Tumpulan buku yang berdebu menjadi inspirasi tanpa henti dalam berkarya. Kertas-kertas berserak merupakan pemandangan terindah dari segala imajinasi.
Kabel-kabel tersambung hampir sehari semalam dengan aliran listrik. Dan, pakaian kotor berserak di sudut kamar karena tidak sempat mencucinya dalam seminggu lalu.
Suara musik dari earphone sampai terdengar orang di dekat itu, jika ada di antara mereka yang menemani saking kerasnya volume dari jack audio notebook. Keyboard diketuk tak henti sampai bunyinya bagai seorang pekerja di sebuah bangunan yang sedang mengetuk paku.
Layar dokumen berkedap-kedip sambil menunggu ide dituangkan begitu saja. Lalu, begitu inspirasi datang maka semuanya melayang dalam satu kesatuan hingga lupa bahwa pagi hampir berganti pagi!
Lagu-lagu Korea menemani pagi yang senyap; karena lagu ini tidak bisa saya nyanyikan sehingga mudah melanjutkan kata-kata. Internet portable dari smartphone tersambung ke notebook untuk membaca informasi penunjang tulisan atau saat login ke blogger untuk mempublikasikan artikel.
Bagi mereka pekerjaan yang terhebat itu harus duduk manis di kantor, pakai pakaian rapi, sepatu mengilap, dasi warna-warni, jas dari kain tebal lalu mengendarai mobil pribadi sesuka hati.
Kebutuhan internet sudah tidak bisa saya jabarkan lagi bagaimana besarnya. Konektivitas ke dunia maya lebih sering dibandingkan saya bercakap-cakap dengan keluarga, apalagi orang terdekat lain.
Bagaimana internet bekerja sama dengan saya telah tak bisa diuraikan menjadi kesatuan dalam kotak-kotak aljabar. Internet yang membuka mata saya bahwa rejeki di sini bersemak, sekali selam lalu saya dapatkan berpundi-pundi sampai tak pernah lelah.
Sebuah pembuktian, mungkin juga bukan, barangkali sebuah anugerah dan berkah dari menulis sekian lama, juga bisa jadi sebuah penghargaan untuk berlibur terhadap diri sendiri.
Saya naik pesawat terbang. Kamu tidak salah. Saya benar naik pesawat terbang dari hasil menulis di blog. Saya benar-benar melewati X-Ray bandara setelah bekerja dari rumah!
Jika kursi di kamar sudah penyot maka kursi pesawat terbang selalu wangi dengan aromanya tersendiri. Cerita tentang itu tak akan pernah usai bahkan telah bosan orang dengar dari saya seiring waktu mengempaskan badan ke satu penerbangan ke penerbangan lain.
Lombok, Nusa Tenggara Barat
Saya terbang ke Lombok, Nusa Tenggara Barat, setelah menang lomba yang diadakan oleh Dompet Dhuafa dan Blogdetik. Mungkin, ini adalah awal dari keseriusan saya menulis blog.
Bekerja dari rumah dan mengantarkan saya menikmati indahnya pulau ini. Dari lembah Sembalun yang dingin di mana Gunung Rinjani kokoh di sana sampai ke pantai indah di Senggigi. Cerita dari Lombok ada di sini!
Jakarta
Saya terharu dan terhormat dapat terbang ke tempat yang selalu dielu-elukan dan pusat perhatian banyak orang. Jakarta yang padat menjadi saksi haru saya saat sampai di sana, melihat gemerlap malam dari hotel bintang lima dan menikmati suguhan manis tak ubahnya konser seorang penyanyi saat Rossa tampil dengan anggun di atas panggung. Cerita pertama ke Jakarta ada di sini!
Bali
Zenvolution menjadi gemerlap yang tak bisa saya lupakan di mana tema ini menjadi kesatuan yang begitu apik sampai ASUS menerima rekor MURI. Malam yang berakhir manis pun begitu memukau dengan penampilan Bunga Citra Lestari dan Joe Taslim. Cerita keindahan Bali ada di sini!
Bangkok, Thailand
Kepuasan batin tentu saja saat kota Bangkok menyapa dengan segala gemerlap dan keindahannya. Panorama yang tak bisa dilupakan begitu saja di Chao Phraya atau dinner romantis di atas kapal pesiar menjadi sesuatu yang tidak mungkin saya dapatkan selain dari menulis, di dalam kamar yang selama ini begitu sumpek dan penuh kertas dan buku-buku. Cerita makan malam romantis di Bangkok ada di sini!
Jakarta
Tentu saja kebanggaan kembali menghinggapi saya setelah duduk manis di kursi pesawat, lelah selama perjalanan dan menikmati hidangan yang tak hanya lezat tetapi sekelas penyanyi Tulus dan artis-artis yang menjadi Brand Ambassador; Joe Taslim, Tatjana Saphira dan Sheryl Sheinafia. Cerita keseruan di Jakarta ada di sini!
Namun, mereka, tidak pernah tahu bahwa saya telah melanglang buana ke segenap penjuru dunia, dihubungi oleh agensi untuk kerja sama, membaca banyak informasi untuk update berita terbaru, menjalin hubungan baik dengan sesama melalui grup WhatsApp, menulis ribuan kata dalam beberapa artikel, kadang pula tidak tidur sampai dini hari saat mengejar deadline. Mereka hanya tahu saya di kamar, tidur-tidur saja atau entah berbuat apa di dalam sana!
Dari artikel ini pula saya dikenal oleh orang-orang – agensi – untuk kerja sama penulisan artikel di blog. Awalnya, sedikit sekali, cukup untuk pulsa internet. Beranjak waktu, kerja sama yang saya lempar ke e-mail agensi atau sponsor berbuah manis, ada pula yang tiba-tiba mengirim e-mail atau pesan langsung ke WhatsApp.
Saya tidak menaikkan ‘rate’ harga per artikel seperti beberapa blogger melakukannya, namun harga itu berlaku secara alamiah. E-mail yang masuk kadang langsung menyasar ke patokan harga dari mereka yang melebihi ekspektasi dari saya selama ini.
Mulai dari sini pula, saya berangkat bahwa artikel kerja sama di blog telah dianggap ‘ada’ oleh orang lain. Lalu, banyak kerja sama yang kemudian datang memberikan harga lebih besar dari yang diharapkan.
Perlahan-lahan dan pasti, saya merasakan berkah dari bekerja dari rumah ini. Saat orang lain tertidur, saat orang lain sedang menonton sinetron, saat orang lain terbahak di sudut ruangan, saya tersibuk dengan deadline atau kening berkerut dalam menemukan ide-ide baru untuk dibagi.
Saya memiliki jam kerja yang tidak ada batas. Saya bekerja dari rumah tanpa ada waktu dari jam masuk sampai jam pulang. Saya bekerja jika ide itu telah ada, bahkan dari tidur bisa terbangun untuk menulis apabila mimpi melahirkan sebuah ide tulisan!
Perjalanan yang saya alami penuh terjal, berbatu-batu, berlumpur, berminyak, sampai saya terpeleset, hilang kendali dan akhirnya menemukan kenyamanan meski, mereka, menyebut, saya bukan seorang pekerja!
Maka, saya keluar dari zona aman ini dengan mengikuti perlombaan yang menurut saya mampu. Di satu sisi, saya mengejar hadiah yang mengiurkan, di sisi lain saya ingin ‘melempar’ artikel yang ditulis kepada juri di balik meja penilaian. Jika menang, maka artikel saya lebih baik dari beberapa artikel lain.