Tepuk tangan menghiasi ruangan yang telah diisi 68 peserta Writingthon Asian Games 2018, di lantai 2 Hotel Millennium Sirih Jakarta. Malam baru saja menggantarkan senja ke penginapan terindahnya ketika suara lantang itu berujar, “Asian Games ke-18 di tahun 2018 diadakan di Indonesia!” rasa bangga tak terkira dari sosok tampan di depan kami itu. Pelajar atau mahasiswa dan bloger yang menjadi tamu kehormatan dalam memeriahkan ajang olahraga Asia ini, bersorak penuh semangat. Suara itu kembali berujar, “Saatnya kita buktikan kepada dunia bahwa Asian Games 2018 pernah dilaksanakan di Indonesia, salah satunya melalui karya tulis!”
Begitu,
pemantik semangat dari Bapak Andi Muslim, yang mewakili Kementerian Komunikasi
dan Informasi (Kominfo) saat menyapa kami dalam persekian menit saja. Tetapi,
bagi saya yang duduk di kursi belakang mengambil hikmah yang teramat sangat
dari semangat Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang. Memang benar, tidak
bisa dinafikan bahwa seluruh Asia akan menancapkan mata ke Indonesia; terlepas
dari apapun semua akan masuk ke dalam ranah penilaian.
pemantik semangat dari Bapak Andi Muslim, yang mewakili Kementerian Komunikasi
dan Informasi (Kominfo) saat menyapa kami dalam persekian menit saja. Tetapi,
bagi saya yang duduk di kursi belakang mengambil hikmah yang teramat sangat
dari semangat Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang. Memang benar, tidak
bisa dinafikan bahwa seluruh Asia akan menancapkan mata ke Indonesia; terlepas
dari apapun semua akan masuk ke dalam ranah penilaian.
“Kita harus
bangga pernah terlibat dalam Asian Games 2018!” merinding tentu saja saat
mendengar kata penutup dari Pak Andi. Jauh dari Aceh, setelah 3 jam perjalanan udara,
memberikan semangat ‘juang’ lebih tinggi kepada saya untuk menuangkan ide-ide
segar dalam menyukseskan perhelatan akbar
ini. Saya entah siapa namun tetap Indonesia yang akan menyuarakan tentang ‘kita’
di Asian Games 2018. Benar seperti kata Pak Andi, hanyalah kita yang akan memberikan kabar kepada dunia bahwa Asian Games
pernah sukses di tahun 2018. Belum tentu, 60 tahun kemudian kita akan
bertemu kembali dengan ‘sosok’ ini.
bangga pernah terlibat dalam Asian Games 2018!” merinding tentu saja saat
mendengar kata penutup dari Pak Andi. Jauh dari Aceh, setelah 3 jam perjalanan udara,
memberikan semangat ‘juang’ lebih tinggi kepada saya untuk menuangkan ide-ide
segar dalam menyukseskan perhelatan akbar
ini. Saya entah siapa namun tetap Indonesia yang akan menyuarakan tentang ‘kita’
di Asian Games 2018. Benar seperti kata Pak Andi, hanyalah kita yang akan memberikan kabar kepada dunia bahwa Asian Games
pernah sukses di tahun 2018. Belum tentu, 60 tahun kemudian kita akan
bertemu kembali dengan ‘sosok’ ini.
Sepintas lalu,
saya tidak berpikir akan bermalam di Jakarta dalam waktu dalam dengan ragam
aktivitas. Waktu tahu Penerbit Bitread bersama Kominfo mengadakan lomba, saya
malah bingung sekali untuk mendapatkan ide terbaik. Saya ‘diminta’ untuk
mendukung Asian Games 2018 dari daerah sendiri. Saya menemui jalan buntu untuk
memulai, saya meraba ke mana tujuan dari lomba ini, saya mencari tahu apa yang
sebenarnya ingin kita ‘jual’ dari karya tulis tentang Asian Games ini.
saya tidak berpikir akan bermalam di Jakarta dalam waktu dalam dengan ragam
aktivitas. Waktu tahu Penerbit Bitread bersama Kominfo mengadakan lomba, saya
malah bingung sekali untuk mendapatkan ide terbaik. Saya ‘diminta’ untuk
mendukung Asian Games 2018 dari daerah sendiri. Saya menemui jalan buntu untuk
memulai, saya meraba ke mana tujuan dari lomba ini, saya mencari tahu apa yang
sebenarnya ingin kita ‘jual’ dari karya tulis tentang Asian Games ini.
Tentang
Aceh. Tidak mungkin saya mencari celah soal hukum Islam maupun suasana pantai
yang indah. Sosok Aceh, mungkin saja ada di antara para atlet yang akan
bertanding. Maka, dari sini saya memulai mengotak-otakkan ide, membelah
kebuntuan dengan searching sosok Aceh
asli yang akan berlaga nanti. Kata kunci yang keluar dari mesin pencari dalam sekian
detik langsung menyuguhkan berita manis. Bahkan, lebih dari manis dari apa yang
ingin saya tuliskan.
Aceh. Tidak mungkin saya mencari celah soal hukum Islam maupun suasana pantai
yang indah. Sosok Aceh, mungkin saja ada di antara para atlet yang akan
bertanding. Maka, dari sini saya memulai mengotak-otakkan ide, membelah
kebuntuan dengan searching sosok Aceh
asli yang akan berlaga nanti. Kata kunci yang keluar dari mesin pencari dalam sekian
detik langsung menyuguhkan berita manis. Bahkan, lebih dari manis dari apa yang
ingin saya tuliskan.
Maka,
lahirkan sosok Bunga
Aceh; Engkau Harum di Angkat Besi Asian Games 2018.
lahirkan sosok Bunga
Aceh; Engkau Harum di Angkat Besi Asian Games 2018.
Siapa dan
mengapa saya menulis tentang gadis ini mungkin mengalir begitu saja. Nurul Akmal
menjadi sosok yang membuat saya merinding saat mengingatnya – tentang ide
menulis tentangnya. Saya tidak tahu dia. Saya bahkan baru tahu tentang dirinya.
Siapa Nurul Akmal barangkali kamu bisa membacanya kembali di artikel yang
mengantarkan saya ikut Writingthon Asian Games 2018 mulai hari ini. Namun, soal
mengapa saya memilih Nurul Akmal karena alasan ini menjadi kuat bila bicara
tentang Aceh, tentang wanita dan juga tentang sebuah hal tabu.
mengapa saya menulis tentang gadis ini mungkin mengalir begitu saja. Nurul Akmal
menjadi sosok yang membuat saya merinding saat mengingatnya – tentang ide
menulis tentangnya. Saya tidak tahu dia. Saya bahkan baru tahu tentang dirinya.
Siapa Nurul Akmal barangkali kamu bisa membacanya kembali di artikel yang
mengantarkan saya ikut Writingthon Asian Games 2018 mulai hari ini. Namun, soal
mengapa saya memilih Nurul Akmal karena alasan ini menjadi kuat bila bicara
tentang Aceh, tentang wanita dan juga tentang sebuah hal tabu.
Tidak banyak
gadis Aceh yang ‘berani’ seperti Nurul Akmal. Mungkin ini menjadi nilai
tertinggi sehingga saya menulis tentangnya. Nurul Akmal juga menjadi seorang lifter yang akan berlaga di angkat besi
75 kg plus yang mana ini tidak mudah untuk seorang wanita. Menarik? Tentu saja,
untuk saya yang tidak tahu-menahu soal angkat besi dan mungkin juga untuk kita
yang biasanya menganggap soal olahraga angkat beban ini hanyalah milik pria
saja.
gadis Aceh yang ‘berani’ seperti Nurul Akmal. Mungkin ini menjadi nilai
tertinggi sehingga saya menulis tentangnya. Nurul Akmal juga menjadi seorang lifter yang akan berlaga di angkat besi
75 kg plus yang mana ini tidak mudah untuk seorang wanita. Menarik? Tentu saja,
untuk saya yang tidak tahu-menahu soal angkat besi dan mungkin juga untuk kita
yang biasanya menganggap soal olahraga angkat beban ini hanyalah milik pria
saja.
