Categories
Uncategorized

Semua Orang Bisa Jadi Penulis; Semua Orang Bisa Naik Pesawat Gratis di Era Digital

Dulu, majalah Annida menjadi langganan saya sewaktu di sekolah menengah pertama dan atas. Masa itu, di penghujung tahun 1999, majalah tersebut masih menjadi primadona. Saya terbius dengan tulisan dari beberapa penulis yang telah besar di masa itu.

Sebut saja Asma Nadia, Helvy Tiana Rosa maupun penulis lain yang mengawal karir mereka di majalah bernapas Islami tersebut. Mungkin, karena lingkungan yang memengaruhi kondisi, saya seolah hanya membaca Annida, lantas Ummi, dan ‘tidak’ mendapatkan majalah lain seperti Gadis, Hai, femina, maupun Aneka Yes!

Di eranya, majalah Annida menjadi salah satu media untuk penulis muda berkarya. Tak sekali, saya merasa kurang puas dengan pendapat maupun jalan cerita dari penulis yang namanya tertoreh di halaman majalah berwarna tersebut.

Maka, saya tidak mau memungkiri bahwa gaya menulis, ide maupun proses kreatif di awal karir kepenulisan dipengaruhi oleh majalah ini. Mulailah saya menulis; fiksi, yang bisa disebut mengikuti gaya cerpen maupun tata bahasa yang telah dimulai oleh Annida.

Kelas 2 sekolah menengah atas, saya terobsesi untuk mengirim cerpen ke Annida. Sulitnya akses di kampung membuat saya ketar-ketir. Belum ada komputer yang bisa saya andalkan untuk mengetik. 


Komputer masih menjadi barang langka dan mewah jikapun saya melihatnya di rental dekat sekolah. Alternatif yang kemudian saya dapatkan adalah meminjam mesik tik di kelurahan. 


Malam yang berselimut dingin, kokok ayam yang merdu, dan menyalaknya anjing yang disebut kerusupan tidak membuat saya takut. Mungkin juga, irama mesin tik terlalu indah untuk memedulikan suara malam.
Ketikan saya cukup ‘kacau’ namun bagi anak sekolahan kala itu sangat indah sekali. Dengan penuh percaya diri saya mengirim naskah-naskah yang telah diketik rapi melalui Kantor Pos di kecamatan. Seminggu menunggu, tak ada kabar. 


Dua minggu, juga demikian. Sebulan, juga demikian. Tak ada sistem cek nomor resi; atau mungkin saya tidak mengerti untuk cek di Kantor Pos. 


Namun, ada bagian dari majalah Annida yang keren masa itu adalah pertiga bulan, terdapat halaman yang menyebut nama pengarang dan judul cerpen tidak layak muat.
Oh, waktu tunggu yang cukup lama sampai akhirnya ditolak. Saya tidak berhenti menulis. Saya kirim lagi. Ketik lagi. Sampai mesin tik diminta balik oleh kelurahan untuk urusan surat-menyurat. 


Di kelas 3, saya ikut les komputer di rental depan sekolah. Saya mulai mengetik di perangkat yang modern. Mencetak hasil karya dan mengirimkannya kembali melalui Kantor Pos. Kamu bisa memprediksinya, tulisan saya kembali ditolak!
Pertengahan 2005, saat saya masih kalut dengan ke mana harus melangkah usai musibah tsunami, tulisan saya dimuat di Annida. Baiklah. Saya pikir, perjuangan panjang telah usai. Saya menulis lagi banyak cerita, mengirim kembali dan masih ditolak. 


Perkuliahan di Banda Aceh membuat saya akrab dengan majalah-majalah yang telah saya sebutkan di atas. Saya pun mengirim cerpen sesuai dengan karakteristik majalah tersebut. 


Namun, tidak ada satupun yang berhasil membius redaksi dengan tulisan saya. Lantas, Oktober 2013 cerpen saya muncul di majalah femina, lalu berturut-turut di Ummi, dan tidak pernah hadir di Gadis maupuan Hai!
Waktu yang cukup panjang untuk sebuah tulisan dimuat media massa. Enam tahun sebelumnya – mungkin lebih – saya telah berselancar dengan indah di dunia maya. Multiply yang penuh bunga, emoticon menarik, dan tulisan penuh aroma cinta saya gagahi dengan gahar dan ganas. 


Era digital bagi saya dimulai sejak saat itu, di mana entah membuat tawa atau rindu, saya benar-benar telah ‘mengabdi’ kepada Multiply sebelum memulai di Blogger, Kompasiana dan juga WordPress. Bekal yang mendayu-dayu sebagai penulis fiksi saya curahkan saat menulis blog – sampai kini. 


Terkadang, ada kangen untuk membaca tulisan-tulisan di Multiply yang telah tamat masa jayanya. Dulu, tidak ada pengetahuan untuk melakukan backup data; duduk di warnet, menulis, posting, berbalas komentar lalu ditinggalkan begitu saja. Maka, puisi-puisi dan cerpen ‘meremaja’ tidak membekas di mana-mana. 
Jadi penulis masa itu, kayaknya memang ribet dan ‘ah nggak mau menulis lagi’ karena sering mendapatkan penolakan. Begitu blogger ‘datang’ tak diundang, semua masuk ke era digital karena ingin eksis atau mencari ‘penghasilan’ yang lebih besar. 


Ada banyak cara untuk seseorang memulai di blog. Ada yang berangkat dari niat tulus untuk berbagi, menjadikan media yang tepat karena sering ditolak media arus utama, atau dengan niat mencari uang.
Tak bisa dipungkiri lagi, saya pun merasa demikian. Saat cerpen dimuat Annida atau femina, misalnya, yang paling saya tunggu adalah honor yang diterima tak lama setelah itu. Di dunia blogging juga demikian. 


Sebagian mengandalkan clickbait untuk mendapatkan keuntungan dari Google Adsense, sebagian lain memilih mengikuti lomba menulis blog yang hadiahnya juga makin menggiurkan, dan ada pula yang membangun personal branding dengan kuat sehingga mendapatkan job review dengan nilai fantastis.

Era Digital Ubah Seseorang Jadi Penulis

Kamu semestinya percaya dengan hal ini. Bahkan, seseorang yang telah memiliki branding kuat di blog maupun vlog, bisa lebih kaya dari profesor sekalipun – jika semua dinilai dari segi materi. 


Jika pejabat pemerintah, atau pegawai negeri, bahkan pegawai swasta; tiap bulan menerima penghasilan tetap sejumlah tertulis, maka content creator di dunia maya ‘cuma’ diam saja karena bisa Rp 0 rupiah, bisa juga Rp 100 juta, atau bahkan lebih.
Berkah menulis blog, undangan salah satu produsen smartphone di Jakarta.
Kamu nggak mesti sekolah tinggi untuk main di internet. Percaya dengan apa yang saya sebut dan alami selama ini. Bekal di universitas bahkan sama sekali tidak terpakai saat ‘bekerja’ dengan internet.

Pekerja di internet tidak memandang seorang lulusan sekolah dasar maupun perguruan tinggi nomor 1 dunia sekalipun. Kamu cuma perlu memperbaharui ‘jati diri’, mempermak ‘identitas’ dan menjadikannya sebagai bekal bertarung di dunia maya.

Tugas kita adalah duduk di depan komputer. Lahirkan konten. Biarkan berselancar di mesin pencari. Ditemui oleh banyak pembaca atau penonton. Disukai. Dihujat. Diberikan umpan balik. Lalu, ‘fee’ akan berdatangan dengan berbagai cara. 


Tidak ada pemisahan antara golongan A atau B, tidak ada bos dan bawahan, tidak ada pula siapa paling tinggi jabatan dan rendah. Hanya saja, siapa yang kreatif, inovatif dan bekerja keras, dirinya yang akan berhasil.
Seseorang yang tidak ada basic menulis sekalipun bisa menjadi sangat populer di era digital. Kenapa saya sebut demikian? Jika kamu mencari salah satu kata kunci di Google, misalnya saja, kamu akan menemukan ragam blog yang mengulas perihal yang kamu cari. 


Mereka bermain dengan konten. Mereka mencari celah untuk masuk ke halaman pertama mesin pencari. Mereka mencari pembaca setia. Mereka menulis – posting – tiap hari. Dan, mereka mencari uang!
Kita? Di mana keberadaan kita di era digital ini? Tentu, serunya hidup di era digital tiap orang berbeda-beda. Namun, kita memiliki celah yang sama untuk menjadi sukses sebagai penikmat maupun pelakon utama. 


Tinggal kita yang memilih mau jadi apa di dunia maya. Jika diminta memilih, saya tentu menjadi pelakon utama. Bekal sudah punya. Niat sudah ada. Cukup mencari celah menjadi siapa dalam membangun personal branding!

Guru Blogger Itu Identitas Penting

Kita mengenal travel blogger. Bahkan, banyak sekali traveler yang mengabadikan kisah mereka di blog. Ada yang berangkat sebagai penulis andal. Ada pula yang sekadar melampiaskan kata-kata maupun keluhan setelah pergi ke suatu tempat. 


Nah, identitas sebagai travel blogger begitu melekat di tubuh mereka sehingga saat kamu ingin pergi ke suatu tempat di dalam maupun luar negeri, kamu akan mengunjungi blog dimaksud untuk mencari tahu tentang destinasi itu.
Era digital itu membentuk personal branding dengan sendirinya. Aktivitas sehari-hari bisa menjadi sebuah kewajaran untuk ditulis lalu dipublikasikan. 


Saya berangkat dari guru – meskipun belum menjadi pegawai negeri – di mana banyak sekali kisah yang bisa saya abadikan, bahkan menjadikan sekolah sebagai ‘objek’ menarik kesimpulan sebuah tulisan. 


Dalam membangun kepercayaan ini tentu saja saya harus membuat tulisan yang beraroma pendidikan atau edukasi, atau hanya sekadar curahan hati seorang guru semata.
Tidak banyak guru yang mau menulis. Apalagi berbicara dunia blog yang penghasilannya kadang ada, kadang tiada. Lantas, kenapa saya membangun identitas sebagai guru? Di satu sisi karena bagian ini telah menjadi jati diri saya. 


Misalnya, saat kamu ingin tahu soal ujian nasional berbasis komputer, saya bisa memberikan penjelasan dari kacamata guru, teknisi maupun operator. Saat kamu kebingungan melanjutkan pendidikan usai kelas duabelas, saya bisa memberikan alternatif berdasarkan pandangan kemampuan, keahlian, dan kondisi ekonomi orang tua. 


Saat kamu mau berdiskusi soal bahan ajar, saya bisa menjawab dengan menarik beberapa kesimpulan berdasarkan mata pelajaran yang kamu ajarkan.
Makin banyak saya menulis, makin kuat pula personal branding yang saya bangun atas nama guru blogger. Maka, hal ini cukup penting karena mengingat keseharian saya adalah demikian. 


Tidak mungkin saya melabeli diri sebagai travel blogger yang mana kisah jalan-jalannya hanya sesekali. Tidak mungkin saya berkata sebagai penulis profesional, sedangkan buku solo belum satupun yang diterbitkan lantas bestseller.
Saya pikir, semua ada identitas masing-masing. Nah, saat saya menyebut guru blogger, maka saya mengikuti perubahan zaman; mengenalkan efek digital kepada anak-anak di sekolah dalam kacamata positif dan negatif. 


Sebagai catatan, anak-anak sangat paham teknologi saat ini sehingga butuh pendampingan untuk mengarahkan mereka menjadi pribadi yang kreatif dan inovatif.
Bersama siswa, mengenalkan dunia internet yang makin seru tiap harinya. 

Di sinilah peran saya sebagai seorang guru. Selain mengajar pelajaran, saya ‘wajib’ mengarahkan anak-anak – bagi yang mau – menjadi content creator di era digital. Saya mulai memberi pengetahuan tentang blogger, konten video yang bisa mereka sajikan, menjadi calon influencer, bahkan komikus di dunia maya. 


Semua ini ada di jiwa anak-anak kita. Anak kampung yang tiap hari melihat sawah, mungkin kesal melihat saya di kelas, adalah sebagian kecil dari mereka yang butuh ‘teman’ untuk mengarahkan ke pembenahan diri selama berada di dunia maya.

Saya pernah berujar, “Kamu buat yang unik, nyeleneh dan aneh. Kamu memang akan malu. Tetapi, orang terkenal di internet itu harus buang malu. Kamu malu? Kamu tidak akan dapat apa-apa!”
Artinya, saya tidak mengarahkan anak-anak menjadi orang yang melakukan hal-hal negatif untuk menjadi terkenal. Annisa Mahira, salah seorang siswa yang benar-benar saya arahkan untuk menjadi influencer Instagram. 


Semula, konten yang dilahirkan di akunnya biasa saja. Karena Annisa tidak memiliki kemauan besar untuk menjadi blogger, saya arahkan ke Instagram. Di mana, fashion, inner beauty, style dan juga fotogenik ada pada dirinya. Saat ini, pengikut Annisa dan jumlah like foto di akunnya melebihi akun saya pribadi.

Saya sadar bahwa perkembangan internet makin melambung tinggi. Siapa yang mau, dirinya sajalah yang mendapatkan hasil. Meskipun di kampung yang selalu mendengar suara jengkrik malam hari, saya tidak mau anak-anak pulang sekolah; tidur, menonton televisi, atau bermain saja.

Tetapi, mereka harus memiliki bekal yang kuat di internet. Jika lulus sekolah tidak memiliki pekerjaan, maka internet masih bisa diandalkan. Kamu yang sudah bergelut di dunia blogging atau internet secara umum, tentu paham sekali biaya belajar jadi ‘sesuatu’ di internet.

Saya menghadirkan sebuah pembelajaran karena efek kreatif di internet tak lain bekal mereka untuk melakukan yang berbeda, menarik perhatian dan juga memiliki penghasilan selepas sekola – sekali lagi apabila tidak melanjutkan pendidikan atau belum mendapatkan pekerjaan layak. 

Annisa hanya salah satu dari sekian siswa saya yang ingin menjadi ‘sesuatu’ dari internet. Bersama yang lain, setidaknya saya telah menjabarkan serunya menjadi pelakon di dunia maya.

Saya tidak lantas berujar semata tetapi memberi bukti bahwa dari menulis saya bisa naik pesawat gratis, misalnya. Saya tidak memaksa harus mengikuti jalan yang saya pilih.

Tetapi, pekerjaan ‘sampingan’ di internet lebih menggiurkan daripada bekerja sebagai pengajar, penyiar radio dan lain-lain di Aceh untuk mengisi dompet selama kuliah. 

Era Digital Ubah yang Tidak Mungkin Menjadi Mungkin 

Tidak mungkin saya naik pesawat terbang; pikir saya waktu itu. Saya tidak sedang berbicara soal siapapun bisa naik pesawat terbang karena harga tiket murah.

Semurah apapun tiket tidak mungkin saya beli karena belum ada kemampuan untuk itu dan tidak ada destinasi yang benar-benar ingin saya kunjungi. Tetapi naik pesawat terbang gratis siapa yang tidak mau.

Semua dibayar. Semua dihargai. Tentu, hanya satu jalan yang bisa saya lakoni yaitu menjadi penulis. Untuk saya yang tinggal di kampung, ke Ibukota Provinsi Aceh, Banda Aceh, saja sudah ‘terhebat’ mengingat 5 jam di jalan dengan ongkos pergi Rp 100 ribu. 

