Categories
Uncategorized

Lulus UN Dengan Cara Ini Sulit Kecuali Belajar

UN sudah usai beberapa hari lalu (buat SMA) namun masih menyisakan kegundahan dan kegelisahan dari berbagai pihak terutama siswa dan siswi yang menjadi peserta Ujian Nasional (UN) tersebut.
Kegundahan akan lulus atau gagal dan kegelisahan akan malu jika gagal karena harus mengulang setahun lagi dan berbagai kegelisahan lainnya yang terkadang menjadi suatu masalah yang musti memerlukan penyelesaian. Atau bahkan mampu membuat stress sebagaian dari kita, tidak hanya siswa-siswi, guru bahkan orang tua!
Lulus UNBK dengan belajar.

Lulus atau gagal UN telah menjadi monster yang sangat menakutkan bagi kita, apalagi bagi siswa-siswi yang memang pasukan dalam perang dahsyat ini. Laksana perang besar, mereka (dalam hal ini siswa dan siswi) telah terlebih dahulu patah pedangnya sebelum sempat menghadapi lawan.

Saya punya beberapa kawan (tepatnya saya panggil Adik) yang tahun ini bertarung untuk mendapatkan nilai 5,0 yang entah untuk apa kegunaannya itu. Seperti yang telah saya singgung di atas, pedangnya sudah patah dan terjatuh ke tanah sebelum sempat diangkat untuk menghunus ke perut musuh. 
Semangat untuk menghadapi UN sudah patah sebelum seruling UN didengungkan. Bagaimana mau mengikuti perang jika pedang telah patah? Bagaimana menghadapi UN jika semangat sudah tak ada dan keputusasaan menghadang. Bahkan, ada di antara siswa-siswi yanga memilih tidak mengikuti UN walau mereka telah terdaftar sebagai peserta.
“Buat apa ikut UN kalau akhirnya tidak lulus juga!” begitu kata mereka.
Nah, siapa yang mau bertanggung jawab kalau sudah begini keadaannya.
Tiga tahun jadi tidak berarti sama sekali kalau itu yang terjadi. Sia-sia saja duduk di bangku sekolah kalau demikian adanya. Namun, kenyataan memang menjawab semua itu. Itulah yang terjadi saat ini. Ada sebagian dari adik-adik kita yang tidak mau lagi mengikuti UN. 
Apa benar UN itu layaknya monster yang sangat menakutkan seperti di film-film karton? Kalau memang iya. Kenapa kita tidak menyiapkan pahlawan utnuk membunuh monster tersebut?
Saya juga sempat ngobrol-ngobrol dengan seorang siswa SMA yang begitu stress dan tertekan ketika mengikuti UN. Katanya kepada saya waktu itu, kalau bisa ia ingin terlahir di tahun 1985 ke bawahn biar tidak mengikuti UN seperti ini. Lucu memang. Tapi mana mungkin? Hal itu sangat mustahil terjadi dan tidak akan pernah terjadi sama sekali.
Aneh memang. Tapi fakta berbicara demikian.
UN. Begitu menakutkan. Mengatakan saja rasanya enggan apalagi untuk menghadapinya. Melihat pengawas yang garang-garang sudah seperti lintah kena bakung belum lagi melihat soal-soal matematika yang susahnya minta ampun. Akhinya, gemetar duluan sebelum sempat membaca dan menjawab soal.
Ngeri sekali. Saya saja terkejut mendengar masalah ini. Ditambah lagi selain pengawas yang garang juga polisi-polisi yang berkeliaran di sekitar sekolah. Seperti mau menangkap mapia narkoba saja. Namun, lagi-lagi, Ini Indonesia, Bung! Beginilah yang system pendidikan kita saat ini yang banyak orang memperdebatkan bahkan meragukan keberadaannya.
Nilai? Apakah 5,0 akan menjamin seorang siswa lulus ( = benar-benar lulus; murni lulus).
Belum tentu. Nilai bukan patokan dalam menjamin pendidikan akan berhasil atau tidak. Ilmu pengetahuan itu sama sekali tidak berpatok pada nilai. 
Buat apa nilai 5,0 kalau di kepala masih belum ada apa-apa. Atau buat apa nilai 5,0 kalau cuma untuk lulus UN sedangkan ketika bertarung di SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) tidak berarti sama sekali. UN lulus dengan nilai sempurna sedangkan SPMB gagal. Wah, ini yang lebih berat lagi (Antara UN dan SPMB, saya akan tulis terpisah).
Satu sisi, UN memang berhasil. Tapi ketika kita melirik ke sisi lain. UN sangat gagal. Kenapa saya katakana demikian? Ada beberapa fakta yang terjadi di lapangan dan berkata lain mengenai keberadaan UN tersebut.
Ada siswa yang pandai matematika, tapi ketika UN tidak lulus mata pelajaran matematika. Ada siswa yang pandai bahasa Inggris, namun malah mata pelajaran bahasa Inggris pula yang tidak lulus. 
Kalau sudah demikian adanya, benarkah nilai 5,0 dapat dijadikan patokan berhasil atau tidaknya pendidikan di Negara kita yang kacau balau begini?
Semuanya kembali kepada kita. Tidak ada yang patut disalahkan dalam hal ini. Saya teringat dengan Ajip Rosidi, seorang penyair, pengarang, redaktur, dosen, peneliti dan penerbit. Penulis buku Dua Orang Dukun ini berkata begini “Saya bisa hidup tanpa Ijazah!”
Dan benar! Ajip Rosidi membuktikannya. Nilai bukan apa-apa dibandingkan dengan kedudukan beliau setelah itu.
Lalu, bagaimana dengan UN? Hanya hati kecil kita yang mampu berdebat. Selebihnya bukan wewenang kita dalam merubah sistem pendidikan yang terus berubah-ubah (nah, itu sudah perkara lain lagi).
Diakhir tulisan, saya cuma ingin mengutarakan keberatan hati saya. Kita tidak patut menyalahkan siapa-siapa dan kita tetap harus berjuang. Lulus atau gagal UN bukan berarti kitaTELAH gagal dan tidak berhasil, bukan?
Yakinkan diri, kalau kita semua adalah orang-orang yang berhasil!
Categories
Uncategorized

Kenapa Harus Menulis

Kenapa Harus Menulis?
Ada banyak hal yang menjadikan seseorang ingin menjadi penulis. Ada yang berpandangan bahwa dengan menulis ia akan kaya raya seperti halnya JK Rowling. 
Ada pula yang memandang dengan menulis akan dikenal banyak orang seperti Asma Nadia atau Hilman ‘Lupus’ Hariwijaya. Atau ada pula yang menjadikan menulis sebagai hobi yang musti disalurkan.
Fenomena dunia kepenulisan sekarang tidak jauh berbeda dengan dunia entertainment. Banyak penulis yang disejajarkan dengan para aktor atau artis yang selalu tampil di layar kaca. 
Banyak penulis yang beken karena disanjung-sanjung karena tulisannya. Banyak penulis yang dikenal karena tulisannya yang menggugah. Banyak pula penulis yang dijadikan panutan karena tulisannya tersebut. So, mau pilih mana?

Nulis Harus Nekat

Kenapa saya katakan demikian? Karena bila tidak nekat mana jangan harap akan lahir satu paragraph saja dari apa yang ingin kita tulis. Gerakkan pena terlebih dahulu baru kamu bisa berkata kalau “Saya ingin jadi penulis!” setelah itu kamu baru bisa menyombongkan diri dengan title kamu itu. 
Kamu bisa! Jangan pernah menunggu esok pagi untuk membubuhkan kertas buram kamu dengan kata-kata indah dan bermakna yang kelak akan dibaca banyak orang. Ingatlah! Nekat untuk nulis adalah satu kewajiban untuk kamu sebagai awal kamu menggerakkan pena.

Nulis Bukan Bakat

Bakat? Siapa bilang? Menulis itu bukanlah bakat yang terpendam dalam diri kamu. Cobalah kamu mencoba satu paragraph hari ini. Nah, kamu bisa bukan? Apakah itu bakat kamu? Juga bukan nyatanya.
Tepislah ungkapan bahwa menulis adalah bakat terpendam yang harus kamu kembangkan. Jangan pernah terpaku pada hal nggak ‘laku’ seperti itu karena yang akan menulis adalah kamu – sekali lagi – bukan bakat kamu. 
Contoh yang paling ngetren saat ini, Neno Warisman yang seorang artis papan atas saja nulis apalagi kita. Atau Tamara Geraldin yang nampangnya selalu nangkring di tipi juga nulis. Atau Happy Salma, pemain sinetron itu juga nulis. Bukankah itu bukan berawal dari bakat?
Jadi, buanglah kata ‘bakat’ itu jauh-jauh dari kamu sebelum kamu memulai satu kata. Menulis!

Nulis Nggak Bikin Miskin

Ini yang lebih keliru. Siapa bilang dengan menulis kamu bakal miskin? Contohnya saja JK Rowling, dari seorang miskin bisa menjadi kaya setelah menelurkan resep praktis Harry Potternya. 
Atau Asma Nadia dengan Jangan Jadi Muslimah Nyebelinnya. Atau Habiburrahman El-Shirazy dengan Ayat-Ayat Cintanya. Rata-rata buku mereka semua best seller di pasaran. Kuncinya ya nulis!
Tak ada kata lain selain nulis. Pastikan kamu udah siap untuk menggerakkan pena untuk menulis hari ini. Apapun itu. Mau sebait puisi. Lagu cinta. Sebuah cerpen atau pantun jaman beuhula, nggak apa-apa. Yang penting kamu nulis!
Nah, sebelum kamu nulis ada hal yang penting buat kamu perhatiin baik-baik. Apa yang akan kamu tulis? 
Dan idea pa yang akan kamu tuangkan. Banyak! Bahkan bersemak. Kamu mau nulis puisi, silahkan. Mau nulis cerpen, boleh-boleh aja. Mau nulis novel, siapa yang larang. Dunia nggak selebar daun kelor, bukan?
Ini dia bumbu untuk kamu memulai nulis.

Ide

Hal yang satu ini harus kamu perhatikan betul-betul. Jangan sampai kamu menulis yang nggak laku lagi pada saat ini. Contohnya, kamu nulis tentang perjodohan dengan kakek-kakek (seperti Siti Nurbaya gitu lho), pada saat ini cerita kayak gitu udah basi dan nggak bagus lagi karena udah banyak ide segar lain yang belum di angkat. 
Apalagi kalau kamu jadi menulis tulisan seperti itu pembaca akan berkata begini ”Hari gini penulis masih kurang ide, cape dehhhh!” yang kena kan kamu, sebagai penulis. Masa penulis nggak banyak ide seh?
Contoh yang paling mudah kamu angkat untuk iede ceritamu, misalnya, sekarang kan banyak orang asing di Aceh nih. Angkat tuh utnuk cerita kamu. Misalnya, tentang seorang bule kesasar ke desa terpencil (baca kelanjutannya….)

Karakter Tokoh/Logika Cerita

Kamu udah punya ide tentang cerita kamu tadi? Nah, sekarang yang harus kamu perhatiin baik-baik adalah karakter dari tokoh cerita kamu itu. 
Misalnya, di awal cerita kamu nulis kalau bule tersebut sedikitpun nggak bisa bahasa Aceh tetapi dipertengahan cerita kamu udah nulis kalau bule itu ngomong bahasa Aceh dengan lancar. Jelas aja nggak nyambung kan? 
Pembaca pasti akan mengira kamu emang benar-benar ngayal sambil nulis (ngayal tempang bule kamu itu kalee). Logika cerita kamu udah nggak ada lagi sekarang. Hilang sama sekali, bahkan pembaca akan langsung meninggalkan karya kamu! Ingat, pembaca akan terkesan pada tulisan pertamamu.

Setting

Kamu mau nulis tentang jepang? Silahkan. Kamu mau nulis tentang Amerika? Nggak apa-apa. Kamu mau nulis tentang Irak atau Iran? Nggak ada yang marah. Atau kamu mau nulis tentang daerah kamu sendiri? Itu malah lebih bagus. 
Tapi ingat, kamu harus punya data-data yang cukup untuk tulisan kamu itu. Jangan mereka-reka tentang suatu daerah. Misalnya kamu nulis tentang Melbourne, di awal udah bagus banget, tetapi kamu ceroboh saat kamu menyelipkan kalimat berikut “Kangguru berlompatan di tengah kota,” jelas aja sangat janggal bukan? 
Mana mungkin kangguru ada di tengah kota? Iya. Australia dikenal dengan negara kangguru tetapi di mana dan tentunya bukan di tengah kota bukan? Kamu benar-benar harus memahami suatu daerah jika kamu ingin menuangkannya ke dalam tulisan kamu. 
Nggak usah gusar, selama kamu masih punya tekad untuk menulis tak akan habis ide yang akan dapat kamu tulis, kuncinya harus banyak referensi. Banyak baca. Banyak tanya. Banyak nulis tentunya.

Judul

Dalam memilih judul kamu juga harus hati-hati, bahkan sangat hati-hati. Jangan pernah tergoda dengan judul-judul jaman dahulu kala itu. 
Pilih judul yang semenarik mungkin. Seperti judul berikut Ada Rindu di Mata Peri (Asma Nadia), Ayat-Ayat Cinta (Habiburrahman El-Shirazy) atau Malaikat dan Iblis (Dan Brown). Atau apa aja deh yang menurut kamu bagus dan enak untuk dilirik.

Alur

Kamu dapat memilih alur cerita itu bagaimana, ada alur maju dan ada alur fastback (maju mundur), suka-suka kamu mau pilih seperti apa. Biasanya untuk penulis remaja mereka banyak mengambil alur maju sedangkan untuk sastra ada yang mengambil alur mundur, namun terasa berat. Terserah kamu deh mau pilih yang mana.
Itu aja dulu yang perlu kamu perhatiin baik-baik jika kamu ingin memulai menggerakkan pena. Nggak usah gusar dan bengong. Ayo gerakkan pena kamu dan menulislah!
Tak ada kata yang indah selain menulis, menulis, menulis…..
So, kapan kamu gerakkan pena untuk memulai memaknai kata?
Categories
Uncategorized

Fatin; Menciptakan Standar Tinggi Ajang Pencarian Bakat

Tidak bisa dipungkiri, Fenomena Fatin memang sangat fenomenal. Akhirnya, saya yang sangat “malas” menulis tentang isu entertaiment terpicut juga karena gadis bersuara khas ini.

