Jangan mengejek dengan
kalimat; mereka mengajar karena tidak ada pilihan, siapa suruh menjadi guru
honorer, mereka adalah orang-orang bodoh, mereka tidak pintar, mereka tidak
layak mendapatkan posisi sebagai pegawai negeri, kenapa tidak mencari kerja lain
saja, sudah dibilang tidak akan diangkat jadi pegawai kenapa masih mau menjadi
guru honorer!
kalimat; mereka mengajar karena tidak ada pilihan, siapa suruh menjadi guru
honorer, mereka adalah orang-orang bodoh, mereka tidak pintar, mereka tidak
layak mendapatkan posisi sebagai pegawai negeri, kenapa tidak mencari kerja lain
saja, sudah dibilang tidak akan diangkat jadi pegawai kenapa masih mau menjadi
guru honorer!
Biasanya,
cibiran itu terjadi begitu saja di antara ‘penggemar’ dunia maya yang mungkin
lebih penggangguran daripada guru honorer, atau bahkan masih gemar ‘memalak’
orang tua untuk membeli paket internet. Posisi guru honorer di Indonesia memang
tidak menguntungkan saat ini, mereka kerja, dipaksa memenuhi tuntutan pekerjaan
sama dengan guru pegawai namun tidak dibayar layak.
cibiran itu terjadi begitu saja di antara ‘penggemar’ dunia maya yang mungkin
lebih penggangguran daripada guru honorer, atau bahkan masih gemar ‘memalak’
orang tua untuk membeli paket internet. Posisi guru honorer di Indonesia memang
tidak menguntungkan saat ini, mereka kerja, dipaksa memenuhi tuntutan pekerjaan
sama dengan guru pegawai namun tidak dibayar layak.
![]() |
Saya guru honorer, lantas saya harus bagaimana? |
Pendapat yang
berulangkali muncul – bahkan dari orang berkepentingan, lembaga dan juga tokoh
masyarakat – tentang, berhenti menerima
tenaga guru honorer, namun mereka tidak pernah terjun ke lapangan. Tidak pernah
melihat langsung proses belajar mengajar. Mereka yang gemar memberikan pendapat
di media massa atau memenuhi status media sosial tersebut sama sekali ‘jijik’
untuk terjun ke pedalaman Indonesia
dengan becek meskipun tanpa hujan lebat semalam.
berulangkali muncul – bahkan dari orang berkepentingan, lembaga dan juga tokoh
masyarakat – tentang, berhenti menerima
tenaga guru honorer, namun mereka tidak pernah terjun ke lapangan. Tidak pernah
melihat langsung proses belajar mengajar. Mereka yang gemar memberikan pendapat
di media massa atau memenuhi status media sosial tersebut sama sekali ‘jijik’
untuk terjun ke pedalaman Indonesia
dengan becek meskipun tanpa hujan lebat semalam.
Semua sekolah
saat ini membutuhkan guru honorer untuk memenuhi tuntutan kurikulum yang terus
diubah sesuka hati tanpa memihak kepada anak didik. Guru pegawai yang telah
disebut profesional dengan gaji tetap, tunjangan harian dan tunjangan
sertifikasi, tidak akan pernah mau mengajar lebih dari 24 jam. Maka, pelajaran-pelajaran
atau jam-jam yang tidak terisi tersebut dilimpahkan kepada guru honorer, untuk
memenuhi jam yang telah ada di sistem online,
SIMPATIKA (Kementerian Agama) dan DAPODIK (Kementerian Pendidikan). Sistem online ini secara jelas membaca
kekurangan dan nama-nama guru honorer yang malang itu ada, memiliki NUPTK,
punya NPK, punya atribut lain dalam keaktifan mengajar tiap semester, bahkan
dibaca dengan otomatis berapa lama mengabdi sebagai guru honorer.
