Categories
Uncategorized

Jalan Berliku Kehidupan Seorang Blogger

Terdiam
di warung kopi dengan laptop menyala telah sangat wajar, di mana saja, tidak
hanya di Aceh. Tiba-tiba notifikasi pertanda e-mail masuk juga tidak
dapat membuat jantung berdetak lebih kencang seperti hendak melamar pujaan
hati.

Mereka adalah blogger, dikenal juga dengan freelancer. Surat
elektronik telah menjadi makanan sehari-hari seorang blogger saat ini. Jika
bukan pemberitahuan komentar di blog, newsletter, kerjasama pemasangan
iklan, kerjasama menulis artikel, ajakan lomba atau invitation untuk
menghadiri suatu acara bahkan jalan-jalan gratis.
blogger sejati
Blogger Sejati – blogherald.com

Blogger
telah menjadi anak emas di zaman serba instan. Apa-apa yang ingin dicari orang
mudah saja menyebut,
googling saja. Orang awam sekalipun saat ini telah
menyebut internet sebagai sarana yang seperti membalik telapak tangan. Masukkan
kata kunci lalu semua yang dicari akan keluar dengan sendirinya. 



Positif dan
negatif. Kamu ingin mencari resep kue bolu rasa
strawberry langsung
ditemukan tak lebih sedetik setelah tertekan
enter. Apa muncul kemudian adalah
deretan blog yang berisi resep kue dan cara membuatnya, bahkan ada pula
tutorial dalam bentuk video. Siapa yang membuatnya, adalah blogger!
Pada
awalnya, menulis blog itu sama dengan menulis catatan harian. Belakangan, blog
menyebar luas sesuai niche masing-masing. Mereka yang hobi jalan-jalan
membuat blog traveling seperti mantan reporter MetroTV, Marischka Prudence.
Agustinus Wibowo dan Trinity malah lebih berani dengan mengumpulkan kisah
perjalanan keliling dunia dari blog menjadi buku.

Agustinus menggebrak dengan
kisah-kisah dari negeri berakhiran Tan, penuh instrik, godaan, ketakutan
dan kemunafikan yang ditulis dengan berat dan berfilosofi tinggi. Trinity
adalah mbak kantoran yang menulis ringan saja walaupun ia sedang
berkisah hampir ditinggal pesawat dan terancam dideportasi dari negeri jauh.

Perjalanan
kedua blogger dan penulis buku ini memakan waktu cukup lama, setahun bahkan
lebih untuk mengumpulkan kisah yang diposting ke blog lalu dikirim ke
penerbit untuk dijadikan buku.


Niche blog traveling
memang berat untuk mereka yang nggak suka jalan-jalan, kekurangan dana dan
tidak ada waktu untuk menjelajah. Namun blog yang “main-main” juga membuat
seseorang melambung karena coretan hati yang terluka, salah satunya adalah
Raditya Dika. 



Raditya Dika memulai kisah patah hati di blog sebelum menjadi
penulis buku dan selebriti terkenal. Belum lagi berbicara blogger lain yang
belum seterkenal mereka. Blogger yang seperti saya sebutkan tadi, paling keren
diundang jalan-jalan oleh produsen telekomunikasi dengan transportasi dan
akomodasi ditanggung semua. 



Salah satunya, Asus Indonesia yang menjaga hubungan
baik dengan blogger. Asus mengundang blogger untuk menghadiri peluncuran produk
terbaru sejak dua tahun lalu. Dari kacamata blogger pemula tentu luar biasa
karena hanya satu artikel dua halaman Microsoft Word dapat naik pesawat gratis,
tidur di hotel berbintang, jalan-jalan, dan bahkan dapat oleh-oleh berupa
smartphone
high end.

Blogger
yang lain masuk ke dalam kategori raja lomba. Produsen-produsen nasional dan
multinasional telah bermain aman dengan menggelar lomba blog untuk menaikkan nama
dan rating website mereka. Cukup buat lomba dengan hadiah puluhan juta,
laptop atau smartphone, maka blogger akan mengikutinya dengan senang
hati.

Blogger dapat hadiah, penyelenggara dapat input luar biasa dari mesin
pencari Google. Sebagaimana kita ketahui, pengguna smartphone jutaan orang
mulai dari kampung sampai kota besar. Daripada menonton iklan di televisi orang
lebih memilih mencari di internet, lengkap dengan harga dan bisa dibaca
berulang-ulang bahkan bisa di simpan atau bookmark.

Kategori
blogger yang paling menggiurkan adalah pemain Google AdSense. Sekadar
pengetahuan, Google AdSense adalah layanan iklan yang disediakan Google
untuk publisher lalu dipasang di website atau blog mereka.

Google
akan menghitung klik unik dari pengunjung pada iklan yang tayang. Layanan
ini bisa bermain di dalam mata uang negara asal atau dalam Dollar Amerika
Serikat. Tiap tanggal 22, Google regional yang dimaksud akan mentransfer ke
rekening publisher apabila telah melampaui batas minimal.

Blogger
yang bermain di iklan Google ini adalah mereka yang tahan banting, tidak tidur
semalaman, memposting puluhan sampai ratusan artikel dalam sehari, memanipulasi
mesin pencari, melakukan klik otomatis, menentukan apa yang paling sering
dicari orang, dan hasilnya tentu tidak main-main.


Publisher Google AdSense
dari satu bahkan lebih blog bisa mendapatkan puluhan juta tiap bulannya. Semua
terbayar sudah dan tinggal menikmati pundi-pundi “amal” dari jerih payah tanpa
potong kredit bank atau dana koperasi atau pajak negara.
Kehidupan
seorang blogger tidak seinstan mi ayam. Jalan berliku yang dilalui memiliki
aturan sama halnya dengan pegawai negeri atau swasta. Setiap aturan harus
dipatuhi apabila ingin aman dan tidak ditalak tiga oleh Google.

Google akan menganaktirikan
blogger bandel yang tidak membaca tata tertib dari mereka. Pornografi dan
pornoaksi, di antara sekian tema yang dipangkas Google. Semakin dikenal oleh
Google semakin baik bagi seorang blogger.

Kata kunci tertentu akan nangring di
halaman pertama mesin pencari, inilah yang dikejar oleh blogger dengan sekuat
tenaga.

Siapa
saja yang bisa menjadi blogger? Jawabannya siapa yang tangguh, sabar, berkorban
dan mau menulis. Persaingan blogger sekarang ini bukan cuma dengan blogger saja
tetapi dengan kanal berita media massa versi online. Selain media massa
arus utama, banyak pola portal berita online yang hadir mendadak karena
ingin mengeruk keuntungan dari segala sisi, termasuk dari iklan Google.

Blogger
yang tangguh adalah mereka yang tidak mudah menyalin artikel orang lain ke blog
mereka. Blogger yang sabar adalah mereka yang akan terpana apabila mendapat
undangan jalan-jalan gratis.

Blogger yang mengorbankan banyak waktu akan
menerima imbalan yang sesuai dengan itu, bisa berupa finansial maupun barang. Blogger
yang mau menulis dengan hati, dengan rasa, dengan fakta, akan terbahak saat
memenangkan hadiah puluhan juta rupiah.

Masihkah
blogger dipandang sebelah mata? Pertanyaan ini saya jawab sendiri, masih.
Alasan mengapa saya berani mengatakan ini karena blogger tidak memiliki nomor
induk, tidak memiliki kantor, tidak memakai seragam rapi tiap hari, tidak
memakai sepatu mengilap, tidak ada slip gaji yang bisa dipamerkan ke media
sosial dan tidak bisa menjelaskan berapa nominal bulanan yang masuk ke rekening
karena bisa berubah-ubah.
Lalu,
siapakah blogger ini? Entahlah. Mungkin saja yang sedang duduk di salah satu
sudut warung kopi dengan mata sembab. Mungkin saja yang tak tidur seharian. Mungkin
saja yang jemarinya telah lentur akibat mengetik puluhan artikel. Mungkin saja
seorang pegawai negeri.

Mungkin saja pegawai swasta. Mungkin saja seorang guru.
Mungkin saja seorang dokter. Mungkin saja ibu rumah tangga. Mungkin saja anak
jalanan. Mungkin saja anak mama. Mungkin saja anak paling bandel di sekolah. Mungkin
saja mereka yang sering terlihat mengkhayal. Mungkin saja mereka yang….


