“Kami bisa dipakai, Bang!” ujarnya.
Barangkali, jika di luar Aceh, mereka yang menjajakan beragam produk ini berpakaian lebih minim untuk menarik minat pelanggan. Berbeda dengan kondisi Aceh yang menerapkan syariat Islam yang menuntut penampilan para SPG ini lebih tertutup.
Namun, dalam keadaan tertutup kesan “seksi” dalam diri perempuan cantik ini tak bisa dibuang percuma. Pakaian mereka tetap ketat walaupun kepala telah tertutup jilbab.
![]() |
Ilustrasi |
Istilah bekennya shift; apakah bekerja pagi, siang atau malam. SPG ini memiliki gaji tetap dan akan mendapat bonus apabila penjualan mereka melebihi target.
SPG Jual Rokok untuk Kebutuhan Hidup
Dia bercerita tantangan sebagai SPG rokok yang kerap dijahili di berbagai tempat. Tahu sendiri bagaimana kondisi Medan dan Batam yang gemerlap siang maupun malam.
Colek-mencolek sudah hal biasa yang dialami oleh para SPG. Berbeda dengan di Aceh yang cenderung lebih sopan dan menghargai perempuan lebih dari definisi mereka mau; kata Dia.
Mau utang menumpuk di mana-mana. Mau belum makan. SPG harus memberikan senyum terbaik mereka ketika sedang bekerja. Dan Dia mengatakan bahwa, “ SPG itu harus mau diapa-apain!”
Kehidupan Malam SPG yang Tidak Wajar
Memang, tidak semua mau berperilaku demikian. Namun tuntunan pekerjaan, gaya hidup, serta mendapat bonus besar seakan-akan melupakan kodrat sebagai perempuan baik-baik.
Semula, Dia hanya melakukan “itu” karena dirinya merasa bahwa gaji tidak cukup. Belum lagi untuk mengirim ke orang tua dan kebutuhan lain yang mendesak.
Ada yang booking, harga pas maka lanjut saja. Toh, sama-sama SPG telah saling tahu dan hampir melakukan pekerjaan “sampingan” ini sebagai penunjang penampilan dan gaya hidup mereka.
Bahkan, ada pula secara terang-terangan para manager menjadikan perempuan cantik ini sebagai ladang meraup keuntungan lebih banyak.
Manusiawi memang. Rahasia ini menjadi sangat umum di kalangan SPG dan mereka menjalani sebagai pelengkap serta “gaya hidup” supaya tidak mendapat ejekan dari sesama.
Syukur-syukur dapat bonus besar. Paling apes yang dikasih jatah sesuai perjanjian awal setelah napsu birahi terlampiaskan. Nama juga “sampingan” ya disyukuri saja. Katanya sih begitu.
Untuk tampil “cantik” sesuai definisi mereka dan maunya “konsumen” butuh biaya besar dan tidak tertutupi dengan gaji dari perusahaan atau bonus penjualan.
Dia dan teman-temannya yang telah merangkap jabatan ini mesti memutar otak supaya penampilan mereka menarik. Semakin menarik semakin besar bonus pekerjaan “ranjang” tersebut.
Dunia Malam SPG Ada di Mana-mana
Bahkan, di warung kopi yang sering SPG cantik ini singgahi sungguh tak pernah mereka mendapat perlakuan tidak mengenakkan, yang paling ringan misalnya minta nomor handphone atau PIN BlackBerry Messenger, hanya satu dua saja.
Karena Aceh berbeda, Dia sedikit tersiksa ketika ditugaskan ke daerah bekas tsunami ini. Dia ingin cepat-cepat mendapat “SK” penugasan di daerah lain yang mudah baginya terbang ke pangkuan para laki-laki hidung belang.
Gaji “sedikit” menurutnya dan penjualan rokok yang melempen di Aceh, walaupun warung kopi cukup banyak, membuatnya dan SPG lain kelimpungan menopang gaya hidup.
Laki-laki Aceh memang perokok namun sangat jarang membeli pada SPG yang menawarkan pada mereka di warung kopi terbuka.
Rata-rata perokok di Aceh yang duduk di warung kopi telah membeli rokok di tempat lain.
Menawarkan rokok kepada laki-laki Aceh dengan cara mendesah-desah atau merajuk manja bisa-bisa mendapat sorotan tajam dari pengunjung lain, bahkan bisa dihardik sebagai perempuan tidak benar walaupun Dia mengaku dirinya memang telah “tidak benar”.
Bonus SPG Tidak Cukup Beli Gaya Hidup Mewah
Bonus dari hasil penjualan meningkat tajam karena para laki-laki mudah dirayu untuk membeli rokok bahkan “dirinya” sendiri.
Rata-rata laki-laki yang mau memakai jasa SPG ini adalah mereka telah membeli rokok terlebih dahulu bahkan langganan tetap.
Cara bookingnya melalui telepon atau pesan instan BlackBerry Messenger. Ada saja cara untuk mengetahui dan mendapatkan SPG mana yang mau diajak “kencan” lengkap dengan tarifnya.
SPG itu adalah pekerjaan yang mengutamakan faktor umur, faktor kecantikan dan kekencangan kulit. Lepas dari itu semua, pekerjaan ini hanyalah mimpi bagi mereka yang buruk rupa.
Namun, jika menelaah cerita Dia – mungkin – lebih baik buruk rupa dengan pekerjaan pas-pasan asalkan perut terisi tiga kali sehari dari pada memuaskan batin orang lain.
Apakah SPG sama dengan Kupu-kupu Malam?
Saya tidak tahu berapa banyak kupu-kupu serupa Dia yang merintih, menghentak-hentakkan kaki meminta pertolongan saat tubuh laki-laki ganteng, gendut, jelek, gagah atau sejenisnya menindih tubuh Dia tanpa ampun.
Saya sangat awam tentang data perempuan seperti Dia yang merajuk-rajuk manja pada laki-laki di warung kopi atau tempat umum lainnya supaya membeli rokok dari mereka.
Saya hanya menulis tentang Dia yang termenung di salah satu warung kopi selepas dinasnya di sore hari.
Dengan pakaian santai Dia menyeruput kopi Aceh yang membuatnya tak bisa tidur semalaman nanti.
Tentang masa depan yang diungkit Dia walaupun dia mengaku begitu sensitif sekali membicarakan ini.
Pilihan hidup boleh apa saja namun urusan rejeki tetaplah ada. Profesi sebagai perempuan panggilan entahlah berada di posisi berapa dalam kitab yang isinya hanya perempuan saja di hati saya.