Categories
Uncategorized

Dari Kamar Pengap Berpindah ke Kursi Pesawat ‘Ekslusif’

Sepertinya, beberapa orang kini telah nyaman bekerja dari rumah. Kamar yang pengap seakan menghadirkan ide-ide kreatif untuk melahirkan konten-konten bermanfaat.

Tumpulan buku yang berdebu menjadi inspirasi tanpa henti dalam berkarya. Kertas-kertas berserak merupakan pemandangan terindah dari segala imajinasi.

Kabel-kabel tersambung hampir sehari semalam dengan aliran listrik. Dan, pakaian kotor berserak di sudut kamar karena tidak sempat mencucinya dalam seminggu lalu.

Notebook menyala. Smartphone tidak bisa jauh dari jangkauan. Baterai keduanya selalu terisi penuh dan jika telah habis kabel-kabel itu adalah korbannya. Powerbank tak pernah kosong kalau-kalau listrik padam tak diundang.

Suara musik dari earphone sampai terdengar orang di dekat itu, jika ada di antara mereka yang menemani saking kerasnya volume dari jack audio notebook. Keyboard diketuk tak henti sampai bunyinya bagai seorang pekerja di sebuah bangunan yang sedang mengetuk paku.

Layar dokumen berkedap-kedip sambil menunggu ide dituangkan begitu saja. Lalu, begitu inspirasi datang maka semuanya melayang dalam satu kesatuan hingga lupa bahwa pagi hampir berganti pagi!

Jemari saya mengetuk-ketuk keyboard untuk memulai sebuah paragraf yang tak kunjung datang. Begitu terus setiap hari sampai kemudian dimulai dengan satu kata berakhir pada titik nadir di kata ke 1000 lebih dalam satu artikel. Kamar yang berserak dengan pernak-pernik anak muda atau lebih tepatnya anak lajang tidak lagi saya hiraukan.

Lagu-lagu Korea menemani pagi yang senyap; karena lagu ini tidak bisa saya nyanyikan sehingga mudah melanjutkan kata-kata. Internet portable dari smartphone tersambung ke notebook untuk membaca informasi penunjang tulisan atau saat login ke blogger untuk mempublikasikan artikel.

Biarpun, mereka, orang-orang menyebut bahwa pekerjaan tidak memihak kepada saya karena sulit sekali keluar kamar. Hentakan nada dari musik yang saya dengar lebih dari cukup untuk memulai hari dan ‘pekerjaan’ yang orang-orang ragukan.

Bagi mereka pekerjaan yang terhebat itu harus duduk manis di kantor, pakai pakaian rapi, sepatu mengilap, dasi warna-warni, jas dari kain tebal lalu mengendarai mobil pribadi sesuka hati.

tapi saya,
bagi saya,
bekerja itu, dimulai,
dari sini lalu berpindah ke kursi pesawat ‘ekslusif’

Saya tidak pernah menafikan bahwa usaha selalu berbuah hasil, jika dikerjakan dengan sungguh-sungguh dan tekun. Saya memulai menulis blog sejak masa jayanya Multiply, lalu berpindah ke Kompasiana (sesekali masih menulis di sana) dan kemudian benar-benar aktif di sini.

Kebutuhan internet sudah tidak bisa saya jabarkan lagi bagaimana besarnya. Konektivitas ke dunia maya lebih sering dibandingkan saya bercakap-cakap dengan keluarga, apalagi orang terdekat lain.

Bagaimana internet bekerja sama dengan saya telah tak bisa diuraikan menjadi kesatuan dalam kotak-kotak aljabar. Internet yang membuka mata saya bahwa rejeki di sini bersemak, sekali selam lalu saya dapatkan berpundi-pundi sampai tak pernah lelah.

Saya blogger, lalu saya bangga dengan titel ini. Dari kamar yang pengap di sudut desa dengan padi menguning pada musimnya, saya berangkat dengan koper dideret ke pinggir jalan.

Sebuah pembuktian, mungkin juga bukan, barangkali sebuah anugerah dan berkah dari menulis sekian lama, juga bisa jadi sebuah penghargaan untuk berlibur terhadap diri sendiri.

Saya naik pesawat terbang. Kamu tidak salah. Saya benar naik pesawat terbang dari hasil menulis di blog. Saya benar-benar melewati X-Ray bandara setelah bekerja dari rumah!

Berkali-kali. Bukan cuma sekali lalu saya bangga dengan itu dan lupa menulis kembali sepulang dari sana.

Jika kursi di kamar sudah penyot maka kursi pesawat terbang selalu wangi dengan aromanya tersendiri. Cerita tentang itu tak akan pernah usai bahkan telah bosan orang dengar dari saya seiring waktu mengempaskan badan ke satu penerbangan ke penerbangan lain.

Dan, ke mana ‘blogging’ telah menerbangkan saya?

Lombok, Nusa Tenggara Barat

Ini adalah perjalanan pertama saya dengan pesawat terbang. Harap-harap cemas di pertengahan tahun 2014. Dari Aceh melalui perjalanan sulit seorang diri dalam jetlag tak henti. Tetapi di atas awan saya merasa inilah hasil jerih payah, ini pengorbanan akan waktu, ini perih yang selama ini dipendam maka titik syukur mengalir begitu saja.

Saya terbang ke Lombok, Nusa Tenggara Barat, setelah menang lomba yang diadakan oleh Dompet Dhuafa dan Blogdetik. Mungkin, ini adalah awal dari keseriusan saya menulis blog.

Bekerja dari rumah dan mengantarkan saya menikmati indahnya pulau ini. Dari lembah Sembalun yang dingin di mana Gunung Rinjani kokoh di sana sampai ke pantai indah di Senggigi. Cerita dari Lombok ada di sini!

Jakarta

Saya ingin sekali ke Ibu Kota dan terpenuhi setelah mendapatkan undangan dari ASUS Indonesia untuk menghadiri launching ZenFone 2 di Jakarta tahun 2015. Acara yang bertajuk ZenFestival ini tentu tidak bisa disia-siakan karena hanya beberapa saja blogger yang mendapat undangan.

Saya terharu dan terhormat dapat terbang ke tempat yang selalu dielu-elukan dan pusat perhatian banyak orang. Jakarta yang padat menjadi saksi haru saya saat sampai di sana, melihat gemerlap malam dari hotel bintang lima dan menikmati suguhan manis tak ubahnya konser seorang penyanyi saat Rossa tampil dengan anggun di atas panggung. Cerita pertama ke Jakarta ada di sini!

Bali

Ke sini adalah impian di mana banyak sekali destinasi wisata dan juga keindahan-keindahan lain. ASUS Indonesia juga yang mewujudkan impian saya untuk menginjakkan kaki di Pulau Dewata dalam launching ZenFone 3 tahun 2016.

Zenvolution menjadi gemerlap yang tak bisa saya lupakan di mana tema ini menjadi kesatuan yang begitu apik sampai ASUS menerima rekor MURI. Malam yang berakhir manis pun begitu memukau dengan penampilan Bunga Citra Lestari dan Joe Taslim. Cerita keindahan Bali ada di sini!

Bangkok, Thailand

Negeri dengan segenap kebebasan telah saya injak awal tahun 2017. Priceza menjadi penyelenggara lomba dengan mencari 8 penulis expert dan memberangkatkan 7 penulis yang sesuai target setelah menulis 50 artikel.

Kepuasan batin tentu saja saat kota Bangkok menyapa dengan segala gemerlap dan keindahannya. Panorama yang tak bisa dilupakan begitu saja di Chao Phraya atau dinner romantis di atas kapal pesiar menjadi sesuatu yang tidak mungkin saya dapatkan selain dari menulis, di dalam kamar yang selama ini begitu sumpek dan penuh kertas dan buku-buku. Cerita makan malam romantis di Bangkok ada di sini!

Jakarta

Ibu Kota kembali saya datangi belum lama ini. Mei 2017 menjadi saksi lahirkan produk terbaru dari ASUS Indonesia dalam acara bertajuk ZenFinity.

Tentu saja kebanggaan kembali menghinggapi saya setelah duduk manis di kursi pesawat, lelah selama perjalanan dan menikmati hidangan yang tak hanya lezat tetapi sekelas penyanyi Tulus dan artis-artis yang menjadi Brand Ambassador; Joe Taslim, Tatjana Saphira dan Sheryl Sheinafia. Cerita keseruan di Jakarta ada di sini!

Saya hanya menulis namun begitu duduk di kursi pesawat ‘ekslusif’ rasanya ingin teriak sekuat tenaga, bahwa saya telah jauh melangkah dari sebuah tulisan, bekerja dari rumah, dari hanya koneksi ke internet setiap waktu!
saya orang kampung, saya bukan siapa-siapa, saya bisa terbang!
Semua kisah tentang ini telah terburai panjang, jika kamu mengulik kembali beberapa kisah yang terpencar dengan semestinya saat saya pulang dari tempat tersebut, link tersebut adalah jawabannya!
dari kerja ‘paksa’ lahir pula karya yang disukai pembaca
Bekerja dari rumah memang tidak pernah dilihat sebagai pekerjaan karena saya tidak memakai pakaian rapi maupun keluar rumah dengan kendaraan. Saya juga kerap ditegur karena berdiam diri di dalam kamar dalam waktu lama.

Namun, mereka, tidak pernah tahu bahwa saya telah melanglang buana ke segenap penjuru dunia, dihubungi oleh agensi untuk kerja sama, membaca banyak informasi untuk update berita terbaru, menjalin hubungan baik dengan sesama melalui grup WhatsApp, menulis ribuan kata dalam beberapa artikel, kadang pula tidak tidur sampai dini hari saat mengejar deadline. Mereka hanya tahu saya di kamar, tidur-tidur saja atau entah berbuat apa di dalam sana!

Begitu sebuah artikel saya viral, menjadi hujatan dari orang-orang, kadang sebagian dari mereka tersadar bahwa tulisan itu lahir dari kamar yang sempit. Dari sekian banyak artikel di blog ini lahir dari kamar dengan segenap keindahannya bagi saya.

Dari artikel ini pula saya dikenal oleh orang-orang – agensi – untuk kerja sama penulisan artikel di blog. Awalnya, sedikit sekali, cukup untuk pulsa internet. Beranjak waktu, kerja sama yang saya lempar ke e-mail agensi atau sponsor berbuah manis, ada pula yang tiba-tiba mengirim e-mail atau pesan langsung ke WhatsApp.

Saya tidak menaikkan ‘rate’ harga per artikel seperti beberapa blogger melakukannya, namun harga itu berlaku secara alamiah. E-mail yang masuk kadang langsung menyasar ke patokan harga dari mereka yang melebihi ekspektasi dari saya selama ini.

Mulai dari sini pula, saya berangkat bahwa artikel kerja sama di blog telah dianggap ‘ada’ oleh orang lain. Lalu, banyak kerja sama yang kemudian datang memberikan harga lebih besar dari yang diharapkan.

Saya bekerja dari rumah, menulis di dalam kamar dan menunggu notifikasi dari bank jika kerja sama telah terbentuk. Begitu seterusnya sampai saya merasa bahwa ini adalah kesempatan saya untuk menyebut, bahwa bekerja dari rumah juga menghasilkan rejeki berlimpah.

Perlahan-lahan dan pasti, saya merasakan berkah dari bekerja dari rumah ini. Saat orang lain tertidur, saat orang lain sedang menonton sinetron, saat orang lain terbahak di sudut ruangan, saya tersibuk dengan deadline atau kening berkerut dalam menemukan ide-ide baru untuk dibagi.

Saya memiliki jam kerja yang tidak ada batas. Saya bekerja dari rumah tanpa ada waktu dari jam masuk sampai jam pulang. Saya bekerja jika ide itu telah ada, bahkan dari tidur bisa terbangun untuk menulis apabila mimpi melahirkan sebuah ide tulisan!

Begitu, kekuatan dari menulis yang tak bisa saya jabarkan sebelum kamu mencobanya. Memang, tidak mudah di awal namun kamu akan dinikmati pada bagian akhir.

Perjalanan yang saya alami penuh terjal, berbatu-batu, berlumpur, berminyak, sampai saya terpeleset, hilang kendali dan akhirnya menemukan kenyamanan meski, mereka, menyebut, saya bukan seorang pekerja!

Jika kamu masuk ragu, saya berikan laman ini untuk membaca tentang saya, dan juga sebuah portal di mana saya aktif menulis di sana!
Konstributor UC We-Media
dari bergadang semalaman lalu mendapatkan hadiah lomba
Kamu tidak akan tahu jika belum mencoba. Terkadang, teman-teman sesama blogger suka membanding-bandingkan jika di A ikut lomba maka ia tak ikut lagi. Kadang pula, ingin menang lomba tetapi tidak mau menulis atau tidak mau melakukan riset tentang sebuah tema.

Maka, saya keluar dari zona aman ini dengan mengikuti perlombaan yang menurut saya mampu. Di satu sisi, saya mengejar hadiah yang mengiurkan, di sisi lain saya ingin ‘melempar’ artikel yang ditulis kepada juri di balik meja penilaian. Jika menang, maka artikel saya lebih baik dari beberapa artikel lain.

Saya lantas memberi bukti, dari lomba saya bisa terbang ke Lombok dan Thailand. Belum lagi hadiah dalam bentuk uang tunai, smartphone maupun tablet. Ini adalah hasil kerja keras, bergadang semalaman, memendam ide lebih seminggu sebelum dituangkan, menghapus sampai 1000 kata jika tidak seusai harapan dan keinginan, tidur tidak enak sebelum ide tersebut benar-benar bertemu dengan penjamuan kata.
Saya menang lomba, maka saya bernyanyi untuk itu. Saya kalah lomba, maka saya menari untuk itu. Semua ada masanya dan saya menikmati masa-masa menulis untuk lomba yang butuh pengorbanan lebih. Kamu yang baru tahu tentang saya, bisa kembali masuk ke laman ini untuk tahu beberapa perlombaan yang saya menangkan!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *