatan dan bakat Yoona yang baby face. 
Yoona memegang peran penting dalam grup, bahkan bisa dikatakan ikon grup dari segi penampilan fisik. Tokoh Nam Da-jung dalam drama Prime Minister and I bisa membuat Sone menjingkrat-jingkrat melihatnya beraksi dalam dance bersama Yuri dan Hyoyeon. 

Sooyoung Calon Pemeran Utama Terbaik  

Personel yang dikenal paling tinggi di grup ini mengikuti jejak Yoona menjadi pelakon drama. Artis yang baru saja merampungkan drama terbaru, My Spring Day, termasuk salah satu personel yang memiliki banyak kelebihan. 
Selain cantik dan tutur bahasa yang lebih teratur dibandingkan yang lain, Sooyoung mampu memainkan alat musik seperti drum dan gitar. Walaupun tidak pernah menetap lama di luar negeri, Sooyoung mampu menguasai Bahasa Inggris dengan baik. 
Bakat Sooyoung dengan segenap daya tariknya membuat SM. Entertaiment menjadikan sebagai bintang drama, artinya mereka tidak mau berjibaku pada kesuksesan Yoona yang terlebih dahulu sukses. Sooyoung membuktikan bahwa bakat akting dalam dirinya bisa mengimbangi Yoona. 

Yuri Cantik dan Eksotik

Personel ini dikenal karena memiliki bentuk tubuh yang aduhai. Banyak Sone laki-laki yang kemudian menjadikan Yuri sebagai personel yang seksi dari fisik dan suara. Benar saja, Yuri memiliki dua hal tersebut. 
Sebagai personel yang pintar menulis lagu, bermain alat musik seperti piano dan biola, Yuri pun memiliki bakat luar biasa saat dance. 
SM. Entertaiment benar-benar jeli menempatkan personel SNSD sebagai bintang drama maupun film. Setelah Yoona dan Sooyoung, Yuri pun terlibat dalam bidang akting. 
Sedikit berbeda dengan dua personel di atas, Yuri tidak hanya difokuskan sebagai bintang drama saja namun ikut ambil bagian dalam film. Sebut saja film No Breathing yang diperankan bersama Lee Jong-suk dan Seo In-guk.

Jessica Lead Vocal yang Kerap Disebut Operasi Plastik

Gadis yang pernah tinggal di Amerika bersama kedua orang tua dan adik perempuan, Krystal f(x), merupakan vocal kedua dari SNSD setelah Taeyeon. Jessica lebih dikenal sebagai arah fashion grup ini. 
Memiliki wajah yang cantik (walau isu operasi plastik kerap menyertainya), Jessica masuk ke dalam jajaran model untuk berbagai majalah fashion di Korea Selatan. Walaupun Jessica pernah bermain di beberapa drama sebagai pendukung dan pemeran utama, sepertinya keberuntungan belum memihak padanya. 
SM. Entertaiment menyadari hal tersebut lantas menjadikan Jessica sebagai ikon kecantikan serta solois. Dengan suara yang tidak mungkin bisa di operasi plastik, Jessica terbilang sukses membawakan beberapa lagu untuk mengisi soundtrack drama, sebut saja Dating Agency; Cyrano, yang diperankan rekan satu grup, Sooyoung. 
Tidak bisa dipungkiri, Jessica selalu menempati rangking tertinggi untuk pemilihan busana. SM. Entertaiment paham betul kelebihan personel SNSD sehingga tidak lagi mencasting Jessica menjadi ikon drama. 
Artinya, saat agensi butuh artis maka mereka akan menyuguhkan Yoona maupun Sooyoung, lantas saat diminta mengisi halaman majalah kecantikan bahkan majalah dewasa maka Jessica adalah tolak ukur kemapanan tersebut. 

Sunny Pemilik Suara Imut Keponakan Pemilik SM. Entertaiment

Gadis ini paling imut dan paling ceria di antara personel lainnya. Di antara personel lain, Sunny termasuk personel yang paling dekat dengan SM. Entertaiment, selain pemilik agensi adalah pamannya sendiri, menurut isu yang beredar orang tuanya juga memiliki sedikit saham di perusahaan tersebut. 
Memiliki pembawaan yang selalu ceria, Sunny lebih difokuskan menjadi presenter dan penyiar radio. Sunny pernah memerankan drama namun tidak sesukses yang diinginkan. 
Selain itu, Sunny pun terlibat di beberapa soundtrack drama dengan suara renyahnya seperti untuk drama Oh! My Lady yang diperankan Choi Siwon.

Hyoyeon Main Dancer dengan Suara Serak Basah

Agaknya, Hyoyeon merupakan personel paling minim prestasi di antara kesembilan lainnya. Namun, SM. Entertaiment tidak meninggalkan kesan menganak-tirikan setiap personal. 
Dancer utama SNSD ini didapuk menjadi penari di berbagai kesempatan dan akhir-akhir ini sempat menjadi presenter di berbagai acara. 

TTS Kumpulan Main Vocal yang Tak Boleh Dianggap Sepele

Terakhir, sub-grup yang baru saja mengeluarkan single Holler ini sengaja saya letakkan di bagian penutup. 
Taeyeon, Tiffany dan Seohyun membentuk TTS pada tahun 2012 dengan merilis mini album, Twinkle. Setelah itu, ketiga personel menjadi lebih kuat satu sama lain dalam solois. 

Taeyeon Pemegang Kunci Kesuksesan SNSD

Sang leader, Taeyeon, mengisi soundtrack drama populer seperti That Winter The Wind Blows yang diperankan Song Hye Gyo dan Jo In Sung. Tidak hanya itu, Taeyeon kerap hadir di berbagai acara tanpa disertai SNSD maupun TTS. 
Menjadi vocal utama dan memiliki rank suara yang tinggi, menempatkan Taeyeon sebagai penyanyi papan atas Korea Selatan. 

Tiffany yang Jago Bahasa Inggris dan Komunikasi

Personel yang dipilih masuk ke dalam TTS selanjutnya adalah Tiffany. Gadis ini termasuk personel paling pintar berbahasa inggris selain Jessica. Tiffany memiliki rank vocal tak jauh dibandingkan dengan Jessica. 
Namun, SM. Entertaiment memiliki pertimbangan tersendiri dalam menempatkan Tiffany dalam sub-grup. Setelah diamati, memang benar pilihan agensi tersebut, Jessica lebih kalem untuk masuk ke TTS. 
Pun demikian, selain menjadi vocal yang diperhitungkan, Tiffany tak pula melupakan dunia fashion. Tiffany kerap menjadi model walaupun tidak serutin Jessica. 

Seohyun Member Termuda dengan Suara Renyah dan Akting Keren

Personel paling muda dari SNSD, paling lembut pembawaannya, dan paling hangat suaranya, dialah Seohyun. Memang, rank vocal Seohyun tidak sebanding dengan Teoyeon. Vocal ketiga dari grup utama ini mempunyai peran penting dalam menyatukan suara antara tinggi dan rendah. 
Suaranya yang khas mampu membuat sejak suasana. Sejauh ini, Seohyun lebih banyak menghabiskan waktu untuk fokus ke pendidikan dan dibuktikan telah lulus sebagai sarjana di salah satu universitas. 
Seohyun pernah memerankan drama namun sepertinya belum dijadikan patokan utama oleh SM. Entertaiment.

TTS Pembuktian Grup Vokal SM. Entertaiment Bukan Andalkan Kecantikan Semata

TTS adalah pembuktian SNSD akan sebuah cita rasa dalam bermusik. SM. Entertaiment ingin menampilkan kepada seluruh fans bahwa grup ini tidak hanya menjual goyangan semata. 
Sebenarnya, dalam grup utama saja sudah terlihat pembagian suara, namun agaknya agensi ingin menambah bukti bahwa mereka tidak main-main dalam menelurkan artis-artis mereka. Jika di SNSD ada TTS, maka di Super Junior kita tentu mengenal Yesung, Kyuhyun dan Ryeowook. 
Begitulah SM. Entertaiment memiliki kebijakan yang tidak dimiliki oleh agensi di negara kita. Kesembilan personel memiliki bakat masing-masing dan ditempatkan menurut keahlian mereka tersebut. 
Ketika dibutuhkan pemain drama ada Yoona, Sooyoung maupun Yuri, walaupun mereka merangkap menjadi presenter. Ketika dunia fashion membutuhkan ikon maka Jessica pilihannya. Penyiar radio dengan suara renyah ada Sunny. Penari yang paling berbakat adalah Hyoyeon. 
Dan suara memukau tentu saja ada pada pilihan terakhir, TTS, bisa solois bisa bertiga. SM. Entertaiment mencuri kesempatan mempopulerkan bintang-bintang mereka. Keuntungannya, tidak hanya para artis yang dikenal dan mendapatkan bayaran tinggi, agensi pun ikut mendapatkan imbasnya. 

