Takengon di Aceh Tengah
terkenal dengan pacuan kuda yang digelar setiap Agustus. Pacuan kuda di daerah
bercuaca dingin tersebut untuk memainkan peran sebagai sebuah hobi dan hiburan
semata. Jauh melangkah ke Nusa Tenggara Barat, barangkali juga di beberapa daerah
lainnya, saya menemukan kereta kuda sebagai alternatif kendaraan umum. Pemandangan
ini dapat kita lihat di kota Mataram, banyak kereta kuda yang terparkir di
depan pasar rakyat menunggu konsumen yang sedang belanja di sana. Ternyata,
tidak hanya di ibu kota provinsi saja kereta kuda berkeliaran mencari
pelanggan. Di hampir seluruh Lombok, kereta kuda
yang dikenal dengan sebutan cidomo menghiasi
sepanjang mata menikmatinya.
terkenal dengan pacuan kuda yang digelar setiap Agustus. Pacuan kuda di daerah
bercuaca dingin tersebut untuk memainkan peran sebagai sebuah hobi dan hiburan
semata. Jauh melangkah ke Nusa Tenggara Barat, barangkali juga di beberapa daerah
lainnya, saya menemukan kereta kuda sebagai alternatif kendaraan umum. Pemandangan
ini dapat kita lihat di kota Mataram, banyak kereta kuda yang terparkir di
depan pasar rakyat menunggu konsumen yang sedang belanja di sana. Ternyata,
tidak hanya di ibu kota provinsi saja kereta kuda berkeliaran mencari
pelanggan. Di hampir seluruh Lombok, kereta kuda
yang dikenal dengan sebutan cidomo menghiasi
sepanjang mata menikmatinya.
Saya terdampar ke
Mandar, Lombok Timur yang dahulu sempat saya baca sebagai daerah yang memegang
teguh keislaman mereka. Sampai sekarang ini Mandar masih menjadi salah satu
daerah yang taat menjalankan ajaran Islam. Hal ini ditandai dengan teraturnya
masyarakat setempat menunaikan ibadah, termasuk perempuan Mandar yang
mengenakan kerudung.
Mandar, Lombok Timur yang dahulu sempat saya baca sebagai daerah yang memegang
teguh keislaman mereka. Sampai sekarang ini Mandar masih menjadi salah satu
daerah yang taat menjalankan ajaran Islam. Hal ini ditandai dengan teraturnya
masyarakat setempat menunaikan ibadah, termasuk perempuan Mandar yang
mengenakan kerudung.
Waktu yang tidak
mengizinkan saya beserta rekan satu tim untuk meminjam sebentar cidomo di Mataram membuahkan hasil bahagia. Ternyata,
keinginan saya untuk sekadar mengabadikan kenangan berada di atas cidomo yang
terhias rapi terealisasikan di Mandar.
mengizinkan saya beserta rekan satu tim untuk meminjam sebentar cidomo di Mataram membuahkan hasil bahagia. Ternyata,
keinginan saya untuk sekadar mengabadikan kenangan berada di atas cidomo yang
terhias rapi terealisasikan di Mandar.
Di Mandar, ketika
sedang menikmati panorama pagi, saat matahari sedang mengintip naik
sepenggalah, dalam dekapan angin Pelabuhan Balohan, di tengah hiruk-pikuk
nelayan pulang melaut, saya menemukan sisa mimpi itu. Sebuah cidomo masuk ke
jalan sempit di mana kami berada. Sebelum cidomo dan pemiliknya kabur menjadi
pelanggan saya mencegatnya dengan penuh semangat.
sedang menikmati panorama pagi, saat matahari sedang mengintip naik
sepenggalah, dalam dekapan angin Pelabuhan Balohan, di tengah hiruk-pikuk
nelayan pulang melaut, saya menemukan sisa mimpi itu. Sebuah cidomo masuk ke
jalan sempit di mana kami berada. Sebelum cidomo dan pemiliknya kabur menjadi
pelanggan saya mencegatnya dengan penuh semangat.