10 Inspirasi Outfit Berhijab nan Stylish ala Fatin Shidqia ...
Fatin
Bukan karena dipaksa oleh siapapun, bukan juga karena sangat ikut-ikutan orang lain. Saya hanya menulis apa yang saya rasa dan apa yang menjadi sesuatu yang luar biasa sampai kini. 
Sosok Fatin yang dibalut jilbab putih, sweater, dan rok abu-abu lalu menyanyingkan Grenade dari Bruno Mars kian di rindu setelah tayangan X Factor Indonesia berakhir. 
Gadis imut ini mungkin tidak akan menarik perhatian begitu audisi, jika orang lain datang ke tempat audisi dengan berbagai style yang megah Fatin hanya tampil apa adanya. Memperlihatkan kesederhanaan dan kemampuan penyanyi kamar mandi. “Ingin belajar vokal,” begitu katanya. 
Dan ternyata bukan cuma vokal yang semakin memukau dengan teknik menyanyi luar biasa yang didapat tapi fans yang disebut Fatinistic. Penampilan sederhana telah membuat jutaan mata memandang padanya. Hanya karena karakter vokal yang kuat, bukan teknik yang siapa saja bisa mempelajarinya. 
Karakter vokal itulah identitas, layaknya nama, golongan darah, tinggi badan, berat badan, sampai sidik jari – itulah dia. Sedangkan teknik menyanyi bisa didapat dengan mudah bagi siapa saja yang mau belajar dan belajar. Karakter vokal? Tidak demikian, karakter itu tidak akan bisa dipelajari karena dia lahir dari seseorang semenjak dia ada di dunia. 
Setelah Fatin menyanyi lagu dengan gayanya sendiri tanpa mengharapkan apa-apa di babak audisi ternyata telah membuatnya sampai juara. Sudah banyak yang menulis tentang Fatin di dunia maya, ada yang mengkritik habis-habisan, ada yang menyanjung setinggi langit, bahkan ada yang menulis tentang Fatin apa adanya dia. 
Termasuk saya, tidak hanya menulis tentang fenomena Fatin yang sudah juara. Saya melihat hadirnya Fatin seperti sebuah bom yang meledak dan siap memangsa semua penghuni jagad raya. Fatin membawa sebuah tingkatan yang lebih pada ajang pencarian bakat yang sudah pernah ada di Indonesia. 
Datang dengan lugu dan malu-malu tapi mampu menghipnotis hampir seluruh masyarakat Indonesia bahkan dunia. Inilah yang dinamakan menilai orang tidak hanya dari penampilan saja. Karena penampian sangat menipu, Fatin sudah menipu ribuan mata karena auranya yang luar biasa. 
Dia berjilbab, sudah tentu membawa dampak tidak main-main untuk dunia fashion Indonesia, berbondong-bondong orang akan mengikuti gaya berhijab Fatin. Suaranya berkarakter, dan inilah nilai jual yang sangat tinggi. 
Jika penyanyi lain pontang-panting jual sensasi dengan goyangan tubuh molek atau menampakkan paha seksi, Fatin tidak perlu itu untuk menarik pendengar. Cukup menyanyi saja dan itu sudah berhasil! 
Lalu, alasan yang kuat adalah saat Fatin hadir seakan ajang pencarian bakat lainnya tenggalam entah ke dunia antah berantah. Secara tidak langsung Fatin sudah menciptakan standar yang sangat tinggi untuk sebuah ajang pencarian bakat. 
Fatin yang diolok-olok lupa lirik, tidak bisa menyanyi dengan bagus, tidak punya teknik, sudah menjadi acuan orang yang ingin ikut kontes yang sama di tahun-tahun mendatang. Karena teknik yang “luar biasa” istimewa tidak akan mampu menghipnotis pendengar untuk terus mendengar lagu dia tanpa adanya karakter kuat. 
Fatin tidak bersalah dalam hal lupa lirik. Tidak juga bisa disalahkan karena teknik belum matang. Dia datang bukan karena sudah terlampau sering tampil menyanyi di café-café atau acara hebat lain. Dia hanya tahu dirinya bisa menyanyi. 
Itu saja modalnya. Begitu sampai di acara besar seperti X Factor yang ditayangkan di seluruh Indonesia dan bisa di streaming di luar negeri, Fatin langsung menanggung beban tidak kecil. Ujung-ujungnya Fatin tidak ingin mengecewakan penggemar yang sudah terlanjur mencintainya. 
Mental anak SMA ini teruji habis-habisan, dan jika peserta lain tidak perlu belajar dari NOL maka Fatin harus berjuang lebih keras. Belajar mulai dari awal. Rossa sangat berperan penting, bisa dilihat perkembangan Fatin dari hari ke hari kian meningkat. Lagu-lagu yang dinyanyikannya – jika di awal banyak yang tidak tahu – kembali booming dan disukai. Bahkan lebih disukai versi Fatin. Luar biasa!