saat ini membutuhkan guru honorer untuk memenuhi tuntutan kurikulum yang terus
diubah sesuka hati tanpa memihak kepada anak didik. Guru pegawai yang telah
disebut profesional dengan gaji tetap, tunjangan harian dan tunjangan
sertifikasi, tidak akan pernah mau mengajar lebih dari 24 jam. Maka, pelajaran-pelajaran
atau jam-jam yang tidak terisi tersebut dilimpahkan kepada guru honorer, untuk
memenuhi jam yang telah ada di sistem online,
SIMPATIKA (Kementerian Agama) dan DAPODIK (Kementerian Pendidikan). Sistem online ini secara jelas membaca
kekurangan dan nama-nama guru honorer yang malang itu ada, memiliki NUPTK,
punya NPK, punya atribut lain dalam keaktifan mengajar tiap semester, bahkan
dibaca dengan otomatis berapa lama mengabdi sebagai guru honorer.
Baca Juga:
Semua Orang Bisa Jadi Penulis; Semua Orang Bisa Naik Pesawat Gratis di Era Digital
Kubuka Inspirasi dari Meja Guru Honorer ke Blogger Terbaik
Kemudian,
masih juga disebut tidak kekurangan guru? Nicaya hal ini memanipulasi data di hari
terik. Sistem online yang dibuat oleh
pemerintah tersebut guna memudahkan, mendata dan kebutuhan mendesak lain yang
terbaca secara menyeluruh dan tidak bisa dimanipulasi. Guru honorer yang telah
sekian tahun mengajar, dibaca oleh sistem sebagai tenaga pendidik dengan jumlah
jam, absensi harian dan juga urusan administrasi lain yang harus dipenuhi sama
dengan pegawai negeri. Namun, sekali lagi, di sistem saja telah terbaca dengan
jelas bahwa tidak ada pemasukan untuk tenaga lepas ini. Guru honorer tetap saja
pulang sekolah harus ke sawah, menjual sayur-mayur, menjala ikan atau merajut
benang dalam asa untuk memenuhi kebutuhan ekonomi mereka.
masih juga disebut tidak kekurangan guru? Nicaya hal ini memanipulasi data di hari
terik. Sistem online yang dibuat oleh
pemerintah tersebut guna memudahkan, mendata dan kebutuhan mendesak lain yang
terbaca secara menyeluruh dan tidak bisa dimanipulasi. Guru honorer yang telah
sekian tahun mengajar, dibaca oleh sistem sebagai tenaga pendidik dengan jumlah
jam, absensi harian dan juga urusan administrasi lain yang harus dipenuhi sama
dengan pegawai negeri. Namun, sekali lagi, di sistem saja telah terbaca dengan
jelas bahwa tidak ada pemasukan untuk tenaga lepas ini. Guru honorer tetap saja
pulang sekolah harus ke sawah, menjual sayur-mayur, menjala ikan atau merajut
benang dalam asa untuk memenuhi kebutuhan ekonomi mereka.
Bahkan,
saat anak-anak muridnya telah jadi pegawai, tentara, polisi maupun karyawan swasta
sekalipun, guru honorer tetap sama derajatnya dalam bekerja. Saat anak-anak
murid mereka telah memiliki rumah besar, mobil mewah berkat kerja kerasnya,
guru honorer masih menggigit jari untuk menemukan cara menanak nasi yang entah
di mana rupiah itu ada. Ini berlangsung bertahun-tahun. Terus terjadi. Begitu
saja.
saat anak-anak muridnya telah jadi pegawai, tentara, polisi maupun karyawan swasta
sekalipun, guru honorer tetap sama derajatnya dalam bekerja. Saat anak-anak
murid mereka telah memiliki rumah besar, mobil mewah berkat kerja kerasnya,
guru honorer masih menggigit jari untuk menemukan cara menanak nasi yang entah
di mana rupiah itu ada. Ini berlangsung bertahun-tahun. Terus terjadi. Begitu
saja.