Seorang bapak tua yang
tidak saya ketahui namanya tersenyum senang saat kami duduk manis di cidomo
miliknya. Saya patut berterima kasih kepada bapak itu dan merasa kerdil sekali
karena sesuatu yang tidak pernah saya lakukan. Terima kasih saya karena mungkin
di tempat lain saya tidak pernah bisa duduk di atas cidomo dengan gratis. Penyesalan
saya, walaupun sebentar meletakkan lelah di atas kursi keras cidomo saya tidak
membayar uang tunggu kepada bapak itu. Naif memang, setidaknya aku bisa
mengganti kerugian waktu yang sudah kami pakai.
tidak saya ketahui namanya tersenyum senang saat kami duduk manis di cidomo
miliknya. Saya patut berterima kasih kepada bapak itu dan merasa kerdil sekali
karena sesuatu yang tidak pernah saya lakukan. Terima kasih saya karena mungkin
di tempat lain saya tidak pernah bisa duduk di atas cidomo dengan gratis. Penyesalan
saya, walaupun sebentar meletakkan lelah di atas kursi keras cidomo saya tidak
membayar uang tunggu kepada bapak itu. Naif memang, setidaknya aku bisa
mengganti kerugian waktu yang sudah kami pakai.
Bapak yang tidak
dikenal itu mengizinkan saya duduk di atas cidomo, bergantian dengan teman baru
saya, Zakaria Dimyati. Kami bergantian mengambil kenangan manis bersama bapak
tua. Senyum kami terkembang tak terkata. Sedikit diskusi dengan pemilik cidomo
tersebut. Terasa pahit bagi saya secara pribadi.
dikenal itu mengizinkan saya duduk di atas cidomo, bergantian dengan teman baru
saya, Zakaria Dimyati. Kami bergantian mengambil kenangan manis bersama bapak
tua. Senyum kami terkembang tak terkata. Sedikit diskusi dengan pemilik cidomo
tersebut. Terasa pahit bagi saya secara pribadi.
“Rute perjalanan kita
ke mana saja, Pak?” ujar saya setelah memperkenalkan diri seorang pelancong
dari Aceh dan Zakaria dari Bogor. Bapak itu menyebutkan seputaran Mandar,
perkampungan penduduk, sekolah maupun pasar yang sudah bisa ditebak saya tidak
mengetahui letaknya. Penumpang cidomo bisa beragam; anak-anak ke sekolah, para
ibu ke pasar, atau penumpang lain dalam jarak yang sudah disebutkan di atas.
ke mana saja, Pak?” ujar saya setelah memperkenalkan diri seorang pelancong
dari Aceh dan Zakaria dari Bogor. Bapak itu menyebutkan seputaran Mandar,
perkampungan penduduk, sekolah maupun pasar yang sudah bisa ditebak saya tidak
mengetahui letaknya. Penumpang cidomo bisa beragam; anak-anak ke sekolah, para
ibu ke pasar, atau penumpang lain dalam jarak yang sudah disebutkan di atas.
Saya beranikan diri
bertanya tentang kelumrahan seorang penumpang sebelum menggunakan jasa cidomo, “Berapa
ongkos sekali jalan cidomo kita ini, Pak?”
bertanya tentang kelumrahan seorang penumpang sebelum menggunakan jasa cidomo, “Berapa
ongkos sekali jalan cidomo kita ini, Pak?”
“Dua ribu saja,” jawab
Bapak itu dengan senyum penuh makna. Saya terkejut. Benar-benar shock. Saya menetap di salah satu daerah
dengan kebutuhan hidup tidak akan terpenuhi dengan angka 2 dengan tiga nol di
belakangnya tersebut. Di Aceh, Rp. 2000,00. hanya
bisa ditukar dengan sebungkus
kerupuk saja.
Bapak itu dengan senyum penuh makna. Saya terkejut. Benar-benar shock. Saya menetap di salah satu daerah
dengan kebutuhan hidup tidak akan terpenuhi dengan angka 2 dengan tiga nol di
belakangnya tersebut. Di Aceh, Rp. 2000,00. hanya
bisa ditukar dengan sebungkus
kerupuk saja.