Sekarang kita bandingkan beberapa acara pencarian bakat yang pernah ada di Indonesia, mulai dari Akademi Fantasi Indosiar, Kontes Dangdut Indonesia, Indonesian Idol, Indonesia Mencari Bakat dan The Voice Indonesia. 
Kelima acara ini siapa yang tidak tahu? Standarnya mereka mencari kontestan dengan teknik menyanyi bagus, bisa menghafal lagu barat dan Indonesia. Bagaimana dengan karakter vocal? Selama saya tahu, tidak ada yang memiliki karakter vocal sekuat Fatin. Semuanya hampir sama, bagus dari segi teknik menyanyi saja tetapi karakter biasa-biasa saja. 
Terbukti, berapa banyak alumni dari ajang pencarian bakat itu menjadi penyanyi besar. Hanya beberapa. Dan itu pun tidak cukup menjadi luar biasa, tidak mendapat penghargaan bergensi, tidak sering tampil di TV dan hanya berwara-wiri di TV penyelenggara saja. Yang lebih mencengangkan, belum sampai seminggu Fatin sudah ada di Hitam Putih Trans 7, lalu di 100 % Ampuh Global TV, terus ke mana lagi? 
Inilah yang dinamakan fenomena, Fatin bisa diterima di mana saja. Jika kontestan lain hanya tampil di TV penyelenggara saja, Fatin bisa membuktikan bahwa dia tidak hanya “dipakai” oleh TV penyelenggara saja tetapi sudah di antre oleh TV lain untuk menayangkan ini. 
Pengaruh media memang sangat besar sekali. Jika alasan dulu belum punya internet, ini bukan jadi takaran untuk menilai. Toh, orang menilai dari tayangan di TV. Tidak menjadi fenomena karena standarnya itu-itu saja, semua sama, tidak bisa dibedakan, cuma modal teknik mumpuni tetapi karakter dan aura tidak membius. Pada masa Nikke Ardila juga tidak belum punya internet kan? Tetapi auranya tetap mempesona, begitulah Fatin! 
Belum lagi jika melihat dari hasil penjualan lagu “Aku Memilih Setia” di iTunes Indonesia. Respon masyarakat sangat besar sekali, karena lagu yang bagus dinyanyikan oleh penyanyi berkarakter tentu enak didengar. 
Semenjak dijual di iTunes belum pernah lagu ini keluar dari #3besar, bahkan hampir selalu duduk di angka #1. Selain iTunes, ternyata Sony Music Indonesia juga membidik, Nada Sambung Pribadi, dan tidak main-main hampir semua operator menempatkan lagu ini berada di tangga puncak. 
Inilah yang dinamakan standar tinggi, semua orang suka walau yang namanya haters itu ada. Yang tidak suka itu bukan karena apa-apa, alasannya karena tidak mampu mencapai setingkat Fatin, akhirnya bisa bersuara di belakang atau pengecut. 
Jika berani ya tampilkan selayaknya Fatin, jika masyarakat suka berarti yang berkoar-koar sampai bawa golok itu menang, jika masyarakat tidak suka berarti kalah. Dam! 
Fatin sudah menjadi ikon X Factor Indonesia, bahkan ajang pencarian bakat lain yang ratingnya terlempar ke dataran rendah. Untuk tahun-tahun ke depan, akan sangat sulit menghadirkan sosok seperti Fatin, apapun akan dibandingkan dengan Fatin. 
Baik dan tidak baik. Jika masih ingin menjadi tontonan yang menarik dan mendapatkan rating tinggi, ajang pencarian bakat mau tidak mau harus bekerja keras untuk mendapatkan selayaknya Fatin. 
Tidak perlu jauh-jauh, The Voice Indonesia terlempar ke jurang yang sangat menakutkan. Padahal acara ini menampilkan kontestan dengan teknik vocal di atas rata-rata. Tapi terasa hambar dan tidak menjadi sesuatu yang menarik. 
Satu sisi, acara ini memiliki kelemahan karena beriringan dengan X Factor Indonesia yang sudah terlebih dahulu terkenal semenjak Fatin audisi. Hasrat hati ingin menampilkan yang lebih megah ternyata tidak bisa naik-naik mencapai angka yang fantastis, ratingnya semakin turun. 
Fatin sudah fenomena, lagunya pun sudah didengar di mana-mana. Gayanya juga diikuti oleh banyak remaja putri berjilbab. Kesederhanaannya menjadikan ikon bahwa penyanyi itu tidak harus glamor. Kita tunggu saja, beberapa bulan ke depan bagaimana perubahan pada Fatin. 
Dan kita tunggu juga ajang pencarian bakat yang akan digelar beberapa stasiun televisi dalam waktu dekat nanti. Bila tidak mampu menghadirkan sosok sefenomenal dan kontroversi seperti Fatin, siap-siap saja tayangan akan garing, dunia maya akan sepi dan rating turun. 
Sekali lagi, selamat Fatin! Selamat juga untuk generasi yang ingin perubahan, dunia keartisan itu tidak selamanya mengumbar aurat, bukan? 
Categories
Uncategorized