Ada permintaan,
pemerintahan daerah ‘haram’ rekrut guru honorer. Kepala sekolah jangan terima
guru honorer. Lantas siapa yang mengajar? Guru pegawai? Tentu tidak mau dan
tidak boleh sesuai aturan di sistem online
tersebut. Guru Fisika HARAM mengajar Geografi karena tidak sesuai ‘kode’ sertifikasi
meskipun kaidah ilmunya hampir sama. Namun, guru honorer yang bagai hantu di
siang bolong ‘terserah’ mau mengajar apa asalkan jam kosong di sekolah terpenuhi.
pemerintahan daerah ‘haram’ rekrut guru honorer. Kepala sekolah jangan terima
guru honorer. Lantas siapa yang mengajar? Guru pegawai? Tentu tidak mau dan
tidak boleh sesuai aturan di sistem online
tersebut. Guru Fisika HARAM mengajar Geografi karena tidak sesuai ‘kode’ sertifikasi
meskipun kaidah ilmunya hampir sama. Namun, guru honorer yang bagai hantu di
siang bolong ‘terserah’ mau mengajar apa asalkan jam kosong di sekolah terpenuhi.
Jangan pernah
merekrut guru honorer lagi! Pendapat ini terus mengalir dari luar pagar
sekolah. Dari orang yang tidak tahu-menahu. Dari mereka yang sok elit hidupnya.
Dari orang yang sok mengerti pendidikan. Dari orang yang hanya mengunjungi
sarana pendidikan untuk kebutuhan penelitian, naik pangkat, golongan sampai
menjadi profesor. Tetapi, keadaan akan membalik situasi saat tuntutan kurikulum
melonjak tajam, jam-jam bertambah sesuai banyaknya peserta didik, guru pegawai
tidak ada atau tidak mau mengajar lebih dari 24 jam, maka tenaga guru honorer
yang tunggang-langgang dengan sepeda ontel masuk ke dalam kelas.
merekrut guru honorer lagi! Pendapat ini terus mengalir dari luar pagar
sekolah. Dari orang yang tidak tahu-menahu. Dari mereka yang sok elit hidupnya.
Dari orang yang sok mengerti pendidikan. Dari orang yang hanya mengunjungi
sarana pendidikan untuk kebutuhan penelitian, naik pangkat, golongan sampai
menjadi profesor. Tetapi, keadaan akan membalik situasi saat tuntutan kurikulum
melonjak tajam, jam-jam bertambah sesuai banyaknya peserta didik, guru pegawai
tidak ada atau tidak mau mengajar lebih dari 24 jam, maka tenaga guru honorer
yang tunggang-langgang dengan sepeda ontel masuk ke dalam kelas.
Sama sekali
tidak mungkin memecat guru honorer di Indonesia ini. Pecat guru honorer sama saja
tutup sekolah dimaksud.
tidak mungkin memecat guru honorer di Indonesia ini. Pecat guru honorer sama saja
tutup sekolah dimaksud.
Apakah guru
honorer tidak profesional? Saya rasa tidak demikian dalam memandang seorang
guru honorer. Guru pegawai dengan sertifikasi saja bisa sangat tidak
profesional dalam segala hal saat ini. Saya berikan perbandingan. Guru honorer
mampu mengerjakan tugas dengan baik untuk urusan perangkat pembelajaran, guru
pegawai ‘hanya’ mampu mengeluarkan uang untuk kebutuhan tersebut. Mereka cukup
duduk santai, manis, mempercantik diri, karena urusan RPP, Silabus, dan
lain-lain telah diselesaikan oleh guru honorer. Contoh lain, saat Kurikulum
2013 menuntut pembelajaran menggunakan media digital; penggunaan infokus, slideshow dan laptop, maka guru pegawai
akan merapat dan sedikit ‘memaksa’ guru honorer untuk menghidupkan laptop,
infokus dan juga membuat slideshow
yang menarik. Guru dimaksud hanya tinggal menekan tanda panah ke atas dan ke bawah
di keyboard.
honorer tidak profesional? Saya rasa tidak demikian dalam memandang seorang
guru honorer. Guru pegawai dengan sertifikasi saja bisa sangat tidak
profesional dalam segala hal saat ini. Saya berikan perbandingan. Guru honorer
mampu mengerjakan tugas dengan baik untuk urusan perangkat pembelajaran, guru
pegawai ‘hanya’ mampu mengeluarkan uang untuk kebutuhan tersebut. Mereka cukup
duduk santai, manis, mempercantik diri, karena urusan RPP, Silabus, dan
lain-lain telah diselesaikan oleh guru honorer. Contoh lain, saat Kurikulum
2013 menuntut pembelajaran menggunakan media digital; penggunaan infokus, slideshow dan laptop, maka guru pegawai
akan merapat dan sedikit ‘memaksa’ guru honorer untuk menghidupkan laptop,
infokus dan juga membuat slideshow
yang menarik. Guru dimaksud hanya tinggal menekan tanda panah ke atas dan ke bawah
di keyboard.
Di sisi
lain, kurikulum yang terus naik derajat, mau tidak mau pengisian raport juga dilakukan
melalui aplikasi Excel. Kembali dalam keanggunan dan keindahan hidupnya, guru pegawai
akan mendekati guru honorer yang profesional untuk membuat nilai perkelas dan perbidang
studi, juga membuat raport sampai selesai. Guru yang telah profesional itu
hanya menunggu hasil print out saja
untuk dibagikan kepada peserta didik.
lain, kurikulum yang terus naik derajat, mau tidak mau pengisian raport juga dilakukan
melalui aplikasi Excel. Kembali dalam keanggunan dan keindahan hidupnya, guru pegawai
akan mendekati guru honorer yang profesional untuk membuat nilai perkelas dan perbidang
studi, juga membuat raport sampai selesai. Guru yang telah profesional itu
hanya menunggu hasil print out saja
untuk dibagikan kepada peserta didik.
Baca Juga:
UNBK: Ini Belum Berakhir Tetapi Baru Dimulai
ZenFone Max Pro M1 Ubah Era Primitif Gaming Jadi Berkelas
Fenomena ini
terus terjadi. Di mana-mana. Dikeluhkan. Didengar namun tidak dipedulikan sama
sekali. Soal mengajar tentu hal tentatif dan relatif. Saat ini, siapa yang
tidak bisa mengajar? Asalkan mental ada, semua materi bisa dikuasi dengan
mudah. Masuk ke dalam kelas cuma mengandalkan slideshow hasil unduhan internet sudah bisa jadi guru. Mengajar cuma
teriak-teriak di dalam kelas selama 45 menit kali 2, lepas dari itu kembali
bercerita soal gaji atau tunjangan yang belum masuk rekening. Saat kesusahan,
ada guru honorer yang siap membantu.
Namun, di
mana posisi guru honorer tersebut? Entah di langit. Entah di bumi. Entah di
alam khayalan. Entah di dunia nyata. Masih saja guru honorer dianggap tidak
profesional, tidak bisa diandalkan meskipun telah 10 sampai 15 tahun mengabdi
untuk negeri. Padahal, guru honorer sama kedudukan bahkan lebih baik dari guru
pegawai dalam mencetak anak negeri. Jika kondisi yang saya sebutkan tadi, semua
kebutuhan guru pegawai adalah ‘isi’ otak guru honorer, maka yang profesional
itu adalah guru honorer.
mana posisi guru honorer tersebut? Entah di langit. Entah di bumi. Entah di
alam khayalan. Entah di dunia nyata. Masih saja guru honorer dianggap tidak
profesional, tidak bisa diandalkan meskipun telah 10 sampai 15 tahun mengabdi
untuk negeri. Padahal, guru honorer sama kedudukan bahkan lebih baik dari guru
pegawai dalam mencetak anak negeri. Jika kondisi yang saya sebutkan tadi, semua
kebutuhan guru pegawai adalah ‘isi’ otak guru honorer, maka yang profesional
itu adalah guru honorer.
Datanglah solusi
dari pemerintah dengan merekrut calon guru melalui sistem CAT. Pemerintah melupakan
jasa guru honorer yang telah lama mengabdi, memiliki nomor induk mengajar,
telah profesional dalam segala hal namun dicampakkan karena kesalahan sistem. Guru
honorer ikut tes, jawab soal yang terkadang terlalu mengawur untuk mencari
seorang guru profesional, lalu guru honorer hanya mendapatkan nilai 200 yang
artinya tidak lulus passing grade
sesuai yang dibekukan oleh pemerintah saat ini. Kemudian, datang sarjana baru
mampu menjawab sampai 400 nilainya, lulus menjadi pegawai namun begitu tiba di
sekolah akan mendekati guru honorer yang tidak lulus tes tersebut dalam segala
urusan karena guru pegawai sudah tidak bisa diandalkan!
dari pemerintah dengan merekrut calon guru melalui sistem CAT. Pemerintah melupakan
jasa guru honorer yang telah lama mengabdi, memiliki nomor induk mengajar,
telah profesional dalam segala hal namun dicampakkan karena kesalahan sistem. Guru
honorer ikut tes, jawab soal yang terkadang terlalu mengawur untuk mencari
seorang guru profesional, lalu guru honorer hanya mendapatkan nilai 200 yang
artinya tidak lulus passing grade
sesuai yang dibekukan oleh pemerintah saat ini. Kemudian, datang sarjana baru
mampu menjawab sampai 400 nilainya, lulus menjadi pegawai namun begitu tiba di
sekolah akan mendekati guru honorer yang tidak lulus tes tersebut dalam segala
urusan karena guru pegawai sudah tidak bisa diandalkan!
Layakkah guru
honorer yang lebih profesional di lapangan disebut bodoh? Tentu saja tidak. Ada
yang disebut keberuntungan, adapula kesalahan sistem. Soal keberuntungan
misalnya, saya yakin sekali dari sekian orang yang ikut tes hasil tebak-tebakan
kancing baju lalu memenuhi passing grade.
Namun, adapula yang menjawab dengan serius, benar namun karena kesalahan sistem
malah tidak lulus.
honorer yang lebih profesional di lapangan disebut bodoh? Tentu saja tidak. Ada
yang disebut keberuntungan, adapula kesalahan sistem. Soal keberuntungan
misalnya, saya yakin sekali dari sekian orang yang ikut tes hasil tebak-tebakan
kancing baju lalu memenuhi passing grade.
Namun, adapula yang menjawab dengan serius, benar namun karena kesalahan sistem
malah tidak lulus.
Saya teringat
waktu pelaksanaan UNBK. 2 jam tes tinggal lima menit yang artinya peserta harus
mengakhiri ujian. Saya mendampingi semua siswa untuk menekan SELESAI, saya cek jawaban
sudah terjawab semua atau belum. Peserta keluar ruangan, saya ke komputer server – operator – lalu mengecek
kembali jawaban mereka. Sayangnya, beberapa dari siswa saya ini tidak menjawab
semua jawaban. Misalnya, soal 50 terjawab 45 padahal waktu menekan selesai
semua soal telah terjawab. Tidak ada cara lain untuk solusi ini selain terus
mengirim hasil ujian ke pusat. Saya tekan kirim, gagal, kirim lagi, gagal, kirim
lagi sampai semua data siswa ini terkirim ke server pusat di Jakarta.
waktu pelaksanaan UNBK. 2 jam tes tinggal lima menit yang artinya peserta harus
mengakhiri ujian. Saya mendampingi semua siswa untuk menekan SELESAI, saya cek jawaban
sudah terjawab semua atau belum. Peserta keluar ruangan, saya ke komputer server – operator – lalu mengecek
kembali jawaban mereka. Sayangnya, beberapa dari siswa saya ini tidak menjawab
semua jawaban. Misalnya, soal 50 terjawab 45 padahal waktu menekan selesai
semua soal telah terjawab. Tidak ada cara lain untuk solusi ini selain terus
mengirim hasil ujian ke pusat. Saya tekan kirim, gagal, kirim lagi, gagal, kirim
lagi sampai semua data siswa ini terkirim ke server pusat di Jakarta.
Apakah proses
ini sehat? Tentu saja tidak. Sistem ujian online
– UNBK atau CAT – belum sebesar server
Facebook atau Youtube. Jadi, kesalahan ping
soal jawaban bisa tersangkut di alam khayangan sehingga peserta dirugikan. Ribuan
klik dalam perdetik dengan server
yang demikian maka wajar jika dalam 550 peserta CAT hanya 1 orang saja yang
lulus. Tentu, tidak semua 550 itu tidak bisa menjawab, tidak pintar, namun
karena masalah ‘kekinian’ ini menjadi sebuah perkara yang serius.
ini sehat? Tentu saja tidak. Sistem ujian online
– UNBK atau CAT – belum sebesar server
Facebook atau Youtube. Jadi, kesalahan ping
soal jawaban bisa tersangkut di alam khayangan sehingga peserta dirugikan. Ribuan
klik dalam perdetik dengan server
yang demikian maka wajar jika dalam 550 peserta CAT hanya 1 orang saja yang
lulus. Tentu, tidak semua 550 itu tidak bisa menjawab, tidak pintar, namun
karena masalah ‘kekinian’ ini menjadi sebuah perkara yang serius.
Guru honorer
yang lebih profesional, ikut tes meski telah beruban adalah beruntung tidak
beruntung dalam menjawab soal dan bersaing dengan mereka yang masih fresh graduate. Beban kerja yang
ditinggal, keluarga yang penuh harap, lalu tidak lulus dianggap bodoh, maka pulang
ke sekolah kembali menjadi guru honorer ‘bodoh’ meskipun mereka telah mengajar
lama, menjadikan anak didiknya seorang pejabat, bahkan jadi pegawai di
sekolahnya sendiri!
yang lebih profesional, ikut tes meski telah beruban adalah beruntung tidak
beruntung dalam menjawab soal dan bersaing dengan mereka yang masih fresh graduate. Beban kerja yang
ditinggal, keluarga yang penuh harap, lalu tidak lulus dianggap bodoh, maka pulang
ke sekolah kembali menjadi guru honorer ‘bodoh’ meskipun mereka telah mengajar
lama, menjadikan anak didiknya seorang pejabat, bahkan jadi pegawai di
sekolahnya sendiri!
Dari sudut
apapun menilai tentang ini, guru honorer tetap lebih unggul meskipun dikucilkan,
dibuang dan disebut bodoh. Pemerintah atau pejabat mengharamkan rekrutmen guru
honorer, tetapi di sekolah membutuhkannya. Pejabat berkoar-koar, apakah mereka
mau mengajar di sekolah? Tidak akan pernah. Kembali lagi, guru honorer yang
menjadi tumbal terbaik.
apapun menilai tentang ini, guru honorer tetap lebih unggul meskipun dikucilkan,
dibuang dan disebut bodoh. Pemerintah atau pejabat mengharamkan rekrutmen guru
honorer, tetapi di sekolah membutuhkannya. Pejabat berkoar-koar, apakah mereka
mau mengajar di sekolah? Tidak akan pernah. Kembali lagi, guru honorer yang
menjadi tumbal terbaik.
Baca Juga:
Wonderful Indonesia; Titip Rindu dari Jejak Tsunami Aceh
Writingthon Asian Games 2018; Sebuah Pengantar di Rindu ke-18
Nah, tahun
ini telah direkrut begitu banyak guru melalui sistem yang disebut baik sekali
itu. Namun, kebutuhan guru juga tetap masih sama. Guru honorer juga tetap diandalkan
dalam urusan mengajar, kebutuhan administrasi sekolah, sampai mengurusi anak-anak
di ujian nasional. Pemerintah menutup mata, meskipun sistem online berbicara lantang. Saya tidak
mengerti kebijakan, saya tidak paham soal aturan ini dan itu. Mungkin benar,
saya adalah golongan ‘bodoh’ di lingkaran guru honorer itu. Apakah ke depan
guru honorer akan mendapat tempat? Saya tidak tahu. Apakah kami yang telah
profesional terus menjadi tenaga honorer sampai pensiun? Saya juga tidak
mengerti.
Di akhir, saya
ingin membutuhkan catatan. Tidak semua guru honorer kurang beruntung. Bukan karena
tidak ada pilihan. Tetapi, karena sekolah butuh maka guru honorer itu ada. Kita,
biasanya, akan kehilangan ketika tidak ada!
ingin membutuhkan catatan. Tidak semua guru honorer kurang beruntung. Bukan karena
tidak ada pilihan. Tetapi, karena sekolah butuh maka guru honorer itu ada. Kita,
biasanya, akan kehilangan ketika tidak ada!