Categories
Uncategorized

Guru Blogger Sejalan dengan Repotnya Ngeblog, Mengajar dan Mendengarkan Ocehan Siswa

Acer Switchable Me, Acer Indonesia, Acer Switch Alpha 12
Acer Switch Alpha 12
Ngomongin dunia blogging,
kini semakin melambung tinggi di jagad maya. Apa-apa blogger yang kena getah untuk endorse sebuah produk. Karena apa? Tentu saja tulisan dari
sebuah blog akan abadi di mesin pencari walaupun backlink telah dihapus
oleh pemilik blog. Saya dan blogging sudah tidak dapat dipisahkan
lagi. Sejak kuliah sudah aktif curhat-curhatan di blog seperti Multiply
maupun kanal khusus di Friendster. Dulu itu, tiap nggak ada jadwal kuliah saya
selalu melipir ke warung internet untuk sekadar posting yang lucu-lucu
atau bergalau ria. Seiring perkembangan, pada tahun 2007, saya akhirnya membeli
laptop pertama. Harganya cukup mahal waktu itu, Rp.6.300.000 dengan bodi yang
tebal namun begitu populer. Acer Aspire – saya lupa kode tipenya berapa –
adalah pilihan saya. Layar 14 inci cukup baik untuk multitasking kala
itu.

“Kenapa
kamu nggak beli komputer saja?” Awan, sahabat saya seakan-akan protes karena
saya memilih laptop daripada komputer. Memang diakui, waktu itu komputer masih
menjadi primadona pada sebagian orang karena lebih gahar dan garang. Saya yang
tidak mau ‘ribet’ memilih laptop yang mudah dibawa ke mana-mana. Pilihan saya
kemudian terbukti sangat tepat dibandingkan pilihan Awan yang membeli komputer.
“Ayo
kita ngopi!” masuk ke tahun 2008 warung kopi di Banda Aceh telah
bertabur dengan fasilitas internet gratis, lebih dikenal dengan Wi-Fi. Di sinilah
kemenangan saya terhadap Awan. Awan jadi sering meminjam atau mengajak saya
duduk di warung kopi untuk akses internet. Satu alasan terpenting karena
menggunakan laptop – Acer Aspire – kami tidak dibatasi waktu. Secangkir kopi
kami bisa duduk sampai setengah hari bahkan seharian. Berbeda dengan duduk di warnet
yang dibatasi jam pemakaian.
Saya
pun tetap aktif menggalau di Multiply sebelum dinonaktifkan oleh pemiliknya dan
dialihfungsi ke media lain. Tahun 2010 saya mulai mengenal Kompasiana dan cukup
aktif menulis di sana. Saya mulai aktif menulis ke hal-hal yang menarik, posting
yang lebih ‘berisi’ walaupun masih kalah dibandingkan dengan kompasianer lain. Tahun
ini pula nahas tidak bisa dibendung, Acer Aspire saya mengalami kerusakan parah.
Kondisinya tidak baik setelah jatuh beberapa kali dan terpaksa disimpan sebagai
kenang-kenangan.

Kemudian, saya kembali seperti dulu, bolak-balik ke warung
internet hanya untuk posting satu tulisan. Namun hal ini tidak
berlangsung lama karena warung kopi lebih gagah yang mematikan warung internet.
Saya kemudian fakum ngeblog dalam waktu yang singkat saja. Saya membuka
diri untuk membuat blog pribadi di blogspot.com –blogger.com – pada
tahun 2011. Tentu saja malam-malam ke warung internet untuk mengetik sebuah
tulisan lalu mempublikasikannya. Baru tahun 2013 saya mendapatkan Acer  Aspire One, merah menyala, ukuran layar 10
inci, dengan harga Rp.3.200.000 cukuplah untuk membantu aktivitas ngeblog.
Notebook ini kemudian saya gunakan bergantian bersama adik yang masih
kuliah.

Baiklah.
Lalu kapan saya mengajar di sekolah? Awal 2011 sebenarnya saya telah pulang
kampung ke Meulaboh, Aceh Barat. Saya mengajar di sekolah negeri sebagai guru
bakti, guru honorer, guru yang sering mengajar dengan ikhlas dan sering pula
menjadi cemoohan rekan kerja bahkan siswa. Awal pulang kampung saya pikir
memang bukan waktu untuk menjadi blogger sampai selebblog sekalipun.
Fasilitas yang tidak memadai, saya harus ke warung internet yang jaraknya
memakan waktu 25 menit ke kota, biaya pemakaian komputer yang mahal untuk
seorang guru tanpa gaji bulanan, saya memilih menulis kapan-kapan suka saja.

Aspire
One di tangan baru saja benar-benar aktif menulis di blogger.com maupun
Kompasiana. Dua media yang tidak seimbang saya aktifkan. Seakan-akan satu
menjadi anak tiri dan satu lagi anak kandung. Namun saya masih aktif di blog blog
berbeda ini. Lalu saya membenahi segala sesuatu yang berkaitan dengan dunia blogging.
Saya mulai belajar banyak hal. Saya menarik kesimpulan untuk membeli domain
agar saya benar-benar serius dalam menjadi seorang blogger sejati.
Saya
mengatur pola yang cukup berat. Pola ini yang kemudian membuat saya dapat
menyeimbangkan antara dunia blogging, mengajar dan tertawa terbahak
sampai selfie bersama siswa-siswi. Guru honor yang mencari upah dari jam
pelajaran membuat saya harus mengajar di dua sekolah. Saya tidak bisa meminta
harus mengajar sesuai bidang studi waktu kuliah. Saya harus mengajar – mau
tidak mau – sesuai dengan jam kosong di sekolah. Saya mendapatkan mata
pelajaran Teknologi dan Informasi, sejalan dengan aktivitas di luar sekolah. Rata-rata
guru honor lain tidak mau mengajarkan komputer karena keterbatasan pengetahuan
tentang ini. Akhirnya saya cukup kewalahan mengajar semua kelas.
Saya
tidak ingin berhenti karena saya tidak tahu harus berbuat apa. Pagi sampai
siang adalah aktivitas formal yang menuntut semua perfect. Siang sampai
malam nggak ada yang mau peduli apakah saya awut-awutan, di warung kopi
seharian, dianggap nggak punya pekerjaan lain selain ngopi. Tetapi lepas
dari semua itu saya bisa pamer smartphone baru yang didapatkan gratis
dari ngeblog. Saya dengan bangga dan terharu minta izin di dua sekolah
untuk traveling gratis atas berkah ngeblog.
Pulang
dari traveling itu, terakhir ke Bali, teman-teman saya di sekolah nggak
mau tahu kondisi keuangan seorang guru honor, mereka tetap saja nagih.
Kenang-kenangan dari Pantai Kuta, Bali.
“Mana
oleh-oleh dari Bali?”
“Mana
cendera mata dari Bali, Bai?”
“Mana
kain Bali?”
“Alhamdulillah,
semoga kamu bisa keliling dunia, Bai!” ada juga yang dengan legowo menerima
oleh-oleh berupa gantungan kunci. Memang, itulah yang bisa saya bawa pulang
karena keterbatasan tempat dan penghematan besar-besaran.
Lain
teman guru, lain pula siswa dan siswi.
“Mana
oleh-olehnya, Pak?” tentu saja tidak mungkin saya kasih karena satu sekolah
bisa lebih 250 orang.
“Pak,
selfie dong dengan smartphone baru!” tentu ini akan saya
kabulkan. Lalu posting ke media sosial yang mereka berteman dengan saya.

“Bapak
enak kali dapat smartphone gratis!” lalu saya akan berkuah
menceritakan bagaimana mendapatkan barang-barang gratis.

