ngelemlah, Bang!” ujar paras manis di depanku. Deru
kendaraan bermotor sayup-sayup menghilang. Hanya tinggal beberapa saja yang
lalu-lalang di jalan utama kota kami.
![]() |
Ilustrasi. |
Menjelang
dini hari tak ada yang lebih menarik selain hawa malam yang semakin
dingin, pemandangan penjual kaki lima sedang menutup dagangan mereka, beberapa
lewat dengan sepeda motor; entah pria atau wanita dengan make up tebal
dan rambut terurai sambil melambai-lambaikan tangan kepada siapa saja di jalan.
Dan mereka yang sedang istirahat setelah memetik gitar, mendabuh wajan plastik,
menggoyang tutup botol yang disatukan dengan kayu, maupun botol minuman
sehingga membentuk irama comprengan.
di antara mereka yang dengan penuh nikmat merokok adalah Wahyu – nama disamarkan.
Perawakan remaja umur 15 tahun ini tampak gahar dengan kulit gelap dan rahang
kokoh. Sinar temaram dari lampu jalanan membuatku bisa mengamati rupa dari
Wahyu. Asap rokok yang mengepul ke udara tak menutupi watak keras yang tersirat
dari anak sekolahan tersebut.
kapan kamu ngelem?” tanyaku memakai istilah mereka.
tidak langsung menjawab. Embusan asap rokok dari puntung kedua saat bertemu
denganku menimbulkkan polusi. Aku terbatuk-batuk. Wahyu cuek saja dan bahkan
tak menghormati orang yang lebih tua darinya. Kehidupan di jalanan membuatnya
tak bisa membedakan lagi adab dan sopan santun, mungkin demikian.
tahun lalu!” tegas Wahyu tanpa beban. Sepertinya, kebiasaan yang Wahyu lakukan
bersama mereka di sini tak lain hal yang wajar. Usia belia telah terkikis
akibat konsumtif terhadap barang-barang haram yang tak biasa.
Kamu pastilah
tahu soal narkoba – jarum suntik, pil atau sejenisnya. Kamu tahu bahaya narkoba
yang sedang mengincar generasi muda. Narkoba jenis “populer” yang sering sekali
aku dan kamu lihat di televisi atau baca di internet adalah barang mahal.
Mereka
yang ingin mencoba dan ketagihan narkoba mau tidak mau harus mendapatkannya
dengan harga tak murah. Pengguna narkoba sangat mudah dilacak dengan berbagai
cara oleh pihak berwenang. Namun ini tak berlaku pada Wahyu dan mereka yang
sedang bercengkrama di depanku.
Jiwa-jiwa muda ini penuh semangat. Tawa mereka
membahana di balik malam. Langkah mereka masih jauh ke depan. Cita-cita dan
harapan bahagia seakan-akan telah terkubur dalam sekali hirup lem plastik.
bedalah, Bang!” kata Wahyu seperti pernah memakai narkoba jenis sabu maupun
ekstasi. Candu terhadap lem plastik selama tiga tahun membuat Wahyu tak bisa
berkutik.
Selain murah, orang-orang tidak tahu lem plastik ini adalah jenis “narkoba”
yang lebih mematikan. Bahkan penjual tidak curiga saat Wahyu membeli lem
plastik dalam jumlah banyak.
ngamen lewat pukul 12 belas malam di tempat-tempat makan populer kota
kami, Wahyu dan mereka yang masih berkulit lembut itu berjejer menanti malam
penuh bidadari.
Tempat nongkrong mereka adalah jalanan sepi yang jarang dilalui
orang-orang. Mereka mulai menghirup. Meresapi. Merasakan kelezatannya. Terkapar
penuh halusinasi.
Mata berkunang-kunang menahan kehikmatan sesaat yang tiada
tara. Tubuh yang sedang dalam masa pertumbuhan telah rusak hanya karena “wangi”
lem plastik.
mau coba nikmatnya?” tanya Wahyu santai. Aku tak bisa membayangkan bagaimana
mereka terbuai dengan aroma. Hanya dengan wangi lem plastik saja mereka dapat
terbuai ke langit ketujuh, bagaimana dengan narkoba sesungguhnya?
untuk membeli lem plastik buat kesenangan. Wahyu mulai mendekati mereka yang
sebagian telah teler.
Racauan yang keluar dari mulut mereka sudah tidak
teratur. Tentang cewek, guru paling cantik, guru kiler, sampai guru
olahraga yang celananya sobek di selangkangan saat latihan voli.
Kondisi mabuk
mereka benar-benar tidak teratur, seperti berada di antara alam nyata dan
khayalan. Sebagian besar berbicara “normal” dan tahu apa yang diucapkan. Berbeda
dengan teler narkoba sungguhan yang lupa diri.
menarik lengan Wahyu. “Sampai kapan kamu akan ngelem?”
masih muda ni, Bang. Cuma ngelem doang kok!”
bertaruh pada diri sendiri. Maju mundur nggak berlaku di sini. Aku sendiri,
mereka dengan jumlah banyak. Lagian, informan yang memintaku ke sini menasehati
untuk tidak ikut campur urusan lain selain melihat dan mendengar cerita mereka.
lebih beringas dari harimau!” sebut informan yang bekerja di LSM tersebut.
bisa kutampik. Wahyu – mereka – itu adalah brondong-brondong yang
punya nyali dan tenaga besar. Dalam keadaan ngelem pun bisa menghajar
orang.
mundur teratur. Tingkah aneh mulai kelihatan dari mereka. Peloncoan-peloncoan
ala remaja terjadi. Di antara malam yang terus merangkak, senda-gurau mereka
tak lagi syahdu.
Mereka memang tidak lebih sepuluh orang namun jika “banyak”
dari mereka ngelem tiap malam, bagaimana setelah hari ini?
lem plastik sengaja tidak disebutkan.