Training Panjang dan Lama Hasilkan Kualitas Terbaik Artis SM. Entertaiment

Kesabaran SM. Entertaiment maupun personel selama masa training membuahkan hasil tidak sedikit. Mereka dikenal seluruh dunia dan dijadikan ikon berbagai acara. 
Dengan memisahkan personel sesuai takaran kemampuan mereka, agensi menjadwalkan kegiatan mereka masing-masing selain jadwal di grup utama. Agaknya, hal yang dilakukan SM. Entertaiment belum terealisasikan di Indonesia mengingat agensi di negara kita masih serba instan. 
Pertahanan grup band (girl band) di negeri ini masih sebatas menyanyi dalam satu suara. Saya belum berani menyebutkan girl band Indonesia yang sudah berani tampil dengan suara tinggi seperti Teoyeon bahkan menjadi solois. 
Namun, satu hal yang bisa dilakukan oleh pelaku seni di Indonesia, setidaknya dapat belajar dari sebuah negara yang dahulu bahkan hilang dari peta dan sekarang menguasai jagad hiburan dunia. 
Barangkali dari sebuah pembelajaran ini, artis atau aktor Indonesia bisa lebih mudah mencapai sebutan “go internasional!” 

Tak ada ucapan yang tersurat. Grup idola dari SM. Entertaiment sudah dikenal seluruh dunia. Bisa disebut, semua artis dan penyanyi Korea Selatan saat ini telah go internasional. 

Categories
Uncategorized

Resolusi Itu, Tentang Pertemuan dengan ‘Goblin’ di Negeri Wanna One

Wanna One tanpa Kim Jaehwan ibaratnya kimchi tanpa cabai dan garam. Hentakan nada yang begitu menggelora seakan bagai lagu irama datar jika tidak ada tarikan kencang main vocal. Nada tinggi dari seorang main vocal di grup-grup K-Pop telah menjadi ciri khas. Maka, suara melengking Jaehwan berada di antara nada-nada tinggi atau nada susah lain yang tidak mampu dijangkau oleh kesepuluh ‘pemenang’ survival Produce 101 Session 2.
Pesona Wanna One adalah satu dari
sekian ‘reproduksi’ industri hiburan Korea Selatan yang menusuk ke seluruh
dunia. Grup vokal generasi pertama mungkin tidak begitu familiar, lantas grup
vokal generasi kedua menghipnotis dunia dengan lagu-lagu yang benar-benar
menarik. Kita sebut Super Junior, Girl Generation, Wonder Girl, Big Band dan
lain-lain. Lantas, generasi ketiga melanjutkan estafet ‘promosi’ Korea Selatan
ke penjuru dunia dengan pesona yang benar-benar tidak bisa diabaikan. Mereka adalah
EXO, BTS, Twice, GFriend, Red Velvet dan beberapa grup lain, kemudian sampai
kepada Wanna One.
Pesona musik lalu membayang
kepada drama seri dengan tema-tema unik dan dikemas dengan menarik sampai
menjadi candu. Winter Sonata bisa disebut sebagai salam pembuka bahasa hangul yang berhasil menghantui dunia. Lalu
Full House menjadi sebuah drama ringan yang menjadi kenangan manis berikutnya. Tak
lupa, Boy Before Flower menjadi salah satu drama yang menarik bahkan diputar
berulangkali sampai saat ini oleh televisi yang membeli hak siarnya. Berpacu dalam
irama yang pas, komposisi yang benar-benar alot, kemasan yang enak dilihat dan
alur yang berbelit tetapi mampu meninggalkan bekas. Drama Korea menjadi
hentakan ‘bom’ yang meledak begitu saja, meski hanya tayang sampai 16 episode. Descendats
of the Sun menjadi sebuah drama yang membuat penonton terpukau, bahkan dari
kalangan yang selama ini sama sekali tidak menyukai drama Korea Selatan, atau
menganggap drama dari negeri ginseng ini adalah pengantar tidur yang manja.
Monumen Song Jong Ki dan Song Hye Kyo di Taebaek, lokasi syuting Descendats of the Sun – hellokpop.com

Drama populer sudah pasti membawa
pengaruh besar kepada pemerannya, penulisnya, produser, sutradara, rumah
produksi bahkan televisi yang menayangkannya. Namun, berbeda dengan drama-drama
dari negara kita atau drama impor dari beberapa negara lain. Ciri khas dari
drama Korea Selatan adalah mengenalkan tempat wisata, suasana kota yang adem,
damainya hidup di sana, makmurnya kehidupan mereka, sampai teknologi terbaik dari
hasil produksi dalam negeri. Lantas, promosi tersembunyi – ada juga yang
ditayangkan berkat kerjasama dengan lembaga pemerintah – membuat wisatawan
berbondong-bondong merujuk Seoul sebagai kota yang asyik untuk dikunjungi.

Misalnya, kafe tempat pertemuan
malaikat maut dengan kekasihnya dalam Goblin menjadi sebuah tempat yang seakan
wajib berdiri di depannya jika ke Korea. Lokasi syuting Descendats of the Sun
di bekas tambang batu bara Taebaek, Provinsi Gangwon, digadang-gadang tengah
menjadi objek wisata lainnya. Jauh sebelum itu, Nami Island adalah destinasi ‘wajib’
bagi wisatawan mancanegara kala telah mencap pasport di imigrasi Korea Selatan.
Nami Island adalah bukti di mana pemerintah Korea Selatan sangat serius
mengarap apa yang telah divisualkan dalam drama menjadi nyata. Winter Sonata
yang pernah tumbuh di pulau ini kemudian menjadi sebuah keabadian hakiki dan
saksi sejarah akan kemajuan negara tersebut.
Monumen pemeran utama Winter Sonata di Nami Island – thepoortraveler.net

Maka, siapa yang tidak tergiur
dengan Seoul atau Pulau Jeju di Korea Selatan? Saat ditanya sebuah resolusi,
tidak bermaksud untuk menafikan hal-hal sensitif dalam aktivitas keseharian,
tetapi Seoul adalah sebuah resolusi yang menjadi mimpi terindah. Resolusi yang
saya miliki bukan saja apa yang semestinya saya capai di tahun-tahun
berikutnya, tetapi juga tentang cita-cita, tentang mimpi dan harapan yang
membawa serta bahagia dalam tawa. Resolusi soal pekerjaan, soal karir, soal
asmara, barangkali sebuah hal yang lumrah dan memang harus dicapai jika ada
usaha.

Pulau Jeju yang indah – blogspot.com

Bubuhan cap di pasport dari
petugas imigrasi Bandara Internasional Incheon menjadi sebuah resolusi untuk
bertemu ‘Goblin’ di negeri Wanna One. Jalanan kota yang lengang di malam hari, tempat-tempat
yang indah serta tata krama dari negara maju itu ingin saya gapai dalam sebuah
nyata. Meski, untuk mencapai kepada resolusi ini membutuhkan tenaga yang lebih
ekstra, saya pikir tidak ada yang salah dengan mimpi itu.

Pertengahan 2014, saya datang
dengan tidak nyaman ke kantor imigrasi di kota yang kecil ini. Saya khawatir,
petugas imigrasi akan bertanya ini itu saat saya menyerahkan berkas untuk
pembuatan pasport. Kekhawatiran saya tidak terjadi saat mendaftar di loket
pertama. Dengan keringat mengucur, hampir jam tiga siang itu saya berburu waktu
ke bank untuk melunasi sejumlah biaya. Kembali ke kantor imigrasi, saya
langsung diarahkan ke lantai dua untuk menemui petugas yang mengurus pembuatan
buku berhalaman 48 itu.
Saya termangu dalam diam, dan
menghitung denyut nadi yang seakan kendur. Dua orang duduk di barisan depan,
seorang dipanggil terlebih dahulu. Wawancara singkat dengan petugas yang
memintanya menghadap ke kamera.
“Ke mana buat pasport?” tanya
petugas dengan badan tegap itu sedikit sinis.
“Malaysia, Pak,” jawab pemuda
yang saya taksi berusia 25 tahun ke atas.
“Mau kerja kau di sana?” masih
dengan nada yang sama. Nyali saya ciut.
“Iya, Pak,” jawab pemuda itu
gugup.
“Yakin kau dapat kerja?” sinis
itu makin tak karuan. Saya menyela dalam hati, apa urusannya orang dapat kerja
atau tidak.
“Sudah ada, Pak?”
“Ilegal?” kalau ilegal buat apa
dia bersusah payah ke imigrasi, nggak usah pakai pasport bebas saja dia berangkat,
pikir saya waktu itu.
“Tempat saudara, Pak,”
“Bukan perusahaan? Mana sanggup
kau kerja kalau begitu,” dialog panjang yang tak usai dan terulang kembali
kepada temannya, pemuda yang duduk di depan saya dengan gigi gemerutuk.
Tiba giliran saya, dengan sedikit
gemetar menyerahkan berkas dalam map ke tangannya.
“Malaysia juga kamu? Cari kerja
juga? Apa di Meulaboh – Aceh – nggak ada pekerjaan buat kamu?” saya gagap dan
kalut. Ini petugas imigrasi apa rentenir yang ingin menagih utang. Saya makin
tidak nyaman dan ingin buru-buru keluar dari ruangan itu. Saya melirik ke
belakang, hanya bangku kosong di pukul mendekati angka empat sore.
“Jangan kau tergiur kerja di
Malaysia kalau di sini masih banyak pekerjaan,”
“Saya mau liburan ke Korea, Pak!”
pangkas saya. Tiba-tiba dan menjadi ‘resolusi’ kala itu juga, meski entah kapan
itu akan terwujud.
“Tegakkan badan,” ujar petugas
itu mengabaikan jawaban saya yang mungkin saja tidak terpikirkan olehnya. Tanpa
sadar, gambar saya telah diambilnya. Saya menggerutu kenapa tidak ada aba-aba
darinya, saya yang tidak setampan dirinya sangat berharap foto di pasport nanti
terlihat lebih keren. Entahlah. Saya melupakan itu.
“Seminggu lagi kau ambil pasport
ini ya!” saya mengangguk dan dengan cepat menuruni tangga, lalu menarik pedal
gas sepeda motor meninggalkan kantor imigrasi yang sepi di dekat pantai kota
Meulaboh!
***
Batu terjal untuk mencapai
resolusi itu tidak berhenti. Pasport yang telah siap seminggu kemudian
terbengkalai karena tidak ada keberanian saya ke Jakarta, mengurus VISA Korea Selatan.
Pasport itu tersimpan di dalam lemari sampai kemudian memiliki cap dari
imigrasi Bangkok di Internasional Bandara Dong Muang. Awal tahun 2017 yang
membawa ketidaksengajaan. Sebuah hasrat untuk terbang ke luar negeri setelah
bertubi-tubi menulis artikel di salah satu situs toko online.
Tetapi, ‘resolusi’ saya membuat
pasport adalah benar untuk terbang melintasi awan ke negeri Wanna One yang baru
saja debut. Bukan karena pesona lagu-lagu mereka semata, jauh sebelum itu
pesona hidup di Korea Selatan menghipnotis saya. Gedung pencakar langit yang
indah terlihat. Sungai Han yang menjadi objek wisata menarik di tengah kota. Kali
Cheonggyecheon dengan payung-payung maupun lampion menari di atasnya. Papan iklan
dari aktor maupun artis terkenal di penjuru kota. Suasana teratur dan bersih
dari segala sudut. Semua hal ini menjadi sebuah keinginan terpenting selain
perbedaan musim yang mencolok.
Sungai Han yang kerapkali menjadi lokasi syuting drama populer – bomanta.com

Korea Selatan adalah resolusi;
meski ini menjadi sebuah ‘hiburan’ yang menghabiskan uang tetapi sebelum sampai
ke sana seakan mimpi panjang belum usai. Aturan main yang ada di negara maju
ini benar-benar membuat saya salut. Misalnya, kewajiban wajib militer untuk
semua pria. Padahal, untuk apa wajib militer lagi di saat Seoul menjadi kota
dengan penetrasi internet tercepat dunia. Namun, budaya ini sangat menarik,
elegan dan menjadi sebuah ‘promosi’ lain bagi penggemar K-Pop akan kebiasaan di
negara itu. Pemberitaan seorang idola akan hiatus selama 2 tahun untuk
menjalani wajib militer, ditangisi oleh penggemarnya serta disusupi oleh rasa
kangen untuk segera comeback.

Begitu menarik, berjalan
semestinya, dan juga seiringan antara tradisional dengan modern. Di saat negara
lain melupakan jajanan pinggir jalan, Korea Selatan memiliki tradisi ini di
malam hari dan bahkan hampir semua drama mempromosikan tenda-tenda dengan
makanan babi panggang dan minuman soju. Di saat media massa cetak gulung tikar
di beberapa negara, para aktor dan artis Korea Selatan dengan bangga menjadi
model sampul majalah terkenal. Di saat orang lain berbangga menyantap makanan made in luar negeri, masyarakat Korea
Selatan lagi-lagi mempromosikan kimchi, ramyeon,
kimbap, jajangmyeon
maupun tteokbokki.
Dan di saat kunci rumah masih mengandalkan gembok, masyarakat Korea Selatan
telah menggantikan kunci dengan perangkat elektronik – pintu dengan PIN.
Ramyeon adalah mi populer tidak hanya dalam drama yang selalu ada tetapi juga dalam beberapa promosi lain – blog.reservasi.com

Perpaduan yang menarik dan tidak
ingin saya lewatkan dalam tiap scene
drama maupun film. Scene ini pula
yang ingin saya rasakan sendiri apabila resolusi itu terwujud di tahun depan. Kembali
lagi, memang tidak mudah karena saya belum memiliki VISA Korea Selatan. Tetapi,
dalam mimpi ada mimpi lagi dan lagi. Langkah yang tertahan hari ini, keinginan
yang terpendam, kata hati yang terpanggil bisa oleh apa saja. Mungkin dari
menulis blog, mungkin dari tabungan
yang telah disiapkan, mungkin juga dari apa dan mengapa lainnya sehingga saya
benar-benar menginjakkan langkah di negeri itu.

Wanna One, grup vocal rookie yang menutup 2017 dengan baik – wowkeren.com

Resolusi saya adalah sebuah
mimpi, bertemu ‘Goblin’ di negeri Wanna
One
. Dan, bukankah resolusi itu berangkat dari mimpi-mimpi?

Categories
Uncategorized

Mainlah Bersama Anak sebelum Train to Busan Dimulai

 

train to busan film ayah dan anak membunuh zombie
Seok-woo memeluk putrinya, Soo-ahn – frolichawaii.com

Pesan moral TRAIN TO BUSAN; mainlah bersama anak atau luangkanlah waktu
bersama anak!
Train
to Busan merupakan salah satu film Korea Selatan yang menghipnotis penonton,
bisa dikatakan demikian. Satu alasan tentu promosi yang gencar sekali dari film
ini dan pemeran utama pria adalah sosok yang sedang dalam kejayaannya, bahkan
pria ini merupakan aktor termahal di Korea Selatan untuk tahun 2016. Akting Gong
Yoo memang tidak bisa diragukan lagi, saya suka akting pria ini setelah Silenced
(Dokani)
tahun 2011.  

Film
yang sebenarnya cukup “ringan” jika menilik pesan moralnya telah mencapai Box
office
di Korea Selatan dengan laba 80.2 juta dollar. Train to Busan
(Busanhaeng)
yang dirilis Juli 2016 hanya mengeluarkan 182.000 dollar untuk
produksinya. Sang director Yeon Sang-ho tentu boleh bermain-main setelah
kesuksesan film ini. Film yang berdurasi 1 jam 58 menit ini kemudian termasuk
ke dalam golongan kelas berat, bukan lagi tontonan untuk anak-anak ketika para zombie
mulai menyerang.
Train
to Busan dimulai dengan kerinduan Kim Soo-ahn, anak perempuan Seok-woo aka Gong
Yoo kepada ibu kandungnya yang telah bercerai dan menetap di Busan. Seok-woo
yang bekerja di pasar saham tidak memiliki waktu untuk mengasuh Soo-ahn
sehingga anak ini sering kesepian walaupun tinggal bersama neneknya, ibu
Seok-woo. Tiap pulang kerja, Soo-ahn akan menagih janji kepada ayahnya agar ke
Busan. Seok-woo selalu berjanji namun belum menepatinya sehingga pada ulang
tahun anaknya tersebut, pria itu terpaksa harus menepati janji setelah mendapai
Soo-ahn menerima telepon dari ibunya. “ibu” hanya tokoh bisu di dalam film ini
namun cukup kuat walaupun tidak diperlihatkan nyata. Anak mana yang tidak rindu
kepada ibunya sedangkan sosok ayah sibuk dengan aktivitas sendiri.
Permainan
ayah dan anak dimulai sejak perjalanan mereka menuju stasiun kereta api cepat. Kedekatan
Seok-woo dengan putrinya tidak terlihat secara gamblang di awal perjalanan
mereka. Seok-woo sibuk dengan smartphone, tertidur dan mengabaikan
putrinya. Dalam hati, saya mengatakan bahwa pria ini hanya melepas “hajat”
mengantar anaknya kepada sosok ibu yang dirindui. Saya sengaja tidak membaca
resensi Train to Busan sebelum menonton film ini walaupun sangat tergoda karena
media sosial menaikkannya ke permukaan. Semula, saya pikir ini hanya film
pembunuh zombie yang hambar dan kemenangan ada di pihak tokoh utama. Namun
jangan kecewa, rata-rata film Korea Selatan yang saya tonton, endingnya
mengecewakan dan mengejutkan. Seperti Silenced, Gong Yoo juga membuat saya
kecewa di akhir Train to Busan.
Totalitas
Gong Yoo dalam memerankan Seok-woo saya acungi jempol. Kekakuan antara ayah
dengan anak di menit-menit awal begitu terasa. Namun hentakan demi hentakan ala
Korea mulai maju saat seorang wanita yang telah digigit zombie naik ke
dalam kereta api tanpa ada yang tahu. Alur Train to Busan tergolong cepat
tetapi tidak hambar. Dialog-dialog amarah dan perdebatan yang menurut saya
tidak penting hanya selintas saja. Lebih dari itu, kemasannya adalah seorang
anak sedang bermain dengan ayahnya tetapi dikemas dalam permainan mengerikan.
Tokoh-tokoh
lain, ada yang penting ada pula yang selintas saja. Wanita hamil, Sung-gyeong,
yang diperankan oleh Jung Yu-mi cukup berandil besar. Kamu yang belum menonton
jangan berharap akhir dari cerita Train to Busan begitu mengharu-biru. Train to
Busan bukan untuk happy-happy ala-ala ayah dan anak. Kedekatan ayah dan
anak dibangun dari penumpasan zombie-zombie yang terus berkeliaran. Naluri
Seok-woo sebagai seorang ayah tampak nyata saat zombie-zombie mulai tak
keruan sifatnya. Siapa saja yang digigit akan berubah menjadi zombie. Seok-woo
menjadi ayah yang memainkan permainan petak umpet di dalam kereta api
dalam menjaga putrinya. Seok-woo melakukan apa saja agar permainan tersebut
selesai dengan bahagia, harapannya tentu sang anak ketemu ibunya di Busan.
Train
to Busan menjadi sebuah perjalanan panjang antara ayah dan anak dalam menyelami
isi hati masing-masing. Soo-ahn yang menginginkan permainan masa kecil happily
ever after
malah bermain dengan zombie-zombie. Seok-woo yang tidak
memiliki waktu untuk putrinya kemudian mengerti arti pengorbanan seorang ayah. Begitu
kisah zombie yang tidak begitu menarik apabila dikemas dengan
bunuh-membunuh saja. Train to Busan adalah sebuah permainan “zombie
antara ayah dengan anak. Kedekatan batin antara ayah dengan anak akan terjalin
begitu kuat saat sesuatu yang berhubungan dengan nyawa terjadi. Seorang ayah
akan rela melakukan apa saja dalam menjaga, menyelamatkan dan memberikan
kehidupan lebih baik kepada anaknya kelak. Ayah akan berkorban waktu, tenaga, bahkan
cinta untuk anaknya. Gong Yoo dalam Seok-woo telah memberikan semua apa yang
saya sebutkan ini. Niscaya ayah akan menyelamatkan nyawa anaknya sekalipun
segerombolan zombie mencabik-cabik tenaganya.
Train
to Busan bukan film zombie mengerikan. Train to Busan adalah film yang
mengajarkan arti kasih sayang dan cinta antara ayah dan anak. Sekali lagi, film
ini akan membuat kamu menitikkan air mata di akhir cerita. 