Saya
bukan artis, saya blogger tetapi saya mendapat barang endorse!
Dan,
apa-apa siswa dan siswi akan melimpahkan curahan hati kepada saya. Kebanyakan
dari mereka adalah siswi yang terlanjur kalut setelah mengambil foto tanpa
kerudung di smartphone yang telah disinkronkan akun ke penyimpanan awan.
Ada pula yang kemudian minta solusi smartphone apa yang bagus untuk
dibeli. Ada juga yang curhat ala-ala anak remaja masa kini.
“Laptop
Bapak sudah usang kali!” lain waktu mereka mengkritik notebook
saya. Mungkin saja, bagi mereka, saya yang seperti ini banyak rejeki dan mudah
mendapatkan laptop baru. Namun belum tentu demikian.
Saya
ingin mengganti laptop baru agar kehidupan nyata dan maya dapat sejalan
berdampingan. Salah satu notebook yang mendukung aktivitas saya adalah Acer Switch Alpha 12. Kenapa
dengan notebook hybrid dari Acer ini mendapatkan tempat layak?
Mengajar Lebih Nyaman dengan Acer Switch Alpha 12
Acer Switch Alpha 12 mendukung aktivitas saya sebagai seorang guru.
Hal ini karena performa dan bodi dari notebook ini mendukung pengajaran
di dalam dan di luar ruangan. Notebook hybrid adalah perpaduan antara
layar dan keyboard yang dapat dipisahkan. Saya dengan mudah mengajar di
dalam ruangan, menyambungkan ke infocus maupun mengajar di luar ruangan sambil
bermain game dengan tema teknologi.
Acer
Switch Alpha 12 telah dibenamkan Acer LiquidLoop™ yang merupakan salah satu teknologi terkini, berguna
sebagai pendingin yang menstabilkan suhu pada prosesor Intel Core i Series agar
lebih optimal. Notebook ini tidak lagi dibenamkan kipas sehingga waktu
penggunaan pun terasa lebih senyap. Satu keunggulan dari pendingin tanpa kipas
adalah tidak berdebu. Pendingin yang seperti ini sangat membantu saya saat
mengajar di luar ruangan atau menulis tanpa meja.
Proses
belajar mengajar lebih enak karena saya tidak ribet membawa keyboard
saat di luar ruangan. Keyboard docking Acer Switch Alpha 12 telah
dilengkapi dengan engsel magnet sehingga mudah dan cepat dicopot dalam keadaan
aman. Keyboard docking di notebook ini juga digunakan sebagai screen
protection
dengan lampu backlit yang mudah digunakan dalam cahaya
remang. Tidak hanya itu, notebook ini juga dilengkapi dengan kickstand
yang berguna untuk mengatur sudut hingga 165 derajat
Ukuran
layar 12 inci dengan resolusi QHD (2160 x 1440 pixel) cukup puas dalam
mengajar. Acer Switch Alpha 12 tidak hanya membantu pengajaran di kelas, namun
dalam kondisi di bawah matahari pun aman karena telah dilengkapi Acer BlueLight
Shield
, sebuah teknologi yang melindungi mata dari cahaya biru perangkat
elektronik. Saya pun bisa menggunakan stylus pen dalam aktivitas cepat
yang mampu mendeteksi sensor tekanan layar hingga 256 tingkat secara lebih
presisi. Acer Switch Alpha 12 dengan berat 1.25 kg setidaknya mampu memanjakan
waktu mengajar saya selama di sekolah.
Ngeblog Lebih Santai dengan Acer Switch Alpha 12
Charger dipinjam orang
lain padahal sedang mengejar deadline? Ini paling kesal sekali. Namun
Acer Switch Alpha 12 telah dibekali port USB Type-C dengan USB 3.1 gen
1. Saya lebih aman karena belum banyak teman-teman lain yang menggunakan
colokan listrik dengan model begini. Saat ada yang minta pinjam charger
saya cukup katakan, “Portablenya berbeda!”
USB
Type-C tidak hanya sebatas pengisi daya saja. Melalui port ini saya bisa
mengirim data dengan kecepatan hingga 5 Gbps, 10 kali lebih kencang dari USB
2.0. Port USB ini juga difungsikan sebagai output video yang menghasilkan
gambar lebih menarik untuk ditonton. Saya yang kehabisan daya di smartphone
bisa dicolokkan ke USB ini yang dapat mengalirkan daya hingga 4.5 watt.
Desain
yang menarik dan lebih ringan membuat aktivitas ngeblog lebih terjamin. Acer
meyakini bahwa Switch Alpha 12 dapat memberikan kenyamanan bagi pengguna,
termasuk blogger yang memiliki jam kerja tidak tentu. Notebook hybrid
ini akan lebih kencang dan menawan dengan Windows 10 Home 64-bit dari
Microsoft. Saya juga tidak perlu khawatir jika baterai smartphone sedang
sedikit, kamera 5 MP dari Acer Switch Alpha 12 dapat menangkap beberapa gambar
untuk media pendukung tulisan. Aktivitas ngeblog juga lebih nyaman
dengan baterai 4.870 mAh yang bertahan sampai 8 jam pemakaian normal.
Tidak
ada yang saya khawatirkan dalam memadukan aktivitas ngeblog dengan
mengajar di sekolah. Acer
Switch Alpha 12
memberikan pengalaman menarik untuk menonton video atau
bahkan main game dengan Intel® HD Graphics 520. Penyimpanan cukup melegakan antara 256GB SSD
atau 512GB SSD. RAM dalam menunjang kinerja cukup besar yaitu 4GB DDR3 atau 8
GB DDR3. Notebook hybrid dengan warna silver dari Acer layak saya
miliki nanti, jika berkah ngeblog datang lagi!
***
Categories
Uncategorized

Jangan Biarkan Anak Tenggelam Dalam Smartphone

Saya
selalu mengatakan begini kepada anak-anak usia sekolah, apabila kalian
belum mempunyai pekerjaan (penghasilan) jangan paksa orang tua untuk membeli
handphone untuk memenuhi kebutuhan gaya hidup masa kini!

Anak tenggelam dalam smartphone – vemale.com

Toh, ini bukan saja
soal
handphone atau smartphone yang semakin populer akhir-akhir
ini. Namun banyak proses sehingga seseorang wajib mempunyai sebuah telepon
genggam atau telepon pintar. Seseorang yang telah memiliki
smartphone saja
tidak mungkin bisa ­
ngapa-ngapain apabila pulsa (paket internet) tidak
tersedia, ujung-ujungnya adalah uang lagi. 



Tersedianya cukup pulsa atau paket
internet juga tidak memberikan sebuah jaminan bahwa anak-anak akan bermain aman
dengan
smartphone. Pilihan aman tentu saja bermain game atau mendownload
aplikasi dan
game yang menghabiskan kuota. 


Namun pilihan tidak aman
tentu mengarah kepada tindakan-tindakan di luar batas logika. Contohnya,
seorang anak rela meninggalkan rumah karena bujuk rayu dari kenalan di media
sosial.

Sebagai orang tua, bagaimana caranya menarik
perhatian anak agar tidak tenggelam dalam dunia digital.
– Prof. Dr. Juke Roosjati Siregar, M.Pd. (Pakar
Psikologi Anak & Remaja Universitas Padjadjaran) –

Orang
tua mempunyai peran penting di era digital. Menitipkan sebuah smartphone dengan
berbagai kecanggihannya tidaklah termasuk kategori aman. Anak-anak akan bebas
berekspresi sesuai keinginan diri mereka atau karena bisikan teman yang telah
menggunakan aplikasi yang sama, atau telah menonton video vulgar yang sama.


Share
media sosial bahkan lebih parah dibandingkan sebuah aplikasi game.
Informasi yang masuk ke media sosial seperti facebook atau twitter
tidak semuanya telah disaring oleh editor layaknya media arus utama. Facebook
mempublikasikan nilai-nilai positif dan negatif yang kadang sulit dicerna
oleh anak-anak.

Gambar yang menarik bisa mengibuli anak untuk melakukan klik
yang kemudian mengarahkan kepada website berbau pornografi atau
pornoaksi. Pada pandangan pertama anak bisa saja terkejut, namun setelah
menikmati suguhan yang ditayangkan media online tersebut anak akan
terbuai dan menikmati perannya sebagai penonton yang budiman.

Pendapat
Prof. Juke menguatkan sisi bahwa orang tua sangat berperan penting dalam
menjaga anak agar tidak tenggelam dan lalai dalam dunia digital. Dunia digital
lebih keras daripada dunia nyata.

Dunia digital bahkan menenggelamkan anak-anak
dari waktu bermain bersama teman-teman secara face to face. Dunia
digital menciptakan anak lebih individual sehingga tidak mampu beradaptasi
dengan baik dalam lingkungannya. Dunia digital semakin diselami maka semakin nikmat.
Semakin dicari semakin tumbuh rasa keingintahuan.

Titik
akhir dari semua itu adalah buat anak bosan bermain dengan smartphone. Langkah
ini akan mengembalikan anak pada sistem belajar manual dan pertemanan
konvensional di dunia nyata. Anak bebas bermain petak umpat. Anak bebas
bersepeda. Anak bebas bermain layang-layang…
Hanya
saja, orang tua mengarahkan anak untuk peka terhadap dunia digital. Karena
semakin ke depan, semua serba instan. Dunia digital seperti apa yang membuat
anak bebas berkreasi?

Digital edukatif.

Adakah
di masa kini? Tentu saja ada. Pembelajaran melalui dunia digital bahkan lebih gampang
dicerna anak karena telah mengandung dua unsur, yaitu audio dan visual. Smartphone
yang lahir saat ini telah menanamkan teknologi canggih yang ramah pada
perkembangan anak.

Orang tua tidak perlu terlalu khawatir dengan kondisi ini
karena smartphone model begini menjaga anak untuk tidak bisa menyentuh
hal-hal yang berbau SARA dan pornografi. Semua aplikasi maupun game yang
ditawarkan adalah cita rasa edukasi.

Salah satu produk yang menawarkan
keunggulan ini adalah Acer Liquid Z320. Acer telah membenamkan
aplikasi khusus anak-anak yang diberi nama Kids Center. Aplikasi pre-install
ini memudahkan orang tua dalam mengontrol aktivitas anak selama berselancar di
dunia maya. Aplikasi ini juga mencegah anak-anak untuk mendownload
konten dewasa tanpa seizin dari spAcer.


spAcer sendiri ibarat
polisi untuk semua produk-produk Acer, terutama smartphone. Pengguna
yang telah memasukkan umur mereka akan terdeteksi oleh polisi ini sehingga
tidak bisa mengakses konten-konten yang dicoret untuk usia mereka.


