Categories
Uncategorized

Murid Berprestasi Tidak Dicubit Guru

Murid Berprestasi Tidak Dicubit Guru
Murid Jenius disayang guru 
“Ibu
ini begini,”

“Bapak
itu begitu,”
Murid
berhak memberikan titel tambahan kepada guru. Murid berprestasi
sekalipun akan menaruh titel tersebut ke pundak guru mereka. Murid yang
bandel
akan melekatkan titel lebih panjang daripada murid yang biasa-biasa
saja. Murid yang masuk ke dalam golongan ini karena di mata mereka guru
adalah tukang cubit, tukang pukul, tukang gunduli rambut
dan sebagainya. Murid
yang masuk ke dalam golongan ini terus-menerus mencari kejelekan guru untuk
dipamerkan ke orang-orang bahwa, “Tak ada guru yang baik di sekolahnya!”
Siapa
pula yang baik?
Mengapa
pula sikapnya tak berubah setelah bersekolah?
Padahal,
murid yang berprestasi di sekolah jauh lebih banyak dibandingkan murid bandel. Murid
yang menang olimpiade sains, murid yang menang lomba pidato, lomba yang menang
cerdas cermat, murid yang menang bola kaki, murid yang menang main voli, murid
yang menang berbagai lomba lainnya, berbeda-beda bukan cuma murid-murid itu
saja. Bahkan, murid yang berkelakuan nyinyir seringkali tak dipakai dalam ajang
bergengsi, termasuk olahraga sepak bola yang identik dengan murid-murid
laki-laki macho, bahkan pertandingan antarkelas setelah ujian semester
usai. Murid yang demikian terus mencari kambing hitam bahwa guru tak memihak
kepadanya, guru tak mau melirik dirinya, guru mengabaikan adanya, guru tak
memilih mereka!
Bagaimana
harus memilih?
Jika
saat tes kemampuan, murid bandel ini berdalih sakit pinggang, sakit gigi, sakit
lengan dan alasan-alasan lain sehingga tak bisa ikut tes. Murid-murid yang
baik-baik, murid yang penurut, tes olimpiade ia ikut, tes sepakbola ia ikut, akhirnya
terpilih keduanya, urusan menang nggak itu tak jadi soal asalkan mewakili
sekolah dan disayangi guru. Guru
tidak serta merta mengotori tangannya dengan bertindak gegabah. Murid dengan
prestasi yang membanggakan tentu mendapat tempat yang lebih tinggi daripada
murid yang suka nyelutuk dari bangku belakang. Murid berprestasi cukup banyak
di sekolah dibandingkan murid yang
ngeyel begitu guru menyuruh menyapu kelas
padahal jatah piketnya pada hari itu. Rata-rata kelas saat ini diisi oleh 24
sampai 30 murid. Kelompok demi kelompok terbangun. Kelompok garda depan adalah
mereka yang jenius – dalam artian juara kelas dan sering ikut lomba kelas berat
seperti olimpiade maupun cerdas cermat sains. Kelompok kedua mereka yang
kemampuan berbicara lebih baik yang sering ikut lomba debat maupun pidato. Kelompok
ketiga mereka yang suka seni dan terlibat dalam rebana maupun tari. Kelompok keempat
mereka yang berbadan tegap namun nggak banyak bicara dan biasanya ikut pramuka
dan paskibraka. Kelompok kelima mereka yang suka olahraga. Kelompok keenam mereka
yang sering tidur di kelas, yang suka nyelutuk tak berbentuk, yang disuruh ini
itu tak pernah mau, mereka yang tukang protes, yang salahin guru dari A sampai
Z, yang menjarah jatah teman untuk mengenyangkan perut mereka dan mereka yang
rawan kena pukulan, kena cubit dan gunduli rambut. Giliran dicubit, nangis. Giliran
digunduli rambut, protes. Giliran dipukul, lapor orang tua.
Prestasinya
apa?
Murid-murid
berprestari terus membanggakan guru mereka dan tak pernah pula
menjelek-jelekkan gurunya. Murid berprestasi dekat dengan guru karena ribuan
pertanyaan. Guru yang di sisi murid bandel tak bermanfaat, justru begitu dipuja
oleh murid berprestasi karena banyak hal. Guru yang dibenci oleh murid yang
telah dicubit, akan dibela mati-matian oleh murid berprestasi karena murid
bandel itu memang layak dicubit.
Murid
berprestasi biasanya adalah tukang lapor, objek kejahilan murid bandel yang
berambut gondrong. Murid bandel mengejar-ngejar perempuan untuk dipeluk di
dalam kelas, murid berprestasi langsung berlarian ke kantor guru untuk melapor.
Murid bandel tak pernah menyelesaikan tugas, buku-buku murid berprestasi
direbutnya lalu dipamerkan ke depan guru.
Guru
tetaplah punya indera ketujuh untuk menerawang. Murid bandel yang protes karena
telah mengerjakan tugas dengan baik, menyimpan jutaan alasan saat guru
memintanya menyelesaikan tugas tersebut di depan kelas. Guru mengganti tugas
dengan yang lain, murid bandel tiduran di bangku belakang dengan kaki di atas
meja bagai sedang menikmati angin sepoi-sepoi bibir pantai.
Murid berprestasi tak pernah dicubit guru. Murid berprestasi tidak pernah dipukul.
Murid berprestasi tak pernah digunduli
. Karena mereka patuh. Mereka ingin
menjadi orang-orang baik di masa mendatang. Mereka belajar dengan tekun bukan
bermain-main dengan hukum dan hak asasi manusia sehingga guru layak lapor dan
dipenjara. Murid berprestasi menghargai guru lebih besar dari dirinya sendiri. Murid
berprestasi akan menangis saat guru tak masuk kelas.
Murid
bandel apa kabar? 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *