Sebut saja Asma Nadia, Helvy Tiana Rosa maupun penulis lain yang mengawal karir mereka di majalah bernapas Islami tersebut. Mungkin, karena lingkungan yang memengaruhi kondisi, saya seolah hanya membaca Annida, lantas Ummi, dan ‘tidak’ mendapatkan majalah lain seperti Gadis, Hai, femina, maupun Aneka Yes!
Maka, saya tidak mau memungkiri bahwa gaya menulis, ide maupun proses kreatif di awal karir kepenulisan dipengaruhi oleh majalah ini. Mulailah saya menulis; fiksi, yang bisa disebut mengikuti gaya cerpen maupun tata bahasa yang telah dimulai oleh Annida.
Komputer masih menjadi barang langka dan mewah jikapun saya melihatnya di rental dekat sekolah. Alternatif yang kemudian saya dapatkan adalah meminjam mesik tik di kelurahan.
Malam yang berselimut dingin, kokok ayam yang merdu, dan menyalaknya anjing yang disebut kerusupan tidak membuat saya takut. Mungkin juga, irama mesin tik terlalu indah untuk memedulikan suara malam.
Dua minggu, juga demikian. Sebulan, juga demikian. Tak ada sistem cek nomor resi; atau mungkin saya tidak mengerti untuk cek di Kantor Pos.
Namun, ada bagian dari majalah Annida yang keren masa itu adalah pertiga bulan, terdapat halaman yang menyebut nama pengarang dan judul cerpen tidak layak muat.
Di kelas 3, saya ikut les komputer di rental depan sekolah. Saya mulai mengetik di perangkat yang modern. Mencetak hasil karya dan mengirimkannya kembali melalui Kantor Pos. Kamu bisa memprediksinya, tulisan saya kembali ditolak!
Perkuliahan di Banda Aceh membuat saya akrab dengan majalah-majalah yang telah saya sebutkan di atas. Saya pun mengirim cerpen sesuai dengan karakteristik majalah tersebut.
Namun, tidak ada satupun yang berhasil membius redaksi dengan tulisan saya. Lantas, Oktober 2013 cerpen saya muncul di majalah femina, lalu berturut-turut di Ummi, dan tidak pernah hadir di Gadis maupuan Hai!
Era digital bagi saya dimulai sejak saat itu, di mana entah membuat tawa atau rindu, saya benar-benar telah ‘mengabdi’ kepada Multiply sebelum memulai di Blogger, Kompasiana dan juga WordPress. Bekal yang mendayu-dayu sebagai penulis fiksi saya curahkan saat menulis blog – sampai kini.
Terkadang, ada kangen untuk membaca tulisan-tulisan di Multiply yang telah tamat masa jayanya. Dulu, tidak ada pengetahuan untuk melakukan backup data; duduk di warnet, menulis, posting, berbalas komentar lalu ditinggalkan begitu saja. Maka, puisi-puisi dan cerpen ‘meremaja’ tidak membekas di mana-mana.
Ada banyak cara untuk seseorang memulai di blog. Ada yang berangkat dari niat tulus untuk berbagi, menjadikan media yang tepat karena sering ditolak media arus utama, atau dengan niat mencari uang.
Sebagian mengandalkan clickbait untuk mendapatkan keuntungan dari Google Adsense, sebagian lain memilih mengikuti lomba menulis blog yang hadiahnya juga makin menggiurkan, dan ada pula yang membangun personal branding dengan kuat sehingga mendapatkan job review dengan nilai fantastis.
Era Digital Ubah Seseorang Jadi Penulis
Jika pejabat pemerintah, atau pegawai negeri, bahkan pegawai swasta; tiap bulan menerima penghasilan tetap sejumlah tertulis, maka content creator di dunia maya ‘cuma’ diam saja karena bisa Rp 0 rupiah, bisa juga Rp 100 juta, atau bahkan lebih.
Berkah menulis blog, undangan salah satu produsen smartphone di Jakarta. |
Pekerja di internet tidak memandang seorang lulusan sekolah dasar maupun perguruan tinggi nomor 1 dunia sekalipun. Kamu cuma perlu memperbaharui ‘jati diri’, mempermak ‘identitas’ dan menjadikannya sebagai bekal bertarung di dunia maya.
Tidak ada pemisahan antara golongan A atau B, tidak ada bos dan bawahan, tidak ada pula siapa paling tinggi jabatan dan rendah. Hanya saja, siapa yang kreatif, inovatif dan bekerja keras, dirinya yang akan berhasil.
Mereka bermain dengan konten. Mereka mencari celah untuk masuk ke halaman pertama mesin pencari. Mereka mencari pembaca setia. Mereka menulis – posting – tiap hari. Dan, mereka mencari uang!
Tinggal kita yang memilih mau jadi apa di dunia maya. Jika diminta memilih, saya tentu menjadi pelakon utama. Bekal sudah punya. Niat sudah ada. Cukup mencari celah menjadi siapa dalam membangun personal branding!
Guru Blogger Itu Identitas Penting
Nah, identitas sebagai travel blogger begitu melekat di tubuh mereka sehingga saat kamu ingin pergi ke suatu tempat di dalam maupun luar negeri, kamu akan mengunjungi blog dimaksud untuk mencari tahu tentang destinasi itu.
Saya berangkat dari guru – meskipun belum menjadi pegawai negeri – di mana banyak sekali kisah yang bisa saya abadikan, bahkan menjadikan sekolah sebagai ‘objek’ menarik kesimpulan sebuah tulisan.
Dalam membangun kepercayaan ini tentu saja saya harus membuat tulisan yang beraroma pendidikan atau edukasi, atau hanya sekadar curahan hati seorang guru semata.
Misalnya, saat kamu ingin tahu soal ujian nasional berbasis komputer, saya bisa memberikan penjelasan dari kacamata guru, teknisi maupun operator. Saat kamu kebingungan melanjutkan pendidikan usai kelas duabelas, saya bisa memberikan alternatif berdasarkan pandangan kemampuan, keahlian, dan kondisi ekonomi orang tua.
Saat kamu mau berdiskusi soal bahan ajar, saya bisa menjawab dengan menarik beberapa kesimpulan berdasarkan mata pelajaran yang kamu ajarkan.
Tidak mungkin saya melabeli diri sebagai travel blogger yang mana kisah jalan-jalannya hanya sesekali. Tidak mungkin saya berkata sebagai penulis profesional, sedangkan buku solo belum satupun yang diterbitkan lantas bestseller.
Sebagai catatan, anak-anak sangat paham teknologi saat ini sehingga butuh pendampingan untuk mengarahkan mereka menjadi pribadi yang kreatif dan inovatif.
Bersama siswa, mengenalkan dunia internet yang makin seru tiap harinya. |
Di sinilah peran saya sebagai seorang guru. Selain mengajar pelajaran, saya ‘wajib’ mengarahkan anak-anak – bagi yang mau – menjadi content creator di era digital. Saya mulai memberi pengetahuan tentang blogger, konten video yang bisa mereka sajikan, menjadi calon influencer, bahkan komikus di dunia maya.
Semua ini ada di jiwa anak-anak kita. Anak kampung yang tiap hari melihat sawah, mungkin kesal melihat saya di kelas, adalah sebagian kecil dari mereka yang butuh ‘teman’ untuk mengarahkan ke pembenahan diri selama berada di dunia maya.
Semula, konten yang dilahirkan di akunnya biasa saja. Karena Annisa tidak memiliki kemauan besar untuk menjadi blogger, saya arahkan ke Instagram. Di mana, fashion, inner beauty, style dan juga fotogenik ada pada dirinya. Saat ini, pengikut Annisa dan jumlah like foto di akunnya melebihi akun saya pribadi.
Saya sadar bahwa perkembangan internet makin melambung tinggi. Siapa yang mau, dirinya sajalah yang mendapatkan hasil. Meskipun di kampung yang selalu mendengar suara jengkrik malam hari, saya tidak mau anak-anak pulang sekolah; tidur, menonton televisi, atau bermain saja.
Tetapi, mereka harus memiliki bekal yang kuat di internet. Jika lulus sekolah tidak memiliki pekerjaan, maka internet masih bisa diandalkan. Kamu yang sudah bergelut di dunia blogging atau internet secara umum, tentu paham sekali biaya belajar jadi ‘sesuatu’ di internet.
Saya menghadirkan sebuah pembelajaran karena efek kreatif di internet tak lain bekal mereka untuk melakukan yang berbeda, menarik perhatian dan juga memiliki penghasilan selepas sekola – sekali lagi apabila tidak melanjutkan pendidikan atau belum mendapatkan pekerjaan layak.
Saya tidak lantas berujar semata tetapi memberi bukti bahwa dari menulis saya bisa naik pesawat gratis, misalnya. Saya tidak memaksa harus mengikuti jalan yang saya pilih.
Tetapi, pekerjaan ‘sampingan’ di internet lebih menggiurkan daripada bekerja sebagai pengajar, penyiar radio dan lain-lain di Aceh untuk mengisi dompet selama kuliah.
Era Digital Ubah yang Tidak Mungkin Menjadi Mungkin
Semurah apapun tiket tidak mungkin saya beli karena belum ada kemampuan untuk itu dan tidak ada destinasi yang benar-benar ingin saya kunjungi. Tetapi naik pesawat terbang gratis siapa yang tidak mau.
Semua dibayar. Semua dihargai. Tentu, hanya satu jalan yang bisa saya lakoni yaitu menjadi penulis. Untuk saya yang tinggal di kampung, ke Ibukota Provinsi Aceh, Banda Aceh, saja sudah ‘terhebat’ mengingat 5 jam di jalan dengan ongkos pergi Rp 100 ribu.
Kita ketepikan profesi saya sebagai guru honorer yang makin hari makin tidak dianggap keberadaannya, lihatlah saya sebagai seorang blogger. Saya bangga dengan profesi ini. Tentu.
Bandar udara seolah-olah telah menjadi terminal bus antarkota yang mana cukup sering saya singgahi. Meski, di dompet hanya tersisa selembar berwarna biru, tetapi saya menikmati keindahan yang cuma bisa dinikmati dari hasil kerja keras.
Tidak akan pernah dikenal banyak orang. Tidak akan pernah disebut sebagai guru blogger. Atau paling tidak, jika ditanya blogger Aceh adalah tidak akan saya yang menjadi sosok yang dikenalkan selain blogger daerah lain.
Berkah penulis blog saat ini bisa traveling dengan mudah. |
Proses panjang yang telah saya lewati, kecewa karena ditolak, belajar dari kesalahan bahkan titik dan koma, kemudian saya menikmati dengan sebuah perjalanan udara yang ‘mahal’ harganya dan ekslusif dari segala pandangan.
Bukan karena materialistis tetapi blogger itu tak lain profesi yang mirip dengan selebriti, influencer atau penamaan lain yang mana datang ke suatu acara, memotret, lalu menulis. Artinya, memiliki pengaruh besar di dunia maya.
Media online menjadi sebuah ‘kemunafikan’ saat ini karena iklan yang tayang lebih menarik dibanding iklan televisi. Kamu mau membeli smartphone baru, maka Google yang akan menjadi bantuan utama.
Di sinilah letak ‘keutamaan’ blogger yang saya sebut tadi. Produsen smartphone sangat bergantung kepada reviewer; dari sisi baik dan tidak baik. Makin banyak diulas, makin banyak pula data yang tersimpan di internet.
Blogger yang dikasih smartphone akan mengulas produk sedalam-dalamnya. Blogger yang diundang ke acara, dikasih smartphone gratis, lalu akan banyak sekali tulisan yang lahir di antaranya hand on, suasana acara sampai review produk. Yang mana di judul dan kata kunci tentu akan menggunakan tipe produk yang baru saja diluncurkan.
Paket data bisa digunakan untuk semua kebutuhan, pulsa hanya untuk komunikasi konvensional yang mahal dan cenderung ditinggalkan atau tidak dipakai oleh anak-anak usia sekolah.
Apalagi bicara posisi saya di daerah yang bagai mendapat durian runtuh manakala menerima e-ticket untuk sebuah penerbangan. Duduk di depan artis yang memamerkan smartphone terbaru dan tak lupa catatan kecil di hotel berbintang.
Belum lagi jika berbicara diundang ke acara lain dalam skala lebih besar. Kita tidak hanya dihargai sebagai ‘manusia’ semata tetapi diistimewakan dalam segala aspek. Saya tidak akan pernah lupa, barangkali berterima kasih kepada blog yang memberikan kesempatan untuk saya lebih diakui di era digital.
Salah satu adalah mendapat undangan dari Kementerian Komunikasi dan Informatika RI dalam rangka menyaksikan Opening Ceremony Asian Games 2018 di Stadion Gelora Bung Karno Jakarta.
Hal ini tentu saja sangat istimewa karena 50 tahun lalu Indonesia menjadi tuan rumah dan belum tentu 50 tahun lagi akan kembali. Saya menjadi saksi acara besar ini bahkan ikut mengabadikannya dalam buku yang dicetak khusus oleh pemerintah.
Berkah menulis blog lain bisa ikut serta dalam ajang bertaraf internasional – Opening Ceremony Asian Games 2018 atas undangan Kominfo RI. |
Satu tulisan penulis blog yang melampiaskan kekesalan pada suatu produk, diviralkan, maka akan runtuhlah brand yang dimaksud. Berbeda dengan selebriti yang bekerja sebagai seniman semata.
Blogger bahkan tidak terdeteksi dengan baik kecuali telah membangun personal branding seperti yang saya lakukan. Ada sebagian dari blogger berprofesi sebagai pegawai negeri, dokter, pejabat bahkan profesi lain yang telah memiliki penghasilan tetap bulanan. Maka, sekali lagi, tidak ada yang tidak mungkin di era digital ini.
Ulasan Teknologi Bawa Berkah
‘Sihir’ itu mengubah pilihan hidup saya untuk lebih mencintai dunia digital daripada kehidupan seperti biasanya. Toh, orang lain juga berinteraksi dengan intens di internet sebagai penikmat saja. Mengapa saya harus mengikuti mereka?
Produk-produk smartphone terbaru saya tahu lebih cepat. Harga produk menjadi tanya jawab antara saya dengan teman yang ingin mengganti perangkat. Semua berjalan sesuai keinginan saya sebelumnya.
Anak-anak tentu saja menjadi daya tarik yang luar biasa saat ini mengingat mereka pengguna aktif internet. Bahkan, saya sendiri tidak bisa mempublikasi status atau foto ‘aneh’ karena anak-anak bisa menekan like atau memberi komentar.
Karena ide tentang teknologi saat ini tidak pernah habis, bulan ini bisa 2 sampai 5 produk diluncurkan. Ulasan bisa beragam untuk satu produk. Bulan depan datang lagi yang lain.
Belum lagi berbicara soal kerjasama dan kepercayaan, juga soal aktivitas sehari-hari saya yang tidak pernah lekang dengan teknologi. Sehingga, Tekno Update saya lahirkan untuk mengulas teknologi lebih mendalam.
Sebagai blogger, blog bairuindra.com telah menjadi identitas saya. Sebagai penulis blog tekno, saya juga ingin mengecap manisnya keseruan di era digital dengan terus meng-update berita teknologi; terlepas tulisan mendayu-dayu di bairuindra.com.
Hal pertama yang harus saya lakukan untuk membuat hidup makin seru di era digital ini adalah memindahkan atau men-transfer domain dan hosting techno-update.com dari provider sebelumnya ke Domainesia. Domain yang masih mengandalkan hosting dari Google ini akan mendapatkan hosting murah dari Domainesia dengan penawaran terbaik.
Kenapa Saya Wajib Pindahkan Domain Blog ke Domainesia?
Saya juga membutuhkan cara membuat blog yang tepat, praktis dengan plugin simpel dan ringan, serta penempatan iklan yang sesuai agar blog mudah diakses.
Saya membutuhkannya untuk menunjang performa blog tekno yang makin hari makin diincar oleh produsen smartphone.
Server yang beda dengan domain blog bairuindra.com tentu menjadi bahan yang menarik. Di satu sisi, sangat bagus di mata Google maupun Bing. Di sisi lain memiliki tingkat keamanan yang terjamin dan juga tidak mudah putus jaringan karena alasan tertentu.
Pindah domain murah di domainesia. |
Bayar cepat domain murah di domainesia. |
Migrasi hosting di domainesia dapat diskon 25%. |
Cara Transfer Domain ke Domainesia Mudah dan Praktis
Yang harus saya lakukan pertama sekali adalah login ke Blogspot lalu menuju Setelan, Lainnya dan mengambil Backup Konten. Nanti, file yang tersimpan adalah dalam bentuk .xml yang berisi artikel, gambar-gambar maupun konten lain bisa diunduh.
Cara Backup Konten dari Blogspot sebelum pindah ke WordPress. |
Pasang plugin Blogger Importer terlebih dahulu. |
Pastikan plugin Blogger Importer terpasang dan diaktifkan. |
Jika proses menginput data telah berhasil maka akan keluar kotak dialog lain yang meminta persetujuan. Saya cukup menekan Submit apabila data yang diberikan telah benar. Dan, Tekno Update resmi berpindah domain dan hosting ke Domainesia!
Masuk ke plugin lalu Blogger Run Importer. |
Unggah data dalam bentuk .xml yang telah disimpan sebelumnya. |
Jika sudah yakin benar maka Submit. |
Era digital yang terus berbenah, tidak mungkin saya hanya diam saja. Blog tekno makin aktif, makin banyak pula suguhan menarik yang akan saya hadirkan di internet.
Sekarang adalah tugas saya untuk mengoptimalkan blog, bersama Domainesia saya yakin sekali bahwa blog tekno yang saya rilis lebih kurang setahun lalu akan semakin mendapatkan peringkat terbaik di Google.
Tentu, bairuindra.com akan tetap menjadi personal branding saya sebagai guru blogger. Inilah serunya kisah saya bersama era digital. Saya tak mau ditinggal, saya hanya mau menjadi bagian terpenting dari dunia digital dengan cara saya sendiri!
3 replies on “Semua Orang Bisa Jadi Penulis; Semua Orang Bisa Naik Pesawat Gratis di Era Digital”
keren mas… kapan-kapan bagi ilmu nya ya..
Salam kenal, Mas Rendra. Inspiratif sekali ceritanya.saya selalu kagum dengan penulis yang pantang menyerah.karena yakin, setiap perjuangan akan berbuah manis.Boleh berbagi ilmunya mas. Hehehe…
Saya sebagai seorang guru honorer yang juga sebagai seorang blogger sangat termòtivasi dengan tulisan ini. Mantap pokoknya