Categories
Uncategorized

Kisah Keluarga Cuma Minum Air Putih di Saat Sahur Bulan Ramadan

Jika melihat dari berbagai sisi, keluarga mereka lebih berada daripada keluargaku. Dua orang tua mereka adalah pekerja dengan gaji tetap dan tunjangan tiap bulan. Tiga anaknya telah besar dan sedang menempuh pendidikan tinggi. Namun, di bibirnya selalu berujar.
Kurma bulan Ramadhan.

“Kamu belum merasakan apa yang kami rasakan!” maksudnya, menyekolahkan anak-anak sampai tinggi. Apakah aku harus menjabarkan semua yang kurasakan kepada orang lain? 

Apakah aku harus menampakkan diri sedang melarat di hadapan orang lain? Apakah aku harus berteriak tentang tanggung jawab kepada orang lain?
Aku memilih diam menjabarkan berbagai alasan. Namun lagi-lagi dia datang dengan sebuah keluhan, kepadaku yang sebenarnya lebih melarat dari dirinya yang bekerja tiap hari dan di awal bulan telah mendapat gaji.

Ia membeberkan betapa sulitnya anak kuliah. Tiap bulan mengirimkan uang sampai tak ada sisa di tabungan. Bahkan, untuk membeli beras pun ia harus ngutang ke orang lain.

Bulan Ramadan yang penuh berkah, ia kembali mengeluh. Padahal jika kuamati dan selami dengan baik, pemahaman agamanya lebih kuat dibandingkan denganku.

Ia lebih banyak tahu jika membicarakan soal agama. Ia lebih sering berdebat soal agama di hadapan orang banyak. Ia menghapal beberapa ayat dan paham menjelaskan kepada orang lain.

Ia mengaku tak pernah tinggal salat lima waktu. Ia selalu mengatakan salat dhuha di waktu matahari sepenggalah tiap hari membukakan pintu rejeki.

Ia menganjurkan untuk salat malam – tahajud – untuk diberikan petunjuk dari segala masalah. Ia puasa Senin dan Kamis di luar bulan Ramadan.

Keluhannya di bulan suci ini tidak bisa beribadah dengan tentram.

Aku tidak bertanya alasan. Ia akan menjabarkan alasan dengan sendirinya. Ia teramat mudah membuat orang di sekitar iba sehingga mendoakannya agar lebih bahagia atau menyedekahkan sedikit isi kantong kepadanya.

Ia menerima seakan-akan gaji dan tunjangan tiap bulan hanya uang kertas untuk dibuat pesawat terbang, melayang di udara tak pulang-pulang atau bahkan hangus terbakar akibat kerusakan mesin di atas ribuan kaki.

“Kami cuma minum air putih saat sahur,” ujarnya perih. Akan ada kelanjutannya walaupun aku tidak memotong. Aku menyimak gerak tubuhnya yang tak kaku.

Ia menggaruk-garuk leher yang entah benar gatal atau tidak.

“Si sulung baru minta kiriman lagi, adiknya mau beli laptop baru, si bungsu motornya masuk bengkel, belum lagi uang makan bulanan yang juga dikirim serta,” ia mulai mengiba sebuah laporan yang sama sekali nggak ada sangkut pautnya denganku.

“Semua tabungan sudah kami kirimkan untuk mereka, begitulah susahnya hidup menyekolahkan anak-anak!”

Rasa syukur bagian mana yang tidak aku pahami? Ia terus bercerita lebih baik sakit sekarang jika nanti senang melihat kesuksesan anak-anaknya.

Ia terus menyeloroh tentang perut yang tidak stabil dan terasa kembung akibat air di dalam tubuh tak bercampur makanan. Ia terus mengutuk rejeki yang datang dan pergi di dalam hidupnya.

Ia terus mengisyaratkan bahwa cuma mereka sebuah keluarga sengsara di dunia ini selama Ramadan ini, bahkan nanti seusai Ramadan.

Karena ini tengah bulan, ceritanya akan tetap sama. Aku mendengar cerita serupa di awal bulan. Dan di akhir bulan ia akan kembali bercerita dengan berbagai alasan.

Terutama beban anak-anaknya di bangku kuliah. Merunut kepada keluarga lain, yang juga menyekolahkan anak-anak mereka, bertani malah, nggak pula merajuk ke mana-mana bahwa hidupnya susah.

Makan dan minum apa yang ada. Semua dibagi-bagi sesuai kebutuhan. Bersyukur pada pemberian-Nya bukan terus-menerus berujar “saya tidak punya,” “aku tidak punya uang,” dan seterusnya sampai benar-benar menjadi doa.

Minum air putih di saat sahur bisa saja karena itulah doa yang terkabul akibat keluhannya selama ini. Ia – keluarganya hidup di rumah mewah – termasuk golongan yang aman-aman saja dengan gaji bulanan.

Bagaimana dengan orang lain? Pernahkah ia mendengar keluhan mereka? Atau hanya ia saja tokoh utama mengeluh di segala tempat?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *