Saat duduk di bangku kelas tiga SMA, Unsyiah mengalir begitu saja sebagai tumpuan harapan berikutnya. Anak-anak mungkin terbiasa dengan fenomena ini namun tidak begitu siap untuk menembus pintu gerbang universitas terbaik di Aceh tersebut. Begitu masuk ke dalam kelas tiga di semester 2 tiap tahunnya, saya akan dihadapkan pada dua pilihan; melanjutkan pelajaran atau memberikan solusi ke mana tujuan mereka di perguruan tinggi.
Kebiasaan saya
di laboratorium komputer, atau mungkin sering bercerita tentang dunia teknologi
yang makin agresif. Anak-anak terbiasa pula dengan motivasi yang saya bangun
tanpa disengaja. Mungkin dari sini pula, kacamata mereka bertambah tebal untuk
melihat apa yang sebelumnya menjadi tabu. Saya membuka fenomena ini dengan
perlahan, memberikan bayangan dan bahkan menelisik anak-anak yang memiliki
kemampuan di bidang tertentu.
di laboratorium komputer, atau mungkin sering bercerita tentang dunia teknologi
yang makin agresif. Anak-anak terbiasa pula dengan motivasi yang saya bangun
tanpa disengaja. Mungkin dari sini pula, kacamata mereka bertambah tebal untuk
melihat apa yang sebelumnya menjadi tabu. Saya membuka fenomena ini dengan
perlahan, memberikan bayangan dan bahkan menelisik anak-anak yang memiliki
kemampuan di bidang tertentu.
Kemudian,
saya memberi catatan penting, “Kamu cocok jadi guru sekolah dasar,” atau juga “Kamu
sangat cocok masuk teknik,” dan beragam pendapat lain yang bisa menembusi
keinginan mereka dan juga hanya sekadar angin lalu. Anak-anak yang sedang bimbang
bisa saja memilih jurusan lain karena ajakan teman atau karena ‘ajakan’ pekerjaan
di depan mata. Meskipun, tidak semua berbuah manis tetapi anak-anak sadar bahwa
mendekati saya adalah solusi terbaik untuk ‘meluluskan’ mereka ke perguruan
tinggi.
saya memberi catatan penting, “Kamu cocok jadi guru sekolah dasar,” atau juga “Kamu
sangat cocok masuk teknik,” dan beragam pendapat lain yang bisa menembusi
keinginan mereka dan juga hanya sekadar angin lalu. Anak-anak yang sedang bimbang
bisa saja memilih jurusan lain karena ajakan teman atau karena ‘ajakan’ pekerjaan
di depan mata. Meskipun, tidak semua berbuah manis tetapi anak-anak sadar bahwa
mendekati saya adalah solusi terbaik untuk ‘meluluskan’ mereka ke perguruan
tinggi.
Semenjak seleksi
masuk melalui jalur undangan tidak lagi menulis di kertas, anak-anak sangat
berhadap kepada saya untuk menemani mereka membuka halaman pendaftaran. Saya tidak
lantas menjadi pendengar segala keinginan mereka, saya tidak pula sebatas membantu
pendaftaran tetapi mengarahkan jurusan apa yang benar-benar sesuai dengan
kemampuan mereka. Tentu, hal ini sangat mudah karena saya paham betul anak-anak
yang telah dikenal selama 3 tahun terakhir.
masuk melalui jalur undangan tidak lagi menulis di kertas, anak-anak sangat
berhadap kepada saya untuk menemani mereka membuka halaman pendaftaran. Saya tidak
lantas menjadi pendengar segala keinginan mereka, saya tidak pula sebatas membantu
pendaftaran tetapi mengarahkan jurusan apa yang benar-benar sesuai dengan
kemampuan mereka. Tentu, hal ini sangat mudah karena saya paham betul anak-anak
yang telah dikenal selama 3 tahun terakhir.
Mulailah saya
merangkai keputusan membantu mereka sejak tahun 2014. Masa di mana saya tahu
bahwa itu akan sulit sekali di mana saya bukanlah pegawai negeri, bukan pula tenaga
kependidikan, yang mana saya harus berkorban waktu lebih besar untuk mendengar
ocehan anak-anak dengan laptop terus terkoneksi jaringan kencang. Saya menyiapkan
diri dengan baik saat anak-anak meminta daftar ke jurusan yang mereka sukai,
saya juga harus bersabar saat mereka enggan memilih jurusan atau kebingungan
antara jurusan ini dan itu.
merangkai keputusan membantu mereka sejak tahun 2014. Masa di mana saya tahu
bahwa itu akan sulit sekali di mana saya bukanlah pegawai negeri, bukan pula tenaga
kependidikan, yang mana saya harus berkorban waktu lebih besar untuk mendengar
ocehan anak-anak dengan laptop terus terkoneksi jaringan kencang. Saya menyiapkan
diri dengan baik saat anak-anak meminta daftar ke jurusan yang mereka sukai,
saya juga harus bersabar saat mereka enggan memilih jurusan atau kebingungan
antara jurusan ini dan itu.
Unsyiah tetap
menjadi andalan nomor satu. Mereka selalu memilih Unsyiah sebagai tujuan kampus
utama dan memilih jurusan sesuai keinginan yang terpendam. Saya menemani mereka
– lebih tepatnya – menyelesaikan pendaftaran sampai bisa cetak kartu dan juga
membantu pendaftaran Bidikmisi. Semua saya lalui untuk satu tujuan, bahwa
anak-anak saya di pesisir barat Aceh, dari MAN 2 Aceh Barat, bisa duduk dengan
manis di bangku Unsyiah yang selalu menjadi idaman semua masyarakat Aceh.
menjadi andalan nomor satu. Mereka selalu memilih Unsyiah sebagai tujuan kampus
utama dan memilih jurusan sesuai keinginan yang terpendam. Saya menemani mereka
– lebih tepatnya – menyelesaikan pendaftaran sampai bisa cetak kartu dan juga
membantu pendaftaran Bidikmisi. Semua saya lalui untuk satu tujuan, bahwa
anak-anak saya di pesisir barat Aceh, dari MAN 2 Aceh Barat, bisa duduk dengan
manis di bangku Unsyiah yang selalu menjadi idaman semua masyarakat Aceh.
![]() |
Unsyiah adalah impian – Instagram @univ_syiahkuala |
Mungkin saya
terlalu lupa karena ratusan dari mereka yang meminta ‘tolong’ saat itu dan
kini. Namun, saya ingat beberapa nama yang telah lulus dan bahkan masih kuliah
di Unsyiah dengan bekal beasiswa Bidikmisi. Saya ingat bagaimana warung kopi di
sore hari menjadi tempat berkucuran airmata saat anak-anak berburu waktu
mendaftar Bisikmisi. Tak mungkin saya lupa bagaimana mereka meratap tidak mudah
menyiapkan berkas dan harus mengeluarkan biaya untuk scan data tersebut. Saya cuma berujar dengan tegas, “Sedikit
pengorbanan saja untuk mendapatkan hasil terbaik!”
terlalu lupa karena ratusan dari mereka yang meminta ‘tolong’ saat itu dan
kini. Namun, saya ingat beberapa nama yang telah lulus dan bahkan masih kuliah
di Unsyiah dengan bekal beasiswa Bidikmisi. Saya ingat bagaimana warung kopi di
sore hari menjadi tempat berkucuran airmata saat anak-anak berburu waktu
mendaftar Bisikmisi. Tak mungkin saya lupa bagaimana mereka meratap tidak mudah
menyiapkan berkas dan harus mengeluarkan biaya untuk scan data tersebut. Saya cuma berujar dengan tegas, “Sedikit
pengorbanan saja untuk mendapatkan hasil terbaik!”
Lantas,
saya merasa telah berbuat lebih untuk itu. Saya telah mengantarkan mereka ke
pintu gerbang Unsyiah yang terkesan gahar, gagah, penuh pesona dan impian banyak
pelajar. Mereka telah dengan mudah duduk manis, mengenyam pendidikan tanpa
perlu menanti kiriman dari orang tua. Di satu sisi, saya benar-benar percaya
kepada keajaiban dan usaha yang tidak pernah kenal lelah. Di sisi lain, mungkin
saya menyesali emosi yang tiba-tiba meledak saat anak-anak minta diganti
jurusan, surat keterangan kurang mampu lupa di-scan, atau tidak tahu lagi meletakkan nomor pendaftaran dan password. Saya menarik napas untuk
memberikan kartu lain untuk mereka atau bahkan memilih tidak memberikannya,
biar di laptop saya saja.
saya merasa telah berbuat lebih untuk itu. Saya telah mengantarkan mereka ke
pintu gerbang Unsyiah yang terkesan gahar, gagah, penuh pesona dan impian banyak
pelajar. Mereka telah dengan mudah duduk manis, mengenyam pendidikan tanpa
perlu menanti kiriman dari orang tua. Di satu sisi, saya benar-benar percaya
kepada keajaiban dan usaha yang tidak pernah kenal lelah. Di sisi lain, mungkin
saya menyesali emosi yang tiba-tiba meledak saat anak-anak minta diganti
jurusan, surat keterangan kurang mampu lupa di-scan, atau tidak tahu lagi meletakkan nomor pendaftaran dan password. Saya menarik napas untuk
memberikan kartu lain untuk mereka atau bahkan memilih tidak memberikannya,
biar di laptop saya saja.
Saya merasa
sendiri bahwa Unsyiah sangat membantu pendidikan anak-anak kita di Aceh. Tiap hari,
saya berkelana bersama anak-anak di sekolah, tahu bagaimana kondisi mereka dan
begitu terharu saat anak yang lulus berkata atau mengirim pesan melalui
WhatsApp, “Bapak, saya lulus di jurusan ini dan dapat Bidikmisi!” meskipun kemudian
mereka lupa kepada saya tetapi saya telah mengantarkan mereka ke cita-cita.
sendiri bahwa Unsyiah sangat membantu pendidikan anak-anak kita di Aceh. Tiap hari,
saya berkelana bersama anak-anak di sekolah, tahu bagaimana kondisi mereka dan
begitu terharu saat anak yang lulus berkata atau mengirim pesan melalui
WhatsApp, “Bapak, saya lulus di jurusan ini dan dapat Bidikmisi!” meskipun kemudian
mereka lupa kepada saya tetapi saya telah mengantarkan mereka ke cita-cita.
Siti Kana,
sosok yang saya kagumi dengan kegigihan dan linangan airmata saat berujar
tentang dirinya. Namun, begitu saya tahu dirinya lulus di Teknik Kimia dan
mendapatkan Beasiswa Bidikmisi, saya tidak hanya bersyukur, saya mengirim doa
agar langkahnya selalu dimudahkan. Sayup-sayup saya mendengar tentang
aktivitasnya di Banda, saya tidak menyebut Bidikmisi tidak cukup untuk biaya kuliah
atau biaya hidup, tetapi mengajar les di sore hari adalah penggalan pengalaman
yang telah dilakukan oleh banyak orang, termasuk saya sendiri saat masih
berstatus sebagai mahasiswa.
sosok yang saya kagumi dengan kegigihan dan linangan airmata saat berujar
tentang dirinya. Namun, begitu saya tahu dirinya lulus di Teknik Kimia dan
mendapatkan Beasiswa Bidikmisi, saya tidak hanya bersyukur, saya mengirim doa
agar langkahnya selalu dimudahkan. Sayup-sayup saya mendengar tentang
aktivitasnya di Banda, saya tidak menyebut Bidikmisi tidak cukup untuk biaya kuliah
atau biaya hidup, tetapi mengajar les di sore hari adalah penggalan pengalaman
yang telah dilakukan oleh banyak orang, termasuk saya sendiri saat masih
berstatus sebagai mahasiswa.
![]() |
Siti Kana, mahasiswi Teknik Kimia Unsyiah alumni MAN 2 Aceh Barat penerima beasiswa Bidikmisi. |
Di pintu
lain, Khairunnisak juga pernah merajuk dan hampir menitikkan airmata saat
sistem pendaftaran down. Tetapi, lepas
sekolah di warung kopi adalah waktu untuk saya menyelesaikan pendaftaran
miliknya dan juga berhasil mengirimkan semua data yang dibutuhkan oleh Bidikmisi.
Saat pengumuman dirinya lulus di FMIPA Kimia saya menarik napas lega. Tentu saja,
saya tahu kapasitas Nisak sama seperti saya tahu Kana selama di sekolah. Saya lega
karena kelulusan ini akan membawa angin segar untuk sekolah kami dan bahkan
membawa pengaruh besar terhadap adik letingnya.
lain, Khairunnisak juga pernah merajuk dan hampir menitikkan airmata saat
sistem pendaftaran down. Tetapi, lepas
sekolah di warung kopi adalah waktu untuk saya menyelesaikan pendaftaran
miliknya dan juga berhasil mengirimkan semua data yang dibutuhkan oleh Bidikmisi.
Saat pengumuman dirinya lulus di FMIPA Kimia saya menarik napas lega. Tentu saja,
saya tahu kapasitas Nisak sama seperti saya tahu Kana selama di sekolah. Saya lega
karena kelulusan ini akan membawa angin segar untuk sekolah kami dan bahkan
membawa pengaruh besar terhadap adik letingnya.
![]() |
Khairunnisak, mahasiswi FMIPA Kimia alumni MAN 2 Aceh Barat penerima beasiswa Bidikmisi. |
“Kamu cocok
kuliah di PAUD?” ujar saya kepada Khaula Annisa. “Kenapa begitu, Pak?” tanyanya
dengan kening berkerut dan keberatan karena saat itu dirinya ingin memilih jurusan
lain. “Kamu terlihat sangat keibuan,” tambah saya dengan beberapa kata lain
yang hanya kami berdua tahu. Tentu, soal dirinya, keluarganya dan apapun yang
kami tahu tentang kondisi anak-anak di sekolah. Saat saya menerima WhatsApp
kalau Khaula lulus di Jurusan Pendidikan PAUD dan mendapatkan Bidikmisi, saya tak hanya lega
tetapi lebih dari itu. Saya pikir, saya telah membantu dirinya, keluarganya dan
juga masa depannya yang akan lebih baik ke depan.
kuliah di PAUD?” ujar saya kepada Khaula Annisa. “Kenapa begitu, Pak?” tanyanya
dengan kening berkerut dan keberatan karena saat itu dirinya ingin memilih jurusan
lain. “Kamu terlihat sangat keibuan,” tambah saya dengan beberapa kata lain
yang hanya kami berdua tahu. Tentu, soal dirinya, keluarganya dan apapun yang
kami tahu tentang kondisi anak-anak di sekolah. Saat saya menerima WhatsApp
kalau Khaula lulus di Jurusan Pendidikan PAUD dan mendapatkan Bidikmisi, saya tak hanya lega
tetapi lebih dari itu. Saya pikir, saya telah membantu dirinya, keluarganya dan
juga masa depannya yang akan lebih baik ke depan.
Tahun ini, seorang
siswa yang cantik itu mendatangi saya dengan nada khawatir, “Pak, bagaimana
jurusan Informatika itu?” tanyanya yang langsung saya tebak telah lulus. “Saat
kamu belajar, semuanya akan bisa!” hanya itu kalimat yang saya tumpahkan kepada
Risma Kurniawaty yang baru saja diterima di FMIPA Jurusan Informatika. Memang, Risma
tidak mendapatkan Bidikmisi karena kondisi ekonomi keluarganya yang mampu. Tetapi,
lepas dari itu saya telah memacu dirinya keluar dari zona aman. Bahkan, saya
berujar kepada dirinya, “Nggak selamanya anak-anak rangking bisa lulus Unsyiah,
kamu salah satunya!”
siswa yang cantik itu mendatangi saya dengan nada khawatir, “Pak, bagaimana
jurusan Informatika itu?” tanyanya yang langsung saya tebak telah lulus. “Saat
kamu belajar, semuanya akan bisa!” hanya itu kalimat yang saya tumpahkan kepada
Risma Kurniawaty yang baru saja diterima di FMIPA Jurusan Informatika. Memang, Risma
tidak mendapatkan Bidikmisi karena kondisi ekonomi keluarganya yang mampu. Tetapi,
lepas dari itu saya telah memacu dirinya keluar dari zona aman. Bahkan, saya
berujar kepada dirinya, “Nggak selamanya anak-anak rangking bisa lulus Unsyiah,
kamu salah satunya!”
![]() |
Risma Kurniawaty, mahasiswa FMIPA Informatika. |
Ada haru,
ada bahagia dan bangga. Saya selalu berujar kepada anak-anak yang akan mengisi
jurusan secara online itu, “Asalkan
kalian tepat memilih dan baik melihat peluang dengan membandingkan nilai di
raport, maka kalian akan lulus!” tidak ada yang tidak mungkin. Kiblat pendidikan
di Aceh adalah Unsyiah maka tujuan mereka harus saya ‘luruskan’ meskipun bagaikan
mencari jarum di dalam beras. Sekali ditusuk maka itulah rejeki namun berkali-kali
digali tak tertusuk juga maka belum jodoh di sana.
ada bahagia dan bangga. Saya selalu berujar kepada anak-anak yang akan mengisi
jurusan secara online itu, “Asalkan
kalian tepat memilih dan baik melihat peluang dengan membandingkan nilai di
raport, maka kalian akan lulus!” tidak ada yang tidak mungkin. Kiblat pendidikan
di Aceh adalah Unsyiah maka tujuan mereka harus saya ‘luruskan’ meskipun bagaikan
mencari jarum di dalam beras. Sekali ditusuk maka itulah rejeki namun berkali-kali
digali tak tertusuk juga maka belum jodoh di sana.
Pendidikan Aceh
yang makin semarak. Di sinilah tempat kami mengais masa depan. Peran saya
mungkin tidak seberapa dibanding tokoh-tokoh lain. Saya bahkan bisa tidak dianggap.
Mungkin juga sangat mudah dilupa. Saya cuma ingin anak-anak yang telah lulus di
Unsyiah, dapat beasiswa, bisa menyelesaikan pendidikan dan bahkan bisa
melanjutkan pendidikan dengan beasiswa yang sama.
yang makin semarak. Di sinilah tempat kami mengais masa depan. Peran saya
mungkin tidak seberapa dibanding tokoh-tokoh lain. Saya bahkan bisa tidak dianggap.
Mungkin juga sangat mudah dilupa. Saya cuma ingin anak-anak yang telah lulus di
Unsyiah, dapat beasiswa, bisa menyelesaikan pendidikan dan bahkan bisa
melanjutkan pendidikan dengan beasiswa yang sama.
Di sini,
saya menunggu kabar dari mereka yang telah menempuh pendidikan di Unsyiah. Ada
yang berkabar, ada pula yang enggan menyapa. Namun, saya tahu, mereka telah
sukses, mereka telah mendapatkan ilmu yang layak dari Unsyiah. Di tahun-tahun yang
akan datang, saya mungkin akan mengulang hal yang sama, terus terjadi dan saya
tahu mereka telah bersama saya dalam membangun pendidikan di Aceh!
saya menunggu kabar dari mereka yang telah menempuh pendidikan di Unsyiah. Ada
yang berkabar, ada pula yang enggan menyapa. Namun, saya tahu, mereka telah
sukses, mereka telah mendapatkan ilmu yang layak dari Unsyiah. Di tahun-tahun yang
akan datang, saya mungkin akan mengulang hal yang sama, terus terjadi dan saya
tahu mereka telah bersama saya dalam membangun pendidikan di Aceh!
1 reply on “Kuantar Siswa Terbaik Pesisir Barat Aceh ke Unsyiah dengan Beasiswa Penuh”
Assalamualaikum bapak
Kami disini tetap mengingat bapak bahkan sering menyebut bapak kepada setiap teman disini. Dan juga merekomendasikan bapak kepada setiap adik tingkat yang bertanya tentang kuliah. Terimakasih untuk semuanya, pak