Tidak ada yang tahu. Kecuali, kita membaca blog mereka! 
Categories
Uncategorized

Empat Manfaat Penting Smartphone di Era Digital

Internet
telah menjadi sarana penting saat ini.
Smartphone yang dijual pun laku
keras karena bermain di rentang harga paling aman, murah, menengah dan mahal. Tinggal
kita mau pilih yang mana. Nah, apa saja manfaat
smartphone yang paling
rentan dilakukan saat ini, berikut ulasannya!

zenfone 3
Smartphone high end – hardwarezone.com

Share Informasi ke
Media Sosial

Informasi
yang berseliweran di media sosial dan kanal berita online patut
dicurigai kebenarannya. Saya pilih-pilih dulu informasi mana yang layak di share
dan tidak. Informasi yang menarik dan membutuhkan tingkat keterbacaan lebih
banyak tentu layak dishare.

Misalnya kaum muslim tertindas selama bulan
puasa di negara lain. Setidaknya, informasi yang saya share dibaca oleh
orang lain dan mendapatkan reshare sehingga banyak doa yang terpanjatkan
untuk mereka yang dizalimi.

Simpel
sih tetapi share informasi media sosial sangat berpengaruh
terhadap apapun. Contohnya saat salah satu pesantren terbakar di Aceh Selatan
belum lama ini, share media sosial yang cepat membuat orang-orang cepat
pula menggalang dana untuk memberi bantuan.

Walaupun materi yang terkumpul
nggak bisa menggantikan kerugian namun dalam setiap sedekah ini terhimpun
doa-doa ikhlas dari pemberinya. Namun untuk saya yang nggak bisa bersedekah, saya
sumbangkan
share informasi sehingga sedekah dalam bentuk doa
tersampaikan. 



Selain share informasi menarik dan bermanfaat, saya tak
lupa untuk membuka pintu blog dan mengisinya dengan yang manis-manis, sedikit
asam dan pahit.

Update Tulisan
di Blog

Ngeblog itu buat waktu
puasa terasa cepat terkuras. Duduk diam di dalam kamar, menunggu ilham datang, jari
berperang dengan keyboard menjadi sesuatu yang menyenangkan. Benar lho,
saat menulis dan mengeluarkan ide-ide saya nggak terpikir untuk makan, untuk
minum, untuk melihat sesuatu yang menimbulkan napsu secara seksual, tidak mengunjing,
tidak melakukan apapun yang membatalkan puasa.
Saya
berbagi melalui media blog karena itulah senjata yang saya punya. Tulisan yang
menjadi viral tentu menimbulkan pro dan kontra. Tulisan yang biasa-biasa saja
terasa adem dibaca. Saya menikmati ini dan membuat Ramadhan terasa lebih
berkah.

Keberkahan itu begitu terasa karena selama Ramadhan saya tidak pernah
kehilangan ide menulis walaupun kemudian menumpuk di draf. Saya meloncat
dari satu ide ke ide lain. Saya membaca referensi di beberapa media. Menarik
sudut pandang yang berbeda dari orang lain sebelum ditiup dan dibiarkan meledak
di jagad maya.

Baca Informasi Terkini

Oh, ini penting sekali
bagi saya yang jarang menonton televisi. Bukan berarti saya ketinggalan
informasi karena nggak menonton tayangan berita. Saya bahkan mendapatkan
informasi lebih cepat dibandingkan dengan orang yang menonton televisi. Informasi
terkini bisa saya dapatkan dari media sosial atau kanal berita terpercaya –
artinya ada redaksi khusus atau media arus utama versi online.
Saya
cukup buka aplikasi yang telah terinstal di smartphone lalu membaca
informasi penting dan genting. Pilihannya tentu menarik karena ada informasi
terbaru, trending, atau terpopuler. Kanal lain untuk sekadar cuci mata
bisa membaca informasi teknologi mulai dari review produk, opini, maupun
produk terbaru yang akan launching tak lama lagi. Informasi yang menarik
bagi saya, kembali ke poin pertama, share ke media sosial.

Tonton Video Bermanfaat

Youtube
menjadi salah satu andalan smartphone saat ini. Beragam video bebas
diunggah oleh siapa saja. Saya sangat selektif dalam menonton tayangan di
Youtube. Saya memilih tayangan yang menghibur, bersifat edukatif, maupun
lagu-lagu religi dan ceramah agama. Kadang, dari sebuah tayangan di Youtube
bisa mengilhami saya menulis artikel dengan sudut pandang berbeda.
Saya
nggak mungkin bisa berbuat empat kegiatan itu sambil tidur, berbaring, duduk
manis manja, tanpa didukung smartphone dengan jaringan kuat. Smartphone
ini setidaknya mampu mengerjakan banyak hal dalam satu waktu.

Mau share artikel
banyak-banyak ke media sosial, mau hidupkan portabel hotspot untuk
kebutuhan ngeblog, mau baca-baca cukup lama, mau nonton berjam-jam, smartphone
yang saya pakai bebas ngelag dan aman di jaringan data.

Categories
Uncategorized

Pembangunan Infrastruktur Indonesia Sentris yang Terganjal Waktu

“Kita
kok nggak ada jembatan seperti itu?” tanya sepupu saya yang masih
berusia tujuh tahun saat menonton film The Amazing Spider-Man. Film
manusia laba-laba ini mengambil lokasi syuting di atas jembatan Brooklyn. Saat
itu sang pahlawan datang membantu masyarakat yang tertahan di atas jembatan
akibat ulah manusia kadal yang jahat. Brooklyn Bridge merupakan sebuah jembatan
penghubung antara Manhattan dengan New York di atas Sungai East. Jembatan
terpanjang di dunia ini merupakan salah satu jembatan favorit untuk lokasi
syuting film superhero.
Pembangunan Infrastruktur Indonesia Sentris
Pembangunan Infrastruktur Indonesia Sentris – Photo by Bai Ruindra

Saya
yang kebingungan menjawab dengan spontan, “Negara kita miskin!” Jawaban yang
kemudian saya sesali karena menimbulkan pertanyaan lain yang lebih kritis.

“Kenapa kita miskin? Kenapa kita nggak bisa bangun jembatan itu?” saya
kehilangan jawaban yang tepat. Dia memaksa untuk mendapatkan jawaban yang mudah
dicerna pada usianya. Definisi orang dewasa tentu sangat kebal dipahaminya
dengan baik. Mau tidak mau saya harus mendapatkan jawaban dengan segera.

“Nanti
sore, kita akan lihat jembatan seperti itu,” kata saya kemudian.
“Katanya
nggak ada,”
“Ada,”


Sorenya,
menjelang berbuka, saya boyong sepupu yang puasa setengah hari pun belum mau
untuk melihat salah satu jembatan terbaik di daerah kami. Jembatan Kuala Bubon terletak
di desa Kuala Bubon, Kecamatan Samatiga, Kabupaten Aceh Barat. Jembatan ini memiliki
panjang 104,5 meter dengan lebar 10 meter. Jembatan yang dibangun setelah
tsunami merupakan jalan lintas Banda Aceh ke wilayah barat selatan.

Jembatan
ini cukup unik untuk ukuran jembatan di daerah. Pembangunannya yang tak biasa
membuat jembatan ini begitu indah untuk mereka yang pertama sekali melihatnya. Namun
untuk kami yang sering melintas, jembatan yang hampir mirip dengan jembatan di
luar negeri ini terkesan biasa-biasa saja.
Jembatan
Kuala Bubon dibangun cukup tinggi dari sungai dan perumahan warga. Jembatan terlalu
sempit untuk ukuran lintas kabupaten yang ramai oleh lalu lintas kendaraan
bermotor. Jembatan ini juga menjadi tempat wisata bagi masyarakat setempat
menjelang magrib karena matahari terbenam cukup indah apabila dilihat dari atas
jembatan. Tak ayal, tiap hari jembatan ini dipenuhi oleh muda-mudi yang
bersantai di sana.
Sepupu
saya yang juga tahu jembatan ini kemudian mengeluarkan pendapat. “Oh, ini kan
jembatan yang sering kita lewat!”
Saya
terkekeh. Dia kemudian nggak terlalu sibuk untuk bertanya yang belum usai saya
jawab. Mungkin juga sudah lupa. Dia kemudian memberikan instruksi ke sini dan
ke sana untuk melihat setiap sudut jembatan. Saya menuruti saja.
pembangunan indonesia sentris
Salah satu jembatan di Aceh Barat- Photo by Bai Ruindra
Bisakah
Jembatan Kuala Bubon termasuk ke dalam bagian pembangunan infrastruktur
Indonesia sentris?
Jembatan
ini memang bukanlah terletak di jalan lintas provinsi dengan volume kendaraan
cukup besar. Jembatan ini hanya terletak di jalan lintas kabupaten tetapi tetap
dilintasi oleh banyak kendaraan dalam 24 jam.

