Categories
Uncategorized

Kehidupan Sipir Penjara Tampan di Balik Jeruji Besi

sipir penjara ganteng
Deskripsi sosok Munar seperti ini. Saya tidak sempat mengambil foto Munar karena tidak ada alasan untuk itu. Foto ini saya ambil dari kapanlagi.com

Kehidupan gelap di balik jeruji besi atau penjara sering sekali kita dengar. Penjara
sudah pasti hanya orang-orang ‘jahat’ saja yang berada di dalamnya. Anggapan
ini juga berlaku untuk saya sebelum bertemu dengan seorang pria gagah, tampan,
berbadan atletis, senyum menawan dan pengetahuan cukup banyak, yang mengartikan
bahwa pria ini suka membaca.

Munar,
pria yang saya temui secara tidak sengaja di dalam perjalanan menuju Banda. Sikap
cueknya kemudian melunak karena sebotol air mineral. Botol air mineral tidak
bertuan tersebut terduduk dengan manis di tengah kami, dalam minibus yang
panas. Percakapan kami kemudian berlanjut ke hal-hal yang jauh dari macho
seperti tabiat pria kebanyakan. Kami tidak menyinggung unsur main bola walaupun
Munar sebenarnya seorang pemain bola. Kami tidak bercengkrama tentang isu
politik yang semakin memanas. Kami saling berbagi tentang masa depan yang
cerah, ingin selalu happily ever after.
Kami juga tidak saling menyulut rokok. Poin terakhir cukup melegakan hati
saya. Saya selalu menghindar dengan seorang perokok dalam perjalanan jauh.
Salut juga kepada Munar yang tampan tidak merokok, bukan karena bersama saya tetapi
memang bukan perokok yang tercium dari wangi tubuhnya.
Lalu,
apa kaitannya Munar dengan jeruji besi? Pria yang punya cita rasa tinggi
terhadap hidupnya adalah seorang sipir penjara yang
tampan
. Saya sempat tertipu dengan tampangnya yang sangat menarik
untuk ukuran seorang yang terlibat di dalam tahanan. Fisik ternyata selalu
menipu akan tingkah laku.
“Saya
selalu memotivasi kawan-kawan dan adik leting untuk ikut tes,” ujar Munar penuh
semangat. “Mereka nggak percaya kalau saya lulus murni tahun 2009. Saya nggak
pakai lobi ke mana-mana, saya ikut tes dan akhirnya lulus!”
Angin
sepoi-sepoi menjuntai dari jendela kendaraan yang kami tumpangi. Di depan duduk
tiga orang Cina dengan seorang anak kecil. Mereka sibuk bersenda-gurau dalam
bahasa Mandarin. Kendaraan yang kami tumpangi melaju dengan mulus di jalanan
beraspal licin setelah tsunami Aceh. Sesekali oleng ke kiri dan ke kanan untuk
mencari posisi yang pas di tikungan tajam. Klakson dibunyikan sesekali untuk
mengejutkan pengguna jalan lain, terlebih pengguna jalan bersepeda motor yang sedang
bermesraan di tengah jalan.
“Kalau
lagi jaga saya suka baca-baca,” Munar kembali memulai cerita. “Saya suka
baca-baca informasi di media sosial daripada main game,” terlihat jelas
bahwa Munar suka membaca dari pengetahuan di dalam dirinya. Saya semakin
tertarik dengan kehidupan seorang sipir penjara. Di pandangan saya, seorang
sipir penjara itu harus garang, gahar, maupun kokoh dalam berbicara. Sebaliknya,
Munar tampak seperti anak muda metropolitan dan
metroseksual
pada umumnya. Kerapian pakaian yang dikenakannya. Rambut
yang tersisir rapi. Kulitnya yang bersih. Dan wangi parfum yang menyeruak
sampai hidung saya kembang-kempis.
Ini sosok idola wanita!
“Pekerjaan
yang berat ya?” tanya saya.
Munar
berbicara seakan kepada dirinya sendiri. Entah karena kami berada di dalam
perjalanan atau memang begitu tipikalnya yang tidak melihat lawan bicara.
Pandangannya terus ke depan, mungkin khawatir ada lubang besar menghalangi
jalan kami.
“Saya
santai saja. Kami sudah diberikan bekal untuk berjaga-jaga. Kalau terjadi
sesuatu kami sudah siap dengan senjata,” Munar berbicara dengan nada yang serak
dan menggelora. “Kami juga peka pada tahanan yang sudah ‘dicoret’ untuk tidak
didekati. Jikapun harus berurusan dengan orang tersebut, senjata kami harus
lengkap!” saya yakin, kamu juga paham arah pembicaraan kami ini.
Dialog
yang hampir mendekati klimaks menurut saya. Tetapi, ini baru seperempat
percakapan yang kami lalui. Jantung saya mulai memainkan melodi cukup kencang.
Pukulan drum bertalu-talu untuk menunggu kelanjutan cerita seorang sipir
penjara yang punya daya tarik seperti idola.
Kan
rata-rata orang di penjara karena berbuat salah. Mereka selalu cari cara untuk
kabur dari tahanan,”
“Ada
yang berhasil?”
Munar
tercenung. “Ada juga,”
“Kenapa
mereka kabur?” kemudian saya sesali ini pertanyaan bodoh. Namun jawaban dari
Munar cukup mengejutkan saya.
“Mereka
teringat anak dan istri. Waktu yang ketat kami jaga menjelang lebaran atau
bulan puasa,”
“Ikatan
batin mereka tetap kuat ya?”
“Nama
juga keluarga siapa yang tidak ingat. Mereka yang dekat dengan saya cerita
sedihnya meninggalkan keluarga bulan puasa dan hari raya. Mereka mau kembali ke
jalan yang benar tetapi lepas dari penjara pasti akan dicemooh orang. Mereka telah
nyaman di dalam penjara tetapi mereka ingin bebas,”
“Simalakama
jadinya ya?”
Munar
terus bercerita kesehariannya di dalam LAPAS (Lembaga Pemasyarakatan). Tampilan
luar pria ini seperti banker atau dokter muda. Cara ia berbicara dan
gaya bahasanya tidak mencerminkan seseorang yang bekerja dalam bidang yang
penuh tantangan demikian. Kulit tubuhnya tidak seperti orang yang sering
berhadapan dengan kehidupan keras di dalam tahanan.
“Kami
tetap harus jaga diri,” sekonyong-konyong Munar berbicara kepada dirinya
sendiri. “Kami tidak dibenarkan untuk percaya penuh kepada tahanan. Kami selalu
dinasehati alasan seseorang menjadi seorang tahanan. Seseorang yang frustasi di
dalam tahanan walaupun tampak alim bisa saja ia sembunyikan pisau. Kami banyak
temui yang demikian. Bagaimana dengan tahanan yang telah jadi bos? Mereka sudah
pasti cari cara untuk melukai sipir dan jalan untuk keluar dari sel!”
Semakin
rumit. Jalan berliku menuju Banda pun begitu angkuh. Kiri dan kanan pepohonan
dan kebun warga. Matahari menanjak begitu cepat dan hawa panas menyalakan api
ke dalam kendaraan kami. Sopir yang tidak mendapatkan teman bicara sekuat gosip
selebriti siang hari, sesekali menyalakan rokok. Asapnya mengembus ke belakang.
Saya menutup hidung dengan sapu tangan. Munar tampak mengibas-ngibaskan
hidungnya. Keluarga Cina di depan kami masih terus bercerita satu sama lain
dalam bahasa Mandarin.
“Tapi,
ada yang menarik kan di dalam penjara?” tanya saya tiba-tiba. Saya teringat
dengan kerabat dekat yang pernah menerima hukuman di Medan. Kerabat saya ini
kemudian menjadi orang disegani, mengajar agama, mengajar mengaji dan menjadi
imam di dalam penjara selama masa tahanannya.
“Ada,”
Munar berujar datar. “Ada orang yang dimasukkan penjara karena masalah tanah,”
“Warisan?”
“Bukan.
Orang ini bertetangga dengan orang kaya. Orang ini heran kok makin hari
tanahnya makin sempit. Suatu hari orang ini memberi pembatas, besoknya pembatas
tersebut telah hilang dan tanahnya sebagian telah masuk ke bagian tetangga itu.
Besoknya lagi, orang ini menaruh kembali tanda. Kejadian terulang kembali. Orang ini bertengkar hebat dengan tetangga. Si tetangga merasa benar dan mengangkat
parang. Tidak tahu orang ini pintar silat, orang zaman dulu memang begitu. Mereka
berkelahi dan orang ini yang menang. Tetapi karena orang ini tidak punya kuasa, maka
ia masuk penjara!”
Kasihan. Mau berbuat
apa?
“Tidak
ada,” Munar seakan membaca pikiran saya.
“Sesuatu
yang ada nilai positif ada nggak?”
Munar
terkekeh. “Penjara selalu terkesan negatif ya?” pria tampan ini malah balik
bertanya. “Padahal, kalau kita lihat banyak kok kesan positif dari
tahanan. Di antara mereka ada yang benar-benar taubat. Kesan positif lain
sebagian dari mereka ada yang menjadi mandiri. Mereka kan dilatih buat
belajar perabot, bikin lemari, kursi dan lain-lain. Orang yang serius
bisa buat dengan bagus dan bisa dijual,”
“Bekal
mereka saat keluar suatu saat nanti,”
“Betul.
Di dalam penjara tidak selalu orang-orang berkelahi, orang-orang yang curi-curi
waktu untuk kabur, tetapi ada pelatihan-pelatihan, katakanlah pembekalan, kalau
mereka bebas nanti bisa bekerja tidak lagi mencuri atau berbuat jahat yang
lain,”
“Apa
sudah ada hasil karya mereka?”
“Oh,
ada. Mereka kan diminta buat satu-satu, ada yang siap, bagus dan layak
jual!”
Ini
yang dinamakan kehidupan cerah di balik jeruji besi
semua yang tidak mungkin bisa saja jadi mungkin. Munar ternyata pria yang suka
bercerita. Memang, dari cerita pria yang gagah ini lebih banyak ‘ketakutan’
tersendiri jika saya harus mampir ke penjara. Tetapi kesan positif seperti
pelatihan – pembekalan – tak lain sebuah upaya untuk membangun kemandirian para
tahanan apabila bebas nanti. Kehidupan tidak ada yang bisa menebak. Di satu
sisi aman-aman saja, di sisi lain menjadi lebih rumit. Di balik jeruji besi
bisa ditemukan apa saja. Semula saya ingin sekali liputan ke sana namun kegalauan
menghadang tiba-tiba. Saya juga lupa meminta nomor kontak Munar untuk menemani
kisah ini menjadi lebih menggugah suatu saat nanti. Sendirian meliput tahanan
buat meja dan kursi bisa-bisa membeku duluan di depan pintu masuk. Munar saja tidak
percaya sepenuhnya kepada tahanan yang dikenalnya. Bagaimana dengan saya yang
tiba-tiba nongol dengan kamera smartphone terarah ke sana-sini. Di
antara mereka tidak ada yang tahu menyimpan sebilah belati, lalu melekatkan ke
leher saya bergaya penculikan dalam drama seri, menyeret keluar dan membawa
kabur saya beserta dirinya atau ditusuk seketika di depan pintu masuk lalu dia
kabur dengan sepeda motor saya. Seandainya dari anak muda korban cerita
fiksi
.
Kehidupan di balik jeruji besi atau penjara bisa berbuah apa saja. Cerita pemanis waktu
dalam perjalanan hari itu menjadi sangat manis bagai gula-gula musim hujan. Saya
tidak pernah menyangka akan bertemu seorang sipir penjara yang tampan rupanya. Saya
juga tidak tahu seorang sipir penjara itu luas wawasannya. Saya sangat salut
dengan tata bahasa dari sipir penjara gagah ini. Dari ucapannya saya belajar,
bahwa kehidupan itu keras seperti di dalam tahanan. Cerita ini akan berakhir di
sini saja. Mungkin, saya akan menceritakan kembali tentang seorang sipir penjara yang tampan suatu saat nanti
jika bertemu dengan sosok Munar lagi. 
Categories
Uncategorized

Apakah Kamu Kangen Bahagia? Datanglah ke Tempat Ini

jangan lupa bahagia, kangen bahagia, bahagia sederhana, bahagia apa adanya
Kangen Bahagia – liputan6.com
Jangan
lupa bahagia
!” kata kamu.
Bahagia
itu tidak bisa ditebak, kawan. Ini soal rasa yang barangkali dijual dengan
harga yang sangat mahal sekali. Bahagia seseorang tidak akan pernah dapat
dilihat hanya dari bahasa tubuh, kata-kata atau hanya dari sebuah senyuman dan
tawa terbahak.

Bahagia
itu apa adanya
!” kata kamu lagi.
Dalam
menguraikan rasa bahagia, tidak semudah memulai sesuatu dengan helaan napas
saja. Ibarat meneguk secangkir kopi
yang dapat menghilangkan rasa kantuk
, bahagia adalah kafein kehidupan yang
membuat candu. Orang yang pernah merasakan bahagia akan terus-menerus
mencarinya. Orang yang belum pernah mendapatkan bahagia akan merajuk sepanjang
waktu untuk memilikinya. Orang yang tidak pernah mengilhami bahagia akan
membuang rasa itu sampai beban mengangkasa hilang tanpa jejak.
Bahagia
itu sederhana
!” kata kamu saat gerimis mengiris hari.
Bahagia
itu tidak dapat diciptakan, bahkan dilahirkan begitu saja. Bahagia datang dan
pergi karena sebuah keajaiban dalam hidup. Lalu bagaimana jika kamu kangen
bahagia?
Mari
kita membangun memori dari tidur panjang. Ada saat yang membuat emosi
menggebu-gebu bila kata tentang bahagia diisyaratkan ada. Tempat kejadian
bahagia menjadi salah satu bagian penting untuk memutar waktu dan memulai
kembali bahagia. Di mana saja tempat itu?
Lokasi Pertama Bertemu Bahagia
Ini
bicara tentang cinta. Mau tidak mau, bahagia selalu dikaitkan dengan perasaan
menggoda terhadap seseorang yang dianggap penting dalam kehidupan berikutnya. Tempat
di mana kamu bertemu dengan ‘cinta pertama’ menjadi pertimbangan penting untuk
kembali ke sana. Nostalgia bahagia akan menimbulkan kembali rasa bahagia yang
pernah ada.
Di
mana tempat itu? Hanya kamu sendiri yang benar-benar tahu di mana letaknya. Bisa
saja kamu bertemu dengannya di suatu senja Pantai Kuta, Bali. Mungkin, kamu
merasakan bahagia tak terkira saat-saat sibuk di bandar udara. Saat gerimis
senja hari, bisa saja itu saat yang menjadi momentum bahagia terburai dengan
indah.
Kembali
ke gubuk pinggir sungai, di mana kamu pernah bermanja dengannya, sebuah
alternatif untuk meraih kembali bahagia. Kegundahan hati yang selama ini
menggelora manja, akan diobati dengan secawan bahagia. Kelelahan akibat
aktivitas panjang, akan tertutupi dengan sehela napas bahagia. Memori terindah
untuk membentuk sugesti bahwa bahagia pernah ada di dalam kehidupan kita.
Sunset di Senja
Minggu
Kamu
pernah merasakan pikiran tenang saat melihat sunset? Mungkin saja
itulah saat-saat bahagia pertama itu. Datang kembali ke pantai yang sama, di
saat sunset menukik tajam, kamu akan merasakan kembali bahagia diburai
menjadi serpihan-serpihan penuh kasih.
Suasana
pantai memang tempat yang paling rentan terhadap bahagia. Aura yang dihadirkan
oleh lautan lepas, ombak yang garang, angin sepoi-sepoi tak lain sebagai
penyejuk jiwa yang telah penuh terisi beban.
“Teriak
saja di bibir pantai untuk melepas masalah!” mungkin kamu pernah mendengar
saran ini. Sah-sah saja kamu melakukan hal demikian. Namun itu bukanlah faktor
pendukung bahwa kamu akan bahagia selamanya, atau akan melepas beban hidup
selamanya.
Saat-saat
sendiri di pantai menghadirkan sepi yang cukup mengisi ulu hati yang beku. Pantai
dengan debur ombak memberikan kesejukan tersendiri yang tidak akan kamu rasakan
di tempat lain. Hal ini pula membuat orang berbondong-bondong menjadikan pantai
sebagai objek wisata. Bahagia suatu ketika saat berada di bibir pantai, bisa
kamu ulang kembali dengan manis manja.
Kafe dengan Aroma Kopi Menggoda Rasa
Kafe
menjadi tempat bahagia lain yang pernah terukir di dalam hidup kamu. Kafe mana
yang pernah membuat kamu ingin loncat-loncat manja? Kamu mana yang membuat kamu
merasa sangat tampan sekali? Karena ukiran di langit-langit. Karena seorang
yang kemudian menjadi pasangan hidup? Karena aroma kopi yang menggoda rasa?
Segala
kemungkinan bisa saja terjadi. Kafe di mana kamu merasakan bahagia itu seadanya
saja, layak untuk dikunjungi kembali. Kenangan demi kenangan akan menjadi
pecahan puzzle terbaik untuk membongkar rasa bahagia yang kini semraut. Duduk sejenak
dengan secangkir kopi terbaik membuat kamu bertanya-tanya, apakah benar kamu
pernah bahagia di sini?
Benar
kamu kangen bahagia? Atau kamu sosok yang mengabaikan bahagia. Atau juga kamu
orang yang mengatakan, “Ini semua untuk dunia!”
Lalu,
untuk kamu itu apa?
Bahagia.
Tentu, karena kata ini begitu menggoda! 
Categories
Uncategorized

Pertamina Solusi Bahan Bakar Berkualitas dan Ramah Lingkungan Hadir di Seluruh Indonesia

Pertamina Solusi Bahan Bakar Berkualitas dan Ramah Lingkungan
SPBU – pertamina.com
Pertamina Solusi Bahan Bakar Berkualitas dan Ramah Lingkungan Salah satu produk unggulan Pertamina adalah Pertalite. Warna biru yang kental, menggoda saat diisi, mengalir saja ke dalam tangki bensin sepeda motor matic yang telah saya miliki sejak tahun 2013. Semula, saya masih menggunakan bahan bakar jenis Premium namun belakangan, jenis bahan bakar ini telah digantikan dengan Pertalite. Pertalite salah satu BBM Berkualitas dan BBM Ramah Lingkungan.

Bagi saya, Pertalite adalah salah satu produk Pertamina yang merupakan solusi bahan bakar berkualitas, ramah lingkungan dan terbaik selama ini. Ibarat minum air putih secara rutin, minimal 8 gelas sehari, Pertalite juga mempunyai fungsi demikian dalam menunjang aktivitas saya selama dalam perjalanan. Kepuasan konsumen jauh lebih penting daripada memulai debat ini dan itu. Toh, kita juga akan memarkirkan kendaraan ke Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) untuk mengisi bahan bakar minyak yang sejatinya adalah produk-produk unggulan dari Pertamina.
Jika ditanya saya puas dengan Pertalite, tentu saja. Karena apa?
Pertamina Solusi Bahan Bakar Berkualitas dan Ramah Lingkungan
Setiap orang akan memiliki pertimbangan masing-masing dalam hal apapun. Urusan bahan bakar minyak juga menjadi bagian terpenting dalam kehidupan saya. Pertimbangan khusus selalu ada karena berkenaan dengan isi dompet yang kemudian menjerit jika harus dikeluarkan tiap hari. Pertalite telah mengambil bagian penting dalam mengirit bahan bakar motor matic saya. Keluhan mengenai mengapa bensin cepat habis tidak hanya dipengaruhi oleh jenis sepeda motor saja, bahan bakar minyak yang dikonsumsi oleh sebuah kendaraan juga memengaruhi hal tersebut.
Saya memulai aktivitas dalam jarak kurang lebih 15 kilometer tiap hari. Pulang pergi akan memakan jarak 30 kilometer. Motor matic yang saya kendarai melaju dalam keadaan stabil. Jika tidak terburu-buru, jarum merah itu stagnan di angka 40 KM/Jam. Jika ingin cepat sampai ke rumah, jarum itu akan menunjukkan angka 60 KM/Jam. Waktu tempuh dari rumah saya ke kota Meulaboh, Ibu Kota Kabupaten Aceh Barat, sekitar 20 sampai 25 menit dalam keadaan mengendarai tersebut. Lalu, kapan saya mengisi bahan bakar minyak dari Pertamina yang berkualitas dan ramah lingkungan, Pertalite, yaitu dalam waktu 3 hari sekali. Tangki bensin itu akan saya isi sampai penuh yang biasanya tak lebih dari Rp.20.000 saja.
Pertamina Solusi Bahan Bakar Berkualitas dan Ramah Lingkungan
Pengisian Pertalite tidak sampai penuh sehingga total tidak mencapai Rp.20.000 – photo by Bai Ruindra
Pertalite telah memberikan kenyamanan dalam saya berkendara. Memang, urusan perhitungan itu terlalu sensitif tetapi bagi saya sangat penting. Saya menghitung pengeluaran untuk bahan bakar minyak yang berkualitas dan ramah lingkungan seperti Pertalite, saya akan membagi budget khusus untuk ini dalam sebulan. Sebulan saya harus isi bahan bakar minyak berapakali, saya siapkan budget untuk itu dan dilebihkan sedikit untuk sesuatu yang di luar perencanaan. Simpel dan terkadang nggak penting namun setidaknya Pertalite mengajarkan saya untuk berhemat dari waktu ke waktu. Saya tidak akan panik jika jarum di notifikasi pengisian bahan bakar telah menunjukkan tanda merah, atau melewatinya. Saya telah mempertimbangkan dengan matang bahwa saya akan mengisi bahan bakar minyak berkualitas dari Pertamina, Pertalite, di SPBU. Hal ini terbukti, jarum merah pendek di atas kotak merah persegi panjang vertikal itu masih sanggup menarik motor matic ke SPBU terdekat.
Saya boleh mengatakan bahwa bahan bakar minyak berkualitas dari Pertamina seperti Pertalite, mengajarkan saya akan hemat berkendara. Tidak hanya hemat saja, dengan laju yang selalu teratur, pengisian bahan bakar yang tidak diganti, kecepatan mengendara yang tidak naik-turun, motor matic saya cukup jarang masuk bengkel. Pertalite memberikan kenyamanan dan keamanan pada mesin. Sama halnya dengan kita meneguk secangkir teh manis dengan aroma melati, di waktu lain kita akan meneguk teh itu kembali karena rasanya yang menggoda dan tidak membuat perut kembung.
Soal solusi bahan bakar berkualitas dan ramah lingkungan, Pertalite, pengalaman pemakaian jauh lebih penting daripada mengeluarkan opini terlebih dahulu. Pertalite sendiri merupakan salah satu produk unggulan dari Pertamina yang menggantikan bahan bakar minyak jenis Premium. Pertalite telah tersedia di 34 kota/kabupaten di seluruh Indonesia, termasuk di daerah saya, Aceh Barat.
Pertamina Solusi Bahan Bakar Berkualitas dan Ramah Lingkungan
SPBU di Kuta Padang, Kota Meulaboh – Photo by Bai Ruindra
Pertamina solusi bahan bakar berkualitas dan ramah lingkungan termasuk Pertalite. Lalu apa keunggulan lebih dari Pertalite? Pertalite memiliki level Research Octane Number (RON) 90. Hal ini membuat Pertalite lebih baik daripada Premium yang memiliki RON 88. Pertalite yang dibekali teknologi terkini dalam pembakaran kendaraan cocok digunakan oleh kendaraan roda dua sampai dengan kendaraan multi purpose vehicle ukuran menengah. Keunggulan lain dari Pertalite, dikutip dari laman resmi Pertamina antara lain masuk tiga ranah. Apa saja?
Ketahanan Kendaraan
Saya merasa jengkel sendiri saat kendaraan sebentar-sebentar masuk bengkel. Satu sisi lelah menunggu perbaikan, menyita waktu dan di sisi lain tentu saja pengeluaran tidak sedikit untuk perbaikan ini. Sejak memakai Pertalite, motor matic saya cukup jarang berulah. Pertalite dipercaya telah memiliki ‘sertifikat’ durability (ketahanan) yang tidak akan menimbulkan gangguan dan kerusakan pada mesin. Kandungan oktan 90 cocok untuk jenis kendaraan yang saat ini ada di Indonesia. Pertalite mengandung aditif detergent, anti korosi dan pemisah air sehingga menghambat pembentukan deposit di dalam mesin dan proses korosi.
Ketahanan motor matic saya telah teruji dengan selalu mengisi Pertalite. Deru kendaraan masih tetap halus dan tidak menggebu-gebu. Lajunya masih tetap mulus walaupun dipaksa kerja seharian penuh.
Pertalite Bahan Bakar Minyak yang Ekonomis
Saya telah menjabarkan di paragraf sebelumnya bahwa Pertalite salah satu bahan bakar yang hemat. Ternyata, Pertalite dengan oktan 90 menjadikan kinerja mesin lebih optimal dan efisien walaupun menempuh jarak lebih jauh. Hal ini karena perbandingan Air Fuel Ratio lebih tinggi dengan konsumsi bahan bakar minyak itu sendiri. Hemat di bahan bakar sangat baik untuk konsumen, belum lagi jika berbicara kalangan kelas menengah ke bawah. Pertalite di sisi ini telah menjawab keluhan dan masukan dari kalangan menengah ke bawah bahwa bahan bakar minyak ini benar-benar bisa hemat.

Performa Kendaraan Lebih Baik
Performa kendaraan sangat dibutuhkan dalam menunjang aktivitas sehari-hari. Pertalite dengan oktan 90 dan aditif yang dimilikinya membuat performa mesin lebih baik. Hal ini dapat dirasakan saat tarikan yang lebih enteng, kecepatan lebih tinggi dan emisi gas buang lebih bersih. Tentu saja, kendaraan akan lebih lincah dalam bermanufer. BBM Oktan Tinggi Harga Terjangkau ini merupakan salah satu produk unggulan Pertamina yang ramah lingkungan.
Pertamina Solusi Bahan Bakar Berkualitas dan Ramah Lingkungan
Seorang penarik becak baru saja mengisi BBM di SPBU Suak Raya, Aceh Barat – Photo by Bai Ruindra
Pertamina solusi bahan bakar berkualitas dan ramah lingkungan telah menggerakkan arti hemat dan selalu menjaga mesin kendaraan melalui produk-produk unggulan mereka. Pertalite merupakan salah satu produk yang wajib masuk ke dalam list belanja karena selain hemat, ekonomis juga menjaga performa kendaraan dengan baik. Kapan lagi kita merasakan kenikmatan seperti ini dalam berkendara?
***
Artikel ini diikutsertakan dalam lomba SEO Pertamina Solusi
Bahan Bakar Berkualitas dan Ramah Lingkungan
.
Pertamina Solusi Bahan Bakar Berkualitas dan Ramah Lingkungan
Categories
Uncategorized

Paket Endorse dan Hadiah Lomba 3 Hari ‘Terbang’ Bersama JNE

Saya seorang blogger – Photo by Bai Ruindra

Jelang
dini hari, 27 November, saya membuka media sosial dan mendapatkan pesan menarik
ini. Tentang JNE. Sesuatu yang menarik. Keindahan terunik dan kebaikan apa yang
pernah JNE berikan dalam hidup saya. Cerita baik bersama JNE, kira-kira harus
saya tulis dari sudut pandang mana. Begitu banyak cerita baik tentang JNE
sampai-sampai saya bingung memulainya.

JNE memberikan banyak kemudahan selama saya menjadi blogger!
Yes. I’am a blogger.
Saya seorang blogger. Saya blogger!
Saya
memang tidak sering mengirimkan paket ke luar Aceh. Setahun sekali pun jika
ada. Paket yang biasa saya kirim itu merupakan cerita pendek untuk lomba sebuah
majalah wanita. Paket tersebut biasanya harus dikirim selambat-lembatnya pada
tanggal tertentu dan harus Cap Pos. Otomatis, saya tidak menjalin hubungan
dengan JNE. Tetapi, ikatan batin saya dengan JNE mengalir seiring berjalan
waktu. Dunia blogger yang saya tekuni dengan serius, mengantarkan hubungan saya
dengan JNE menjadi lebih manis. Bahkan, hampir tiap semester saya mendapatkan
‘surat cinta’ dari JNE.
Kamu
benar. Surat cinta itu memang saya tunggu-tunggu atau bahkan tidak terduga. Kenapa
saya mendapatkan surat cinta ini? Karena alamat saya jauh dari pusat kota, JNE
tidak mengantarnya dan saya harus mengambil sendiri.
dengan Bapak
Bai Ruindra, kiriman paket telah sampai di JNE. Alamat Jl. Gajah Mada, depan
Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dien, Meulaboh’
pengirim tertera JNE. Begitu kira-kira pesan singkat yang masuk apabila
kiriman saya telah sampai. Saya tidak sempat melakukan caption sebuah
pesan singkat pun karena begitu menerima barang, pesan tersebut langsung saya
hapus. Pesan yang banyak tersimpan di smartphone akan menghambat kinerja
dan memakan memori internal.
Wajah
saya yang tidak seberapa mana jika dilihat dari dekat ini, telah bosan dilirik
oleh wanita cantik petugas JNE. Kadang ia manis, kadang ia jutek, kadang cuek,
kadang juga penuh emosi saat banyaknya orang berdatangan untuk mengambil paket.
Saya yang datang siang hari langsung memperlihatkan pesan singkat kepadanya. Jika
tidak lagi ramai, tanpa saya menampakkan pesan tersebut ia telah tahu bahwa
yang datang adalah Bai Ruindra. Saking seringnya saya mengunjungi dirinya di
kantor JNE, Meulaboh, Aceh Barat.
Mungkin,
ia juga heran mengapa saya selalu menerima paket dan tidak pernah mengirim
paket. Sama halnya dengan wanita muda ini, barangkali kamu juga penasaran. Paket
apa yang saya terima di kantor JNE dengan warna logo biru tersebut. Apakah
surat cinta dari kekasih yang membangun asmara long distance relationship?
Apakah bom untuk meledakkan hati yang galau? Apakah pewarna rambut untuk
mewarnai hari-hari hingga sejahtera selamanya?
“Kamu
enak jadi raja endorse!” ujar teman saya suatu ketika. Padahal, baru
beberapa merek yang sempat mampir e-mail untuk menjalin kerjasama. Namun
itulah syukur dari blogger yang walaupun berada di daerah tetapi telah diintip
oleh perusahaan skala nasional.
Endorse. Istilah yang beken
masa kini. Istilah endorse pula saya berkenalan dengan JNE sampai
benar-benar baik. Barang-barang endorse tersebut kebanyakan dikirim
melalui jasa pengiriman kilat ini. Saya tinggal datang menjemput sebelum
kemudian menulis di blog. Paket kiriman dari Jakarta ke Meulaboh terbilang cukup
cepat. Biasanya, 3 sampai 4 hari setelah berbalas e-mail bahwa paket
telah dikirim, saya langsung menerima pesan singkat barang tersebut benar telah
sampai. Waktu 3 sampai 4 hari termasuk masa yang tidak merepotkan dalam
menunggu suatu kiriman. Rewel tentu saja tidak perlu karena saya pertimbangkan
bahwa daerah yang cukup jauh dari ibu kota provinsi, Banda Aceh, yang memakan
waktu 4 sampai 5 jam perjalanan darat.
JNE
dan saya telah menjadi sahabat. Power bank saya terima dengan baik. Smartphone
dalam kondisi bagus. Tablet dipaketkan dengan sempurna. Sepatu tidak
tersobek jahitannya. Baju terbungkus rapi. Buku tidak sobek lembaran
halamannya. Saya menikmati ‘kerjasama’ dengan JNE karena ketepatan waktu dan
penjagaan yang ketat terhadap endorse-an yang saya terima.

