– selalu menjadi impian sebagian besar orang untuk mengunjunginya. Termasuk saya! Selama
ini, saya orang yang belum beruntung menginjakkan kaki di Jakarta. Perjalanan yang
saya tempuh biasanya hanya sekadar transit atau ganti pesawat di Bandar
Udara Soekarno-Hatta sebelum bertolak ke destinasi tujuan. Ingin sih
berteduh sesaat di Ibu Kota namun waktu belum mengizinkan saya ke
arah sana.
antara sekian banyak paket wisata di Ibu Kota, satu saja yang sangat ingin saya
kunjungi, Kota Tua Jakarta. Mungkin,
pemikiran saya terlalu mundur ke belakang. Sejarah tak boleh dilupa. Kota Tua
Jakarta menyimpan sejarah yang tidak akan pernah lekang oleh waktu.
Sejarah adalah
pelajaran untuk tidak mengulang kejadian yang serupa di masa mendatang. Sejarah
tak lain kenangan untuk mengenang sebuah kisah pahit dan bahagia di masa
lampau. Dari sejarah pula kita belajar sesuatu yang tidak ada menjadi ada
bahkan sebaliknya. Sejarah musti dipelajari karena jika dilupa ia tak akan
pernah dikenang.
Kota Tua Jakarta adalah Gedung Arsip Nasional yang menyimpan
banyak literatur tentang sejarah Indonesia. Membaca sedikit referensi penting
saja akan membuka cakrawala tentang sejarah. Dokumen-dokumen yang hanya
tersimpan di gedung ini selayaknya dibolak-balik sesaat untuk meneguhkan hati
bahwa sejarah (perjuangan) benar-benar nyata dan abadi.
selanjutnya ke Museum Sejarah Kota Tua atau dikenal juga dengan Museum
Fatahillah. Namanya museum adalah tempat menyimpan “cenderamata”
sejarah yang menjadi saksi bisu kepedihan perjuangan kemerdekaan.
Benar atau
tidak, saya akan tahu jika bertandang ke sana suatu saat nanti. Museum ini
setidaknya dapat menjawab keraguan saya bahwa perjuangan melawan penjajah itu
tidak sulit. Penjajah musti “diusir” dengan senjata pikiran (taktik) dan
senjata fisik sebelum sadar bahwa Indonesia memiliki kedaulatan dan berhak
merdeka.
![]() |
Museum Sejarah Kota Tua – Wikipedia Indonesia |
waktu, ada Tugu Jam Kota Tua yang bisa saya abadikan dalam kenangan
dan diperlihatkan kepada anak-cucu kelak. Berdiri sejenak di depan Tugu Jam
Kota Tua ini mengingatkan saya bahwa meraih kemerdekaan tidaklah semudah
membalik telapak tangan. Butuh waktu yang sangat lama sebelum pembangunan dimulai
dan hidup damai dinikmati hingga saat ini.
sejenak sambil menikmati pemandangan Kota Tua Jakarta adalah di Lapangan
Fatahillah tempatnya. Berada di Lapangan Fatahillah untuk merasakan
aura pengunjung lain yang ingin memaknai sejarah sebagai pelajaran dalam hidup
mereka.
Pasti akan banyak sekali ras dan suku bangsa yang berlalu-lalang di
depan saya. Memotret kesibukan mereka tentu saja menjadi keharusan bahwa
orang-orang belum melupakan jejak sejarah bangsa ini.
kesuksesan perdagangan di masa dulu, Pelabuhan Sunda Kelapa
adalah tempat yang cocok untuk menyelami hiruk pikuk penjual dan pembeli masa
itu. Memang, saya tidak bisa berada di masa lampau namun aura yang tersimpan di
sana pastilah bisa membuka kenangan transaksi masa dulu.
syukur telah sampai di Kota Tua Jakarta adalah berteduh sejenak di Masjid
Luar Batang. Sebagai muslim, sudah menjadi kewajiban untuk menunaikan shalat
dua rakaat setiap menjumpai masjid selama perjalanan. Masjid adalah rumah Tuhan
kami yang selalu dijaga keagungan dan kemuliaannya. Masjid tempat kami mencari
perlindungan karena tak ada larangan memasukinya bagi seluruh umat Islam di
bumi ini.
memang mengizinkan saya berkunjung ke sana. Hanya saja kepala mengerut saat
memikirkan tiket pesawat ke Ibu Kota. Bagi saya,
pesawat yang aman selama penerbangan dari Banda Aceh
ke Jakarta adalah Garuda Indonesia.
Maskapai
penerbangan bintang lima ini termasuk salah satu maskapai yang “menghargai”
penumpangnya. Selain jarang delay juga memberikan kenyamanan lebih
melalui pelayanan dari awak kabin. Selain itu, custumer service maskapai
yang termasuk 10 besar terbaik dunia ini siap melayani kapan pun (offline maupun
online). Saya tidak merasa takut jika terjadi sesuatu selama perjalanan
panjang.
mengepak aroma tubuh di sekeliling Kota Tua Jakarta. Distinasi ini wajib masuk
ke dalam buku catatan perjalanan. Anda setuju?