Kids Center merupakan sebuah aplikasi yang paling menarik. Aplikasi ini bisa
menjadi media untuk pembelajaran yang mengasyikkan. Acer mengisi Kids Center
dengan berbagai konten bermanfaat bagi anak-anak. Ada ribuan aplikasi edukasi
untuk membantu anak belajar sekaligus mengasah kreativitasnya. Ada pula
aplikasi gaming dan video yang dapat dinikmati
si kecil sepulang sekolah. Anak bahkan bisa menikmati konten terbaru karena
tersedia update content
– acerid.com –

Acer Liquid Z320 merupakan salah satu smartphone unggulan dari Acer yang diperuntukkan untuk anak-anak dan orang tua. Orang tua dan anak akan saling mengerti saat menggunakan sebuah smartphone. Anak dan orang tua sama-sama belajar melalui aplikasi yang sarat nilai edukasi.

Seberapa penting Kids Center untuk pengguna smartphone usia anak-anak?

Kondisi anak-anak yang masih labil sangat membutuhkan sebuah penghargaan terhadap diri mereka, khususnya di dunia maya. Penghargaan tersebut berupa perhatian berlebih terhadap keinginan mereka yang terus meningkat dalam menggunakan fasilitas internet.

Pengguna internet – smartphone – saat ini tidak hanya pada kalangan terbatas saja. Maraknya smartphone dengan beragam fitur, seperti Acer Liquid Z320 membuat anak-anak lebih leluasa menggunakan perangkat elektronik ini. Saya mencatat lima poin penting sebuah aplikasi pengontrol aktivitas anak wajib tertanam dalam sebuah smartphone

Pertama, menjaga anak
dari pengaruh dunia digital yang tidak bisa dihambat penetrasinya. Orang tua
yang sibuk dengan beragam aktivitas tentu saja lupa telah memberikan smartphone
kepada anak mereka. Melalui Kids Center anak-anak tidak dapat
membuka aplikasi yang mengandung konten di luar usia mereka.
Kedua, membiasakan anak
bermain di ranah aman. Aplikasi Kids Center mengatur semua pola hidup
anak di dunia maya. Pembiasaan ini akan menciptakan sebuah keharusan mendasar
sehingga anak tidak terpikir untuk beralih ke konten-konten dewasa.
Ketiga, nilai edukasi
tinggi. Aplikasi-aplikasi edukasi sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan
anak. Pembelajaran di sekolah yang masih konvensional tentu berbeda dengan
pembelajaran yang telah menanamkan audio dan visual. Misalnya, apabila
pembelajaran bahasa Inggris di sekolah hanya mendengar guru saja maka melalui
aplikasi dari Kids Center anak akan dibantu oleh suara dan peragaan yang
cocok.
Keempat, semua anak
suka bermain game namun tidak semua game bagus untuk perkembangan
mereka. Game yang terdapat di Kids Center merupakan game-game pilihan
khusus untuk anak-anak sehingga tidak mengubah pola pikir anak setelah bermain game.
Kelima, anak-anak suka
menonton dan tidak semua tontonan bagus untuk mereka. Jutaan video di Youtube
mudah saja ditonton namun aplikasi bawaan Android ini belum tentu cocok untuk
anak-anak karena seringkali Youtube menyarankan video tertentu yang tidak layak
untuk anak-anak. Kids Center menawarkan video-video dengan nilai-nilai
edukasi sehingga anak-anak bermain sesuai dengan usia mereka.
Sudah
saatnya orang tua tidak perlu lagi khawatir mengenai penggunaan smartphone di
usia anak-anak. Orang tua mempunyai hak perogatif terhadap kelangsungan hidup anaknya. Nilai-nilai positif dari menggunakan smartphone sudah selayaknya ditanam sejak dini sebelum semua terlambat. 


Acer Liquid Z320 merupakan salah satu smartphone unggulan untuk menemani anak-anak dalam aktivitas mereka. Smartphone ini dapat menunjang kreatifitas anak setelah melihat, merasakan, menyelami dan bermain banyak aplikasi dan game bernilai edukasi. 


Satu poin penting untuk orang tua, atur jadwal bermain
anak dengan smartphone
. Dengan demikian, anak punya waktu antara
sekolah, teman-teman dan dunia digital mereka. Bagaimana pendapat Anda?