Suami-Suami Takut Istri Drama Pria Takut Wanita

Pernah nonton Suami-Suami Takut Istri yang tayang di Trans TV tiap hari pukul 18.00-19.00 WIB? Kalau pernah saya mau tanya, seru nggak? Dan apa yang dapat diambil hikmah dari tayangan komedi itu? Nah, bagi yang belum pernah nonton coba deh nonton sekali saja dulu untuk melihat tingkah polah tokoh-tokoh yang main di komedi jelang malam itu. Memang, setiap orang pasti berbeda dan tidak mungkin semua orang pasti ketagihan dan ‘menyukai’ tayangan itu.
Namun, buat saya pribadi. Ada hal penting yang dapat saya ambil hikmah dari komedi itu. Pertama, fenomena sebuah kompleks yang dihuni oleh orang kaya semua dan kedua fenomena saptam kompleks yang miskin dan beristri tiga. Seru! Kita akan bahas satu-satu.
Kenapa suami-suami takut istri dalam komedi tiap petang itu? Ya, pasti banyak hal yang membuat suami-suami takut sama istrinya. Si istri pasti tahu kelemahan si suami kalau nggak mana mungkin suami akan takut sama istrinya. 
Kita lagi membahas komedi itu, jadi kita misalkan saja satu contoh di antara semua ketakutan suami yang digambarkan dalam komedi itu. Karena tidak mungkin saya membahas semuanya, nanti nggak ada yang penasaran dan tidak mencoba nonton komedi itu. Di antara semua tokoh, ada Pak RT selaku petinggi kompleks. 
Apa yang ditakutkan Pak RT itu pada istrinya si Bu RT. Istri Pak RT genduk, kasar, biasalah kalau orang genduk pasti bawaannya emosian, begitulah yang digambarkan si Bu RT itu. Kelemahan Pak RT rupanya terletak pada kamar mandi, wah, kenapa kamar mandi? 
Benar, kalau Pak RT ini macam-macam (misalnya kerlingan mata dengan Preti si cewek cantik tapi jomblo; kita akan bahas tokoh satu-satu ke depan nanti), si Bu RT itu pasti akan mengurung Pak RT di kamar mandi hanya dengan memakai celana pendek dan baju dalam.
Begitu pula dengan tokoh-tokoh yang lain, semua punya kelemahan-kelemahan sendiri-sendiri. Nonton saja pasti akan melihat sendiri kelemahan itu. Saya tidak mau bahas di sini. Yang akan saya singgung mungkin sedikit tentang tokoh dalam komedi itu.
Pertama ada Pak RT dan Bu RT kemudian ada anak perempuannya. Pak RT kurus dan mata keranjang. Bu RT genduk, doyan makan, kerjaan ngerumpi dengan tetangga, dan cemburuan (pastilah kalau suami mata keranjang begitu siapa yang tidak cemburu). Anaknya perempuan satu-satu, di manja sama Papi dan Maminya. Kelemahan Pak RT sudah saya tulis di atas, lihat saja sendiri ya!
Kedua ada Uda Faisal dan Istrinya, si uda ini pake kacamata dan seorang penulis. Sedangkan istrinya Ibu rumah tangga. Mereka dikenal keluarga paling pelit di seluruh kompleks. 
Ketiga ada Bang Tigor dan Istrinya. Lucu. Menurut saya ini yang paling lucu karena Bang Tigor ini orangnya tegap, tahu Ade Rai kan? Nah, badan Bang Tigor itu hampir mirip dengan badan Ade Rai itu, tapi sayang takut sama istri. Sedangkan istrinya Bang Tigor itu, paling kurus di antara semua warga kompleks. 
Tapi saya benar-benar heran. Kok bisa ya Bang Tigor itu takut sekali pada istrinya. Satu hal lagi yang kurang dari istri Bang Tigor ini, orangnya telat mikir dan bodoh. Kalau sedang kumpul dengan Bu RT cs, pasti dia yang terlambat mengerti apa yang sedang dibicarakan. 
Kalau dimisalkan dengan perjalanan, orang sudah sampai ke Ujung Papua dia masih tersesat di kepulauan Sabang atau di Banda Aceh. Hehehe, nonton saja sendiri saja deh ya, biar ketawanya nggak tanggung-tanggung.
Keempat ada Papi dan Maminya Karla. Karla itu gadis kecil yang mentelnya ya ampun, persis sama dengan Maminya. Papinya Karla itu orangnya kalau dibilang gendut juga nggak, dibilang kurus nggak mungkin, tengah-tengah saja kali ya. 
Dia seorang pekerja kantor yang tiap hari pergi kerja (pastinya ^_^). Maminya Karla kerjaannya selain ngegosip dengan tetangga adalah pesolek. Sedikit saja tidak boleh kotor. Rambut saja tidak boleh rusak walaupun suaminya yang pegang. Sifatnya ini yang kemudian turun pada Karla, anaknya.
Kelima ada Preti, si Preti ini masih muda. Belum menikah. Tinggal sendiri di rumahnya. Cantik. Tinggi semampai. Aduhailah kalau pria melihatnya. Dan si Preti ini sangat baik orangnya.
Keenam ada (lupa nih namanya; maaf ya) seorang pria jomblo. Sama seperti Preti. Tinggal sendiri di rumahnya dan masih muda. Memang, dia sering nggak main makanya saya lupa namanya. Nanti kita cari tahu sama-sama deh.
Ketujuh ada Satpamnya kompleks. Namanya Dadang. Ingat ya D-A-D-A-N-G. Keluarga ini yang bikin kita gemas waktu nonton komedi ini. Si Dadang ini punya istri tiga, anak tiga dan kemarin dua istrinya juga baru melahirkan lagi, jadi anaknya lima. 
Dadang ini digambarkan dengan sebuah keluarga miskin, selalu dalam kekurangan sampai-sampai urat malu untuk meminta-minta sudah hilang pada diri satpam satu ini. Jika melihat si Dadang ini, orang-orang kompleks pasti akan kepikir UANG. Apalagi kalau bukan itu, kerja atau tidak kerja Dadang pasti akan minta atau ngutang uang. Di kasih kerja, uang dulu baru mau kerja.
Potret yang sangat jelas tergambar di mata saya ya ini dia. Potret ‘kemiskinan’ yang sedang dimainkan oleh Dadang sebagai satpam dan istri anaknya. Kenapa? Lucu dan aneh bagi saya orang awam mungkin. 
Apa yang sedang disampaikan oleh komedi ini? Mungkin, kita lupa satu hal atau pura-pura tidak mau peduli dengan masalah yang satu ini. Jelas sekali peran yang dimainkan Dadang itu dalam kenyataan masyarakat kita. Indonesia. 
Orang miskin, banyak istri dan banyak anak, sedangkan orang kaya satu istri satu anak atau malah tidak punya anak. Kenapa? (lagi-lagi kenapa) orang kaya tidak usah menikah juga bisa ‘main’ dengan perempuan serongnya karena banyak uang. 
Kalau uang di depan siapa yang tidak tergiur apalagi jika uang yang diiming-imingkan dalam jumlah yang cukup banyak. Uang bisa menutup fakta menjadi sebuah kebohongan kan?
Kembali lagi ke masalah kita sekarang. Dadang, tiga istri tapi adil. Ketiga istrinya patuh semua kepada Dadang ini, si satpam yang selalu di olok-olok oleh laki-laki sekompleks. 
Istri-istri Dadang ini tidak pernah marah ataupun mengatur suaminya apalagi sampai membuat si suami takut pada istrinya. Inilah fenomena yang timpang tindih dengan warga kompleks yang samua suami takut sama istrinya.
Cukup deh mengenai si Dadang. Kita lihat lagi apa yang dilakukan Bapak-Bapak penakut itu kalau sore sepulang kerja dengan malam hari. Pasti duduk-duduk di pos ronda. Ngobrol ngalor-ngilur tanpa beban. 
Kalau ada salah satu istri dari mereka panggil yang dipanggil itu terbirit-birit pulang sedangkan yang lain mengetawai demikian seterusnya. Selain itu, apalagi yang mereka lakukan di pos ronda? 
Apalagi kalau bukan menunggu si cantik Preti lewat. Basi-basi dengan Preti menggambarkan kelakuan suami-suami diluar rumah ketika mereka tidak diawasi istri-istri mereka.
Preti cantik. Mapan. Suami-suami itu pasti selalu mencari dan mencuri perhatian sama Preti. Apapun yang dilakukan Preti pasti mereka akan berlomba-lomba mencari celah untuk membantu. Namun, tunggu dulu…
“Bang….!!!” Suara Bu RT
“Uda… !!!” Istrinya Uda Faisal
“Mas Karyo…!!!” Maminya Karla
“Bang Tigor…!!!” Istrinya Bang Tigor.
Kalau sudah ada panggilan itu. Mampus! Mereka langsung terbirit-birit masuk rumah walaupun sedang bersama Preti. Preti paling senyum-senyum sebelum masuk rumahnya sendiri. Tidak masalah. Sudah biasa baginya mendengar teriakan-teriakan itu. 
Apa sih sebenarnya yang dicari para suami itu? Dan kenapa mereka takut dengan istrinya?
Suami-suami (baca : laki-laki) itu selalu tidak puas dengan apa yang sudah didapatkannya. Selalu dan terus mencari hal-hal baru. Nama juga laki-laki. Nama juga manusia (eit, semua orang pasti ada titik lemahnya). 
Sensasi baru bagi laki-laki memang bukan rahasia umum lagi. Hampir semua laki-laki mencari sensasi-sensasi yang menggairahkan untuk dicoba. 
Apalagi kalau ada yang muda-muda dan cantik, mata jalang itu pasti perih untuk memelototinya. Benar nggak sih? (maaf kalau salah, kayaknya banyak benarnya ya ^_^).
Dan kenapa suami-suami takut istri?
Nonton saja deh, lebih seru dan renyah serta segar kalau dilihat sendiri. Paling ini cuma tulisan basi yang setelah dibaca langsung bisa dibuang. Yap. Selamat menonton dan mencari hikmah yang terkandung di dalam komedi petang itu. Ya siapa tahu yang saya tulis salah sama sekali.
Yang segar pasti yang lucu. Yang lucu pasti yang bisa bikin ketawa. Yang bisa bikin ketawa pasti akan membuat senang. Sedangkan komedi salah satu media untuk menghilangkan stress Anda.
Banyak ketawa, Anda makin awet muda (menurut penelitian, benar atau nggak buktiin lagi deh sendiri). Yuk… kita banyak-banyak ketawa. Huahaaa!!!
Categories
Uncategorized

