Sebuah keberuntungan
bisa datang dari mana saja. Belum lama ini saya berkunjung ke salah satu pulau
yang sedang dipamerkan menjadi salah satu alternatif wisata bahari di bagian
timur Indonesia. Kepulauan Lombok memang belum sefenomenal Bali yang sudah dikenal
secara global, namun para wisatawan domestik maupun mancanegara sudah berpaling
ke Nusa Tenggara Barat ini, terutama pada puncak Rinjani, tepi pantai Senggigi
maupun anak pulau Gili Terawangan. Sayangnya, saya hanya sampai ke Rinjani dan
Senggigi.
bisa datang dari mana saja. Belum lama ini saya berkunjung ke salah satu pulau
yang sedang dipamerkan menjadi salah satu alternatif wisata bahari di bagian
timur Indonesia. Kepulauan Lombok memang belum sefenomenal Bali yang sudah dikenal
secara global, namun para wisatawan domestik maupun mancanegara sudah berpaling
ke Nusa Tenggara Barat ini, terutama pada puncak Rinjani, tepi pantai Senggigi
maupun anak pulau Gili Terawangan. Sayangnya, saya hanya sampai ke Rinjani dan
Senggigi.
Perjalanan dalam jarak
sangat jauh bagi saya secara pribadi. Jarak Banda Aceh menuju Jakarta saja
ditempuh dalam waktu 2 jam. Jarak dari Jakarta ke Lombok juga ditempuh dalam
waktu 2 jam perjalanan udara. Karena saya “dibawa” orang dan tidak ada
keterangan secara gamblang berapa biaya perjalanan ini, saya memutuskan mencari
tahu harga tiket pulang pergi seandainya saya berangkat dengan biaya sendiri
dari Bandara Sultan Iskandar Muda menuju Bandara Praya setelah transit dua kali
di Bandara Kualanamu dan Bandara Soekarno-Hatta. Secara kasar, biaya perjalanan
ini mencapai lebih kurang 5 juta dengan menggunakan pesawat kelas ekonomi yang
sering dikomplain keprofesionalannya ini. Saya membenarkan anggapan tersebut, selain
transit juga mengalami delay yang
memakan waktu lama.
sangat jauh bagi saya secara pribadi. Jarak Banda Aceh menuju Jakarta saja
ditempuh dalam waktu 2 jam. Jarak dari Jakarta ke Lombok juga ditempuh dalam
waktu 2 jam perjalanan udara. Karena saya “dibawa” orang dan tidak ada
keterangan secara gamblang berapa biaya perjalanan ini, saya memutuskan mencari
tahu harga tiket pulang pergi seandainya saya berangkat dengan biaya sendiri
dari Bandara Sultan Iskandar Muda menuju Bandara Praya setelah transit dua kali
di Bandara Kualanamu dan Bandara Soekarno-Hatta. Secara kasar, biaya perjalanan
ini mencapai lebih kurang 5 juta dengan menggunakan pesawat kelas ekonomi yang
sering dikomplain keprofesionalannya ini. Saya membenarkan anggapan tersebut, selain
transit juga mengalami delay yang
memakan waktu lama.
Puncak Rinjani
merupakan salah satu gunung yang diidam-idamkan para pendaki. Karena dalam
agenda kami tidak mendaki gunung tersebut, saya cukup berpuas diri dengan
menikmati lembah Rinjani saja di dataran dingin Sembalun. Daerah Sembalun ini
merupakan salah satu daerah di kepulauan yang dikenal dengan ribuan masjid ini
sebagai daerah basis kekuatan Islam. Benar saja, di mana-mana saya mendapatkan
perempuan mengenakan penutup kepala, sama halnya dengan di Aceh.
merupakan salah satu gunung yang diidam-idamkan para pendaki. Karena dalam
agenda kami tidak mendaki gunung tersebut, saya cukup berpuas diri dengan
menikmati lembah Rinjani saja di dataran dingin Sembalun. Daerah Sembalun ini
merupakan salah satu daerah di kepulauan yang dikenal dengan ribuan masjid ini
sebagai daerah basis kekuatan Islam. Benar saja, di mana-mana saya mendapatkan
perempuan mengenakan penutup kepala, sama halnya dengan di Aceh.
Berangkat dari lembah
Rinjani yang dingin, kami menuju ke daerah Mandar, masih di daerah Lombok
Timur. Menikmati Mandar yang berada di pesisir membuat saya terasa sedang
berada di daerah sendiri. Mandar menyisakan perpaduan antara kehidupan modern
dan tradisional. Di satu sisi masyarakat masih mengamalkan Islam dengan
sebenarnya, dalam arti hanya penampilan luarnya saja, di sisi lain mereka
bahkan mengabaikan panggilan ibadah lima waktu padahal rumahnya sangat dekat
sekali dengan masjid.
Rinjani yang dingin, kami menuju ke daerah Mandar, masih di daerah Lombok
Timur. Menikmati Mandar yang berada di pesisir membuat saya terasa sedang
berada di daerah sendiri. Mandar menyisakan perpaduan antara kehidupan modern
dan tradisional. Di satu sisi masyarakat masih mengamalkan Islam dengan
sebenarnya, dalam arti hanya penampilan luarnya saja, di sisi lain mereka
bahkan mengabaikan panggilan ibadah lima waktu padahal rumahnya sangat dekat
sekali dengan masjid.
Pagi hari di Mandar
tidak sedingin di Sembalun. Mungkin saja, karena cuaca sedang memihak, kami
bergegas menuju Pelabuhan Balohan untuk mengejar matahari terbit. Pelabuhan di
Mandar ini merupakan salah satu pelabuhan besar bagi nelayan setempat. Matahari
yang merangkak cepat di antara peluh pekerja keras yang baru pulang melaut
dengan hasil tanggapan harga jutaan rupiah. Pemandangan yang biasa barangkali
bagi saya yang hidup dilingkungan seperti ini. Namun perbedaan yang mencolok,
para perempuan ikut menanti nelayan pulang melaut untuk mendapatkan ikan-ikan
kecil yang kemudian akan dijadikan ikan asin. Para nelayan memang menjaring
ikan-ikan kecil untuk dijual kepada perempuan Mandar ini.
tidak sedingin di Sembalun. Mungkin saja, karena cuaca sedang memihak, kami
bergegas menuju Pelabuhan Balohan untuk mengejar matahari terbit. Pelabuhan di
Mandar ini merupakan salah satu pelabuhan besar bagi nelayan setempat. Matahari
yang merangkak cepat di antara peluh pekerja keras yang baru pulang melaut
dengan hasil tanggapan harga jutaan rupiah. Pemandangan yang biasa barangkali
bagi saya yang hidup dilingkungan seperti ini. Namun perbedaan yang mencolok,
para perempuan ikut menanti nelayan pulang melaut untuk mendapatkan ikan-ikan
kecil yang kemudian akan dijadikan ikan asin. Para nelayan memang menjaring
ikan-ikan kecil untuk dijual kepada perempuan Mandar ini.
Sunrise di Mandar tetap sama ya? Saya pikir beda tempat akan berbeda penampilan
matahari terbit ini. Matahari bulat naik perlahan menuju puncak tertinggi. Hiruk-pikuk
aktivitas di Mandar tetap meriah. Mereka sudah terbiasa dengan matahari yang
mengintip kegiatan melaut ini. Sendainya bisa saya gambarkan, barangkali saya
akan membuat bulatan besar lantas menggaris senyum pada bulatan tersebut. Begitulah.
Matahari yang sama dengan matahari yang membuat kulit saya gelap di Aceh.
matahari terbit ini. Matahari bulat naik perlahan menuju puncak tertinggi. Hiruk-pikuk
aktivitas di Mandar tetap meriah. Mereka sudah terbiasa dengan matahari yang
mengintip kegiatan melaut ini. Sendainya bisa saya gambarkan, barangkali saya
akan membuat bulatan besar lantas menggaris senyum pada bulatan tersebut. Begitulah.
Matahari yang sama dengan matahari yang membuat kulit saya gelap di Aceh.
Dari Mandar,
meninggalkan sunrise yang terlebih
dahulu meninggalkan jejaknya, kami berangkat ke daerah Lombok Barat, menuju
Mataram, lalu ke Senggigi yang megah. Perjalanan ini memakan waktu lebih kurang
2 jam lebih.
meninggalkan sunrise yang terlebih
dahulu meninggalkan jejaknya, kami berangkat ke daerah Lombok Barat, menuju
Mataram, lalu ke Senggigi yang megah. Perjalanan ini memakan waktu lebih kurang
2 jam lebih.
Senggigi, salah satu
tujuan wisata di kepulauan ini. Senggigi terletak dalam jarak yang cukup dekat
dengan ibu kota provinsi NTB. Sepanjang jalan menuju Senggigi sudah berdiri
penginapan, diskotik maupun café-café dengan tata hias yang menarik. Pemandangan
ini akan kita temui sampai ke bibir pantai Senggigi. Kelihatannya, pemerintah
daerah setempat sudah mensiasati daerah ini sebagai tujuan wisata. Karena saya
berangkat dalam rombongan yang sudah dibiayai, biaya penginapan pun tidak saya
ketahui dengan jelas. Paling tidak akan terjangkau dengan kantong pelancong.
tujuan wisata di kepulauan ini. Senggigi terletak dalam jarak yang cukup dekat
dengan ibu kota provinsi NTB. Sepanjang jalan menuju Senggigi sudah berdiri
penginapan, diskotik maupun café-café dengan tata hias yang menarik. Pemandangan
ini akan kita temui sampai ke bibir pantai Senggigi. Kelihatannya, pemerintah
daerah setempat sudah mensiasati daerah ini sebagai tujuan wisata. Karena saya
berangkat dalam rombongan yang sudah dibiayai, biaya penginapan pun tidak saya
ketahui dengan jelas. Paling tidak akan terjangkau dengan kantong pelancong.
Menanti sunset di Senggigi menjadi topik yang
menarik. Sebenarnya, matahari terbenam di mana-mana tetap sama. Kami sampai di
Senggigi sekitar pukul 5 lebih beberapa menit. Perbedaan waktu yang cukup
signifikan bagi saya sendiri. Saya masih tetap ngotot menggunakan waktu Aceh
padahal selang waktu dengan Lombok kurang lebih 2 jam. Menanti matahari
terbenam selalu menyisakan kenangan tak terhingga bagi saya.
menarik. Sebenarnya, matahari terbenam di mana-mana tetap sama. Kami sampai di
Senggigi sekitar pukul 5 lebih beberapa menit. Perbedaan waktu yang cukup
signifikan bagi saya sendiri. Saya masih tetap ngotot menggunakan waktu Aceh
padahal selang waktu dengan Lombok kurang lebih 2 jam. Menanti matahari
terbenam selalu menyisakan kenangan tak terhingga bagi saya.
Senggigi yang
menghadap ke laut lepas tidak hanya menampilkan lukisan alam lautan lepas saja.
Di depan mata memandang, Pulau Bali membentuk segitiga. Inilah yang membuat
menarik pandangan mata. Matahari menukik di atas pulau yang digandrungi banyak
wisatawan. Perlahan-lahan matahari membawa harapan bahagia dan duka pada sebuah
harapan. Di atas pulau Bali – entah apa yang sedang terjadi di sana – matahari membawa
serta bongkahan keemasan. Walaupun di hari saya ke sana sedikit mendung, tetapi
tidak tertutup keinginan kami untuk menikmati terbenamnya matahari di Pulau
Lombok ini. Para wisatawan mancanegara dengan gagahnya berjemur hanya dengan
mengenakan underwear saja, sambil
membaca sebuah buku. Tentu saja, pemandangan seperti itu tidak akan pernah saya
dapatkan di Aceh yang memberlakukan Syariat Islam.
menghadap ke laut lepas tidak hanya menampilkan lukisan alam lautan lepas saja.
Di depan mata memandang, Pulau Bali membentuk segitiga. Inilah yang membuat
menarik pandangan mata. Matahari menukik di atas pulau yang digandrungi banyak
wisatawan. Perlahan-lahan matahari membawa harapan bahagia dan duka pada sebuah
harapan. Di atas pulau Bali – entah apa yang sedang terjadi di sana – matahari membawa
serta bongkahan keemasan. Walaupun di hari saya ke sana sedikit mendung, tetapi
tidak tertutup keinginan kami untuk menikmati terbenamnya matahari di Pulau
Lombok ini. Para wisatawan mancanegara dengan gagahnya berjemur hanya dengan
mengenakan underwear saja, sambil
membaca sebuah buku. Tentu saja, pemandangan seperti itu tidak akan pernah saya
dapatkan di Aceh yang memberlakukan Syariat Islam.
Lombok, pulau yang
sedang menanjak masa remaja ini akan berbenah dalam rangka menciptakan harmoni
terstruktur akan ranah pariwisata yang mendatangkan devisa tidak sedikit. Anda
tertarik? Silahkan berkunjung dan dinikmati suguhan menarik selama sana!
sedang menanjak masa remaja ini akan berbenah dalam rangka menciptakan harmoni
terstruktur akan ranah pariwisata yang mendatangkan devisa tidak sedikit. Anda
tertarik? Silahkan berkunjung dan dinikmati suguhan menarik selama sana!