Seperti saya memulai pengetahuan
sejak dini dengan datang langsung ke tempat, seperti itu pula pembangunan
infrastruktur Indonesia sentris di lakukan. Tahap demi tahap yang tidak mudah
dilalui akan membuat satu bangunan lebih kokoh daripada meraba-raba di dalam
bayangan namun satu bangunan pun tak jadi.

Indonesia
cukup banyak membutuhkan pembangunan infrastruktur, mulai dari perkotaan sampai
pelosok. Pembangunan ini penting karena hajat hidup masyarakat Indonesia tidak
hanya berorientasi di kota saja. Jembatan yang kecil sekalipun akan terkesan
mewah apabila manfaatnya cukup banyak dirasa oleh masyarakat.

Jembatan Kuala
Bubon memang sangat kecil untuk ukuran pembangunan skala besar di kacamata
pemerintah. Namun tahukah bahwa manfaat jembatan ini justru sangat besar?

Jembatan
ini menjadi objek wisata, pangkalan perahu nelayan, tempat berteduh orang-orang
memancing, ramah lingkungan karena dibangun cukup tinggi, di sisi lain yang
berada di luar badan jalan dijadikan tempat orang berjualan saat bulan puasa
karena lalu lintas di atas jembatan begitu ramai.

Bagaimana
dengan jembatan lain di tempat yang saya tidak ketahui? Bagaimana dengan
infrastruktur yang tak pernah terliput media?
Pembangunan
infrastruktur sentris sejatinya tidak hanya melihat manfaat di satu pandangan.
Pembangunan yang layak diberikan penghargaan adalah bagian terpenting dan
terdekat dengan masyarakat.

Mau tidak mau, pembangunan tersebut akan dipakai
oleh masyarakat setempat dan menjadi milik mereka, bukan lagi milik negara
seutuhnya atau pemegang kuasa atas berdirinya bangunan tersebut. Pembangunan
yang telah jadi akan dijaga dengan baik oleh masyarakat setempat sehingga
bertahan dalam umur yang panjang.

Pemerintah
melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menggalakkan
gerakan Pembangunan Infrastruktur Indonesia Sentris. Gerakan ini
memberikan atmosfer yang cukup adem untuk membuat pemandangan Indonesia lebih
menarik lagi. Menteri PUPR, Dr. Ir. Mochamad Basoeki Hadimoeljono, M. Sc.,
menjabarkan bahwa pembangunan Indonesia sentris adalah membangun infrastruktur
secara merata di beberapa titik strategis di Indonesia.

Pembangunan
infrastruktur dalam skala besar antara lain proyek pembangunan Trans Sumatera,
Trans Kalimantan, Trans Makassar maupun Trans Papua. Pembangunan skala besar
ini diharapkan mampu memperindah tampilan Indonesia yang carut-marut dengan
penebangan liar di mana-mana.

Membangun infrastruktur dalam skala besar  membutuhkan waktu yang cukup lama. Jembatan
Suramadu, misalnya, saat ini telah menjadi bagian terpenting untuk menjembatani
kehidupan Indonesia lebih terstruktur.

Apakah
pembangunan infrastruktur Indonesia sentris selalu berbicara proyek besar saja?
Indonesia dihuni jutaan manusia dan luas wilayah yang membutuhkan pembangunan
jangka panjang. Kenikmatan pembangunan yang bagus dan modern jangan hanya
menjadi milik masyarakat kelas atas dengan mobil mewah mereka saja.

Kemewahan
ini selayaknya juga harus dinikmati oleh masyarakat yang jauh di pelosok.
Banyak sekali referensi dan berita di media massa maupun share media
sosial, anak-anak sekolah menggunakan jembatan jantung rusak dalam mengejar
cita-cita mereka. Apakah telah sampai ke sana sketsa pembangunan infrastruktur Indonesia
sentris?

Pembangunan
dalam skala kecil, seperti kisah saya di atas, juga kisah lain di tempat
berbeda, juga pembangunan untuk kemaslahatan umat manusia di Indonesia. Saya
enggan membicarakan anak tiri dan anak kandung ketika pembangunan tidak merata.
Tetapi, sebagian dari kita merasakan hal serupa. Siapa yang tahu?
Categories
Uncategorized

Aku Mencintaimu, Demikian dan Terima Kasih

Hatiku
teramat lelah berkalang luka. Rasanya, napas tersendak untuk mengeluarkan satu
kata saja. Padamu yang jauh, entah masih ingat atau telah lupa, aku masih
mencintaimu dalam duka. Belum tahu setelah tulisan ini terburai ke mana-mana.

pria jatuh cinta
Pria Jatuh Cinta – katabijakcinta.com

Apabila
kamu mencariku, Cinta, cukup hentakkan kaki di ujung jari kala senja, aku akan
menarik kereta kuda sekencang badai musim dingin menjumpaimu. Jika kamu tengah
bersama orang lain saat ini, hempaskan jemari lentik itu maka aku akan
membayang rindu tiap suara yang keluar darinya. 



Bila kamu sedang sendiri, resapi
saja angin yang mengelilingi aroma tubuhmu, aku akan menjelma menjadi selimut
terhangat yang pernah kamu pakai seumur hidup.

Ini
hanya cinta, mencintaimu sejak lama demikian adanya dan terima kasih telah
hadir di setiap helaan napasku. Tanpa kamu, Cinta, aku sama sekali tak merasa
hidup ini merona. Bahkan, duniaku semakin gelap dan tak berempati untuk menilai
kealpaan di sekitar tubuhku.

Karenamu pula, aku mengiba pada rasa yang ada dan
berharap bahagia tengah bermain di antara semu dalam khayalanku yang kian erat
memelukmu.

Aku
mencintaimu tak kenal waktu atau hanya separuh waktu saja. Aku terlanjur lelah
fisik saat melihat senyummu merona di depan mataku, walaupun saat itu kamu
tidak menyadari kehadiranku. Gerak tubuhmu yang jauh seakan telah kurengkuh
paksa dan kamu membenciku setelah itu.
Adakah
cinta yang merona sekian detik tanpamu? Aku belum merasa telah hidup untuk
kedua kali soal itu. Nyawaku telah melayang ke angan-angan hidup bahagia namun
iba sangat berhasrat kepadaku.
Saat
fisik mengalahkan suka, aku tak bisa berbuat apa-apa. Ketika fisik menjadi
langganan kebahagiaan yang tertunda, sesak di dadaku bagai gunung es yang
meletus tanpa sinaran matahari, di Kutub Utara atau Kutub Selatan, bahkan bisa
saja pada musim salju yang tak pernah turun di depan rumahku.

Seringkali, ku
biarkan malam menari bersama angan-angan yang ingin menjemputmu pulang, agar
kupeluk erat sekejap mata, cukup itu saja tetapi aku tahu kamu tak ingin.

Saat
hari-hari menjabarkan tentang rasa yang tertentu, aku sedang mencari celah di
mana sisi menarik dalam diriku. Saat aku bermain api, tiba-tiba hujan badai
menerjang semua.

Tak ada panas yang kurasa, hanya dingin mendera sampai aku
kaku di dalam cinta, padamu, Cinta, yang semenjak dulu hanya ada di hatiku
saja. Semusim
yang lalu, aku mencintaimu seadanya saja, dengan caraku walaupun tak pernah
bisa kamu balas dengan caramu.


Aku
mencintaimu, itu saja tidak cukup untuk membuktikan bahwa rasa itu benar ada. Mudah
untukku bermain dengan yang lain, semalam saja mungkin, lalu lupakan semua
kejadian. Napsu telah mengajarkan demikian namun tidak sama dengan cinta. 



Napsu
itu seumpama tarikan napas berat, sekali ditarik terbuang percuma dan tak
berguna. Tetapi cinta, ia helaan napas lembut, mengalun seirama musik di
gendang telingamu, membuai kasih sayang, menghargai rasa dengan tindakan.

Kemudian
aku tahu, kamu memilih napsu untuk bermain dalam cinta. Fisikku yang tidak
sempurna membuatmu enggan bermain cinta. Kamu meminta, aku telah memberi cinta
kepadamu, Cinta. Cinta yang kamu definisikan tak ubah potongan dialog Argus dalam
drama Korea populer tahun ini, Descendants of the Sun, diperankan
oleh David Mclnnis. Cukup sempurna, menggoda, dan angkuh!

Big Boss, he’s smart, funny, and mysterious. But,
he has a lot of secrets. He’ll disappear form time to time. He’ll be hard to
contact. Then one day, he will never come back!

(Big Boss, Dia cerdas, lucu, misterius. Tapi,
dia memiliki banyak rahasia. Dia akan menghilang. Sulit dihubungi. Kemudian
suatu hari, dia tak akan penah kembali!)

Cinta
itu memang angkuh, Cinta. Jangan pernah kamu memintanya kembali apabila telah
kamu lepaskan sekali saja. Cinta itu misterius, kadang datang tak diundang dan
pergi begitu tiba-tiba.

Biar kupaksa merayu aura lain di sekitarku, aromanya
tak ubah rubah yang menyodok-nyodok pinggulku hingga tersungkur dan lari
sedetik kemudian.

Cinta
itu akan menghilang apabila muak telah merajalela. Sama sepertimu yang sulit
kuhubungi kini, pesanku baru kamu balas beberapa jam kemudian. Aku menunggu
seperti kamu menunggu balasan dariku yang kubalas sedetik berikutnya setelah
pesanmu kuterima.

Dan saat ini tiba, cinta itu tak akan pernah kembali. Aku bukanlah
Big Boss Yoo Si Jin yang pulang dengan selamat ke dalam pelukan Dokter Beauty Kang
Mo Yeon. Aku tak sama dengan Song Jong Ki yang gagah dan feminin di satu
kondisi yang sama.

Aku akan membunuh seperti Argus, membuang cintamu – jika datang
suatu saat nanti – ke Sungai Han agar mati seperti Kang Chul dalam drama W
yang kini tengah digilai. Aku tak akan menghidupkanmu kembali seperti Oh Yeon
Joo yang terlanjur cinta kepada Kang Chul.

Aku
akan membunuhmu, benar-benar membunuhmu.
Karena
aku…,
…aku
mencintaimu, demikian dan terima kasih!
Categories
Uncategorized

Instalasi Pokemon Go di ASUS Zenfone

Hampir semua lini produk ASUS Zenfone generasi terbaru sudah mendukung game tersebut.

Pokemon GO, sebuah game Augmented Reality (AR) yang baru saja hadir secara resmi di Indonesia mendapat sambutan meriah dari seluruh pengguna. Termasuk pengguna lini smartphone ASUS Zenfone. Namun demikian, ternyata tidak semua pengguna bisa men-download game tersebut langsung dari Google Play.

“Dari sisi device, kita bisa konfirmasikan bahwa hampir seluruh lini produk ASUS Zenfone, khususnya model terbaru sudah kompatibel dengan Pokemon GO,” sebut Juliana Cen, Country Product Group Leader, ASUS Indonesia.

Juliana menambahkan, dari percobaan yang dilakukan oleh tim internal, beberapa model ASUS Zenfone seperti Zenfone Laser dan Zenfone Max belum dapat melakukan download langsung dari Playstore. “Namun perangkat lain seperti Zenfone 2 (Intel) dan Zenfone Go dapat men-download langsung. Dan hal ini juga sudah kami konfirmasikan ke tim R&D di pusat,” sebutnya.

“Informasi terakhir, karena bandwidth issue, beberapa model Zenfone memang belum masuk ke daftar white list di server Pokemon,” sebut Juliana. “Untuk itu, tim kita di pusat juga terus mengupayakan ke pihak Niantic dan Google agar secepatnya seluruh tipe Zenfone kita masuk ke dalam white list server Niantic,” sebutnya.

Solusi sementara, pengguna Zenfone yang ingin memainkan Pokemon Go, ASUS menyediakan APK-nya di server ASUS di URL berikut: http://dlcdnsip.asus.com/pokemon/pokemon_go.apk

APK ini resmi dan sudah mendapat izin dari pihak Niantic. Untuk cara instalasinya sendiri dijabarkan di forum resmi ASUS ZenTalk: http://www.asus.com/zentalk/thread-91032-1-1.html

“Pengguna tak perlu khawatir, jika ada versi terbaru dari aplikasi Pokemon Go, ASUS juga akan mengunggah update-nya di server tersebut,” sebut Juliana. “Mudah-mudahan tim kita di pusat bersama Google dan Niantic bisa segera memproses agar seluruh lini ASUS Zenfone masuk ke whitelist server Niantic agar pengguna bisa men-download langsung dari Google Play,” ucapnya.

Categories
Uncategorized

Sinarmas Land Pilihan Perusahaan Properti yang Tepat

rumah mewah murah
Ilustrasi – realproperti.com
Sinarmas Land Pilihan Perusahaan Properti yang Tepat – Pada saat ini seperti yang kita ketahui bahwa banyak sekali perusahaan property yang menyediakan berbagai macam property dan juga dengan berbagai penawaran yang cukup menarik, hal ini di dorong pula dengan kebutuhan manusia pada kesempatan hari ini yang di mana semakin hari semakin naik, tentunya ini juga sebagai salah satu peluang pula.
Dengan berdirinya perusahaan-perusahaan property tersebut tentunya tidak menutup kemungkinan adanya persaingan dalam ranah property tersebut, dalam hal ini pastinya mereka perusahaan-perusahaan tersebut berlomba-lomba untuk memberikan karya yang paling baik dimilikinya dan kemudian juga dengan berbagai penawaran yang tentunya bisa menarik para konsumen.
Namun tentunya bagi konsumen yang cerdas haruslah kiranya memilih perusahaan yang benar-benar terpercaya yang sudah benar-benar andal untuk urusan property ini, pastinya jika Anda menginginkan untuk melakukan pembelian property maka Anda bisa melakukannya di Sinarmas Land sebagai perusahaan property yang terbesar ada di Indonesia.
Memilih Sinarmas Land ini sebagai pilihan yang tepat untuk berbagai property yang Anda inginkan, seperti yang kita ketahui bahwa sinarmas ini sudah banyak memiliki proyek dengan berbagai macam proyek yang ditanganinya, sehingga yang namanya pengalaman ini juga menentukan kualitas daripada hasil produknya.
Kapasitas proyek yang ditanganinya juga lumayan besar seperti halnya dengan perumahan, kemudian pusat perbelanjaan, taman bermain dan juga tempat-tempat atau bangunan dalam skala besar yang lainnya. 
Jika berbicara mengenai kualitas daripada sinarmas ini sudah tidak bisa diragukan lagi, banyak hasil karya yang sudah dimilikinya dan juga memiliki apresiasi yang besar dari berbagai pihak. Sehingga tidak akan diragukan lagi dengan kita mempercayakan pada sinarmas untuk masalah property tersebut.
Salah satu kelebihan yang disukai oleh masyarakat yang dimiliki oleh sinarmas ini sekaligus juga sebagai cirri khasnya yaitu dengan adanya pemerhatian terhadap lingkungan yang ada di sekitarnya yang keseimbangannya selalu dipertimbangkan.
Nah bagiAnda yang masih ragu dengan Sinarmas Land tentunya saat ini sudah tidak lagi ragu, karena Sinarmas Land akan menjawab berbagai kebutuhan yang Anda inginkan. 
Categories
Uncategorized