Baca Juga Eksplore Bali dengan Kamera Zenfone 3

Categories
Uncategorized

Tiga Hal Ini Jangan Kamu Tiru dari Drama Korea

Drama
Korea Selatan memang tengah naik daun. Setelah kekuasaan Big Boss Descendants of the Sun
berakhir, kini negeri dongeng kembali hadir dalam sebuah ide gila dalam drama W
Two Worlds
.

Terkadang, saya berpikir apa referensi yang dipakai
oleh pegiat seni di Korea sehingga mereka betul-betul memukau penonton.

Seorang
penulis yang kreatif tak pernah jemu menggali ide menarik sehingga tontonan
yang dihadirkan pun memiliki nilai jual tinggi.

Adegan romantis Jin Goo dan Kim Ji-won dalam Descendants of the Sun
Adegan romantis Jin Goo dan Kim Ji-won dalam Descendants of the Sun – allkpop.com

Penonton
drama Korea telah bergeser. Jika dulu hanya gadis remaja yang menggandrungi Super
Junior
, TVXQ, bahkan om-om yang tergabung
dalam Shinwa, kini telah merasuk ke dalam golongan ibu-ibu
rumah tangga, bahkan anak muda pria.

Kenapa hal ini dapat terjadi?

Karena drama
Korea yang memiliki rating tinggi tidak monoton, minim episode dan ide liar
membuat drama yang disuguhkan seminggu 2 kali tayang itu begitu menarik.

Kesuksesan
Descendants of the Sun merupakan salah satu track record para
pria menyukai drama negeri ginseng.

Drama
Korea yang sedang kamu tonton memang sangat menipu mata, menggoda, romantisme
yang tidak ada habisnya, namun ada bagian penting yang sejatinya harus kamu
abaikan.


Toh, tidak bisa dipungkiri bahwa penikmat drama Korea di
Indonesia kebanyakan datang dari gadis-gadis berjilbab.
Ada
tiga bagian penting dari drama Korea yang tidak boleh ditiru karena budaya kita
yang masih memegang adat ketimuran, tidak sopan dan tidak dibenarkan dari
pandangan agama Islam. Remaja putri yang rata-rata seorang muslimah tentu paham
betul maksud saya.

Mabuk-mabukan

Soju adalah luak khas
Korea yang bebas dijual di mana-mana. Selain soju, bir juga merupakan
minuman yang bagaikan air putih bagi masyarakat Korea.

Penjamuan makan akan
selalu menghidangkan soju atau bir sebagai menu utama.

Bahkan, di
beberapa drama populer pun secara terang-terangan memamerkan merek bir sebagai
sponsor.

Song Jong-ki yang sukses sebagai Big Boss Yoo Shi-jin tak luput
dari perhatian setelah digandeng brand ternama untuk mengiklankan bir.

Di
Korea wajar saja warga mabuk-mabukan. Orang mabuk pun nggak akan diganggu
walaupun sedang berkeliaran di jalan raya karena setiap sudut kota aman ini
telah terpasang CCTV.

Kamera pengintai ini bagaikan sirine bagi polisi yang
berjaga, walaupun dalam jarak jauh sekalipun apabila terjadi kejahatan, pihak
berwenang akan begitu mudah menangkapnya.

Di sisi lain, Korea Selatan sebagai
negara maju tidak membuat warganya berubah menjadi seorang pelaku kriminal
tingkat dewa.

Cerminan
dari dalam drama Korea adalah kebiasaan sehari-hari di dalam lingkungan mereka.


Soju dan bir yang dijual bebas untuk anak 17 tahun ke atas menandakan
bahwa minuman ini tak haram di sana.

Apapun drama yang kamu tonton, pastilah
kamu mendapatkan aktivitas mabuk-mabukan ini.

Bagi aktor dan artis Korea
hal ini biasa-biasa saja. Namun untuk kamu yang menggilai akting mereka, kebiasaan
ini tentu tidak baik.

Pertama, soju dan bir adalah minuman yang
diharamkan dalam Islam.

Kedua, soju dan bir akan membuat kamu hilang
akal sejenak dan berdampak negatif bagi aktivitas normal.

Ketiga, soju dan
bir merupakan minuman yang berdampak buruk bagi kesehatan, penelitiannya bisa
kamu googling atau baca di referensi lain.

Mengumpat

Seorang
anak dapat mengumpat kepada orang tua bahkan orang tua lebih sering mengumpat
kepada anak.

Park Shin-hye di awal drama Doctors cukup sering
membangkang dan mengumpat kepada neneknya.

Tidak hanya Shin-hye, namun di
drama-drama lain dialog bernada umpatan sering sekali kita temui.

Aktivitas
mengumpat sepertinya telah menjadi kebiasaan di sana. Kekesalan dan emosi yang
membuncah membuat orang mudah mengeluarkan kata-kata kasar.

Contoh ini tentu
tidak baik untuk ibu-ibu dan remaja putri yang gemar menunggu sampai larut
malam, jika mereka menonton streaming.

Ibu-ibu yang terlena dapat
mengeluarkan umpatan-umpatan kepada anaknya yang masih kecil.

Remaja putri yang
kesal karena cerita di drama masih bersambung ke minggu depan, bisa saja geram
saat orang tua menyuruh ini dan itu.

Kissing

Akhir
cerita cinta di drama Korea adalah ciuman. Akting yang biasanya paling
ditunggu-tunggu oleh penonton.

Padahal, akting ini sejatinya memberikan dampak
yang cukup signifikan kepada remaja putri.

Idola mereka yang berakting ciuman,
dirinya yang mungkin saja akan berbuat demikian dengan kekasihnya yang belum
sah.

Remaja putri yang berjilbab tentu paham betul tabiat ini. Etika yang
dilanggar tidak mudah untuk dikembalikan.

Terkadang,
ada baiknya untuk melakukan skip saat adegan ciuman.

Aktor dan artis
biasa saja kissing di depan layar karena dianggap profesional dalam
berakting.

Penonton yang terlena dengan hal demikian tentu saja tidak baik
melakukannya.

Ibu-ibu yang telah menikah saya kecualikan, remaja putri yang
masih menggebu-gebu dalam asmara bisa terkena getahnya.

Drama
Korea memiliki sisi baik dan tidak baik. Bagaimana mengantisipasinya kembali ke
sisi hati kamu.

Tak ada salahnya kok untuk skip saja saat adegan
mabuk-mabukan, mengumpat dan kissing. Biasanya, momen ini tidak begitu
berandil besar pada adegan selanjutnya atau adegan dari inti cerita.

Categories
Uncategorized

Perang dari Seoul; Teknologi dan Entertaiment

Sungai Cheonggyecheon (sumber:www.beritaunik.net)
Siapa
yang tidak tergoda dengan pesona Korea Selatan?
Mungkin,
dulu kita hanya mengenal perang saudara antara Korea Selatan dengan Korea
Utara. Lepas dari noda tersebut, walaupun masih tetap perang dingin, kedua
negara memilih jalan masing-masing. Korea Selatan menjadi negara sekuler. Korea
Utara ngotot dengan negara komunis. Korea Selatan diam-diam menggemparkan
dunia. Korea Utara diam-diam makan dalam dan abai cemoohan dunia. Korea Selatan
gemerlap cahaya lampu di malam hari. Korea Utara malah gelap gulita di sebagian
besar wilayahnya. Korea Selatan sudah hampir mencapai taraf kecepatan internet
tingkat tinggi (5G). Korea Utara masih melarang warga negaranya menggunakan
komputer secara universal, kecuali orang-orang tertentu saja yang bisa
mengakses komputer sampai internet.
Dalam
satu dekade, Korea Selatan tak hanya berbenah di satu segmen. Negara dengan
masyarakat bermata sipit ini justru banting stir mengejar ketertinggalan dari
negara-negara maju. Pemerintah bersama warganya berbondong-bondong mencuri ilmu
dari barat. Pemerintah Korea Selatan tidak melarang warganya mengungsi ke luar
negeri selama perang saudara. Hasilnya, bisa dilihat sendiri. Ternyata,
pengungsi tersebut tumbuh menjadi orang-orang hebat dan kembali ke negara
mereka.
Korea
Selatan menempatkan warga negaranya sebagai harta paling berharga. Negara ini
paham betul bahwa sumber daya alam tidak melimpah. Jalan lain menguasai dunia
adalah menghadirkan sesuatu yang memukau, sehingga dunia takluk di tangan
mereka.
Dan
akhirnya, kita kena!
Korea
Selatan melontarkan dua senjata. Keduanya sama-sama kuat di seluruh dunia. Senjata
pertama mereka adalah teknologi dan senjata kedua adalah entertaiment
(hiburan).
Senjata Pertama
Sejatinya,
Korea Selatan bukanlah negara maju. Negara ini kering-keronta setelah perang
saudara. Para pelajar dari seluruh penjuru negeri dilempar ke negara maju lain,
baik sesama Asia, Eropa sampai Amerika. Pelajar yang sudah berhasil menuntut
ilmu tersebut secara transparan “wajib” pulang ke Korea Selatan. Selain itu,
Pemerintah Korea Selatan juga bekerja sama dengan negara maju seperti Jepang
untuk mendatangkan ilmuwan-ilmuwan dari bidang-bidang teknologi. Negara yang
semula kuno, hanya sebagai konsumen, berubah menjadi produsen. Sebuah perusahaan
yang semula hanya menjual sayuran berubah menjadi perusahaan teknologi
terkemuka dunia.
Adalah
Samsung dan LG. Dua perusahaan besar. Sama-sama di Seoul. Sama-sama musuh
bebuyutan. Sama-sama ingin menguasai dunia.
Dua
perusahaan ini sebagian dari kesuksesan Korea Selatan setelah terpuruk. Samsung
dan LG dikenal sebagai produsen peralatan elektronik seperti smartphone,
tablet, laptop, televisi, kulkas, AC
dan lain-lain. Peperangan keduanya
memang telah dimenangkan oleh Samsung. Perusahaan yang juga pemasok utama
perangkat telekomunikasi ini juga menguasi rumah sakit sampai asuransi. Apple
Inc. saja tekuk lutut pada Samsung karena produk unggulan mereka (iPhone dan
iPad) masih tetap memakai Processor buatan Samsung.
Samsung
juga masih mendominasi dunia dengan beragam merek telepon pintar. Gempuran seri
termurah dan termahal membuat dunia tak bisa berkata banyak. Memang tidak ada
yang dapat memungkiri sampai kapan Samsung bertahan dengan kedigdayaan mereka. Satu
poin yang harus digarisbawahi; karena Samsung Asia menguasai dunia!
Senjata Kedua
Senjata
kedua Korea Selatan justru lebih mampu menghipnotis lebih banyak orang. Dunia hiburan
yang terstruktur mampu mengangkat lagu-lagu berbahasa hangul disukai
anak-anak muda. Tak hanya grup band, penyanyi solo yang menghibur jutaan mata
di seluruh dunia. Drama seri Korea Selatan juga mempunyai sisi cemerlang
menarik minat penonton.
Dunia
hiburan Korea Selatan terus berkembang seiring dukungan pemerintah. Pejabat setempat
secara langsung menegaskan K-Pop sebagai “alat” supaya dunia luar mengakui
keberadaan mereka. Dukungan pemerintah tak hanya membuat dunia hiburan semakin
kokoh. Pelakon seni berbondong-bondong memperkenalkan kebudayaan mereka melalui
bahasa maupun budaya. Bahasa hangul seakan telah menjadi bahasa
internasional. Lagu-lagu dari grup band ternama di putar di mana-mana. Siapa yang
tidak kenal Super Junior, Girls Generation, 2PM, 2AM, miss A, BoA, Kim Soo
Hyun, Rain, Song Hyo Gyo, dan deretan orang terkenal lainnya.
K-Pop
dan K-Drama telah menghipnotis penggemarnya sehingga berbondong-bondong orang
ke Seoul. Saya sendiri belum pernah ke Korea Selatan. Namun satu hal yang
pasti, kebudayaan mereka benar-benar memikat. Suguhan menarik langsung terasa
begitu turun dari pesawat di Bandara Incheon. Konsep kota Seoul yang rapi. Tempat-tempat
wisata yang menarik; seperti sungai Cheonggyecheon di pusat kota sampai
panorama Pulau Jeju.
Di
sinilah letak kerja sama pemerintah Korea Selatan dengan dunia hiburan. Tertulis
atau tidak, Pemerintah menyulap tempat-tempat umum menjadi menarik seperti yang
terlihat di layar kaca.
Dari
tiada menjadi ada. Sesungguhnya, perang yang dibidik Korea Selatan sangat
melankolis. Negara ini sangat lembut menyongsong peluru. Tetapi peluru-peluru
yang mereka tancapkan mengena bidikannya. Korea Selatan menjadi negara yang
memegang peranan penting di dua elemen tersebut di atas. Bandingkan dengan
Korea Utara yang masih membatasi warga negaranya untuk maju lebih banyak langkah.
Saat ribuan warga Korea Selatan berbondong-bondong mendaftarkan bakat mereka di
agensi hiburan, warga Korea Utara bahkan belum mampu mengeja dengan benar. Saat
lulusan terbaik Korea Selatan mendaftarkan diri sebagai calon karyawan Samsung,
warga Korea Selatan masih dibatasi menggunakan komputer.
Dua
negara satu bahasa. Dalam keadaan perang dingin. Sama-sama kuat di berbagai
bidang. Lembut versus garang. Membuat dunia takut di luas negara tak lebih
besar di pulau Jawa. Lalu, bagaimana dengan Indonesia yang kaya SDM dan SDA?
Categories
Uncategorized