Jadi penulis di internet kemudian menjadi profesi yang sangat seru. Selain dikenal banyak orang, dihujat pula karena pendapat kita tidak mudah diterima, juga melewati batas yang tidak pernah terbayangkan oleh saya sendiri sebagai seorang guru honorer yang selalu dikucilkan dan direndahkan.

Kita ketepikan profesi saya sebagai guru honorer yang makin hari makin tidak dianggap keberadaannya, lihatlah saya sebagai seorang blogger. Saya bangga dengan profesi ini. Tentu.

Bandar udara seolah-olah telah menjadi terminal bus antarkota yang mana cukup sering saya singgahi. Meski, di dompet hanya tersisa selembar berwarna biru, tetapi saya menikmati keindahan yang cuma bisa dinikmati dari hasil kerja keras. 

Jika saya bertahan dengan mengirimkan saja tulisan ke media massa – yang mana kini rata-rata telah tutup – maka tidak mungkin saya jadi begini. Tidak akan pernah saya rasakan serunya era digital.

Tidak akan pernah dikenal banyak orang. Tidak akan pernah disebut sebagai guru blogger. Atau paling tidak, jika ditanya blogger Aceh adalah tidak akan saya yang menjadi sosok yang dikenalkan selain blogger daerah lain.

Berkah penulis blog saat ini bisa traveling dengan mudah.
Hal mustahil telah saya raih dari dunia digital ini. Mungkin tidak mungkin tetapi itu sangat mungkin. Jika kamu masih enggan menyebut ini sebuah keberuntungan maka saya bisa menyebut usaha tidak pernah mengelabui hasil.

Proses panjang yang telah saya lewati, kecewa karena ditolak, belajar dari kesalahan bahkan titik dan koma, kemudian saya menikmati dengan sebuah perjalanan udara yang ‘mahal’ harganya dan ekslusif dari segala pandangan.

Proses tertinggi dari seorang penulis blog saat ini adalah menang lomba atau diundang ke suatu acara dengan akomodasi dan transportasi ditanggung panitia. Saya yakin sekali hukum ini berlaku pada sebagian besar blogger.

Bukan karena materialistis tetapi blogger itu tak lain profesi yang mirip dengan selebriti, influencer atau penamaan lain yang mana datang ke suatu acara, memotret, lalu menulis. Artinya, memiliki pengaruh besar di dunia maya. 

Mungkin, sebagian menganggap ‘ah biasa saja’ tetapi algoritma mesin pencari akan berbeda kedudukannya jika berhadapan dengan blogger. Sponsor tidak akan pernah rugi mengirimkan tiket pesawat karena tulisan yang ditulis blogger akan naik ke permukaan.

Media online menjadi sebuah ‘kemunafikan’ saat ini karena iklan yang tayang lebih menarik dibanding iklan televisi. Kamu mau membeli smartphone baru, maka Google yang akan menjadi bantuan utama.

Selain naik pesawat gratis, era digital juga mengubah gaya hidup saya yang semula hanya mengandalkan smartphone kelas menengah ke bawah untuk naik level ke smartphone high end. Kenapa ini terjadi?

Di sinilah letak ‘keutamaan’ blogger yang saya sebut tadi. Produsen smartphone sangat bergantung kepada reviewer; dari sisi baik dan tidak baik. Makin banyak diulas, makin banyak pula data yang tersimpan di internet.


Blogger yang dikasih smartphone akan mengulas produk sedalam-dalamnya. Blogger yang diundang ke acara, dikasih smartphone gratis, lalu akan banyak sekali tulisan yang lahir di antaranya hand on, suasana acara sampai review produk. Yang mana di judul dan kata kunci tentu akan menggunakan tipe produk yang baru saja diluncurkan.

Smartphone dibutuhkan semua orang untuk saat ini di mana tidak hanya mengganti feature phone tetapi teman gaya hidup. Saya selalu bertanya kepada anak-anak di sekolah, “Kalian pilih isi paket data atau pulsa?” kamu pasti bisa menebaknya.

Paket data bisa digunakan untuk semua kebutuhan, pulsa hanya untuk komunikasi konvensional yang mahal dan cenderung ditinggalkan atau tidak dipakai oleh anak-anak usia sekolah.

Tentu, era digital bagi saya tidak hanya seru saat menggenggam sebuah smartphone yang baru launching dan belum ada di pasaran. Saya terlibat langsung dalam kemajemukan dunia digital.

Apalagi bicara posisi saya di daerah yang bagai mendapat durian runtuh manakala menerima e-ticket untuk sebuah penerbangan. Duduk di depan artis yang memamerkan smartphone terbaru dan tak lupa catatan kecil di hotel berbintang.

Belum lagi jika berbicara diundang ke acara lain dalam skala lebih besar. Kita tidak hanya dihargai sebagai ‘manusia’ semata tetapi diistimewakan dalam segala aspek. Saya tidak akan pernah lupa, barangkali berterima kasih kepada blog yang memberikan kesempatan untuk saya lebih diakui di era digital.

Salah satu adalah mendapat undangan dari Kementerian Komunikasi dan Informatika RI dalam rangka menyaksikan Opening Ceremony Asian Games 2018 di Stadion Gelora Bung Karno Jakarta.

Hal ini tentu saja sangat istimewa karena 50 tahun lalu Indonesia menjadi tuan rumah dan belum tentu 50 tahun lagi akan kembali. Saya menjadi saksi acara besar ini bahkan ikut mengabadikannya dalam buku yang dicetak khusus oleh pemerintah

Berkah menulis blog lain bisa ikut serta dalam ajang bertaraf internasional – Opening Ceremony Asian Games 2018 atas undangan Kominfo RI.
Cuma-cuma. Benar. Ini hanyalah dirasakan oleh blogger – penulis – di era digital. Bahkan, penulis blog lebih tajam daripada penulis lain. Penulis blog lebih ditakuti daripada akun media sosial yang sering menghujat.

Satu tulisan penulis blog yang melampiaskan kekesalan pada suatu produk, diviralkan, maka akan runtuhlah brand yang dimaksud. Berbeda dengan selebriti yang bekerja sebagai seniman semata.


Blogger bahkan tidak terdeteksi dengan baik kecuali telah membangun personal branding seperti yang saya lakukan. Ada sebagian dari blogger berprofesi sebagai pegawai negeri, dokter, pejabat bahkan profesi lain yang telah memiliki penghasilan tetap bulanan. Maka, sekali lagi, tidak ada yang tidak mungkin di era digital ini.

Ulasan Teknologi Bawa Berkah 

Sudah saya sebut di awal, saya adalah penulis fiksi. Karya pertama yang dimuat media cerita pendek. Tulisan saya ‘semula’ lebih banyak fiksi sebelum blog memberikan ruang berbeda dan sentuhan magic yang tidak bisa saya kembali ke bentuk serupa.

‘Sihir’ itu mengubah pilihan hidup saya untuk lebih mencintai dunia digital daripada kehidupan seperti biasanya. Toh, orang lain juga berinteraksi dengan intens di internet sebagai penikmat saja. Mengapa saya harus mengikuti mereka? 

Ulasan teknologi kemudian menjadi pilihan yang tepat. Ada sebab, ada akibat. Alasan utama, saya naik pesawat karena menulis tentang teknologi itu sendiri. Menulis blog mengantarkan keuntungan yang tidak sedikit untuk saya secara pribadi.

Produk-produk smartphone terbaru saya tahu lebih cepat. Harga produk menjadi tanya jawab antara saya dengan teman yang ingin mengganti perangkat. Semua berjalan sesuai keinginan saya sebelumnya. 

Di sekolah, apapun permasalahan yang berbau teknologi adalah pangkuan saya sebagai pelabuhan terakhir. Anak-anak. Sesama guru. Seolah, mereka sadar betul bahwa saya tahu benar suatu permasalahan, komputer maupun smartphone.

Anak-anak tentu saja menjadi daya tarik yang luar biasa saat ini mengingat mereka pengguna aktif internet. Bahkan, saya sendiri tidak bisa mempublikasi status atau foto ‘aneh’ karena anak-anak bisa menekan like atau memberi komentar. 

Kemudahan dalam akses ke dunia teknologi yang kian tak terbatas, mengantarkan saya untuk fokus, belajar interaksi yang baik dan membuat blog khusus teknologi. Kenapa saya yakin dengan blog teknologi ini?

Karena ide tentang teknologi saat ini tidak pernah habis, bulan ini bisa 2 sampai 5 produk diluncurkan. Ulasan bisa beragam untuk satu produk. Bulan depan datang lagi yang lain.

Belum lagi berbicara soal kerjasama dan kepercayaan, juga soal aktivitas sehari-hari saya yang tidak pernah lekang dengan teknologi. Sehingga, Tekno Update saya lahirkan untuk mengulas teknologi lebih mendalam. 

Namun, karena blog tekno ini menggunakan hosting gratis, penetrasinya juga begitulah adanya. Saya cukup kewalahan dalam menaikkan ratingnya. Sebagai penulis blog yang telah rutin mengulas tema teknologi, tentu saja saya ingin mendapatkan performa yang terbaik untuk blog tekno ini.

Sebagai blogger, blog bairuindra.com telah menjadi identitas saya. Sebagai penulis blog tekno, saya juga ingin mengecap manisnya keseruan di era digital dengan terus meng-update berita teknologi; terlepas tulisan mendayu-dayu di bairuindra.com. 

Rasanya, hidup saya kurang seru jika belum update blog. Blog utama barangkali tidak memungkinkan saya menulis tiap hari tetapi untuk blog Tekno Update, bisa saja sehari beberapa artikel.

Hal pertama yang harus saya lakukan untuk membuat hidup makin seru di era digital ini adalah memindahkan atau men-transfer domain dan hosting techno-update.com dari provider sebelumnya ke Domainesia. Domain yang masih mengandalkan hosting dari Google ini akan mendapatkan hosting murah dari Domainesia dengan penawaran terbaik. 

Kenapa Saya Wajib Pindahkan Domain Blog ke Domainesia? 

Seperti yang kamu lihat, blog Tekno Update yang saya miliki saat ini sangatlah sederhana dan masih menggunakan BloggerBlogspot. Kelebihan dan kekurangan pasti ada. Namun, untuk mencapai puncak tertinggi dan melawan blog tekno lain di Indonesia, saya tentu saja membutuhkan tenaga lebih besar yaitu hosting yang baik dan juga murah.

Saya juga membutuhkan cara membuat blog yang tepat, praktis dengan plugin simpel dan ringan, serta penempatan iklan yang sesuai agar blog mudah diakses. 

Hal ini, tidak bisa saya dapatkan dengan mudah di Blogspot yang mana saya harus berpusing dulu dengan rumus HTML. Hijrah ke Domainesia, artinya, Tekno Update akan segera beralih ke WordPress yang mana memiliki plugin keren dan template responsif serta SEO (Search Engine Optimization) yang akan memungkinkan blog tekno ini mudah masuk ke mesin pencari.

Saya membutuhkannya untuk menunjang performa blog tekno yang makin hari makin diincar oleh produsen smartphone

Saya juga telah memiliki satu akun WordPress dari provider lain dengan harga yang cukup mahal. Asyiknya, jika saya migrasi hosting ke Domainesia maka akan mendapatkan potongan harga sebesar 25%. Saya juga bisa memilih server antara Singapura, Dallas, Tokyo maupun Jakarta.


Server yang beda dengan domain blog bairuindra.com tentu menjadi bahan yang menarik. Di satu sisi, sangat bagus di mata Google maupun Bing. Di sisi lain memiliki tingkat keamanan yang terjamin dan juga tidak mudah putus jaringan karena alasan tertentu. 
Di laman resminya, Domainesia memberikan penjelasan bahwa mereka akan memberikan pelayanan yang maksimal selama 24 jam. Standar tinggi ini tentu saja sangat sangat butuhkan untuk performa, mencurahkan permasalahan dan juga berkomunikasi intens terkait jaringan maupun hal lain. 
Terkait pindah domain juga sangat murah sekali, jika saya masih ingin bertahan di Blogspot. Namun jika ingin pindah ke WordPress tentu saja harus membeli domain + hosting yang sama-sama murah di Domainesia. 
Pindah domain murah di domainesia.

Bayar cepat domain murah di domainesia.
Namun, jika saya ingin pindah dari Blogspot ke WordPress maka saya mesti membeli hosting terlebih dahulu dengan harga murah tadi. Kemudian melakukan pengaturan seperti biasa pemindahan domain dari Blogspot ke WordPress. 
Migrasi hosting di domainesia dapat diskon 25%.

Cara Transfer Domain ke Domainesia Mudah dan Praktis

Yang harus saya lakukan pertama sekali adalah login ke Blogspot lalu menuju Setelan, Lainnya dan mengambil Backup Konten. Nanti, file yang tersimpan adalah dalam bentuk .xml yang berisi artikel, gambar-gambar maupun konten lain bisa diunduh. 

Cara Backup Konten dari Blogspot sebelum pindah ke WordPress.
Langkah selanjutnya adalah login ke WordPress. Yang perlu dilakukan adalah memasang plugin Blogger Importer agar data-data yang sebelumnya telah tersimpan dalam formal .xml dari Blogspot bisa segera dipindahkan ke WordPress. Perhatikan gambar di bawah ini untuk lebih jelasnya. 
Pasang plugin Blogger Importer terlebih dahulu.
Pastikan plugin Blogger Importer terpasang dan diaktifkan.
Saya harus benar-benar pastikan bahwa Blogger Importer telah aktif dengan masuk ke Plugins. Jika telah aktif maka langkah selanjutnya adalah menekan Run Importer lalu saya akan diminta untuk meng-upload data .xml yang sebelumnya telah disimpan.

Jika proses menginput data telah berhasil maka akan keluar kotak dialog lain yang meminta persetujuan. Saya cukup menekan Submit apabila data yang diberikan telah benar. Dan, Tekno Update resmi berpindah domain dan hosting ke Domainesia! 

Masuk ke plugin lalu Blogger Run Importer.
Unggah data dalam bentuk .xml yang telah disimpan sebelumnya. 
Jika sudah yakin benar maka Submit.
Apabila proses telah selesai, selanjutnya adalah memilih template yang sesuai untuk sebuah blog tekno. Tentu saja saya tidak mau melewatkan plugin untuk memasang Google Adsense agar nilai jual blog makin menarik dan terpercaya. Mudah, simpel, terpercaya dan cepat begitulah pemindahan domain ke Domainesia.

Era digital yang terus berbenah, tidak mungkin saya hanya diam saja. Blog tekno makin aktif, makin banyak pula suguhan menarik yang akan saya hadirkan di internet.

Sekarang adalah tugas saya untuk mengoptimalkan blog, bersama Domainesia saya yakin sekali bahwa blog tekno yang saya rilis lebih kurang setahun lalu akan semakin mendapatkan peringkat terbaik di Google.

Tentu, bairuindra.com akan tetap menjadi personal branding saya sebagai guru blogger. Inilah serunya kisah saya bersama era digital. Saya tak mau ditinggal, saya hanya mau menjadi bagian terpenting dari dunia digital dengan cara saya sendiri!

Categories
Uncategorized

ZenFone Max Pro M1 Ubah Era Primitif Gaming Jadi Berkelas

Pernah terpikir, suatu saat game di smartphone mendapat perhatian khusus. Selama ini, orang yang menghabiskan banyak waktu di depan layar smartphone – bahkan notebook – untuk memainkan game, dianggap ‘mereka’ yang membuang-buang waktu saja. Perlakuan yang mendetail lain adalah dikucilkan oleh lingkungan sekitar karena disebut tidak bekerja, tidak memiliki penghasilan maupun problema lain yang menjurus kepada hukum sosial. Padahal, waktu yang dihabiskan seorang gamer di depan layar sentuh itu sama seperti pekerja kantoran. Bedanya, jika kamu bekerja di kantor pergi pagi sekali mengejar fingerprint, lalu pulang menjelang magrib, maka seorang gamer bisa tidur 2 jam sehari untuk mengejar ketertinggalan.

Jika pekerjaan konvensional; ada pangkat, jabatan, golongan, dipromosikan, kenaikan gaji secara intensif dan perkara administrasi lain, pekerjaan sebagai gamer sebenarnya hanya ‘khayalan’ yang ‘untung-untung’ berhadiah. Tetapi, soal naik pangkat, dipromosikan sebenarnya hampir sama meskipun tidak melalui proses administrasi ribet. Seorang gamer cukup memainkan peran, menaikkan level lebih tinggi, fokus pada gamer tertentu agar disebut profesional atau membangun personal branding sehingga kelak menjadi terkenal dan dipercaya suatu brand.
Seorang gamer tidak memiliki penghasilan? Atau mungkin, seorang gamer hanya bersenang-senang saja? Dalam konteks senang-senang saya akui memang benar tetapi konsep tidak ‘digaji’ melalui game itu relatif. Banyak jalan menuju Roma. Banyak cara pula untuk mendapatkan penghasilan dari game. Tak bisa saya tampik juga bahwa beberapa permainan menjurus kepada judi tetapi jika bicara kompetisi akan bereda penafsirannya. Kompetisi game saat ini tidak hanya di tingkat anak-anak yang berlomba siapa menang beli permen, tetapi juga sudah naik ke level internasional – global – yang mana penjurian dilakukan oleh profesional di bidangnya dan juga hadiah miliran rupiah.
Saat menghadiri Opening Ceremony Asian Games 2018 di Stadion Gelora Bung Karno Jakarta, atas undangan dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) RI. Saya sama sekali tidak menyangka bahwa game menjadi salah satu ‘olahraga’ yang dipertandingkan. Waktu itu, kami hanya menikmati megahnya pembukaan acara setelah 50 tahun lalu digelar di Indonesia, berteriak saat stuntman Presiden Jokowi memasuki arena dengan sepeda motor sambil melambai-lambai tangan, atau terharu saat tarian Ratoh Jaroe ditarikan dengan indah oleh 1.500 penari.
Begitu mendarat di Aceh pada 19 Agustus, saya baru mengetahui bahwa tidak hanya bulutangkis, bukan saja pencaksilat, juga tidak hanya sepakbola yang dipertandingkan di Asian Games 2018 tetapi game populer seperti Arena of Valor (AoV). Kompetisi game di Asian Games 2018 tentu saja mengingatkan saya kepada olahraga sejenis yang mengandalkan kinerja otak, yaitu catur. Permainan asah otak ini telah lama di pertandingan di tingkat dunia. Tidak sedikit pula atlet catur yang terkenal dari Indonesia, salah satunya Edhi Handoko, Grand Master (GM) catur yang mendapat medali perak beregu di SEA Games 2003. Pecatur kemudian mendapat gelar atlet catur, gamer juga layak disebut atlet game bahkan memiliki tokoh penting seperti atlet catur saat ini. 
Pola yang sama tentu akan berlaku di game. Seiring perubahan zaman, perkembangan teknologi, maka game menjadi perhatian khusus di dunia. Di awal, catur adalah hobi, hampir semua orang memainkan catur di rumah tangga mereka. Ayah sama anak laki-lakinya. Kakak dengan adiknya. Mereka memainkan catur untuk melepas jenuh, menunggu waktu, mengasah otak, dan segala kemungkinan lain yang jika diintepretasikan dengan pola game adalah serupa.
Catur berawal dari rumah tangga. Game juga permainan yang berangkat dari individu. Kemudian catur memiliki klub dan game juga demikian. Atlet catur yang profesional telah dilatih, memiliki strategi yang kuat untuk bertahan di kompetisi. mereka punya jam terbang tinggi dan dihargai sebagai atlet. Nah, gamer yang semula main-main saja tidak tertutup kemungkinan akan menjadi profesional yang tiada lawan. Saat game masuk ke Asian Games 2018, saya berpikir bahwa inilah era perubahan yang mengikuti arah zaman. Tentu, kita tidak bisa tinggal diam. Tidak pula mengabaikan karena jumlah gamer saat ini jauh lebih banyak dibandingkan pecatur.
Catur tetap di ranah konvensional sedangkan game melangkah lebih modern yang selalu mendapat upgrade sistem. Konsep yang sama tetapi perangkat yang berbeda. Bahkan, tidak tertutup kemungkian catur akan beralih ke permainan online di ajang dunia nantinya mengingat pengembang game terus berbenah. Jauh sebelum itu, sebagai calon gamer, mungkin juga sebagai seorang yang senang bermain game, kita membutuhkan sebuah smartphone yang selaras dengan kebutuhan tersebut.

Smartphone Idaman Gamer

Jika Asian Games 2018 telah melegalkan game sebagai salah satu jenis ‘olahraga’ maka ajang dunia lain bisa mengikuti. Jika catur bertahan lama di Asian Games maka game juga akan demikian. Hari ini kita bicara AoV, besok bisa jenis game lain. Perangkat yang digunakan tetap sama yaitu smartphone yang ikut arus dikembangkan menjadi lebih baik dan keren. Hari ini trik catur mudah ditebak, pengembang game bisa memanipulasi enkripsi data agar gamer tidak mudah naik level. Senjata pecatur adalah lentikan jari, senjata gamer tak lain adalah sebuah smartphone yang bisa diandalkan dalam hal kecepatan dan daya tahan. 
ASUS ZenFone Max Pro M1 pilihan terbaik gamer!
Tiap orang memiliki sebuah perangkat idaman karena memang butuh, bukan karena ingin tampil gaya. Papancatur mudah diangkat ke mana-mana, jatuh tidak mudah rusak, namun berbeda dengan smartphone yang lebih sensitif. Apabila di kompetisi catur masih mengandalkan papancatur, maka ayah dan anak di rumah tangga bisa saja telah menanggalkannya karena ribet lalu beralih ke smartphone. Di smartphone telah terdapat aplikasi catur yang bisa diunduh oleh siapa saja dan bisa dimainkan oleh siapa saja, meskipun tanpa ada lawan. Kamu masih bisa memainkan catur dengan komputer atau bermain dengan orang lain.
Instan? Tentu saja. Smartphone memudahkan segala urusan maka ia menjadi idaman. Seorang gamer membutuhkan sebuah smartphone yang tidak cepat panas, responsif, baterai yang tahan lama, maupun layar yang lebih lebar. Urusan layar, kita tentu akan mengarah kepada kecerahan yang lebih baik dibandingkan smartphone pada umumnya. Saat kamu main catur di smartphone, layar lebih gelap nggak masalah. Namun, saat kamu main AoV, layar yang dipakai harus benar-benar selaras dengan identitas game tersebut.
Kamu tidak cukup hanya mengandalkan kepekaan, menghafal di mana musuh bersembunyi, tahu cara menaikkan level dengan mudah jika belum dibekali smartphone mumpuni. Kesal pasti saat hampir menang smartphone kehabisan baterai. Kecewa jelas sekali begitu klik finish tiba-tiba smartphone padam. Siapapun akan demikian dan merasa tertindas oleh perangkat yang digunakan.
Tidak ada salahnya mengidamkan sebuah smartphone bertaraf tinggi dalam hal gaming. Game kelas berat sekalipun akan mudah dilidas, tidak mudah mati mendadak, tidak pula cepat habis baterai. Teriakan tak terkendali. Meja bisa dibanting. Kawan bisa dipukul. Gelas kopi bisa dicampakkan hingga pecah. Bahkan, smartphone bisa saja dilempar sampai layar dan bodinya hancur. Rugi tentu pada diri sendiri. Uang keluar lagi untuk mengganti perangkat yang baru. Saat demikian, kita hanya membutuhkan sebuah smartphone gaming terbaik!

Smartphone Gaming Terbaik Kendalikan Emosi Saat Main Game

Game mengendalikan emosi kamu? Percaya atau tidak, emosi seorang gamer begitu mudah diaduk saat bermain game. Kesal bisa dibuang ke tetikus jika memainkan game di komputer. Geram bisa dihempaskan pada sepotong roti hambar jika kamu main game di smartphone. Amarah bisa sampai ke ubun-ubun saat smartphone mati kehabisan baterai. Semua ini akan dialami – bahkan pernah – oleh seorang gamer yang tidak bisa dihindari sama sekali.
Emosi stabil juga didukung oleh perangkat yang stabil pula. Jika selama ini kita dikendalikan oleh smartphone maka saatnya mengubah haluan, kita yang mengendalikan smartphone tersebut. Smartphone gaming terbaik akan mengetahui mana tuan mereka dan akan memberikan alternatif saat jalan buntu. Seperti apa smartphone gaming terbaik itu? Smartphone yang dimaksud telah melewati proses panjang sebelum dilabeli smartphone gaming. Baik dari segi ketahanan bodi, daya tahan baterai maupun kejernihan layar. Hal ini sangat dibutuhkan mengingat smartphone gaming akan diajak bekerja dalam waktu lama dan kontinu. Berbeda dengan smartphone yang sering dipakai untuk menunjang gaya hidup; media sosial atau sekadar foto saja. Smartphone gaming sejatinya memiliki falsafah;  mainkan smartphone sampai habis baterai, isi lagi, main lagi!
Smartphone yang tahan lama itu cuma ASUS ZenFone Max Pro M1. Alasan saya merekomendasikan smartphone ini karena memang begitu. Ibarat cinta, ya cinta saja. Tak ada alasan untuk dijabarkan. Jika bicara dapur picu, smartphone ini telah dibekali prosesor yang sangat mumpuni untuk kelas menengah ke bawah. Bila mengangkat sisi layar, ASUS juga telah mengikuti perkembangan zaman yaitu menyematkan layar Fullview sehingga gamer akan mudah memainkan peran di dalam game.
Mainkan saja banyak game di ZenFone Max Pro M1 karena kamu akan menyenangi momen itu. Si seksi dalam gambar di bawah ini tentu saja kamu mengenalinya dengan baik. Perannya cukup ditunggu dan punya trik khusus untuk melawan musuh. Saya punya hero kesukaan saat memainkan game Mobile Legends: Bang Bang, misalnya. Kamu juga demikian. Namun kita sama-sama membutuhkan ‘senjata’ yang sangat ampuh untuk menaklukkan tiap level. Baterai cepat habis, kita terseok-seok. Smartphone berhenti bekerja, kita ikut-ikutan termenung.
ZenFone Max Pro M1 mampu lahap game kelas atas dengan baik.
Tidak demikian dengan ZenFone Max Pro M1. ASUS membekali smartphone ini dengan senjata paling tangguh di kelasnya yaitu Snapdragon 636. Varian yang saya pegang saat ini adalah dengan memori internal 32 GB dan RAM 3 GB. Media sosial sudah pasti aplikasi wajib agar terus terkoneksi dengan teman di luar sana. Lagu-lagu juga tersimpan di sebagian besar memori yang tentu saja dari idola Korea – tetap ya. Keunggulan kamera juga membuat saya ketagihan untuk memotret momen, belum lagi aktivitas di sekolah yang mau tidak mau menjadi masa terindah untuk saya dan anak-anak. Tak lupa, beberapa game mulai dari ringan sampai berat. Game ringan yang biasa saya mainkan dengan sepupu adalah Ludo dan Ular Tangga. Asyik saja main kedua game ini karena siapa yang kalah pasti ada saja hukumannya.
Game kelas menengah yang tak pernah saya tinggal, sejak memakai smartphone dan game ini dirilis adalah My Tom. Mungkin terkesan ‘ah biasa saja’ tetapi bagi pecinta kucing, game ini memiliki keasyikan tersendiri. Saat notifikasi si kucing ingin makan atau baru bangun kayak ada yang tertinggal dan harus segera mengunjungi rumahnya. Lalu, game yang naik setingkat levelnya barangkali adalah Megapolis yang mana kayak ‘membangun’ masa depan lebih cerah. Dan, di kelompok game kelas berat saya memilih Mobile Legends: Bang Bang, yang jika ditanya alasan mungkin ya ‘main’ saja karena memang mau main game ini. Apapun game pilihan kamu, asalkan bersenang-senang dengannya, ayo mainkan!
Sudah siap main game favorit di ZenFone Max Pro M1?
Apakah saya pernah merasa geram dan kesal selama menggunakan ZenFone Max Pro M1? Sejauh ini tidak, kecuali saat Game Over. Yang artinya, itu adalah kesalahan saya sendiri yang tidak punya trik atau karena jarang bermain game. Namun, secara performa, smartphone ini cukup baik dan tidak pernah ngelag sekalipun karena dapur picu yang kuat didukung oleh Android 8.0 Pure. Penting digarisbawahi bahwa sistem operasi ini membawa pengaruh besar terhadap ZenFone Max Pro M1 sehingga lebih ringan, tidak tersendat-sendat dan juga menjaga kestabilan baterai. Kita seperti sedang memegang smartphone Google Pixel karena sensasi yang dihadirkan sangat berbeda karena tanpa ZenUI, ciri khas smartphone ASUS.
Smartphone seperti ini sulit sekali ditemui di pasaran saat ini. ASUS memberikan keseimbangan yang pasti, meski ada yang melayangkan protes terhadap sistem operasi yang dipakai, namun saat kamu mengoperasikan smartphone ini; main banyak game, buka banyak aplikasi, mendengar musik, menonton video, maka rasakan bagaimana sensasi yang dihadirkan.
Sangat berbeda. Di kelasnya – bahkan – naik kelas sekalipun, ZenFone Max Pro M1 sangat membantu keseharian seorang gamer dan juga mereka yang lebih sering bekerja di luar ruangan. Hasil Benchmark dari AnTuTu memperlihatkan hasil yang memuaskan untuk sebuah smartphone Rp 2 jutaan ini. Angka penilaian ini tidak menipu hasil. Pemakaian maksimal masih belum membuat smartphone ini terdiam dalam waktu lama sehingga kita harus menekan tombol Power + Volume Up untuk mematikannya.
Hasil benchmark AnTuTu ZenFone Max Pro M1.
Dari tadi saya terus berbicara soal daya tahan. Seri Max dari smartphone ASUS memang sudah terkenal sebagai salah satu ponsel pintar yang unggul di baterai. ASUS membenamkan baterai sebesar 5.000 mAh dengan fitur isi cepat, di mana pengisian bisa memakan waktu antara 1 jam sampai 1 jam 20 menit. Pemakaian normal seharian adalah 13 jam lebih yang tentu saja menghadirkan kenyamanan tersendiri. Aktivitas saya yang lebih banyak di internet sangat terbantu dengan baterai mumpuni ini. Saya tidak tertinggal informasi penting bahkan saya menjadikan ZenFone Max Pro M1 untuk menyimpan materi ajar. Jadi, sampai di kelas, saya cukup membuka smartphone ini lalu mengajar seperti biasa tanpa repot membawa buku ke dalam kelas.
Layar penuh tentu saja sangat membantu saya di dalam kelas – selain bermain game tadi. Jika main game saya mudah menemukan celah melawan musuh, maka di dalam kelas dengan materi yang diketik lebih responsif akan membuat semangat mengajar lebih tinggi. Sebenarnya, bisa disebut saya adalah guru yang lebih banyak mengandalkan teknologi dalam mengajar. Entah mungkin orang lain menyebut saya ‘sombong’ karena tidak membawa buku ke dalam kelas, tetapi bantuan smartphone yang menyimpan banyak hal lebih memudahkan saya dalam segala urusan sebagai guru.
Rasio layar 18:9 membuat ZenFone Max Pro M1 terkesan seperti smartphone dengan ukuran 5,5 inci padahal ukuran sebenarnya adalah 5,99 inci. Dalam urusan gaming sudah tidak diragukan lagi. Saya mudah mengibuli sepupu yang masih kelas 3 sekolah dasar saat main Ular Tangga, juga membaca dengan benar materi ajar sebelum diberikan kepada siswa di dalam kelas. Kedua hal ini membuat saya cukup bersenang-senang dengan layar luas; selain menikmati lagu-lagu terbaru dari K-Pop di Youtube.
ASUS membawa ZenFone Max Pro M1 dengan bodi metal yang alot. Kesan gaharnya bisa didapat selain kesan elegan untuk kelas menengah. Meskipun harga cukup murah, ASUS tidak membuang fitur kekinian yaitu sidik jari yang terletak di bagian tengah belakang bodi. Sidik jari ini juga cukup responsif. Jadi sebuah kebiasaan kita untuk membuka smartphone dengan cepat tanpa perlu menarik pola atau memasukkan PIN.