Tahu-tahu
saya dapat e-mail tak terduga. Jujur saja, saya bukan fashion blogger
dan cukup jarang menulis tentang isu ini. Dua paket ini kemudian sampai dengan
elegan, mewah dan tentu saja mahal untuk ukuran saya sendiri. Kedua paket ini
adalah endorse kesekian kali dari produk-produk lain yang pernah saya
terima. Paket pertama berisi minyak wangi, pomade, dan kaos oblong yang
keren. Paket kedua berisi pomade yang cukup berkelas. Kedua endorse-an
ini dikirim melalui JNE oleh perusahaan yang bersangkutan.
Power bank telah
menjadi satu kesatuan bernilai dengan smartphone. Tiba-tiba saja saya
menerima pesan dari JNE bahwa paket telah sampai. Saya bertanya-tanya, paket
apa dan siapa yang kirim. Saya bergegas ke kantor JNE dan menerima paket yang
dibalut dalam plastik kecil. Begitu tahu pengirimnya siapa, saya terbahak. Memang
tidak diminta untuk endorse tetapi lebih kepada penghargaan kepada saya
sebagai blogger.
Ada-ada
saja kelakuan blogger saat ini. Aktif ngeblog dan di media sosial, saya
bisa dapat mug cantik ini. Mug ini dibungkus dengan ketat oleh
pengirim dan dibungkus lagi dengan kemasan keras oleh JNE. Saya bahkan susah
membukanya. Mug ini masih saya pakai untuk mengisi susu di pagi hari.
Tiga
barang elektronik dari menang lomba ini dikirim melalui JNE Express. Dua smartphone
dan tablet saya terima dalam kondisi baik. JNE membungkus ketiga barang
elektronik ini dengan benar-benar rapi, bagus, dan aman terlindungi. Kayu-kayu
yang dipaku dengan ketat membuktikan bahwa JNE menjaga dengan baik setiap
kiriman barang elekronik. Barang-barang elektronik sangat berarti bagi saya –
penerima lainnya – karena lecet sedikit bisa berakibat fatal. Ketiga barang ini
masih tampak mulus bahkan di antaranya sudah setahun lalu saya terima dari JNE
(tablet saya terima Agutus 2015).
Ini
satu-satunya paket yang sempat saya foto sebelum dibongkar isinya. Paket ini
berisi buku salah satu penulis terkenal. Paket ini bukanlah endorse atau
dari menang lomba. Saya membeli melalui online karena penasaran dengan
isi buku tersebut. Kenapa saya masukkan ke dalam tulisan ini, sekadar memberi
keyakinan  bahwa benar saya berhubungan
baik dengan JNE.
Apa
yang bisa JNE berikan kepada saya?
Keamanan Paket
Sejauh
ini, barang yang saya terima selalu dalam kondisi bagus. Baik hadiah lomba
maupun barang endorse. Paket yang berjenis smartphone atau tablet
(barang elektronik), agar terjaga keamanannya dipaketkan dengan cermat. Paket
ini diberi ‘kunci’ dengan kayu yang dipaku pada beberapa bagian. Kotak paket
yang terbungkus berada di tengah-tengah ‘bungkusan’ kayu tersebut. Keamanannya
tentu tidak akan mudah rusak jika paket dibanting atau tertindih dengan
barang-barang lain. Kamu yang sudah pernah menerima paket jenis barang
elektronik pasti tahu benar akan hal ini. Saya yang tidak mau kerepotan,
biasanya langsung meminta petugas JNE untuk membongkar kayu-kayu tersebut.
Mereka membongkar dengan senang hati dan saya hanya menerima paket yang
terbungkus rapi dalam kotak dan diplastiki dengan plastik berlogo JNE.
Pengiriman Cepat
Jakarta
ke Meulaboh sangat jauh jika dilihat dari peta, belum lagi paket harus transit
di Bandara Sultan Iskandar Muda, Banda Aceh. Jarak tempuh Banda Aceh ke
Meulaboh telah saya sebutkan di paragraf sebelumnya. Namun untuk kinerja JNE
daerah saya, belum ada kekecewaan tersembunyi. Paket yang saya terima selalu
tepat waktu. Pernah sekali saya mengalami kendala, pengirim paket mengabarkan
bahwa telah seminggu yang lalu paket dikirim. Saya langsung mendatangi kantor
JNE dan memperlihatkan nomor resi. Kesalahan yang terjadi adalah salah tulis
nomor ponsel saya di alamat pengirim pada kotak kiriman. Seandainya dalam
sebulan saya tidak mengambilnya maka paket tersebut akan dikembalikan kepada
pengirim.
Tanggung Jawab
Penerima
kiriman butuh kepastian. Apakah barang telah sampai? Apakah masih di jalan. Selain
bisa mengecek nomor resi melalui sistem online, JNE di tempat saya
bekerja dengan penuh tanggung jawab. Salah satunya adalah mengirim pesan
singkat kepada penerima paket apabila barangnya sampai. Jika dalam kota dan
area yang sanggup dijangkau mereka akan mengantarnya. Namun apabila tidak
diantar, telah diantar tidak ada orang, mereka akan mengirimkan pesan jika
tertera nomor ponsel penerima di lembaran bukti pengiriman.
Rela Berkorban
Masa
iya mereka mau mengirimkan pesan singkat kepada semua penerima paket? Satu
pesan singkat berkisar Rp.150 sampai Rp.200 dan bayangkan berapa banyak pesan
yang harus dikirim dalam tiap hari. JNE Meulaboh rela berkorban untuk
mengirimkan pesan tersebut, artinya mereka mengeluarkan biaya tambahan. Saya
melihat ini adalah sesuatu yang menarik, entah terjadi di JNE yang lain atau
memang di sini saja. Jika kita main hitung-hitungan, besar sekali materi yang
harus dikeluarkan oleh JNE Meulaboh untuk urusan ini. Jasa pengiriman yang
nggak mau repot, jika telah mengantar tidak ada orang, alamat salah, tentu saja
akan didiamkan di kantor mereka sebelum sebulan kemudian dikirim kembali kepada
pengirim.
Categories
Uncategorized

Kasihan, Siswa di Aceh Ini Kehabisan Uang setelah Isi Bensin di SPBU

siswa menggunakan sepeda motor ke sekolah
Siswa mengendarai sepeda motor ke sekolah – antaranews.com
Siang
yang terik, pulang sekolah menjadi rutinitas yang padat di kota kami. Anak-anak
tingkat SMP dan SMA mengendarai sepeda motor dengan kencangnya, ibarat dunia
balap adalah keasyikan tersendiri dan akan menang seandainya melawan Valentino
Rossi atau Marc Marquez di arena sesungguhnya. ‘Perkelahian’ yang menderu tidak
hanya milik mereka yang masih belasan tahun ini. Semua berpacu dengan kencang,
alasan pasti karena perut sudah tidak bisa diajak kompromi lagi.