Perebutan Tahta Kecanggihan Kamera Smartphone

Memang, perseteruan antara Apple Inc. dengan Samsung Electronic merupakan skandal
paling menarik di ranah teknologi. Nama Samsung sudah sangat melambung tinggi, padahal tidak ada apa-apanya sebelum tahun 2007 ke bawah sebelum perusahaan raksasa asal Korea Selatan ini mengadopsi sistem operasi Android besutan Google. Samsung mampu menukik menjadi
raksasa teknologi masa kini, tidak hanya smartphone,
tablet
maupun smartTV saja,
beragam barang elektronik lainnya dikuasai Samsung dengan pangsa pasar
mencengangkan.
Perang paten antara keduanya berujung panjang dari masa ke masa, seakan sudah
menjadi keharusan Apple menuntut Samsung maupun sebaliknya. Tentu saja, hak
cipta ini merupakan hak intelektual yang tidak dapat diambil begitu saja, namun
hal ini justru menjadikan bumerang sehingga tidak dapat berinovasi lebih baik
lagi. Hak paten ini kemudian menghambat suatu vendor untuk berkreasi, ketakutan dianggap telah melanggar paten si A atau si S karena mereka terlebih
dahulu memasang perangkat tertentu baik di smartphone
dan tablet.
Hal menarik, di antara sekian banyak perang paten antara Apple dan
Samsung, dan sebagian vendor lain, saya belum pernah mendengar ada yang ingin
menarik royalti dari paten kamera smartphone
yang kini dikenal menjadi alternatif lain pengganti kamera saku mengingat
resolusinya begitu tinggi.
Sebuah ponsel untuk zaman teknologi masa kini sudah wajib memiliki kamera. Seperti aturan
tidak tertulis, ponsel dengan harga murah pun harus memiliki kamera jika masih
ingin dilirik konsumen. Kenapa Apple yang selama ini gencar-gencarnya melirik
vendor Asia dalam melawan hak paten diam saja saat Samsung, HTC, Sony maupun
Oppo menambahkan kamera beresolusi tinggi di smartphone mereka. Satu saja alasannya, Apple tidak memiliki hak
paten sebagai pemasang pertama kamera di ponsel.
Dikutip di salah satu blog teknologi, rancangan awal pembuatan kamera
pada ponsel dilakukan oleh Daniel A. Henderson pada tahun 1993. Kemudian, pada
tahun 1997, Philippe Khan mengembangkan prototipe yang sudah tersimpan di
Smithsonian National Museum of America History dengan perangkat ponsel melalui software PictureMail. Vendor pertama
yang mengadopsi kamera ke dalam sebuah ponsel tak lain adalah Sharp pada tahun
2000 dengan seri J-SHO4. Vendor yang kemudian dikenal sebagai produsen
perlengkapan rumah tangga ini malah tidak terkenal lagi gaungnya di ranah
teknologi komunikasi (Handphone). Sharp yang berdomisili di Jepang kemudian fokus pada
barang-barang elektronik saja, walaupun pernah bertarung dalam perang ponsel bersama
sesama vendor Asia lainnya, tampaknya Sharp sudah kalah bersaing. Kamera pada ponsel
J-SHO4 terbilang cukup diperhitungkan pada masanya, spesifikasinya 110.000
pixel CMOS dengan 256 display warna. Tentu tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan kamera ponsel saat ini. 
Beranjak ke zaman gempuran beragam ponsel kelas tinggi, vendor-vendor
Asia tidak mau kalah bersaing dengan vendor barat. Tercatat, kamera tingkat
tinggi di sebuah smartphone mulai resolusi 8 megapixel sampai 41 megapixel menjadi pilihan vendor
memasangnya di produk premium mereka. Lantas, siapa saja yang sudah memasang
kamera tersebut?
Nokia Lumia 1020
Sejak dulu, Nokia masih menjadi idaman para pemilik ponsel. Sayangnya setelah Android merajalela Nokia seakan sudah ditelan bumi. Vendor asal
Finlandia yang kini berpindah hak milik kepada Microsoft, setidaknya pernah
menciptakan smarphone dengan kamera
tidak tanggung-tanggung. Nokia Lumia 1020 merupakan satu-satunya telepon pintar
yang berani menawar kamera sebagai daya pikat pembeli dengan resolusi 41 MP. Dilihat
dari spesifikasinya Nokia seri Lumia ini tidak main-main. Spesifikasi yang dihadirkan
oleh smartphone berbasis Windows
Phone 8 ini dalam 41 megapixel menghadirkan
38 megapixel effective, 7152×5368 pixels, carl zeiss optics, optical
image stabillization, aotu/manual focul, xenon & Led flash
. Dari spesifikasi
yang ada, kamera ponsel ini masih unggul dibandingkan dengan ponsel
lain di kelas premium lainnya. Lumia 1020 dapat dimiliki setelah ditebus dengan harga Rp.
6.5000.00,00 di Indonesia. Tertarik memilikinya? Bagi Anda yang fokus
mengabadikan setiap momen, ponsel ini bisa jadi salah satu pilihan, bukan?
Sony Xperia Z2
Peringkat kedua dipegang Sony dengan seri Xperia Z2. Vendor asal
Jepang ini memiliki keunggulan tersendiri dalam hal kamera, mengingat Sony
tidak hanya sebagai vendor telepon saja tetapi masih berjaya di ranah perangkat
keras, termasuk penyediaan kamera untuk vendor lain. Setelah menghadirkan
Xperia Z1, Sony meneruskan kedigdayaan seri antiair smartphone mereka ke Z2. Soal
kamera, Xperia Z2 bertahan di 20,7 megapixels.
Spesifikasi yang dihadirkan kamera ponsel ini adalah 5248×3936 pixels, outofocus, LED flash, ½.3” sensor size, geo-tagging, touch focus, face
detection, image stabillization, HDR, panorama
. Dilihat dari resolusi yang
ditanam pada kamera ini tentu saja mampu bersaing dengan Lumia 1020. Keunggulan
lain ponsel ini bisa diajak menyelam di dalam air dan bisa memotret
di sana. Bagi Anda yang tertarik memiliki smartphone
berbasis Android, senang bertualang di lautan lepas menemani ikan-ikan
berenang, Anda bisa mendapatkan ponsel ini dengan harga Rp. 8.499.000,00.
Jangan lupa, Anda tidak boleh melewati kedalaman 30 meter dalam membawa serta ponsel
premium ini!
Samsung Galaxy S5
Kekuasaan Samsung di dunia teknologi khususnya smarphone dan tablet masih
belum bisa digoyah selama beberapa tahun ke depan. Raja teknologi Asia yang berada di negeri bintang hallyu ini tidak hanya menciptakan ponsel kelas atas tetapi
menjual perangkat keras kepada beberapa vendor lain, termasuk Apple. Melahirkan
ponsel premium tidak cukup dengan hardware
mumpuni saja tanpa didukung kamera resolusi tinggi. Sayangnya, Samsung
belum berani bermain di kamera di atas 16 megapixels.
Selama ini Samsung masih bertahan di kamera 8 sampai 16 megapixels untuk smartphone unggulan mereka. Produk terbaru,
Galaxy S5 memiliki kamera 16 megapixels. Walaupun digadang-gadang tidak jauh berbeda
dengan adiknya Galaxy S4, ponsel ini bisa melahirkan suasana baru bagi Anda
yang ingin mencicipi beberapa produk unggulan, seperti detak jantung dan sidik
jari. Kamera 16 megapixel memiliki kerapatan 5312×2988 pixels, autofocus, LED flash, dual shot, simultaneous HD video and
image recording, geo-tagging, touch focus, face and smile detection, image
stabillization, HDR.
Meski tidak jauh berbeda dengan seri terdahulu, Galaxy
S5 mampu memposisikan dirinya sebagai salah satu suksesor Samsung lainnya
setelah Galaxy S4. Meski pada kamera yang dihadirkan tidak begitu istimewa,
bahkan tidak bisa diajak berenang, tetapi berkat nama besar Samsung seri Galaxy
ini tetap memiliki peminat di hampir seluruh dunia. Anda tertarik? Ponsel berbasis
Android besutan Google ini bisa didapat dengan harga Rp. 7.850.000,00.
LG G3
Satu lagi vendor Asia yang mampu bersaing dengan kamera resolusi tinggi, sama-sama berasal dari negeri gingseng LG tidak mau tinggal diam mengejar ketertinggalan.
LG tak lain adalah tetangga Samsung, satu negara, satu persaingan, satu sistem
operasi, pernah bersiteru masalah paten, merupakan pesaing terkuat satu sama
lain. Memiliki keunggulan tersendiri tidak lantas menjadikan LG masuk vendor
terkemuka seperti Samsung. LG masih harus berjuang keras untuk dapat mengalahkan kekuasaan Samsung. Gempuran seri Galaxy seakan membungkam kesenangan
seri G milik LG, termasuk seri G2 sampai G3. Dalam hal dapur picu sama-sama di kelas
premium, tetapi soal kamera LG G3 masih kalah dibandingkan vendor satu ayah kandung.
LG G3 hanya berani bertaruh di kamera 13 megapixels
saja. Padahal, jika mau berbenah, LG bisa meninggalkan 13 megapixels di G2 dan beranjak
ke resolusi lebih tinggi di G3 mengingat pesaingnya sudah melewati batas 16 megapixels.
Kamera G3 memiliki kerapatan 4160×3120 pexels,
phase detection/laser autofocus, optical image stabillization, dual-LED (dual
tone) flash, 1.3” sensor size, simultaneous video and image recording,
geo-tagging, face detection, HDR
. Dilihat dari spesifikasinya G3 tentu saja
tidak bisa bersaing dengan Galaxy S5, apalagi jika mau menandingi Xperia Z2
atau Lumia 1020. Kembali lagi pada soal keberuntungan saja, G3 akan mampu
bersaing dengan vendor lain jika benar-benar memiliki fans fanatik. Bagi Anda yang menyukai desain G3, bisa saja memiliki
smartphone berbasis Android ini
dengan harga Rp. 6.999.000,00.
Apple iPhone 5S
Pendapat saya pribadi, selain berkutat dengan paten, produk Apple
termasuk iPhone seperti kehilangan identitas. Apple sangat terlena dengan harga
mahal dan lupa pada gempuran produk murah besutan Google dan Microsoft dengan sekutunya. Produk-produk
Android maupun Windows Phone tidak dapat dipandang sebelah mata, vendor besar kian menghajar dengan kualitas smartphone
kelas atas dan harga lebih miring. iPhone 5S dengan kekuatan harga Rp.
11.775.000,00 di Indonesia menjadi salah satu ponsel yang hanya bisa dimiliki
oleh orang-orang sangat kaya saja.
Apple bisa bangga dengan fansboys
mereka, tetapi lambat-laun penggemarnya akan berpaling ke vendor lain jika
tidak mau berbenah. Belum lagi lambatnya Apple mengeluarkan seri terbaru
ditambah sederetan masalah, termasuk kamera. Biarpun banyak kalangan membela
hasil produksi kamera iPhone lebih bagus, tetapi vendor lain yang sudah saya
sebutkan di atas akan menggilas 8 megapixels
milik iPhone 5S. Kamera iPhone 5S memiliki kerapatan 3264×2448 pixels, autofocus, dual-LED (true tone) flash, 1/3” sensor size, 1.5 μm
pixel size, simultaneous HD video and image recording, touch focus, geo-tagging,
face detection, panorama
. Jenis kamera yang dihadirkan iPhone 5S jauh kalah saing
dengan kamera Lumia 1020, Xperia Z2, Galaxy S5 ataupun G3. Tentu saja Apple
tidak bisa mengajak duel vendor lain di pengadilan dengan alih melangar paten. Apple
hanya perlu menarik diri dari persaingan tidak sehat menjadi lebih produktif
melahirkan karya-karya terbarukan seperti pada masa keemasan yang diciptakan pendirinya, Steve Jobs.