Rumah Dijual di Bandung Bagus

rumah di bandungb
Ilustrasi – rumahmasadepan.com
Rumah Dijual di Bandung Bagus – Pada zaman sekarang mencari properti yang sesuai kebutuhan dan budget gampang-gampang susah, penyematan kata rumah bagus juga harus memperhatikan nilai perspektifnya. Rumah tersebut bagus menurut apa? Lokasi atau bahan bangunan?
Rumah dijual di Bandung bagus secara ekonomi adalah rumah yang terletak dipinggir jalan wilayah perkantoran. Jika Anda ingin menjual atau membeli rumah seperti ini sudah dipastikan harga yang akan anda dapatkan fantastis dan jauh di atas rata rata.
Rumah di kompleks perumahan juga bisa dikatakan bagus secara ekonomi, misalnya rumah yang akan dijual bekas warung atau cafe artinya anda tinggal melanjutkan berdagang jika jadi Anda beli.
Rumah dijual di Bandung bagus secara view atau pemandangan, pemandangan apakah yang ditawarkan oleh penjual? Biasanya di wilayah Bandung adalah pegunungan menghadap ke manakah pemandangannya? Wilayah pegunungan utara atau timur? Pada masa sekarang yang harga jual dan belinya masih cukup terjangkau adalah kawasan bandung timur, untuk kawasan Bandung utara harga yang ditawarkan jauh diatas rata rata dan tidak bisa dikatakan murah bahkan harganya melampaui harga rumah diperkotaan.
Rumah dijual di Bandung bagus secara bangunan
Nah menentukan ini yang cukup susah, karena beberapa bahan bangunan kan tidak bisa kita terka setelah menjadi bangunan. Tetapi tetap saja ada perbedaan rumah yang menggunakan bahan bagus dengan bahan biasa biasa. Misalnya tembok rumah, jika menggunakan semen, pasir dan bata yang bagus sangat kecil kemungkinan anda menemukan dinding yang retak dan sebagainya, keramik murahan dengan keramik mahal pun ada bedanya, keran mahal dengan keran murahan juga barang tentu ada bedanya, dinding rumah yang dicat menggunakan merk mahal dan bagus tentu saja warnanya lebih terang dan bagus tidak ada warna yang terlihat pudar, bau yang dikeluarkan oleh cat mahal dan bagus juga tidak akan aneh-aneh dan berbau tajam.
Rumah dijual di Bandung bagus secara lokasi?
Lokasi di Bandung yang bagus untuk ditinggali dan menjalankan usaha adalah rumah dikawasan bandung utara, bandung utara adalah tujuan utama para muda mudi dan wisatawan berkunjung tiap minggu dan long weekend lainya.
Segera temukan rumah dijual di Bandung bagus melalui www.urbanindo.com situs nomor satu urusan properti.
Categories
Uncategorized

Semusim yang Lalu Ada Sebuah Cinta di Hatiku Untukmu

 

pria kesepian
Ilustrasi – jitunews.com

Sore
itu, berlalu saja laksana kapal perang dengan meriam penuh mesiu. Aku tertembak
dan jatuh ke dasar laut, mengapung di antara hiu yang keroncongan. Namun napasku
masih tersengal-sengal walaupun air telah masuk melalui pori-pori. Aku masih
bisa bercakap-cakap, mengeluarkan suara entah bermaksud apa. Bukan pula
pertolongan yang kuhadirkan, tetapi sebuah dialog, dengan peri, yang berbentuk
ubul-ubul dan secantik bidadari, segarang putri duyung dalam Pirates of the
Caribbean
.

“Kenapa
kamu tidak memakanku?”
Duyung
bersisik emas itu mengeluarkan aungan keras, memecahkan karang berwarna putih
susu di bawah punggungku, aku tertusuk olehnya namun aku tidak merasakan sakit.
“Kamu
tak akan sakit jika aku memakannya sampai tulang-belulang!”
“Makanlah
aku, itu lebih baik untukmu!”
“Aku
lebih senang membiarkanmu dimakan oleh cinta!”
“Aku
tidak ingin!”

Baca Juga Haruskah Aku Menikah Muda 

Aku memberontak, tubuhku melayang ringan ke angkasa, bergumul bersama awan putih. Pesawat menari-nari di rute masing-masing. Balon udara memancarkan api hampir meletus sejadi-jadinya. Seekor burung menertawakanku yang malang.
Sepucuk
cinta, aku pernah tersakiti olehnya. Sebuah perkenalan semusim yang lalu,
denganmu yang memiliki mata sebening embun pagi, hidung semancung Menara
Eiffel, semampai meliuk-liuk bagai embusan angin di sekitar aroma tubuhku. Kamu
sewangi bunga kasturi, melekat di tanganku walau cuma sekali salaman saja.
Aku
terpental. Jatuh ke lautan tak bertuan. Matamu memancarkan teduh yang kuidam
teramat panjang. Aroma tubuhmu mengeluarkan wangi menusuk sehingga napasku
terasa lebih panjang dari biasanya.
Aku
telah jatuh cinta. Perkara sakit yang dikata lebih menyakitkan daripada gigitan
taring putri duyung. Aku benar sakit. Kurayu suaramu untuk meneduh di dalam
batinku, hanya desahan sinis yang kudengar kemudian. Kusentuh kata-kata untuk
bermanja tiap pagi dan menjelang malam, berharap kamu tertidur dalam dekapan
mimpi-mimpi bersamaku. Tetapi aku, menghabiskan banyak waktu untuk menanti
jawaban darimu. Yang kemudian aku tahu, bahwa kamu membalas atas dasar melepas
ketidakenakan dalam dirimu, menghormati sesama manusia saja. Aku butuh jawaban
segera seperti aku membutuhkanmu dalam seketika. Aku ingin menyentuhmu tetapi
aku terlalu malu untuk memulai seperti yang terbayangkan di dalam khayalku.
Aku
menjerit di sepertiga malam. Biarkan aku mencintaimu seadanya. Izinkan aku
mencintaimu dengan caraku sendiri. Terlalu lama aku mengkhayal untuk bersamamu,
sedetik saja tak apa untuk dapat melihat senyum merekah di bibirmu, satu helaan
napas pun tak jadi soal asalkan aku dapat mendekap tubuhmu. Kupinta ini karena
aku telah jatuh cinta pada pandangan pertama. Setahun yang lalu. Masa penantian
yang panjang untukku mengenal sebuah cinta. Hanya untukmu saja, tak bisa kubuka
untuk orang lain, belum untuk saat ini. Terlalu berat untukku mengenangmu dalam
cinta, teramat sukar untukku keluar dari kaku bertahun-tahun, tak mudah untukku
membuka hati menerima orang lain di dalam diriku, tak bisa kubuang egois ini
namun aku rindu. Padamu, itu saja.
Kali
pertama pertemuan itu, manismu dan manjamu membuatku candu. Aku membelai kasih
sayang dengan begitu manja. Aku melepas semua dahaga cita-cita pada sebuah
dekapan manja. Aku terbang tinggi mendengar desahan manis yang keluar dari
mulutmu. Kamu meminta, aku memberi. Kamu merajuk, aku membalas peluk.
Kali
kedua kita bertemu, kamu telah acuh tak acuh. Suaraku sering tersemat di
kerongkongan. Pelukanku kamu renggangkan karena tak ingin.
“Aku
tidak mau ribet,”
Aku
menurut, karena aku cinta.
“Kita
jalani saja,”
Aku
jalani kemauanmu. Hingga aku sadar, kamu bukanlah untukku. Pertemuan kita hanya
melepas penasaran di hatimu. Aku sungguh tidak tahu alasan kenapa kamu tidak
lagi berbalas pantun denganku. Pesan yang kukirim kemudian hari hanya melayang
di angkasa raya, mungkin saja telah tersangkut di Tower Base Transceiver
Station
(BTS) sampai aku benar-benar menatap layar smartphone
dengan mata kosong.
Segitukah
aku dalam cinta. Putri duyung tak dapat meramal. Aku bertemu dengannya dalam
sebuah mimpi. Aku hanya bermimpi bersamamu. Kuraih suatu ketika, tak terbalas
pada saat itu juga.
Semusim
yang lalu, ada sebuah cinta di hatiku untukmu, begitu dalam sampai tidurku tak nyenyak.
Khayalku terlalu tinggi, menjuntai seperti gaun pengantin, meninggi seperti sanggul.
Bersamamu, mungkin aku akan bahagia. Menurutku, tetapi belum pasti menurutmu. Kamu
punya impian bersama bayang-bayang gagah lain yang tak terjawab dalam auraku.
Maafkan
aku, telah jatuh cinta, ingin menjagamu dan mendekapmu sepanjang waktu sampai tak ada butiran debu mencium wangimu!

