sih Jessica itu sampai sidangnya live pula di televisi?” tanya
seorang teman kemarin pagi.
Nama Jessica memang langsung melambung bagai burung
camar lupa pulang ke sangkarnya akhir-akhir ini.
Jessica ini bukanlah selebriti
Indonesia, Jessica Iskandar yang penuh humor dan lugu dalam memandu acara tawa,
bukan pula mantan personel girl band papan atas Korea Selatan, Jessica
Jung, yang melejit sebagai perancang mode dan solois setelah hengkang dari Girl
Generation (SNSD).
Dia hanya Jessica Kumala Wongso, seorang yang dianggap
psikopat oleh netizen, seorang yang dianggap sangat pintar memainkan peran,
berkarakter sekuat petir musim hujan saat sidang perkara, dan penuh perhitungan
saat mencampur kopi dengan sianida, mungkin jika dia benar tersalah.
![]() |
Jessica Wongso yang tampil cantik bermake-up – liputan6.com |
perlu saya jabarkan siapa Jessica Kumala Wongso lebih jauh. Wanita yang raut
wajah berubah-ubah ini didakwa sebagai pembunuh sahabatnya, Wayan Mirna
Salihin.
Cukup panjang perjalanan seorang Jessica menjadi selebriti sepanjang
tahun 2016.
Sidang perkara yang bertele-tele memakan waktu teramat panjang.
Bukti
otentik yang diumbar belum cukup menguatkan wanita yang selalu tenang ini untuk
makan enak di dalam bui.
Bahkan, seorang teman saya yang lain membuat status di
media sosial yang isinya kurang lebih seperti ini.
telah membesarkan kopi sianida dari janin sampai dewasa.
Wanita ini cukup
pandai meramu kopi agar terhindar dari rasa pahit atau bahkan terlalu manis.
Ia
mengaduk kopi sianida dengan sangat pelan sampai sendok tak menyentuh permukaan
gelas.
Tak akan kita mendengar suara berdenting penuh irama asmara saat Jessica
menyuguhkan kopi kepada Mirna.
Jessica yang piawai memainkan peran antagonis
seperti Meriam Bellina, begitu tahu posisinya akan berada di mana jika rencana
manis itu berasa durian.
Tercium menyengat namun belum tentu orang tahu di mana
disimpannya.
Anggapan demi anggapan muncul ke permukaan karena sebagian kasihan
dengan Jessica yang dimain-mainkan oleh jaksa.
Namun kopi yang dipesan Jessica
tak akan mudah layu seperti pesan singkat di perpesanan online, WhatsApp,
yang terhapus bagai dicuri hacker tingkat dewa yang baru saja
memenangkan hadiah miliaran dolar dari Bill Gates karena menemukan bug
kecil pada Windows 10.
utama drama berjudul Kopi Sianida Jessica ini sebenarnya hanya
mereka berdua, Jessica Kumala Wongso dan Wayan Mirna Salihin. Permainan ini justru
mudah sampai ke klimaks sebelum antiklimaks dimulai.
Mirna langsung terkapar
dan Jessica menyembunyikan celana jeansnya yang barangkali telah
diberikan kepada Pelahap Maut yang masih gentayangan di sekitar istana
kebesaran Albus Damboldor, Hogwarts School of Witchcraft and Wizardry.
Permainan Jessica terus bergema sampai ke bab demi bab yang tak lagi semanis rasa
kopi. Kekuasaan Jessica dalam setiap bab tak ubah seperti Abaddon, The
Lord of Avernus dalam game online, DOTA 2.
itu orang kaya ya?” teman saya kembali melemparkan pertanyaan yang sebenarnya
tidak mungkin ada jawaban.
Wajah Jessica yang terus-menerus menggerogoti layar
televisi, kanal berita online, bahkan share media sosial
membuatnya memiliki sayap bak peri.
Jessica terbang terlalu tinggi karena
kafein yang diteguknya bersama Mirna di Café Olivier, Jakarta.
Kepakan sayapnya
membentang khatulistiwa, menyilaukan mata seluruh rakyat Indonesia yang
berpihak kepadanya dan juga menghujatnya.
Jessica yang tampak lelah terlihat
biasa-biasa saja karena hukuman itu paling 3 tahun penjara seperti Saiful
Jamil, walaupun pada kenyataannya benar-benar bersalah di kemudian hari.
pada dasarnya dapat dibeli dengan kekayaan.
Jika saja tidak tertangkap tangan Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK), Saiful Jamil pasti terbahak saat ini. Sisi
keuntungan dari Jessica adalah dirinya yang terkenal ke seluruh negeri.
Media
massa menghardik kamera hanya kepadanya tiap kali persidangan.
Tidak tertutup
kemungkinan, jika Jessica nanti bebas bahkan mendapat hukuman ringan, sorot
kamera akan masih mengikutinya.
Acara reality show yang gemar mengumbar
kejelekan orang juga akan berlomba mengundang Jessica sebagai tamu kehormatan
dengan honor fantastis.
Begitulah negeri kita, walaupun sesaat tampil di
televisi, setahun saja, iklan sana-sini, talkshow di televisi ini dan
itu, jadi figuran di drama tak habis episodenya walaupun melebihi angka 1000, ia
akan mampu menutupi kerugian selama persidangan ini.
yang sebenarnya tidak terlena ikut ambil bagian di dalam kasus Jessica.
Sekilas
info yang muncul saat drama Tukang Bubur Naik Haji atau Uttaran,
selalu wajah Jessica yang ditata dengan make up tipis bagai gaya
anak-anak muda masa kini saat jalan-jalan ke mal.
Kopi yang cuma sekali teguk
habis kini berubah menjadi jeli yang diteguk nggak akan habis.
Cangkir pelangi
pemberian Jessica kepada Mirna akan terus mengisi sendiri isinya.
Kopi itu, si
sianida yang dibesarkan Jessica dari janin sampai kini telah dewasa.
Semakin
tumbuh besar, semakin kuat akar pemikiran, semakin matang menghadapi masalah,
semakin bijaksana mengambil keputusan, semakin jeli melihat celah dan semakin
picik menilai sesuatu.
Jessica yang terlarut bagai ditergen dalam ember berisi pakaian menggunung,
membuat masyarakat sebagai penonton budiman bosan lalu memilih Ranveer
dan Ishani (Meri Aashiqui Tum Se Hi) atau Anak Jalanan
daripada berita terkini 30 menit sampai 1 jam.
Gara-gara Kopi Jessica, kehidupan
layak di tengah masyarakat telah dimanipulasi oleh berita-berita yang sama
hampir tiap channel khusus berita. Kata remaja, “Lu lagi, lu lagi!”
dalam talkshow kemudian menjadi seseorang yang mengeluarkan pendapat
buram.
Masyarakat yang menonton lebih baik menarik tarikan kabel ke listrik
daripada mendengar ocehan yang tidak membenarkan atau menyalahkan Jessica
maupun Mirna.
Pendapat-pendapat di atas awan ini menjadi ninabobo bagi
masyarakat karena hanya menakar gula di dalam karung bolong semulut tikus.
Perdebatan
panjang sampai urat leher muncul sudah tidak layak lagi ditayangkan pada
televisi yang menyisipkan 13+ di sudut bawah layar kaca.
bosan itu sangat manusiawi sekali. Saat masyarakat berpaling dari berita utama
tentang Jessica yang tak kunjung usai, masyarakat tak akan tahu telah terjadi
gempa di pinggir barat Indonesia yang diletakkan di tengah bahkan akhir siaran.
Persidangan Jessica yang disiarkan secara langsung, memamerkan kepongahan
antara pengacara dan jaksa penuntut.
Kisah Jessica bukanlah drama seri Korea, The
Good Wife, yang memperlihatkan kelicikan dan keangkuhan selama jalannya
sidang sebuah kasus.
Sidang Jessica adalah konsumsi keluarga penggugat dan
tergugat.
Kami sebagai masyarakat awam, berada di luar pagar luar angkasa, kami
cukup kok tahu selintas dari permainan cantik Jessica, namun kami tak
perlu tahu sampai isi underware yang dipakai oleh Jessica maupun Mirna.
kita berbangga saat semua media menyorot isu itu saja sedangkan di kampung nan
jauh dari kota, bukan berasal dari keluarga kaya, didakwa sebagai pembunuh
walaupun cuma lewat saja menolong orang terbunuh.
Tak ada yang bela, tak ada
empati, tak ada media yang membesar-besarkan kasus ini.
Paling nyata, tidak
pernah kita lupakan seorang nenek mencuri tetapi dihukum terlalu berat karena
pengacara enggan memilihnya.
Hukum di Indonesia terlalu manis apabila kekayaan
keluarga miliaran sampai triliunan. Hukum negeri ini akan lemah seperti bukti
otentik kasus Jessica apabila hanya bermodal suara.
membuat wanita ini terkenal ke seluruh negeri. Besok-besok, tinggal muncul saja
anak kota penuh gaya perlente dengan kasus bermacam rupa, lalu disorot media
massa, lantas usaha keluarganya melambung tinggi.
Banyak orang kasihan, banyak
pula yang mengemis empati. Semakin terdakwa memelas, semakin mudah menipu
masyarakat Indonesia.
Saya teringat ucapan Bebi Romeo saat Fatin Shidqia Lubis
menyanyikan lagu kemenangan Aku Memilih Setia, pada ajang
X-Factor Indonesia musim pertama tahun 2015.
Bebi berujar kurang lebih begini,
“Waktu adegan peluk-pelukan itu, kok jadi sedih ya.
Tapi orang Indonesia begitu, berasa sedih, beli!”
Kopi sianida yang
diramu Jessica telah dibeli oleh masyarakat Indonesia, walau itu cuma secuil
saja!