Perang sesungguhnya adalah hari pelaksanaan UNBK itu sendiri. Sama seperti yang telah dilakukan pada simulasi maupun gladi bersih, kami mewajibkan peserta ujian untuk datang minimal 1 jam sebelum jadwal masuk ke dalam laboratorium komputer – ruang ujian dilaksanakan. Satu hal yang patut diapresiasi dari siswa-siswi MTsN 1 Aceh Barat ini adalah ketepatan waktu mereka sehingga pelaksanaan ujian mudah saja dilanjutkan tanpa harus menunggu peserta yang terlambat.
![]() |
Senyum siswa usai UNBK di MTsN 1 Aceh Barat. |
Pelaksanaan UNBK pada dasarnya berlangsung aman dan peserta ujian tidak mendapatkan masalah yang berarti kecuali secara teknis. Teknis ini pun terjadi karena tidak sengaja atau ketidaktahuan mereka mengenai komputer, misalnya menggeser laptop sehingga kabel LAN terputus jaringannya dari komputer server, dan juga salah menggerakkan touchpad sehingga tampilan layar mengecil atau membesar yang dalam waktu singkat diatasi seperti semula.
Kami dapat menyebut bahwa secara keseluruhan pelaksanaan ujian berbasis komputer di MTsN 1 Aceh Barat telah mencapai taraf yang diinginkan. Peserta ujian sangat tenang dalam mengerjakan soal, perangkat pendukung aman, internet lancar, pengiriman data hasil ujian ke server pusat juga tidak mengalami kendala dan juga pengawas ruang yang tidak menuntut apa-apa selain mengawasi saja.
Kendala itu justru datang dari server pusat – rata-rata dialami oleh hampir seluruh sekolah di Indonesia – di mana jadwal ujian yang tertera di kartu ujian adalah pukul 07.30 untuk sesi pertama. Sayangnya, server pusat belum membuka akses masuk ke jaringan dalam waktu hampir 1 jam lebih. Masalah ini tentu saja membuat kami ketar-ketir dan peserta ujian sesi pertama sudah tidak nyaman karena terlalu lama login namun belum mendapatkan TOKEN.
Hari pertama ujian berbasis komputer ini memang membutuhkan kesabaran untuk menunggu akses dari server pusat. Apakah server pusat tidak siap dengan gempuran banyak data yang masuk, apakah server pusat tidak mengantisipasi hal demikian di mana diketahui bahwa sebagian ada yang mendapat TOKEN dan sebagian lain menunggu waktu lebih lama, atau bahkan pemerintah belum benar-benar siap dalam melaksanakan ujian berbasis komputer!
Dengan tidak serentaknya keluar TOKEN ujian di hari pertama untuk sesi pertama ini disebabkan bukan dari sekolah atau madrasah yang melaksanakan ujian. Pemerintah yang tidak siap menerima gempuran data masuk dari seluruh sekolah yang ujian. Maka, jalan terbaik adalah dengan membuka akses secara bertahap agar server pusat tidak jebol dan gagalnya pelaksanaan ujian berbasis komputer.
Pelajaran penting dari pelaksanaan ujian berbasis komputer sebenarnya bagaimana pelaksana ujian maupun peserta ujian paham betul akan sistem. Tahun pertama UNBK memang terasa berat sekali tetapi setelah simulasi dan gladi serta hari pertama ujian, proses itu bahkan terasa lebih ringan. Kami telah menemukan cara terbaik sehingga membuat ujian sukses.
Cara terbaik itu sebenarnya terletak kepada tiap madrasah yang melaksanakan UNBK. Misalnya saja dengan tidak membenarkan kartu ujian dibawa pulang peserta dengan alasan lupa dibawa keesokan harinya. Trik lain adalah siswa-siswi yang memiliki laptop didahulukan untuk masuk dan duduk di laptop miliknya. Tampaknya, hal teknis yang kami lakukan ini cukup berhasil dan membuat peserta ujian begitu nyaman melaksanakan ujian.
Setelah hari pertama, pelaksanaan ujian berbasis komputer di MTsN 1 Aceh Barat benar-benar berhasil dilalui dengan mudah dan tanpa kendala. Hari yang mendebarkan hanyalah pada sesi pertama di hari pertama saja. Di mana, operator kami sibuk menghubungi madrasah lain dan menanyakan hal serupa yaitu akses ke server pusat yang belum dibuka. Hari kedua, ketiga dan keempat kondisi sudah kondusif dan normal di mana sesi pertama dapat login dan mendapatkan TOKEN pada pukul 07.30 WIB.
Barangkali, hari pertama di sesi pertama adalah server pusat yang melakukan ‘cek ombak’ untuk seluruh pelaksanan UNBK. Tes tersebut berhasil dilakukan dan tidak membuat server bermasalah sehingga hari berikutnya telah aman terkendali. Ke depan, kami berharap pemerintah benar-benar harus memiliki komitmen yang lebih kuat dalam melaksanakan ujian berbasis komputer ini. Bahkan, jika perlu menyiapkan kotak masuk atau pemberitahuan lanjutan kepada sekolah atau madrasah yang belum mendapatkan kode akses. Dengan demikian, tidak akan terdapat lagi kegundahan dan kerisauan pada pelaksana ujian di lapangan. Di mana, sejauh ini, petugas lapangan selalu was-was saat server pusat belum memberikan izin masuk untuk memulai ujian.
Akhir Ujian dengan Sebuah Senyum dari Siswa
Hari terakhir adalah hari untuk bersenang-senang karena ujian telah selesai. Raut wajah peserta ujian tidak lagi segusar di hari pertama dengan TOKEN lama dirilis. Bahkan, saat sesi pertama masuk ke ruangan kami sudah melihat raut wajah lega dari sebagian mereka yang ujian. Tentu saja raut wajah ini menjadi pertanda baik bahwa kesuksesan ujian telah kami rasakan sama-sama.
Rintangan dan hambatan tidak mudah dilalui begitu saja selama pelaksanaan UNBK di MTsN 1 Aceh Barat. Hari pertama yang tersendat-sendat telah berhasil dilalui dengan proses yang cukup berarti. Kami telah melewati masa-masa ‘kritis’ pelaksanaan ujian berbasis komputer dan telah menemukan celah saat terjadi masalah.
Pelaksanaan ujian telah terakhir dilakukan selama 4 hari berturut-turut dengan sesi pertama dimulai pukul 07.30 WIB, sesi kedua pukul 10.00 WIB dan sesi ketiga pukul 14.00 WIB. Tiap sesi berbeda pula karakter peserta ujian ini namun dapat dilalui dengan ketegangan dan kenyamanan tersendiri. Proses demikian sebenarnya hanya dirasakan oleh kami yang terlibat di dalam ruang ujian semata. Proses ini kemudian dinikmati seperti air mengalir sehingga mendapatkan hasil yang maksimal yaitu tidak ada siswa yang gagal login, tidak bisa logout maupun tersisa jawaban kosong.
Sebuah senyum saja dari peserta ujian telah menandakan bahwa pelaksanaan UNBK di MTsN 1 Aceh Barat telah berhasil. Tidak mudah melalui proses yang cukup panjang yaitu mulai dari simulasi, gladi bersih sampai pelaksanaan itu sendiri. Siswa-siswi tentu saja telah memiliki hati baja melalui proses ini sehingga maksimal sesuai ukuran yang diharapkan.
Bagi siswa-siswi MTsN 1 Aceh Barat, akhir ujian berbasis komputer ini adalah bersenang-senang dengan berfoto maupun merayakannya dengan berbagai aktivitas lain. Namun bagi kami sebagai pelaksana ujian berbasis komputer ini, tugas selanjutnya hampir sama dengan memulai ujian. Napas lega boleh saja tetapi kami punya tanggung jawab yang lebih besar di mana laptop siswa yang telah dipinjamkan.
Usai sesi ketiga di hari terakhir pukul 16.00 WIB, pengiriman hasil ujian ke server pusat dilakukan dengan cepat lalu tugas kami adalah membongkar kembali ke-30 laptop siswa. Tugas pertama adalah meng-uninstal atau menghapus Exambro, lalu mengaktifkan kembali update Windows dan meng-instal kembali antivirus. Kami kembali memastikan bahwa semua laptop siswa tersebut dalam kondisi aman saat dikembalikan.
Pada saat mengembalikan laptop tersebut kami tidak henti-hentinya mengucapkan terima kasih kepada mereka yang terlibat. Tanpa jasa siswa-siswi itu sendiri maka pelaksanaan UNBK di MTsN 1 Aceh Barat tidak akan berjalan. Dukungan penuh dari siswa-siswi dan juga orang tua mereka yang membuat pelaksanaan ujian berbasis komputer berjalan sangat maksimal. Kami telah menepis keraguan dan telah membuat prestasi baru bahwa ujian berbasis komputer hanya membutuhkan cara dalam melaksanakannya. Setelah itu, tinggallah teknis di lapangan yang akan berkata ujian tersebut berjalan mulus atau tidak.
Pelaksanaan ujian berbasis komputer di madrasah kami tidak hanya berjalan mulus tetapi cukup menyenangkan bagi peserta ujian. Di mana, hampir keseluruhan peserta ujian menikmati proses dalam mengerjakan soal meskipun di sisi lain terbeban dengan hasil akhir saat pengumuman kelulusan. Peserta ujian yang menikmati proses ini menjadi acuan bahwa UNBK berhasil mengubah persepsi dari ujian rumit menjadi lebih menyenangkan.
Tak bisa dipungkiri lagi bahwa pelaksanaan ujian berbasis komputer ini setelah masa sulit adalah masa senang di mana lebih mudah, aman dikendali dan tidak repot seperti ujian konvensional. Maka dari itu, ke depannya pemerintah barangkali cukup memiliki andil besar dalam menyediakan perangkat dukungan ujian bukan cuma soal-soal berbasis online. Tidak selamanya dan tidak semua madrasah memiliki orang tua yang mampu membeli laptop untuk anak-anak mereka. Tiba pada saat ini nanti, pelaksanaan ujian berbasis komputer tidak akan sesuai dengan yang diharapkan.