Baca Juga Jodoh di Telapak Kaki Ibu

Categories
Uncategorized

Jodoh di Telapak Kaki Ibu

jodoh di tangan ibu
Ilustrasi – centroone.com
Jodoh di Telapak Kaki Ibu – Sulit sekali rasanya mengutarakan isi hatiku pada perempuan setengah baya yang tak pernah beranjak dari kursi belakang rumah kami, kecuali untuk ibadah dan tidur di malam hari. Kursi itu terbuat dari rotan berwarna cokelat muda, terdapat bagian meletakkan kaki di ujung memanjang ke depan, alasnya kami lekatkan bantal tipis berwarna biru muda, dan tempat sandaran kami balut dengan kain warna putih. 
Aku ingin menikah, Bu!
Ibu tidak pernah mau diganggu, ingatan Ibu masih tajam walaupun usianya sudah mendekati angka delapan puluh. Satu hal yang tidak pernah Ibu tinggalkan, berdoa dan membaca kitab suci di pagi hari. Belakangan, Ibu sudah tidak bisa lagi membaca karena matanya kian kabur, Ibu masih tetap mengenali kami satu persatu. Termasuk Ustad Wahed yang selalu datang tiap jumat sore, mendiskusikan hukum-hukum agama dengan Ibu. 
Sebagai bungsu dari lima bersaudara, aku selalu menuruti semua keinginan Ibu. Keempat kakak perempuanku sudah berkeluarga dan memiliki karir yang sangat benderang. Kakak tertua, Sita, baru saja pulang dari luar negeri menyelesaikan pendidikan doktoralnya. Kakak kedua, Irma, sudah menjadi dokter spesialis kandungan yang sangat disegani di kota kami. Kakak ketiga, Mina, menjadi satu-satu perempuan terpenting bagi keluarga dan kota kami, dua tahun lalu Kak Mina menjabat sebagai wakil walikota dan sangat sibuk dengan kegiatannya. Kakak keempat, Wati, belum lama ini dipromosikan menjadi dekan di kampusnya. Dan aku? 
Entahlah. Mungkin hanya aku satu-satunya putri termalang dalam keluarga ini. Di usia 30 tahun aku seperti pesuruh bagi keluargaku sendiri. Kak Wati memang tinggal bersama kami di rumah Ibu, tetapi semua pekerjaan rumah kukerjakan sendiri tanpa dibantu Kak Wati maupun kedua anaknya yang sibuk kuliah. Usai subuh aku sudah ke pasar membeli kebutuhan dapur dengan sepeda motor butut satu-satunya pemberian Ibu, setelah itu aku membersihkan rumah, menyiapkan sarapan untuk Ibu dan keluarga Kak Wati, bolak-balik memapah Ibu ke kamar kecil saat dibutuhkan, sepanjang hari tiada henti aku bekerja, lewat jam sebelelas aku baru bisa beristirahat dengan tenang. Belumlah terasa tidurku sudah nyenyak, belum pula suara azan subuh, Ibu kembali memanggilku ke kamar mandi untuk wudhu dan menemaninya shalat malam dalam terkantuk. 
Aku lupa kapan terakhir bersenang-senang!
Dalam pendidikan aku jauh tertinggal dibandingkan keempat kakakku. Ibu hanya mengizinkanku belajar sampai sarjana. Lima tahun lalu, aku sangat bahagia ketika dinyatakan lulus beasiswa keluar negeri. Tetapi Ibu, “Kamu tidak boleh jauh-jauh dari Ibu, Cut! Siapa yang ngurus Ibu kalau kamu pergi, siapa yang masak, siapa yang bersihkan debu di rumah, siapa yang nyapu lantai kotor, siapa yang…”
Keputusanku sudah bisa ditebak. Aku gagal berangkat keluar negeri. Keempat kakakku? Satu pun tidak membela adik bungsu mereka. Bahkan mereka hanya mementingkan keperluan masing-masing, pamer telah pernah singgah di negeri ini dan itu. Semuanya membuatku iri, membuatku tidak berharga, tidak ada yang bisa kubangga-banggakan di depan saudara-saudaraku saat mereka berkunjung ke rumah. Tetap saja, dengan baju lusuh, kerudung kusam, aku menyiapkan minum untuk tamu sedangkan kakak-kakakku dengan baju mahal dan wangi hanya duduk manis di kursi empuk. 
Dan soal usiaku yang terus bertambah, tidak ada satu pun dari mereka yang menawarkan lelaki untukku. 
Mereka tahu, aku tidak kenal dekat dengan laki-laki mana pun!
***
Mungkin, hari ini menjadi sangat spesial bagi kami. Ibu mengumpulkan seluruh keluarga di rumah sesusai magrib. Seorang diri pula aku membuatkan makanan enak seperti pesanan Ibu sebelumnya. Keempat kakakku dan suami mereka sudah datang dan berada di meja makan. Sepertinya, ini masalah serius, pertemuan ini hanya dihadiri orang-orang dewasa tanpa anak-anak. 
“Kalian sudah menebak maksud undangan ini, Ibu rasa tidak perlu juga berpanjang ucapan. Ibu sudah memutuskan akan mewariskan rumah dan segala isinya pada anak Ibu yang telah lelah merawat Ibu selama ini. Kalian sudah punya harta sendiri dan pekerjaan, Ibu tidak berikan jatah apa-apa lagi walaupun kalian memaksa. Peninggalan Ayah hanya rumah dan isinya, tidak ada emas maupun permata yang Ibu simpan untuk kalian!” 
Keempat kakakku sama-sama tidak menyahut. Dari wajah mereka dapat kulihat penolakan, terlebih Kak Wati yang sudah berharap rumah ini menjadi miliknya. Kak Wati belum membangun rumah, lebih memilih membeli mobil mewah untuk dirinya, suaminya dan kedua anaknya. Jika malam hari, bisa dibayangkan tiga mobil berdiri di depan rumah kami. 
Malam yang semakin bisu, suara denting piring terdengar sesekali. Kami tidak ada yang membantah dan menolak perkataan Ibu. Sepertinya Kak Wati juga menerima, walau dalam keadaan tertekan. 
“Ibu tidak mengusir kamu, Wati,” mungkin Ibu mengerti risau hati Kak Wati. “Kamu beserta keluarga masih bisa tinggal di sini jika Cut tidak keberatan, Ibu pun bisa tidak diizinkannya jika dia mau. Ibu memberikan rumah ini kepada Cut tanpa mengucilkan kalian. Kalian paham ke mana pembicaraan ini, sudah lama Ibu mengistimewakan kalian!” 
Aku sangat berniat memotong perkataan Ibu, melihat reaksi keempat kakakku yang lain akhirnya aku memilih diam juga. 
“Kabar terakhir, Ibu pun tidak meminta pendapat kalian setuju atau tidak. Pilihan Ibu ini harus kalian setujui walau dengan berat hati. Cut sudah harus kita kawinkan, laki-laki yang beruntung itu sudah Ibu putuskan adalah Ustad Wahed,” 
Ini yang paling mengejutkan dibandingkan perkara warisan. Bagaimana bisa Ibu mengambil keputusan demikian? 
Jodoh itu soal rasa, Bu!
Ustad Wahed? Laki-laki itu memiliki wajah berseri-seri, tutur katanya teramat sopan, dalam diam saja memiliki daya tarik tersendiri. Ibu terlalu berlebihan menjodohkanku dengan laki-laki yang mungkin lebih muda dariku. Ustad Wahed pun sudah hafal kebiasaanku mulai dari pintu masuk sampai belakang rumah, di dekat kursi Ibu, depan kolam ikan, tanaman kecil-kecilan, jemuran pakaian, gudang penuh barang, dan beragam pemandangan yang merusak penglihatan lainnya. 
“Sudah Ibu tanyakan baik-baik pada Ustad Wahed, beliau setuju dan menerima Cut sebagai jodohnya. Kita memerlukan orang alim agama dalam keluarga, semenjak Ayah tiada shalat magrib berjamaah saja sudah kita tinggalkan. Cut sudah lama menunggu kapan dikawinkan. Ibu paham isi hati Cut selama ini, mengurus Ibu seorang diri tanpa meminta imbalan apa-apa,” 
Sudah, Bu. Aku tidak berani mengutarakannya,mengenai jodoh itu. 
Malam terus merangkak, ketiga kakakku pulang ke rumah masing-masing. Tinggal kami bertiga setelah suami Kak Wati pamit istirahat. 
“Pilihan Ibu pasti terbaik, Cut,” ujar Kak Wati. Kupikir Kak Wati akan menyinggung warisan rumah yang jatuh kepadaku secara tidak sah di mata hukum.
“Apakah pantas, Kak?” tanyaku hati-hati. Ibu duduk sambil memejamkan mata di tempat semula. 
“Ustad Wahed sudah menerima artinya kalian berjodoh, beliau pasti sudah lama sekali memperhatikanmu. Ibu pun memperhatikan kalian berdua. Orang tua terkadang lebih peka terhadap sesuatu tanpa kita sadari, kamu harus mendengarkan Ibu!” 
Aku mendengarkan, kali ini aku akan mengikuti, seperti yang sudah-sudah. 
Jodoh memang soal rasa, kupikir Ibu telah memilih yang sangat tepat untuk pendamping hidupku. Selama ini aku terus menyalahkan Ibu, karena alasan yang menurutku tidak masuk akal saat Ibu melarangku berhubungan dengan laki-laki lain, melarang pula saatku ingin keluar negeri, melarangku kuliah lagi walau di dalam kota ini saja. 
Seorang Ibu telah merencanakan dengan baik setiap putusannya.
Dan aku, kembali harus menurutinya. – Jodoh di Tangan Ibu
***
Categories
Uncategorized

Mimpi Ahong Memeluk Tembok Besar China

China Muslim
Ilustrasi – islam21.com
Cerita Orang China Rindu Kampung Halaman – “Saya ingin memeluk Tembok Besar China, Bang!” ujar lelaki tua itu dengan logat Aceh yang kental. Saya duduk terpaku di depannya senja itu. Ombak di pantai menderu sangat kencang sekali. Kafe yang menjurus ke pelabuhan barang tersebut tampak sepi karena mungkin sebagian besar anak muda sedang duduk di pinggir pantai menghadap ke barat. Matahari terbenam menjadi pemandangan terindah di bibir pantai.
Ahong, sebut saja namanya begitu. Seorang lelaki berusia lebih dari lima puluh tahun duduk dengan mata terbinar di depan saya. Ahong mengaduk kopi pahit di cangkir putih itu perlahan-lahan. Saya menelan ludah membayangkan bagaimana rasa kopi tanpa gula. 
Ahong cukup senang ada orang yang bertanya mengenai kampung halaman yang tersembunyi di batinnya. Telah lama ia tak mendengungkan sebutan negara adidaya Asia tersebut. Hanya hatinya saja yang terlalu sering menyebutkan pertanyaan mengenai rupa negara yang kerap datang dalam mimpinya di malam panjang. Ia bahkan terlampau lupa untuk mengingat kenangan manis apa yang pernah dikecap dari darah yang mengalir dalam dirinya. Ia rindu namun tak pernah bisa menjawab kerinduan tersebut dengan cara bagaimana. Ia ingin tetapi tak pernah bisa berkunjung ke sana karena sebab-sebab tak terdefinisi. Ia akan ke sana tetapi tak pernah tahu waktu itu kapan memberi jawaban pasti. 
Lelaki tua itu hanya bekerja di toko mi bakso miliknya. Berbeda dengan keturunan China lain di wilayah barat Aceh ini, Ahong tidak seberuntung mereka. Dahulu, keluarga Ahong memang pernah dimanja harta keluarga. Tetapi perlahan-lahan kekayaan itu surut setelah pembagian warisan dan mereka bekerja masing-masing. Adik-adik Ahong cukup beruntung dalam usaha mereka. Ia teramat lelah memikirkan usahanya yang terus merosot semenjak memeluk Islam. 
“Mungkin ini cobaan bagi saya,” logatnya tetap sama dengan logat saya. Tak ada bumbu-bumbu China sama sekali. Mungkin Anda membayangkan Ahong berbicara dengan logat China yang kental. Walaupun matanya sipit tetapi jiwa dan raganya tetap milik Aceh. Ahong memilih memeluk Islam sekitar tahun 1990-an. Ia bahkan tak ingat kapan tepatnya waktu itu mengetuk pintu hatinya. Ia hanya tahu setelah pisah usaha dengan keluarga besarnya, ia mencintai Islam lebih dari raga dan jiwa yang dikandungnya. Ia yakin dengan menjadi muslim hidupnya akan lebih baik dari apa yang pernah ia harapkan. Tampaknya, waktu berkata lain dan Ahong tak pernah bisa berbuat banyak di masa tuanya. 
“Saya China yang malang…,” ujar Ahong seakan berdesis. Raut wajahnya tampak lelah sekali. Usahanya memang tak mujur namun Ahong tak pernah ingin mengubah haluan kembali ke agama lahirnya. Tiap waktu beribadah menurut Islam, ia selalu merasa ketenangan tak terperi walaupun ia tak pernah mampu mengendarai mobil mewah seperti adik-adiknya. Berulangkali keluarga besarnya mengajak Ahong kembali ke keyakinan mereka, ia menolak dengan halus bahwa kedamaian dalam hidupnya telah ia temui. Ia tak memerlukan harta benda cukup banyak apabila tidak tenang dan nyaman. Hari tuanya ia butuhkan untuk mencari jati diri yang telah lama terbengkalai. 
Namun, sebagai seorang keturunan China, Ahong tak serta-merta melupakan kegagahan negara nenek moyangnya. Ia percaya sekali bahwa China tetaplah negara daratan yang mewah dan megah sejak dulu kala. 
“Saya sangat terharu saat tahu Rasulullah bersabda untuk menuntut ilmu sampai ke negeri China!” 
Ada kebanggaan dalam diri Ahong saat mengucapkan kalimat tersebut. Bulu kuduk saya pun berdiri. Telah lama sekali saya mendengar hadis ini. Sejak dulu pula China merupakan negara kaya akan sumber daya alam dan sumber daya manusia. Sekilas mengulang sejarah, tidak mungkin Nabi Muhammad menganjurkan pembelajaran ke China tanpa sebab-akibat. Nyatanya terlihat jelas sampai kini. China berdiri sebagai sebuah negara kuat tanpa perlu ikut campur negara lain. China menguasai hampir seluruh – saya berani mengatakan ini karena fakta di lapangan demikian adanya – infrastuktur teknologi mulai dari perangkat keras sampai perangkat lunak. China menguasai dunia dengan bahasa dan mata uang mereka. China memengaruhi dunia dengan kebudayaan mereka. China menghibur dunia dengan film-film laga yang tak pernah pudar ide brilian mereka bahkan perfilman barat mengakuinya. Bela diri dari China, Kungfu, merupakan salah satu bagian terpenting dari sejarah panjang negara tersebut dalam mempertahankan kekuatan mereka. Corak pakaian masyarakat China tradisional masih dipakai pada acara-acara besar sehingga kebudayaan mereka tidak pernah memudar. 
Siapa yang tidak tergoda untuk mengunjungi negeri China? Saya saja yang tak ada sangkut-paut dengan China merasakan sebuah panggilan untuk ke sana. Mana mungkin Ahong tidak mendamba pergi ke negeri nun jauh tersebut? 
Pantas Ahong merindu. Wajar Ahong ingin menjejakkan langkah di tanah China. Peradaban dan ilmu pengetahuan begitu memukau di negeri tirai bambu. Salah satu peradaban terindah dan termegah tak lain adalah Tembok Besar China. 
“Tak ada orang China yang tidak merindukan bangunan megah itu!” mata Ahong berkaca-kaca. Nada suaranya bergetar. Kerinduan itu menyala sampai ke mata dan suaranya. Saya pun merasakan semangat yang sama, yang entah bagaimana saya deskripsikan di sini. Sulit sekali saya menjabarkan kerinduan Ahong yang tak terperi kepada China – Tembok Besar China – karena di sanalah peradaban negara tersebut dikenal dunia. Ingat China, mata akan tertuju pada tembok terpanjang di dunia itu. Sebut China, orang-orang pasti bermimpi menelusuri tembok dengan arsitektur mewah khas zaman dahulu. Jika saya tak apa-apa apabila kaki tidak pernah sampai ke sana. Ahong tentu berbeda. 
“Saya sangat ingin…,”