3 Fitur Unggulan ZenFone Max Pro M1

ASUS ZenFone Max Pro M1 memiliki banyak fitur, tentu saja. Namun jika diminta untuk memilih 3 fitur saja lalu menjadi rekomendasi untuk siapa saja yang ingin mendapatkan smartphone gaming terbaik, saya memilih Android 8.0 Pure, Baterai dan Kamera (diulas pada poin berikutnya).
Android 8.0 Pure atau sistem operasi tanpa kostumisasi tentu sangat menarik sekali – ibarat bicara yang alami dan murni kita yang merasakannya. Apapun yang di-update oleh Google kita yang akan menerima pertama sekali. Begitu pula dengan pengguna ZenFone Max Pro M1. Sebenarnya, banyak sekali keunggulan dari Android 8.0 Pure yang berjalan di satu-satunya smartphone ASUS saat ini. Salah satunya, dalam menghemat daya maka sistem operasi ini akan membatasi aplikasi yang berjalan di latar belakang. Seperti diketahui bahwa aplikasi yang berjalan di latar belakang sangat menguras baterai namun dengan Android 8.0 Pure ini, ZenFone Max Pro M1 bekerja lebih maksimal dalam penghematan daya.
Hal menarik lain dari Android 8.0 Pure adalah proses booting yang memiliki kecepatan 2x lebih cepat dibandingkan generasi sebelumnya. Proses ini sangat membantu kinerja smartphone sehingga tidak akan mudah ngelag seperti yang sering dialami pengguna smartphone. Selain cepat dalam booting juga memiliki fitur autofill yang memungkinkan smartphone akan menyimpan ID dan password media sosial di Google Crome tanpa menanyakan lagi kepada pengguna.
Keunggulan Android 8.0 Pure di ZenFone Max Pro M1.
Google juga menyertakan fitur menarik seperti Picture in Picture yang mana memungkinkan pengguna untuk memainkan 2 aplikasi secara bersamaan. Jadi, untuk pengguna yang sibuk bisa mengandalkan fitur ini untuk membuka e-mail sambil membalas chat. Fitur menarik lain adalah notification dot yang memungkinkan pengguna mendapatkan titik berwarna kuning di atas sebelah kanan aplikasi yang dimaksud; Instagram, Facebook, Gmail, Twitter dan lain-lain. Fitur ini berbeda dengan fitur lain di mana saat ditekan akan keluar pop-up yang mana memberikan opsi tentang pemberitahuan yang baru saja diterima.
ZenFone Max Pro M1 bekerja dengan baik berkat Android 8.0 Pure.
Yang menarik adalah fitur Google Play Protect di mana akan mendeteksi dan menghapus secara otomatis aplikasi berbahaya. Jadi, di satu sisi kita sangat aman dalam menggunakan smartphone yang telah diproteksi lebih lanjut. Kita terhindar dari mallware juga terhindar dari hal-hal negatif. Keamanan kita dijaga dengan baik sampai benar-benar nyaman selama menggunakan perangkat.
Perlindungan terbaik dari Google untuk ZenFone Max Pro M1.
Baterai menjadi bagian terpenting untuk sebuah smartphone. Daya tahan baterai membuat smartphone dicintai oleh penggunanya. Memang, di Android 8.0 Pure terdapat fitur Life Saver yang akan menjaga kestabilan baterai. Perpaduan perangkat yang dibenam ASUS dengan Google akan membawa pengaruh besar terhadap kelangsungan hidup ZenFone Max Pro M1. Dalam kondisi normal; bekerja, bermain game, mendengar musik dan membaca, smartphone ini akan menyisakan angka 5 di pemberitahuan baterai menjelang tidur pukul 22.00. Isi cepat daya juga dilakukan malam hari menjelang tidur atau sehabis subuh.
Semua serba cepat dan instan. Kenapa saya mengunggulkan baterai dari ZenFone Max Pro M1? Karena memang demikian adanya. Baterai tahan lama sangat membantu aktivitas. Saya pikir, hampir semua pengguna smartphone jika diminta untuk memilih maka lebih memilih daya tahan lama dibandingkan dengan fitur lain. Smartphone padam sama saja tidak bisa berkomunikasi, meskipun 5% daya tahan ZenFone Max Pro M1 setidaknya masih bisa bertahan sampai 30 menit. Kita masih bisa mengirim pesan bahkan menelepon kerabat di saat-saat genting. 

Kamera Bokeh Terbaik di Kelasnya

Fitur ini sangatlah penting sehingga saya tempatkan di akhir. Kenapa? Ya, intensitas pengguna smartphone saat ini adalah berfoto. Orang main game banyak, tetapi orang yang berfoto jauh lebih banyak. Orang main game tentu suka foto namun orang suka foto belum tentu suka main game. Maka, kamera ZenFone Max Pro M1 menjadi pilihan tepat di kelas menengah ke bawah.
Kamu mencari kamera dengan bokeh terbaik? Coba lihat beberapa hasil foto yang saya lampirkan di sini. Untuk smartphone murah, saya berani menyebut bahwa fitur bokeh yang dimilikinya sangatlah baik.
Kamera utama ZenFone Max Pro M1 yang unggul foto bokeh.
Dua kamera belakang ditempatkan secara vertikal di sebelah kiri. Kamera utama memiliki resolusi 13 megapixel dengan bukaan lensa f/2.0 dan kamera untuk fitur bokeh adalah 5 megapixel. ASUS membekali kamera ini dengan fitur fokus yang cepat sekali menangkap objek dan fitur mengenali objek dengan baik sebelum dikunci. Tak lupa, ASUS membekali kamera depan sebesar 5 megapixel yang bisa kamu gunakan untuk selfie lebih cantik dan menarik. ASUS memang menanggalkan PixelMaster Camera dan menggantikannya dengan Snapdragon Camera yang memiliki fitur seperti umumnya kamera smartphone lain, tetapi ciri khas dari kamera ASUS masih tetap terjaga.
Hasil foto selfie ZenFone Max Pro M1. 
Hasil foto dekat ZenFone Max Pro M1. 
Foto objek yang natural dari ZenFone Max Pro M1.
Kamera ZenFone Max Pro M1 mampu menangkap warna dengan baik. 
Objek bokeh yang cantik bukan?
Bagi saya, di kelas menengah yang unggul sisi baterai dan berlabel smartphone gaming, kamera ZenFone Max Pro M1 akan menjadi teman baik dalam menangkap momen sejati di sekitar kita. Saya telah mencoba dan cukup puas dengan hasilnya.

Kenapa Memilih ZenFone Max Pro M1?

Barangkali, catatan ini menjadi kesimpulan dan rekomendasi. Dengan apa yang saya ulas di atas, kita bisa tahu benar posisi ZenFone Max Pro M1. Unggul di baterai, cepat dalam bekerja dan kamera bokeh terbaik di kelasnya. Dengan harga yang sangat murah, kita mendapatkan keuntungan lebih besar. Jika berpikir demikian, segeralah genggam ZenFone Max Pro M1!
Model ZenFone Max Pro M1 (ZB602KL)
Display, Resolution Full HD+ 2.160 x 1.080 pixel, 18:9 Full View Display,
2.5D curve glass with 450nits
CPU Qualcomm Snapdragon 636 8x (octa-core) 14nanometer,
Kryo 260 CPU up to 1.8GHz
GPU Qualcomm® Adreno™ 509 GPU
RAM / Storage LPDDR4 3GB RAM&32GB ROM, LPDDR4 4GB RAM&64GB ROM,
LPDDR4 6GB RAM&64GB ROM, Supports up to 256GB MicroSD,
100GB Google Drive (free 1 year)
Rear (main) Camera 13MP / 16MP with f/2.0 Aperture, Phase Detection Auto Focus,
LED flash
Rear (wide) Camera 5MP / 8MP 120o wide-angle camera for 200% wider view
for bokeh effect
Front camera 8MP / 16MP, LED flash
Camera feature PixelMaster 4.0 camera mode: Beauty, Auto (with HDR features),
Selfie Panorama, GIF Animation
Wireless WLAN 802.11 b/g/n, Bluetooth 4.2, Wi-Fi direct
Sensor Rear fingerprint sensor (0.3 seconds unlock, supports 5 fingerprints),
Face Recognition, Accelerator, E-Compass, Proximity,
Ambient Light Sensor, Gyroscope
SIM card and SD slot Triple Slots: dual SIM, one MicroSD card,
Slot 1: 2G/3G/4G Nano SIM Card,
Slot 2: 2G/3G/4G Nano SIM Card,
Slot 3: Supports up to 256GB MicroSD card,
Both SIM card slots support 3G WCDMA / 4G LTE network band.
But only one SIM card, can connect to 4G LTE service at a time.
Network FDD-LTE, TD-LTE, WCDMA, GSM,
Data rate: DC-HSPA+ (DL/UL): 42/5.76 Mbps;
LTE CAT 7 (DL/UL): 300/150 Mbps, 3CA support
GPS GPS, AGPS, Glonass, BDS
OS Pure Android 8.0 Oreo
Battery 5.000mAh capacity with fast charging,
ASUS PowerMaster technology,
2x longer battery lifespan, up to 35 days 4G standby,
up to 42 hours 3G talk time, up to 20 hours video playback,
up to 28 hours Wi-Fi web browsing
Audio / Microphone Loud speaker,
PMIC internal amplifier,
Dual internal microphones with ASUS Noise,
Reduction Technology, FM Receiver
Size / Weight 159 x 76 x 8.46 mm / 180 grams
Color Deepsea Black and Meteor Silver

Categories
Uncategorized

Saya Sibuk Tidak Sempat Menulis Tapi Saya Seorang ‘Penulis’

“Jika suatu hari
nanti, meski kalian terus terjatuh, jika kalian terus bermimpi dan berusaha,
kalian akan segera mencapai mimpi kalian!”
Namkoong Min, aktor Korea Selatan, dalam KBS
Drama Awards 2017.

Prilly Latuconsina, gadis mungil, artis papan
atas Indonesia yang melejit lewat drama seri Ganteng-ganteng Serigala, lalu
beranjak ke layar lebar dalam film hantu Danur, dan baru saja mempromosikan
film Danur 2. Bicara sibuk, selebritas itu seringkali membutuhkan ‘candu’ agar
dapat tidur ‘lama’ dalam sehari. Mungkin, kita mengira bahwa saat seseorang
tidak tampil di layar kaca, selebriti itu telah lenyap. Namun, untuk sekelas
Prilly yang telah mencapai puncak kejayaan, sebagai brand ambassador yang jadwalnya padat, acara offline yang terstruktur rapi, dan seolah tiada waktu untuk tidur;
hanya istirahat selama macet saat berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain di
Ibu Kota.
Sibuknya kita, terkadang hanya ‘permisi’ untuk
enggan melakukan apa yang ingin dilakukan. Kita ingin menulis; menjadi penulis,
tetapi tidak ada satu paragraf pun yang bisa dikeluarkan dari alam bawah sadar
sehingga mengakar menjadi aksara bermakna. Isa Alamsyah, dalam buku No Excuse,
menyebut tidak ada kata permisi dalam memulai menulis. 5 Detik dan Rasa Rindu
adalah bukti bahwa seorang Prilly yang sangat sibuk, mampu melahirkan buku
kumpulan puisi yang diterbitkan oleh penerbit terkenal, Mizan. Buku best seller ini nantinya akan difilmkan
oleh MD Entertaiment.
Kita ingin menjadi seorang fotografer andal,
tetapi tidak ada satu pun hasil foto terbaik yang bisa dibanggakan. Bahkan,
kita sama sekali tidak memiliki insting kuat untuk mengambil objek dari sudut
pandang terbaik, terbeda, terunik, dan teraneh dari orang lain sehingga layak
disebut sebagai karya foto spektakuler. Kita tersudut dalam pendapat ingin
menjadi seorang video maker namun
dalam merekam momen saja tangan masih bergoyang, apalagi saat membuka aplikasi
ringan pengeditan video, Windows Movie Maker, masih gagap dan pikiran buntu. Maka,
tidak ada yang bisa kita banggakan kepada orang lain saat hasilnya tidak ada.
Saat orang lain telah jauh terbang tinggi, kita masih merangkak dalam
mempertahankan egois berkepanjangan. Saat orang lain tidak tidur dalam mengedit
foto dan menggabungkan video, kita masih terbahak di warung kopi dengan
rencana-rencana yang habis seusai secangkir kopi lenyap sampai ke dasar
cangkir.
‘Menulis’ dengan ASUS ROG, kayak sedang main game!
 Demikian juga dalam menulis, kita terus
mendengungkan semangat menulis, padahal tulisan kita sendiri masih kurang titik
koma, masih terdapat kesalahan tanda baca, masih tidak sesuai antara satu
ungkapan dengan pendapat setelah itu, tidak ada keselarasan antara tema dengan
judul bahkan isi tulisan. Kita kembali dalam ‘permisi’ bahwa sebenarnya kita
tidak perlu diajarkan lagi karena telah baik dalam menulis, telah bagus dalam
menata kata, telah memiliki pengaruh dalam menulis karena mungkin hanya
mengandalkan ghost writer untuk
memublikasikan tulisan di media massa.
Seorang penulis dikenal baik karena isi tulisan
yang benar-benar halus dan terstuktur sesuai ejaan yang benar. Seorang sinematografi
disebut profesional saat videonya berbicara di atas kelembutan, kehalusan,
bukan video goyang pinggul seperti tidak ada editan. Seorang fotografi akan
dikenang bukan saja karena bagus hasil foto tetapi berbeda sudut pandang dalam
memotret sehingga orang terkagum.
Apakah ini ada dalam diri kita? Kembali kepada
“Saya sibuk tidak sempat menulis!” karena alasan-alasan yang diragukan
keabsahannya oleh orang lain. Saat menyebut Prilly, saya sudah memikirkan bahwa
saya hanya butiran debu dari aktivitas seorang selebriti. Bahkan, semua orang
sibuk dalam melakukan apapun, dalam mengejar ketenaran di manapun, dalam
membungkus cita-cita di mana-mana, tetapi hanya segelintir orang yang mampu
bangun di subuh, yang sanggup bergadang; untuk menghasilkan karya terbaik!
Dalam satu kesempatan, saya bertanya kepada
pemilik akun Twitter @blogdokter yang telah memiliki pengikut lebih dari 1,8
juta, I Made Cock Wirawan, kapan sempat dirinya menulis disela kesibukan
sebagai seorang dokter di Bali. Dokter Made, kala itu, terbahak di dalam
ruangan dengan suhu yang cukup dingin, di bilangan Jakarta Barat. Pemilik blog blogdokter.net hanya menjawab dalam
candaan, “Kapan sempat saja,” tetapi ‘kapan sempat’ Dokter Made bisa mengalahi
saya sebagai seorang yang hidupnya banyak suka-suka. Dokter Made tidak hanya
aktif di satu blog tentang kesehatan saja, tetapi memiliki blog lain yang
isinya ‘suka-suka’ seperti yang saya sebutkan.
Bahwa, manajemen waktu itu adalah kita yang
memilikinya. Tiada orang yang tidak sibuk, namun hanya beberapa orang saja yang
mampu melakukan banyak hal dalam suatu waktu. Prilly melakoni banyak waktu
dalam dunia hiburan tetapi menulis buku yang diterbitkan penerbit besar itu
tidak mudah. Dokter Made saya tahu sangat sibuk sebagai abdi negara dan bekerja
di klinik, tetapi keaktifannya di dunia menulis tiada tanding sebagai brand BlogDokter; juga telah
menerbitkan buku tentang kesehatan.
Lantas kita? Kabur dari keinginan-keinginan?
Tidak mau menerima masukan? Ego berkepanjangan? Semua hak milik kita seorang. Namun,
kita akan tertinggal jauh. Kita tidak pernah mampu belajar selama tidak pernah
menulis. Tulisan kita tidak akan pernah bagus meskipun berkali-kali ikut
‘seminar’ menulis tanpa pernah dikritisi hasil karya. Kita tidak pernah tahu
bagus atau tidak tulisan itu sebelum menerima surat penolakan naskah dari
redaksi media massa. Kita tidak pernah tahu pasang-surut dalam menulis tanpa
terjun langsung ke dalam kubang yang sama.
“Saya sibuk,”
“Saya sibuk,”
Dan,
“Saya sibuk,”
Sibuk diucap belum tentu sibuk pada perbuatan.
Sepintas, seperti mengada-ada namun kadar kebenaran hanya diri kita sendiri
yang benar-benar paham. Manakala ingin menempatkan ‘sesuatu’ pada tempatnya,
maka ia akan bermakna lebih besar daripada keinginan itu sendiri. Manakala
manajemen waktu telah membunuh ‘malas’ dengan benar sesuai kodrat keinginan itu
sendiri, maka dengan perlahan-lahan akan menemukan irama yang pas dalam
mengetukkan nada terindah dalam menulis.
Ucap sibuk karena merasa hari tidak cukup 24
jam saja. Namun perencanaan yang matang akan membuat si sibuk ini tidak lagi
meraba-raba dalam menetralisir suasana. Pembiasaan ini yang kemudian enggan
ditulis atau diterapkan sehingga benar-benar kaku saat memulai sebuah tulisan
dengan tema, yang barangkali sangat ringan. Ada pandangan yang menyebut bahwa
waktu terbaik menulis adalah waktu pagi hari, sebenarnya itu adalah hak pribadi
seorang penulis. Adakala seorang penulis membutuhkan ruangan khusus dalam
menulis agar karyanya spektakuler. Ada pula seorang penulis membutuhkan asisten
dalam menuliskan karya, agar tatanan bahasa terstruktur atau bahkan karena si
penulis hanya mampu berujar saja tetapi tidak mampu mengetik dengan baik karena
beberapa alasan.
Apabila menyebut menulis tidak mampu menghidupi
hari-hari, namun menulis adalah salah satu hobi yang bisa mendatangkan uang
lebih besar daripada yang dibayangkan. Orang yang telah menjadikan menulis
sebagai pekerjaan tentu saja sudah tidak akan menyebut ‘tidak ada waktu
menulis.’ Kemudian tinggal mereka yang tersandung selalu ‘permisi’ sibuk
sehingga tidak ada karya yang terbit. Penulis terkenal sekalipun, dari dunia
bahkan dalam negeri, dari dulu sampai sekarang, tidak mudah menerbitkan karya.
R.A. Kartini tersandung sekian lama dalam surat
kepada sahabat pena sebelum kemudian menerbitkan tulisannya di majalah terbitan
Belanda, De Hollandsche Lelie. Novelis legendaris Indonesia, Mira W, melahirkan
ratusan novel disela-sela kesibukannya sebagai seorang dokter. Bahkan,
novel-novel yang dilahirkan oleh Mira W hampir semua best seller dengan sebagian diangkat ke layar kaca. Ary Ginanjar
adalah motivator yang kemudian melahirkan buku yang tak kalah hebatnya, yaitu ESQ.
Chicken Soup for the Soul adalah
kisah sehari-hari yang ditulis oleh siapa saja namun bisa membuka ‘wadah’
curahan hati mereka yang ingin berbagi kisah atau pengalaman hidup.
Kapan mereka memulai? Kapan mereka menulis?
Tiada yang tahu. Referensi tentang Kartini, termasuk cerita yang divisualkan oleh
sutradara kondang, Hanung Bramantyo, tidak mampu menjabarkan bagaimana seorang
Kartini membubuhkan pemikirannya dengan baik sampai kemudian terbit buku Habis Gelap Terbitlah Terang, di mana
berada di posisi puncak buku ‘motivator’ soal kesetaraan pendidikan.
“Saya sibuk tidak sempat menulis,” karena
memiliki pekerjaan tetap. Maka lihatlah bagaimana Andrea Hirata melahirkan
Laskar Pelangi di mana posisinya sebagai ‘komputer’ berjalan di sebuah lembaga
besar. Mungkin juga, belajar dari aktifnya Darwis ‘Tere Liye’ disela-sela
kesibukannya sebagai akuntan.
Begitu sulit menerjemahkan kesibukan demi
kesibukan. Namun, mereka yang telah bersenyawa dengan menulis tidak lagi
mengambil sikap bahwa menulis untuk menaikkan pamor atau ingin dikenal orang
banyak. Mereka menulis karena mereka ada. Mereka menulis karena berbagi. Mereka
menulis karena bersenang-senang lantas batin terpuaskan lalu ‘fee’ akan menyusul kemudian.
Bagian mana yang menyebut sibuk tidak sempat
menulis? Itulah bagian di mana kita belum siap menulis. Kita belum benar-benar
mampu bertarung dalam dunia literasi yang kejam. Kita belum sanggup
memanjangkan sabar untuk mencapai kesuksesan dari sebuah karya. Kita belum
apa-apa dibanding mereka; hanya saja mereka telah meraih sukses dari kerja keras
sedangkan kita masih mengeluh ‘sibuk’ agar terhindar dari menulis!

Categories
Uncategorized

Mari Rayakan Ulang Tahun dengan Pesta Belanja Lazada 11.11

Aku suka traveling. Mungkin, sejak pengalaman
menulis makin banyak, kisah perjalanan pun makin tak terbendung. Manakala aku
berpikir, tiap tempat yang disinggahi adalah momen terindah untuk sebuah
kenangan manis. Mungkin, tak tentu dalam puluhan purnama nanti aku akan kembali
ke tempat tersebut. Saat memulai langkah ke tapak perawan atau telah tak lagi
gagah, aku memerlukan setelan yang sepadan. Aku wajib pakai sepatu, misalnya,
agar mudah melangkah dan bergerak dengan gesit.

Sepatu lama wajib diganti saat traveling nanti.
Terkadang,
sebagian orang suka sekali memakai sandal saat traveling karena ingin tampil lebih santai. Bagiku, tidak demikian.
Jalan setapak bisa membuatku tidak nyaman dengan sandal atau kaki mudah keram
di dalam pesawat. Sepatu pilihan terbaik bukan cuma tampil lebih trendi tetapi
membuatku berada pada puncak kenyamanan.
Nah,
sebentar lagi, aku akan merayakan ulang tahun. Boleh dong, sesekali aku memanjakan diri dengan rencana-rencana tertentu.
Mungkin saja, selain kado dalam kotak dengan balutan warna-warni keemasan, aku
akan jalan-jalan lagi. Waktu yang tidak bisa ditebak dan aku tidak mau cuma buntu
dan menunggu dalam diam.
Sama seperti
biasanya, saat ingin bepergian, aku selalu terbiasa menyiapkan sesuatu yang ‘baru’
untuk dibawa serta. Momen yang lalu barangkali tidak begitu istimewa namun
dalam seminggu ke depan, akan lebih terasa menggelora karena berdekatan dengan
tanggal lahir. Aku pikir, nggak orang di dunia ini yang kurang senang dengan
ulang tahun. Meski, waktu akan berkurang tetapi kedewasaan menjadi puncak di
mana kita akan bersenang-senang dengan usia yang semakin tua.
Pernah nggak
sih kita mencoba menghadiahkan ‘kado’
untuk diri sendiri saat ulang tahun? Kita sering berpikir, tiap hari adalah
hadiah untuk diri sendiri namun meskipun yang diberikan itu terbaik belum tentu
benar-benar membekas dalam makna terdalam. Kado kecil saja bisa menjadi hadiah
terindah saat kita mendefinisikannya dalam keikhlasan. “Aku ulang tahun!” tentu
nggak cukup dengan itu. “Selamat ulang tahun!” juga nggak cukup.
“Aku mau
jalan-jalan di hari ulang tahun!” ini akan lebih dari cukup. Ibaratnya, setahun
bekerja, kita butuh penyegaran dan ‘sedikit’ menghambur-hamburkan uang untuk
bersenang-senang. Lelah bekerja siang dan malam akan tergantikan dengan kado
untuk diri sendiri ini.
Aku terbiasa
dengan rencana, termasuk di hari ulang tahun nanti. Aku juga selalu menempatkan
aturan di awal untuk semau kemungkinan sebelum memulai sesuatu. Misalnya, jika
akan traveling seminggu kemudian,
maka dua atau tiga hari sebelumnya aku telah menyiapkan semua kebutuhan selama
di perjalanan. Yang kecil-kecil saja sih,
tetapi sangat bermanfaat selama di sana.
Aku akan traveling di hari ulang tahun; jika
waktu mengizinkannya nanti.  Kebutuhan mendesak
adalah sepatu. Di satu sisi model yang lama telah usang, di sisi lain aku butuh
penyegaran alas kaki ini karena sepatu lama tumitnya telah tipis. Aku mesti tahu
di mana dan kapan sepatu bagus itu ditawarkan dengan harga sangat mudah. Pesta Belanja Lazada 11.11 sangat tepat untuk
menemukan beragam jenis sepatu dan penawaran harga sangat murah.
Aku
menemukan sepatu sneakers putih
dengan harga diskon sampai 30%. Sepatu ini cocok untuk jogging dan juga untuk traveling
karena jenis bahan dan modelnya – aku yakin – akan sangat ringan sekali. Tentu saja,
sulit sekali aku menemui harga sepatu dengan lebih murah di toko fisik atau
toko online lain. Ini sudah jadi
harga termurah dan akan meringankan budget
yang bisa kutempatkan untuk kebutuhan lain.
Ini dia sepatu yang akan aku beli di Lazada 11.11
Pesta Belanja
di tanggal 11.11 ini kayaknya memang tepat
sekali waktunya. Aku yang butuh sepatu baru, rencana traveling di depan dan ulang tahun tinggal menghitung hari. Buat kamu
yang saat ini termenung seorang diri, nggak ada rencana ke mana-mana atau
bingung ‘cara’ menghabiskan bonus akhir tahun, tanggal keramat 11.11 bisa
diandalkan.
Kamu bisa
mendapatkan produk termurah yang belum pernah didapati selama ini. Lazada 11.11
menghadirkan diskon besar-besaran yang bisa kamu cek mulai dari sekarang, lalu
masukkan ke dalam
wishlis dan beli di tanggal tersebut
dengan harga lebih murah. Contohnya, sepatu yang mau aku beli ini akan
mendapatkan diskon lagi di tanggal 11.11 nanti. Jadi, diskonnya berlipat dan
bisa berhemat lagi.
Aku sudah
membuat
wishlis sepatu putih dengan harga murah di
Lazada 11.11. Aku juga sedang mencari produk lain yang diskonnya menarik. Mana tahu,
aku akan tergoda lagi untuk membeli produk lain dengan harga lebih murah dari
biasanya!
Categories
Uncategorized

Dimanakah Tempat Beli Pulsa Indosat Yang Murah?

Indosat merupakan salah satu provider pulsa yang banyak sekali digunakan di Indonesia. Penggunanya sangat banyak sekali mulai dari kalangan remaja, orang dewasa hingga orang tua. Setiap harinya ada ratusan bahkan ribuan orang yang beli pulsa Indosat di berbagai tempat. Mulai dari beli secara online maupun beli melalui berbagai situs online.
Kebutuhan pulsa saat ini memang terbilang sangat tinggi. Kebutuhan pulsa setiap tahun terus meningkat. Hal dikarenakan perkembangan teknologi juga yang semakin berkembang. Salah satunya adalah internet. Adanya internet memaksa banyak orang untuk membeli pulsa ataupun paket data agar bisa terus terhubung dengan internet.
Main internet cepat dengan indosat.
Dengan adanya internet semua orang seakan memiliki ketergantungan sendiri terhadap pulsa dan paket data. Hal ini mengharuskan setiap orang untuk selalu memiliki pulsa agar ketika paket data mereka habis mereka bisa dengan mudah menggunakannya untuk tetap terhubung dengan internet.
Namun ada kalanya ketika kita keluar rumah kita kehabisan pulsa. Nah hal ini akan sangat merepotkan jika di tempat tersebut tidak ada orang atau konter yang jualan pulsa.
Namun untungnya kini Bukalapak bisa anda gunakan untuk beli pulsa indosat dengan mudah. Bahkan anda berada dimanapun dan kapanpun anda tetap bisa melakukan pengisian pulsa selama 24 jam non stop.
Bagaimana cara beli pulsa Indosat di Bukalapak?
Cara membeli pulsa Indosat di Bukalapak sangatlah mudah. Namun jika anda belum mengetahuinya anda boleh ikuti langkah berikut ini: 
  1. Silahkan anda buka situs Bukalapak.com. 
  2. Klik pada tombol login. 
  3. Silahkan anda login terlebih dahulu. Menggunakan akun yang sudah anda buat. Namun jika belum saya sarankan anda untuk membuatnya terlebih dahulu. 
  4. Klik login. 
  5. Setelah anda masuk ke halaman dashboard Bukalapak selanjutnya silahkan anda klik pada menu pulsa. 
  6. Masukan nomor yang akan anda isi pulsa. 
  7. Pilih nominal yang anda inginkan. 
  8. Klik beli pulsa. 
  9. Pilih metode pembayaran. 
  10. Klik bayar. 
Apa kelebihan isi pulsa di Bukalapak?
Tempat membeli pulsa tentu bukan hanya di Bukalapak saja. Masih banyak tempat lain yang bisa anda gunakan untuk membeli pulsa. Seperti di konter atau pun dari berbagai tempat lainnya. Namun Bukalapak akan memberikan keuntungan lebih untuk anda. Beberapa diantaranya adalah seperti berikut ini: 
  1. Banyak bonus pengisian pulsa. 
  2. Sering ada promo cashback. 
  3. Harga yang jauh lebih murah daripada di konter atau tempat isi pulsa lainnya. 
  4. Pengisian yang mudah. 
  5. Bisa isi pulsa kapanpun dan dimanapun. 
  6. Akses pengisian pulsa yang bisa dilakukan selama 24 jam non stop. 
Berapa harga pulsa Indosat di Bukalapak?
Jika dibandingkan dengan tempat-tempat lain yang menjual pulsa maka beli pulsa Indosat di Bukalapak anda bisa mendapatkannya dengan harga yang sangat murah. Bahkan bisa anda dapatkan dengan cara yang sangat mudah.
Dimanapun anda berasa anda cukup klik satu kali saja maka pulsa anda akan masuk dengan otomatis. Semudah itu isi pulsa indosat di Bukalapak. Untuk rincian harganya sendiri adalah sebagai berikut: 
  1. Pulsa nominal 5.000 : Harga RP.5.980 
  2. Pulsa nominal 10.000 : Harga RP.11.500 
  3. Pulsa nominal 20.000 : Harga RP.20.000 
  4. Pulsa nominal 25.000 : Harga RP.24.900 
  5. Pulsa nominal 30.000 : Harga RP.29.900 
  6. Pulsa nominal 50.000 : Harga RP.49.500 
  7. Pulsa nominal 100.000 : Harga RP.99.000
  8. Pulsa nominal 150.000 : Harga RP.148.000
Categories
Uncategorized

Bisakah Tampil Cantik dengan Smartphone Huawei?