Hadirnya sosok
Nurul Akmal menjadi warna tersendiri bagi saya dalam memaknai Asian Games 2018
itu sendiri. Bahwa, saya teramat bangga saat atlet Aceh menjadi kebanggaan kita
semua. Mungkin karena saya terlalu jenuh dengan berita miring tentang Aceh maka
sosok Nurul Akmal bisa mengobati luka lara itu.
Nurul Akmal menjadi warna tersendiri bagi saya dalam memaknai Asian Games 2018
itu sendiri. Bahwa, saya teramat bangga saat atlet Aceh menjadi kebanggaan kita
semua. Mungkin karena saya terlalu jenuh dengan berita miring tentang Aceh maka
sosok Nurul Akmal bisa mengobati luka lara itu.
Saya tidak
menyangka saat kemudian Nurul Akmal mengirim pesan melalui Instagram. Kisah ini
saya bubuhkan catatannya di Kabar
dari Gadis Aceh untuk Dukung Bersama Asian Games 2018. Mungkin saja, karena
tidak begitu banyak pemberitaan tentang dirinya, Nurul Akmal merasa terharu. Saya
ikut terhibur dan merasa perlu mengenalkan sosok Nurul Akmal sebagai seorang lifter kebanggaan Aceh di ajang Asia
ini. Jika saya tidak memulai sebuah ‘catatan’ kecil ini, maka Nurul Akmal
mungkin akan dilupa begitu Asian Games 2018 usai atau begitu dirinya tidak
mendapatkan medali.
menyangka saat kemudian Nurul Akmal mengirim pesan melalui Instagram. Kisah ini
saya bubuhkan catatannya di Kabar
dari Gadis Aceh untuk Dukung Bersama Asian Games 2018. Mungkin saja, karena
tidak begitu banyak pemberitaan tentang dirinya, Nurul Akmal merasa terharu. Saya
ikut terhibur dan merasa perlu mengenalkan sosok Nurul Akmal sebagai seorang lifter kebanggaan Aceh di ajang Asia
ini. Jika saya tidak memulai sebuah ‘catatan’ kecil ini, maka Nurul Akmal
mungkin akan dilupa begitu Asian Games 2018 usai atau begitu dirinya tidak
mendapatkan medali.
Saya hanya
menghidupkan alarm tentang sosoknya,
perjuangan yang telah diberikannya dan kecintaannya terhadap negeri kita. Mungkin
kita akan rindu pada mereka di tahun-tahun nanti. Di mana perguliran tuan rumah
Asian Games itu sendiri tidak sama seperti menarik arisan atau absen kuliah. Masa
yang ditunggu cukup lama dan barangkali saat itu tiba lagi nanti, atlet-atlet
yang bertanding hari ini telah menua.
menghidupkan alarm tentang sosoknya,
perjuangan yang telah diberikannya dan kecintaannya terhadap negeri kita. Mungkin
kita akan rindu pada mereka di tahun-tahun nanti. Di mana perguliran tuan rumah
Asian Games itu sendiri tidak sama seperti menarik arisan atau absen kuliah. Masa
yang ditunggu cukup lama dan barangkali saat itu tiba lagi nanti, atlet-atlet
yang bertanding hari ini telah menua.
Writingthon
Asian Games 2018 ini saya jadikan sebagai sebuah pengantar di rindu ke-18 dari
ajang olahraga terbesar Asia tersebut. Jangan sebut tidak rindu. Jangan pula
melupa karena kita ingin Indonesia menjadi jaya. Jika Nurul Akmal dan rekan
atlet lain sedang bertarung, akan bertarung di arena, maka kami juga demikian selama
karantina ini. Mari kita coba untuk mengenalkan kembali, mari membuat sebuah catatan
penting di mana akan dikenang sebagai sejarah dalam bertahun-tahun ke depan. Seperti
kata Pak Andi, jika bukan kita tidak akan ada orang lain yang ikut meleburkan
diri untuk menyukseskan Asian Games 2018.
Asian Games 2018 ini saya jadikan sebagai sebuah pengantar di rindu ke-18 dari
ajang olahraga terbesar Asia tersebut. Jangan sebut tidak rindu. Jangan pula
melupa karena kita ingin Indonesia menjadi jaya. Jika Nurul Akmal dan rekan
atlet lain sedang bertarung, akan bertarung di arena, maka kami juga demikian selama
karantina ini. Mari kita coba untuk mengenalkan kembali, mari membuat sebuah catatan
penting di mana akan dikenang sebagai sejarah dalam bertahun-tahun ke depan. Seperti
kata Pak Andi, jika bukan kita tidak akan ada orang lain yang ikut meleburkan
diri untuk menyukseskan Asian Games 2018.
Saat ini,
saya telah menjadi bagian dari proses mengharumkan nama Indonesia di Asian
Games 2018. Perjalanan lelah dari Aceh belum terobati tetapi sejak di Aceh saya
telah merasakan bagaimana gaung ajang ini akan berlangsung lebih semarak. Di Bandara
Sultan Iskandar Muda, Aceh Besar, pukul 09.00 lewat pada 15 Agustus, saya
sempat memotret diri di depan maskot Asian Games 2018. Sambil menunggu Haikal
Razi, pemenang kategori pelajar tiba di depan pintu masuk, saya rasa tidak
salahnya mengabari ke dunia maya bahwa Aceh juga membahagiakan ajang olahraga
ini.
saya telah menjadi bagian dari proses mengharumkan nama Indonesia di Asian
Games 2018. Perjalanan lelah dari Aceh belum terobati tetapi sejak di Aceh saya
telah merasakan bagaimana gaung ajang ini akan berlangsung lebih semarak. Di Bandara
Sultan Iskandar Muda, Aceh Besar, pukul 09.00 lewat pada 15 Agustus, saya
sempat memotret diri di depan maskot Asian Games 2018. Sambil menunggu Haikal
Razi, pemenang kategori pelajar tiba di depan pintu masuk, saya rasa tidak
salahnya mengabari ke dunia maya bahwa Aceh juga membahagiakan ajang olahraga
ini.
Lobi Hotel Millennium
Sirih Jakarta menyambut kami dengan nada indah dari pianis. Istirahat sejenak
sebelum memulai perkenalan dengan Bitread dan Kominfo menjadi waktu yang tepat.
Saya menerima kunci kamar dan bergegas ke lantai 12. Pemandangan sore Jakarta
menjadi obat rindu yang berbeda. Haikal Razi juga masuk ke kamarnya di lantai 11.
Saya menikmati aroma yang berbeda dan menanti kejutan manis dari panitia.
Sirih Jakarta menyambut kami dengan nada indah dari pianis. Istirahat sejenak
sebelum memulai perkenalan dengan Bitread dan Kominfo menjadi waktu yang tepat.
Saya menerima kunci kamar dan bergegas ke lantai 12. Pemandangan sore Jakarta
menjadi obat rindu yang berbeda. Haikal Razi juga masuk ke kamarnya di lantai 11.
Saya menikmati aroma yang berbeda dan menanti kejutan manis dari panitia.
Usai makan
malam, kami langsung diboyong untuk perkenalan singkat – dan bertemu Pak Andi
seperti yang telah saya tulis di pembuka. Perkenalan yang unik dan lucu bersama
panitia membuat lelah terlupa. Canda tawa mulai dibangun, suasana makin cair dan
beberapa peserta mulai mengambil kamera mereka. Saya pun tidak mau melewatkan
beberapa momen berharga itu. Mungkin nanti akan jadi kenang-kenangan dan juga
menjadi konten menarik untuk memotivasi orang lain melalui tulisan ini dan
konten di media sosial nantinya.
malam, kami langsung diboyong untuk perkenalan singkat – dan bertemu Pak Andi
seperti yang telah saya tulis di pembuka. Perkenalan yang unik dan lucu bersama
panitia membuat lelah terlupa. Canda tawa mulai dibangun, suasana makin cair dan
beberapa peserta mulai mengambil kamera mereka. Saya pun tidak mau melewatkan
beberapa momen berharga itu. Mungkin nanti akan jadi kenang-kenangan dan juga
menjadi konten menarik untuk memotivasi orang lain melalui tulisan ini dan
konten di media sosial nantinya.
Rahmat Hidayat,
bloger tampan dari Maluku menjadi fotografer saya malam ini. Usai babak
perkenalan, saya tidak mau melewatkan momen foto di spanduk dengan tajuk menarik
itu. Beberapa foto menjadi hasil menarik seperti di bawah ini.
bloger tampan dari Maluku menjadi fotografer saya malam ini. Usai babak
perkenalan, saya tidak mau melewatkan momen foto di spanduk dengan tajuk menarik
itu. Beberapa foto menjadi hasil menarik seperti di bawah ini.
Seolah ‘memikul’
Asian Games 2018 yang terasa begitu berat demikianlah yang mungkin terjadi sehingga
dengan bantuan banyak pihak akan sukses. Saya tak sendiri mengambil gaya yang
berbeda dari orang lain, Haikal Razi yang kebetulan lewat saya panggil untuk
ikut serta. Tak ada salahnya, 2 orang Aceh di dalam satu frame yang akan menjadi momen terindah di antara kami.
Asian Games 2018 yang terasa begitu berat demikianlah yang mungkin terjadi sehingga
dengan bantuan banyak pihak akan sukses. Saya tak sendiri mengambil gaya yang
berbeda dari orang lain, Haikal Razi yang kebetulan lewat saya panggil untuk
ikut serta. Tak ada salahnya, 2 orang Aceh di dalam satu frame yang akan menjadi momen terindah di antara kami.
Writingthon
adalah menulis saja. Maka saya mengambil pena, mencoret beberapa ide untuk
dituangkan dalam tulisan panjang selama acara ini berlangsung. Tidak mudah
menemukan ide dalam sekejap tetapi beginilah keadaan itu. Saya tidak mau mengakhiri
begitu saja apa yang telah dimulai. Mungkin, babak lain dari Nurul Akmal akan
terburai di sini. Mungkin, saya bisa mencatat beberapa sejarah yang akan
dibagikan kepada anak-cucu.
adalah menulis saja. Maka saya mengambil pena, mencoret beberapa ide untuk
dituangkan dalam tulisan panjang selama acara ini berlangsung. Tidak mudah
menemukan ide dalam sekejap tetapi beginilah keadaan itu. Saya tidak mau mengakhiri
begitu saja apa yang telah dimulai. Mungkin, babak lain dari Nurul Akmal akan
terburai di sini. Mungkin, saya bisa mencatat beberapa sejarah yang akan
dibagikan kepada anak-cucu.
Malam terus
menanjak. Saatnya untuk naik ke lantai 12. Tetapi, udara dari lantai 4 terasa memanggil
kami untuk menengoknya sejenak. Tak ada salahnya untuk duduk sesaat di kursi
dengan rumput hijau malam hari di sana, dekat kolam renang. Saya akan menutup
malam dengan sebuah cahaya yang tidak mudah redup. Demikian pula dengan Asian
Games 2018 di Jakarta dan Palembang yang akan dikenang sepanjang masa.
menanjak. Saatnya untuk naik ke lantai 12. Tetapi, udara dari lantai 4 terasa memanggil
kami untuk menengoknya sejenak. Tak ada salahnya untuk duduk sesaat di kursi
dengan rumput hijau malam hari di sana, dekat kolam renang. Saya akan menutup
malam dengan sebuah cahaya yang tidak mudah redup. Demikian pula dengan Asian
Games 2018 di Jakarta dan Palembang yang akan dikenang sepanjang masa.
Mari kita
dukung, mari kita berikan catatan sejarah untuk atlet, tempat dan kenangan
manis lain kepada dunia tentang Asian Games 2018 di negeri kita. Saat ini
waktunya, bukan nanti atau kapan-kapan lagi!
***
dukung, mari kita berikan catatan sejarah untuk atlet, tempat dan kenangan
manis lain kepada dunia tentang Asian Games 2018 di negeri kita. Saat ini
waktunya, bukan nanti atau kapan-kapan lagi!
***