Saya tak bisa memberi solusi pada cinta ini. Darah dalam diri Ahong mengantarkan sebuah keperihan pada nama besar itu. Cinta yang melekat tak lain adalah nasionalisme yang mendarah daging dalam dirinya. Walaupun ia terlahir sebagai orang Aceh, identitas lengkap di Aceh, namun fisiknya tetapkan seorang China, separuh jiwanya mengembuskan napas China. 
“Saya tidak punya keluarga di sana,” sebut Ahong pesimis. “Saya lahir dan besar di Aceh, begitu juga orang tua saya. Kami tak tahu asal-usul keluarga besar dari China. Darah China mengalir dalam diri kami. Ayah dan Ibu saya China. Saudara-saudara saya juga China. Tak ada satupun dari kami yang tahu siapa saudara sedarah yang masih tinggal di China daratan!” 
Angin sore membelai rambut Ahong yang lurus. Lelaki tua itu memiliki rambut halus dan dibelah tengah. Rata-rata orang China memang demikian, bukan? Cuma warna kulit Ahong tidak seperti warna kulit orang China pada umumnya. Kulit Ahong lebih gelap dan tidak memiliki bintik-bintik atau tahi lalat seperti orang China lain. 
Ahong terus mengartikan sebuah mimpi dalam kegusaran hatinya. Kata-kata Ahong saya dalami sebagai sebuah cinta teramat dalam kepada China. Dirinya boleh berwarga negara Indonesia, menetap di Aceh, China tetap tumpah darah yang tak pernah bisa ia buang jauh. 
“Bapak masih bisa ke China walaupun tak ada saudara di sana?” tanya saya pelan. 
“Saya tak masalah soal saudara itu. Sesama China kami tetap satu persatuan!” ujar Ahong sambil menambahkan bahwa dalam keluarganya bahasa Mandarin adalah wajib. “Saya cuma ingin melihat China itu bagaimana rupanya. Apakah tanah di sana sama dengan di sini. Apakah bahasa yang saya ajarkan kepada anak-anak sama dengan orang-orang China itu ucapkan. Apakah gerakan kungfu yang diajarkan turun-temurun dalam keluarga kami sama dengan gerakan kungfu di sana…,” 
Ibarat cinta, dari tatapan jauh pun tak apa. Cinta Ahong pada China telah demikian dalamnya. 
“Apakah Bapak pernah berusaha untuk menggapai mimpi itu?” 
“Saya tak mau egois. Saya punya keluarga, anak-anak butuh sekolah waktu itu, istri saya Aceh tulen yang tak mau saya menggantungkan mimpi setinggi angkasa. Baginya usaha saja semampu kita, hasilnya serahkan kepada pemilik nyawa!” 
Saya tersenyum getir. Apabila istri Ahong orang China mungkin akan berbeda ceritanya. Bisa saja Ahong telah sampai ke China entah dari waktu kapan. Kadang orang Aceh memang keras kepala. Kadang pula penuh pemikiran matang sebelum merealisasikan sebuah mimpi. Tidak mudah untuk Ahong terbang ke China dengan penghasilan seadanya. Mi bakso yang dijualnya semakin hari semakin banyak persaingan. Walaupun anak-anaknya telah selesai pendidikan namun untuk biaya hidup bersama istri ia harus bekerja keras. Anak-anaknya – tiga orang – telah berkeluarga dan hidup mapan sesuai pekerjaan mereka. Ia tak mau membuat anak-anaknya terbeban karena ia sangat paham bagaimana kondisi seseorang setelah menikah dan mempunyai anak. 
“Apakah sekarang Bapak tak ingin mewujudkan mimpi itu lagi?” tanya saya hati-hati. 
Ahong tidak langsung menjawab. Ia meneguk kopi pahit yang hampir dingin. Deru ombak semakin ganas menjelang magrib. Biasanya memang demikian. Ombak-ombak terkesan girang sekali menjumpai malam. Angin yang menerpa wajah kami pun tak lagi bersahabat dengan baik. Angin itu telah berganti lebih dingin dibandingkan sebelumnya. 
Saya juga mengaduk-aduk teh dalam cangkir bening itu untuk sekadar basa-basi saja. Padahal teh tersebut telah lama dingin dan tak enak lagi diminum. Sekadar menghormati Ahong yang sedang menyeruput kopi pahitnya, saya pun meneguk seteguk teh dengan perasaan tak lezat. 
“Tak pernah lagi,” 
“Karena Ibu?” maksud saya istrinya. 
“Saya tak mau menyakiti diri saya sendiri,” 
“Cinta tak bisa memiliki itu rasanya sakit sekali, bukan?” 
“Cinta saya tak sakit karena dalam diri saya adalah China!” 
Kokoh jawaban Ahong membuat saya tidak bisa berkutik. Cinta itu memang kejam, kawan! 
“Jika saya pergi, bisa saja tak kembali,” ujar Ahong gusar. “Bisa juga saya mengubah keyakinan lagi…,” Ahong berkorban untuk banyak hal sehingga tidak berangkat ke China.
“Dalam kata lain, Bapak juga mencintai Aceh?” 
“Aceh dan Islam!” 
Bukankah ini semacam cinta segitiga? Maju atau mundur tetap terbilah sembilu. Maju sakitnya ditanggung banyak orang. Mundur sakitnya hanya ditanggung sendiri. Ahong ke China akan meninggalkan luka pada keluarga apabila tak kembali. Ahong tidak ke China hanya sakit sesaat yang ia rasakan sedangkan kedamaian dan kebahagiaan sejati telah ia dapatkan dalam Islam dan keluarga besarnya kini. 
“Ibu dan anak-anak bagaimana?” 
“Mereka tak pernah menyinggung China?” 
“Apa karena Ibu orang Aceh?” 
“Ibu menjaga perasaan saya!” 
Cinta yang lain, yang lebih abadi dibandingkan rasa cinta terhadap tanah darah – bukan tanah air karena darah China mengalir dalam tubuh Ahong. Saya salut dengan istri Ahong yang menemani luka suaminya sebagai sebuah rahasia sepanjang hayat. 
“Pernahkah Bapak mengutarakan isi hati ingin ke China kepada Ibu?” 
Saya hampir menjelma sebagai seorang wartawan media massa yang memburu berita seorang pembunuh kucing kabur. Pertanyaan demi pertanyaan muncul begitu saja. Kucing yang kabur belum tentu ditemui walaupun rentetan pertanyaan telah saya gali. 
“Tak pernah,” 
Ahong menghela napas panjang. 
“Cinta saya cukup untuk keluarga yang telah menjaga saya dengan baik di sini. Tak apa saya tidak ke China asalkan saya tetap mencintainya sepenuh hati. China selalu di hati saya. Aceh selalu saya banggakan. Islam harga mati dalam diri saya!” 
Akhir yang membawa senyum pada saya dan Ahong. Apabila dipikir-pikir, cinta itu memang selalu menghadirkan kegalauan panjang. Cinta itu juga sangat rumit. Namun apabila kita mudah survive, cinta itu tak akan membuat kita menjadi babu. Di usia yang tak lagi muda, Ahong mendayuh cinta sedalam samudera. Bahteranya cukup luas untuk menampung banyak cinta. Menjaga dengan baik. Menghadirkan rasa nyaman dan aman walaupun tak pernah terucap jelas. 
Bagaimana dengan kita? Cinta seperti apa yang kita harapkan? 
***
Cerita Orang China Islam.