“Ke mana saja itu,
Pak?” rasa penasaran saya tidak bisa dibendung.
Pak?” rasa penasaran saya tidak bisa dibendung.
“Seputara Mandar ini,”
artinya? Mau ke mana saja di Mandar tetap dua ribu? Serius? Kasihan sekali si
kuda ngos-ngosan diajak bertarung melawan panas dan dingin di udara tak tentu. Kuda
tidak butuh bensin seperti kendaraan bermotor namun makhuk itu perlu
mengonsumsi makanan bergizi sebelum kembali berlabuh di atas aspal beriringan
dengan kendaraan canggih.
artinya? Mau ke mana saja di Mandar tetap dua ribu? Serius? Kasihan sekali si
kuda ngos-ngosan diajak bertarung melawan panas dan dingin di udara tak tentu. Kuda
tidak butuh bensin seperti kendaraan bermotor namun makhuk itu perlu
mengonsumsi makanan bergizi sebelum kembali berlabuh di atas aspal beriringan
dengan kendaraan canggih.
“Dalam sehari
kira-kira berapa penghasilan kita, Pak?”
kira-kira berapa penghasilan kita, Pak?”
“Bisa 20 bisa 50,”
Cuma segitu? Belakangan
saya baru mengetahui nominal yang disebutkan Bapak cidomo tersebut masuk dalam
takaran memenuhi kebutuhan sehari-hari di sana. Segala kebutuhan rumah tangga
tergolong murah dan mampu ditutupi
oleh penghasilan seorang pemilik cidomo sebagai mata pencaharian mereka.
saya baru mengetahui nominal yang disebutkan Bapak cidomo tersebut masuk dalam
takaran memenuhi kebutuhan sehari-hari di sana. Segala kebutuhan rumah tangga
tergolong murah dan mampu ditutupi
oleh penghasilan seorang pemilik cidomo sebagai mata pencaharian mereka.
Mencari penumpang juga
tak jauh beda dengan mencari jarum dalam beras. Banyaknya cidomo makin
mengecilnya kemungkinan mendapatkan penumpang. Rasa lelah seharian menarik
cidomo terobati dengan tercukupi kehidupan keluarga. Si Kuda yang tidak mengetahui
apapun hanya bisa berlari membawa penumpang menuju tempat tujuan.
tak jauh beda dengan mencari jarum dalam beras. Banyaknya cidomo makin
mengecilnya kemungkinan mendapatkan penumpang. Rasa lelah seharian menarik
cidomo terobati dengan tercukupi kehidupan keluarga. Si Kuda yang tidak mengetahui
apapun hanya bisa berlari membawa penumpang menuju tempat tujuan.
Susahnya saya, terasa
tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan susahnya Bapak itu, dan pemilik cidomo
lainnya. Saya patut bersyukur bisa berkelana sampai keliling Lombok yang
jaraknya entah berapa kilometer dari Aceh. Keindahan provinsi kepulauan negeri
ini penuh segudang harapan bahagia dari jiwa yang menari dari puncak Gunung
Rinjani sampai Pantai Senggigi. Siapa tahu di lain waktu saya bisa kembali ke
sini!
tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan susahnya Bapak itu, dan pemilik cidomo
lainnya. Saya patut bersyukur bisa berkelana sampai keliling Lombok yang
jaraknya entah berapa kilometer dari Aceh. Keindahan provinsi kepulauan negeri
ini penuh segudang harapan bahagia dari jiwa yang menari dari puncak Gunung
Rinjani sampai Pantai Senggigi. Siapa tahu di lain waktu saya bisa kembali ke
sini!
Pelabuhan Balohan, Mandar @bairuindra
Bapak dengan cidomo, Mandar @bairuindra
Saya dan Bapak pemilik cidomo, Mandar @bairuindra
Zakaria Dimyati bersama Bapak pemilik cidomo, Mandar @bairuindra
Kami bersama Bapak dan cidomonya, Mandar @bairuindra
Mari kita mencari nafkah, Mandar @bairuindra