Cantik, barangkali sangat relatif sekali di mana-mana. Cantik dari fisik bisa menjadi ukuran menilai orang lain lebih dalam. Belum lagi, jika bicara masa-masa remaja yang kini telah terkontaminasi oleh gaya hidup mewah dan keren – mau tidak mau. Alur waktu yang tidak bisa ditebak membuat kita tergerus ke dalam kubangan ini. Jujur saja, saya terlena, larut dalam sebuah larutan dengan jelly rasa buah-buahan yang enggan untuk kembali. Meskipun saya punya pintu ajaib Doraemon, saya tidak mau kembali ke tahun batu untuk memberi warna hidup lebih menyakitkan.

Dan kini, cantik telah ada di setiap jengkal. Jika sepintas dilihat secara nyata, cantik itu bisa menemukan keganjilan yang pasti. Namun, akan berbeda saat cantik didefinisikan dengan arti lain yang lebih luas. Cantik yang bermain dengan gertakan dunia maya, yang dibius oleh puluhan gigabite, dirasuki oleh komentar-komentar jahat tetapi kita tidak bisa melepaskan diri dari yang namanya smartphone.
Cantik itu begitu dekat dengan lingkungan saya. Tiap hari saya temui cantik yang berbeda. Mungkin kemarin, mereka lupa memakai bedak, mungkin besok memoles bibir dengan lip gloss, atau bahkan memakai wewangian yang semerbak meskipun telah meninggalkan langkah beberapa meter ke depan. Begitulah yang terjadi dari cantik yang saya maksud. Perubahan yang signifikan namun kamera smartphone membidiknya dengan semena-mena, seabadi saja, seindah mungkin, begitu adanya dan akan menjadi sebuah kenangan terindah di suatu masa nanti.  
Saya sempat khawatir, bagaimana memotret cantik di lingkungan sekolah. Tak bisa dielak bahwa anak-anak akan mendekati saya untuk sekadar cerita atau memperlihatkan kecantikan mereka. Jika dulu, tidak ada budaya bahkan kebutuhan untuk memotret mereka. Maka, saya mengubah haluan itu; karena keinginan atau perihal lain yang membuat saya ingin mengabadikan senyum mereka.
Cantik itu tercipta seadanya. Begitu saya mengatakan, “Kamu berdiri di sana,” maka sebuah klik akan memaknai hari lebih dari apa yang tidak bisa mereka lakukan. Aturan sekolah kami jelas, anak-anak tidak dibenarkan membawa smartphone ke sekolah namun di sisi lain mereka ingin sekali mengabadikan momen dengan menggunakan seragam putih abu-abu. Kenangan di mana selalu saja – tiap generasi – tidak akan pernah dilupa sama sekali.
Saya kemudian jadi penolong mereka? Mungkin iya. Mungkin tidak. Sebenarnya, saya senang, saya ingin dan saya butuh ‘pertolongan’ mereka untuk menguji kamera smartphone atau foto pesanan lain. Maka, saat foto ini menjadi saksi sebuah ‘cantik’ yang nyata, tanpa polesan dan editan sama sekali, saya kemudian yakin bahwa kamera ponsel pintar bisa memberi kenangan lebih untuk masa yang telah lalu dari anak-anak saya di sekolah.
Bisakah tampil cantik dengan kamera Huawei?
Mungkin, mereka akan melupakan saya. Mungkin, mereka tidak memedulikan lagi guru yang telah ditinggal. Namun, satu hal yang pasti, foto akan menjawab sebuah pertanyaan yang usang maupun tidak tersirat sekalipun. Saya tentu bersenang-senang dan mereka yang terekam juga demikian; setidaknya ada kenangan dengan seragam sekolah di mana cinta semasa SMA bersemi dengan indah.
Huawei Nova 2i mengambil gambar Risma Kurniawaty dengan sempurna dari tangan saya yang gemetar karena bukan fotografer profesional. Saya hanya membidik calon model dengan tinggi semampai di jam istirahat hari itu. Bidikan kamera ponsel ini mampu mengunci senyum dengan indah dan tepat waktu. Begitu saya perlihatkan hasilnya, Risma berseru, “Pak, bagus kali. Jangan lupa kirim ya!”
Tidak hanya hari itu, berkali-kali, sesering saya memotret anak-anak di sekolah, nomor WhatsApp saya telah tersebar ke mana-mana. Tidak ada anak-anak yang mencoba mengirim pesan kosong, tidak ada pula yang sekadar berbasa-basi. Anak-anak yang telah saya potret di siang hari, paling tidak akan menagih foto mereka di sore atau malam hari. Lantas, saya mengirim foto-foto cantik itu untuk mereka upload ke media sosial atau cuma disimpan di memori smartphone saja.
Cantik dengan smartphone Huawei, kenapa tidak?
Kamera ponsel Huawei membuat anak-anak di sekolah tampil cantik. Tidak ada tips yang khusus, tidak ada pula pengaturan yang ribet, saya cukup mengarahkan ponsel ke arah mereka lalu menge-klik di waktu yang tepat. Objek yang akan berbicara soal foto itu akan cantik atau tidaknya namun posisi kamera yang pas, bukaan lensa yang sesuai, sudut pandang yang miring kiri kanan karena belum terbiasa akan berkata lain soal hasil. Untuk fotografer pemula, kamera ponsel ini juga cukup cocok untuk mengabadikan banyak momen.
Satu lompatan lagi, Huawei menyuguhkan smartphone dengan peningkatan berarti yaitu Nova 3i. Barangkali, saya akan bermain dengan smartphone ini suatu saat nanti, untuk mengabadikan banyak sekali senyum cantik di sekolah. Tiap tahun akan berbeda, tiap tahun ada saja mereka yang suka difoto dan tiap tahun perubahan itu terjadi seiring gaya hidup anak-anak di media sosial.
Sudah saya kasih tahu, anak-anak tidak dibenarkan membawa ponsel pintar mereka ke sekolah. Dekat dengan guru adalah salah satu cara untuk bisa mendapatkan foto terkeren mereka dengan seragam sekolah untuk memenuhi Instagram yang makin cantik tiap hari. Feed Instagram anak-anak bahkan lebih menarik daripada feed Instagram saya sendiri. Saya sadari, hal itu wajar karena jiwa mereka dan juga karena integritas yang diberikan di depan kamera.
Saya abadikan mereka dengan Huawei Nova 3i? Tak Diragukan lagi smartphone ini menjadi ponsel impian tahun ini. Penggalan cerita saat menggunakan Nova 2i cukup menggerakkan hati untuk mendapatkan keistimewaan lain dari penerusnya. Mau tidak mau, berpacu dalam pembaharuan, maka saya akan memotret senyum cantik itu berulangkali, berkali-kali dan tak pernah berhenti.
Senyum Cantik untuk 4 Kamera Huawei Nova 3i
Saya sudah membayangkan bagaimana reaksi anak-anak di sekolah jika saya menenteng Nova 3i dengan warna Iris Purple yang mentereng. Bodi saja sudah menggiurkan untuk disentuh belum lagi bicara kamera. Kenapa lagi-lagi kamera? Karena hal ini tidak bisa dipisahkan. Coba kamu lihat berapa banyak foto yang telah terekam di galeri. Aktivitas di smartphone selain internet adalah penggunaan kamera.
4 kamera dari Nova 3i.
Senyum cantik. Rupa cantik. Definisi cantik lainnya dari beberapa generasi akan terekam indah melalui kamera Nova 3i. Huawei memastikan bahwa kamera smartphone ini akan menghadirkan kejernihan yang tinggi dan efek bokeh yang sempurna. Kamera utama adalah sebesar 24 megapixel dan 2 megapixel dengan teknologi AI. Bukaan lensa f/2.2 akan membuat saya menjadi fotografer profesional dalam sekejap. Saya cukup bermain dengan insting kuat agar mereka yang masuk ke dalam frame benar-benar terlihat cantik, seadanya dan menarik. Algoritme AI yang tertanam di dalam ponsel pintar ini dibekali pengetahuan lebih dari 100 juta warna. Maka dengan mudah pula momen indah terekam dengan 22 mode mulai dari flower, snow, group photo, beach, night, dan lain-lain. Jadi, kamera ini akan mendeteksi objek sebelum memotret.
Fitur kamera Nova 3i.
Saya akan bersenang-senang dengannya suatu saat nanti. Tidak hanya untuk foto tetapi juga mereka visual yang menarik dari keseharian anak-anak di sekolah. Jam istirahat menjadi frame yang indah sekali di mana halaman sekolah penuh oleh teriakan, bola voli di lempar ke sana-sini maupun mereka yang duduk-duduk dengan cantiknya di depan kelas. Saya mungkin akan mengoptimalkan fitur gerakan lambat di mana dengan mode 16x Super Slow Motion momen yang disorot begitu sempurna dalam 480 frame perdetik.
Anak-anak cenderung bersenang-senang dengan kamera, terutama kamera depan. AI Selfie Master adalah julukan untuk kamera depan dengan 24 megapixel dan 2 megapixel untuk kesempurnaan yang nyata. Swafoto akan tampak sangat alami dan cantik karena algoritme yang canggih. Fitur pendeteksi wajah juga akan memperkuat objek sehingga tidak geser ke kiri atau kanan. Setidaknya, ada 8 fitur dari kamera depan ponsel pintar ini seperti blue sky, plant, night, flower, beach, room, snow dan stage performance.
Di bawah sinar matahari, kamera selfie akan bekerja dengan baik berkat HDR Pro. Maka, bisa dipastikan bagaimana indahnya bermain-main dengan kamera depan ini apalagi untuk anak-anak seusia sekolah yang gemar sekali foto selfie. Selain itu, kesenangan masa kini di smartphone tak lain menambahkan ikon-ikon menarik atau lebih dikenal dengan emoji. Nah, Huawei hadirkan AI 3D dengan Qmoji lebih menarik dalam menganimasikan ekspresi wajah, gerakan maupun suara untuk kemudian disimpan dalam bentuk GIF. Menarik sekali memang untuk meminjam sebentar saja Nova 3i kepada anak-anak di sekolah agar mereka bersenang-senang dengan Qmoji yang keren ini.
Qmoji yang keren.
Daya tarik pertama sebuah smartphone adalah di kamera. Toh, semua pengguna smartphone menggunakan kamera dan tidak semua pengguna smartphone bermain game. Wajar jika keunggulan kamera dari Nova 3i menjadi sebuah magnet yang tidak bisa dipisahkan dari keinginan-keinginan pengguna itu sendiri. Untuk saya, saat ‘bermain’ sejenak bersama anak-anak di sekolah, kamera ini sangat membantu untuk merekam segala tabiat dari masa indah mereka!
Sekali Sentuh, Sulit Kembali ke Masa Lalu
Masa lalu ya masa lalu. Ponsel lama mungkin telah usang. Ponsel baru wajib dicicipi keunggulan yang dimilikinya, termasuk Huawei Nova 3i. Desain yang elegan, mewah dan sangat berkelas dengan memadukan warna seimbang. Bodi dengan material kaca di bagian belakang dan bingkai metal di tengah hadir dengan warna Black dan Iris Purple. Daya tarik luar atau fisik sudah begitu menarik. Begitu masuk ke dalam, kita akan disuguhi oleh dapur picu yang kencang di kelasnya yaitu Kirin 710 dengan teknologi 12nm. Hasilnya, ponsel pintar ini akan memberikan kinerja yang responsif, fitur foto AI dan pengalaman bermain yang seimbang tanpa khawatir mengalami bug berarti.
Di bagian lain, barangkali anak-anak cowok di sekolah akan girang sekali jika tahu tentang ini. Huawei Nova 3i memiliki daya tarik untuk seorang gamer di mana teknologi AI dipadu dengan GPU Turbo yang akan menghadirkan permainan kian gesit dan sempurna. Game online yang kita tahu sering memakan data lebih banyak maupun jaringan harus kencang sangat terbantu dengan teknologi terkini ini. Transisi jaringan di 4G dan Wi-Fi begitu cepat penetrasinya sehingga smartphone ini tidak mengalami kendala dalam melahap game-game kelas atas.
Untuk orang yang suka jalan-jalan, jangan khawatir juga soal kecepatan kinerja smartphone ini. Huawei Geo 1.5 akan memberikan kinerja yang lebih dari ekspektasi kita meskipun di dalam terowongan. Kualitas suara juga sangat dapat diandalkan berkat AI Noise Removal panggilan berisik akan diubah menjadi percakapan jelas dan berkualitas tinggi. Dalam hal media sosial juga mendapatkan perhatian khusus di mana AI memiliki kemampuan baik dalam mengkategorikan tanggal, tempat, orang dan bahkan objek dalam foto.
Satu sisi Huawei Nova 3i yang menarik adalah RAM 4 GB yang didukung oleh memori sebesar 128 GB yang bisa diekspansi sampai dengan micro SD sampai dengan 256 GB. Saya rasa lebih dari cukup untuk menyimpan banyak foto dari anak-anak yang cantik dan tampan – sesekali. Anak perempuan memang mudah diarahkan daripada anak laki-laki yang malunya lebih tinggi, mungkin karena belum terbiasa.
RAM dan ROM yang besar.
Sekali sentuh, sulit kembali ke masa lalu. Mulai dari bodi sampai memori yang lebih luas menjadi daya tarik yang tidak bisa digantikan dengan yang lain. Memang, belum banyak smartphone di kelas serupa dengan harga yang sama dan memiliki memori lebih besar. Sebagian orang barangkali akan menganggapnya mubazir tetapi untuk pecinta foto seperti saya hal ini sangatlah berguna. Belum lagi jika traveling yang benar-benar perlu dijaga sekali agar memori tidak penuh.

Main Spec. Huawei Nova 3i
Size Panjang: 75,2 mm, Tinggi: 157,6 mm,
Lebar: 7,6 mm, Berat: Approx. 169 g (termasuk dengan baterai)
Warna Black & Iris Purple
Layar
Ukuran: 6,3 inch, Warna: 16,7 juta warna, 

Ukuran Saturasi Warna (NTSC): 85% (typical value),
Typle: TFT LCD (IPS),
Resolusi: FHD+ 2340 x 1080, 409 PPI

CPU HUAWEI Kirin 710
4 x Cortex A73 2,2 GHz + 4 x Cortex A53 1,7 GHz
Sistem Operasi Android 8.1
Memori INE-LX2: 4 GB RAM + 128 GB ROM
Jaringan INE-LX2 (Dual SIM) 4G LTE TDD: B38 / B40 / B41 (2.545 – 2.655 MHz),
4G LTE FDD: B1 / B3 / B5 / B7 / B8 / B28,
3G WCDMA: B1 / B5 / B8, 2G GSM: B2 / B3 / B5 / B8
Secondary SIM card: 4G LTE TDD: B38 / B40 / B41 (2.545 – 2.655 MHz),
4G LTE FDD: B1 / B3 / B5 / B7 / B8 / B28,
3G WCDMA: B1 / B5 / B8, 2G GSM: B2 / B3 / B5 / B8
GPS GPS, GLONASS, BeiDou
(hanya didukung oleh beberapa INE-LX2 yang dijual di Asia Pasifik),
AGPS
Koneksivitas  
802.11b/g/n, 2.4 GHz,
Bluetooth 4.2, BLE, HWA, aptX and aptX HD,
Micro USB, USB 2.0, 3,5 mm Headset Jack,
PC Data Synchronization
Sensor Sensor Gravitasi,
Sensor Cahaya,
Sensor Sentuh,
Giroskop,
Kompas,
Sensor Sidik Jari
Kamera Utama 16 mega-pixel (color) + 2 mega-pixel (color),
F/2.2 aperture,
supports autofocus (phase focus, contrast focus)
Kamera Depan
24 mega-pixel (color) + 2 mega-pixel(color),

F/2.0 aperture, supports fixed focal length

Audio/Video Audio File Format: mp3, mp4, 3gp, ogg, aac, flac, midi.
Video File Format: 3gp, mp4
Emotion UI EMUI 8.2
Dukungan di Indonesia Ya
Baterai 3.340 mAh, 5 V / 2 A charger
Isi Kemasan Phone x 1,
Built-in battery x 1,
Quick Start Guide x 1,
Charger x 1,
Warranty Card x 1 (dependent on market),
Headset x 1,
Eject pin x 1,
Micro USB cable x 1,
TPU Protective case x 1(dependent on market),
TP protective film x 1(dependent on market)
Harga Rp 4.199.000,-
Satu Senyuman Lebih dari Cukup
Siap untuk senyum cantik yang lain?
Senyum mereka, tidak bisa tidak akan selalu menemani saya. Bisakah senyum cantik ini akan terulang begitu saja dengan Huawei Nova 3i? Saya cuma percaya bahwa smartphone ini akan memberikan ‘sesuatu’ yang saya cari dalam mempercantik anak-anak di sekolah. Tiap kata cantik keluar, saat itu pula saya memikirkan bahwa Nova 3i bisa memberikan hal itu – atas dasar pengalaman dari Nova 2i.
Satu senyuman saja lebih dari cukup untuk mengekspresikan diri melalui Nova 3i. Kapan senyum cantik itu kembali bersemanyam? Kita tunggu, sampai Nova 3i saya genggam!
Categories
Uncategorized

Secangkir Kopi Aceh untuk Temani Hari Bersama ASUS ZenBook

Gampoeng Coffee and Roastery tampak sepi siang kemarin. Kupikir, sebagian dari penggemar kopi di Meulaboh sedang bersenang-senang bersama keluarga weekend ini. Mungkin juga, mereka sedang bersama kekasih di salah satu pantai dengan menyeruput aneka juice sebagai penghabis waktu dalam diam. Waktu yang kuhabiskan begitu lama di salah satu sudut dengan kursi kayu mengilap dan lampu temaram mirip lampion tergantung banyak di langit-langit. Nanti malam, mungkin juga jelang magrib, di sini akan terasa begitu romantis dalam definisi mereka yang ingin menjabarkannya.
“Minum apa, Bang?” aku tersentak saat anak muda menghampiri dengan menu di tangannya. Aku menarik menu dan melihat sekilas. Warung kopi ini memang ciri khas anak muda, aneka kopi yang disajikan mulai dari modern sampai kopi Aceh yang sudah terkenal di mana-mana. Pernah dengar, dari teman yang pernah duduk di sini, barista yang kulihat dengan ekor mata di belakang cangkir dan gelas tersusun rapi, akan menyajikan kopi dengan kafein ternikmat. Itulah yang kucari yang barangkali sulit kutemui di sudut barat selatan Aceh ini.

“Kopi tubruk,” pesanku. Kental rasa Aceh tentu ini pilihannya. Kopi yang akan memiliki ampas dalam kepahitan yang pasti. Jangan coba-coba jika meradang karenanya; sebab kopi ini akan membuatmu terjaga sepanjang malam.
Aku mulai membiasakan diri dengan suasana di warung kopi mirip kafe di kota-kota besar ini. Arsitekturnya dan ragam kopi di menu mengingatkanku pada Filosofi Kopi karya Dee Lestari. Sebuah kutipan yang tak bisa kulupa, “Kita tidak bisa menyamakan kopi dengan air tebu. Sesempurna apa pun kopi yang kamu buat, kopi tetap kopi, punya sisi pahit yang tak mungkin kamu sembunyikan!
Secangkir kopi bersama ASUS ZenBook.
Dan benar, kopi tubruk yang lalu disajikan membawa aroma yang begitu kuat. Aku memang bukan Jati Wesi, tokoh lain dari Dee Lestari dalam Aroma Karsa, yang memiliki penciuman mahadahyat. Tapi, untuk membaui cangkir kuning yang baru saja diletakkan di atas meja kayu berwarna cokelat itu adalah perkara lain. Kafein yang terkandung di dalam kopi tubruk itu seolah-olah telah menyesap ke dalam pikiranku.
Kopi tubruk bukan kopi biasa. Kopi tubruk adalah ‘Aceh’ yang sempurna dengan ampas dan pahit yang tidak bisa dibayangkan. Aku tidak bertanya jenis kopi apa yang diaduk dalam air putih sehingga menjadi hitam itu. Aku cuma tahu, rasanya sangat berbeda meski baru sesendok kucicipi. Mukaku langsung berkerut, “Pahit,” yang lantas barista mendatangiku dengan sepiring gula.
“Butuh gula, Bang?” tanyanya yang langsung kuambil tanpa basa-basi. Aku mencelupkan gula aren ke dalam kopi tubruk itu dengan potongan kecil. Kuaduk sampai pecah dan menyatu dengan ampas kopi yang saat kusendok kayak pasir. Saat kurasa, bijih kopi itu bagaikan memakan serbuk-serbuk yang langsung mengisyaratkan ke otak bahwa itu kafein tinggi. Potongan kecil gula tidak cukup untuk memaniskan kopi tubruk itu, lantas kucelupkan potongan lebih besar dan kudiamkan beberapa saat untuk dirinya meleleh dalam kopi yang masih panas.
Aku mulai menyibukkan diri dengan smartphone dan membuka notebook ASUS ZenBook Flip S yang selalu menemani ke mana langkah mencincang waktu. Sesekali kuaduk kopi tubruk yang membunyikan denting tanpa disengaja. Di sisi kanan, berkelompok anak muda telah duduk dengan kesibukan sendiri-sendiri, memainkan smartphone. Di depanku, kelompok lain telah dari tadi terbahak di antara cerita maupun saat seorang dari mereka memperlihatkan apa yang dilihat dari smartphone. Terasing dalam kesendirian memang membuat tidak nyaman tetapi saat notebook menyala sempurna, ada saja yang kukerjakan. Kusentuh layar untuk mulai berselancar di internet setelah dimasukkan password Wi-Fi terlebih dahulu.
Ngopi di Aceh di mana pun itu, internet tidak pernah putus. Aceh tidak lagi sebatas negerinya kopi dan mi. Tidak juga negeri seribu warung kopi tetapi negeri beribu internet. Tanpa batas, tanpa lelet, semua berjalan sesuai mau kita sendiri. Jika di salah satu warung kecepatan selancar berkurang, dengan mudah dalam hitungan menit bisa menemukan warung kopi lain dengan kecepatan lebih tinggi.
Traveling ke Aceh tidak hanya sekadar menyesap kopi seperti cangkir yang baru kusentuh beberapa sendok saja. Kopi hanyalah teman. Kopi sebagai pemanis. Kopi untuk membuatku tidak tidur dalam mengejar pekerjaan sebagai blogger. Duduk di warung kopi jangan cuma memesan kopi tubruk yang meredakan lelah. Cobalah terbiasa bertanya, “Password Wi-Fi apa, Bang?” mungkin pramusaji akan menjawab, “Pesandulu,” mungkin juga akan dijawab, “Jaringanlelet,” bisa dengan jawaban lain, “Jangantanya,” dan tak perlu mengerutkan kening. Urungkan malu dengan bertanya hal yang sama karena pramusaji tidak akan mempermainkan tiap pengopi di sudut Aceh!
Pesandulu tanpa spasi. Tulis saja demikian. Lantas, bisa langsung berkabar kepada kerabat yang jauh di negeri sendiri tentang Aceh yang ramah dengan rasa kopi, juga memanjakan traveler dengan internet cepat. Secangkir kopi saja sudah cukup untuk duduk berjam-jam. Pekerjaan sebagai blogger, influencer atau videomaker terkenal sekalipun akan menjadi lancar dalam hitungan menit.
Kuresapi rasa kopi tubruk yang mulai menghangat. Candunya bagaikan peluru yang menembak langsung ke jantung. Gampoeng Coffee and Roastery sudah mulai padat. Cangkir kopi disajikan hampir di tiap meja. Rasa Aceh adalah rasa kopi. Ke Aceh tak sempurna sebelum mampir ke warung kopi. Secangkir kopi tubruk yang juga masih pahit meski telah kucampur gula dalam jumlah banyak, menemaniku memulai pekerjaan yang entah ada dan tiada. Sebagai blogger barangkali aku bingung menyebut ada pekerjaan dengan penghasilan tetap tetapi begitu ZenBook Flip S dibuka, ada saja yang kukerjakan. Aku bebas berkelana dalam kata maupun di dunia maya dengan ragam cobaan miliknya.
Kemarin itu, aku memang terduduk manis di Gampoeng Coffee and Roastery, belahan sepi dari sudut kota Meulaboh di pinggir barat Aceh. Notebook yang tipis dan ringan itu sebenarnya telah menemaniku berkeliling banyak tempat dan bahkan telah meramu banyak kisah perjalanan. Saat merangkulnya, aku merasa tidak memeluk apa-apa. Saat memangkunya, aku merasa berat ransel yang demikian penuh dengan buku-buku. Saat menentengnya, aku bagaikan memegang buku 600 halaman tebalnya. Meski, kubawa ke mana-mana, bahuku tidak begitu lelah. ASUS benar-benar telah memanjakan traveler dengan menghadirkan notebook ramah pekerja yang suka jalan-jalan ini.
Kututup ZenBook Flip S saat Iqbal datang lewat lima belas menit dari pukul 4 sore. Lalu, kami mulai bercerita tentang rencana perjalanan beberapa waktu ke depan. Iqbal yang belum memiliki notebook tipis dan ringan untuk dibawa jalan, kupikir sangat cocok saat kami membicarakan seri terbaru dari ASUS ZenBook 13 UX331UAL.
“Waktu ke Jakarta ikut pembukaan Asian Games, Abang bawa ZenBook juga?” tanya Iqbal.
“Iya. Kami ikut writingthon bersama Penerbit Bitread sehari, terus baru ikut agenda Kominfo,”
“Jadi sampai sana pemenang blog disuruh menulis lagi, Bang?”
“Iya, ada tugas individu dan kelompok yang cuma diberi waktu sejam,” ujarku mulai bercerita. “Enak saja bawa ZenBook karena tipis dan ringan. Nggak ribet dibawa ke kabin pesawat, nggak masalah simpan di bawah kursi, paling senang sih saat di Terminal 3. Bisa dibayangkan kalau bawa laptop berat, terus turun di gate paling akhir. Jalan kakinya itu jauh kali sampai pegal dan kayak nggak sampai-sampai,”
Iqbal jadi pendengar yang baik. “Biasanya kan, penumpang yang datang dari Aceh selalu di gate terakhir. Nggak cuma datang saja, pulang pun kayak begitu,” tambahku. “Kemarin, kami malah kena Gate 28. Jalan kaki dari setelah check-in ke Gate 28 itu kayak kita keliling kota Meulaboh. Ada sih kendaraan di dalam terminal yang antar jemput tapi nggak seru kalau naiknya kita nggak bebas mau berfoto atau mau lihat-lihat sekitar,”
Aku ambil cangkir dengan kopi tubruk yang mendingin. “Tiga puluh menit mau boarding kami disuruh pindah ke Gate 18,” ujarku. “Nggak sanggup bayangin kalau bawa laptop berat, ransel yang isinya penuh jalan lagi dari Gate 28 ke Gate 18!”
“Iya ya, Bang, enaknya kalau laptop ringan jadi nggak masalah,”
“Betul!”
ASUS ZenBook adalah teman setia.

Tak Semua Berawal dari Alasan untuk Sebuah Keinginan

“Dulu sempat punya keinginan untuk memiliki notebook ringan, biar mudah dibawa jalan,” ujarku begitu kopi tubruk terasa begitu pahit padahal hanya sesendok kukecapi. Jelang senja, warung kopi dengan aneka pernik khas kopi di dindingnya itu makin ramai. Canda tawa terdengar begitu saja.
“Tapi sudah punya ZenBook kan Bang?” kilah Iqbal.
“Iya. Rasanya beda saja. Kayak dulu punya keinginan untuk bisa jalan-jalan ke mana-mana, cuma mimpi saja tetapi sekarang jadi sering. Dulu itu, seperti keren saja ke bandara dengan ransel, naik pesawat lalu buka laptop pura-pura kerja, sekarang sudah mengalami hal serupa,”
“Dan itu dengan ZenBook?”
“Benar. Meski, aku nggak buka ZenBook karena nggak bisa konsentrasi mau ngetik apa di atas 30 ribuan kaki,”
“Sampai di hotel baru ya, Bang?”
“Kebiasaan begitu. Biasanya kan kalau jalan itu ada saja yang harus diselesaikan. Pekerjaan kita sebagai blogger kadang asyik kadang juga nggak. Pas dikejar deadline terus kita memiliki penerbangan, mau nggak mau notebook wajib dibawa. Untungnya, aku punya ZenBook yang tidak hanya ringan tetapi baterainya awet,”
“Cocok kali kalau kita kerja di luar,”
“Iya. Nyalain cepat, kerja cepat beres, acara pun nggak ketinggalan,”
Cerita kami terus berlanjut. Bahasa anak muda yang punya rencana jalan-jalan meskipun entah kapan bisa terjadi. Namun, di satu sisi, karena kesamaan profesi sebagai blogger, kami merasa menemui benang merah saat menjabarkan keinginan-keinginan. Tak ada alasan kuat untukku memiliki sebuah notebook terbaik seperti ZenBook Flip S. Kupikir, blogger hanya butuh notebook yang standar saja tetapi saat bekerja hampir setahun dengan notebook ini aku menemui alasan memilikinya.
Jika kujabarkan, sama seperti Iqbal mendengar, alasan terbaik justru saat memiliki perangkat ini. Aku tidak hanya nyaman saat traveling, tidak kesulitan di Terminal 3 yang luas, tidak kerepotan di dalam kabin pesawat, tidak pula merasa kurang percaya diri saat membuka notebook di tengah keramaian. Aku merasa senang bahwa notebook ini memberikan porsi terbaik untuk menjawab alasan-alasan yang tidak terungkap sekalipun.
“Bagaimana rasanya bekerja dengan ZenBook?” aku mengulang pertanyaan Iqbal, “Aku seperti menemukan diri kembali saat menatap layarnya dan mengetik di keyboard yang lembut itu!”
Aroma yang dihadirkan sore kian kentara dengan kopi. “Kita tidak ada alasan untuk mengelak atau memilih pilihan lain saat diberikan kepercayaan. Bayangkan, aku harus menyelesaikan Writingthon Asian Games2018; Sebuah Pengantar di Rindu ke-18, hanya dalam 1 jam saja di tengah malam,” ujarku sambil membayangkan masa yang telah lewat, “Pagi dari Banda Aceh, di atas udara selama lebih kurang 3 jam, jalan keluar terminal dan antrean ambil bagasi hampir 30 menit, terus menunggu bus jemputan sampai 1 jam lebih, baru sampai hotel itu sekitar jam 4 lewat,” Aku menarik napas sejenak, “Kami diberikan waktu istirahat sampai jam 6 sore terus dilanjutkan dengan pembukaan dan langsung menulis,”
“Capek kali ya, Bang?” tanya Iqbal merasa iba.
“Iya. Risiko seorang traveler rupanya demikian. Kita dituntut untuk selalu di depan notebook. Kali itu aku mengerjakan tulisan yang menjadi tugas tetapi di waktu lain kadang kita harus segera menulis saat ide terlintar agar tidak terlupa begitu saja,”
“Dan, ZenBook sangat membantu Abang?”
“Lebih dari itu!” ujarku mantap. “Aku merasa telah berteman sangat baik dengan ZenBook Flip S, tidak hanya sekadar mengejar deadline tetapi bisa menghadirkan tulisan yang lebih menggoda dari sebuah perjalanan yang selama ini belum aku tulis!”

ZenBook Itu Berkelas, dalam Rasa dan Imajinasi Kemewahan

ASUS selalu hadirkan notebook yang tidak cuma bagus di tampilan luar saja tetapi gesit tak ada lawan. Ibarat anak gadis yang harus dilamar dengan mahar emas bermayam di Aceh, maka ZenBook adalah pesona tak lekang itu. Kita rela mengejar karena memang ‘cantik’ dalam segala definisi. ZenBook 13 UX331UAL yang baru saja di-launching ASUS baru-baru ini tak hanya cantik tetapi ganas. Bisa dibayangkan sebuah notebook tipis, imut dan manis itu diinjak-injak, dibanting bahkan dilempar tetapi tetap dalam posisi semula. Rasanya, memang tidak rela untuk melakukan hal demikian pada sesuatu yang cantik tetapi ASUS berani memberi lebih.
Kemewahan ASUS ZenBook 13.
Apa jadinya jika memiliki notebook secantik ini? Perpaduan yang indah akan kelembutan dan juga daya tarik yang tidak hanya memberikan hal menarik namun mampu meningkatkan produktivitas. ZenBook 13 UX331UAL tak lain mahakarya dari ASUS yang mencerminkan keindahan, keunikan dan juga kelembutan. Bodi halus menghadirkan persepsi lebih tinggi untuk terus larut di atas papan ketik atau sekadar mengelusnya.
ZenBook ini memiliki ukuran layar 13,3 inci yang tampak sangat imut dan tipis. Tebal notebook ini adalah 13,9 milimeter dengan bobot hanya 985 gram. Alasan terkuat karena notebook ini menggunakan konstruksi magnesium alloy yang sangat ringan dan penggunaan integrated graphics. Selain membuatnya jadi lebih ringan juga membantu dalam penghematan energi. Kontruksi magnesium alloy tidak hanya membuat indah saja tetapi sangat tangguh dan kuat. ASUS mendapatkan standar military-grade MIL-STD 810G untuk ZenBook 13 UX331UAL. Dalam segala kondisi, notebook ini akan memiliki daya tahan yang sangat kuat. Jadi, jangan tertipu dengan bodinya yang tipis dan ringan.
Sering kerepotan memasukkan notebook ke dalam ransel saat traveling? ASUS memberi jawaban dengan ZenBook 13,3 inci. Notebook ini mudah diselipkan ke dalam koper, backpack, tas jinjing wanita atau ransel yang ukurannya imut. Ukuran layarnya sama seperti ukuran kertas A4. ASUS memberikan sentuhan NanoEdge pada notebook ini sehingga memberi kesan yang benar-benar ‘kecil’ untuk ukuran notebook kebanyakan.
Imut bukan berarti tidak menawarkan performa yang lebih gahar. Dapur picu ZenBook 13 UX331UAL adalah prosesor tercepat Intel Core-i generasi ke-8. Kecepatan kinerja sudah tidak bisa diragukan lagi dan akan menghadirkan kenyaman saat bekerja di dalam maupun di luar ruangan, saat terdesak maupun sedang dalam kondisi santai. Prosesor yang kuat ini dipadu dengan RAM yang tak kalah cepat yaitu 8GB DDR4 2133 MHz dan media penyimpanan 256 GB SATA3 berbasis M.2 SSD.
ZenBook 13 inci ini larinya sangat kencang, ini ilustrasinya.
Larinya kencang, itu pasti. Kinerja secara offline sudah tidak diragukan lagi. Sekadar mengetik, tampak ‘biasa’ saja. Edit foto juga tergolong ‘santai’ saja. Traveler yang kini dimanjakan dengan video maka notebook ini sangat cocok untuk mengedit video, menambahkan suara dan memberikan animasi terbaik dalam kecepatan lebih tinggi. Koneksi ke internet juga sangat kencang karena ASUS membenamkan fitur Wi-Fi Master yang akan mampu mendapatkan kecepatan transfer lebih tinggi dan jarak yang lebih jauh dibandingkan dengan notebook yang lain.
Traveler yang kadangkala berebut jaringan Wi-Fi di penginapan tidak perlu khawatir pekerjaan akan tertunda. Kecepatan menangkap jaringan akan menjadi daya tarik lebih kuat, saat notebook lain masih mencari jaringan kita telah terkoneksi dengan cepat. Wi-Fi Master akan memanjakan pengguna ZenBook ini dengan jaringan yang jarak 300 meter atau lebih, bisa menikmati streaming video FullHD di Youtube. Dalam jarak lebih dekat bisa dibayangkan kecepatan yang akan diterima. Wi-Fi Master hadir dengan teknologi dual-band 802.1ac dengan kecepatan 867 Mbps atau 6x lebih cepat dari single-stream 802.11n.
Nyaman bekerja dan meng-upload video hasil jalan-jalan tak bisa dihindari lagi. Duduk di warung kopi dengan banyak notebook lain yang menyala, juga berebut jaringan dengan pengguna smartphone, kita akan lebih santai karena selalu terdepan dalam menangkap jaringan.
Pesona tipisnya nggak bisa dipungkiri lagi. 
Kita pikir, di mana ASUS menempatkan baterai untuk notebook setipis ini. ASUS telah melakukan banyak percobaan termasuk dalam menanam baterai terkuat di notebook tipis. Kinerja baterai kelas atas di kelasnya menjadi sisi paling menarik karena traveler dikenal sosok yang banyak menghabiskan waktu di luar daripada selalu terhubung dengan aliran listrik. Kebutuhan daya yang lebih besar sangat dirasa oleh seorang traveler maka ZenBook yang telah melewati tes di berbagai aplikasi ini menjawab keraguan itu.
Ketahanan baterai dari ZenBook yang memiliki dua warna, Deep Dive Blue dan Rose Gold, dilakukan melalui pengujian dengan aplikasi benchmark PCMark, 3DMark, Geekbench, Cinebench dan Unigini Heaven Benchmark. Bagaimana hasilnya?
Hasil tes ketahanan baterai.
ASUS mengklaim bahwa daya tahan baterai ZenBook 13 UX331UAL adalah sampai 15 jam pada penggunaan normal. Uji coba yang dilakukan oleh PCMark misalnya dengan multitasking tak henti, daya tahannya sampai 4 jam 43 menit. Daya tahan ini mengintepretasikan kemampuan terbaik dari notebook dengan layar nyaman untuk mata.
ASUS menghadirkan layar yang sempurna untuk pekerjaan kantor atau jenis pekerjaan standar lainnya. Layar ini akan bekerja lebih sempurna saat mengeditan foto maupun video sehingga konten yang dihadirkan menjadi lebih bertenaga. Aplikasi rendering mampu bekerja dengan baik karena prosesor yang kuat dan juga memori lebih luas. Tak hanya itu, untuk menghilangkan penat dan bermain beberapa game 3D masih mampu dilakukan dengan baik.  
Layar yang indah sekali bukan?
Pemandangan yang indah. Game yang bisa dimainkan saat santai. Mungkin menikmati sebuah tontonan melalui online maupun offline. Adalah hal biasa di ZenBook 13 yang cukup menggoda ini. Bagaimana kinerja lainnya yang lebih baik? Kita patut mencobanya suatu saat nanti.
Main Spec. ASUS ZenBook UX331UAL
CPU Intel® Core™ i5-8250U Processor, 6M Cache, up to 3.40 GHz
Operating System Windows 10 Home
Memory 8GB LPDDR3 2133MHz SDRAM
Storage 256GB SATA3 M.2 SSD
Display 13.3″ (16:9) LED backlit FHD (1920×1080) 60Hz, Ultra Slim 300nits
Graphics Integrated Intel UHD Graphics 620
Input/Output 1x micro SD card, 1x audio jack COMBO, 1x Type C USB3.0 (USB3.1 GEN1), 2x Type A USB3.1 (GEN1), 1x HDMI, Support HDMI 1.4
Camera VGA Web Camera
Connectivity Built-in Bluetooth V4.2, Integrated 802.11 AC (2×2)
Audio Built-in Stereo 1 W Speakers And Array Microphone, ASUS SonicMaster Technology, Support Windows 10 Cortana with Voice, Harman kardon
Battery 50 Whrs Polymer Battery
Dimension 310 x 216 x 13.9 mm (WxDxH)
Weight 985gr with Battery
Dukungan di Indonesia Ya
Colors Deep Dive Blue, Rose Gold
Price Rp 14.299.000
Warranty 2 tahun garansi global
Mewah sudah pasti. Elegan apalagi. Kinerja cukup mumpuni. Mungkin untuk merek lain akan dihargai dengan cukup pelik namun berbeda dengan ASUS. ZenBook 13 UX331UAL dapat dipinang dengan harga Rp 14.299.000 saja.

Mungkin Jika Ada Alasan, ZenBook Tak Cuma Teman Ngopi

Cangkir kopi tubruk di atas meja kayu mengilap itu baru setengah kuteguk. Cerita kami terlalu seru untuk dilewatkan begitu saja. Memang, tidak ada alasan yang kuat soal ‘pamer’ sebuah perjalanan tetapi saat bertemu kawan dekat atau kawan yang jarang jumpa sekalipun, cerita demikian perlu disampaikan.
Secangkir kopi di sudut kota Meulaboh. Ayo jalan ke sini!
Aku telah menutup ZenBook Flip S karena tidak ada lagi yang akan kami kerjakan. Kami telah menulis beberapa rencana ke depan dan mungkin akan segera menjadi catatan yang akan dilaksanakan atau tertunda. Bagiku, ZenBook dengan segala kecepatan yang dihadirkannya telah memberikan efek yang cukup besar terhadap perkembangan menulisku sebagai guru dan traveler; akhir-akhir ini.
Warung kopi akan menjadi teman terbaik untuk melahirkan ide maupun langkah akan masa depan. 2018 Pakai Laptop ASUS, aku pikir telah menjadi keharusan karena pengalaman tidak pernah menipu hasil. Telah kucerita, telah kugambarkan juga bahwa notebook ASUS menjadi teman ‘bermain’ yang sangat indah dalam menulis kisah. Aku tidak mungkin melupa, tidak pula berhenti untuk merekomendasikan karena inilah yang nyata.
Aku titipkan jejak di dunia maya kepada siapa saja berkat ZenBook Flip S yang menawarkan performa lebih kencang dari apa yang sebenarnya kuingini. Jika dulu, aku begitu tersendat untuk menulis sebuah karya maka saat ini begitu menggebu-gebu karena perangkat telah mendukung. Soal dunia menulis barangkali telah menjadi makanan sehari-hari dan wajib bagiku. Namun, beberapa detik ke depan, ada bagian yang akan membuat memori notebook ASUS-ku ini akan makin tambah penuh. Meski terlambat, tidak ada salahnya aku membuat rencana; belajar videografi dan mencoba berbagi cerita lewat visual yang mungkin menarik dan juga tidak.
Mungkin, kisah perjalanan telah banyak orang memvisualisasikannya namun kisah guru yang dilempar batu oleh siswa, guru yang menjadi teman curhat siswa atau bahkan siswa yang galau soal masa remaja mereka, akan menjadi visual yang berbeda. Aku cuma percaya satu hal, dengan ZenBook yang kumiliki saat ini atau bahkan ZenBook 13 UX331UAL yang bisa jadi milikku di separuh purnama nanti, aku akan keluar dari zona aman sebagai seorang penulis saja. Penulis blog barangkali telah ‘biasa’ dan penulis blog merangkap Youtuber juga telah umum, namun penulis blog, guru yang begitulah adanya, lantas bermain cerita melalui video barangkali menjadi tantangan tersendiri.
ASUS ZenBook 13 UX331UAL – photo by Katerina
 Tidak ada kata berhenti untuk memulai. Gagal itu adalah urusan belakangan. Dihujat tak lain adalah bumbu untuk membuat ‘menu’ makin terasa asin, asam atau bahkan manis. ZenBook akan memberiku ruang lebih besar dalam mengekspresikan diri dan menyiapkan bahan ajar yang selalu berubah sesuai tipe anak di sekolah bahkan kurikulum yang tak tentu.
Waktu terus merangkak cepat. Kampungku mungkin selalu demikian; sawah, hujan, kemarau. Tetapi, saat koper ditarik ke pinggir jalan menanti jemputan ke sebuah destinasi, aku akan melihat sisi yang berbeda dan saat itu aku merasa tertinggal banyak hal. Maka, karena ini aku akan terus berkisah, untuk tidak jadi kampungan seperti kata orang atau sekadar berbagi kisahku saja. Aku tidak takut, ZenBook menjadi teman setia sepanjang waktu, bangun tidur, dalam hujan, banjir yang menjadi ajang tahunan bahkan bentakan anak-anak yang tak bisa diatasi lagi di era ini.
Aku telah berbuat banyak dengan ZenBook. Bukankah menarik sekali jika tahun 2018 ganti laptop ke ASUS ZenBook?