Demikian
pula dengan saya, ingin segera sampai ke rumah dan duduk manis di depan piring
berisi nasi putih, sayur dan sepotong ikan goreng, jika ada. Mata melirik ke
spidometer, jarum merah itu menunjukkan kecepatan 60 KM. Sebenarnya, ini
kecepatan standar untuk saya dan tetap stabil bahkan sampai ke rumah. Celinguk
ke samping angka 120 KM, jarum pendek berwarna merah telah menunjukkan ke titik
terendah berwarna merah pula. Itu artinya saya harus mampi ke SPBU terdekat.
Lampu
aba-aba sebelah kiri saya hidupkan. Saya melirik ke belakang melalui spion
dengan cermat. Aman untuk saya belok ke SPBU yang sepi. Saya menepikan
kendaraan roda dua ke pos Portalite. Khusus kendaraan roda dua, di daerah kami
tidak lagi menyediakan Premium.
Saya
mengantri di belakang seorang siswa yang mengenakan celana pramuka agar pendek.
Mungkin sudah kekecilan karena perkembangannya begitu pesat. Siswa ini sekilas
memalingkan wajah ke belakang. Tampak ia mengenal saya. Petugas di pos ini
setelah mengisi bensin ke sepeda motor siswa dengan helm tertutup rapat. Terlihat
siswa itu menarik isi kantong celananya. Lalu ia pias dan menatap ke arah
petugas SPBU dengan cemas. Antena saya menanjak tinggi. Paham maksud dari kegelisahan
siswa yang tampak lelah di wajahnya.
Petugas
SPBU yang sudah berumur – seorang pria yang saya taksir lebih dari 45 tahun –
meminta siswa tersebut menepi lebih ke depan. Saya kemudian memajukan kendaraan
roda dua ke posisi siswa tadi berdiri. Penutup bensin yang telah saya buka
diisi dengan Portalite sampai penuh. Saya menggoyang-goyangkan motor matic
dari salah satu brand ternama Jepang untuk memastikan bahwa bensin
pernah terisi penuh.
Bensin
motor saya telah terisi penuh. Saya menyerahkan lembaran Rp.50.000 kepada
petugas SPBU itu. Saat menunggu uang kembalian, saya menguping pembicaraan
petugas SPBU dengan siswa yang menunduk sejak tadi. Saya menebalkan indera
pendengaran namun masih belum dapat menangkap inti pembicaraan mereka berdua. Lalu
saya melihat siswa yang begitu merasa bersalah itu menyerahkan uang Rp.4000
kepada petugas SPBU. Tak lama siswa itu menghidupkan kendaraan roda duanya dan
meninggalkan SPBU. Saya yakin sekali, pikiran siswa itu tidak tenang. Saya juga
percaya bukan karena ia bandel lalu pura-pura tidak punya uang setelah isi
bensin di SPBU. Mungkin saja ia lupa dan yakin sekali di kantongnya masih ada
selembar Rp.10.000 untuk mengisi bensin.
Petugas
SPBU menyerahkan uang kembalian. Saya mengambilnya dan memasukkan ke dalam
kantong celana sebelah kanan.
“Anak-anak,
kasihan sampai tak ada uang isi minyak!,” ujar petugas SPBU kepada saya. “Saya
bilang, lain kali jangan lupa lagi,” tambahnya seakan kepada diri sendiri.
Saya
mendorong sepeda motor menjauh karena antrian di belakang mulai ada. Saya starter
motor dengan sekali deru. Saya telah kembali ke jalan raya. Pulang namun saya
merasa tidak lagi lapar. 
Categories
Uncategorized

Wanita Ini Jadikan Pria Lebih Muda sebagai Ayah Anaknya

keluarga kecil bahagia
Keluarga bahagia – tumblr.com
Aku menjalin hubungan asmara dengan pria lebih muda, brondong istilah bekennya, dua tahun setelah suami meninggal karena penyakit jantung. Suamiku yang pertama terpaut usia cukup jauh denganku, sepuluh tahun. Aku menikah dengannya karena masa itu kasih sayang sangat kubutuhkan untuk membuat kehidupanku lebih bermakna. Aku terlahir sebagai sulung dengan banyak adik yang terpaut usia sangat berdekatan. Kasih sayang orang tua terpecah dan aku terbiasa mandiri sejak kecil sampai kemudian diterima kerja di perusahaan skala nasional di kotaku.
Baca Juga 
Perkenalanku dengan pria muda itu saat kantor memberi tugas ke daerah terpencil. Proyek yang kami kerjakan berjalan ditempat sehingga perusahaan mesti mengirim staf ahli untuk menindaklanjuti. Dipilihnya aku sebagai tim ke daerah karena kapasitas dan kualitas selama bekerja di perusahaan. Aku cukup bijak membagi waktu antara pekerjaan dengan urusan pribadi, meskipun aku baru kehilangan suami. 
Pria muda ini termasuk salah seorang penanggung jawab pada proyek yang kami berikan. Kedekatan itu tak dapat kuhindari. Kami sering berinteraksi untuk urusan pekerjaan sampai masalah pribadi. Tahu aku dalam keadaan sendiri, pria muda ini semakin berani mengambil sikap. Ia mengajakku keliling tempat tersebut. Lalu mengenalkan kebiasaan mereka di sana. Hingga aku merasa nyaman bersamanya.
Saat aku mengatakan telah pernah menikah dan mempunyai tiga orang anak, pria muda ini tidak keberatan sama sekali. Mana mungkin aku menolak hubungan serius jika ia mau menerimaku apa adanya, tanpa melihat masa lalu maupun memikirkan masa depan yang bisa saja lebih rumit. Resikonya besar jika ia memilihku. Ia harus tinggalkan kebiasaannya di sini dan ikut denganku. Aku mempunyai posisi yang strategis di kantor, tidak mudah aku melepaskannya hanya karena urusan cinta semata. Ekor di belakangku cukup panjang, selain anak, orang tua dan adik-adikku sering datang untuk minta “pinjaman” yang nggak dikembalikan sampai mereka datang meminta pinjaman baru. Satu lagi, jika aku bersama pria muda ini tentu saja kehidupan akan berbeda. Ia tak mempunyai pekerjaan dan sepenuhnya bergantung kepadaku.
Aku tidak masalah. Yang aku butuhkan saat ini adalah sebuah hubungan. Kasih sayang yang sebenarnya. Aku tak mau sendiri lagi. Aku butuh pria untuk membuatku nyata sempurna!
Pria muda itu menikah denganku. Sederhana saja. Dicemooh oleh banyak orang kampungnya karena menikah dengan janda. Aku tahu bagaimana perasaannya menerima semua serangan itu. Ia yang semula aktif di berbagai kegiatan masyarakat kemudian tenggelam, tidak dipakai lagi, terbengkalai dengan sendirinya. Aku pernah merasa bersalah dengan kondisi ini namun aku tidak mau terlarut dalam urusan orang lain yang sibuk mengurus urusanku. Aku butuh orang lain dalam menutupi kesenjangan hidupku tapi aku juga punya kehidupan sendiri yang tak semua bergantung kepada orang lain. 
Urusan kantor semakin rumit. Area kerja semakin diperluas. Perusahaan memberikan dua pilihan, pulang ke kantor pusat atau menjadi manager di cabang yang baru dibuka. Pilihan yang diberikan kantor cukup menggiurkan. Jika aku pulang, bekerja seperti biasa dengan gaji nggak naik. Jika memilih di sini, mengurus kerumitan ini, aku mendapat gaji lebih besar beserta tunjangan. 
Akhirnya kuboyong ketiga anakku ke kampung ini, jauh dari atribut kota. Hiruk-pikuk di kampung ini mulai terasa. Semakin aku perhatikan, semakin sibuk dengan aktivitas mereka. 
Ketiga anakku, yang sangat merindukan sosok ayah sejak awal berkenalan dengan suami mudaku itu langsung akrab. Pria muda itu pun tidak menolak saat ketiga anakku buat tingkat sesuai usia mereka. Mereka akrab. Tak ada lagi batasan antara ayah tiri dengan anak tiri. Antara ayah dengan anak itu terjadi hubungan yang aku tidak memahami bagaimana rupanya. Ketiga anakku bahkan lebih dengan dengan ayah tirinya dibandingkan denganku. Padahal, pekerjaan di sini tidak menuntut waktu lebih banyak. Aku bisa datang ke kantor pukul sembilan dan pulang lebih cepat pada pukul empat atau lima sore. Malam hari pun aku lebih banyam bersantai. Aku membangun keharmonisan keluarga dengan berbagai cara. Kuberikan semua yang diingini suami dan anak-anakku. 
Setahun dua tahun rumah tangga kami berjalan begitu cepat, tak ada konflik dan tak ada kekurangan dalam skala besar. Suamiku menjadi ayah yang baik dan bertanggung jawab kepada ketiga anakku. Pagi mengantar mereka sekolah, siang menjemput, sore kadang ikut bermain dan memahami semua kebutuhan anak-anak yang nggak mudah karena ketiganya perempuan. Suami lebih paham bagaimana mengepang rambut si sulung. Tahu benar kalau anak kami yang tengah tidak bisa makan pedas. Bermain boneka dan masak-masakan dengan si bungsu yang tampil lebih feminin dari kedua kakaknya. Suami juga memasak sesuai selera ketiga anak kami yang beda di siang hari, jika aku tidak sempat menyiapkannya. 
Aku hanya perlu fokus pada pekerjaan karena kebutuhan rumah tangga dan anak lebih banyak diurus oleh suami. Aku terbiasa dimanja oleh suami dalam persoalan yang ringan maupun berat. Suami memang tidak memperlihatkan dengan jelas beban yang ia pikul tetapi perlahan-lahan aku memahami akan itu. Suami yang lebih muda lima tahun dariku tampak semakin menua. Jenggot dan kumis tidak terurus. Kulit semakin kusam. Malam hari, begitu berbaring, ia langsung tertidur. Lelah di siang hari membuat fisiknya begitu lemah di malam hari. 
Ia tak pernah mengeluh. Saat ketiga anakku – kini terasa berat kukatakan anaknya juga – merengek akan sesuatu ia selalu sabar menurutinya. Sedihku memuncak karena perasaan yang berlebihan. Aku wanita, aku sangat sensitif untuk hal-hal yang tidak diungkapkan oleh orang, apalagi suamiku sendiri. Aku memahaminya luar dan dalam. Aku tahu keinginan demi keinginan yang enggan ia utarakan kepadaku. Termasuk soal anak kandung. Dan aku tidak berani bertanya soal ini. Tepatnya, belum memulai ke arah itu. 
Ia mengurus ketiga anakku seperti anaknya sendiri. Kasih sayang yang ia berikan teramat lebib besar daripada kasih sayang yang kulimpahkan kepada anak-anak. Ia bermain dengan mereka sepanjang waktu saat aku bekerja. Berat beban yang kupikul semakin menjadi-jadi ketika memasuki usia pernikahan kami tiga tahun. Kok aku belum ada tanda-tanda akan hamil. Kenapa aku masih lancar datang bulan. Dan beragam pertanyaan lain yang aku sendiri tidak bisa menjawabnya. Aku ingin mencari jawaban. Sebuah kepastian persoalan ini. 
Suami tidak meminta. Aku merasa bersalah. Mana mungkin ia tidak menginginkan anak kandung dengan keadaan seperti sekarang ini. Anak tiri saja ia jaga dengan rapi seperti menyeterikan baju kusut, bagaimana dengan anak kandungnya. Seekor nyamuk pun tidak boleh hingga di tubuh ketiga anakku. Begitu perumpamaannya. 
Aku semakin tersalah dalam keluarga ini. Semua yang kukerjakan mulai tidak runut. Konsentrasi pecah. Amarah sangat mudah memuncak. Aku bertanya soal itu, kepadanya, karena itulah masalah yang menganjal. 
“Apa kamu ingin punya anak sendiri?” tanyaku malam itu. Pertanyaan yang kukutuk setelah keluar dari mulutku. Raut wajahnya mulai berubah. Gaya tubuhnya tidak nyaman. Gerak-gerik yang tidak biasa. 
“Kamu bisa memberikannya?” ia balik bertanya. Pertempuran kami dimulai dari sini. Aku yang memulai dan aku tidak tahu bagaimana cara mengakhirinya. Dialog dua kalimat itu menjadi perang dingin antara aku dan dirinya dalam waktu cukup lama. Sikapnya berubah kepadaku namun tidak kepada ketiga anakku. 
Aku tidak ingat kapan tepatnya suasana mencair dan ia mulai berbicara lebih santai. Aku menyesali telah menarik emosi mudanya ke permukaan. Jelas ia mudah tersulut emosi dengan usia yang masih muda. 
“Siapa yang tidak ingin memiliki anak?” ekspresi wajahnya datar. “Mereka tetap bukan anakku. Mereka akan meninggalkanku jika besar nanti. Pertalian darah itu lebih kuat antara manusia. Aku tidak memilikinya!” 
Cukup sudah aku mengetahui isi hatinya. Ia kecewa sekarang. Aku yang menampakkan kecewa itu kepermukaan dengan sebuah tanya yang sebenarnya tidak penting kutanya. 
Rumah tangga kami masih berjalan seperti biasa. Ia ikhlas merawat anak kami tetapi aku belum memaafkan diri sendiri.
Baca Juga
Categories
Uncategorized

Masihkah Kita Menggenggam Falsafah Hidup dari Sujud Padi?

Falsafah Hidup dari Sujud Padi?
Falsafah Hidup dari Sujud Padi – dream.co.id
Falsafah
hidup dari sebatang padi, semakin berisi ia semakin menunduk (sujud). Tafsiran
untuk falsafah ini boleh berbeda-beda. Niat tidak memberikan argumen apapun
terhadap kehidupan padi juga bukan larangan. Hidup
manusia tidak pernah bisa ditebak. Minggu ini, kita diterjang badai cukup kuat.
Jas mahal tidak licin disetrika, ranah hukum bermain. Sayangnya hal ini terjadi
pada Dirjen HAM, Mualimin Abdi, menuntut Fresh Laundry sebesar Rp.210 juta
karena alasan sepele.

Baca Juga
Kalau Jalan-jalan Lagi, Bawa Pulang Pesawat Terbang Ya

Lembaran
lebih lama, Ario Kiswinar mengaku ke media bahwa ia adalah anak kandung dari
motivator Mario Teguh. Sayangnya di kasus ini, sang motivator bahkan tak berani
tampil di media seperti saat memberi semangat hidup kepada orang lain
berdasarkan teori-teori.
Kasus
yang sedang perkasa, gugatan seorang wanita kepada guru spiritual, Gatot Brajamusti.
Sayangnya, Gatot membuat opini publik terkesan tidak baik terhadap agama Islam.
Tiga
tokoh, tiga smash, terpukul bagai angin topan dan rata dengan tanah bagai
tsunami.
‘Dia Bisa Apa’
Kalimat
ini bisa berupa pertanyaan maupun pernyataan. Sederhana namun mengena sampai ke
tulang rusuk. Mualimin berangkat dari pertanyaan ini untuk menuntut laundry
pakaian. Kekuasaan yang dimilikinya sekonyong-konyong tak akan terpatahkan. Atas
dasar hukum, teori hukuman berat, pasal-pasal berlapis, ganti rugi dan segala
jenisnya, Mualimin lupa akan hukum sosial yang sedang berlaku di dunia ini.
‘Dia
bisa apa’ juga berlaku keras pada kehidupan Kiswinar. Mario Teguh yang telah
berada di atas awan dengan petuah-petuahnya, wajar saja merasa superpower.
Kiswinar yang tidak memiliki senjata laras panjang, mudah saja didepak oleh
Mario Teguh kembali ke dasarnya. Mario Teguh menutup mata terhadap hukum
sosial. Padahal dari kehidupan sosial ini pula namanya melambung tinggi.
Gatot
memiliki senjata begitu ampuh dalam menjerat korban. Wanita itu bisa apa jika
agama dijampi-jampi dengan narkoba dan seks. Gatot menutup semua perangainya
dengan benteng agama. Gatot yang bertitel guru spiritual sangat lupa bahwa
Tuhan tidak tidur sama sekali. Hukuman Tuhan berlaku begitu saja. Satu pukulan
dari hukuman itu, mendatangkan hukuman-hukuman yang lain.
Hukum
sosial zaman dulu hanya sebatas mulut ke mulut. Hukum sosial masa kini ada di
tangan media sosial itu sendiri. Ketiga tokoh ini pintar bermain api, terbakar
sendiri, terkapar, sampai benar-benar lenyap dari muka bumi. Media sosial
memberangus semua kemunafikan. Pro dan kontra tercipta begitu saja. Ocehan
serius dan datar membuahkan pemikiran akan keputusan. Tendangan dari hukum
sosial lebih berat dibandingkan penjara seumur hidup yang bisa keluar
“main-main” saat bel jam istirahat.
Hukum
sosial biasanya menguak tindakan yang lain. Mualimin, Mario Teguh maupun Gatot
baru saja membuka tabir. Gatot lebih maju selangkah, dari narkoba sampai ke
pelecehan seksual. Mario Teguh terbirit-birit entah ke rimba mana karena takut
cambuk Tuhan lebih besar karena menelantarkan darah daging. Bagaimana dengan
Mualimin. Apakah masih bertahan dengan ‘dia bisa apa’ atau menunggu media
membuka tabir yang diungkitnya sendiri?
Makin Hebat, Ia Makin Egois
Orang
hebat berangkat dari pangkat, jabatan, dan ketenaran. Tiga hal ini sangat
berpengaruh kepada seseorang. Tiga hal ini pula seseorang dengan mudah
melontarkan ‘dia bisa apa’ kepada orang lain. Orang yang kurus, orang hebat
akan mengatakan ‘dia bisa apa’. Orang yang gemuk, orang hebat juga akan
menyebutkan pernyataan yang sama. Orang yang pincang lebih dari itu anggapan
dari orang hebat ini.
Di
mata orang hebat yang egois, semua orang adalah rendah di matanya. Apapun yang
orang kerjakan, ucapan dari orang lain, tetap saja bukan pembenaran dari
dirinya. Sanjungan demi sanjungan dibutuhkan untuk menunjang kehebatannya. Makin
disanjung, ia makin hebat.
Tiga
orang hebat di atas, terlalu lama terlena dengan apa yang didapat. Hukum karma
yang berasal dari Tuhan telah dimainkan. Kesalahan kecil di masa lalu muncul ke
permukaan akibat ulahnya sendiri. Tidak mungkin kasus salah setrika muncul
begitu saja tanpa sebab-akibat. Janggal sekali Mario Teguh kabur tanpa mau
menemui Kiswinar. Gatot menanggung malu akibat bermain-main dengan agama.
Hidup
akan sengsara karena dosa kepada orang lain. Hablumminannas (hubungan
antarmanusia) adalah paku yang menancap. Tuhan tidak menjamin maaf
antarmanusia. Orang yang meminta maaf, ia telah mengambil falsafah dari sujud padi.
Padi yang kian berisi, menguning, semakin menunduk (sujud). Sujudnya padi
kurang lebih sebagai kerendahan hati di dalam dirinya.

Baca Juga Benarkah Anak Perlu Liburan?

Categories
Uncategorized

Salah Klik Iklan di Media Sosial seperti Tubuh Terbakar Api dan Perang Batin Meledak Seketika

kenalan di media sosial berujung penipuan dan pemerkosaan
Kenalan di media sosial berujung penipuan – vemale.com
Begitu
mudahnya pengiklan menjual produk mereka di media sosial. Mainan media sosial
telah menguntungkan banyak pihak. Apapun yang sedang populer atau ingin
dipopulerkan, lempar saja ke media sosial, nicaya keunikan itu akan meledak
bagaikan bom.
Baca Juga
Media
sosial begitu berpengaruh terhadap perkembangan individual. Jika Nabi Muhammad
saw. menekankan belajarlah dari ayunan sampai liang lahat, efek samping dari
media sosial, mainlah ia dari ayunan sampai tak pernah bosan. Wajar apabila media
sosial telah menjadi raja. Anak usia sekolah bahkan lebih hapal akun media
sosialnya dibandingkan perkalian atau tata bahasa Indonesia.
Pengaruh
zaman tak pernah bisa diubah. Dulu kita cukup bersantai dengan perjodohan dari
orang tua. Anak muda sekarang lebih banyak bermain api di media sosial,
berkenalan, lalu ada yang ditipu sampai akhirnya ada yang benar-benar serius ke
jenjang pernikahan.
Perkembangan Media Sosial
Siapa
saja yang terlarut dalam internet pada tahun 2000-an tentu mengenal Friendster.
MIRC menjadi salah satu perpesanan instan yang mengibuli pecandunya. Yahoo!
Messenger kemudian hadir dengan tatap wajah yang lebih serius. Di akhir cerita
dari YM ini banyak sekali kisah cabul dibalik bilik warung internet karena
telah mendukung video call dan voice call.
Tahun
2009 sampai sekarang adalah masa di mana dua media sosial berkuasa dan bersaing
sangat ketat. Facebook dan Twitter menjadi dua raksasa media sosial yang
masih digemari. Naik-turun saham Facebook dan Twitter di lantai saham
dunia tak urung membuat keduanya membeku. Belakangan, Twitter diembuskan sedang
mencari suntikan agar mampu kembali berjaya.
Kehidupan
di dalam Facebook dan Twitter tentu sangat berbeda. Pengguna Twitter terkesan
lebih profesional dibandingkan dengan Facebook. Namun keduanya memiliki sisi
yang berani, tak takut diblokir pemerintah suatu negara, terbuka dan tiba-tiba
membela diri apabila sedikit salah melangkah. Kedua media sosial ini kemudian
bergerak ke urusan perjodohan, percintaan klise, dimulainya kekerasan dan
pemerkosaan. Sekali lagi, Facebook dan Twitter tetap dapat membungkam tekanan
yang datang dari pemerintah atau lembaga swasta.
Awal
kemunculan Facebook dan Twitter, pertemanan media sosial ini lebih kepada
mengakrabkan rekanan yang telah renggang atau teman lama yang tak ada kabar. Belakang,
tampilan Facebook jadi lebih berani, user friendly, gambar yang mudah
dilihat, status yang mudah dibaca dan tak ada batasan karakter, serta perpesanan
online yang memiliki tanda seseorang sedang aktif atau tidak.
Keberanian
Facebook membuat membernya juga lebih bernyali. Akun-akun abal-abal
muncul silih-berganti. Kebijakan Facebook yang datang setelah itu juga bisa
dikibuli dengan masih bertaburan akun-akun dengan nama dan foto profil
disamarkan.
Iklan di Media Sosial
Siapa
bilang media sosial seperti Facebook dan Twitter bisa hidup tanpa iklan?
Kedua media sosial ini telah disusupi iklan untuk membuat mereka bertahan lebih
lama. Iklan-iklan yang bertaburan di Facebook dan Twitter terintegrasi dengan
mudah. Twitter versi Android dan iOS bahkan disusupi oleh iklan aplikasi yang
mengharuskan pengguna membuka karena tergiur gambar dan slogan.
Kebijakan
iklan di Facebook dan Twitter yang berbeda membuat Twitter lebih mudah
mengibuli user. Iklan di Twitter tampil lebih vulgar, nyata dan seperti
wajib untuk mengekliknya. User yang semula tidak tahu, tabu, bahkan
malu-malu menjadi lebih terbuka tentang sesuatu.
Salah
klik di iklan Twitter bisa nyasar ke ranah mematikan. Akun abal-abal yang semula
hanya bermain di Facebook, Facebook Messenger bahkan Twitter itu
sendiri lantas bermain di aplikasi dari iklan yang tayang. Apa yang tayang itu?
Salah satu di antaranya adalah aplikasi Blued yang baru saja diblokir oleh
pemerintah. Sejatinya, pemerintah terlambat bangun dari tidur panjang dalam
memblokir aplikasi ini.
Blued
merupakan salah satu aplikasi perpesanan instan yang khusus diciptakan untuk
kaum pecinta sesama jenis. Sloganya jelas. Gambarnya juga akurat. Sayangnya
iklan dari aplikasi ini begitu mudah tampil di Twitter versi Android maupun
iOS. Tabu yang semula dibungkam oleh Facebook dan Twitter dengan akun
asal-asalan kemudian menjadi terbuka. Migrasi ke Blued dilakukan oleh mereka
secara sadar dan tidak sadar. Tidak pernah ada yang tahu karena iklan di media
sosial ini seseorang mencoba-coba, menyasar, bermain dengan Blued yang notabene
bisa bermain live streaming dengan kenalan baru.
Iklan
di media sosial tanpa diseleksi sungguh disayangkan mengingat betapa banyak
pengguna Facebook dan Twitter. Proses coba-coba itu tidak hanya dialami
oleh remaja saja, orang dewasa yang telah memiliki tanggung jawab juga akan
melakukan hal serupa. Di Facebook dan Twitter akun abal-abal sangat berani,
bagaimana mungkin di aplikasi Blued mereka akan berdiam diri.
Kebijakan Pemerintah
Pemerintah
bukan saja hanya mengejar pajak dari Google semata. Banyak sekali pekerjaan
rumah di ranah internet untuk diperbaiki. Indonesia akan buta segala rupa tanpa
Google. Indonesia akan tetap disegani oleh negara luar apabila berani bersikap,
bertanggung jawab dan menetralisir suasana di ranah maya.
Facebook
dan Twitter masih termasuk ‘rumah’ yang aman untuk user. Terlepas
dari lepasnya kendali seseorang, kedua media sosial ini masih lebih banyak
manfaatnya. Kehadiran iklan yang seronok, aplikasi yang satu visi seperti
tersebut di atas, membuat nilai edukasi dari internet berkurang.
Baca Juga
Pemerintah
mempunyai kebijakan menghalau iklan dan aplikasi-aplikasi yang serupa. Pengguna
internet juga mampu menyeleksi apa yang layak dan tidak layak. Iklan salah satu
media yang mudah mempengaruhi seseorang. Iklan media sosial termasuk primadona
sebelum salah klik oleh warga maya. 
hilang etika di media sosial
Categories
Uncategorized

Hidup Sengsara Akibat Sakiti Orang Lain

hidup sengara akibat ulah manusia
Ilustrasi – kompasiana.com
Hablumninannas seringkali
kita dengar. Hubungan antarmanusia memang harus diselesaikan dengan manusia. Tuhan
tidak menjamin apapun dari hubungan sesama manusia. Kesalahan dan kebenaran terkecil
telah tercatat di buku malaikat kiri dan kanan, Ratib dan ‘Atib. Kita tidak
bisa menghindari jenis kesalahan dengan pura-pura lupa, anggap sepele dan biar
mengalir seperti air.
Baca Juga
Kalimat
‘dia bisa apa’ bisa berimbas lebih buruk dari yang dibayangkan. Kalimat ini
sangat sensitif dan bermaksud merendahkan manusia dari beragam definisi. Siapapun
dia, mau bentuk fisik seperti apa, mau lemah terkesan di luar, mau garang
seperti ombak, mau kasar seperti angin topan, tak lain manusia yang berguna
dari sisi yang tidak kita ketahui.
Tuhan
tidak menciptakan sesuatu tanpa manfaat. Rumput diciptakan untuk alas kaki di
atas tanah berlumpur. Nyamuk diciptakan untuk menetralisir aliran darah yang tak
bermanfaat. Hinaan terhadap apa yang dianggap rendah telah menyakitinya secara
tidak langsung. Hinaan kepada manusia maka itulah penyakit yang kurang baik. Orang
tersakiti, belum tentu memaafkan. Jika meminta maaf dimaafkan akan lebih baik. Jika
lupa meminta maaf, bertumpuk dengan beda orang, karma akan berlaku.
“Oh,
saya sakit darah manis!”
“Saya
nggak enak pikiran, seakan-akan ada yang bisik di telinga!”
Manusia
tidak pernah sadar dengan apa yang telah dilakukan. Semakin tinggi mendaki,
semakin banyak yang didapat, semakin sering menghina, menyakiti orang lain
bahkan merendahkannya lebih dari binatang.
Hidup
akan sengsara akibat menyakiti orang lain. Selama ini saya pikir kalimat
tersebut biasa-biasa saja. Namun semakin diselami, semakin diresapi, dirasakan,
kalimat tersebut membenarkan tentang karma. Sakit – misalnya – ada sebab-akibat,
terlepas dari kondisi tubuh. Contoh, si ganteng itu memakan harta anak yatim,
tak lama kemudian ia gagal ginjal. Contoh lain, kepala sekolah itu menyulap
dana untuk membeli mobil mewahnya, seminggu kemudian ia harus operasi kanker prostat
yang diketahui secara tiba-tiba.
Teguran
berupa sakit bisa menjadi cambuk untuk mereka yang berpikir. Namun untuk mereka
yang terlena, ia akan semakin menanjak sampai melayang seperti pesawat terbang
pada rutenya. Kehilangan yang dirasa adalah ‘cobaan Tuhan’ dan selalu
menyalahkan Tuhan akibat hilangnya sehat bahkan nyawa orang tercinta.
Pernahkah
kita sekali berpikir, “Ini kesalahan saya!” lalu perbaiki bagian yang timpang
ini.
Tampilan
luar seringkali menipu. Kita terlalu sering berargumentasi bahwa orang yang
hidup mewah; punya mobil, rumah gedung, uang banyak, adalah tipikal orang
bahagia. Tetapi dasarnya, kebahagiaan tersebut bukan karena uang menggunung,
mobil berderet di garasi, rumah bertingkat di mana-mana. Bahagia itu saat kita
merasa cukup, tidak susah melihat orang lain senang.
Bahagia
itu sederhana saja. Bagaimana cara kita mengintepretasikan kebahagiaan di saat
orang lain susah karena satu kalimat ‘dia bisa apa’. Bahagia dan sengsara bermain
atas hukum yang sama. Selaras dan tak berpindah ke jalur lain. Ibarat pesawat
terbang yang apabila pindah ke beda jalur tanpa memberitahu ke petugas bandara
terdekat, maka tabrakan dengan pesawat lain tidak bisa dihindari. Hidup kita
diambang kesengsaraan karena telah menyakiti orang lain.
Karma
itu berlaku. Hanya saja kita lupa. Tidak mau tahu atau memang keras kepala. Secuil
saja menyakiti hati orang lain, bisa berlipat hukuman yang diberikan kepada
kita. Setetes saja airmata jatuh di pipi orang lain, bisa bertetes airmata
jatuh di pipi kita. Tidak sekarang, nanti, kapan-kapan. Tunggu tanggal mainnya.
Di
hari akhir, Tuhan hanya akan menuntut amalan sesuai anjuran agama. Urusan dengan
sesama manusia, maka selesaikan sebelum mati. Kita buat orang lain sengsara,
maka kita akan merasakan kesengsaraan itu juga. Kita buat orang lain bahagia,
maka kebahagiaan akan menyertai kita.
Baca Juga
Percaya
atau tidak, terapkan saja pola pikir demikian. Berkaca kepada tokoh masyarakat,
sering tampil di televisi, diidolakan, jatuh ke lantai berlumpur karena sebuah
kalimat hinaan. Tuhan tak pernah ingkar janji. Tuhan selalu ada cara untuk
membuka jalan. Semakin sering kita menyakiti orang lain, semakin terbuka jalan
menuju kesengsaraan di dalam hidup kita. 
Categories
Uncategorized

Kopi Jessica, Kopi Sianida yang Dibesarkan dari Janin Hingga Dewasa

Kopi Jessica Sianida – “Siapa
sih Jessica itu sampai sidangnya live pula di televisi?” tanya
seorang teman kemarin pagi.

Nama Jessica memang langsung melambung bagai burung
camar lupa pulang ke sangkarnya akhir-akhir ini.

Jessica ini bukanlah selebriti
Indonesia, Jessica Iskandar yang penuh humor dan lugu dalam memandu acara tawa,
bukan pula mantan personel girl band papan atas Korea Selatan, Jessica
Jung, yang melejit sebagai perancang mode dan solois setelah hengkang dari Girl
Generation (SNSD). 



Dia hanya Jessica Kumala Wongso, seorang yang dianggap
psikopat oleh netizen, seorang yang dianggap sangat pintar memainkan peran,
berkarakter sekuat petir musim hujan saat sidang perkara, dan penuh perhitungan
saat mencampur kopi dengan sianida, mungkin jika dia benar tersalah.

kopi sianida
Jessica Wongso yang tampil cantik bermake-up – liputan6.com

Tak
perlu saya jabarkan siapa Jessica Kumala Wongso lebih jauh. Wanita yang raut
wajah berubah-ubah ini didakwa sebagai pembunuh sahabatnya, Wayan Mirna
Salihin. 



Cukup panjang perjalanan seorang Jessica menjadi selebriti sepanjang
tahun 2016. 



Sidang perkara yang bertele-tele memakan waktu teramat panjang. 


Bukti
otentik yang diumbar belum cukup menguatkan wanita yang selalu tenang ini untuk
makan enak di dalam bui. 



Bahkan, seorang teman saya yang lain membuat status di
media sosial yang isinya kurang lebih seperti ini.
“Jessica kok sidang melulu, kapan wisudanya?”
“Jessica nggak siap-siap S1, kapan mau S2 dan S3?”
“Jessica sibuk sidang bunuh orang, kapan di sidang munakahat?” – pernikahan –
Jessica
telah membesarkan kopi sianida dari janin sampai dewasa.

Wanita ini cukup
pandai meramu kopi agar terhindar dari rasa pahit atau bahkan terlalu manis.

Ia
mengaduk kopi sianida dengan sangat pelan sampai sendok tak menyentuh permukaan
gelas.

Tak akan kita mendengar suara berdenting penuh irama asmara saat Jessica
menyuguhkan kopi kepada Mirna.

Jessica yang piawai memainkan peran antagonis
seperti Meriam Bellina, begitu tahu posisinya akan berada di mana jika rencana
manis itu berasa durian.

Tercium menyengat namun belum tentu orang tahu di mana
disimpannya.

Anggapan demi anggapan muncul ke permukaan karena sebagian kasihan
dengan Jessica yang dimain-mainkan oleh jaksa.

Namun kopi yang dipesan Jessica
tak akan mudah layu seperti pesan singkat di perpesanan online, WhatsApp,
yang terhapus bagai dicuri hacker tingkat dewa yang baru saja
memenangkan hadiah miliaran dolar dari Bill Gates karena menemukan bug
kecil pada Windows 10.

Tokoh
utama drama berjudul Kopi Sianida Jessica ini sebenarnya hanya
mereka berdua, Jessica Kumala Wongso dan Wayan Mirna Salihin. Permainan ini justru
mudah sampai ke klimaks sebelum antiklimaks dimulai.

Mirna langsung terkapar
dan Jessica menyembunyikan celana jeansnya yang barangkali telah
diberikan kepada Pelahap Maut yang masih gentayangan di sekitar istana
kebesaran Albus Damboldor, Hogwarts School of Witchcraft and Wizardry.


Permainan Jessica terus bergema sampai ke bab demi bab yang tak lagi semanis rasa
kopi. Kekuasaan Jessica dalam setiap bab tak ubah seperti
Abaddon, The
Lord of Avernus
dalam game online, DOTA 2.

“Jessica
itu orang kaya ya?” teman saya kembali melemparkan pertanyaan yang sebenarnya
tidak mungkin ada jawaban.

Wajah Jessica yang terus-menerus menggerogoti layar
televisi, kanal berita online, bahkan share media sosial
membuatnya memiliki sayap bak peri.

Jessica terbang terlalu tinggi karena
kafein yang diteguknya bersama Mirna di Café Olivier, Jakarta.

Kepakan sayapnya
membentang khatulistiwa, menyilaukan mata seluruh rakyat Indonesia yang
berpihak kepadanya dan juga menghujatnya.

Jessica yang tampak lelah terlihat
biasa-biasa saja karena hukuman itu paling 3 tahun penjara seperti Saiful
Jamil, walaupun pada kenyataannya benar-benar bersalah di kemudian hari.

Kekuasaan
pada dasarnya dapat dibeli dengan kekayaan.

Jika saja tidak tertangkap tangan Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK), Saiful Jamil pasti terbahak saat ini. Sisi
keuntungan dari Jessica adalah dirinya yang terkenal ke seluruh negeri.

Media
massa menghardik kamera hanya kepadanya tiap kali persidangan.

Tidak tertutup
kemungkinan, jika Jessica nanti bebas bahkan mendapat hukuman ringan, sorot
kamera akan masih mengikutinya.

Acara reality show yang gemar mengumbar
kejelekan orang juga akan berlomba mengundang Jessica sebagai tamu kehormatan
dengan honor fantastis.

Begitulah negeri kita, walaupun sesaat tampil di
televisi, setahun saja, iklan sana-sini, talkshow di televisi ini dan
itu, jadi figuran di drama tak habis episodenya walaupun melebihi angka 1000, ia
akan mampu menutupi kerugian selama persidangan ini.

Masyarakat
yang sebenarnya tidak terlena ikut ambil bagian di dalam kasus Jessica.

Sekilas
info yang muncul saat drama Tukang Bubur Naik Haji atau Uttaran,
selalu wajah Jessica yang ditata dengan make up tipis bagai gaya
anak-anak muda masa kini saat jalan-jalan ke mal.

Kopi yang cuma sekali teguk
habis kini berubah menjadi jeli yang diteguk nggak akan habis.

Cangkir pelangi
pemberian Jessica kepada Mirna akan terus mengisi sendiri isinya.

Kopi itu, si
sianida yang dibesarkan Jessica dari janin sampai kini telah dewasa.

Semakin
tumbuh besar, semakin kuat akar pemikiran, semakin matang menghadapi masalah,
semakin bijaksana mengambil keputusan, semakin jeli melihat celah dan semakin
picik menilai sesuatu.

Kasus
Jessica yang terlarut bagai ditergen dalam ember berisi pakaian menggunung,
membuat masyarakat sebagai penonton budiman bosan lalu memilih Ranveer
dan Ishani (Meri Aashiqui Tum Se Hi)
atau Anak Jalanan
daripada berita terkini 30 menit sampai 1 jam.

Gara-gara Kopi Jessica, kehidupan
layak di tengah masyarakat telah dimanipulasi oleh berita-berita yang sama
hampir tiap channel khusus berita. Kata remaja, “Lu lagi, lu lagi!”

Pakar
dalam talkshow kemudian menjadi seseorang yang mengeluarkan pendapat
buram.

Masyarakat yang menonton lebih baik menarik tarikan kabel ke listrik
daripada mendengar ocehan yang tidak membenarkan atau menyalahkan Jessica
maupun Mirna.

Pendapat-pendapat di atas awan ini menjadi ninabobo bagi
masyarakat karena hanya menakar gula di dalam karung bolong semulut tikus.

Perdebatan
panjang sampai urat leher muncul sudah tidak layak lagi ditayangkan pada
televisi yang menyisipkan 13+ di sudut bawah layar kaca.

Sikap
bosan itu sangat manusiawi sekali. Saat masyarakat berpaling dari berita utama
tentang Jessica yang tak kunjung usai, masyarakat tak akan tahu telah terjadi
gempa di pinggir barat Indonesia yang diletakkan di tengah bahkan akhir siaran.

Persidangan Jessica yang disiarkan secara langsung, memamerkan kepongahan
antara pengacara dan jaksa penuntut.

Kisah Jessica bukanlah drama seri Korea, The
Good Wife
, yang memperlihatkan kelicikan dan keangkuhan selama jalannya
sidang sebuah kasus.

Sidang Jessica adalah konsumsi keluarga penggugat dan
tergugat.

Kami sebagai masyarakat awam, berada di luar pagar luar angkasa, kami
cukup kok tahu selintas dari permainan cantik Jessica, namun kami tak
perlu tahu sampai isi underware yang dipakai oleh Jessica maupun Mirna.

Patutkah
kita berbangga saat semua media menyorot isu itu saja sedangkan di kampung nan
jauh dari kota, bukan berasal dari keluarga kaya, didakwa sebagai pembunuh
walaupun cuma lewat saja menolong orang terbunuh.

Tak ada yang bela, tak ada
empati, tak ada media yang membesar-besarkan kasus ini.

Paling nyata, tidak
pernah kita lupakan seorang nenek mencuri tetapi dihukum terlalu berat karena
pengacara enggan memilihnya.

Hukum di Indonesia terlalu manis apabila kekayaan
keluarga miliaran sampai triliunan. Hukum negeri ini akan lemah seperti bukti
otentik kasus Jessica apabila hanya bermodal suara.

Kopi Sianida Jessica
membuat wanita ini terkenal ke seluruh negeri. Besok-besok, tinggal muncul saja
anak kota penuh gaya perlente dengan kasus bermacam rupa, lalu disorot media
massa, lantas usaha keluarganya melambung tinggi.

Banyak orang kasihan, banyak
pula yang mengemis empati. Semakin terdakwa memelas, semakin mudah menipu
masyarakat Indonesia.

Saya teringat ucapan Bebi Romeo saat Fatin Shidqia Lubis
menyanyikan lagu kemenangan Aku Memilih Setia, pada ajang
X-Factor Indonesia musim pertama tahun 2015.

Bebi berujar kurang lebih begini,
Waktu adegan peluk-pelukan itu, kok jadi sedih ya.
Tapi orang Indonesia begitu, berasa sedih, beli
!


Kopi sianida yang
diramu Jessica telah dibeli oleh masyarakat Indonesia, walau itu cuma secuil
saja! 

*** 
Artikel ini ditulis karena pemberitaan media yang tidak berhenti dan kasus lain jadi kabur, tidak terekspos dengan benar.