Boh Trueng Pungo

Sebenarnya saya sulit menulis tentang ini, tapi sisi lain hati saya menginginkannya untuk ditulis. Entah kenapa, saya benar-benar ingin menulisnya kali ini.
Memang, ini bukan tulisan bagus tapi ini tulisan yang akan memberikan informasi bagi yang belum tahu. Saya memilih judul dalam bahasa Aceh karena itulah yang akan saya tulis disini. 
Boh Trueng Pungo, kalau kita terjemahkan secara kasar ke dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar Boh itu artinya Buah, Trueng artinya Terong dan Pungo artinya Gila. 
Tiga kosa kata yang berlainan arti tapi sebenarnya hanya satu arti, yaitu Kecubung. Mungkin terlalu banyak pemborosan kata ya orang Aceh dulu. 
Namun kalau dipikir-pikir ada benarnya juga, karena buah itu sendiri punya maksud tertentu makanya orang Aceh memilih nama yang ‘bagus’ itu.
Kecubung merupakan salah satu buah yang bisa memabukkan. Kenapa? Wah, ini yang patut dipertanyakan. Kalau orang Aceh mungkin sudah bisa menerka-nerka atau malah sudah tahu maksudnya dari judul yang saya berikan. 
Memang, tidak banyak yang tahu mengenai buah yang satu ini. Kalau disebut Ganja orang pasti akan mengerti, daun itu memabukkan. Tapi sebentar, ganja bukanlah apa-apa kalau dibandingkan dengan Kecubung atau Boh Trueng Pungo ini.
Kecubung akan memabukkan jika diambil anaknya kemudian digongseng, biji Kecubung itu akan memabukkan jika dikonsumsi lebih dari sepuluh biji. 
Namun bisa juga ditumbuk lalu dicampur dengan kopi. Kecubung ini merupakan bagian dari zat-zat adiftif yang sangat berbahaya, karena ia lebih memabukkan dan berbahaya dari jenis-jenis obat-obat terlarang yang pernah ada.
Seorang teman pernah bercerita banyak mengenai Kecubung. Orang yang mengonsumsi Kecubung pertama sekali akan tertidur atau hampir pingsan, setelah sadar dari tidur tersebut baru ia akan mendapatkan efeknya yang luar biasa. 
Kalau orang yang mengonsumsi Narkoba akan melayang-layang bagai ke langit ketujuh, orang yang mengonsumsi Kecubung akan merasakan efek yang lebih dari pada itu. Bisa dibayangkan sendiri bagaimana seseorang yang berada diluar kesadaran.
Nah, ternyata nama Boh Trueng Pungo itu sendiri dianggap cocok oleh masyarakat Aceh karena bisa memabukkan. Pungo artinya gila atau bisa diartikan memabukkan atau dibawah alam sadar.
Saya juga heran kenapa orang tua selalu melarang menyentuh apalagi memetik Kecubung, baru sekarang saya baru mengerti makna yang sebenarnya.