Lima ponsel kelas atas tersebut menjadikan patokan bahwa Asia
benar-benar sangat berkuasa di jagad teknologi ini. Anda bisa menjadi salah satu penilai
terbaik dalam menentukan pilihan terhadap semua produsen. Ponsel terbaik pun
tidak hanya sebatas kamera dengan resolusi tinggi saja, tetapi kamera resolusi
tinggi saat ini hanya dimiliki oleh ponsel-ponsel terbaik, premium dengan harga
fantastis. Anda boleh mencoba memiliki salah satu ponsel tersebut, seperti
keinginan saya memilikinya.
Categories
Uncategorized

Negeri Adidaya Asia Bernama Korea Selatan

Tidak bermaksud
mempromosikan brand maupun negera tertentu, boleh dikatakan saya termasuk salah
seorang penggemar apapun berbau negeri gingseng tersebut. Jika ditanya negara
mana yang ingin saya kunjungi, Korea Selatan merupakan negara kedua setelah
negara kiblat saya sebagai seorang muslim. Mencium Ka’bah tetap menjadi
mimpi-mimpi tak terperikan yang tidak mungkin tertulis sampai kapan pun. Tetapi
untuk Korea Selatan, barangkali saya masih bisa berandai-andai sesuatu yang
indah berkenaan dengan negara beribu kota Seoul tersebut.
Bagi saya pribadi,
Korea Selatan sudah menjadi satu-satunya negara berkekuatan tinggi dalam
berbagai aspek selain Cina dan Jepang. Kedua negara terakhir sudah lebih dulu
menjadi acuan individu manapun dalam meraih cita-cita mereka dalam bidang
teknologi. Untuk negeri dengan julukan tirai bambu saja sudah terlebih dahulu
dianjurkan Muhammad saw. supaya kita berkunjung dan belajar di sana. Cina termasuk
satu-satunya negara penuh peradaban dan disegani banyak negara, sehingga sampai
kini mereka masih kokoh sebagai negara besar. Untuk Jepang, negara yang dikata
sebagai timbunan tanah hasil peperangan dan kalah di Perang Dunia II, di mana
Hiroshima dan Nagasaki menjadi dua kota besar luluh-lantak kala itu, tetap
menjadi negara besar karena kekuatan sumber daya manusia yang luar biasa.
Sekarang! Hampir –
bahkan – seluruh mata dunia berpaling pada negara tetangga Jepang dan Cina. Korea
Selatan yang diapit dua negara besar justru ikut-ikutkan berkembang menjadi
satu-satunya negara dengan berbagai mahakarya luar biasa. Kita lupakan
perseteruan antara Korea Selatan dengan Korea Utara, kita diamkan juga masalah
perseteruan paten antara Samsung dengan Apple. Saya memetik beberapa point
sehingga negara ini benar-benar diterima seluruh dunia.
Kebudayaan
Sudah bukan omong
kosong lagi saat semua orang mengenal drama korea. Jelas sekali. Drama korea
ibarat telenovela era 1990-an. Berbeda dengan telenovela yang penuh hiasa
percintaan dan dunia barat yang gramor, drama korea bisa lebih menang satu
peringkat dari itu. Masalah percintaan memang tidak bisa ditinggalkan karena
bumbu pemanis sebuah cerita yang tidak akan menjadi basi.
Pemerintah Korea
Selatan secara terang-terangan mendukung drama televisi menjamur dan digemari
oleh warga negaranya. Dukungan pemerintah ini pun dijadikan sebagai sponsor tak
tertulis sehingga kita mengenal beberapa drama yang mengangkat kebudayaan
korea. Drama-drama yang mengambil setting sejarah maupun kebudayaan korea laku
keras, tidak hanya di negara mereka sendiri, di luar negeri termasuk Indonesia
mengenal drama-dram tersebut. Kisah kerajaan yang di ramu dengan manis membuat
kita terkesan dan mengetahui bagaimana bentuk pemerintahan mereka kala itu.
Adat-istiadat dikemas dengan apik sehingga kita paham benar bahwa negara ini
sangat menjunjung tinggi peninggalan nenek moyang mereka. Sebut saja Faith yang
dibintangi Lee Min Ho, salah satu drama perbaduan antara kebudayaan modern
dengan tradisional. Terdapat pula drama-drama dengan tema unik dan menarik
seperti My Girl Friend is Gumiho, Good Doctor maupun drama dengan setting
sekolah yang sangat apik dan inspiratif seperti Dreams High dan School 2013.
Melalui drama pula
Korea Selatan dikenal sebagai ladangnya ide brilian, sehingga ada pula drama
yang memiliki kemiripan dengan mereka di negara lain, termasuk Indonesia yang
terkesan mencontek habis-habisan drama Korea tersebut. Pemerintah Korea sadar
betul bahwa budaya mereka harus dikenal oleh seluruh dunia. Dan terlepas dari
berbagai drama yang semakin bertaburan dengan cara penayangan tidak sampai
100-1000 episode, salah satu drama yang mengangkat drama-drama lain menjadi
dicari sampai sekarang adalah Full House. Drama yang dibintangi oleh Rain dan Song
Hye Kyo menjadi ikon dan laris manis.
Sumber: www.youtube.com
Bahasa
Saat semua orang
berlomba-lomba mengejar popularitas tingkat dunia dengan bahasa inggris, Korea
Selatan malah mewajibkan warga negaranya dengan bahasa sendiri. Tak bisa dipungkiri,
bahasa korea sangat dikenal di kalangan remaja dan pencinta drama dan lagu-lagu
korea. Dari bahasa pula suatu bangga akan dikenal dan disegani oleh banyak
orang. Korea Selatan tidak segan-segan menelurkan artis-artis dengan tampang
memukau (walau belakangan isu operasi plastik menjadi pemicu utama), mereka
bermain di drama dengan bahasa mereka sendiri, bernyanyi dengan bahasa mereka
juga.
Saya rasa semua orang
sangat setuju bahwa beberapa penyanyi Korea Selatan sudah go internasional
tanpa perlu mengubah bahasa dalam syair mereka. Sebut saja Girls Generations
yang mendapatkan Video of the Year dari Youtube Music Award, aktor Rain tetap
bernyanyi dalam bahasa korea walaupun sudah membintangi film skala hollywood,
Super Junior tetap bernyanyi dalam bahasa korea walaupun penggemar mereka
hampir di seluruh dunia, aktor Jang Dong Gun tetap terbata-bata berbicara dalam
bahasa inggris walaupun sudah disegani di barat. Bahasa adalah puncak segala,
mengetahui bahasa maka peradaban akan diajak serta. Korea Selatan sudah
membuktikannya.
Sumber: www.youtube.com
Sumber: www.youtube.com
Teknologi
Anda mengenal Samsung
atau LG? Dua vendor ponsel besar dunia ini tak lain berasal dari Korea Selatan.
Keduanya pun tidak hanya melahirkan smartphone
maupun tablet kelas atas, mereka juga menciptakan televisi LCD dengan layar
besar dan harga ratusan juta rupiah, mereka juga termasuk pemasok utama
perangkat ponsel lain, seperti processor, layar maupun kamera yang dipakai oleh
vendor besar seperti Apple.
Korea Selatan tahu
benar bahwa peperangan yang terjadi saat ini bukan lagi urusan tembak-menembak.
Pertahanan keamanan negara ini sudahlah bisa diacungi jempol. Tetapi kekuasaan
mereka di ranah teknologi tidak bisa dianggap sepele lagi melawan kedigdayaan
barat selama ini. Tidak hanya itu, kuatnya kedua vendor tersebut bukan tidak
ada dukungan pemerintahnya. Justru karena didukung pula mereka habis-habiskan
mengeluarkan biaya besar untuk mempromosikan produk mereka. Belum lama ini
Samsung terlibat dalam perhelatan Oscar yang tak lain satu-satunya acara paling
bergensi dunia. Selain itu, setiap ada drama terbaru kita pasti akan melihat
Samsung maupun LG dipamerkan aktor maupun aktis dalam akting mereka. Hal ini
menunjukkan bahwa kerja sama yang terjadi antara pemerintah, insan perfilman
dan pelakon teknologi sadar betul negara mereka akan menjadi hebat jika
disatukan.
Penyatuan tiga hal
tersebut memberi imbas tidak main-main bagi kita sebagai penikmat. Kita mengenal
bagaimana kebudayaan mereka, bahasa, arsitektur, merk terbaru hasil ciptaan
negeri mereka. Hal ini menandakan bahwa Korea Selatan benar-benar telah menjadi
salah satu negara kaya sumber daya alam dan manusia.
Sumber: www.youtube.com
Sumber: www.youtube.com
Lain-lain
Terakhir, tidak
berniat membanding-bandingkan, tetapi begitulah adanya. Korea Selatan tetap
mengedepankan sopan santun dalam beretika. Bahasa tubuh yang mereka berikan
menandakan bahwa mereka benar-benar tahu tata krama, saat, sedang berbicara
dengan siapa.
Jika di dunia
hollywood urusan tinggal bersama pasangan tanpa ikatan pernikahan lalu punya
anak merupakan hal biasa, Korea Selatan malah sebaliknya. Jika saja salah satu
dari mereka kedapatan punya pasangan, maka akan dianggap memiliki skandal. Sangat
jarang sekali kita mendengar gosip aneh-aneh tentang aktis dan aktor dari
Korea. Entah karena ditutup-tutupi atau memang begitu adanya. Saya mengetahui
aktor sekelas Jang Dong Gun baru menikah di usia 40 tahun. Kemudian Kim Min
Jong malah masih bertahan dalam kesendirian dalam usia 40 tahun. Seakan untuk
urusan ini mereka benar-benar tidak ingin dicampuradukkan dengan keartisannya. Sehingga
benar adanya saat Yoona dan Lee Seung Gi atau Tiffany dan Nickhun merahasiakan
hubungan mereka.
Tetapi bukan itu yang
menjadi acuan. Kebiasaan warga Korea Selatan yang kemudian memiliki nilai
tambah untuk mengetahui peradaban mereka. Negara yang dulu sempat kacau dan
bisa jadi tidak memiliki apa-apa, sekarang malah menjadi negara kaya raya
dengan berbagai pemasukan negara.

Categories
Uncategorized

Beranikah Apple Menyerang Google?

Samsung baru saja
memamerkan hanset terbaru mereka, Galaxy S5. Walaupun dari segi bentuk maupun
bawaaan dasarnya tidak jauh berbeda dengan model terdahulu, Samsung masih mampu
menduduki puncak tertinggi sebagai vendor smartphone
paling berkuasa di Asia, bahkan secara global. Para pencinta produk dari
produsen yang berdomisili di negeri gingseng tersebut tetap memilih seri S5
sebagai peningkatan S4. Tidak main-main, kekuatan yang dihadirkan seri S5 bisa
dikatakan sangat mumpuni di kelas premium, termasuk aplikasi bawaan seperti
kesehatan dan sidik jari.
Belum juga Samsung
meraup banyak keuntungan dari Galaxy S5 seperti saat S4 diserbu banyak
penggemar, lagi-lagi masalah lama muncul ke permukaan. Sebagian besar netizen,
khususnya di kanal DetikNet laman detik.com, memberikan beragam argumen. Tepatnya
lebih banyak yang memberi kritikan pedas terhadap sikap Apple. Inc yang kini
digawangi Tim Cook dalam menyerang kembali Samsung. Masalahnya tentu tidak jauh
dari paten dan royalti. Sebenarnya, kisruh ini sudah berulang kali dimenangkan
oleh Apple sebagai vendor egois dan merasa hebat dengan jenis smartphone maupun tablet yang
dimilikinya. Namun kedigdayaan iPhone maupun iPad digadang-gadang akan bernasib
sama dengan BlackBerry jika masih mempertahankan ego masing-masing tanpa berinovasi
lebih baik dan menarik.
Tahun lalu, saat
Samsung menang di meja hijau di kandang Apple, vendor ini malah mengemis pada
Presiden Obama untuk membela dan menjatuhkan Samsung. Dan benar, Samsung
dicerca dan Apple dibela. Sikap ini menjadi senjata makan tua bagi Apple,
kurang inovatif dan selalu mencari kesalahan orang lain membuatnya tidak lagi
jadi penghasil ponsel kelas atas. Banyak berita yang menyudutkan Apple terhadap
produk mereka yang dikatakan murah tetapi juga tidak termasuk low end, malah terkatung-katung
penjualannya. Serbuan Android yang dipimpin Samsung semakin mendominasi dan
mengalahkan kekuasaan Apple yang tidak pernah mau menjual produk mereka dengan
harga murah. Barangkali, Apple berpikir harga murah berarti murahan, jika lebih
teliti Samsung menjual produk mereka dengan harga relatif murah dan menjangkau
semua elemen. Apakah ini murahan? Anda bisa membandingkan sendiri jika memiliki
produk Samsung. Satu catatan penting, bahwa Samsung memiliki semua komponen
untuk menciptakan puluhan maupun raturan seri smartphone setara S5 maupun tablet seri Note 10 dalam waktu
berdekatan. Sedangkan Apple, harus ngemis ke mana-mana untuk mendapatkan hardware mumpuni untuk layar, kamera
maupun otak utama menjalankan produk mereka ke banyak vendor lain, khususnya di
Asia dan Samsung-lah pahlawan Apple dalam melahirkan iPhone dan iPad andalan
mereka.
Kembali ke masalah
yang muncul sekarang, Apple mengajak kembali Samsung berlaga di meja hijau
karena dianggap telah melanggar paten semisal slide to unlock, koreksi huruf, link
kontekstual, universal search dan backgound
syncing
data. Hal inilah yang dikatakan “gila” oleh pengacara Samsung, John
Quinn, dialamatkan kepada Apple. Siapapun juga tahu, kelima paten yang dituntut
Apple kepada Samsung tersebut bukanlah bawaan vendor Korea Selatan tersebut. Kelima
software bawaan Android tersebut
dimiliki semua smartphone bersistem
operasi milik Google seperti LG, HTC, Lenovo, Huawei, Oppo, bahkan merek yang
tidak sekuat vendor tersebut seperti Mito, Evercoss, dan merek-merek cina
lainnya juga menggunakannya.
Lantas, kenapa hanya
Samsung yang diserang? Apakah hanya Samsung yang melanggar “paten” tersebut? Apple
terlalu membesar-besarkan masalah paten ini, semua dipatenkan sama perusahaan
Amerika tersebut. Bahkan bentuk ponsel yang “bulat” di setiap sudut
dipermasalahkan. Samsung sangat baik memberi royalti karena masalah ini untuk
Apple, bagaimana produk lain yang membuat ponsel model demikian? Bukan tidak
mungkin suatu saat vendor-vendor Android menyerang balik Apple saat ada iPhone
layar di atas 5 inci. Barangkali juga, vendor Android yang rata-rata berada di
Asia ini akan mendiamkannya, toh memang Apple satu saja yang ribut di kandang
sendiri sedangkan vendor lain malah adem ayem di Asia.
Serangan yang
dilakukan Apple kali ini jelas sekali salah alamat. Tidak salah jika pengacara
Samsung naik pitam mendapatkan teguran dari pengadilan di kandang Apple,
Amerika. Ujung-ujungnya Apple kembali menang, dan seandainya tidak menang
seperti tahun lalu akan meminta bantuan presiden walaupun sebenarnya Obama
secara nyata tidak menggunakan iPhone melainkan BlackBerry.
Lima paten yang
dianggap Apple telah dilanggar Samsung merupakan fitur bawaan Android. Semua juga
tahu Android itu milik Google dan dinahkodai pakar software kelas atas di perusahaan mesin pencari ini. Jika ingin
menang, Apple seharusnya memberikan tuntutannya ke alamat Google, sama-sama di
Amerika. Mungkin Samsung memang pernah melanggar paten Apple, tetapi sudah
berulang kali ditebus. Pelanggaran lima paten ini bukan untuk Samsung tetapi
untuk Google. Semasa Steve Jobs, Apple pernah menggugat Google tetapi
perusahaan dengan logo buah apel itu membusuk di pengadilan. Hemat saya, sekali
ini saja Apple menuntut paten dan sejenisnya dari Google maka tamatlah riwayat
perusahaan produk mahal tersebut. Tidak tertutup kemungkinan Google akan
menyerang balik dengan menghilangkan Apple di semua ranah pemberitaan mesin
mencari, menuntut Apple Maps yang tak lain adalah gadungan Google Maps, bahkan
menarik semua layanan Google di iPhone maupun iPad seperti Youtube, Google Maps
(Apple Maps masih belum akurat), Gmail, Search engine yang dialamatkan ke
google. Tentu saja Apple tidak ingin ini terjadi, bukan karena sama-sama
Amerika, Google memilih diam dan menciptakan banyak inovasi, selama ini Google
terlalu berbaik hati menghadapi keangkuhan Apple.
Akhirnya, Samsung-lah
menjadi sasaran amukan emosi Apple karena vendor pencipta seri Galaxy yang
sukses besar ini berada di negara kecil, seakan tidak berkutik jika diperang,
sampai saat ini vendor cina yang jelas-jelas menjiplak Apple tidak pernah
dituntut seperti menyerang Samsung. Kita tidak tahu apa yang sebenarnya
terjadi, tetapi keserakahan Apple ingin mengambil modal dari perusahaan lain
tidak logis di saat vendor lain berkutat dengan produk inovatif.
Urusan jiplak-menjiplak
tidak ada yang tahu siapa yang benar pernah dan tidak pernah. Ponsel layar
sentuh sebenarnya sudah ada jauh sebelum iPhone lahir, IBM bahkan
menciptakannya di tahun 1994 dengan IBM Simon Personal Commulator, pernahkah
terdengar kabar IBM menuntut Apple melanggar paten mereka? Barangkali Apple
merasa sangat hebat telah melahirkan ponsel inovasi terbaru, padahal Nokia
telah melahirkan banyak seri yang tidak jauh beda dengan iPhone seperti Nokia
9300 Komunikator sekitar 2004, jauh meninggalkan iPhone yang lahir di 2007.
Masalah pembajakan
pula dialami Microsoft yang diam saja menghadapi softwarenya dipakai gratis banyak orang seluruh dunia. Nyatanya,
Microsoft tetap kaya raya dan disegani.
Tidak ada yang
benar-benar tidak menjiplak di ranah teknologi ini. Tetapi lain orang memang
lain bersikap, Apple yang semakin tergerus gempuran Android wajib waspada
tetapi bukan dengan “mencuri” ke pihak lain. Mungkin saja, jika ada iPhone dan
iPad yang relatif murah ada sebagian orang yang ingin membelinya bukan lagi
menghujat seperti saat ini.

Kita, nikmati saja
produk Asia yang inovatif, layar bening dan besar, dan banyak aplikasi gratis
terjamin dari Google! 
Berikut contoh beberapa touchwiz Samsung, mungkin bisa dibedakan dengan Apple iPhone, khususnya kunci yang tidak lagi berbentuk slide.